Anda di halaman 1dari 55

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

KONSTRUKSI BANGUNAN

1.4  DASAR HUKUM K3 KONSTRUKSI DAN SARANA BANGUNAN

 UNDANG-UNDANG Dasar 1945.


 Undang-Undang No. 01/1970 tentang keselamatan kerja.
 Permenaker No.01/MEN/1980 tentang K3 konstruksi bangunan.
 Surat Keputusan Bersama Mentri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.kep.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986.
 Permenaker No.28/MEN/2000 tentang Bangunan Gedung.
 Permenaker No.05/Men/1996 dan tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3).

BAB II. PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI

2.1 Peraturan SMK3 Konstruksi

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan SMK3 konstruksi antara lain:

1. Pasal 22, ayat (2) huruf L, Undang- undang RI No.18 tahun 1999 menyebutkan
kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup Uraian mengenai :
perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.

2.   PPNo.29 tahun 2000 Pasal 17 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Pada salah
satu ayatnya menyebutkan bahwa: penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa
berkewajiban untuk menyusun dokumen penawaran yang memuat :
• rencana dan metode kerja,
• rencana usulan biaya,
• tenaga terampil dan tenaga ahli,
• rencana dan anggaran Keselamatan dan kesehatan kerja dan peralatan.

3.   Pasal 30 ayat (1) PP No.29 tahun 2000 menyebutkan bahwa untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, penyelenggara
pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang :
• tempat kerja konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku,
• pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2.2. Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi

Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada
proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek
konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi
cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang
tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan
manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja
dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Masalah keselamatan dan
kesehatan kerja berdampak ekonomis yang cukup signifikan.Dari berbagai kegiatan
dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya
adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada ke dua
jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali
mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang
sangat besar dapat terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada
elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara
risiko tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali
mengabaikan penggunaan peralatan pelindung yang sebenarnya telah diatur dalam
pedoman K3 konstruksi.

2.3.Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko dan dilakukan


berdasarkan penilaian risiko terhadap masing-masing item pekerjaan. Dengan
mempertimbangkan peralatan yang digunakan, jumlah orang yang terlibat pada masing-
masing item pekerjaan, akan dapat diprediksi peluang kejadian dan tingkat keparahan
dari risiko kecelakaan. Menurut hirarki cara berpikir dalam melakukan pengendalian
risiko adalah dengan memperhatikan besaran nilai risiko/ tahapan pengendalian
risiko,seperti berikut:

1.   Mengeliminasi /menghilangkan sumber bahaya terhadap kegiatan yang mempunyai


tingkat risiko yang paling tinggi/besar.
2.   Melakukan substitusi /mengganti dengan bahan atau proses yang lebih aman.
3.   Engineering: Melakukan perubahan terhadap desain alat /proses /layout
4.   Administrasi: Pengendalian risiko melalui penyusunan peraturan /standar untuk
mengajak melakukan cara kerja yang aman (menyangkut tentang prosedur kerja, ijin
kerja, instruksi kerja, papan peringatan/larangan, pengawasan/inspeksi,dsb).
5.   Penggunaan alat pelindung diri (APD).

2.4. Kebijakan Penerapan SMK3 Konstruksi

Kebijakan Departemen PU dalam penerapan SMK3, dalam rangka mewujudkan tertib


penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta upaya untuk mewujudkan keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang pekerjaan
umum. Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.09/PRT/M/2008 Pedoman Sistem tentang Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Sesuai dengan maksud
dan tujuan diterbitkannya peraturan menteri tersebut adalah untuk memberikan acuan
bagi pengguna dan penyedia jasa dalam penyelenggaraaan SMK3 konstruksi bidang
pekerjaan umum, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan
terkoordinasi serta semua pemangku kepentingan agar mengetahui dan memahami
tugas dan kewajibannya dalam penerapan SMK3. Berdasarkan Peraturan Menteri PU No.
09/PER/M/2008, tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang merupakan acuan bagi
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang
pekerjaan umum, UU.No. 18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi,dimana mensyaratkan
Ahli K3 pada setiap proyek / kegiatan terutama pada kegiatan yang memiliki resiko
tinggi.

BAB I PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat
tentang identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan
proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau
multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi
Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi , dan Dinas Pertanian Setempat.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu
mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Pasal 2 : Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih
dan Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan
pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi.

Pasal 3 : Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan


kerja untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut


ini :
1. Helm Pelindung Kepala
2. Sepatu untuk melindungi kaki
3. Pemadam Kebakaran
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
Pasal 4 : Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tempat/pos penjaga


keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga
keamanan yang bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan


dimensinya ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh


berada di dalam lokasi pekerjaan.

Pasal 5 : Perlindungan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama


berlangsungnya pekerjaan konstruksi dari ganguan luar.

2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20


mm dengan rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat
dengan rapi.
BAB II PEKERJAAN AWAL

Pasal 1 : Pembersihan Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari


segala sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti
hasil bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan
tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah
humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan
konstruksi.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek
adalah muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar,
dan lapisan tanah humus.

Pasal 2 : Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau


pengukuran kembali akan kebenaran posisi bangunan yang akan
dibangun seperti yang telah ada dalam Lay Out bangunan pada
Gambar Bestek.
2. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out
bangunan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain
oleh Konsultan Perencana.
3. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan
lahan atau berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh
Konsultan Perencana dan Owner.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan
Seeting Out dan disetujui oleh Konsultan Perencana dan Konsultan
Supervisi.

Pasal 3 : Pemasangan Bouwplank

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank


sebagai acuan tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan
termasuk septictank, Ground Resevoir, dan bak penampung limbah
kimia.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari bangunan yang akan dibangun
minimal 1 m dan maksimal 2 m.
3. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap
bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan
elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling rendah seperti
pondasi dan sloof selesai dikerjakan.
4. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan
Seeting Out.
5. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
BAB III PEKERJAAN GALIAN & TIMBUNAN

Pasal 1 : Galian Pondasi

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Kontraktor Pelaksana


harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan,
semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan
tapak pondasi dan ini harus dibuktikan dengan pekerjaan
pengukuran posisi perletakan pondasi dengan alat Theodolit atau
cara manual dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Pekerjaan galian pondasi tidak boleh merusak struktur tanah
disekitar galian pondasi.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar
Bestek.
5. Pengalian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk
membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang
diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.
6. Perubahan-perubahan dari gambar Bestek yang diperlukan untuk
kemudahan pekerjaan pengalian pondasi harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
7. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari
kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut
harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
8. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali
dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup.
9. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau
puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus
diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai
elevasi kedalaman yang diperlukan.
10. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan
pondasi harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak
masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu
pekerjaan konstruksi pondasi.
11. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak
berubah sebelum pekerjaan konstruksi pondasi selesai dikerjakan.
12. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah
sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan
mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
13. Pengalian dengan alat berat dibenarkan selama tidak merusak
struktur tanah disekitar galian.
14. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

Pasal 2 : Urugan Galian Pondasi


1. Urugan pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi
selesai dikerjakan.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi
atau material lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
3. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat
Stemper atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi
4. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap
lapisanya adalah 30 cm.
5. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

Pasal 3 : Galian Pipa Dan Instalasi Listrik

1. Yang dimaksud dengan galian pipa adalah semua pekerjaan yang


berhubungan dengan Instalasi Air Kotor, Instalasi Air Bersih, dan
Instalasi Limbah Kimia.
2. Bentuk dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
3. Kedalaman galian pipa minimal 40 cm dari muka tanah dasar kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
4. Galian pipa tidak boleh menggangu struktur dan konstruksi
bangunan lain yang ada disekitarnya.

Pasal 4 : Timbunan Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan Kontraktor Pelaksana harus


memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.
2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak
berbungkah-bungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan
hasil bongkaran bangunan lama, dan bukan pasir laut.
3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.
4. Untuk penimbunan dalam bangunan tidak boleh dilakukan dengan
alat berat.
5. Timbunan harus dipadatkan dengan alat Stemper, Mini Tendem
Roller atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi lapis
berlapis dengan ketebalan tiap lapis minimal 30 cm.
6. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95%
dari standar proctor laboratorium pada kadar air optimum dengan
pemeriksaan kepadatan standar.
7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 5 : Pasir Urug

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan dan timbunan serta


alas pekerjaan Lantai Kerja Beton ( Line Concrete ).
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural
dan beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat
keringnya.
BAB IV PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1 : Batu Gunung

Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu gunung yang dipergunakan adalah dari kualitas baik dari jenis
yang keras (batu granit), tidak berlubang dan forius.
2. Batu gunung tidak boleh mengandung atau menempel tanah dan
ukuran minimal 25 cm sedangkan ukuran maksimal 30 cm.
3. Untuk pekerjaan batu kosong (aanstamping) dipakai ukuran minimal
10 cm sedangkan ukuran maksimal 15 cm.

Pasal 2 : Pondasi Gunung

Proses Pelaksanaan
1. Sebelum pasangan batu gunung dikerjakan Kontraktor Pelaksana
harus memastikan galian pondasi sudah selesai 100%.
2. Pada lapisan paling dasar diberi lapisan pasir urug setebal minimal 5
cm atau sesuai dengan Gambar Bestek. Lapisan pasir urug harus
dipadatkan dengan kepadatan yang cukup.
3. Diatas lapisan pasir urug diberi pasangan batu kosong
(aanstamping) dengan ketebalan minimal 10 cm atau sesuai dengan
Gambar Bestek. Permukaan batu kosong harus benar-benar rata dan
elevasi dan harus dibuktikan dengan pekerjaan waterpassing.
4. Pasangan batu gunung diprofilkan atau dipasang diatas pasangan
batu kosong dengan campuran perekat 1 Pc : 4 Ps. Setiap permukaan
batu gunung harus benar-benar merekat satu dengan yang lain oleh
perekat dari campuran semen dan pasir.
5. Bentuk dan ukuran pasangan batu gunung harus sesuai dengan
Gambar Bestek.
6. Permukaan hasil pekerjaan pasangan batu gunung harus benar-
benar rata dan hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan
waterpassing.
7. Dalam pasangan batu gunung harus ditanam angkur-angkur besi
dengan diameter minimal 12 mm untuk keperluan penjangkaran ke
sloof-sloof bangunan kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
8. Hasil pekerjaan pasangan batu gunung harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Pondasi Sumuran

Proses Pelaksanaan
1. Setelah dilakukan pembersihan area pengerjaan, dilaksanakan galian
tanah untuk semua titik pondasi dengan dimensi sesuai dengan
Gambar Rencana. Setelah galian terbentuk, pelaksana harus
memastikan lubang pondasi tidak tergenang air.
2. Selanjutnya lubang pondasi diurug pasir dan dilakukan pengecoran
cincin sumuran dengan mutu beton K-250. Pengecoran ini dapat
dilakukan didalam atau di luar lubang galian pondasi. Cincin
sumuran dibuat dengan dimensi dan detail pembesian seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
3. Setelah cincin sumuran ditempatkan tegak lurus dalam lubang
pondasi, didalamnya diisi dengan beton mutu sedang bercampur
dengan batu belah/ batu kali.
4. Pemasangan angkur dari pondasi sumuran ke pondasi tapak di
atasnya perlu diperhatikan guna perkuatan sambungan antar kedua
pondasi tersebut.
5. Setiap kegiatan pengecoran harus mendapat persetujuan dari
Konsultan supervisi.

Pasal 4 : Pondasi Tapak Beton Bertulang

Proses Pelaksanaan
1. Sebelum pondasi tapak dikerjakan Kontraktor Pelaksana harus
memastikan galian pondasi sudah selesai 100%.
2. Kontraktor harus membuang semua air tanah yang ada dalam galian
pondasi sebelum memulai pekerjaan pondasi tapak.
3. Pekerjaan pengecoran pondasi tapak tidak boleh dikerjakan dalam
kondisi galian pondasi tergenang air.
4. Pada bagian paling dasar pondasi dilapisi dengan pasir urug dengan
ketebalan minimal 5 cm. Lapisan pasir urug harus dipadatkan
dengan kepadatan yang cukup.
5. Diatas lapisan pasir urug dikerjakan pekerjaan lantai kerja (line
concrete) dengan ketebalan minimal 5 cm dari campuran 1 Pc : 3 Ps :
5 Kr. Pekerjaan lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi
galian pondasi tergenang air.
6. Perakitan tulangan pondasi tapak dilakukan langsung diatas lantai
kerja atau dapat juga dilakukan di bengkel kerja Kontraktor
pelaksana. Jumlah dan diameter tulangan pondasi tapak sesuai
dengan Gambar Bestek.
7. Bentuk dan dimensi pondasi tapak sesuai dengan Gambar Bestek.
8. Hasil pekerjaan pondasi tapak harus benar-benar tegak lurus dalam
arah horizontal dan tegak lurus arah vertikal hal ini dibuktikan
dengan pekerjaan theodolit atau pengukuran manual.
9. Semua pondasi tapak beton bertulang dibuat dari beton dengan
mutu K-250.
10. Hasil pekerjaan pondasi tapak beton bertulang harus disetujui oleh
Konsultan supervisi.
BAB V PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, serta
pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton,
seperti acuan, besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam lingkup
pekerjaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar
sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman.

2. Peraturan – Peraturan.
Kecuali ditentukan lain di dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
· Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-
1991-03).
· Pedoman Beton 1989 (SKBI – 1.4.53.1988).
· Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung SNI 03-1727-
2002
· Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
· Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3.
· Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8.
· Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
· Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
· ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregates.
· Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
· Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83).
· American Society for Testing and Material (ASTM).
· Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
· Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC : 699.81
: 624.04).

3. Keahlian dan Pertukangan.


Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, antara lain ukuran, mutu dan
pengamanannya selama pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus dilakukan
oleh tenaga ahli yang berpengalaman selama pekerjaan tersebut berlangsung,
termasuk tenaga ahli untuk acuan/ bekisting, sehingga dapat mengantisipasi
segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu, Kontraktor wajib menggunakan
tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham dengan pekerjaan yang
sedang dilaksanakan, terutama pada saat dan setelah pengecoran berlangsung.
Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi pekerjaan sampai
pekerjaan perawatan beton selesai dilakukan. Untuk itu paling lambat 10 hari
sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengusulkan metode kerja dan
harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.

4. Persyaratan Bahan.
4.1 Semen.
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen yang
ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia
1986, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar
tersebut. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama dan
dalam keadaan baru. Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka
selama pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan. Semen harus
terbungkus dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup
rapat. Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab
dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga tidak menyentuh lantai dan
aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen tersebut tidak boleh
ditumpuk lebih dari 10 sak. Sistem penyimpanan semen harus diatur sedemikian
rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan terlalu lama. Semen yang
diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan, seperti membatu, tidak
diizinkan untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.

4.2 Agregat.
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu agregat
kasar/batu pecah dan agregat halus/ pasir beton. Kedua jenis agregat ini
disyaratkan berikut ini.

1. Agregat kasar. Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus tidak
melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal
pelat, atau ¾ jarak bersih minimum antar batang tulangan, berkas batang tulangan
atau tendon pratekan atau 30 mm. Gradasi dari agregat tersebut secara
keseluruhan harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh ASTM agar tidak
terjadinya sarang kerikil atau rongga dengan ketentuan sebagai berikut :

sisa di atas ( % berat )


Ayakan 31.50 mm 0
Ayakan 4.00 mm 90 - 98
Selisih antar 2 ayakan
02 – 10
berikutnya

2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus lebih kecil
dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sbb. :
sisa di atas ( % berat )
Ayakan 4.00 mm  02
Ayakan 1.00 mm  10
Ayakan 0.25 mm 80 – 95

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam


spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah karena sesuatu hal, maka Kontraktor
wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan PENGAWAS.
Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
harus dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah.

4.3 Air untuk campuran beton.


Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton
atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan. Air
tersebut harus diperiksa pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS. Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk
digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.

4.4 Besi beton.


Besi beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk
tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain di dalam gambar. Agar
diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi syarat-
syarat :
· Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
· Mutu sesuai dengan yang ditentukan.
· Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
Diameter besi beton ulir ditentukan sesuai dengan Pedoman Beton 1989 yaitu :
Mutu fy = 3200 Kg/cm2 untuk besi ulir
Mutu fy = 2400 Kg/cm2 untuk besi polos

Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus
mendapat persetujuan dari Konsultan PENGAWAS. Besi beton harus berasal dari
satu pabrik (manufacture). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merek besi
beton yang berlainan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus dilengkapi dengan mill
certificate/ sertifikat pabrik yang memuat label dan nomor pengecoran serta
tanggal pembuatan besi beton tersebut.

4.5 Admixtures/ material tambahan.


Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, jumlah bahan yang ditambahkan
dan cara penggunaan bahan tambahan tersebut harus disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS. Manfaat dari bahan tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji
dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang akan dipakai pada proyek ini.
Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur, memperlambat atau mempercepat pengikatan dan/atau pengerasan
beton harus memenuhi “Specification for Chemical Admixtures for Concrete”
(ASTM C494) atau memenuhi Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia.

4.6 Kualitas Beton.


Kualitas beton yang dipakai pada untuk bangunan Bertingkat adalah beton dengan
mutu K-250 untuk struktur utama seperti Pondasi Tapak, Sloof 30/50, Kolom
30/60 cm, Kolom 30/30 cm, Balok 30/60 cm, Balok 20/40 cm dan Plat Lantai.
Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor harus
melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan oleh peraturan yang
berlaku. Untuk itu harus diadakan trial-mix di laboratorium.
4.7 Disain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan kelecakan (workability) dan konsistensi yang baik,
sehingga beton mudah dituangkan ke dalam acuan dan ke sekitar besi beton, tanpa
menimbulkan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara berlebihan.
Campuran beton harus dirancang sesuai dengan mutu beton yang ingin dicapai,
dengan batasan di bawah ini :

MUTU BETON K225 K250 K300 K350 K400


Kuat tekan minimum, 7 hari
158 175 210 245 280
(kg/cm2)
Jumlah semen minimum
3 300 300 325 350 375
(kg/m )
Jumlah semen maksimum
550 550 550 550 550
(kg/m3)
W/C faktor, maksimum 0.55 0.55 0.55 0.50 0.50

Untuk beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka harus
dipenuhi syarat pada Table 4.5.1 Pedoman Beton Indonesia.

Tabel 4.5.1. Ketentuan minimum untuk beton kedap air.


Jenis Struktur Kondisi Faktor air Jumlah semen
lingkungan semen minimum
berhubungan maksimum (kg/m3)
dengan
Beton Bertulang Air tawar/ payau 0.50 290
Air laut 0.45 360
Beton Pratekan Air tawar/ payau 0.50 300
Air laut 0.45 360

Kontraktor harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada Konsultan


PENGAWAS untuk mendapatkan persetujuannya. Khusus untuk beton kedap air,
maka jumlah semen minimum harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh
pemasok waterproofing.

5. Pengujian Bahan.
5.1 Umum.
1. Ketentuan dan syarat yang tertulis di bawah ini merupakan ringkasan dari
Pedoman Beton 1989, sehingga jika terjadi perbedaan interpretasi atau hal lain
yang bertentangan harus dikembalikan kepada ketentuan dari Pedoman Beton.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pengujian
termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang
disyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya setelah hasil uji
diperoleh untuk persetujuan oleh Konsultan PENGAWAS.
3. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor harus
melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan selanjutnya
mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
4. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai dengan
pengarahan Konsultan PENGAWAS.
5. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan, Kontraktor
harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik, dimana pengujian
dilakukan secara berkala, dengan cara pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.

5.2 Laboratorium Penguji.


1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan suatu
laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material yang akan
digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung jawab untuk melakukan
semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan penguji di
lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga akhli yang menguasai
bidangnya.
a. Alat penguji agregat kasar dan agregat halus.
b. Alat pengukur kadar air (moisture content) dari agregat.
c. Alat pengukur kelecakan beton (slump)
d. Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpan untuk merawat benda uji
pada temperatur yang normal dan terhindar dari sengatan matahari.
3. Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang disebut (a) dan (b) di atas
harus disiapkan di pabrik beton readymix.

5.3 Pengujian Agregat.

5.3.1 Pengujian Pendahuluan Agregat.


1. Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai berikut :
a. Sieve analysis
b. Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain.
c. Pengujian unsur organis.
d. Pengujian kadar chlorida dan sulfat.
2. Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan PENGAWAS untuk
mendapatkan persetujuan.
3. Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis agregat harus
dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial mix.

5.3.2 Benda Uji Agregat.


1. Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan digunakan
untuk menghasilkan beton seperti yang disyaratkan. Jumlah minimum untuk
pengujian agregat yang dipakai untuk pekerjaan beton adalah sebagai berikut :

Minimum satu
Tipe Pengujian
contoh
Sieve analysis Setiap minggu
Moisture content Setiap minggu
Clay, silt dan kotoran Setiap hari
Kadar organis Setiap minggu
Kadar Chlorida dan
Setiap 500 m3 beton
Sulfat
2. Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh Kontraktor tidak memuaskan,
maka Konsultan PENGAWAS berhak untuk meminta pengujian tambahan dengan
beban biaya Kontraktor. Dan sebaliknya mungkin jumlah pengujian dapat
dikurangi jika hasil yang diperoleh ternyata memuaskan.

5.4 Pengujian Beton


5.4.1 Benda uji beton.
1. Benda uji harus diberi kode/tanda yang menunjukkan tanggal pengecoran, lokasi
pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan.
2. Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan beton readymix,
maka benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke lokasi pengecoran, sesuai
dengan yang disyaratkan oleh Konsultan PENGAWAS.

5.4.2 Jumlah benda uji beton.


1. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1.50 m 3 beton
hingga dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama. Benda uji harus
berbentuk kubus berukuran 15cm X 15cm X 15cm. Benda uji bentuk lainnya dapat
digunakan jika disetujui oleh Konsultan PENGAWAS. Selanjutnya pengambilan
benda uji sebanyak 2 (dua) buah dilakukan setiap 5 m 3 beton. Benda uji tersebut
ditentukan secara acak oleh Konsultan PENGAWAS dan harus dirawat sesuai
dengan persyaratan.
2. Jumlah benda uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton yang dituang
pada satu hari harus diambil minimal satu kali. Pada setiap kali pengambilan
contoh beton harus dibuat dua buah spesimen kubus. Satu data hasil uji kuat tekan
adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua spesimen ini yang diuji pada umur beton
yang ditentukan, yaitu umur 7 hari dan 28 hari.
3. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan PENGAWAS dapat
meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas, dengan beban
biaya ditanggung oleh Kontraktor.
4. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu beton adalah :
Jumlah minimum Waktu perawatan (hari)
Jenis Struktur
benda uji 3 7 28
Beton Bertulang 4 - 2 2
Beton Pratekan 6 2 2 2

5.4.3 Laporan hasil uji beton.


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas hasil uji beton dari laboratorium
penguji untuk disahkan oleh Konsultan PENGAWAS. Laporan tersebut harus
dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton karakteristiknya.

5.4.4 Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton.


1. Deviasi Standar - S Deviasi standar produksi beton ditetapkan berdasarkan
jumlah 30 buah hasil test kubus. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh kubus
yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti tercantum
dalam tabel berikut :

 fc  fcr 
2
S
N 1
Jumlah Benda Uji (N)-
Faktor Pengali – S
buah
 15 1.16
20 1.08
25 1.03
 30 1.00

2. Kuat tekan rata-rata - f’cr Target f’cr yang digunakan sebagai dasar dalam
menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai yang terbesar
dari formula berikut ini :
f’cr = fc’ + 1.64 S atau f’cr = fc’ + 2.64 S - 40kg/cm2.
3. Kuat tekan sesungguhnya. Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai dengan
memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi :
a. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari 4
hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S).
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai nilai
dibawah 0.85 fc’.
Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil
langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan berikutnya atas
rekomendasi KP.

5.4.5 Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Tests)


Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak dapat
dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan PENGAWAS, Kontraktor harus
melaksanakan pengujian yang tidak merusak yang dapat terdiri dari hammer test,
pengujian beban dan lain lain. Semua biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Lokasi dan banyaknya pengujian akan ditentukan secara khusus
dengan melihat kasus per kasus.

5.5 Pengujian Besi Beton.

5.5.1 Benda uji besi beton.


1. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji besi beton
masing-masing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm sesuai dengan diameter
dan mutu yang akan digunakan. Selanjutnya benda uji besi beton harus diambil
dengan disaksikan oleh Konsultan PENGAWAS sebanyak 2 buah untuk setiap 20
ton untuk masing-masing diameter besi beton. Uji besi beton terdiri dari uji tarik
dan uji lentur.
2. Pengujian mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang
perlu oleh Konsultan PENGAWAS. Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian
tanpa disaksikan Konsultan PENGAWAS tidak diperkenankan dan hasil uji
dianggap tidak sah. Semua biaya uji tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
3. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal pengiriman,
lokasi terpasang, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain data yang perlu
dicatat.
4. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka Konsultan
PENGAWAS berhak untuk meminta pengambilan contoh benda uji lebih besar dari
yang ditentukan di atas, dengan beban biaya ditanggung oleh Kontraktor.
5.5.2 Laporan hasil uji besi beton.
Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari laboratorium
penguji untuk diserahkan kepada Konsultan PENGAWAS dan laporan tersebut
harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi beton tersebut
memenuhi syarat yang telah ditentukan.

6. Syarat – syarat Pelaksanaan


6.1 Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak ditentukan secara
khusus adalah antara 5 - 12 cm. Cara uji slump sebagai berikut. Beton diambil
sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting). Cetakan slump
dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai
kurang lebih sepertiganya. Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan
besi beton diameter 16 mm, panjang 30 cm dengan ujung yang bulat. Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan
ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk sampai dengan satu lapisan
di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya.

6.2 Persetujuan Konsultan Pengawas.


Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus
diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan
dilaksanakan. Hal hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara
semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus
dicatat secara baik dan jelas, sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data
tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.

6.3 Persiapan dan Pemeriksaan.


Kontraktor tidak diizinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa izin tertulis
dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan
Pengawas tentang kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan tersebut
harus disampaikan paling lambat 3 hari sebelum waktu pengecoran, sesuai dengan
kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan Pengawas melakukan
pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus menyediakan
fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar
Konsultan Pengawas dapat memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa
fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan pengecoran.
Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki
dalam waktu 1x24 jam dan selanjutnya Kontraktor harus mengajukan izin lagi
untuk dapat melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan
waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas ke
tidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan
harus dipastikan dan dikoordinasikan dengan Konsultan PPengawas bahwa semua
peralatan yang akan tertanam di dalam beton sudah terletak pada tempatnya, dan
semua kotoran sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran. Demikian pula untuk
siar pelaksanaan sudah harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan.

6.4 Siar Pelaksanaan.


Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya.
Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan
struktur dapat dikurangi. Siar pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah
yang diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi
siar pelaksanaan harus terletak pada daerah di mana gaya geser adalah minimal,
umumnya terletak pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen
struktur.
Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar pelaksanaan
harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan
temperatur yang besar pada beton tersebut, yang dapat berakibat retaknya beton,
disamping adanya tegangan residu yang tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat
dibuat secara horisontal, dan pengecoran dapat dibagi menjadi berlapis-lapis.
Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal
yang berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti waterstop, perekat beton,
dowel dsb., maupun pembersih permukaan beton agar dapat dijamin lekatan
antara beton lama dan baru. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran
dan bekas beton yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran
dilanjutkan, harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi
terlihat, tetapi tetap melekat dengan baik.

6.5 Pengangkutan dan pengecoran beton.


Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba di lokasi
proyek dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi teknis. Jika lokasi
pembuatan beton cukup jauh dari proyek, maka harus digunakan admixtures yang
dapat memperlambat proses pengerasan dari beton. Pada saat beton diangkut ke
lokasi pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi pemisahan antara
bahan-bahan dasar pembuat beton. Pada saat pengecoran tinggi jatuh dari beton
segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi
pemisahan antara batu pecah yang berat, dengan pasta beton, sehingga
mengakibatkan kualitas beton menjadi menurun. Untuk itu harus disiapkan alat
bantu seperti pipa tremie sehingga syarat ini dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran
beton harus dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu yang cukup,
sehingga pengecoran beton dapat dilakukan dengan baik. Kontraktor harus
mengajukan jumlah alat dan personel yang akan mendukung pengecoran beton,
yang dianalisa berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Sebagai gambaran setiap alat pemadat mampu memadatkan sekitar 5 - 8 m 3 beton
segar per jam. Beton segar harus ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi
akhir, sehingga masalah segregasi dan pengerasan beton dapat dihindarkan, dan
selama pemadatan beton masih bersifat plastis. Untuk menjaga kelangsungan
pengecoran beton, Kontraktor harus mempersiapkan alat pelindung yang mungkin
berguna seperti hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

6.6 Pemadatan Beton.


1. Alat pemadat beton
Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator)
dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan mengurangi kualitas
beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability) beton. Pada
cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat, sehingga slump yang rendah
biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus disediakan vibrator dalam jumlah
yang memadai, sesuai dengan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Minimal harus dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan dipakai, jika ada
vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat pemadat harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi beton.
2. Lokasi pemadatan yang sulit
Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan
balok-kolom, dinding beton yang tipis, dan pada lokasi pembesian yang rapat dan
rumit, maka Kontraktor harus mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan
beton yang disampaikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum
pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos pada beton, sehingga secara
kualitas tidak akan disetujui.
3. Pemadatan kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka
beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan rekomendasi Konsultan
Pengawas agar retak tersebut dapat dihilangkan.
4. Metode pemadatan lain
Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang
dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara
permukaan dan inti beton. Hal ini dapat menyebabkan keretakan struktur dan
terjadinya tegangan menetap pada beton, tanpa adanya beban yang bekerja.

6.7 Temperatur beton segar.


Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang
mempunyai skala -5 s/d 100 derajat C, harus dimasukkan ke dalam contoh
tersebut sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit, maka
temperatur tersebut harus dicatat dengan ketelitian 1 derajat C.

6.8 Perawatan Beton.


1. Tujuan perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi
kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi, dan mencegah penguapan
air dari beton pada umur beton awal, dan juga mencegah perbedaan temperatur
dalam beton yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan dan penurunan
kualitas beton. Perawatan beton harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan
beton selesai dilakukan. Untuk itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian
sehingga tidak terjadi penguapan yang cepat terutama pada permukaan beton
yang baru dipadatkan.
2. Lama perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi dengan
air bersih selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai. Untuk elemen
vertikal seperti kolom dan dinding beton, maka beton tersebut harus diselimuti
dengan karung yang dibasahi terus menerus selama 7 hari.
3. Perlindungan beton tebal
Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka permukaan
beton harus dilindungi dengan material (antara lain stirofoam atau metoda
lainnya) yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, agar dapat memantulkan radiasi
akibat panas. Material tersebut harus dibuat kedap, agar kelembaban permukaan
beton dapat dipertahankan.
4. Acuan metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis,
harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut
harus dihindari dari terik matahari langsung, karena sifatnya yang mudah
menyerap dan mengantarkan panas. Perlakuan yang kurang baik akan
menyebabkan retak-retak yang parah pada permukaan beton.
5. Curing compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing
compound. Jenis dan tipe curing compound yang akan digunakan harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan
temperatur yang cepat pada permukaan beton sehingga dapat menyebabkan
keretakan pada permukaan beton.

6.9 Cara untuk menghindari keretakan pada beton.


1. Alat Monitoring
Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dar 600 mm, Kontraktor harus
menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur dan memonitor segala
kejadian yang mungkin terjadi selama pekerjaan beton berlangsung. Monitoring
dilakukan minimal selama 7 hari terhitung sejak pengecoran selesai. Kontraktor
wajib menyediakan alat pengukur temperatur yang akan diletakkan pada dasar
beton, di dalam beton dan di permukaan beton dengan jarak vertikal antara alat
ditetapkan maksimal 50 cm. Sedangkan jarak horisontal antara titik satu dengan
lainnya maksimal 10 meter. Lokasi alat pengukur dan metode pengukuran suhu
tersebut harus diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
2. Perbedaan temperatur
Umumnya permukaan beton tidak harus didinginkan secara mendadak, yang
terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar (> 20 o C) antara
permukaan dan inti beton, dan beton harus dihindarkan dari sinar matahari
langsung ataupun tiupan angin.
3. Material Bantu.
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang mungkin dapat
dicampur ke dalam beton maupun yang akan digunakan pada saat perawatan
beton untuk mencegah terjadinya penguapan yang terlalu cepat.
4. Lebar retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan. Dan lebar retak yang
diizinkan maksimal sebesar 0.004 kali tebal selimut beton.
5. Antisipasi perbedaan temperatur
Kontraktor harus menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk
mengatasi jika perbedaan temperatur menjadi lebih dari 20 derajat C, misalnya
dengan mempertebal isolasi yang sudah digunakan atau membuat isolasi menjadi
benar-benar kedap terhadap angin dan udara. Hal ini harus segera dilakukan agar
perbedaan temperatur tidak menjadi lebih besar. Untuk itu harus disiapkan
material isolasi lebih dari kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.
6. Hal-hal lain
Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah
pengecoran beton adalah :
a. Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam kondisi
terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat
pencampuran dimulai.
b. Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan mengganti
sebagian air dengan es, sehingga temperatur menjadi lebih rendah.
c. Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah.
d. Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.
e. Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal 2
jam.
f. Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan membuat
siar pelaksanaan secara horisontal pada beton yang tebal, sehingga tebal satu
lapis pengecoran menjadi kurang lebih 1 meter, dan perbedaan temperatur
dapat dikontrol.
g. Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana
temperatur lapangan sudah lebih rendah dibandingkan pada siang hari.
h. Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada seluruh permukaan beton yang
terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur tidak
terlalu berbeda pada seluruh penampang beton.
i. Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai, dan harus
diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya.
j. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar matahari
dan angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat dinding pada sekeliling
daerah pengecoran dengan plastik atau material sejenis, demikian juga pada
bagian atasnya.
7. Retak di luar batas yang disyaratkan.
Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan di luar batas yang
diizinkan, maka Kontraktor harus melaporkan hal tersebut secara tertulis dan
mengajukan perbaikan yang berisi antara lain metode kerja dan peralatan yang
digunakan berikut komposisi campuran yang digunakan, kepada Konsultan
Pengawas untuk dievaluasi lebih lanjut. Kontraktor tidak diizinkan untuk
memperbaiki keretakan tersebut sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
6.10 Adukan Beton yang dibuat di tempat (Site Mixing)
Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang dibuat di
lapangan harus memenuhi syarat-syarat :
· Semen diukur menurut berat.
· Agregat kasar diukur menurut berat.
· Pasir diukur menurut berat.
· Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete
batching plant).
· Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
· Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin pengaduk.
· Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih
dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.

6.11 Besi Beton


1. Merek besi beton
Sebelum pemesanan dilakukan, maka Kontraktor harus mengusulkan merek besi
beton dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari pabrik yang akan digunakan
untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Penyimpanan
Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara baik
sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup terlindung
sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
3. Gambar kerja dan bending schedule
Pembengkokan besi beton harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan
berdasarkan standar ditail yang ada. Pembengkokan tersebut harus dilakukan
dengan menggunakan alat-alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat patah, retak-retak dan sebagainya. Semua pembengkokan
harus dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar cutter.
Pemotongan dan pembengkokan dengan sistem panas sama sekali tidak diizinkan.
Untuk itu Kontraktor harus membuat gambar kerja pembengkokan (bending
schedule) dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
4. Bebas karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan elevasi yang sesuai dengan gambar dan
harus sudah diperhitungkan toleransi penurunannya. Sebelum besi beton
dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang
dapat mengurangi lekatan besi beton.

5. Selimut beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan gambar standar
ditail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama tarik/tekan
penampang beton harus dipasang sejauh mungkin dari garis tengah penampang,
sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan-ketentuan tersebut
diatas harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
6. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang penjangkaran,
penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar
yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila ada keraguan tentang ini maka
Kontraktor harus meminta klarifikasi kepada Konsultan Pengawas.
7. Kawat beton dan penunjang
Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan
yang kokoh untuk menghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan kawat
yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga
pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan beton tahu atau penunjang besi,
spacers atau besi penggantung seperti yang ditunjukkan pada gambar standar atau
dicantuPengawasan pada spesifikasi ini. Penunjang-penunjang metal tidak boleh
diletakkan berhubungan dengan acuan. Ikatan dari kawat harus dimasukkan ke
dalam penampang beton, sehingga tidak menonjol pada permukaan beton.
8. Sengkang-sengkang.
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan rencana, maka
sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan
gambar. Akhiran/ kait sengkang harus dibuat seperti yang disyaratkan di dalam
gambar standar agar sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan. Demikian
juga untuk besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan utama.
9. Beton tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan, dan
minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan dicor.
Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal 100 cm.
10. Penggantian besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada maka Kontraktor harus dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
 Harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
 Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud
adalah jumlah luas). Khusus untuk balok portal, jumlah luas penampang
besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
 Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di
tempat tersebut atau di daerah overlap yang dapat menyulitkan pengecoran.
 Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.
11. Toleransi Besi

Toleransi dia Toleransi berat


Diameter besi (mm)
(mm) (%)
6 <   10  0.4 7
10    16  0.4 5
16 <   28  0.5 4
  28  0.6 2
6.12 Toleransi dimensi elemen-elemen struktur
Dimensi elemen struktur seperti (pelat, balok, kolom, dinding) harus memenuhi
toleransi sbb. :

Dimensi Elemen Toleransi Toleransi


Struktur terhadap B, selimut beton
(mm) (mm) (mm)
B ≤ 200  9.0  5.0
B ≥ 200  12.0  9.0

dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi.
Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh
Konsultan PENGAWAS, untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat kesalahan
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6.13 Pemasangan alat-alat di dalam beton/sparing


1. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara tepat lokasi
sparing yang akan terdapat pada elemen struktur. Kontraktor wajib mempelajari
gambar M&E dan mendiskusikan dengan pihak terkait jika terdapat keraguan
tentang gambar tersebut. Kebutuhan sparing yang terjadi akibat perubahan disain
harus diinformasikan dan dikoordinasikan segera kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan pemecahannya. Pekerjaan membobok, membuat lubang atau
memotong konstruksi beton yang sudah jadi harus dihindarkan dan jika
diperlukan harus mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
2. Ukuran lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton, pemasangan sparing dan
sebagainya, harus sesuai dengan gambar struktur maupun gambar lain yang
terkait atau menurut petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas.
3. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M/E harus
mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam gambar standar. Jika tidak/ belum
tertera di dalam gambar maka Kontraktor wajib menginformasikan hal tersebut
kepada KP/ Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaiannya.

6.14 Beton Kedap Air.


1. Beton kedap air adalah beton yang dibuat agar tidak tembus air untuk jangka
waktu yang lama. Untuk itu Kontraktor wajib mengikuti segala ketentuan yang
disyaratkan oleh pemasok bahan kedap air/ waterproofing, termasuk cara
pembuatan beton tersebut.
2. Pada siar pelaksanaan harus dipasang waterstop sesuai dengan spesifikasi pabrik.
Waterstop tersebut harus ditunjukkan di dalam gambar kerja/ shop drawing,
sehingga rencana pengecoran harus direncanakan dengan baik. Biaya waterstop
tersebut sudah termasuk di dalam penawaran yang diajukan oleh Kontraktor.
3. Apabila terjadi kebocoran selama masa garansi, maka Kontraktor harus
mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor. Prosedur perbaikan
tersebut harus diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan Pengawas,
sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian-bagian lain yang sudah selesai.

7. Acuan/Bekisting
7.1. Umum
1. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
struktur baik kekuatan, stabilitas maupun kekakuannya serta layak untuk
digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan struktur yang berguna
untuk membentuk struktur beton agar sesuai dengan gambar rencana
2. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi ini.
Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan bahwa harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Di dalam penawarannya, Kontraktor wajib
menawarkan sesuai dengan yang ditentukan di dalam spesifikasi.
3. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian acuan yang
tertanam di dalam struktur beton.
4. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan pada acuan
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut harus dapat ditutup
dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran. Semua pengikat acuan (ties)
harus dilengkapi dengan material tertentu seperti water baffles sehingga pada
saat dicor akan menyatu dengan struktur beton.
7.2. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga kerja, bahan dan peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan seperti release
agent, pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
acuan sebagai cetakan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi dan
gambar-gambar disiplin lain yang berhubungan seperti diuraikan dalam uraian
dan syarat-syarat pelaksanaan, secara aman dan benar.
2. Ditail ditail khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus termasuk yang
ditawarkan di dalam penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika disyaratkan
menggunakan material acuan yang khusus untuk menghasilkan ditail khusus.
7.3. Persyaratan Bahan
1. Acuan dan Penyanggah.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja, pasangan bata yang
diplester, kayu atau material lain yang dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya.
Penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan untuk
dipergunakan, selama dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas. Acuan yang
terbuat dari multipleks yang dilapisi dengan sejenis kertas film yang khusus
digunakan untuk acuan multipleks dengan tebal minimal 12 mm. Pengaku harus
dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan bentuk/ ukuran dari elemen
beton yang dibuat. Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau
penggunaan material penyanggah dari kayu dapat diterima. Bahan dan ukuran
kayu yang digunakan harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk
pekerjaan beton yang langsung berhubungan dengan tanah, maka sebagai lantai
kerja harus dibuat dari beton K175. Sebagai acuan samping dari beton tersebut
dapat menggunakan pasangan batu kali, batu bata atau material lain yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Untuk elemen beton tertentu seperti kolom bulat
disarankan menggunakan acuan baja.
2. Release Agents
Release agent harus merupakan material yang memenuhi ketentuan berikut ini :
 Cream emulsion
 Neat oil dengan ditambahkan surfactant
 Release agent kimiawi yang tidak merusak beton.
Release agent harus disimpan dan digunakan sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya. Kontraktor harus memastikan bahwa release agent yang digunakan
cocok dengan bahan finish yang akan digunakan. Dan jika permukaan beton
merupakan finishing atau umum disebut beton exposed maka Kontraktor harus
memastikan bahwa permukaan beton yang dihasilkan sesuai dengan yang
diinginkan KP. Kontraktor harus memastikan bahwa release agent tersebut tidak
akan bersentuhan langsung dengan besi beton.
7.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Struktur acuan
Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian rupa, sehingga
mampu memikul beban ke semua arah yang mungkin terjadi (kuat), tanpa
mengalami deformasi yang berlebihan (kaku), dan juga harus memenuhi syarat
stabilitas. Deformasi dibatasi tidak lebih dari 1/360 bentang. Peninjauan terhadap
kemungkinan beban di luar beban beton juga harus dipertimbangkan, seperti
kemungkinan beban konstruksi, angin, hujan dan lain lain. Semua analisa dan
perhitungan acuan berikut elemen pendukungnya harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan
dilakukan.
2. Dimensi acuan
Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur adalah ukuran
bersih penampang beton, tidak termasuk plester/finishing. Tambahan elemen
tertentu seperti bentuk/ profil khusus yang tercantum di dalam gambar arsitektur
juga harus diperhitungkan baik sebagai beban maupun dalam analisa biaya.
3. Gambar kerja
Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan berdasarkan analisa yang
dilakukannya. Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran dan ditail-
ditail sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk persetujuannya. Tanpa persetujuan tersebut Kontraktor tidak
diperkenankan untuk memulai pembuatan acuan di lapangan.
4. Tanggung jawab
Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas, tanggung jawab sepenuhnya
atas kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan menjadi tanggung jawab sepenuhnya
Kontraktor. Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun
kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka semua biaya
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Acuan harus dibuat sesuai dengan
yang dibuat di dalam gambar kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar
kerja harus segera dibongkar.
5. Stabilitas acuan
Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga kemungkinan
bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Konsultan
Pengawas berhak untuk meminta Kontraktor untuk memperbaiki acuan yang
dianggap tidak/ kurang sempurna dengan beban biaya Kontraktor.
6. Inspeksi Konsultan Pengawas
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Konsultan
Pengawas.
7. Ditail acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya
tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
8. Jumlah pemakaian
Acuan hanya diperbolehkan dipakai maksimum 3 (tiga) kali, kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Pengawas. Acuan yang akan digunakan berulang harus
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat dijamin permukaan acuan tetap
rapih dan bersih.
9. Akurasi
Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi. Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum di
dalam spesifikasi ini.
10. Sistem pengaliran air
Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Harus
dipersiapkan sistem pengaliran air sedemikian, sehingga pada saat dibasahkan, air
dapat mengalir ke tempat yang diinginkan dan acuan tidak tergenang oleh air.
Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau
hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan
tidak bergoyang.
11. Ikatan acuan di dalam beton
Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas baut-baut
dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur
sedemikian, sehingga bila acuan dibongkar kembali, tidak akan merusak beton
yang sudah dibuat.
12. Acuan beton exposed
Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release agent pada permukaan acuan
yang menempel pada permukaan beton. Berhubung release agent berpengaruh
pula pada warna permukaan beton, maka pemilihan jenis dan penggunaannya
harus dilakukan dengan seksama. Cara pengecoran beton harus diperhitungkan
sedemikian rupa sehingga siar-siar pelaksanaan tidak merusak penampilan beton
exposed tersebut. Merek dan jenis release agent yang telah disetujui bersama,
tidak boleh diganti dengan merk dan jenis lain. Untuk itu Kontraktor harus
memberitahukan terlebih dahulu nama perdagangan dari release agent tersebut,
data bahan-bahan bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu untuk memperoleh persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
13. Bukaan untuk pembersihan
Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom atau
dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
14. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steger besi
(scaffolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan diatur agar
mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
15. Persetujuan Konsultan Pengawas
Setelah pekerjaan diatas selesai, Kontraktor harus meminta persetujuan dari
Konsultan Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran Kontraktor
harus mengajukan permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Konsultan
Pengawas.
16. Anti lendut (Cambers)
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, maka semua acuan untuk balok dan pelat,
harus dipersiapkan dengan memakai anti lendut dengan besar sbb. :

Lokasi % terhadap bentang


Di tengah bentang balok 0.3
Di ujung balok kantilever 0.5

7.5. Pembongkaran Acuan


1. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, dimana bagian konstruksi yang
dibongkar acuannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaannya.
2. Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai waktu sbb. :
Elemen Struktur Waktu minimum
Sisi-sisi balok, kolom dan dinding 3 hari
Balok dan pelat beton (tiang penyanggah
21 hari
tidak dilepas)
Tiang-tiang penyanggah pelat beton 21 hari
Tiang-tiang penyanggah balok-balok 21 hari

Waktu pembongkaran tersebut hanya merupakan kondisi normal, dan harus


dipertimbangkan secara khusus jika pada lantai-lantai tersebut bekerja beban
yang lebih besar dari beban rencana. Untuk mempercepat waktu pembongkaran,
Kontraktor dapat merencanakan dan mengusulkan metode dan perhitungan yang
akan digunakan, dan usulan tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Tidak ada biaya tambah untuk hal tersebut. Semua akibat
yang timbul akibat usulan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus diajukan terlebih dahulu
secara tertulis untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak bergelombang,
berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala keropos/ tidak sempurna.
5. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material lain disekitarnya, dan
pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian rupa sehinggah tidak
menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat pemindahan. Perbaikan yang
rusak akibat kelalaian Kontraktor menjadi tanggungan Kontraktor.
6. Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang
keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi
tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas, untuk meminta persetujuan tertulis mengenai cara perbaikan,
pengisian atau pembongkarannya. Kontraktor tidak diperbolehkan
menutup/mengisi bagian beton yang keropos tanpa persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-
biaya perbaikan, pembongkaran, pengisian atau penutupan bagian tersebut,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari
lokasi proyek dan dibuang pada tempat yang telah ditentukan oleh Konsultan
Pengawas sehingga tidak mengganggu kelancaran pekerjaan.

7.6. Alternatif Acuan


Seperti diuraikan di atas, Kontraktor dapat mengusulkan alternatif jenis acuan
yang akan dipakai, dengan melampirkan brosur/gambar acuan tersebut beserta
perhitungannya untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Dengan catatan bahwa alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja tambah
dan tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan. Sangat diharapkan agar
Kontraktor dapat mengajukan usulan acuan yang dapat mempersingkat waktu
pelaksanaan tanpa mengurangi/membahayakan mutu beton dan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
BAB VI PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Pasal 1 : Batu Bata

Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang


20 cm, dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan
Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik
batu bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur
ketika diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan


permukaanya benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena


mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu
harus disetujui oleh Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk


kualitas.

Pasal 2 : Batu Dinding Andesit Marmo/Batu Alam

Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu andesit marmo atau batu alam olahan adalah produksi pabrik
atau kerajinan tangan dengan kualitas terbaik.

2. Ukuran batu andesit marmo adalah 30 x 30 cm sesuai dengan


Gambar Bestek.

3. Tebal batu andesit marmo minimal 2 cm atau sesuai dengan standar


berdasarkan merk yang dipakai.

4. Kontraktor harus memperlihat contoh warna, corak, dan batu


andesit marmo untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Perencana untuk disetujui.

5. Batu andesit marmo dipasang pada bagian dinding depan dan


dinding bagian belakang bangunan atau sesuai dengan Gambar
Bestek.
6. Batu andesit marmo dipasang langsung pada dinding pasangan bata
atau tembok yang belum diplaster atau dihaluskan permukaannya
dengan perekat spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal 1,5 cm.

7. Pemasangan batu andesit marmot harus mengikuti corak dan motif


pemasangan yang ada pada Gambar Bestek.

8. Celah-celah antar batu andesit marmot yang timbul akibat


pemasangan dan untuk keperluan perekat dalam arah tebal minimal
2 mm.

9. Hasil pemasangan batu andesit marmo harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan
batu andesit marmo harus diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.

Pasal 3 : Dinding Granit

Spesifikasi Bahan/Material
1. Dinding granit t dipasang pada pintu masuk utama kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

2. Ukuran granit adalah 40 x 40 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

3. Warna granit dinding dan granit meja adalah cream kecuali


ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

4. Tebal granit minimal 5 mm.

5. Kontraktor harus memperlihat contoh warna, corak, dan ukuran


granit untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Perencana untuk disetujui.

6. Granit dipasang langsung pada dinding pasangan bata atau tembok


yang belum diplaster atau dihaluskan permukaannya dengan
perekat spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1 cm.

7. Celah-celah antar granit yang timbul akibat pemasangan dan untuk


keperluan perekat dalam arah tebal minimal 2 mm.

8. Sudut-sudut yang timbul akibat hubungan granit harus ditumpulkan


dengan alat Grenda.

9. Hasil pemasangan granit harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan
granit harus diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.
Pasal 4 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

Proses Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya
pada dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti
dinding KM/WC, bak air, dan dinding tempat whuduk.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps


dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

8. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum


dipasang.

9. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

10. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi
pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40
cm.

11. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan
batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 150 cm.

12. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap


air (trasram).

13. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.

14. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-


benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

15. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps


harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 5 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

Proses Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada
semua dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan
dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps


dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum


dipasang.
4. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

5. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.

6. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-


benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

7. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps


harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 6 : Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

Proses Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil
pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

4. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding


bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

7. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua


bidang dinding yang diplester.

8. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara


plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

9. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih
dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

10. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya


sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan
bekas.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 7 : Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

Proses Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil
pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.


4. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding
bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

5. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua


bidang dinding yang diplester.

6. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara


plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

7. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih
dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya


sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan
bekas.

8. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.


BAB VII PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA

7.1 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat–alat bantu
yang diperlukan, sampai pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela selesai
dilaksanakan. Bagian Pekerjaannya adalah :
7.1.1 Pekerjaan kosen pintu dan jendela uPVC
7.1.2 Daun pintu / jendela dan ventilasi uPVC

7.2 Persyaratan Bahan


7. 2.1 Kusen Pintu , Jendela dan Ventilasi
a. Kusen pintu, jendela dan ventilasi terbuat dari bahan Pabrikan uPVC
dengan kualitas baik yang dibentuk sesuai gambar kerja.
b. Seluruh bentuk / model dari kosen, pintu dan jendela serta ventilasi harus
sesuai gambar rencana. Bahan Pabrikan uPVC harus dikerjakan mengikuti
pola-pola seperti yang tertera pada gambar-gambar atau yang
diisyaratkan atau atas petunjuk Pengawas.
c. Pengunci dan penggantung :
- Engsel 4 inch, merk akan ditentukan kemudian.
- Kunci tanam double slag, merk akan ditentukan kemudian.
d. Persyaratan untuk Kosen uPVC antara lain sebagai berikut :

7. 2.2 Daun Pintu Panel, Jendela dan Ventilasi


a. Daun pintu panel kayu bahan Pabrikan uPVC dengan kualitas baik yang
dibentuk sesuai gambar kerja.
b. Daun jendela terbuat dari panel kaca, rapi dan tidak ada celah, ukuran
sesuai gambar. uPVC yang dipakai harus kualitas baik, lurus dan pabrikasi.
c. Pengunci dan Penggantung.
- Engsel 3 inchi, type dan merk akan ditentukan kemudian.
- Dilengkapi hak angin, pengunci dan tarikan, merk ditentukan
kemudian.
f. Kaca harus memenuhi specifikasi Sbb :
- Kaca harus mutu baik
- Ketebalan kaca 5 mm
- Warna akan ditentukan kemudian
7.2.4 Ukuran Pintu dan Jendela uPVC yang tertera dalam gambar merupakan
ukuran terpasang.

7.3. Tata Cara Kerja Pelaksanaan

- Dibentuk / dibuat di pabrik dengan menggunakan mesin pabrik


yang berkecapatan 2 kosen pintu per menit dengan ukuran (2,1 x 0,8) m.
- Hasil produksi sudah termasuk dengan lubang kunci dan engsel.
- Lebar “back opening” (bukaan belakang) minimum 100 mm.
- Hasil akhir menggunakan Achitarap, sehingga terlihat bagus dan
rapi.
- Pekerjaan pembuatan/penyetelan dan pemasangan kusen uPVC
beserta kaca harus dilaksanakan oleh pemborong uPVC yang ahli dalam
bidangnya.
- Untuk mendapat ukuran yang tepat, pemborong uPVC harus
datang ke lapangan dan melakukan pengukuran
- Untuk mendapat hasil yang baik, pembuatan/penyetelan kosen
uPVC harus dilakukan di pabrik secara masimal dan dilapangan tinggal
pasang
- Antara tembok/kolom/beton dan kusen uPVC harus diisi dengan
“sealen" yang elastis
- Pemasangan kaca pada kusen uPVC harus diisi karet gasket
BAB VIII PEKERJAAN PLAFOND

Pasal 1 : Gypsum Board

1. Material utama plafond adalah Gypsum Board ukuran standard 1200


mm x 2400 mm, tebal 9 mm dengan warna dasar putih.

2. Gypsum Board adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik


dan harus mempunyai Merk Dagang.

3. Gypsum board yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh


dalam keadaan cacat dan rusak.

Pasal 2 : Plafon PVC

 Material PVC dengan Ketebalan dengan ukuran panel Standar Pabrikasi

 Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan
harus mempunyai Merk Dagang.

 Pada setiap lembaran PVC harus dicantumkan merk dagang, ukuran lembar dan
ketebalan lembaran.

 Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Supervisi

 Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan GARANSI resmi yang dikeluarkan oleh


Pabrik PVC untuk kekuatan dan daya tahan material kepada Konsultan Supervisi.

 Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan
cacat dan rusak.

Pasal 3 : Alat Sambung

 Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Furing adalah Paku Sekrup Anti
Karat / Galvanis.

 Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi
papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.

 Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan PVC harus saling silang.

 Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar PVC minimal 10 mm.

 Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh


Konsultan Supervisi.
Pasal 4 : Rangka Plafond

1. Rangka plafond adalah kerangka aluminium / metal furing dengan


jarak 600 x 600 mm :
- Ketebalan Cat : 20 micron
- Kualitas : Metal furing terbuat dari bahan zincalume, kuat, tahan
karat, tahan api, ringan dan cepat pemasangannya.
- Dimensi : model T atau sesuai gambar

3. Cara pemasangan rangka plafond sesuai dengan denah rangka


plafond Gambar Bestek atau sesuai petunjuk Konsultan Supervisi.

3. Rangka plafond harus digantung pada konstruksi kuda-kuda atau


pada plat lantai beton bertulang atau balok lantai sesuai dengan
Gambar Bestek.

4. Setiap 2 m2 luas plafond harus dipasang minimal 6 pengantung


plafond.

Pasal 5 : Pemasangan Plafond Gypsum

1. Pemasangan Plafond Gypsum Board dilakukan langsung pada rangka


furing dengan alat sambung paku gypsum.

2 Celah-celah yang terjadi akibat pemasangan harus dirapikan dengan


dempul Gypsum dan Stiker Gypsum untuk menghindari penampakan
sambungan.

3. Pada sudut-sudut ruangan dipasang list profil gypsum ukuran 9,5/15


cm.

4. Pada posisi tertentu atau sesuai dengan Gambar Bestek dipakai list
plafond dari bahan Stainless Steel Siku ukuran 10x10x 5 mm.

5. Cara pemasangan harus mengikuti denah rangka plafond yang ada


dalam Gambar Bestek.

6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir


yang rata dan tidak melendut.

6. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena


alasan tertentu tidak boleh dipotong sembarangan tetapi harus
dibongkar perlembar standardnya pada posisi penjangkaranya pada
rangka plafond dan hal ini harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 6 : Pemasangan Plafond PVC

 Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond sudah
mencapai 100 %.
 Pemasangan Plafond PVC dilakukan langsung pada rangka plafond dengan alat
sambung paku Sekrup.

 Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang


direkomendasi oleh pabrik PVC untuk mengawasi pelaksanaan pemasangan
plafond.

 Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana


harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material
plafond.

 Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek

 Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan
tidak melendut.

 Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus
tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.

 Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah
maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.

 Celah-celah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan


pemuaian harus ditutup dengan sticker PVC dan didempul dengan baik, rapi dan
datar dengan dempul PVC.

 Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring
balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian
dan susut karena suhu.

 Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.

 Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah


pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.

 Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-
alasan tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh
dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada
posisi penjangkaranya pada rangka plafond.

 Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan


oleh Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin
Konsultan Supervisi.
BAB IX PEKERJAAN ATAP

Pasal 1 : Konstruksi Atap Baja Profil

 Material
a.    Seluruh material baja yang digunakan adalah baja dengan tegangan leleh minimal
2400 kg/cm² (ASTM-36 atau baja BJ-37). Khusus untuk bolt structural digunakan
baja muto tinggi (STM-325) dan untuk bagian lainnya digunakan bolt biasa
(ASTM-307).
b.    Material baja hrus bersih dari karat dan kotoran lainnya.
c.    Las yang digunakan adalah electrode yang sesuai dengan ASTM-5.1.

 Pekerjaan persiapan
a.    Material baja yang ke lokasi harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kontak langsung antara baja dan tanah.
b.    Sebelum dipasang material baja yang mengalami deformasi harus dibetulkan
terlebih dahulu dengan cara yang tidak merusak bahan. Bila perbaikan dilakukan
dengan pemanasan, temperature tidak boleh lebih 650° C.

 Pemotongan, tekuk dan pelubangan


a.    Pemotongan material baja dilakukan dengan cara mekanik yaitu gergaji, grinding,
atau pemotongan otomatis dengan gas. Deformasi dan kerusakan akibat
pemotongan harus dibetulkan dan dihaluskan.
b.    Pekerjaan tekuk untuk material baja dilakukan dengan pemanasan dibawah 650°
c.    Pekerjaan pelubangan untuk bolt dilakukan dengan bor atau dengan pons.
Kotoran disekitar lubang bolt harus dibersihkan. Letak lubang bolt harus akurat
dan berhubungan satu dengan lain pada titik pertemuan batang. Toleransi
ketelitian lubang bolt diijinkan sampai 1mm.

 Bolt, Mur dan Ring


a.    Sebelum Pelaksanaan, bidang kontak pada sambungan harus bersih dari karat,
debu, minyak, pernis atau lapisan lain.
b.    Bila permukaan kepala bolt atau mur membentuk kemiringan dengan baja antara
1/20 atau lebih diputar dengan persetujuan pemberi kerja/pengawas lapangan.
c.    Pengencangan dilakukan dengan memutar mur. Hanya jika tidak bias dihindarii
kepala bolt boleh diputar dengan persetujuan pemberi kerja/pengawas lapangan.
d.    Bolt pada sambungan yang dikombinasikan dengan las dikencangkan terlebih
dahulu sebelum pengelasan dilakukan.

 Pengelasan
a.    Pengelasan hanya boleh dilakukan oleh tukang las yang berpengalaman yang
memiliki sertifikat pengelasan.
b.    Pengelasan tidak boleh dilakukan bila kondisi cuaca hujan, berangin kencang dan
permukaan kotor.
c.    Ukuran dan panjang las tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditentukan dalam
gambar tanpa persetujuan pemberi kerja/pengawasangan.
d.    Base metal dengan tebal kurang dari 3mm tidak boleh digunakan untuk
pengelasan yang bersifat structural.
e.    Permukaan yang akan dilas harus rata dan bebas dari kotoran, material lepas dan
lain-lain.
f.     Semua bahan las (filler metal) yang telah diambil dari tempat aslinya harus
dilindungi dan disimpan dengan baik sehingga sifat-sifat yang berhubungan
dengan pengelasan tidak berubah. Elektroda dalam keadaan basah dan tidak
dibenarkan untuk digunakan. Elektrode type low hydrogen harus dikeringkan
terlebih dahulu menurut petunjuk dari pabrik sebelum digunakan.
g.    Bagian las yang cacat harus dihilangkan tanpa merusak base metal. Penambahan
las untuk mengganti yang dibuang harus dilakukan dengan menggunakan
elektroda dengan ukuran yang lebih kecil  dibandingkan elektroda yang
digunakan untuk pengelasan utama dan tidak boleh berdiameter lebih dari 4mm.
Cacat base metal atau las lemah harus dibetulkan dengan membuang dan
mengganti seluruh las atau dengan petunjuk sebagai berikut:

 Overlap atau cembung yang berlebihan yaitu dengan membuang weld metal yang
berlebihan.
 Las terlalu cekung, under seize atau under cutting yaitu dengan menambah las.
 Las keropos, kemasukan kotoran, pencampuran base dan weld metal yang tak
sempurna yaitu dengan membuang dan melakukan las ulang.
 Retak las atau base metal yaitu dengan membuang retak dan perkuat dengan
metal 50mm pada ujung-ujung retak dan lakukan pengelasan ulang.

Pasal 6 : Penutup Atap Bitumen

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
- Penutup Atap Bitumen
- Rabung Atap Bitumen

Syarat-syarat umum dan pengaturan.


Semua pekerjaan baja/kayu harus sesuai dengan standar di bawah :
a. Peraturan Muatan Indonesia (PMI)
b. Persyaratan Konstruksi Bahan Bangunan Indonesian (PUBBI)
c. Standard Industri Indonesia (SII)
d. Ketentuan – ketentuan yang relevan

Tata Cara Kerja Pelaksanaan


1. Asesori (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet kedap air),
lembar pelindung (flashing), lembar penutup bubungan (capping), sealant
dan lain-lain harus dari bahan dan tipe yang sama dengan penutup atap dan
atau mengikuti spesifikasi yang ditentukan pabrik.
2. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan
disertai keterangan tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk,
ukuran serta petunjuk cara pemasangan.
3. Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka
Pemberi Tugas berhak meminta Kontraktor agar dalam pelaksanaan
pekerjaan ini harus diawasi oleh tenaga ahli / supervisi khusus dari pabrik
pembuat dengan dan atas biaya tanggungan Kontraktor.
4. Lembaran penutup atap diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan
dipasang, rusuk atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi di mana
pemasangan dimulai.
5. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan
bahwa permukaan atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika
belum satu bidang, dapat menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini
terhadap rangka penumbu / gording. Dalam keadaan apapun juga untuk
mengatur kemiringan atap, ganjal tidak diperkenankan dipasang langsung
di bawah plat kait. Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh
Kontraktor Karen penyetelan dan pengganjalan tidak tepat akan
mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak penyangga kecil.
6. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan
plat kait. Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap
ujung / tepi lembaran harus memenuhi persyaratan pabrik.
7. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk
mencegah pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat
disetel 2 mm. dengan menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah
lembaran pada saat mengikatkan plat kait tersebut. Untuk mencegah plat
kait bergeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup
atau baut pada plat kait tersebut.
8 Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan
pemasangan ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan
seterusnya. Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar
atau lebih dengan ukuran yang lebih pendek. Tumpangan / overlap akhir
harus memenuhi persyaratan pabrik.
9. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi
dan lurus, garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke
arah horizontal maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik.
10. Bagian lembaran setelah terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk
tepat di atas kasau.
11 Pemasangan starter/awalan atap bitumen

11.3.12 Pemasangan Jurai dalam pada atap bitumen


11.3.13 Pemasangan atap bitumen bila bertemu dengan dinding

11.3.14 Pemasangan nok atap bitumen dan pemotongan heksagonal


11.3.15 Pemasangan paku yang benar pada atap bitumen
BAB X PEKERJAAN PENGECATAN

Pasal 1 : Referensi

1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard


sebagai berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4

Pasal 2 : Persyaratan Material

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari
kualitas terbaik.

2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk
dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat


minimal dari dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan
Perencana.

4. Jenis cat dan warna yang akan dipakai pada semua posisi bangunan
kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam
table berikut ini :

Tabel. Penempatan dan warna cat.

Konstruksi Type Spesifikasi Cat Warna

Dinding Luar Cat Tembok Weathershield Petunjuk


Exterior Max Direksi
Permukaan Beton Cat Tembok Weathershield Petunjuk
Luar Exterior Max Direksi
Dinding Dalam Cat Tembok Petunjuk
Pearl Glo
Interior Direksi
Permukaan Cat Tembok Petunjuk
Pearl Glo
Beton Dalam Interior Direksi
Listplank kayu Petunjuk
Cat Minyak Super Gloss
Direksi
Plafond gypsum Cat Tembok Petunjuk
Pearl Glo
Interior Direksi
Pasal 3 : Pelaksanaan

1. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan


permukaan beton harus benar-benar kering sebelum dilakukan
pekerjaan pengecatan.

2. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh


tukang ahli.

3. Dinding dan permukaan beton harus didempul atau diplamur


terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.

4. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.

5. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali


ditentukan lain dalam Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :

a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar,


dan 2 Kali Cat warna.
b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar,
dan 2 Kali Cat warna.
c. Cat Plafond Interior : 1 Kali Dempul Gypsum, dan 2 Kali Cat
warna.
d. Cat Minyak : 1 Kali Dempul, dan 2 Kali Cat warna.
BAB XI PEKERJAAN ALLUMUNIUM COMPOSITE PANEL

1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Ketentuan Umum
Sebelum pekerjaan pembuatan dan pemasangan dinding alluminium
dilakukan, maka:
− Pemborong wajib mengadakan pemeriksaan dan pengukuran
agar tahu ukuran dinding/plafond alluminium pada area yang akan
dipasang alluminium panel.
− Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh
bahan yang akan digunakan dan membuatkan mock-up untuk
mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas dan Perencana.
- Bahan yang cacat tidak boleh digunakan,bahan yang dipasang harus
sesuai contoh yang sudah disetujui Pemberi Tugas dan Perencana.
− Pemborong harus membuat shop drawing.
b. Lingkup Pekerjaan
− Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (pembayaran, pengiriman,
penyimpanan, pemasangan) untuk pekerja, material, dan peralatan.
− Pengadaan dan pemasangan panel-panel alluminium pada selubung luar
bangunan, sesuai dengan gambar rencana.
− Pengadaan dan penempatan sealant pada nad penghubung antar
panel,pada hubungan panel dengan dinding/plafond allumiinium, pada
pertemuan panel denganbidang-bidang lain yang akan terkena air hujan,
dan hubungan-hubungan panel lainnya, sesuai dengan gambar rencana.
− Pengadaan dan pemasangan rangka-rangka penggantung dan rangka-
rangka pengaku panel.
c. Referensi
− Semua pekerjaan harus merefer ke standarASTM A D747m D903, D790
dan E330
d. Quality Assurance :
Kualifikasi manufaktur : produk yang digunakan disini harus diproduksi oleh
perusahaan yang sudah terkenal dan mempunyai pengalaman yang sukses
dan diterima oleh Pemberi Tugas.
e. Kualifikasi pekerja :
− Sedikitnya harus ada 1 orang yang sepenuhnya mengerti terhadap
bagian ini selama pelaksanaan, paham terhadap kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan, material serta metode yang dibutuhkan selama
pelaksanaan.
− Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki skill yang
dibutuhkan.
− Dalam penerimaan atau penolakan pekerja,konsultan manajemen
konstruksi, pemberi tugas, dan perencana tidak mengijinkan tenaga kerja
tanpa atau kurangskillnya.
f. Pengiriman (Submittals)
− Kontraktor harus mengirimkan contoh bahan dan system partisi yang
akan dipakai lengkap dengan tehnikal spesifikasi dan label dari pabrik
pembuat.
− Mengirimkan shop drawing yang menunjukan system pemasangan
partisi dan system sambungan/hubungan dengan bagian-bagian lain
seperti jendela, pintu, penguat- penguatyang dipakai,hubungan dengan
dinding,ceiling,plat beton lantai,dan sebagainya untuk disetujui pemberi
tugas.
− Mengirimkan schedule pemasangan yang dikoordinasikan dengan
bagian-bagian/kepentingan-kepentingan terkait pada area yang sama
utnuk disetujui pemberi tugas.
− Membuat mock-up hubungan yang sebenarnya termasuk untuk masalah
hubungan-hubungan yang sulit.
g. Penyimpanan dan Perawatan.
− Kontraktor harus menyimpan dan merawat bahan-bahan yang akan
dipakai pada tempat yang kering,terlindung,dan ventilasi secukupnya.
− Rangka pasangan besi harus sudah dicat dasar zynchromate yang
memudahkan dan menghemat waktu kerja.
h. Garansi
Kontraktor harus memberi garansi untuk kerapihan kerja, kebenaran system,
kekokohan, ketahanan partisi terhitung 1 tahun dari telah selesainya
pemasangan ruang interior dan alat-alat yang menempel pada pertisi atau
atas petunjuk Pemberi Tugas.
i. Bahan
− Panel alluminium type panel atau setara,tebal 4mm composite,finish
PVDF.
− Sealant : Silicone Building Sealant sesuai dengan yang direkomendasikan
oleh pabrik panel tersebut.
− Produk : lihat spesifikasi material arsitektur
− Ukuran : sesuai gambar rencana
− Warna : ditentukan kemudian
− Rangka : aluminium profil
− Alluminium Composite Panel harus memiliki karakteristik sebagai
berikut : Type : 4mm (ASTM D792) 5,6 kg/m2
− Sound Insulation : 25 dB

2. PEMASANGAN
a. Panel yang harus dipakai bebas dari cacat dan pada saat
pemasangan,permukaan yang difinish harus dilindungi dengan lapisan PVC
yang melekat pada permukaan panel.
b. Penyambungan panel dengan rangkanya ataupun dengan panel lainnya
hanya dilakukan pada nad-nad yang telah disediakan.Pada permukaan panel
sama sekali tidak diperkenankan diadakan pelubangan-pelubangan.
c. Rangka panel terdiri dari profil-profil besi siku yang dipasang sehingga
memungkinkan penyetelan panel secara vertical maupun horizontal.
d. Sealant dipasang setelah permukaan-permukaan yang akan dilapisi telah
dibersihkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pembersihan yang
dikeluarkan pabrik.
e. Pemasangan sealant, Back up dan lain-lain semua harus mengikuti
ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan pabrik pembuat bahan sealant.
f. Sebelum pemasangan panel,pemborong harus menyerahkan shop drawing
kepada Pemberi Tugas dan Perencana untuk diperiksa.Shop drawing
tersebut minimal harus memperlihatkan :
− Type-type panel yang akan dipasang,lengkap dengan dimensi dan
bentuk-bentuklipatannya serta tempat-tempat di mana tiap type penel
tersebut akan dipasang.
− Bagian-bagian dari hubunganpanel yang akan dilapisisealant,nad-
nad,hubungan dengan kusen alluminium lainnya.
− Profil-profil yang akan dipakai untuk memegang panel serta cara
hubungannya dengan panel.
− Pertemuan panel tidak boleh dilaksanakan sebelum shop drawing di atas
mendapat persetujuan dari pemberi tugas dan perencana.Gambar-
gambar tersebut dibuat dengan skala yang cukup besar sehingga
memudahkan pemeriksaan.
− Pemasangan panel tidak boleh dilaksanakan sebelum shop drawing
diatas mendapat persetujuan tertulis dari pemberi tugas dan perencana.

BAB XII PEKERJAAN KAYU - HALUS


1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan secara lengkap tenaga, alat-alat dan bahan-
bahan, serta pembuatan dan pemasangan pekerjaan kayu yang terdiri dari daun
pintu dan Railling tangga finishing cat

2. BAHAN-BAHAN
a. Kayu Solid
− Mutu Kayu
Kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, untuk
semua jenis pekerjaan kayu halus seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja
dan Spesifikasi ini. Kayu harus bebas dari getah, celah, mata kayu besar
yang lepas atau mati, susut pinggir-pinggirnya dan cacat lainnya yang
parah.
b. Kadar Air
Kecuali ditentukan lain semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus dalam
keadaan kering dan telah di-oven.
c. Jenis Kayu
Kayu-kayu dipilih yang terbaik untuk jenisnya yang memiliki penampilan
baik dan penyelesaian yang berkualitas. Kayu yang akan menerima lapisan
transparan harus bersih dan berkualitas terbaik. Ukuran jadi (tidak ada
toleransi ukuran).
Panil Pintu :Kayu kamper, 3/10, hampir bebas mata dan tidak doreng. tebal
sesuai gambar.
d. Anti Rayap
Kayu-kayu harus disemprot dengan larutan anti rayap bergaransi 5 (lima)
tahun.
e. Alat Pengencang
Semua alat pengencang seperti paku, sekrup, baut, angkur dan lainnya harus
dari baja lapis galvanis dalam ukuran sesuai petunjuk Gambar Kerja atau
sesuaikebutuhan standar yang berlaku.
f. Perekat
Semua lem dan perekat yang digunakan harus dari jenis kedap air dan tidak
berwarna bila mengering, seperti produk neoprene based/synthetic resin
based.
g. Kaca dan Aksesoris
Kaca dan aksesori untuk pintu, jendela dan partisi harus memenuhi
ketentuan Persyaratan teknis Kaca dan Aksesories.

3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Ukuran dan Pola
Kayu harus diselesaikan/diratakan pada empat sisinya, ukuran kayu harus
sesuai persyaratan sni/sk sni 1991. Kayu harus dikerjakan sesuai dengan
pola/desain yang ditentukan dalam gambar kerja.
b. Pengawetan
Semua jenis kayu dan kayu lapis yang dipasang tetap dalam bangunan atau
struktur harus sudah diberi bahan pengawet. Bila kayu yang telah diawetkan
dipotong, maka bagian permukaan yang dipotong tersebut harus diulas
dengan bahan pengawet yang sama. Bahan pengawet dan pelaksanaannya
harus memenuhi ketentuan yang tersebut dalam skbi - 3.6.53.1987 - panduan
pengawetan kayu dengan cara pemulasan, pencelupan dan rendaman.
c. Pengerjaan
Pekerjaan kayu yang telah selesai harus diamplas,bebas dari bekas mesin dan
alat, kikisan,serat kayu yang timbul atau cacat lain di permukaan yang
terlihat.Sambunganharus rapat sedemikian rupa untuk mencegah
penyusutan.Sambungan pasak harus disetel dengan lem dan diberi baji dan
untuk pekerjaan interior harus disemat.Untuk mendapatkan hasil yang baik
pekerjaan kayu halus yang membutuhkan akurasi ukuran seperti pembuatan
daun pintu harus dilakukan di pabrik atau workshop di luar lokasi secara
maksimal. Sehingga di lokasi tinggal melukakan pemasangan dan penyetelan.
Untuk hand-railing dipasang pada plat besi tiang railing dengan
menggunakan dinabolt/fischer tiap 50 cm panjang railing.
d. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Sempurna
Bila diketahui pekerjaan-pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau
bengkok,atau kelihatan ada cacat-cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus
sebelum masa pemeliharaan berakhir maka pekerjaan yang cacat tersebut
harus dibongkar dan diganti hingga PPK merasa puas dan pekerjaan-
pekerjaan lainnya yang terganggu akibat pembongkaran tersebut harus
dibetulkan atas biaya Pelaksana Pekerjaan.
e. Susut (Mengkerut)
Persiapan, penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus
sedemikian rupa, hingga susut dibagian mana saja dan ke arah manapun
tidak akan mengurangi/mempengaruhi kekuatan dan bentuk dari pekerjaan
kayu yang sudah jadi, juga tidak menyebabkan rusaknya bahan-bahan yang
besentuhan.
f. Pembersihan
Semua tatal, puntung kayu dan kayu bekas harus dibersihkan secara teratur
dan pada waktu penyelesaian pekerjaan.Semua bekas yang sudah tidak dapat
digunakan lagi dan sampah- sampah harus disingkirkan atau dimusnahkan.

BAB XIII PEKERJAAN LISTRIK


11.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di


dalam bangunan, pemasukan arus yang bersumber dari instalasi PLN
(Perusahaan Listrik Negara) atau Genset, penyediaan bola lampu, kabel-
kabel, pipa-pipa PVC, tiang listrik, dan sebagainya sehingga listrik menyala.
Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang disesuaikan
dengan jumlah yang tertera dalam gambar. Titik Lampu dan Stop Kontak
mengandung maksud tempat mata lampu dan stop kontak yang telah
dipasang kabel-kabel yang diperlukan sehingga arus listrik sudah berfungsi
pada titik tersebut.

11.2. Bahan-bahan yang digunakan

11.2.2. Kabel NYM


Kabel dengan 3 inti untuk satu pass
Inti copper dibungkus dengan isolasi PVS
Isolasi 2 lapis menyelubungi inti

11.2.3. Kabel NYA


Isolasi PVC, luas penampang minimum yang boleh digunakan
2,5mm2.
Kawat BC, kawat tembaga yang telanjang.

11.2.4. Steker stop kontak dan saklar dari bahan ebonit kualitas baik.

11.2.5. Bola lampu pijar, TL dan armaturnya adalah produksi Nasional


merk Philips, Toshiba, Tungsram atau yang sekualitas, dengan
syarat-syarat berikut :
Lampu TL :
Body dari plat besi, tebal minimum 0,9 mm, dicat putih didepan,
abu-abu di belakang.
Balast merk Sinar atau sejenisnya
Stater Merek Philips atau sejenisnya
Fitting :
Bagi TL 20 W/220 V besarnya 2,5 micro F + 10 %
Pengabelan di dalam harus disolder
Kap merek SUN atau sekualitas.

11.2.6. Panel box yang dilengkapi fuse, switch untuk pembagian group
pemasangan instalasi listrik, Produksi Dalam Negeri (nasional)
atau sekualitas, dengan arde (pentanahan) dari kabel B.C.
Macam-macam switch/outlet yang digunakan untuk tegangan 220
volt adalah :
 Outlet/stop kontak biasa (General Purpose Outlet)
Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Rating arus : 3 X 20 Ampere
Type : Pemasangan sistem tanam
Bahan : Ebonit warna putih
 Plug dan socket 1 phase untuk power
Pole : Phase + Neutral + Earth
Tegangan : 220 volt, 1 phase, 50 Hz
Type : Pemasangan di luar diberi landasan kayu
Bahan : Ebonit warna putih

11.3. Penggunaan
11.3.1. Kabel NYM dipergunakan sebagai instalasi penerangan di dalam
dinding.
11.3.2. Kabel NYA dipergunakan sebagai instalasi penerangan.

11.4. Pedoman Pelaksanaan


11.4.1. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak
serta jenis armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai
dengan gambar instalasi listrik. Sedangkan sistem pemasangan
pipa-pipa listrik pada dinding maupun beton harus ditanam (sistem
inbouw) dan penarikan kabel (jaringan kabel) diatas plafon diikat
dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 atau 1,20 m, atau
jaringan kabel diatas plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC.
Khusus untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde
(pentanahan) sesuai dengan peraturan yang berlaku (mencapai dan
terendam air tanah).

11.4.2. Pemasangan instalasi listrik berikut penggunaan bahan/komponen-


komponennya harus disesuaikan dengan sistem tegangan lokal 220
Volt. Daya yang digunakan sesuai petunjuk gambar.

11.4.3. Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan direksi,


pemborong boleh menunjuk pihak ketida (instalatur) yang telah
memiliki izin usaha instalasi listrik atau izin sebagai instalatur yang
masih berlaku dari Perum Listrik Negara (PLN). Pemborong tetap
bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini sampai listrik tersebut
menyala (siap dipergunakan), termasuk biaya pengujian dengan
pihak PLN

11.4.4. Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban


penuh selama 1 X 24 jam secara terus menerus. Semua biaya yang
timbul akibat pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

BAB XIV PEKERJAAN INSTALASI AIR DAN SANITASI


Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan Instalasi air adalan :
a. Saluran air buangan (mandi + air hujan)
b. Saluran air kotor (KM/WC)
c. Saluran air bersih
d. Septic tank

Bahan dan Peralatan


1 Bahan yang diperlukan adalah :

NO.
BAHAN JENIS SPECIFIKASI
1. Pipa pvc Kwalitas I Standard pabrik
2. Asoseries Sambungan Kwalitas I Standard pabrik
3. Floor drain Kwalitas I Standard pabrik
4. Kran air Kwalitas I Standard pabrik
5. Clean Out + Tutup Kwalitas I Standard pabrik
6. Closet Jongkok Kwalitas I Standard pabrik
7. Wastafel + Cermin Kwalitas I Standard pabrik

Peraturan dan Syarat-syarat

1 Peraturan yang dipedomani adalah pedoman standarisasi instalasi


air/Plumbing Indonesia. Apabila merk / type bahan yang disebutkan
diatas tidak ada maka boleh dipakai bahan sekwalitas.
2 Semua sambungan /cabang dari pipa pembuangan maupun pipa air
bersih harus dibuat cabang model Y dimana setiap sambungan
menggunakan solven semen dan rubber ring (ring karet) agar tidak
bocor.
4 Tempat permulaan air masuk ke pipa pembuangan harus dipasang
drain.
5 Tempat pertemuan antara pipa pembuangan dengan saluran utama
(parit) harus dibuat bak kontrol.
6 Semua Floor drain (FD) terbuat dari plat berlubang-lubang dan
dilengkapi dengan water trap.
7 Perlengkapan sambungan (Asoseries) dipakai seperlunya pada tempat-
tempat yang sesuai dengan bentuk sambungan.
8 Pipa pembuangan air buangan dengan pipa air kotor KM/WC tidak
boleh disatukan.
9 Ukuran pipa instalasi air adalah sebagai berikut :
Pipa air hujan / air hujan ukuran  2 “
Pipa air kotor (KM/WC) ukuran 3”
Pipa air bersih ukuran ¾”
10 Air pipa Instalasi air sedapat mungkin jangan kelihatan baik dari dalam
maupun dari luar bangunan.

Tata Cara Kerja Pelaksanaan


1 Tentukan terlebih dahulu tempat pemasangan pipa air buangan, air
kotor, air hujan dan air besih serta berikan tenda.
2 Pahat dinding, balok atau plat beton dimana dilaksanakan pemasangan
pipa buangan tersebut kemudian diplester kembali.
3 Buat sambungan-sambungan pipa bila diperlukan sesuai dengan bentuk
yang diingini.
4 Pipa air kotor KM/WC dibuat mulai dari beberapa closet kemudian
disalurkan dengan satu pipa ke septictank.
5 Pipa air buangan (mandi dan hujan) dibuat mulai dari talang atau
KM/WC kemudian disalurkan dengan satu pipa kesaluran bangunan
utama.
6 Pipa air bersih dibuat dari PDAM disalurkan ke masing-masing KM/WC.

BAB XIV

PENUTUP

1 Pemborong membuat opnane photografi sebanyak 3 (tiga) lembar pada saat


belum dimulai, sedang dalam pelaksanaan dan setelah selesai pekerjaan, pada
pandangan yang sama 4 (empat) arah muka, belakang, samping kiri dan samping
kanan. Selain itu laporan harian serta semua Berita acara yang diperlukan.
2 Pemborong harus membuat perubahan gambar rencana sesuai dengan kondisi
pelaksanaan pekerjaan dilapangan harus dibuat gambar As Build Drawing untuk
mendapatkan persetujuan pekerjaan dari Direksi.

Mengetahui : Dibuat Oleh :


CV. CEUDAH CONSULTANT CV. CEUDAH CONSULTANT

M. ZANIR, ST Asmadi Suria, ST, MT


Direktur Team Leader

Anda mungkin juga menyukai