Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOMUNIKASI

“Komunikasi pada Klien Dewasa dan Lansia”

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah SatuTugas Mata Kuliah


Komunikasi

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 3
 Elsa Ayu L
 Eneng Risma
 Fahmia Fauziah M
 Faisal Gustaman

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR

1
Jln.PasirGede Raya.No.19 tlpn. (0263) 267206
Cianjur

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi.

Makalah ini membahas tentang “Komunikasi pada Klien Dewasa


dan Lansia” semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai
mahasiswa keperawatan dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari
bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing kami serta teman-teman sekalian,
karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Cianjur,18 Oktober 2015

Penulis,

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Mbelakang............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan........................................................................................................

D. Manfaat Penulisan..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................


A. Komunikasi Terapeutik....................................................................................

B. Komunikasi Terhadap Klien Dewasa...................................................................

C. Komunikasi Terhadap Klien Lansia....................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masa ini pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah
yang sangat penting di pelajari sebagai bahan pedoman untuk mengetahui
ciri – ciri ideal pertumbuhan pada masa dewasa awal seperti
perkembangan fisik, motorik, bahasa, dan adaptasi sosial. Sehingga kita
dapat memahami bagaimana normalnya tumbuh kembang pada usia bayi
tersebut. Oleh karena itu, pembahasan tentang tumbuh kembang sangat
baik diangkat sebagai bahan makalah sehingga kita tahu bagaimana
perkembangan dan pertumbuhan dewasa awal sampai lansia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini, sebagai berikut.
1. Bagaimanakah komunikasi terapeutik tersebut ?
2. Bagaimanakah komunikasi pada klien dewasa tersebut ?
3. Bagaimana karakteristik lansia ?
4. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks
komunikasi ?
5. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
6. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan
lansia ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini sebagai berikut
1. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui komunikasi pada klien dewasa
3. Untuk mengetahui komunkasi pada klien lansia

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan ini sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat memahami komunikasi terapeutik
2. Mahasiswa dapat memahami komunikasi pada klien dewasa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Terapeutik

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni
dari penyembuhan ( As Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini
dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik
merupakankomunikasi professional bagi perawat.
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik,
perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien,memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
3. Manfaat Komunikasi Terapeutik
a. Manfaat komunikasi terapeutik ( christina, ddk. 2003) adalah :
b. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan
pasien melalui hubungan perawat dan klien.
c. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat.
4. Keberhasilan Komunikasi
Komunikasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
peristiwa komunikasi tersebut yaitu komunikator, pesan dan
komunikan. Untuk mencapai komunikasi terapeutik dalam hubungan
perawat dan klien, kredibilitas perawat sebagai komunikator akan
menentukan keberhasilan hubungan yang terapeutik. Karakteristik
keberhasilan komunikasi yaitu :
a. Memiliki kesadaran yang tinggi
b. Mampu melaksanakan klarifikasi nilai
c. Mampu mengeksplorasikan perasaan
d. Mampu untuk menjadi model peran
e. Motifasi altruistic
f. Rasa tanggung jawab dan etik.

5
Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi,
juga harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Pesan yang harus direncanakan
b. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua
pihak
b. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
c. Pesan harus berisi hal-hal yang dapat dipahami
d. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar

5. Faktor yang Menghambat dalam Proses Terapeutik


a. Kemampuan pemahaman yang berbeda
b. Pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman
masa lalu
c. Komunikasi satu arah
e. Kepentingan yang berbeda
f. Memberikan jaminan yang tidak mungkin
g. Memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
h. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
i. Menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai
tindakan
j. Menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
k. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
l. Terlalu banyak bicara
m. Memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.

6. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik


a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
b. Menunjukkan penarimaan
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
d. Pertanyaan terbuka
e. Mengulang ucapan klien
f. Mengklarifikasikan
g. Memfokuskan
h. Menyatakan hasil observasi
i. Menawarkan informasi
j. Diam atau memelihara ketenangan
k. Meringkas
l. Memberikan penghargaan
n. Menawarkan diri
o. Mengajukan untuk meneruskan pembicaraan
p. Menempatkan kejadian secara berurutan
q. Memberikan nasehat
r. Memberikan kesempatan
s. Refleksi
t. Assertive

6
u. Humo

7. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


a. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik
yang saling menguntungkan.
b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devito yaitu
keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif dan
kesetaraan.
c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana
perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia
d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang
khusus untuk memberi pengertian dan merubah prilaku klien.
e. Perawat harus menghargai keunikan klien.
f. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri.

A. Komunikasi pada masa dewasa awal

Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi


mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu :
1. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh
orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi
dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual
sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling
memberi dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran
pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya
mengenai suatu masalah.

Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada


kematangan fisik, mental dan kemampuan social mencapai optimal.
Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk
orang dewasa. melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada
setting professional ketika mereka bekerja atau pada saat mereka
berada di lingkungan keluarga dan masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah
mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun
nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi (sebagai
media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima,
individu dewasa tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga
mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta menciptakan
hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau situasi

7
pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa
kadang kala dipersepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi
lebih kompleks lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang
menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut ketika
diungkapkan dengan nada datar, akan memberi kesan yang
menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampai pesan
menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur wajah, kepala
menunduk. Namun, bila ungkapan tersebut diucapkan dengan
menggunakan bahasa yang halus dan mendesah serta menyampaikan
pesan dengan menunjukkan ekspresi mata bersinar, wajah cerah atau
normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah bahwa makna kata
“sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta. Kemampuan
untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan
lingkungan memberi keuntungan karena pesan yang kompleks dapat
disampaikan secara sederhana. Namun, kadang kala kemampuan
kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan kerugian pada
manusia karena kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih
besar, akibat pengguna persepsi dan lingkungan yang lebih
kompleks.
1. Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu
memperhatikan terciptanya suasana komunikasi yang mendukung
tercapainya tujuan komunikasi seperti saling menghormati, percaya
dan terbuka.
a. Suasana saling menghormati
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa,
lawan komunikasi (perawat/tenaga kesehatan) harus dapat
menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa akan merasa lebih
senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan pemikiran
atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal
tersebut diabaikan akan menjadi kendala bagi keberlangsungan
komunikasi.

b. Suasana saling percaya


Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhatikan rasa saling
percaya akan kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila
hal ini dapat diwujudkan maka tujuan komunikasi akan lebih
mudah tercapai.
c. Suasana saling terbuka

8
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara
perawat atau tenaga kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan
tercapainya tujuan komunikasi.

2. Model Komunikasi dan Implementasinya pada Klien


Dewasa
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa
dapat diterapkan beberapa model konsep komunikasi sebagai
berikut:
a. Model Shanon & Weaver
Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada
penyampaian pesan informasi berdasarkan tingkat kecermatan.
Model ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk sandi.
Diasumsikan bahwa sumber informasi menyampaikan sinyal yang
sesuai dengan saluran informasi yang digunakan. Gangguan yang
timbul dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.
Model ini dapat diterapkan pada konsep komunikasi antarpribadi.
Faktor yang menguntungkan dari implementasi model ini ialah
pesan yang disampaikan dapat diterima langsung oleh pihak
penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun terdapat
kelemahan yang berupa hubungan antara sumber dan penerima
pesan tidak kasat mata. Karena itu klien dewasa lebih memilih
komunikasi secara langsung karena penerapan komunikasi melalui
perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang
dikomunikasikan.
b. Model Komunikasi Leary
Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan
interaksi di antara dua pihak yang berkomunikasi. Model ini
mengamati perilaku klien yang dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan dalam bidang
kesehatan berdasarkan keseimbangan informasi yang terjadi dalam
komunikasi antara profesional dan klien. Dalam pesan komunikasi
pada model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam
penerapannya, yakni dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs
tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai
penerima pesan yang ditentukan dan harus dipatuhi di bawah
dominasi profesional kesehatan. Dalam komunikasi seharusnya
terdapat keseimbangan kepercayaan di antara pengirim dan
penerima pesan.

9
Apabila model komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa hanya
dapat dilakukan pada kondisi darurat untuk menyelamatkan hidup
klien karena dalam kondisi darurat klien harus mentaati pesan yang
disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada
klien/pasien dalam kondisi kronik model komunikasi ini tidak tepat
untuk diterapkan karena klien dewasa mempunyai komitmen
berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak mudah
dipengaruhi oleh perawat.
Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue)
dalam kadar tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan
profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya hubungan
dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.
c. Model Interaksi King
Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi
antara perawat dan klien dengan mengutamakan penerapan system
perspektif untuk mengilustrasikan profesionalisme perawat dalam
memberikan bantuan kepada klien.
Model ini menekankan arti penting interaksi berkesinambungan di
antara perawat dan klien dalam pengambilan keputusan mengenai
kondisi klien berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.
Interaksi merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan
timbal balik antara persepsi, keputusan, dan tindakan perawat-
klien. Umpan balik pada model ini menunjuknya arti penting
hubungan antara perawat dan klien.
Komunikasi berdasarkan model interaksi King lebih sesuai
diterapkan pada klien dewasa karena model ini mempertimbangkan
faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang bertujuan untuk
menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk
mengetahui hasil informasi yang disampaikan diterima dengan
baik oleh klien.
d. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara
professional kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses
komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dan 3)
Konteks. Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan
interpersonal, bagaimana seorang professional dapat meyakinkan
orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan
pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang
diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung
terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk

10
mempertahankan kesehatan. Transaksi merupakan kesepakatan
interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut.
Konteks yaitu komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama
tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan temapt
dan situasi. Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa
Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa,
karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan
karekterisitik dari klien yang akan mempengaruhi interaksinya
dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini
juga tidak melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap
kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan,
jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan
suatu aturan tertentu seperti : sopan santun, bahasa tertentu,
melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut,
factor psikologi dll, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal
tersebut agar tidak terjadi kesakahpahaman. Pada komunikasi pada
orang dewasa diupayakan agar perawat menerima sebagaimana
manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang
berbeda satu dengan yang lain. Berdasarkan pada hal tertentu
diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan
pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan
hubungan relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien
dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik
untuk mengevalusi tujuan komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia kearah yang lebih baik
sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep
komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu
singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan
dapat tercapai.
Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa
adalah model interaksi king dan model komunikasi kesehatan yang
menekankan hubungan relationship yang saling member dan
menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah
imformasi yang disampaikan sesuai dengan yang ingin dicapai.

3. TEKNIK DAN MODEL KONSEP

11
tehnik dan model konsep komunikasi yang tepat untuk
setiap karakteristik klien.
a. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu
singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan
dapat tercapai.
b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah
model interaksi king dan model komunikasi kesehatan yang
menekankan hubungan relationship yang saling member dan
menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah
imformasi yang disampaikan sesuai dengan yang ingin dicapai.

4. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI


1. Pra interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan
dan berkomunikasi dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri
tentang kemampuan yang anda miliki. Jika saudara telah siap,
maka anda perlu membuat rencana interaksi dengan klien.
a. Evaluasi diri
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang
negatif/buruk/tidak menyenangkan?
Jika ada lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-cara
berhubungan dengan klien. Konsultasi dengan pembimbing klinik,
diskusi dengan teman sekelompok.
Bagaimana tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan, lakukan
interaksi. Jika cemas sedang, usahakan sampai anda dapat
mengatasi kecemasan.
b. interaksi
Berikut perlu di tetapkan tahapan hubungan anda berikutnya:
Mengkaji/observasi/pemantauan/tindakan keperawatan
terminasi?
c. Rencana interaksi
Teknik komunikasi apa yang anda akan terapkan,kaitkan dengan
tujuan anda melakukan hubungan dengan klien. Hal ini
berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan dilakukan.

12
Teknik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama
berhubungan dengan klien.
2. Fase perkenalan atau Orientasi
a. Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kita lakukan pertama
kali bertemu dengan klien. Hal yang perlu dilakukan adalah :
1) memberi salam
2) memperkenalkan diri perawat
3) Mengenalkannama klien
4) Menyepakati Pertemuan
5) Menghadapi kontrak
6) Memulai percakapan awal
7) Menyepakati Masalah klien
3. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan keperawatan klien yang
terkait erat dengan pelaksaan rencana tindakan perwatan yang akan
yang dilaksanakan sesui dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan yaitu :
a. Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya,
prilaku,prasaan, dan pikirannya,
b. Mengembangkan,mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan
ini sering disebut juga tujuan afektif dan psikomotor.
c. melaksanakan pendidikan kesehatan
Jelaskan tentang merawat tali pusat banyi baru lahir (jelaskan
dengan alat bantu (lembar balik atau leaflet atau booklet).
d. Melaksanakan kolaborasi
e. Melaksanakan observasi dan monitoring
4. Fase terminasi
a. terminasi sementara
yaitu merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dank lien.
Terminasi terbagi menjadi dua, yaitu:
1) evaluasi hasil
2) Tindak Lanjut
3) Kontrak yang akan datang

b. Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang darirumah sakit atau
saudara selesai praktek dirumah sakit.
1) Evaluasi hasil
2) Tindak lanjut

13
3) Kontrak yang akan datang

B . Komunikasi pada Klien Lansia


1. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO)
mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
a) Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b) Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c) Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d) Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia
namun perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di
identifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan
neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses
penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi.
Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya
memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan
terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut
misalnya:
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta
keterangan yang di berikan petugas kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di
terima keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum
khususnya tindakan yang mengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi
tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


 Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,
yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat
di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di

14
laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di
observasi.
 Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan
prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai
konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang
asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
 Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas
kesehatan.
 Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien
dalam keadaan sakit.

2. Teknik Komunikasi Pada Lansia

Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia,


selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia,
petugas kesehatan atau perawat juga harus mempunyai teknik-
teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami
pasangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk
mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan
sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan
yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi
pada klien merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien.

15
Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan
klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi
tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan
pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang
bisa bantu…? berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan
ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di
inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien
lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan
untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik
maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative
menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga
kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan ,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi
dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi
dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan
jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat
merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas
kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering
proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi
dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan
lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh

16
klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..?
bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang
saya sampaikan tadi?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya
mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan
kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar
dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun
dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.

3. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien
lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikan
nonasertif.

1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai
dengan prilaku-prilaku di bawah ini:
a. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
e. Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan
maupun tindakan.
d. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a. Menarik diri bila di ajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkap keyakinaan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam (pasif)
g. Mengikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.

Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang


wajar seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun

17
sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat di tuntut
mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik
atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi
berjalan gengan efektif antara lain
a. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar
dia dapat melihat mulut anda.
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi
yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
pencahayaan yang cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi
merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama
dengan orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya
bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien
untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan
kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya
ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang
menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di
buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa
secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara
langsung, tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit
mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan
bersama anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola
komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.
4. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk
mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau
kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu yang

18
merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan
lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat
dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga
dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung
perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi
klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
a. Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang
waktu tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri
sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
b. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses
penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta
upaya untuk memandirikan klien.
c. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau
petugas kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien
dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan
baik dan tepat

5 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


a. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila
sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.
b. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
c. Pertahankan kontak mata dengan pasien
d. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan
adalah kunci komunikasi efektif
e. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
f. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan
bahasa dan kalimat yang sederhana.
g. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
h. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
i. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
j. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
k. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan
beri penerangan yang cukup saat berinteraksi.
l. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan.
Lengan, atau bahu.

19
m. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan
tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.

20
3. Dalam usia dewasa maupun lansia sebagai perawat kita harus mampu
mengaplikasikan komunikasi tersebut dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://ngurahjayaantara.blogspot.co.id/2013/12/komunikasi-terapeutik-pada-
lansia.html . Diakses pada tanggal, 23 September 2015
http://ngurahjayaantara.blogspot.co.id/2013/12/komunikasi-terapeutik-pada-klien-
dewasa.html. Diakses pada tanggal, 23 September 2015

21

Anda mungkin juga menyukai