KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Pasal 22, ayat (2) huruf L, Undang- undang RI No.18 tahun 1999 menyebutkan
kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup Uraian mengenai :
perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
2. PPNo.29 tahun 2000 Pasal 17 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Pada salah
satu ayatnya menyebutkan bahwa: penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa
berkewajiban untuk menyusun dokumen penawaran yang memuat :
• rencana dan metode kerja,
• rencana usulan biaya,
• tenaga terampil dan tenaga ahli,
• rencana dan anggaran Keselamatan dan kesehatan kerja dan peralatan.
3. Pasal 30 ayat (1) PP No.29 tahun 2000 menyebutkan bahwa untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, penyelenggara
pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang :
• tempat kerja konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku,
• pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada
proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek
konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi
cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang
tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan
manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja
dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Masalah keselamatan dan
kesehatan kerja berdampak ekonomis yang cukup signifikan.Dari berbagai kegiatan
dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya
adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada ke dua
jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali
mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang
sangat besar dapat terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada
elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara
risiko tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali
mengabaikan penggunaan peralatan pelindung yang sebenarnya telah diatur dalam
pedoman K3 konstruksi.
2.3.Pengendalian Risiko
1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat
tentang identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan
proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau
multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi
Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi , dan Dinas Pertanian Setempat.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu
mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.
1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih
dan Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan
pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi.
Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu gunung yang dipergunakan adalah dari kualitas baik dari jenis
yang keras (batu granit), tidak berlubang dan forius.
2. Batu gunung tidak boleh mengandung atau menempel tanah dan
ukuran minimal 25 cm sedangkan ukuran maksimal 30 cm.
3. Untuk pekerjaan batu kosong (aanstamping) dipakai ukuran minimal
10 cm sedangkan ukuran maksimal 15 cm.
Proses Pelaksanaan
1. Sebelum pasangan batu gunung dikerjakan Kontraktor Pelaksana
harus memastikan galian pondasi sudah selesai 100%.
2. Pada lapisan paling dasar diberi lapisan pasir urug setebal minimal 5
cm atau sesuai dengan Gambar Bestek. Lapisan pasir urug harus
dipadatkan dengan kepadatan yang cukup.
3. Diatas lapisan pasir urug diberi pasangan batu kosong
(aanstamping) dengan ketebalan minimal 10 cm atau sesuai dengan
Gambar Bestek. Permukaan batu kosong harus benar-benar rata dan
elevasi dan harus dibuktikan dengan pekerjaan waterpassing.
4. Pasangan batu gunung diprofilkan atau dipasang diatas pasangan
batu kosong dengan campuran perekat 1 Pc : 4 Ps. Setiap permukaan
batu gunung harus benar-benar merekat satu dengan yang lain oleh
perekat dari campuran semen dan pasir.
5. Bentuk dan ukuran pasangan batu gunung harus sesuai dengan
Gambar Bestek.
6. Permukaan hasil pekerjaan pasangan batu gunung harus benar-
benar rata dan hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan
waterpassing.
7. Dalam pasangan batu gunung harus ditanam angkur-angkur besi
dengan diameter minimal 12 mm untuk keperluan penjangkaran ke
sloof-sloof bangunan kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
8. Hasil pekerjaan pasangan batu gunung harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
Proses Pelaksanaan
1. Setelah dilakukan pembersihan area pengerjaan, dilaksanakan galian
tanah untuk semua titik pondasi dengan dimensi sesuai dengan
Gambar Rencana. Setelah galian terbentuk, pelaksana harus
memastikan lubang pondasi tidak tergenang air.
2. Selanjutnya lubang pondasi diurug pasir dan dilakukan pengecoran
cincin sumuran dengan mutu beton K-250. Pengecoran ini dapat
dilakukan didalam atau di luar lubang galian pondasi. Cincin
sumuran dibuat dengan dimensi dan detail pembesian seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
3. Setelah cincin sumuran ditempatkan tegak lurus dalam lubang
pondasi, didalamnya diisi dengan beton mutu sedang bercampur
dengan batu belah/ batu kali.
4. Pemasangan angkur dari pondasi sumuran ke pondasi tapak di
atasnya perlu diperhatikan guna perkuatan sambungan antar kedua
pondasi tersebut.
5. Setiap kegiatan pengecoran harus mendapat persetujuan dari
Konsultan supervisi.
Proses Pelaksanaan
1. Sebelum pondasi tapak dikerjakan Kontraktor Pelaksana harus
memastikan galian pondasi sudah selesai 100%.
2. Kontraktor harus membuang semua air tanah yang ada dalam galian
pondasi sebelum memulai pekerjaan pondasi tapak.
3. Pekerjaan pengecoran pondasi tapak tidak boleh dikerjakan dalam
kondisi galian pondasi tergenang air.
4. Pada bagian paling dasar pondasi dilapisi dengan pasir urug dengan
ketebalan minimal 5 cm. Lapisan pasir urug harus dipadatkan
dengan kepadatan yang cukup.
5. Diatas lapisan pasir urug dikerjakan pekerjaan lantai kerja (line
concrete) dengan ketebalan minimal 5 cm dari campuran 1 Pc : 3 Ps :
5 Kr. Pekerjaan lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi
galian pondasi tergenang air.
6. Perakitan tulangan pondasi tapak dilakukan langsung diatas lantai
kerja atau dapat juga dilakukan di bengkel kerja Kontraktor
pelaksana. Jumlah dan diameter tulangan pondasi tapak sesuai
dengan Gambar Bestek.
7. Bentuk dan dimensi pondasi tapak sesuai dengan Gambar Bestek.
8. Hasil pekerjaan pondasi tapak harus benar-benar tegak lurus dalam
arah horizontal dan tegak lurus arah vertikal hal ini dibuktikan
dengan pekerjaan theodolit atau pengukuran manual.
9. Semua pondasi tapak beton bertulang dibuat dari beton dengan
mutu K-250.
10. Hasil pekerjaan pondasi tapak beton bertulang harus disetujui oleh
Konsultan supervisi.
BAB V PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, serta
pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton,
seperti acuan, besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam lingkup
pekerjaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar
sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman.
2. Peraturan – Peraturan.
Kecuali ditentukan lain di dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
· Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-
1991-03).
· Pedoman Beton 1989 (SKBI – 1.4.53.1988).
· Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung SNI 03-1727-
2002
· Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
· Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3.
· Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8.
· Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
· Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
· ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregates.
· Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
· Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83).
· American Society for Testing and Material (ASTM).
· Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
· Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC : 699.81
: 624.04).
4. Persyaratan Bahan.
4.1 Semen.
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen yang
ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia
1986, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar
tersebut. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama dan
dalam keadaan baru. Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka
selama pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan. Semen harus
terbungkus dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup
rapat. Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab
dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga tidak menyentuh lantai dan
aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen tersebut tidak boleh
ditumpuk lebih dari 10 sak. Sistem penyimpanan semen harus diatur sedemikian
rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan terlalu lama. Semen yang
diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan, seperti membatu, tidak
diizinkan untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.
4.2 Agregat.
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu agregat
kasar/batu pecah dan agregat halus/ pasir beton. Kedua jenis agregat ini
disyaratkan berikut ini.
1. Agregat kasar. Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus tidak
melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal
pelat, atau ¾ jarak bersih minimum antar batang tulangan, berkas batang tulangan
atau tendon pratekan atau 30 mm. Gradasi dari agregat tersebut secara
keseluruhan harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh ASTM agar tidak
terjadinya sarang kerikil atau rongga dengan ketentuan sebagai berikut :
2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus lebih kecil
dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sbb. :
sisa di atas ( % berat )
Ayakan 4.00 mm 02
Ayakan 1.00 mm 10
Ayakan 0.25 mm 80 – 95
Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus
mendapat persetujuan dari Konsultan PENGAWAS. Besi beton harus berasal dari
satu pabrik (manufacture). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merek besi
beton yang berlainan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus dilengkapi dengan mill
certificate/ sertifikat pabrik yang memuat label dan nomor pengecoran serta
tanggal pembuatan besi beton tersebut.
Untuk beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka harus
dipenuhi syarat pada Table 4.5.1 Pedoman Beton Indonesia.
5. Pengujian Bahan.
5.1 Umum.
1. Ketentuan dan syarat yang tertulis di bawah ini merupakan ringkasan dari
Pedoman Beton 1989, sehingga jika terjadi perbedaan interpretasi atau hal lain
yang bertentangan harus dikembalikan kepada ketentuan dari Pedoman Beton.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pengujian
termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang
disyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya setelah hasil uji
diperoleh untuk persetujuan oleh Konsultan PENGAWAS.
3. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor harus
melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan selanjutnya
mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
4. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai dengan
pengarahan Konsultan PENGAWAS.
5. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan, Kontraktor
harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik, dimana pengujian
dilakukan secara berkala, dengan cara pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
Minimum satu
Tipe Pengujian
contoh
Sieve analysis Setiap minggu
Moisture content Setiap minggu
Clay, silt dan kotoran Setiap hari
Kadar organis Setiap minggu
Kadar Chlorida dan
Setiap 500 m3 beton
Sulfat
2. Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh Kontraktor tidak memuaskan,
maka Konsultan PENGAWAS berhak untuk meminta pengujian tambahan dengan
beban biaya Kontraktor. Dan sebaliknya mungkin jumlah pengujian dapat
dikurangi jika hasil yang diperoleh ternyata memuaskan.
fc fcr
2
S
N 1
Jumlah Benda Uji (N)-
Faktor Pengali – S
buah
15 1.16
20 1.08
25 1.03
30 1.00
2. Kuat tekan rata-rata - f’cr Target f’cr yang digunakan sebagai dasar dalam
menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai yang terbesar
dari formula berikut ini :
f’cr = fc’ + 1.64 S atau f’cr = fc’ + 2.64 S - 40kg/cm2.
3. Kuat tekan sesungguhnya. Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai dengan
memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi :
a. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari 4
hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S).
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai nilai
dibawah 0.85 fc’.
Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil
langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan berikutnya atas
rekomendasi KP.
5. Selimut beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan gambar standar
ditail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama tarik/tekan
penampang beton harus dipasang sejauh mungkin dari garis tengah penampang,
sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan-ketentuan tersebut
diatas harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
6. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang penjangkaran,
penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar
yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila ada keraguan tentang ini maka
Kontraktor harus meminta klarifikasi kepada Konsultan Pengawas.
7. Kawat beton dan penunjang
Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan
yang kokoh untuk menghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan kawat
yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga
pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan beton tahu atau penunjang besi,
spacers atau besi penggantung seperti yang ditunjukkan pada gambar standar atau
dicantuPengawasan pada spesifikasi ini. Penunjang-penunjang metal tidak boleh
diletakkan berhubungan dengan acuan. Ikatan dari kawat harus dimasukkan ke
dalam penampang beton, sehingga tidak menonjol pada permukaan beton.
8. Sengkang-sengkang.
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan rencana, maka
sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan
gambar. Akhiran/ kait sengkang harus dibuat seperti yang disyaratkan di dalam
gambar standar agar sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan. Demikian
juga untuk besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan utama.
9. Beton tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan, dan
minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan dicor.
Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal 100 cm.
10. Penggantian besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada maka Kontraktor harus dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud
adalah jumlah luas). Khusus untuk balok portal, jumlah luas penampang
besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di
tempat tersebut atau di daerah overlap yang dapat menyulitkan pengecoran.
Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.
11. Toleransi Besi
dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi.
Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh
Konsultan PENGAWAS, untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat kesalahan
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Acuan/Bekisting
7.1. Umum
1. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
struktur baik kekuatan, stabilitas maupun kekakuannya serta layak untuk
digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan struktur yang berguna
untuk membentuk struktur beton agar sesuai dengan gambar rencana
2. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi ini.
Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan bahwa harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Di dalam penawarannya, Kontraktor wajib
menawarkan sesuai dengan yang ditentukan di dalam spesifikasi.
3. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian acuan yang
tertanam di dalam struktur beton.
4. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan pada acuan
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut harus dapat ditutup
dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran. Semua pengikat acuan (ties)
harus dilengkapi dengan material tertentu seperti water baffles sehingga pada
saat dicor akan menyatu dengan struktur beton.
7.2. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga kerja, bahan dan peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan seperti release
agent, pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
acuan sebagai cetakan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi dan
gambar-gambar disiplin lain yang berhubungan seperti diuraikan dalam uraian
dan syarat-syarat pelaksanaan, secara aman dan benar.
2. Ditail ditail khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus termasuk yang
ditawarkan di dalam penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika disyaratkan
menggunakan material acuan yang khusus untuk menghasilkan ditail khusus.
7.3. Persyaratan Bahan
1. Acuan dan Penyanggah.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja, pasangan bata yang
diplester, kayu atau material lain yang dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya.
Penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan untuk
dipergunakan, selama dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas. Acuan yang
terbuat dari multipleks yang dilapisi dengan sejenis kertas film yang khusus
digunakan untuk acuan multipleks dengan tebal minimal 12 mm. Pengaku harus
dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan bentuk/ ukuran dari elemen
beton yang dibuat. Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau
penggunaan material penyanggah dari kayu dapat diterima. Bahan dan ukuran
kayu yang digunakan harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk
pekerjaan beton yang langsung berhubungan dengan tanah, maka sebagai lantai
kerja harus dibuat dari beton K175. Sebagai acuan samping dari beton tersebut
dapat menggunakan pasangan batu kali, batu bata atau material lain yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Untuk elemen beton tertentu seperti kolom bulat
disarankan menggunakan acuan baja.
2. Release Agents
Release agent harus merupakan material yang memenuhi ketentuan berikut ini :
Cream emulsion
Neat oil dengan ditambahkan surfactant
Release agent kimiawi yang tidak merusak beton.
Release agent harus disimpan dan digunakan sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya. Kontraktor harus memastikan bahwa release agent yang digunakan
cocok dengan bahan finish yang akan digunakan. Dan jika permukaan beton
merupakan finishing atau umum disebut beton exposed maka Kontraktor harus
memastikan bahwa permukaan beton yang dihasilkan sesuai dengan yang
diinginkan KP. Kontraktor harus memastikan bahwa release agent tersebut tidak
akan bersentuhan langsung dengan besi beton.
7.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Struktur acuan
Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian rupa, sehingga
mampu memikul beban ke semua arah yang mungkin terjadi (kuat), tanpa
mengalami deformasi yang berlebihan (kaku), dan juga harus memenuhi syarat
stabilitas. Deformasi dibatasi tidak lebih dari 1/360 bentang. Peninjauan terhadap
kemungkinan beban di luar beban beton juga harus dipertimbangkan, seperti
kemungkinan beban konstruksi, angin, hujan dan lain lain. Semua analisa dan
perhitungan acuan berikut elemen pendukungnya harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan
dilakukan.
2. Dimensi acuan
Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur adalah ukuran
bersih penampang beton, tidak termasuk plester/finishing. Tambahan elemen
tertentu seperti bentuk/ profil khusus yang tercantum di dalam gambar arsitektur
juga harus diperhitungkan baik sebagai beban maupun dalam analisa biaya.
3. Gambar kerja
Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan berdasarkan analisa yang
dilakukannya. Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran dan ditail-
ditail sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk persetujuannya. Tanpa persetujuan tersebut Kontraktor tidak
diperkenankan untuk memulai pembuatan acuan di lapangan.
4. Tanggung jawab
Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas, tanggung jawab sepenuhnya
atas kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan menjadi tanggung jawab sepenuhnya
Kontraktor. Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun
kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka semua biaya
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Acuan harus dibuat sesuai dengan
yang dibuat di dalam gambar kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar
kerja harus segera dibongkar.
5. Stabilitas acuan
Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga kemungkinan
bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Konsultan
Pengawas berhak untuk meminta Kontraktor untuk memperbaiki acuan yang
dianggap tidak/ kurang sempurna dengan beban biaya Kontraktor.
6. Inspeksi Konsultan Pengawas
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Konsultan
Pengawas.
7. Ditail acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya
tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
8. Jumlah pemakaian
Acuan hanya diperbolehkan dipakai maksimum 3 (tiga) kali, kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Pengawas. Acuan yang akan digunakan berulang harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat dijamin permukaan acuan tetap
rapih dan bersih.
9. Akurasi
Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi. Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum di
dalam spesifikasi ini.
10. Sistem pengaliran air
Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Harus
dipersiapkan sistem pengaliran air sedemikian, sehingga pada saat dibasahkan, air
dapat mengalir ke tempat yang diinginkan dan acuan tidak tergenang oleh air.
Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau
hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan
tidak bergoyang.
11. Ikatan acuan di dalam beton
Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas baut-baut
dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur
sedemikian, sehingga bila acuan dibongkar kembali, tidak akan merusak beton
yang sudah dibuat.
12. Acuan beton exposed
Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release agent pada permukaan acuan
yang menempel pada permukaan beton. Berhubung release agent berpengaruh
pula pada warna permukaan beton, maka pemilihan jenis dan penggunaannya
harus dilakukan dengan seksama. Cara pengecoran beton harus diperhitungkan
sedemikian rupa sehingga siar-siar pelaksanaan tidak merusak penampilan beton
exposed tersebut. Merek dan jenis release agent yang telah disetujui bersama,
tidak boleh diganti dengan merk dan jenis lain. Untuk itu Kontraktor harus
memberitahukan terlebih dahulu nama perdagangan dari release agent tersebut,
data bahan-bahan bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu untuk memperoleh persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
13. Bukaan untuk pembersihan
Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom atau
dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
14. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steger besi
(scaffolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan diatur agar
mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
15. Persetujuan Konsultan Pengawas
Setelah pekerjaan diatas selesai, Kontraktor harus meminta persetujuan dari
Konsultan Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran Kontraktor
harus mengajukan permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Konsultan
Pengawas.
16. Anti lendut (Cambers)
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, maka semua acuan untuk balok dan pelat,
harus dipersiapkan dengan memakai anti lendut dengan besar sbb. :
Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik
batu bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur
ketika diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.
Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu andesit marmo atau batu alam olahan adalah produksi pabrik
atau kerajinan tangan dengan kualitas terbaik.
Spesifikasi Bahan/Material
1. Dinding granit t dipasang pada pintu masuk utama kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
Proses Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya
pada dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti
dinding KM/WC, bak air, dan dinding tempat whuduk.
9. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
10. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi
pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40
cm.
11. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan
batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 150 cm.
13. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.
Proses Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada
semua dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan
dengan air.
5. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.
Proses Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil
pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.
9. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih
dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
Proses Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil
pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.
7. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih
dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan
harus mempunyai Merk Dagang.
Pada setiap lembaran PVC harus dicantumkan merk dagang, ukuran lembar dan
ketebalan lembaran.
Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan
cacat dan rusak.
Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Furing adalah Paku Sekrup Anti
Karat / Galvanis.
Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi
papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.
Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar PVC minimal 10 mm.
4. Pada posisi tertentu atau sesuai dengan Gambar Bestek dipakai list
plafond dari bahan Stainless Steel Siku ukuran 10x10x 5 mm.
Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond sudah
mencapai 100 %.
Pemasangan Plafond PVC dilakukan langsung pada rangka plafond dengan alat
sambung paku Sekrup.
Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek
Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan
tidak melendut.
Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus
tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.
Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah
maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.
Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring
balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian
dan susut karena suhu.
Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-
alasan tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh
dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada
posisi penjangkaranya pada rangka plafond.
Material
a. Seluruh material baja yang digunakan adalah baja dengan tegangan leleh minimal
2400 kg/cm² (ASTM-36 atau baja BJ-37). Khusus untuk bolt structural digunakan
baja muto tinggi (STM-325) dan untuk bagian lainnya digunakan bolt biasa
(ASTM-307).
b. Material baja hrus bersih dari karat dan kotoran lainnya.
c. Las yang digunakan adalah electrode yang sesuai dengan ASTM-5.1.
Pekerjaan persiapan
a. Material baja yang ke lokasi harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kontak langsung antara baja dan tanah.
b. Sebelum dipasang material baja yang mengalami deformasi harus dibetulkan
terlebih dahulu dengan cara yang tidak merusak bahan. Bila perbaikan dilakukan
dengan pemanasan, temperature tidak boleh lebih 650° C.
Pengelasan
a. Pengelasan hanya boleh dilakukan oleh tukang las yang berpengalaman yang
memiliki sertifikat pengelasan.
b. Pengelasan tidak boleh dilakukan bila kondisi cuaca hujan, berangin kencang dan
permukaan kotor.
c. Ukuran dan panjang las tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditentukan dalam
gambar tanpa persetujuan pemberi kerja/pengawasangan.
d. Base metal dengan tebal kurang dari 3mm tidak boleh digunakan untuk
pengelasan yang bersifat structural.
e. Permukaan yang akan dilas harus rata dan bebas dari kotoran, material lepas dan
lain-lain.
f. Semua bahan las (filler metal) yang telah diambil dari tempat aslinya harus
dilindungi dan disimpan dengan baik sehingga sifat-sifat yang berhubungan
dengan pengelasan tidak berubah. Elektroda dalam keadaan basah dan tidak
dibenarkan untuk digunakan. Elektrode type low hydrogen harus dikeringkan
terlebih dahulu menurut petunjuk dari pabrik sebelum digunakan.
g. Bagian las yang cacat harus dihilangkan tanpa merusak base metal. Penambahan
las untuk mengganti yang dibuang harus dilakukan dengan menggunakan
elektroda dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan elektroda yang
digunakan untuk pengelasan utama dan tidak boleh berdiameter lebih dari 4mm.
Cacat base metal atau las lemah harus dibetulkan dengan membuang dan
mengganti seluruh las atau dengan petunjuk sebagai berikut:
Overlap atau cembung yang berlebihan yaitu dengan membuang weld metal yang
berlebihan.
Las terlalu cekung, under seize atau under cutting yaitu dengan menambah las.
Las keropos, kemasukan kotoran, pencampuran base dan weld metal yang tak
sempurna yaitu dengan membuang dan melakukan las ulang.
Retak las atau base metal yaitu dengan membuang retak dan perkuat dengan
metal 50mm pada ujung-ujung retak dan lakukan pengelasan ulang.
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
- Penutup Atap Bitumen
- Rabung Atap Bitumen
Pasal 1 : Referensi
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari
kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk
dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.
4. Jenis cat dan warna yang akan dipakai pada semua posisi bangunan
kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam
table berikut ini :
4. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Ketentuan Umum
Sebelum pekerjaan pembuatan dan pemasangan dinding alluminium
dilakukan, maka:
− Pemborong wajib mengadakan pemeriksaan dan pengukuran
agar tahu ukuran dinding/plafond alluminium pada area yang akan
dipasang alluminium panel.
− Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh
bahan yang akan digunakan dan membuatkan mock-up untuk
mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas dan Perencana.
- Bahan yang cacat tidak boleh digunakan,bahan yang dipasang harus
sesuai contoh yang sudah disetujui Pemberi Tugas dan Perencana.
− Pemborong harus membuat shop drawing.
b. Lingkup Pekerjaan
− Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (pembayaran, pengiriman,
penyimpanan, pemasangan) untuk pekerja, material, dan peralatan.
− Pengadaan dan pemasangan panel-panel alluminium pada selubung luar
bangunan, sesuai dengan gambar rencana.
− Pengadaan dan penempatan sealant pada nad penghubung antar
panel,pada hubungan panel dengan dinding/plafond allumiinium, pada
pertemuan panel denganbidang-bidang lain yang akan terkena air hujan,
dan hubungan-hubungan panel lainnya, sesuai dengan gambar rencana.
− Pengadaan dan pemasangan rangka-rangka penggantung dan rangka-
rangka pengaku panel.
c. Referensi
− Semua pekerjaan harus merefer ke standarASTM A D747m D903, D790
dan E330
d. Quality Assurance :
Kualifikasi manufaktur : produk yang digunakan disini harus diproduksi oleh
perusahaan yang sudah terkenal dan mempunyai pengalaman yang sukses
dan diterima oleh Pemberi Tugas.
e. Kualifikasi pekerja :
− Sedikitnya harus ada 1 orang yang sepenuhnya mengerti terhadap
bagian ini selama pelaksanaan, paham terhadap kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan, material serta metode yang dibutuhkan selama
pelaksanaan.
− Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki skill yang
dibutuhkan.
− Dalam penerimaan atau penolakan pekerja,konsultan manajemen
konstruksi, pemberi tugas, dan perencana tidak mengijinkan tenaga kerja
tanpa atau kurangskillnya.
f. Pengiriman (Submittals)
− Kontraktor harus mengirimkan contoh bahan dan system partisi yang
akan dipakai lengkap dengan tehnikal spesifikasi dan label dari pabrik
pembuat.
− Mengirimkan shop drawing yang menunjukan system pemasangan
partisi dan system sambungan/hubungan dengan bagian-bagian lain
seperti jendela, pintu, penguat- penguatyang dipakai,hubungan dengan
dinding,ceiling,plat beton lantai,dan sebagainya untuk disetujui pemberi
tugas.
− Mengirimkan schedule pemasangan yang dikoordinasikan dengan
bagian-bagian/kepentingan-kepentingan terkait pada area yang sama
utnuk disetujui pemberi tugas.
− Membuat mock-up hubungan yang sebenarnya termasuk untuk masalah
hubungan-hubungan yang sulit.
g. Penyimpanan dan Perawatan.
− Kontraktor harus menyimpan dan merawat bahan-bahan yang akan
dipakai pada tempat yang kering,terlindung,dan ventilasi secukupnya.
− Rangka pasangan besi harus sudah dicat dasar zynchromate yang
memudahkan dan menghemat waktu kerja.
h. Garansi
Kontraktor harus memberi garansi untuk kerapihan kerja, kebenaran system,
kekokohan, ketahanan partisi terhitung 1 tahun dari telah selesainya
pemasangan ruang interior dan alat-alat yang menempel pada pertisi atau
atas petunjuk Pemberi Tugas.
i. Bahan
− Panel alluminium type panel atau setara,tebal 4mm composite,finish
PVDF.
− Sealant : Silicone Building Sealant sesuai dengan yang direkomendasikan
oleh pabrik panel tersebut.
− Produk : lihat spesifikasi material arsitektur
− Ukuran : sesuai gambar rencana
− Warna : ditentukan kemudian
− Rangka : aluminium profil
− Alluminium Composite Panel harus memiliki karakteristik sebagai
berikut : Type : 4mm (ASTM D792) 5,6 kg/m2
− Sound Insulation : 25 dB
2. PEMASANGAN
a. Panel yang harus dipakai bebas dari cacat dan pada saat
pemasangan,permukaan yang difinish harus dilindungi dengan lapisan PVC
yang melekat pada permukaan panel.
b. Penyambungan panel dengan rangkanya ataupun dengan panel lainnya
hanya dilakukan pada nad-nad yang telah disediakan.Pada permukaan panel
sama sekali tidak diperkenankan diadakan pelubangan-pelubangan.
c. Rangka panel terdiri dari profil-profil besi siku yang dipasang sehingga
memungkinkan penyetelan panel secara vertical maupun horizontal.
d. Sealant dipasang setelah permukaan-permukaan yang akan dilapisi telah
dibersihkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pembersihan yang
dikeluarkan pabrik.
e. Pemasangan sealant, Back up dan lain-lain semua harus mengikuti
ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan pabrik pembuat bahan sealant.
f. Sebelum pemasangan panel,pemborong harus menyerahkan shop drawing
kepada Pemberi Tugas dan Perencana untuk diperiksa.Shop drawing
tersebut minimal harus memperlihatkan :
− Type-type panel yang akan dipasang,lengkap dengan dimensi dan
bentuk-bentuklipatannya serta tempat-tempat di mana tiap type penel
tersebut akan dipasang.
− Bagian-bagian dari hubunganpanel yang akan dilapisisealant,nad-
nad,hubungan dengan kusen alluminium lainnya.
− Profil-profil yang akan dipakai untuk memegang panel serta cara
hubungannya dengan panel.
− Pertemuan panel tidak boleh dilaksanakan sebelum shop drawing di atas
mendapat persetujuan dari pemberi tugas dan perencana.Gambar-
gambar tersebut dibuat dengan skala yang cukup besar sehingga
memudahkan pemeriksaan.
− Pemasangan panel tidak boleh dilaksanakan sebelum shop drawing
diatas mendapat persetujuan tertulis dari pemberi tugas dan perencana.
2. BAHAN-BAHAN
a. Kayu Solid
− Mutu Kayu
Kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, untuk
semua jenis pekerjaan kayu halus seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja
dan Spesifikasi ini. Kayu harus bebas dari getah, celah, mata kayu besar
yang lepas atau mati, susut pinggir-pinggirnya dan cacat lainnya yang
parah.
b. Kadar Air
Kecuali ditentukan lain semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus dalam
keadaan kering dan telah di-oven.
c. Jenis Kayu
Kayu-kayu dipilih yang terbaik untuk jenisnya yang memiliki penampilan
baik dan penyelesaian yang berkualitas. Kayu yang akan menerima lapisan
transparan harus bersih dan berkualitas terbaik. Ukuran jadi (tidak ada
toleransi ukuran).
Panil Pintu :Kayu kamper, 3/10, hampir bebas mata dan tidak doreng. tebal
sesuai gambar.
d. Anti Rayap
Kayu-kayu harus disemprot dengan larutan anti rayap bergaransi 5 (lima)
tahun.
e. Alat Pengencang
Semua alat pengencang seperti paku, sekrup, baut, angkur dan lainnya harus
dari baja lapis galvanis dalam ukuran sesuai petunjuk Gambar Kerja atau
sesuaikebutuhan standar yang berlaku.
f. Perekat
Semua lem dan perekat yang digunakan harus dari jenis kedap air dan tidak
berwarna bila mengering, seperti produk neoprene based/synthetic resin
based.
g. Kaca dan Aksesoris
Kaca dan aksesori untuk pintu, jendela dan partisi harus memenuhi
ketentuan Persyaratan teknis Kaca dan Aksesories.
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Ukuran dan Pola
Kayu harus diselesaikan/diratakan pada empat sisinya, ukuran kayu harus
sesuai persyaratan sni/sk sni 1991. Kayu harus dikerjakan sesuai dengan
pola/desain yang ditentukan dalam gambar kerja.
b. Pengawetan
Semua jenis kayu dan kayu lapis yang dipasang tetap dalam bangunan atau
struktur harus sudah diberi bahan pengawet. Bila kayu yang telah diawetkan
dipotong, maka bagian permukaan yang dipotong tersebut harus diulas
dengan bahan pengawet yang sama. Bahan pengawet dan pelaksanaannya
harus memenuhi ketentuan yang tersebut dalam skbi - 3.6.53.1987 - panduan
pengawetan kayu dengan cara pemulasan, pencelupan dan rendaman.
c. Pengerjaan
Pekerjaan kayu yang telah selesai harus diamplas,bebas dari bekas mesin dan
alat, kikisan,serat kayu yang timbul atau cacat lain di permukaan yang
terlihat.Sambunganharus rapat sedemikian rupa untuk mencegah
penyusutan.Sambungan pasak harus disetel dengan lem dan diberi baji dan
untuk pekerjaan interior harus disemat.Untuk mendapatkan hasil yang baik
pekerjaan kayu halus yang membutuhkan akurasi ukuran seperti pembuatan
daun pintu harus dilakukan di pabrik atau workshop di luar lokasi secara
maksimal. Sehingga di lokasi tinggal melukakan pemasangan dan penyetelan.
Untuk hand-railing dipasang pada plat besi tiang railing dengan
menggunakan dinabolt/fischer tiap 50 cm panjang railing.
d. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Sempurna
Bila diketahui pekerjaan-pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau
bengkok,atau kelihatan ada cacat-cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus
sebelum masa pemeliharaan berakhir maka pekerjaan yang cacat tersebut
harus dibongkar dan diganti hingga PPK merasa puas dan pekerjaan-
pekerjaan lainnya yang terganggu akibat pembongkaran tersebut harus
dibetulkan atas biaya Pelaksana Pekerjaan.
e. Susut (Mengkerut)
Persiapan, penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus
sedemikian rupa, hingga susut dibagian mana saja dan ke arah manapun
tidak akan mengurangi/mempengaruhi kekuatan dan bentuk dari pekerjaan
kayu yang sudah jadi, juga tidak menyebabkan rusaknya bahan-bahan yang
besentuhan.
f. Pembersihan
Semua tatal, puntung kayu dan kayu bekas harus dibersihkan secara teratur
dan pada waktu penyelesaian pekerjaan.Semua bekas yang sudah tidak dapat
digunakan lagi dan sampah- sampah harus disingkirkan atau dimusnahkan.
11.2.4. Steker stop kontak dan saklar dari bahan ebonit kualitas baik.
11.2.6. Panel box yang dilengkapi fuse, switch untuk pembagian group
pemasangan instalasi listrik, Produksi Dalam Negeri (nasional)
atau sekualitas, dengan arde (pentanahan) dari kabel B.C.
Macam-macam switch/outlet yang digunakan untuk tegangan 220
volt adalah :
Outlet/stop kontak biasa (General Purpose Outlet)
Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Rating arus : 3 X 20 Ampere
Type : Pemasangan sistem tanam
Bahan : Ebonit warna putih
Plug dan socket 1 phase untuk power
Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Type : Pemasangan di luar diberi landasan kayu
Bahan : Ebonit warna putih
11.3. Penggunaan
11.3.1. Kabel NYM dipergunakan sebagai instalasi penerangan di dalam
dinding.
11.3.2. Kabel NYA dipergunakan sebagai instalasi penerangan.
NO.
BAHAN JENIS SPECIFIKASI
1. Pipa pvc Kwalitas I Standard pabrik
2. Asoseries Sambungan Kwalitas I Standard pabrik
3. Floor drain Kwalitas I Standard pabrik
4. Kran air Kwalitas I Standard pabrik
5. Clean Out + Tutup Kwalitas I Standard pabrik
6. Closet Jongkok Kwalitas I Standard pabrik
7. Wastafel + Cermin Kwalitas I Standard pabrik
BAB XIV
PENUTUP