1
3. Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan
autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah
bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol
sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia ga telah mulai
memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta
pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
2
8. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity –
stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya
cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat
pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap
pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal –
hal tertentu ia mengalami hambatan.
3
TATA NILAI PERAWAT (NORM AND VALUE OF NURSES)
TATA NILAI
Tata nilai adalah seperangkat nilai yang harus dijunjung tinggi oleh seseorang
dalam menjalankan tugas dan fungsi-nya masing-masing. Tata nilai merupakan
modal yang sangat besar pengaruhnya bagi upaya mewujudkan suatu visi dan
misi. Pernyataan visi, misi dan tujuan juga perlu didukung oleh penerapan tata
nilai yang memberi arah dalam bersikap dan berperilaku ketika menjalankan
tugas dan fungsinya. Tata nilai tersebut juga akan menyatukan hati dan pikiran
dalam usaha mewujudkan seluruh program yang telah direncanakan.
4
perawat harus memprioritaskan nilai keperawatan ketika mengambil keputusan
dalam pelayanan kesehatan.
1. Care
5
6. Caring lebih kompleks daripadsa curing. Praktik caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku
manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan
membantu klien yang sakit.
7. Caring merupakan inti dari keperawatan
2. Empaty
Empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan therapeutic yang merupakan
unsur yang sangat penting dalam proses yang berlangsung secara interpersonal.
Dengan empati akan membantu dalam mempererat hubungan antara perawat dan
pasien sehingga menjadikan pasien merasa diperhatikan dan pada akhirnya akan
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi
yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi,
dan bersikap di lingkungan masyarakat.
6
6. Jenis kelamin
7. Latar belakang sosial budaya
8. Status sosial
9. Beban hidup
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri
seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan empati,yaitu:
Tenaga kesehatan khususnya seorang perawat harus peka dengan keadaan pasien,
perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya
juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh
lebih cepat. Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan
untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat
dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga kondisi
kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
7
3. Alturism
SIFAT-SIFAT ALTRUISTIK
1. Konstruktif
2. Membangun
3. Memperkembangkan
4. Menumbuhkan kehidupan sesama.
8
APLIKASI PENGEMBANGAN DIRI (SELF DEVELOPMENT)
MELALUI
Setiap saat apa yang ada pada diri manusia selalu berubah secara alami,
tubuh kita selalu berubah seiring perkembangan kita, mata kita pun selalu
berubah, demikian juga dengan jantung kita yang selalu berdenyut mengubah
posisi darah kita yang mengalir kesepanjang aliran darah tubuh kita. Tetapi
pikiran kita, kita sendirilah yang harus mengubahnya, dan setiap perubahan
tentunya akan semakin baik jika mengarah ke hal yang baik, termasuk dalam cara
berpikir kita, selalulah berpikir positif, dengan berpikir positif maka Anda telah
memiliki bekal yang berharga untuk memulai perubahan ke arah yang lebih baik.
Cara berpikir positif adalah cara berpikir dengan melihat segala sesuatu dari
sudut pandang optimis. Suatu kejadian atau masalah yang menimpa Anda apapun
itu, mungkin merupakan suatu kenyataan yang harus diterima. Tetapi bagaimana
cara Anda memandang masalah tersebut dan bagaimana cara Anda bereaksi
terhadapnya, itulah yang harus Anda perhatikan. Cara berpikir seseorang pada
akhirnya menentukan reaksinya terhadap masalah-masalah, bagaimana
tindakanya, dan pada akhirnya cara berpikir tersebut akan mewarnai dan
mempengaruhi seluruh hidup orang tersebut.
Kita semakin menyadari sekarang jika berpikir positif dan berhenti berpikir
negative segala sesuatu adalah sesuatu yang penting kita lakukan dalam meraih
suatu keberhasilan, baik untuk menjadi pemimpin atau saat kita memimpin. Oleh
karena itulah, latihlah diri anda untuk terus berpikir positif.
Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengembangkan diri dengan cara berpikir
positif.
1. Selalu gunakan kata-kata yang positif saat Anda berpikir dan berbicara.
2. Biarkan pikiran Anda dipenuhi dengan kebahagiaan, kekuatan, dan
keberhasilan. Apa pun situasi yang Anda hadapi, carilah dan isilah pikiran
Anda dengan sisi positif dari situasi tersebut. Dalam segala sesuatu, positif
dan negatif selalu ada. Seburuk apapun situasi yang Anda alami, pasti ada
sisi positif yang terkandung dalam situasi itu. Mungkin sulit untuk melihat
sisi positif dari apa yang Anda alami. Tapi cobalah lihat lebih dalam sisi
positif itu pasti ada.
9
3. Cobalah untuk menghilangkan pikiran negatif dan mengabaikan pikiran
yang negatif. Gantikan pkiran yang negatif dengan pikiran-pikiran yang
membangun.
4. Sebelum melakukan sesuatu, jangan bayangkan sebuah kegagalan, tapi
bayangkanlah kerberhasilan yang Anda akan dapatkan setelah melakukan
hal tersebut. Jika Anda membayangkannya dengan sungguh-sungguh penuh
iman, anda akan terheran-heran akan apa yang terjadi nantinya.
5. Cobalah untuk tidak memikirkan sesuatu secara berlebihan. Sering kali kita
terjebak untuk terlalu banyak berpikir dan menghabiskan banyak waktu
untuk menimbang-nimbang atau memikirkan apa yang mungkin orang lain
pikirkan tentang diri kita. Hal itu akan membuat kita tidak bisa
mengeluarkan kemampuan terbaik anda.
6. Penuhi pikiran anda dengan talenta-talenta anugerah Tuhan yang anda
miliki. Jangan biarkan pikiran anda dipenuhi dengan kelemahan-kelemahan
yang mungkin anda miliki. Dengan memikirkan setiap talenta yang anda
miliki, nantinya anda semakin mengenal kemampuan anda yang
membedakan anda dengan orang lain. Jadikan cara berpikir anda sebagi topi.
Jangan memakai topi “Pikiran Negatif”.
7. Bergaulah dengan orang-orang yang berpikir positif. Pikiran positif itu
seperti penyakit menular. Jika anda berada di dekat orang-orang yang
pikiranya dipenuhi kebahagiaan dan keoptimisan, anda secara otomatis akan
dipengaruhi oleh cara berpikir mereka yang positif.
8. Bacalah buku-buku yang membangkitkan inspirasi - setidaknya satu
halaman setiap harinya. Buku meningkatkan daya berpikir positif anda.
9. Biasakan selalu duduk dan berjalan dengan punggung tegak. Kebiasaan
seperti itu akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kekuatan
yang ada dalam diri anda.
10. Berjalan, berenang, atau berolahragalah . Hal-hal tersebut akan membantu
anda untuk mengembangkan pikiran dan sikap yang lebih positif.
11. Cobalah datang ke ahli psikologis atau ikul=tilah program pelatihan
pengembangan diri yang diadakan oleh lembaga-lembag yang memberikan
program pengembangan diri.
12. Putuskan untuk berpikir positif mulai sekarang dan tinggalkan pikiran-
pikiran yang negatif. Tidak ada kata terlambat untuk mulai berpikir positif
dan anda akan segera mengalami hal-hal yang lebih baik daripada
sebelumnya.
10
Cara Berpikir Positif
Untuk mengetahui cara berpikir positif Anda harus memahami terlebih dahulu
pengertian berpikir positif. Jika Anda sudah membaca artikel tersebut, maka
silahkan lanjutkan membaca artikel ini untuk mengetahui lebih jauh tentang cara
berpikir positif.
Saya yakin, Anda sudah mengetahui manfaatnya. Oleh karena itu, pertanyaan
selanjutnya ialah bagaimananya? OK akan saya jelaskan caranya disini:
Cara berpikir positif bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama
menggunakan pikiran sadar dan yang kedua dengan pikiran bawah sadar. Mana
yang terbaik? Keduanya baik, tetapi akan lebih jika Anda mengubah pikiran
bawah sadar Anda karena nanti Anda akan berpikir positif secara otomatis. Alasan
kedua, pikiran bawah sadar sebenarnya memiliki peranan jauh lebih besar dalam
mengendalikan hidup kita.
Tentu masih banyak contoh-contoh lain, hal-hal yang sebenarnya di luar logika.
Kalau dibahas disini tentu akan banyak sekali. Saya akan ambil satu contoh, ini
berkaitan dengan kepercayaan diri. Misalnya Anda pernah berbicara di depan
umum, kemudian Anda melakukan kesalahan. Apakah ini berarti Anda tidak bisa
berbicara di depan umum? Jika kita menggunakan rasio dengan benar, seharusnya
kita mengatakan belum tentu. Bisa saja itu hanya kesalahan dan tidak
menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.
11
Hanya saja, banyak orang yang terbawa emosi (bukan rasio) dengan langsung
menganggap dirinya “tidak becus” berbicara di depan umum. Padahal ini hanya
anggapan atau optini. Faktanya Anda memang melakukan kesalahan. Tetapi, tidak
ada satu kaidah logika apa pun yang mengatakan bahwa Anda “tidak bisa” (atau
“tidak akan pernah bisa”) berbicara di depan umum. Ini hanya opini.
Bagaimana bisa, akan tidak sadar? Iya… memang terjadi secara tidak sadar,
namanya juga bawah sadar. Lalu bagaimana cara berpikir positif secara tidak
sadar? Caranya ialah dengan membentuk pola pikir positif dalam pikiran bawah
sadar kita. Pikiran bawah sadar bekerja secara otomatis, mirip mesin. Oleh karena
itu, kita harus memberikan cetakan atau pola dalam pikiran bawah sadar kita.
Pola pikir tersebut sering kita kenal dengan mindset atau paradigma berpikir.
Yaitu sesuatu yang akan menjadi landasan atau cetakan kita berpikir. Jika pikiran
bawah sadar kita sudah memiliki pola pikir positif (ada juga yang menyebut pola
pikir sukses) maka semua pikiran kita akan menjadi positif.
Jika Anda melihat setiap orang memiliki karakter tersendiri, karena mereka
memiliki pola pikir yang berbeda. Ucapan dan tindakan seseorang sangat
dipengaruhi oleh pikirannya.
OK, mungkin sekarang pertanyaanya ialah, bagaimana cara membentuk pola pikir
positif? Tentu kita belajar dari metode Qurani. Dalam al Quran kita sering
menemukan perumpamaan, visualisasi (penggambaran syurga dan neraka), cerita
atau kisah, dan pengulangan. Itulah mengapa dalam website ini saya sering
membuat kisah perumpamaan, tujuan tiada lain untuk membentuk pola pikir kita.
Jadi, sering-seringlah baca website ini..
Untuk pengulangan dan visualisasi, Anda bisa lakukan latihan sendiri. Dalam
ebook dan Audio Beautiful Mind Power, Anda akan dipandang bagaimana cara
melakukan kedua teknik cara berpikir positif ini.
Tugas :
12
Membuka Mental Block: Saya Tidak Berbakat
Membuka Mental Block: Ketakutan
7 Kalimat Yang Menghambat Kemajuan Diri
9 Alasan Mengapa Anda Mandeg Dan Cara Mengatasinya
Harapan Baru Bukan Karena Tahun Baru
Bukalah Mata, Hati, dan Pikiran Anda – Harapan Itu Masih Ada
Cara Berubah Itu Mulai Dari Diri Sendiri
Man Yazra’ Yahshud – Siapa Menanam Dia Memetik
Menyingkap Tabir Motivasi, Sukses, dan Pengembangan Diri
Malas Yang Menyamar Optimisme dan Syukur
Rahasia Meningkatkan Pencapaian Dengan Berpikir Positif
Mengalir Seperti Air – Cara Benar dan Cara Salah
Kekuatan Kata TAPI – The Power of TAPI
Menjadi Pribadi Tangguh Menghadapi Perubahan Hidup
Saya Sudah Berusaha!
Empat Kesalahan Yang Menutup Pikiran Anda
Mencari Alasan atau Mencari Motivasi?
Akal adalah Panglima dan Wahyu adalah Petunjuk
Berpikir dan Berjiwa Besar Dalam Praktek
Program Terapi Pikiran Positif
Tugas Selalu dengan Bekalnya
Bahagia Atau Sukses?
Penyebab Kegagalan
Harapan Itu Tidak Pernah Sirna – Selama Iman Ada di Dada
Dari Tidak Mungkin Menjadi Mungkin
Sebelum Mengatakan Tidak Mungkin
Cara Berpikir Kritis
Ciri Orang Yang Berpikir Positif
Cara Berpikir Positif
Bingung Mencari yang Hilang
Anda Boleh Berkata Negatif
Gempa di Bulan Ramadhan: Momentum untuk Bertobat dan
Meningkatkan Amal Baik
Tidak Menggantungkan Pada Tindakan
Meraih Keberuntungan
Bisakah Memakan Sepeda?
Kekuatan Pikiran Bawah Sadar
Fakta Atau Asumsi?
Tindakan Atau Berpikir Positif?
Solusi Mengatasi Semua Hambatan
Cara Mendapatkan Beras
Tidak Ada Yang Salah dengan Anda
Antara Law of AttrACTION dan ACTION
Mau Kaya? Berdo’alah
Menyembuhkan Masa Lalu
Rumus Law of Attraction: Be Do Have
13
Berpikir Seperti Superman
Buku: Berpikir Positif Islami
Pengertian Berpikir Positif
Donald Trump Tidak Tahu Segalanya
2 Hal Mengejutkan Tentang Kritik Yang Bisa Menghancurkan Anda
Apakah Kritik itu Membangun?
Jangan Mengubur Harapan
Hati-hati Hipnotis!
Kapan Uang Bernilai
Sejauh Mana Peran Uang
Mewaspadai Pikiran Anda
Penggerak Tindakan
Komandan Pikiran
Anda Bisa Benar
Tumaninah Dalam Shalat
Kekuatan Dzikir
Masih Ada Sejuta Kesempatan Lain
Petinju dan Peninju
Maafkanlah
Tidak Ada Kepastian
Membatasi Diri
Citra Diri Anak Bebek
Hukum Daya Tarik
Hati-hati Di Jalan!
Antara Kelemahan dan Kemuliaan
Mintalah Pertolongan Allah
Be Do Have – Bukti Niat Mulia
Orang Lain Bisa, Saya Pun Bisa
14
B. PENGEMBANGAN DIRI MELALUI MANAJEMEN WAKTU
Setiap Individu mungkin memiliki cara tersendiri dalam Mengatur Waktu untuk
Bekerja, Keluarga dan Waktu Pribadi. Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan
untuk mengelola waktu agar efektif dan efisien, demi memaksimalkan
Pengembangan Diri atau Karir. Inti dari Manajemen Waktu yang baik adalah
Konsistensi dan Komitmen Anda dengan Rencana yang akan dilaksanakan.
Gangguan yang paling sering muncul adalah Motivasi Diri Sendiri dengan begitu
banyaknya Kegiatan dan Sedikitnya Waktu. Pada akhirnya Anda akan terjebak
dengan Rutinitas dan Tekanan Berlebih dalam Pekerjaan. Bagaimana Anda dapat
meminimalkan gangguan kerja menjadi salah satu keberhasilan dalam Manajemen
Waktu yang baik. Carilah Waktu, Tempat atau Suasana yang mendukung seluruh
Aktivitas Kerja Anda.
15
4. Jangan Pernah Menunda
Semakin Anda sering menunda pekerjaan yang ada didepan mata, maka dapat
dipastikan Tekanan Kerja makin tinggi menjelang akhir bulan atau batas waktu.
Kebiasaan menunda merupakan Sikap Buruk dari Konsistensi dan Komitmen
Anda untuk Sukses. Menunda pekerjaan atau Jadwal kegiatan dapat dipastikan
menambah Beban dan mengganggu Ritme Anda dalam Pekerjaan. Dampak
pastinya adalah Kualitas Kerja akan menurun seiring waktu yang terbatas akibat
dari Penundaan tersebut.
Selain menentukan Skala Prioritas dalam Pekerjaan dan Kegiatan Anda, Anda
perlu juga membuat Timeline atau Jadwal Kerja yang Jelas. Jadwal ini membuat
Anda untuk selalu Disiplin dan Komitmen dengan semua aktivitas. Konsistensi
dan Komitmen Kerja Anda tergantung sejauh mana Jadwal Kegiatan dilakukan
dengan Efektif dan Efisien. Buatlah Jadwal Kegiatan yang Sederhana namun
sesuai dengan Tujuan Akhir Pribadi Anda.
16
C. KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE)
Definisi Kecerdasan
Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ (bahasa inggris: intelligence
quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,
menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki oleh individu.
KECERDASAN SOSIAL
Harus diakui pengajaran di sekolah saat ini lebih menekankan pada
pemikiran kritis yang hanya mengarah pada kecerdasan intektual melaui
pengetahuan, kemampuan analisis, kemampuan sintetis namun kurang
memberikan perhatian pada kecerdasan emosional dan spiritual yang sangat
dibutuhkan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Karena itu, tidaklah cukup apabila orang tua mendambakan anak-anaknya
menjadi anak yang cerdas, sehat, bermoral,berbudi luhur, ceria, mandiri, dan
kreatif hanya menyerahkan kepada sekolah saja. Anak membutuhkan kesempatan
lebih luas, seperti bersosialisasi dengan orang lain dan mendapatkan kegiatan
untuk mengungkapkan potensi serta kreatifitas salah satunya dengan peningkatan
kecerdasan social pada anak.
17
masyarakat. Jenis kecerdasan ini sangatlah penting dalam menunjang kehidupan
bermasyarakat, karena sukses tidaklah identik dengan kemampuan Intelektual
Quetiont (IQ), namun ada peran kecerdasan sosial juga.
18
Komponen dan Indikator Social Intelligence
a. SI (Social Intelligence) internal
· Keinginan untuk bersosial dari dalam diri
· Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
· Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain
b. SI (Social Intelligence) eksternal
· Adanya pengaruh untuk bersosialisasi
· Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi Sosial
Bersosial karena adanya faktor yang lain (supaya mendapat sanjungan dan
pujian dari orang lain)
19
mengkomunikasikannya secara baik sehingga atasan atau rekan kerja kita
tidak berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yang produktif barangkali
memang hanya akan bisa dibangun dengan indah manakala kita mampu
mengartikulasikan segenap pemikiran kita dengan penuh kejernihan dan
kebeningan.
5. Empati (empathy). Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa
berempati pada pandangan dan gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana
kita memiliki keterampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami
maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali akan bisa merajut sebuah
jalinan relasi yang baik kalau saja kita semua selalu dibekali dengan rasa
empati yang kuat terhadap sesama rekan kita.
Orang dengan sosial IQ di atas 120 dianggap sangat terampil dan
menyesuaikan diri dengan baik, dan bisa bekerja dengan baik dengan pekerjaan
yang melibatkan kontak langsung dan komunikasi dengan orang-orang.
20
Perhatikan tabel di bawah ini :
110 18.7
100 (rata-rata) 17
90 15,3
80 13,6
60 10,2
50 8,5
40 6,8
30 5,1
21
muncul dan gagal dengan cepat dan otomatis.
22
memiliki kemampuan untuk bertindak yang sesuai pada tempatnya.
Dengan begitu mereka dengan mudah bisa tampil tenang dan penuh
kendali diri.
23
4. Tanpa kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang
sedang sedih, senang, marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir,
gugup, antusias, percaya diri, dan lain-lain.
24
25
5. Mendengarkan aktif.
Salah satu hal terpenting dalam kecerdasan sosial adalah selalu mau
secara ikhlas untuk memahami semua tantangan komunikasi sosial
sebelum mengeluarkan pendapat atau ide untuk kepentingan kehidupan
sosial. Kecerdasan sosial akan menuntun diri untuk menjadi orang bijak
yang cerdas memahami orang lain, serta selalu hidup dengan persepsi
positif terhadap semua warna kehidupan di sekitarnya.
26
D. KESIAPAN MENGHADAPI TANTANGAN (ADVERSITY QUOTIENT)
(1) suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan
meningkatkan semua segi kesuksesan;
(3) serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons
terhadap kesulitan.
27
1. QUITTER
Tipe seperti ini adalah tipe manusia yang selalu menyerah dengan keadaan
dan yang tak ingin menghadapi masalah atau bisa dikatakan setiap ada masalah
yang datang ia selalu ketakutan, sering orang menyebutnya sebagai manusia
pengecut.
Ia selalu berpikir “Aku takut jika harus melaluinya! Masalah ini terlalu
berat bagiku!” dsb.. dsb.. Seorang quiter yang parah bahkan akan sering melihat
sebuah masalah lebih besar daripada yang seharusnya ia lihat.
Manusia quitter adalah manusia yang sulit dan tidak senang melakukan
perubahan. Quitter menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi, kemampuannya kecil
atau bahkan tidak ada sama sekali; mereka tidak memiliki visi dan keyakinan akan
masa depan. Bisa dipastikan kehidupan seorang quitter adalah kehidupan yang
tidak menyenangkan dan datar – datar saja.
2. CAMPER
28
Camper adalah orang yang berhenti dan tinggal di tengah pendakian. Tipe
camper masih bisa dikatakan berani menghadapi tantangan dibandingkan dengan
quitter namun sayangnya hanya hingga waktu atau batas tertentu saja.
Camper cenderung selalu merasa cepat puas dengan apa yang dicapainya.
Lambat laun tantangan pun semakin berat dan persaingan pun semakin ketat,
akhirnya camper dapat berubah menjadui quitter karena hilangnya semangat
dalam berjuang.
3. CLIMBER
Mereka tak kenal lelah dan senantiasa terfokus pada usaha pendakian
tanpa menghiraukan apapun keadaan yang dialaminya, tak peduli panas ataupun
hujan. Selalu memikirkan berbagai macam kemungkinan, jika ia menemukan ada
hambatan batu di atas gunung sana, ia mencari jalan lain.
29
Hidupnya “lengkap” karena telah melewati dan mengalami semua tahapan
sebelumnya. Mereka menyadari bahwa akan banyak imbalan yang diperoleh
dalam jangka panjang melalui “langkah-langkah kecil” yang sedang dilewatinya.
Perlu kita ketahui bersama bahwa kesuksesan yang diraih oleh tipe climber
bukanlah hal yang mudah. Kesuksesan menuntut kerja keras dan kerja cerdas.
Artinya, seperti climber, seseorang perlu melewati proses yang (seringkali)
panjang dan berliku untuk mencapai sukses.
Kadang angin godaan bertiup sangat kencang dan terpaan hujan hambatan
mengucur begitu deras. Namun, kita pelu memahami beberapa hal yang dapat
membuat kita mampu bertahan dan mencapai tujuan, yaitu :
30
E. KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL INTELLIGENCE)
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi.
Tentang Emosi, kadang kita cenderung menganggap nya sebagai reaksi berlebihan
atas ada nya prilaku kurang berkenan yang kita terima, karena banyak juga yang
selalu mengaitkan kata emosi hanya dengan perasaan marah atau kecewa…
sebenernya siy gak sebatas itu aja lho… yuuk kita bahas lebih luas tentang ini.
Yang aku dapetin ketika aku tanya Om Google tentang pengertian emosi ternyata
banyak banget .. diantara nya adalah yang dikeluarkan oleh Daniel Goleman,
emosi adalah suatu perasaan dan fikiran yang khas, keadaan psikologis dan
biologis yang merupakan dorongan untuk bereaksi atau bertindak karena adanya
31
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar individu, dimana hal tersebut bisa
berupa; marah, sedih, bahagia, takut, jengkel, malu, terkejut, cinta, benci, puas..
yang secara keseluruhan merupakan respon atas stimulus yang di terima.
Dengan melihat lebih luas, bisa di katakan bahwa emosi adalah bukan sesuatu
yang buruk, dan aku setuju banget dengan pernyataan itu, karena sebagaimana di
nyatakan oleh Aristoteles dalam The Nichomacea Ethics adalah bukan
emosionalitas yang menjadi masalah, tetapi lebih ke bagaimana kita bisa
mengekspresikan dan mengendalikan semua jenis emosi dan menguasai nya
dengan kecerdasan, bahkan Nafsu jika di latih dengan baik akan menghasilkan
kebijaksanaan..hhmmm…. bener juga yah….
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain
Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci),
Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).
Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas,
yaitu:
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu
mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap
stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara
filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah
menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih
dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai,
dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak
terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya
bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi
dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
32
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas
dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam
dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi
setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih
bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
KECERDASAN EMOSI
Kecerdasan Emosi atau dalam bahasa londo nya Emotional Intelligent pertama
kali di sosialisasikan oleh seorang psikolog Peter Salovey, dari Havard University
dan John Mayer dari University of New Hampshire yaitu himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semua nya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing fikiran dan tindakan
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-
perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti
orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang
dirasakan orang itu kita rasakan juga.
33
Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi dapat
ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik
oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan emosi
yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.
Sejauh mana kecerdasan emosi anda? Untuk mengetahuinya, kelima unsur diatas
dapat dijadikan barometer untuk mengukur apakah anda termasuk orang yang
cerdas secara emosi. Berikut ini adalah hal-hal spesifik yang perlu dipahami dan
dimiliki oleh orang-orang yang cerdas secara emosi:
Mengatasi Stress
Stress merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup. Stress dapat dialami
oleh siapa saja. Toleransi terhadap stress merupakan kemampuan untuk bertahan
terhadap peristiwa-peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan tanpa menjadi
hancur. Ini berarti mengelola stress dengan positif dan merubahnya menjadi
pengaruh yang baik.
Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan
kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. Cenderung
menghadapi semua hal, bukannya lari dan menghindar. Dapat mengelakkan
pukulan sehingga tidak hancur dan tetap terkendali. Mungkin sesekali terjatuh
namun tidak terpuruk sehingga dapat berdiri tegak kembali.
34
Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka
akan cepat kembali bersemangat apapun situasi yang menghadang dan tahu cara
menenangkan diri.
Mengelola suasana hati bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi
emosi yang bisa timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles,
Marah itu mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang
tepat, waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh orang-
orang yang cerdas secara emosi.
Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal
apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk memotivasi diri sendiri antra
lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif, “selftalk”, tetap
fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.
Kemampuan Sosial
Tingkah laku seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi, yaitu: menerima diri
sendiri apa adanya, tidak perlu membuktikan apapun (baik pada diri sendiri
maupun orang lain), bahagia dan puas pada diri sendiri apapun keadaannya.
35
dapat menjadi diri mereka sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain
merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar kehangatan dan
keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat.
36
ARTI PENTING KECERDASAN EMOSI
Orang yang ber-IQ tinggi tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah
seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan persoalan hidup karena
tidak dapat berkonsentrasi. Emosinya yang tidak berkembang, tidak terkuasai,
sering membuatnya berubah-ubah dalam menghadapi persoalan dan bersikap
terhadap orang lain sehingga banyak menimbulkan konflik. Emosi yang kurang
terolah juga dengan mudah menyebabkan orang lain itu kadang sangat
bersemangat menyetujui sesuatu, tetapi dalam waktu singkat berubah
menolaknya, sehingga mengacaukan kerja sama yang disepakati bersama orang
lain. Maka, orang itu mengalami kegagalan.
Di lain pihak beberapa orang yang IQ-nya tidak tinggi, karena ketekunan dan
emosinya yang seimbang, sukses dalam belajar dan bekerja. Orang yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan diri dan
lingkungannya, mengusahakan kebahagiaan dari dalam dirinya sendiri, dapat
mengubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik, serta mampu bekerja sama
dengan orang lain yang mempunyai latar belakang yang beragam. Ini berarti
orang yang cerdas secara emosi akan dapat menampilkan kemampuan sosialnya,
dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang terlihat dari tingkah laku yang
ditunjukkannya.
Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Suparno (2004:21) yang menjelaskan jika
kecerdasan seseorang tidak hanya bersifat teoritik saja, akan tetapi harus
dibuktikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosi
merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat berguna
37
untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah kondisi kehidupan yang
tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.
Masih menurut Goleman, biasanya pada orang-orang yang murni hanya memiliki
kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila
didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang
seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila
seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi
lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,
dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.
kecerdasan emosi dapat kita tinggkatkan. Ada beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi.
38
a. kesadaran diri (self awareness)
b. mengelola emosi (managing emotions)
c. memotivasi diri sendiri (motivating oneself)
d. empati (emphaty) dan
e. menjaga relasi (handling relationship)
Seperti halnya Peter dan Salovey, pada mulanya Daniel Goleman pun menyebut 5
dimensi guna mengembangkan kecerdasan emosi yaitu :
a. Penyadaran Diri
b. Mengelola Emosi
c. Motivasi Diri
d. Empati dan
e. Ketrampilan Sosial
Beberapa cara yang dipaparkan di atas, ada beberapa yang juga dapat dilakukan
untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang terdapat dalam artikelnya
Mocendink, yaitu:
39
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang
sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam
pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut
adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi,
kecewa, rasa bersalah, kesepian
40
C. Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk.
Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi
penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari
kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola
emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam
mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai emosi dan
menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui pesan yang
disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi
ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk
menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian
diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang
mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan
keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan
terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki
41
ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang
mereka kerjakan.
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang
dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi
empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini
merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
42
makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi
yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan mengelola emosi orang
lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya.
Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan
berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi
sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan
individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
43
F. KECERDASAN SPRITUAL (SPRITUAL INTELLIGENCE)
Kecerdasan spiritual adalah potensi dari dimensi non-material atau roh manusia
(Khavari, 2000). Potensi tersebut seperti intan yang yang belum ter-asah yang
dimiliki oleh semua orang. Selanjutnya, tugas setiap oranglah untuk mengenali
44
potensi masing-masing sekaligus menggosoknya hingga berkilau dengan tekad
yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Individu yang cerdas secara spiritual melihat kehidupan ini lebih agung dan
sakral, menjalaninya sebagai sebuah panggilan (vocation) untuk melakukan
sesuatu yang unik, menemukan ekstase-ekstase kehidupannya dari pelayanan
kepada gagasan-gagasan yang bukan pemuasan diri sendiri, melainkan kepada
tujuan luhur dan agung, yang bahkan sering keluar dari dunia ini, bersifat abadi
dan eksatologis. Kehidupan menjadi lebih sebagai instrument ketimbang tujuan
akhir.
Ciri-ciri dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dalam diri seseorang
adalah sebagai berikut (Zohar, 2001):
1. Kemampuan bersifat fleksibel
2. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana” jika
untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri, yaitu
memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
45
Menurut (Khavari, 2010), ada beberapa aspek yang menjadi dasar kecerdasan
spiritual, yaitu:
1. Sudut pandang spiritual-keagamaan, artinya semakin harmonis relasi
spiritual-keagamaan kita kehadirat Tuhan, semakin tinggi pula tingkat
dan kualitas kecerdasan spiritual kita.
2. Sudut pandang relasi sosial-keagamaan, artinya kecerdasan spiritual
harus direfleksikan pada sikap-sikap sosial yang menekankan segi
kebersamaan dan kesejahteraan sosial.
3. Sudut pandang etika sosial. Semakin beradab etika sosial manusia
semakin berkualitas kecerdasan spiritualnya.
46
1. MEMAHAMI KONSEP DIRI
47
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima
pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan
orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk
mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan
mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di
lingkungannya.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah
kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai
konsep diri yang positif.
48
memiliki konsep diri negatif maupun positif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : (Rini, 2002:http://www.e-psikologi./com/dewasa/1670502.htp).
49
(e) Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa
kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan
tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu
individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh
orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan
tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan
tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri
akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada
usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya
kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
b. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan
dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil
dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative,
relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak
diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian.
Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan
50
sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami
perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sendiri.
c. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam
kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan
dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang
tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebuAllah/Tuhan dan cocok
dengan ideal diri.
d. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya
berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri
yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada
duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan
percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan
menerima diri.
51
2. Tata Nilai Perawat Care, Empathy, Altruism
Nilai memberikan hidup dan identitas kepada individu, profesi dan masyarakat.
Nilai dibentuk dan dipertahankan oleh individu pelakunya dan juga oleh
sekelompok orang. Pada praktiknya, perawat memprioritaskan nilai keperawatan
ketika mengambil keputusan dalam pelayanan kesehatan.
Empathy
Perilaku empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan therapeutic yang
merupakan unsur yang sangat penting dalam proses yang berlangsung secara
interpersonal. Dengan empati akan membantu dalam mempererat hubungan antara
perawat dan pasien sehingga menjadikan pasien merasa diperhatikan dan pada
akhirnya akan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi
yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi,
dan bersikap di lingkungan masyarakat.
Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia bahwa perawat
itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat. Sebagai perawat
dibutuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu
kemampuan empati. Perawat yang memiliki empati diharapkan memiliki
52
kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk melakukan aksi komunikasi secara
sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan merasakan suasana hati pasien
tersebut. Perilaku yang muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda,
hal ini terkait dengan kemampuan empati perawat itu sendiri.
53
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga
atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap
pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh
sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga kesehatan terutama perawat sebagai
ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya kualitas tenaga
kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan
pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga.
Contoh:
“Pagi pak atau bu’ bagaimana kabarnya, masih demam pak, bagaimana tidurnya
semalam, mudah-mudahan lebih baik”, komentar ini akan muncul di keseharian
seorang perawat entah dia berada di pelosok desa atau rumah sakit besar.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin
dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan
menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita
penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga
tidak harus dengan percobaan yang mahal, ada yang timbul dari hati yaitu
keikhlasan untuk menolong sesama.
Caring/care
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berpikir,
merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring sebagai bentuk dasar
dari praktik keperawatan di mana perawat membantu klien pulih dari sakitnya,
memberikan penjelasan tentang penyakit klien, dan mengelola atau membangun
kembali hubungan. Caring membantu perawat mengenali intervensi yang baik,
dan kemudian menjadi perhatian dan petunjuk untuk memberikan caring nantinya.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi. Secara teoritis, pengertian caring adalah tindakan
yang menunjukan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan
tenang kepada klien (Florence Nightingale, 1860).
Caring atau care tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna
dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian, bertanggung
jawab dan ikhlas (Delores Gaut, 1984). Dalam keperawatan, caring merupakan
bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Rubenfeld (1999),
mendefinisikan “Caring” : memberikan asuhan , dukungan emosional pada klien,
keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal. Jean Watson (1985),
“Caring” merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan dan
meningkatkan martabat manusia.
54
konseptualisasi yang universal mengenai caring itu sendiri (Swanson, 1991, dalam
Leddy, 1998). Setidaknya terdapat lima perspektif atau kategori mengenai caring,
yaitu:
1.caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel,Leinenger)
2.caring sebagai intervensi terapeutik (Orem),
3.caring sebagai bentuk kasih sayang (Morse et al., 1990, dalam Leddy, 1998).
(Carruth et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan
niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja
bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang
lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan.
(Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat
dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan
asuhan dengan menggunakan spirit caring.
Altruisme
55
Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan
akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner),
sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat
memberikan dampak bagi bidang lain, tapi metoda dan pusat perhatian dari
bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme.
56
3. PENAMPILAN PERAWAT SECARA FISIK
57
dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990
dalam Potter dan Perry, 1993). Penampilan fisik memang harus diperhatikan,
terutama oleh seorang perawat yang sering sekali berinteraksi setiap harinya
dengan orang-orang baru yang tidak dikenal sebelumnya. Setidaknya penampilan
fisik yang baik bisa memberikan kesan pertama yang positif dari pasien.
Penampilan fisik yang baik itu seperti apa? Haruskah perawat itu cantik
dan tampan seperti artis dan model di televisi? Tidak. Penampilan fisik disini
bukan hanya sekedar cantik dan tampan saja. Karena cantik dan tampan itu relatif.
Lalu seperti apa penampilan fisik yang harus dimiliki oleh seorang perawat?
1. Perawat itu harus bersih. Ini adalah hal yang paling penting karena
kebersihan itu sebagian dari iman, selain itu karena perawat berada dalam
lingkungan kesehatan dimana kebersihan itu menjadi prioritas. Kebersihan
fisik seorang perawat harus sangat diperhatikan, karena tidak ada pasien
yang menginginkan dirawat oleh perawat yang jorok.
2. Perawat itu harus rapi dalam berpakaian. Gunakanlah pakaian yang rapi
karena jika perawat berpenampilan kurang menarik dengan pakaian yang
kurang rapi tentunya akan menimbulkan ketidakpercayaan pasien terhadap
perawat.
3. Berhiaslah supaya lebih cantik dan tampan sehingga menjadi menarik.
Berhiaslah sewajarnya jangan berlebihan. Berhias disini dilakukan sebagai
upaya perawat memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, meskipun
sudah jaga malam ataupun jaga dari pagi hari setidaknya bisa terlihat fresh
dengan cara berhias.
4. Gunakanlah wewangian yang membuat nyaman pasien. Karena
kebanyakan orang memang suka mencium wangi-wangian. Gunakanlah
wangi-wangian sewajarnya.
5. Selalu tersenyum. Karena dengan tersenyum pasien akan merasa nyaman
dan merasa senang berada di dekat kita.
58
Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
59
Dalam acara kantor atau formal sebaiknya gunakan pakaian yang tertutup
Jangan berlebihan dalam penggunaan perhiasan
PENUTUP
1. SIMPULAN Dalam penampilan berbusana sebaiknya kita memperhatikan
situasi, kondisi, tempat dan keserasian.
2. SARAN Sebaiknya kita sebagai perawat harus prefesional dalam
berpenampilan berbusana.
60
b. Menjaga aroma tubuh
1. Mandi dengan bersih. Mandi bukan sekadar mandi. Mandi bukan hanya
membasahi tubuh dengan air dan menggosoknya dengan sabun. Namun, saat
mandi kamu juga perlu melakukan perawatan kulit. Membuatnya senantiasa
bersih, lembab, dan harum. Maka dari itu, pilih produk yang tepat untuk kulit
tubuhmu untuk mendapatkan wangi sepanjang hari.
61
3. Semprot parfum sebelum pakai baju. Selama ini, mungkin kamu kerap
memakai parfum setelah pakai baju. Padahal cara tersebut bisa merusak pakaian
dan perhiasan yang kamu kenakan. Semprotkan pada bagian-bagian tubuh yang
hangat, seperti leher, perut Anda, pergelangan tangan Anda, di belakang telinga,
belakang lutut, antara paha, pergelangan kaki, dan punggung Anda. Wah banyak
banget, ya? Eits! Nggak semua harus kamu semprot, pilih 2 atau 3 tempat saja.
Oiya, biar tahan lama, kamu bisa mengoleskan petroleum jelly di titik-titik yang
ingin kamu semprot parfum.
62
Jangan lupa pakai deodoran. (Via: dusanarazpotju.weebly com)
6. Human relations
63
Human relations pengertiannya dibagi dua yaitu secara luas dan sempit. Human
relations dalam arti luas adalah interaksi antar manusia dalam semua situasi atau
semua bidang kehidupan, untuk mencapai kepuasan. Dengan demikian human
relations dalam arti luas dapat terjadi dimana saja, seperti dirumah, di jalanan,
dalam kendaraan, dan lain-lain dimana setiap dapat melakukkannya dengan
komunikasi yang baik, sehingga saling memuaskan indiidu yang terlibat di
dalammnya.
Human relations dalam arti sempit adalah interaksi dalam situasi kerja di suatu
organisasi, yang bertujuan untuk membangkitkan seseorang agar dapat
bekerjasama, produktif, dan memiliki keputusan.
7. Tender Hearted
terdiri dari :
1. Mesra : tindakan yang lebih di tujukan untuk internal. Misal
mengingatkan makan siang, jangan terlambat, sudah minum obat waktu
sakit dst,.....
Pengaruhnya : membuat pasien lebih merasa di perhatikan dan di sayang
serta di prioritaskan.
2. Ramah : baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan
sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dl pergaulan: memang
menyenangkan bergaul dengam orang, banyak tawa dan banyak bicara;
3. Simpatik itu rasa kasihan yang hanya menyentuh hati dan hanya terucap
Beda dengan empati, empati itu yang sampe misalkan orang nangis, dia juga
ikutan nangis.
Kalo simpati, kalo ada orang nangis, dia cuma bisa nyoba nenangin dan bilang iya
sabarya”.
4. Lemah Lembut : adalah menahan diri untuk tidak membalas dendam atas
perlakuan buruk orang lain yang menyakitkan hati dengan balasan yang sama.
Sedangkan sabar adalah menerima dengan lapang dada keadaan yang tidak
menyenangkan, seperti kehilangan orang yang dicintai, sakit parah, tertimpa
musibah atau kehilangan harta. Jadi lemah lembut berkaitan dengan hal-hal yang
manusia masih mampu melakukan aksi balas dendam. Manakala sabar berkaitan
dengan hal-hal yang berada di luar kemampuan manusia.
5. Halus : baik (budi bahasa, tutur katanya); sopan; beradab; tidak kasar tentang
perbuatan dan sebagainya.
8. Pencitraan Diri Profesi Perawat : Dalam ilmu keperawatan jiwa, citra diri
merupakan sebuah cerminan utuh diri sendiri yang menimbulkan perasaan atau
perasangka dan berdampak kepada perkiraan penilaian orang lain terhadap diri.
64
Jika dikaitkan dengan citra sebuah profesi, maka citra merupakan penilaian
sebuah yang muncul akibat penilaian dari dalam yang dipengaruhi faktor dalam
dan luar profesi tersebut. Perawat merupakan sebuah profesi yang tak akan
mungkin luput dari pencitraan masyarakat melalui media massa yang ada.
65
66
MENJAGA HUBUNGAN BAIK SESAMA MANUSIA
67
Berbuat Baik Terhadap Saudara dan Famili
Selain Bapak dan Ibu kita, terhadap orang terdekat kita seperti saudara kita
(kakak, adik) maupun famili kita (sepupu, keponkan, paman, bibi, kakek, nenek,
dst. kita wajib pula berbuat baik kepada mereka. Menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda dari kita.
68
69
PUSTAKA
- http://bangka.tribunnews.com/2012/urgensi-kecerdasan-sosial
- http://siraitrina.wordpress.com/2010/modul-3-kecerdasan-sosial/
- http://www.dakwatuna.com/2011/kecerdasan-sosial/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/
http://psychology.about.com/od/historyofpsychology/a/psychodynamic.htm
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC
70
DAFTAR ISI
Halaman
71
- Caring/Care............................................................................................ 54
Altruism................................................................................................... 55
6. Penampilan Perawat ......................................................................... 57
1. Cara penampilan berdandan ................................................................ 59
2. Cara berpakaian yang baik................................................................... 59
3. Cara penampilan berpakaian seorang perawat.....................................
i 60
4. Menjaga aroma tubuh.......................................................................... 61
7. Human Relations.................................................................................. 63
8. Tender Hearted..................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
72
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga
Buku Diktat Mata Kuliah Psikologi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kepmenkes Medan Tahun 2016 telah dapat diselesaikan. Buku Diktat ini
merupakan panduan belajar Mahasiswa Mata Kuliah Psikologi, sebagai pedoman
bagi mahasiswa Program D-III Keperawatan dalam penulisan buku Diktat serta
memberikan petunjuk praktis agar mahasiswa mendapatkan gambaran secara jelas
dalam mempelajari psikologi manusia.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku Diktat ini untuk itu kritik
dan saran terhadap penyempurnaan buku Diktat ini sangat diharapkan.
Semoga buku Diktat ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa Keperawatan
khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis,
i73
MODUL
MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
OLEH :
Dra. Indarawati, S.Kep, Ns, M.Psi
74