Anda di halaman 1dari 9

Dunkin Donuts Report

Oleh :

Marvel Krent – 2006596573

Sistem Informasi 2020

Manajemen Bisnis
Dunkin’ Donuts
Dunkin’Donuts atau biasa disebut DD adalah waralaba internasional yang bergerak pada
bidang pangan dan mengkhususkan produknya dalam bentuk donat dan kopi. Meskipun Dunkin’
Donuts mengkhususkan produknya, DD juga menyediakan berbagai varian makanan dan
minuman, seperti sandwiches, ice chocolate, dll. Setelah 70 tahun berjalan, DD sekarang sudah
tersebar di lebih dari 30 negara dengan lebih dari 15.000 gerai.

Dunkin’ Donuts didirikan oleh Bill Rosenberg pada tahun 1940. Awalnya, Bill
Rosenberg membuat gerai donat bernama Open Kettle yang terletak di kota Boston, Quincy –
Massachusetts, Amerika Serikat. Karena Open Kettle berkembang dengan pesat, pada tahun
1950, Bill Rosenberg mengganti nama Open Kettle menjadi nama yang lebih menjual, yakni
Dunkin’ Donuts. Selain itu, Bill juga mengubah bentuk usaha Dunkin’Donuts menjadi waralaba
(franchising). Seiring berjalannya waktu Dunkin’ Donuts sangat berkembang dengan pesat,
hingga akhirnya pada tahun 1970, Dunkin’ Donuts sudah menjadi merek internasional dengan
memiliki reputasi yang luar biasa dalam pelayanan dan kualitas produknya. Hal inilah yang
menyebabkan Allied Domecq, perusahaan internasional yang membawahi Togo’s dan Baskin
Robins, tertarik untuk membeli Dunkin’Donuts. Akhirnya, pada tahun 1990, Dunkin’ Donuts
sudah diambil alih oleh Allied Domecq. Pada tahun 2005, Allied Domecq mengganti nama
perusahaannya menjadi Dunkin’ Brands Group, inc.

Dunkin’ Donuts yang berada di negara asalnya memiliki berbagai varian menu yang
berbeda dengan negara kita. Contohnya di Amerika DD memiliki menu sandwich berisi bacon,
telur, dan keju. Berbeda dengan DD di negara kita yang rata – rata memiliki menu sandwich
dengan isian ayam, sapi, atau tuna. Perbedaan isi sandwich ini dikarenakan, negara kita memiliki
penduduk dengan mayoritas beragama muslim yang mana tidak boleh mengonsumsi daging babi.
Hal ini menunjukkan bahwa Dunkin’ Donuts memiliki global perspektif dengan polycentric
attitude, suatu pandangan mengenai manajer di negara tersebut (host country) mengetahui
pendekatan dan praktik yang tepat untuk menjalankan bisnisnya. Jadi, karena manajer DD di
Indonesia mengetahui bahwa mayoritas penduduk Indonesia tidak bisa mengonsumsi daging
babi, ia mengganti isi dari sandwich tersebut agar bisa laku di pasar Indonesia. Selain perbedaan
isi sandwich, terdapat bukti lain yang menunjukkan bawa Dunkin’Donuts menggunakan
polycentric attitude, yaitu mengikuti tren yang berada di negara tempat DD beroperasi.

Desember 2020 1
Contohnya, saat tren tentang minuman yang menggunakan brown sugar di Indonesia, DD
Indonesia langsung menyediakan produk brown sugar series yang menawarkan berbagai varian
cokelat, kopi dengan menggunakan brown sugar. Hal ini menandakan bahwa manajer di negara
tempatnya beroperasi mengetahui pendekatan yang sesuai untuk menjalankan Dunkin’ Donuts.

Dunkin’ Donuts adalah multinasional company (MNC) dengan tipe multidomestic


corporation, yang mana memiliki sistem manajemen desentralisasi dan pengambilan keputusan
oleh negara tempat Dunkin’ Donuts beroperasi (local country). Hal ini dibuktikan dengan
strategi marketing yang dilakukan Dunkin’ Donuts Indonesia berbeda dengan negara asalnya.
Selain itu, produk – produk yang disajikan walaupun sesama donat dan kopi, tetapi memiliki
perbedaan varian – varian yang berdasarkan ketertarikan di negara masing – masing. Contohnya,
pada saat pemilu di Indonesia, DD Indonesia memberikan harga spesial kepada pelanggan yang
menunjukkan telah menggunakan haknya sebagai warga negara RI. Lalu, seperti contoh
sebelumnya yaitu brown sugar series yang berada di Indonesia, tetapi tidak dimiliki Dunkin’
Donuts Amerika. Strategi penjualan seperti ini tidak akan bisa dilakukan apabila semua
pengambilan keputusan dan sistem manajemen dilakukan oleh pusat (sentralisasi).

Perkembangan Dunkin’ Donuts ini sangatlah pesat, hingga akhirnya DD menuju ranah
mancanegara. Ekspansi pertama yang dilakukan oleh Dunkin’Donuts adalah membuka gerainya
di Canada pada tahun 1965. Tak disangka perusahaan ini terus bertumbuh hingga mendapatkan
revenue sebesar US$ 44 juta pada tahun 1967. Lalu, Dunkin’ Donuts kembali mengekspansi
perusahaannya ke luar Amerika. Pada tahun 1970 DD pertama yang berada di luar Amerika pun
berdiri di Jepang. Kemudian pada tahun 1985, dilanjutkan pendirian Dunkin’ Donuts di
Indonesia. Setelah itu, Dunkin’ Donuts terus bertumbuh dengan pesat hingga bisa mencapai lebih
dari 30 negara di dunia. Perluasan pasar Dunkin’Donuts ini menggunakan franchising yang
mana pemilik perusahaan menjual hak untuk menggunakan nama dan standar operasionalnya
kepada para franchisee yang ingin mendirikan Dunkin’ Donuts di negaranya. Para franchisee ini
biasa disebut sebagai master franchise. . Setelah itu, master franchise ini akan membuka
franchising juga untuk memperluas Dunkin’ Donuts di negaranya masing – masing. Contohnya
adalah PT Dunkindo Lestari yang merupakan master franchise Dunkin’ Donuts di Indonesia.
Perusahaan ini membuka kembali franchise Dunkin’ Donuts untuk memperluas pasarnya di

Desember 2020 2
Indonesia. Dengan demikian, Dunkin’ Donuts yang pada awalnya hanya merupakan gerai donat
kecil di Amerika, sekarang bisa tersebar di berbagai belahan dunia.

Menurut businesswire.com pertumbuhan pasar penjualan donat akan tumbuh sebesar 4%


dan untuk market share Dunkin’ Donuts menempati urutan kedua sebesar 26% pada awal tahun
2020. Walaupun persentase market share dari Dunkin’ Donuts hanya sebesar 26%, menurut
analisis saya perusahaan ini masih termasuk kategori star dalam BCG matriks. Hal ini
dikarenakan dengan persentase sebesar 26% saja bisa menduduki urutan kedua, yang berarti
dengan angka tersebut ukuran market share dari Dunkin’ Donuts masih tergolong tinggi.

Melihat kondisi Dunkin’ Donuts yang masih termasuk dalam kategori star, Dunkin’
Donuts menggunakan growth strategy yang bersifat concentration. Metode concentration ini
berarti, bisnis akan melakukan ekspansi, tetapi tetap fokus pada bisnis utamanya. Dalam hal ini,
Dunkin’ Donuts akan melakukan ekspansi, tetapi tetap fokus pada bisnis utamanya, yakni pada
bidang pangan. Dunkin’ Donuts terus berinovasi tentang varian – varian donat yang akan dijual
kepada konsumen. Baru – baru ini Dunkin’ Donuts mengeluarkan donat berbentuk pohon cemara
dan donat berbentuk boneka salju. Varian donat baru ini menunjukkan bahwa Dunkin’ Donuts
terus berinovasi pada produk utamanya.

Sebenarnya, Dunkin’ Donuts sendiri telah diakuisisi oleh Dunkin’ Brands Group pada
tahun 1990. Dunkin’ Brands Group adalah perusahaan yang bergerak pada industri pangan dan
membawahi Baskin Robbins pada mulanya. Karena kedua perusahaan bergerak pada industri
yang sama, menunjukkan bahwa Dunkin’ Brands Group menggunakan growth strategies dengan
tipe diversification. Tipe ini berarti, perusahaan mengekspansi bisnisnya dengan menggabungkan
atau mengakuisisi bisnis yang berbeda, tetapi masih dalam industri yang sama. Dunkin’ Brands
Group tertarik dengan Dunkin’ Donuts karena melihat perkembangannya yang pada saat itu
sangat pesat. Selain itu, Dunkin’ Brands Group juga melakukan backward vertical integration
karena perusahaan ini juga merupakan supplier dari Dunkin’ Donuts sendiri.

Namun, pada kuartal kedua di tahun 2020 Dunkin’ Brand Group, perusahaan dibalik
Dunkin’ Donuts, mengalami penurunan sehingga diperkirakan harus menutup sekitar 800 gerai
di akhir tahun 2020. Penurunan ini dikarenakan situasi pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh
dunia.. Berdasarkan analisis saya, penutupan 800 gerai tersebut ditujukan agar Dunkin’ Brand
Group bisa memotong biaya dan menstrukturisasi kembali perusahaan yang merupakan bentuk

Desember 2020 3
dari renewal strategies. Oleh karena itu, dalam renewal strategies, Dunkin’ Brand Group
menggunakan turnaround strategies karena pada akhir taun ini penurunan penjualan dari
perusahaan cukup drastis.

Kompetitor Dunkin’ Donuts sangat banyak dan secara global yang terbesar adalah
Starbucks. Oleh karena itu, sangat penting untuk menentukan competitive strategy dalam suatu
perusahaan global. Dalam menentukan competitive strategy biasanya dilakukan dengan
mengetahui apa kelebihan suatu perusahaan dibandingkan dengan kompetitornya, hal ini biasa
disebut dengan competitive advantage. Perusahaan yang tidak memiliki competitive advantage
akan mengalami stuck in the middle. Kondisi ini akan mengakibatkan suatu perusahaan tidak
bisa menjadi leader atau pemimpin dalam suatu industri dan akan sulit mendapatkan
pertumbuhan (growth). Terdapat lima kekuatan yang menentukan daya tarik dan keuntungan dari
suatu industri. Lima kekuatan ini dapat digunakan sebagai dasar analisis dari penentuan
competitive strategies Dunkin’ Donuts.

Pertama, threat of new entrants yaitu ancaman dari kompetitor baru. Starbucks termasuk
dalam kompetitor baru yang mengancam Dunkin’ Donuts. Hal ini dibuktikan dengan market
share Starbucks yang lebih besar dari Dunkin’ Donuts. Walaupun demikian, tetap saja Starbucks
tidak menyediakan berbagai varian donat yang dimiliki oleh Dunkin’ Donuts. Selain Starbucks,
terdapat kompetitor yang lebih baru dan mengancam bagi Dunkin’ Donuts yaitu J.Co. J.Co
adalah perusahaan waralaba internasional yang didirikan pada tahun 2006. Berdasarkan data
yang saya cari di internet harga donat J.Co lebih murah daripada Dunkin’ Donuts. Namun, donat
milik DD lebih tebal dan mengenyangkan konsumen. Selain itu, pasar Dunkin’ Donuts di dunia
juga jauh lebih besar daripada J.Co yang baru tersebar di lima negara.

Kedua, threat of substitutes yaitu ancaman dari barang substitusi yang bisa menggantikan
dari produk Dunkin’ Donuts. Apabila J.Co berhasil memperluas pasarnya maka keberadaan
donat milik DD dapat tergantikan.Hal ini disebabkan oleh donat J.Co yang memiliki varian
topping lebih banyak daripada Dunkin’ Donuts.

Ketiga, bargaining power of buyers yaitu daya tawar dari pembeli. Seperti yang kita tahu,
rata – rata dari pembeli menginginkan harga yang murah dari suatu produk. Produk dengan harga
yang jauh lebih murah akan lebih banyak menarik pelanggan. Jika disandingkan dengan
kompetitor globalnya, yakni Starbucks. Dunkin’ Donuts memiliki harga yang jauh lebih

Desember 2020 4
terjangkau. Sedangkan apabila disandingkan dengan J.Co, Dunkin’ Donuts memiliki harga yang
sedikit lebih mahal.

Keempat, bargaining power of suppliers yaitu daya tawar supplier. Semua perusahaan
pasti menginginkan mendapatkan laba yang tinggi. Hal ini bisa tercapai dengan banyak cara,
salah satunya adalah harga dari suppliers yang murah. Dunkin’ Donuts yang dibawahi oleh
Dunkin’ Brands Group mensupply penuh produknya sendiri. Dengan demikian, Dunkin’ Donuts
dapat menjaga kualitas dari produknya dan bisa memotong biaya produksi.

Kelima, current rivalry yaitu kondisi kompetitor saat ini. Kondisi kompetitor global saat
ini adalah Starbucks yang mana memiliki brand yang lebih premium daripada Dunkin’ Donuts.
Selain itu, J.Co juga sedang berkembang untuk terus memperluas pasarnya. Oleh karena itu,
competitive strategies bagi Dunkin’ Donuts sangatlah penting untuk tetap bisa bertahan di pasar
global.

Dari kelima kekuatan yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa Dunkin’ Donuts
menggunakan cost leadership strategy sebagai competitive strategy mereka. Cost leadership
strategy adalah ketika perusahaan memiliki harga yang lebih murah dibanding kompetitornya.
Karena untuk saat ini kompetitor global terbesar dari Dunkin’ Donuts adalah Starbucks, maka
cost leadership strategy adalah suatu strategi yang tepat dengan menawarkan harga yang lebih
murah dari Starbucks. Selain alasan J.Co belum tersebar secara luas di dunia, selisih harga
produk dari kedua perusahaan ini tidak cukup jauh. Jadi jika disandingkan dengan J.Co, dengan
brand dan kualitas yang dimiliki oleh Dunkin’ Donuts harga yang ditawarkan DD masih
tergolong cukup murah.

Desember 2020 5
KESIMPULAN
Dunkin’ Donuts adalah waralaba internasional yang pada awalnya dimiliki oleh Bill
Rosenberg. Hingga akhirnya pada tahun 1990 Dunkin’ Donuts diakuisisi oleh Allied domecq
yang berganti nama menjadi Dunkin’ Brands Group, inc pada tahun 2005.

Langkah Dunkin’ Donuts untuk memasarkan produknya ke kancah internasional dengan


menggunakan sistem franchising. Walaupun Dunkin’ Donuts berasal dari Amerika, tetapi
Dunkin’ Donuts menggunakan polycenthric attitude dalam global perspektifnya. Sehingga di
negara manapun Dunkin’ Donuts memercayai bahwa manajer di negara tersebut lebih
mengetahui strategi – strategi yang harus dilakukan untuk menjalankan bisnisnya. Hal ini yang
menyebabkan Dunkin’ Donuts termasuk dalam multinational company dengan tipe
multidomestic corporation yang mana pengambilan keputusan dan sistem manajemennya
dilakukan secara desentralisasi.

Dunkin’ Brands Groups masih dalam kondisi star dalam BCG matriks. Oleh karena itu
corporative strategy yang dilakukan oleh Dunkin’ Brand Groups di antaranya adalah growth
strategy yang bersifat concentration dengan mengembangkan bisnis utamanya. Lalu, akuisisi
Dunkin’ Donuts kepada Dunkin’ Brands Group yang merupakan growth strategy bersifat
diversivication dan menjadi supplier sendiri yang merupakan backward vertical integration.

Namun, pada kuartal kedua di tahun 2020 ini perusahaan Dunkin’ Brands Groups
menurun drastis sehingga harus melakukan renewal strategies. Penurunan ini disebabkan oleh
pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh dunia. Renewal strategy yang dilakukan oleh
Dunkin’ Brands Group adalah turnaround strategies dengan menjual 800 gerai di akhir tahun
2020 ini.

Mengingat kompetitor Dunkin’ Donuts cukup banyak, penting bagi perusahaan ini untuk
menentukan competitive strategy yang tepat. Menurut analisis saya, dengan berdasarkan lima
kekuatan yang menentukan daya tarik dan keuntungan dari suatu industri. Competitive strategy
dari Dunkin’ Donuts adalah Cost leadership strategy.

Desember 2020 6
REFERENSI

• Robbins, Stephen P & Coulter, Mary A. (2017). Management (14th edition). London :
Pearson Education.
• Genovese, Daniella. (2020, July 30). Dunkin’ to permanently close 800 US stores in 2020,
8% of US restaurants. Retrieved from https://www.foxbusiness.com/markets/dunkin-
coronavirus-closing-800-us-stores. Diakses pada 12 Desember 2020.
• Aruman, Edhy. (2017, March 6). Babak Baru Persaingan Kedai Starbuck Vs Dunkin
Donuts. Retrieved from https://mix.co.id/headline/babak-baru-persaingan-kedai-starbuck-
vs-dunkin-donuts/ . Diakses pada 12 Desember 2020.
• (2020, July 14). Insight on the Global Doughnuts Market 2020 – 2024. Retrieved from
https://www.businesswire.com/news/home/20200714005852/en/Insights-on-the-Global-
Doughnuts-Market-2020-2024-COVID-19-Analysis-Drivers-Restraints-Opportunities-
and-Threats-Technavio. Diakses pada 13 Desember 2020.
• Brown, Nick. (2019, October 25). Nearly Four of Five US Coffe Shops are Now Starbucks,
Dunkin’ or JAB Brands. Retrieved from https://dailycoffeenews.com/2019/10/25/nearly-
four-of-every-five-us-coffee-shops-are-now-starbucks-dunkin-or-jab-
brands/#:~:text=Dunkin'%20now%20maintains%20a%2026,representing%20a%2026%2
5%20market%20share. Diakses pada 13 Desember 2020.
• (2012, January 4). Dunkin’ Brands Signs Exclusive Procurement & Distribution
Agreement With Dunkin’ Donuts Franchisee-Owned Cooperative. Retrieved from
https://investor.dunkinbrands.com/news-releases/news-release-details/dunkin-brands-
signs-exclusive-procurement-distribution-
agreement#:~:text=(Nasdaq%3A%20DNKN)%2C%20the,all%20Dunkin'%20Donuts%2
0restaurants%20in. Diakses pada 13 Desember 2020.
• Whitten, Sarah. (2018, April 26). Dunkin’ Donuts CEO still confident in turnaround plan
despite ‘choppy’ first quarter. Retrieved from https://www.cnbc.com/2018/04/26/dunkin-
donuts-ceo-still-confident-in-turnaround-plan.html. Diakses pada 13 Desember 2020.
• Donuts, Dunkin’. (n.d.). Retrieved from http://www.dunkindonuts.co.id/about.php.
Diakses pada 13 Desember 2020.
• Donuts, JCO. (n.d.). Retrieved from http://m.jcodonuts.com/international. Diakses pada 13
Desember 2020.
• Rogers, Kate. (2018, February 9). Dunkin’ CEO has a plan to win the coffee wars in cafes
and at the grocery store. Retrieved from https://www.cnbc.com/2018/02/09/dunkin-ceo-
has-a-plan-to-win-the-coffee-wars.html. Diakses pada 13 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai