Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. C DENGAN SISTEM AUTOIMUN


(LEUKIMIA)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :

NURLAELAH

NIM 20317105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

KOTA TANGERANG

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Leukimia adalah penyakit keganasan organ pembentuk darah. Leukimia adalah
keganasan paling umum pada anak-anak dan dewasa muda. Separuh dari keseluruhan
leukimia diklasifikasikan sebagai akut, dengan onset cepat dan progresif penyakit
mengakibatkan 100% kematian dalam beberapa hari sampai beberapa bulan tanpa terapi
yang tepat. Sisanya diklasifikasikan sebagai kronis, memiliki perjalanan lebih lambat
pada anak-anak. (Black and Hwks 2014a)
Leukemia dapat menyerang semua jenis usia dengan insidensi yang paling sering
terjadi adalah pada anak. Dari semua jenis kanker pada anak-anak, leukemia merupakan
jenis kanker yang terjadi sekitar 29% pada anak-anak yang berusia 0-14 tahun (World
Health Organization 2015). Sebagian besar leukemia yang dialami oleh anak adalah yaitu
leukemia limfoblasitk akut (LLA) (Ermadi and Karps 2017).
Prevalensi leukimia dari seluruh negara ditemukan sebanyak 34% kasus leukimia
yang terjadi ditahun 2020 (Leukemia And Lymphoma Associety 2020). Data dari
American Cancer Society (ACS) menunjukkan bahwa di Amerika Serikat kejadia
leukimia pada tahun 2021 terdapat sekitar 5.690 kasus baru dan 1.580 kasus kematian (If
et al. n.d. 2021).
Menurut data Data Riset Kesehatan Dasar 2018, Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, prevalensi kanker di Indonesia berturut-turut
adalah kanker serviks (0.8%), kanker payudara (0,5%), dan kanker prostat (0,2%). Riset
yang dilakukan di RS Kanker Dharmais pada tahun 2015-2018 menyebutkan bahwa
leukemia tidak termasuk dalam 10 kanker terbanyak di Indonesia. Namun menurut Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi kanker anak umur 0-14 tahun
sebesar 16.291 kasus, dan jenis kanker yang paling banyak diderita anak di Indonesia
yaitu leukemia dan retinoblastoma. Pada riset yang dilakukan pada pasien anak di RS
Kanker Dharmais pada tahun yang sama menyatakan bahwa leukemia adalah  penyakit
dengan jumlah kasus baru dan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais
(Litbangkes Kementrian 2018).
1.2 Etiologi
Terjadinya leukimia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :
1.2.1 Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang menegnai sumsum tulang, kemungkinan leukimia
meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastic. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan dysplasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastic dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukimia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 disolasi vurus HTLV-1 (Human T
Leukimia Virus) dari leukimia sel T manusia pada limfosit seorang penderita
limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum penderita leukimia sel
T.
1.2.2 Faktor Endogen
a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti
sindrom down mempunyai insiden leukimia akut 20x lipat dan riwayat
leukimia dalam keluarga. Insiden leukimia lebih tinggi dari saudara kandung
anak-anak yang terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada
kembar monozigot.
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari sel yang menagtur sel darah yang tidak
diturunkan.
1.3 Manifestasi Klinis (Black and Hwks 2014b)
Riwayat klinis biasanya menunjukkan anemia, trombositopenia, dan leukopenia.
Tanda dan gejala leukimia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan, kelemahan, nyeri
tulang atau sendei dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum
serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dalam
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang meningkat
dan glukosa menurun. Tanda dan gejalanya antara lain :
1.3.1 Pucat
1.3.2 Malaise
1.3.3 Keletihan (latergi)
1.3.4 Perdarahan gusi
1.3.5 Mudah memar
1.3.6 Petekia dan ekimosis
1.3.7 Nyeri abdomen yang tidak jelas
1.3.8 Berat badan turun
1.3.9 Iritabilitas
1.3.10 Muntah
1.3.11 Sakit kepala
1.4 Klasifikasi
1.4.1 Leukimia Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukimia mielogenus akut atau leukimia granulositik
akut (LGA) yang dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. LMA
sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast
menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai
keterlibatan orang lain.
1.4.2 Leukimia Limfositik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan presentase 75%-
80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang menyebabkan
anemia, memar (trombositopenia), dan infeksi (neutropenia). Limfoblast biasanya
ditemukan dalam darah tepid an selalu ada di sumsum tulang. Hal ini
mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegaly, dan hepatomegaly, tetapi
70% anak dengan leukimia limfatik akut ini bias disembuhkan.
1.4.3 Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan
peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis. Perjalanan penyakit biasanya
jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.
1.4.4 Leukimia Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukimia granulositik kronik (LGK), gambaran
menonjol adalah :
a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.
b. Krisis blast fase yang dikarakteristikan oleh poroliferasi tiba-tiba drai jumlah
besar mieloblast.

1.5 Patofisiologi

1.6 Penatalaksanaan
1.6.1 Tranfusi darah, diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit.
1.6.2 Kortikostiroid seperti prednisolone, kortison, deksamethasone dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala
klinik membaik), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
1.6.3 Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi : vincristine,
asparaginase, prednisolone, untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, methotrexate, vincristine dan prednisolone untuk pemeliharaan.
Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat.
1.6.4 Imunoterapi merupakan cara pengobatan baru. Setelah tercapai remisi dan jumlah
sel leukimia yang cukup rendah, imuno terapi diberikan. Pengobatan yang
spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae
bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat
daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel
leukimia yang telah diradiasi.
1.6.5 Transplantasi sumsum tulang
1.7 Pengkajian Keperawatan
1.8 Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai