Disusun Oleh :
Nama : Fadhillah Ahmad Fauzi
NIM : (202052028)
Prodi : Teknik Elektro
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan otonomi daerah lahir ditengah gejolak tuntutan berbagai daerah terhadap
berbagai kewenangan yang selama 20 tahun pemerintahan Orde Baru (OB) menjalankan
mesin sentralistiknya. UU No. 5 tahun 1974 tentang pemerintahan daerah yang kemudian
disusul dengan UU No. 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa menjadi tiang utama
tegaknya sentralisasi kekuasaan OB. Semua mesin partisipasi dan prakarsa yang sebelumnya
tumbuh sebelum OB berkuasa, secara perlahan dilumpuhkan dibawah kontrol kekuasaan.
Stabilitas politik demi kelangsungan investasi ekonomi (pertumbuhan) menjadi alasan
pertama bagi OB untuk mematahkan setiap gerak prakarsa yang tumbuh dari rakyat.
Otonomi daerah muncul sebagai bentuk veta comply terhadap sentralisasi yang
sangat kuat di masa orde baru. Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde baru tidak
membawa perubahan dalam pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah maupun
masyarakat daerah.
Ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat sangat tinggi sehingga
sama sekali tidak ada kemandirian perencanaan pemerintah daerah saat itu. Di masa orde
baru semuanya bergantung ke Jakarta dan diharuskan semua meminta uang ke Jakarta. Tidak
ada perencanaan murni dari daerah karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak mencukupi.
Ketika Indonesia dihantam krisis ekonomi tahun 1997 dan tidak bisa cepat bangkit,
menunjukan sistem pemerintahan nasional Indonesia gagal dalam mengatasi berbagai
persoalan yang ada. Ini dikarenakan aparat pemerintah pusat semua sibuk mengurusi daerah
secara berlebih-lebihan. Semua pejabat Jakarta sibuk melakukan perjalanan dan mengurusi
proyek di daerah.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah diatas, agar dalam penulisan memperoleh hasil yang
diinginkan, maka mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa pengertian Paradigma
2) Apa pengertian Otonomi Daerah
3) Apa peran Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Otonomi Daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pradigma
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun
dalam bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific Revolution” paradigma juga
merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsiasumsi teoretis yang umum (merupakan
suatu sumbenilai).2 sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, seru
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter
ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma itu juga sendiri merupakan asumsi-asumsi dasar dan
asumsi-asumsi nilai (merupakan sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum,
metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta karakter
ilmu pengetahuan sendiri. Arti paradigma ditinjau dari asal-usul dari beberapa bahasa
diantaranya, menurut bahasa inggris paradigma berarti keadaan lingkungan. Sedangkan
menurut bahasa yunani paradigma yakni ‘para’ yang berarti disamping, disebelah, dan
dikenal. Kemudian menurut kamus psikologi paradigma diartikan sebagai satu model atau
pola mendemonstrasikan semua fungsi yang memungkinkan dari apa yang tersajikan.
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin
banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangannya terdapat suatu
kemungkinan yang sangat besar ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori yang telah
ada, dan jikalau demikian maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta
asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan kembali meng-
kaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain perkataan ilmu pengetahuan
harus mengkaji dasar ontologis.
Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu
hasil penelitian inilah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia
dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif dan positivistik
maka temyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu
aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuwan
sosial kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikat-nya
manusia dalam kenyataan objektifnya bersifat ganda bahkan multidimensi.
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Ada beberapa hal yang
perlu masa zaman dahulu terkait sejarah indonesia sebelum proses dan setelah perumusan
pancasila sebagai dasar negara. Hal ini berkaitan dengan perjuangan kerajaan dalam
mempertahankan ekstitensi bangsa indonesia. Dalam proses reformasi dewasa ini nilai-nilai
pancasila merupakan suatu pangkal tolak baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, hukum
serta kebijakan internasional dewasa ini.
Hal inilah dalam wacana ilmiah dewasa ini diistilahkan bahwa panacasila sebagai
paradigma dalam kehidupan berbangsa dan negara. Istilah paradigma merupakan suatu
asumsi-asumsi dasar dan asumsiasumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber nilai).
sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, seru penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri, kemudian didalam pancasila itu sendiri terdapat paradigma pembangunan
diantaranya meliputi:
1. Pancasila sebagai paradigma dibidang politik
2. Pancasila sebagai paradigma dibidang hukum
3. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi
4. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya
5. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan kehidupan antar umat beragama.
6. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ipteks
Kemudian aktualisasi pancasila terdiri dari dua macam yaitu aktualisasi objektif dan
subjektif.
B. Saran
Melalui makalah ini kami menyarankan agar pembaca tidak berhenti sampai disini
saja menggali ilmu tentang pembelajaran PKn, tentunya mengenai media pembelajaran PKn.
Kami berharap agar pembaca terus menggali ilmu dan mengetahui problematika pada
pembelajaran khususnya 11 PKn, mengingat peran pendidik bagi siswa sangatlah dipandang
penting untuk perkembangan pendidikan dinegara indonesia tercinta ini. Makalah ini masih
banyak mempunyai kekurangan dalam hal-hal penyajiannya maka dari tu kita harus giat
belajar agar dapat menjadi lebih baik lagi. Segala saran yang bersifat membangun kami
sangat menunggunya untuk perbaikan dari makalah ini. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Calam dan Sobirin, “Pancasila sebagai kehidupan berbangsa dan bernegara”, Jurnal
SAINTIKOM, Volume 4, No. 1, Januari 2008.
Lubis, Maulana Arafat, pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi pendidikan abad ke 21,
Medan: Akasha Sakti, 2018.
Rahayu, Ani Sri, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
http://anakmudaberbagi.blogspot.com/2013/06/makalah-pancasilasebagai-paradigma.html.
http://ayups87.wordpress.com/2013/11/01/pancasila-sebagai-paradigmakehidupan-dalam-
bermasyarakat-berbangsa-dan-bernegara-singkat/