Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR TUGAS MANDIRI

PBL-1

Judul : Patogenesis Infeksi Mata akibat jamur


Nama : Kevin Kanaka Swargoputra
NPM : 1806144784
Kelas : DK 3

Patogenesis Infeksi Mata akibat Jamur

Pendahuluan
Berdasarkan hasil diskusi DK 9 terhadap kasus pada pemicu 1, pasien perempuan 20 tahun
diduga mengalami infeksi pada mata kirinya akibat ulkus kornea yang disebabkan tertusuk
daun tanaman kemudian diberi air rebusan daun sirih. Pasien mengeluhkan mata gatal dan
nyeri serta pengelihatan menurun. Dari pemerikfsaan fisik mata kanan ditemukan visus 6/6
serta tidak ditemukan kelainan lainnya. Pada mata kiri ditemukan visus 6/60, injekis siliar dan
konjungtiva, ulkus kornea sentral dengan diameter 5 mm dengan batas kabur, samar-samar
bilik mata terlihat dalam, dan kornea keruh. Melalui pemeriksaan mikroskop kerokan kornea
menggunakan KOH, ditemukan hifa. Salah satu dugaan kuat bahwa pasien menderita infeksi
jamur. Oleh karena itu, LTM ini akan mebahas mengenai pathogenesis infeksi mata akibat
jamur.

A. Penyebab Keratitis Fungal


Keratitis fungal adalah infeksi kornea oleh fungi. Fungi merupakan kelompok berinti dan
berdinding sel serta materi genetik terdiri dari DNA dan RNA. Keratitis fungal lebih sering
ditemukan pada iklim tropis dan negara berkembang sebagai penyebab penurunan
pengelihatan. Terdapat dua jenis fungi yang dapat menyebabkan keratitis yaitu dari golongan
ragi seperti Candida dan dari golongan kapang seperti Aspergillus dan Fusarium. Ragi lebih
sering menjadi penyebab keratitis fungal pada iklim sedang, sementara kapang lebih sering
pada iklim tropis. Infeksi akibat kapang biasanya lebih agresif.(1)

1
B. Faktor Virulensi Keratitis Fungal
Faktor virulensi utama dari genus Candida dalam menginfeksi kornea adalah pembentukan
filamen. Terbukti dari sebuah eksperimen yang menghilangkan gen pembentuk filamen dapat
meningkatkan patogenisitas. Sementara itu penghilangan terhadap gen untuk adherence
proteinase dan membrane proteinase tidak menunjukkan perubahan signifikan. Gen rbt4 yang
terlibat dalam pembentukan hifa menunjukkan peran penting dalam patogenesis.(2)
Pembantukan biofilm juga merupakan faktor yang berperan dalam pathogenesis dan resistensi
fungi terhadap medikasi. Contohnya pada genus Fusarium yang salah satu faktor penting
dalam patogenesisnya adalah pembentukan bioflm. Selain itu jamur genus ini memiliki
resistensi obat yang lebih tinggi dalam bentuk biofilm dibandingkan bentuk bebas atau
planktonik. Pola resistensi dan pembentukan biofilm tergantung pada spesies fungi.
Produksi enzim juga dapat menjadi faktor virulensi fungi yang menginfeksi kornea. Enzim
seperti berbagai macam proteinase menunjukkan kemampuan untuk patogenesis dan juga
untuk membantuk resistensi terhadap antibiotik.(2)

C. Patogenesis Keratitis Fungal


Infeksi fungi menandakan adanya gangguan pada sistem pertahanan kornea, seperti tirai air
mata, epitel, atau kemampuan mengedip. Response inflamasi yang dihasilkan dapat berbeda
tergantung dari jenis fungi menginfeksi dan jenis toksin yang dihasilkan. Penggunaan
kortikosteroid dan imunosupresan lainnya dapat meningkatkan infeksi fungi akibat penurunan
produksi sitokin, adherensi netrofil, dan aktivitas makrofag. Fungi dapat menbentuk biofilm
di tempat yang terinfeksi. Fungi juga dapat mempenetrasi membrane descement sehingga
masuk ke bilik anterior mata menyebabkan endoftalmitis.(3)
Untuk dapat menyebabkan infeksi, fungi terlebih dahulu melekat pada kornea menggunakan
adhesin yang dapat berinteraksi dengan situs pengikatan seperti laminin, fibronektin, dan
kolagen. Setelah berikatan, fungi dikenali oleh pattern recognition receptor (PRR) yang
diekspresi oleh sel epitel dan sel imun termasuk dari golongan TLR, C-type lectin receptor,
dan NOD-like receptor.(4)
Aktivasi reseptor menyebabkan dilepaskannya kemokin dan perekrutan netrofil yang
menghasilkan interleukin-1β (IL-1β) dan AMCase. Keduanya dapat menghambat
pertumbuhan hifa. Response inflamasi terhadap Aspergillus fumigatus dapat memicu
pelepasan IL-1β, IL-6, IL-8, IL-17 dan IL-23. IL-1β dan aktivasi PRR juga dapat memicu
pelepasan ROS untuk membunuh fungi.

2
Mekanisme pertahanan tubuh inang dapat dilewati oleh fungi. Salah satunya melalui resistensi
terhadap stress oksidatif dengan menghasilkan SOD, faktor transkripsi Yap1 dan Skn7. Pada
spora, ditemukan hidrofobin pada lapian terluar yang dapat menghindari fagositosis oleh
makrofag.(4)
Kemampuan invasi dari fungi tergantung dari mikotoksin yang dihasilkan untuk
mendegradasi sawar fisik. Mikotoksin terbagi dalam berbgai macam jenis dan fungsi berbeda.
Mikotoksin ada yang menyebabkan ulkus kornea, aktivasi sel kornea, kerusakan integritas
epitel, dan menghambat sistem imun inang.(4)

Penutup
Keratitis fungal terjadi akibat infeksi jamur pada kornea. Infeksi jamur ini disebabkan oleh
jamur ragi maupun kapang. Fungi penginfeksi memiliki berbagai faktor virulensi yang
membantu jamur tersebut menginfeksi, merusak jaringan, serta menghindari sistem imun
inang. Jamur menginfeksi diawali oleh kontak dengan kornea. Jika dikaitkan dengan pemicu,
kemungkinn jamur menginfeksi mata kiri pasien ketika spora jamur yang ada pada tanaman
masuk ke dalam kornea pasien yang tertusuk.

3
Referensi:

1. Salmon J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th ed. FRCS


Ophthalmology: Cakewalk. China: Elsevier; 2020. 216–8 p.

2. Mahmoudi S, Masoomi A, Ahmadikia K, Tabatabaei SA, Soleimani M, Rezaie S, et al.


Fungal keratitis: An overview of clinical and laboratory aspects. Mycoses.
2018;61(12):916–30.

3. Bourcier T, Sauer A, Dory A, Denis J, Sabou M. Fungal keratitis. J Fr Ophtalmol


[Internet]. 2017;40(9):e307–13. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jfo.2017.08.001

4. Niu L, Liu X, Ma Z, Yin Y, Sun L, Yang L, et al. Fungal keratitis: Pathogenesis,


diagnosis and prevention. Microb Pathog. 2020;138(April 2019).

Anda mungkin juga menyukai