Anda di halaman 1dari 17

Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18.

Masalah Kesehatan Khusus

PENUNTUN PRAKTIKUM

“MALARIA DAN FILARIASIS”

Edisi pertama

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Semua hak cipta terpelihara

Hanya Untuk Kalangan Sendiri

Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh penerbit
sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik, mekanik, foto
kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya.

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 1


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

PENUNTUN PRAKTIKUM
“MALARIA DAN FILARIASIS”

Tim Penyusun:

Dra. Tjut Mariam Zanaria, MS


dr. Rachmat Hidayat, M.Si
Dr.rer.nat. dr. Muhsin
dr. Safarianti, M.Ked.Trop

Kata Pengantar
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 2
Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan hubungan di antara
keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan parasitologi ditentukan oleh organisme
dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu parasitology tidak dapat dipisahkan dengan cabang
ilmu biologi lainnya seperti biologi sel, bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi,
genetika, evolusi dan ekologi.

Praktikum adalah suatu cara untuk mahasiswa dapat lebih memahami apa yang didapatkan
dari teori. Dalam praktikum mahasiswa melakukan suatu rangkaian latihan-latihan praktis untuk
lebih memahami isi dan tujuan perkuliahan yang diberikan pada kuliah-kuliah parasitologi. Dengan
praktikum juga mahasiswa diharapkan dapat bekerja sama dengan teman-temannya secara disiplin
serta mampu meninjau secara kritis masalah-masalah yang dihadapi. Belajar bertukar pikiran
dengan teman atau asisten serta melihat langsung spesimen parasit akan menuntun mahasiswa
dalam berdiskusi untuk memecahkan persoalan, terutama berkaitan dengan penyakit-penyakit
akibat parasitik.

Keterbatasan sarana dan prasarana mengharuskan penyesuaian dalam pemilihan topik-topik


praktikum, sehingga hanya sebagian kecil topik yang dapat dipraktikumkan jika dibandingkan
dengan luasnya pengetahuan tentang parasitologi. Oleh karena itu, pada praktikum “Malaria dan
Filariasis” ini, kami hanya membatasi pada beberapa keterampilan, yaitu: pembuatan sedian darah
tebal dan tipis untuk mengidentifikasi parasit malaria, identifikasi morfologi parasit Plasmodium
spp penyebab penyakit malaria, Rapid Diagnostic Test (RDT) malaria, pembuatan sediaan darah
tebal untuk mengidentifikasi parasit filaria, indentifikasi morfologi mikrofilaria, serta RDT untuk
filariasis seperti ICT, FTS dan Brugia Rapid.

Penuntun praktikum parasitologi ini dibuat sebagai dokumentasi dan bahan evaluasi dalam
menjalankan praktikum parasitologi, khususnya praktikum Malaria dan Filariasis dengan baik.
Mengingat waktu yang sangat terbatas dalam mempersiapkan penuntun ini, kami menyadari akan
kekurangan yang terdapat dalam penuntun praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan penuntun praktikum ini. Hanya
kepada Allah SWT sajalah kita meminta pertolongan dan harapan semoga Penuntun Praktikum
“Malaria dan Filariasis” ini bermamfaat hendaknya.

Banda Aceh, April 2016

Tim Penyusun

Daftar Isi

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 3


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Lembaran Judul................................................................................................................ 1
Tim Penyusun.................................................................................................................... 2
Kata Pengantar.................................................................................................................. 3
Daftar Isi............................................................................................................................. 4
Mekanisme Pelaksanaan Praktikum “Malaria dan Filaria”........................................ 5
Tata Tertib Praktikum ..................................................................................................... 6

Materi Praktikum............................................................................................................. 7
I. Pemeriksaan Parasit Malaria dalam Darah.................................................................. 7
1. Pemeriksaan Sediaan Darah Tebal........................................................................... 7
2. Pemeriksaan Sediaan Darah Tipis............................................................................ 8
3. Pewarnaan Sediah Darah Tebal dan Tipis............................................................... 8
4. Ciri-ciri Plasmodium dalam sediaan darah.............................................................. 9
5. Gambar-gambar morfologi Parasit malaria.............................................................. 10

II. Pemeriksaan Mikrofilaria Dalam Darah...................................................................... 12


1. Pembuatan Sediaan Darah Jari ................................................................................ 12
2. Pewarnaan Sediaan Darah........................................................................................ 13
3. Pemeriksaaan mikroskopis....................................................................................... 13

Daftar Pustaka................................................................................................................... 17

MEKANISME PELAKSANAAN PRAKTIKUM “MALARIA DAN FILARIASIS”


BLOK 18. MASALAH KESEHATAN KHUSUS
BAGIAN PARASITOLOGI
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 4
Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

1. Mahasiswa (Praktikan) sudah mendapatkan Penuntun Praktikum dengan format .pdf minimal
sehari sebelum praktikum dimulai.
2. Pada hari praktikum, laboran akan melakukan pengecekan spesimen di tiap mikroskop untuk
memastikan materi praktikum sesuai dan tidak bergeser.
3. Praktikan memasuki ruang laboratorium setelah mengenakan jas lab dengan rapi dan benar.
4. Akan dilakukan pretest selama 10 menit sebelum materi praktikum diberikan.
5. Praktikan yang mendapatkan nilai prestest dibawah 60 tidak dibenarkan mengikuti praktikum
dan disarankan untuk mengikuti Inhal.
6. Salah seorang Staf Pengajar Bagian Parasitologi kemudian memberikan teori praktikum
selama 15 menit.
7. Absensi kemudian diedarkan dan wajib ditandatangani oleh semua praktikan.
8. Praktikan diwajibkan untuk menggambar dan memberi catatan untuk tiap spesimen di dalam
buku catatan yang telah dibawa.
9. Post test akan diberikan sekitar 10 menit sebelum praktikum berakhir
10. Setelah Praktikum selesai mahasiswa keluar dari ruangan laboratorium dengan teratur setelah
terlebih dahulu memastikan daerah sekitar meja dan tempat duduk praktikan dalam keadaan
bersih.
11. Mahasiswa menumpulkan laporan praktikum yan berisi gambar-gambar mikroskopis yang
telah dibuat dengan menggunakan pensil bewarna maksimal 1x24 jam.

TATA TERTIB PRAKTIKUM


BAGIAN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 5


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Praktikum parasitologi “Malaria dan Filariasis” ini menggunakan spesimen darah yang
mengandung kontaminan patogen mupun non patogen. Oleh sebab itu setiap praktikan harus
mengutamakan perlindungan dan keselamatan diri dengan mengikuti peraturan di bawah ini:
1. Praktikan wajib memakai jas lab dengan tag nama terpasang, serta sarung tangan pada saat
bekerja di laboratorium, agar terhindar dari kontaminan yang mungkin terbawa oleh tinja.
2. Praktikan wajib meletakkan barang pada bagian khusus yang telah disediakan bukan di atas
meja praktikum yang dapat menganggu kegiatan praktikum.
3. Praktikan perempuan wajib memasukkan jilbab ke dalam jas lab untuk menghindari
kontaminan.
4. Setiap praktikan harus telat membaca dan memiliki pengetahuan tentang materi praktikum
sebelum praktikum dimulai.
5. Gambarlah semua jenis parasit yang telah disiapkan pada mikroskop dan lengkapi dengan
keterangan yang jelas.
6. Setelah praktikum, meja praktikum dan daerah sekitar tempat duduk praktikan harus
dibersihkan.
7. Laporan praktikum berisi gambar sediaan yang diamati melalui mikroskop beserta keterangan
gambar harus dikumpulkan maksimal 1x24 jam setelah praktikum selesai.
8. Dilarang membawa makanan dan minuman serta dilarang makan atau minum selama
praktikum berlangsung
9. Dilarang ribut dan menerima telepon selama praktikum berlangsung.
10. Bagi praktikan yang tidak mematuhi tata tertib praktikum akan diberikan peringatan selama
satu kali dan akan dikeluarkan dari ruang laboratorium jika masih melakukan pelanggaran tata
tertib.

MATERI PRAKTIKUM: MALARIA DAN FILARIASIS

I. Pemeriksaan Parasit Malaria dalam Darah


Secara laboratoris, diagnosis malaria ditegakkan dengan 3 cara, yaitu:
a. Menemukan parasit malaria dalam darah (dengan mikroskop), dengan cara:

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 6


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

1) Sediaan darah apus tebal


2) Sediaan apus tipis
Diagnosis dilakukan dengan mikroskop cahaya setelah pewarnaan.
b. Imunokromatografi tes (Rapid Diagnostik Test, RDT)
c. PCR (DNA plasmodium)

1. Pemeriksaan Sediaan Darah Tebal


Cara pembuatan sediaan darah tebal:
a. Pembuatan sediaan darah tebal (thick smear) untuk malaria tidak berbeda dengan pembuatan
sediaan darah tebal untuk filarial, kecuali dalam hal banyaknya dan lebar diameter tetesan
darah yang diteteskan di atas kaca benda yaitu kurang dari 1 cm.
b. Mula-mula bersihkan ujung jari (jangan menggunakan ujung ibu jari atau kelingking) dengan
alkohol 70% dan keringkan dengan kapas kering.
c. Ambil vaccinostyl dan bersihkan dengan alkohol, lalu tusukkan melintang pada garis jari.
Darah pertama yang keluar dilap dengan kapas.
d. Tekan ujung jari yang ditusuk sambil meneteskan tetesan kecil yang keluar pada kaca benda.
e. Dengan ujung vaccinostyl dibuat sediaan darah tebal yang mempunyai diameter kurang dari 1
cm.
f. Keringkan.

Pemeriksaan sediaan darah tebal hanya memberikan hasil yang baik, bila sediaan:
a. Dibuat dengan teliti (peralatan dan permukaan jari bersih).
b. Dibuat tidak terlampau tebal (kira-kira 50 mikron).
c. Harus dalam keadaan yang bersih sebelum dipulas.
d. Dipulas melalui prosedur yang tepat, sehingga tidak menyebabkan terdapatnya endapan zat
pulas sebelum diperiksa.

Pada sediaan yang baik akan tampak:


a. Stroma eritrosit sebagai dasar sediaan, berwarna biru lembayung muda dan homogen.
b. Inti sel darah putih berwarna biru lembayung tua, granula biasanya tidak tampak, hanya
terlihat granula eosinofil.
c. Trombosit berwarna lembayung muda atau purper muda dan sering tampak berkelompok.

Sifat parasit di dalam sediaan darah tebal:


a. Parasit tampak lebih kecil, batas sitoplasma sering tidak nyata.
b. Titik Maurer dan titik Ziemann yang masing-masing terdapat pada P. falciparum dan P.
malariae biasanya hilang sama sekali. Titik Schuffner yang terdapat pada P. vivax sering
masih dapat dilihat sebagai zona merah.
c. Bentuk cincin sering juga tampak sebagai kota, burung terbang, atau tanda seru. Ketiga
macam bentuk ini dapat dilihat pada ketiga spesies Plasmodium, tetapi terutama pada P.
falciparum.
d. Bentuk tropozoit yang sudah agak besar, pigmennya tampak jelas. Pergerakan amuboid
sitoplasma P. vivax dapat terlihat jelas. Protoplasma P. malariae mulai menggumpal di sekitar
inti.

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 7


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

e. Bentuk skizon tampak jelas.

2. Pemeriksaan Sediaan Darah Tipis


Cara membuat sediaan darah tipis:
a. Pada dasarnya sama dengan pembuatan sediaan darah tebal.
b. Setelah melakukan tindakan ke-4 di atas, dengan menggunakan kaca benda yang lain atau
khusus, yaitu kaca benda yang pada salah satu ujung di kedua bagian lateralnya dipotong
sedikit dalam bentuk segitiga, tetesan darah itu dibuat apusan (nitstrijk) dengan bagian ujung
yang terpotong dari kaca benda tadi, sehingga darah tersebar rata dan merupakan lapisan
darah yang tipis.
c. Keringkan.

Perbedaan pemeriksaan sediaan darah tebal dengan darah tipis pada malaria:
a. Lebih banyak darah diperiksa jika dibandingkan dengan sediaan darah tipis.
b. Parasit yang tampak kira-kira 20x lebih banyak dalam satu lapangan pandang.
c. Bentuk/morfologi parasit tidak sama seperti bentuk/morfologi parasit yang terdapat dalam
sediaan darah tipis.

3. Pewarnaan sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis


Untuk pemeriksaan parasit malaria, sediaan darah biasanya dipulas dengan cara
Romanowsky, misalnya dengan pulasan giemsa, Wright, Kiewiet de Jonge atau Leishman. W.B.
Romanowsky mendapatkan cara itu dalam tahun 1881. Caranya larutan metilen dicampur dengan
larutan eosin. Hasil pulasan dengan campuran itu adalah: sel darah merah menjadi merah muda, inti
sel darah putih menjadi lembayung tua, protoplasma parasit malaria menjadi biru dan butir kromatin
parasit menjadi merah-karmin.

Teknik pewarnaan giemsa untuk sediaan darah tebal


a. Sediaan darah yang dibuat tidak boleh terlalu tebal (kurang dari diameter 1 cm). sediaan tidak
perlu difiksasi.
b. Tuangkan larutan giemsa pada sediaan yang diletakan horizontal di atas rak (staining
support).
c. Biarkan terpulas selama 15-20 menit.
d. Cuci sebentar dengan air pat dengan sangat hati-hati, karena sediaan darah yang tidak
difiksasi dapat mudah terlepas. Jaga supaya endapan jangan sampai melekat pada sediaan
darah.
e. Keringkan di udara dan periksa di bawah mikroskop monokuler dengan pembesaran kuat 5-
6x100 (minyak imersi).
Teknik pewarnaan giemsa untuk sediaan darah tipis
a. Fiksasi sediaan darah dengan methanol (metal alkohol) selama kira-kira 0,5 menit.
b. Cuci dengan air pet, lalu keringkan di udara.
c. Letakkan sediaan darah di atas rak secara horizontal dan tuangkan larutan giemsa yang
digunakan, yaitu 15 cc buffer dengan pH 7,2+1 cc giemsa.
d. Lamanya pulasan 20-30 menit, bergantung kepada mutu zat pulas giemsa yang digunakan.

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 8


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

e. Cuci sebentar dengan air pet tanpa membuang lebih banyak larutan giemsa, tetapi larutan
giemsa itu hanya dihanyutkan dengan air pet. Jadi posisi sediaan harus tidak horizontal tetapi
membentuk sudut dengan garis cakrawala, baru diairi supaya larutan hanyut. Bila tidak
dilakukan, endapan yang terdapat dalam larutan itu mungkin melekat pada sediaan darah
sehingga menyulitkan pemeriksaan.
f. Keringkan; untuk pekerjaan ini, sandarkan sediaan darah pada dinding meja yang diberi alas
kertas saring atau pada dinding bak cuci, sehingga air dapat mengalir turun.
b. Periksa di bawah mikroskop monokuler dengan pembesaran 5-6x100 (minyak imersi).

4. Ciri-ciri Plasmodium dalam sediaan darah


Ciri-ciri berbagai jenis Plasmodium alam sediaan darah adalah sebagai berikut:
a. Plasmodium falciparum
Dasar untuk membuat diagnosis sediaan darah tebal Plasmodium falciparum:
1) Bentuk tropozoit muda merupakan bentuk yang biasanya ditemukan dan menyerupai
gambaran yang uniform. Bersama bentuk ini bentuk gametosit mungkin ditemukan.
2) Sering ditemukan parasit dalam jumlah besar yang merupakan gambaran seperti “langit
berbintang”.
3) Bentuk skizon mungkin ditemukan pada infeksi berat, oleh karena itu biasanya ditemukan
bersamaan dengan gambaran langit berbintang. Skizon tampak kecil, padat, dan agak bulat.
4) Bentuk gametosit kadang-kadang tidak berbentuk seperti pisang, tetapi agak membulat
terutama di bagian tengah sediaan.
a. Perbedaan antara makrogametosit dam mikrogametosit sering tidak jelas terlihat.

b. Plasmodium vivax
1) Titik Schuffner mungkin dapat dilihat sebagai zona merah di sekitar parasit. Gambaran parasit
tidak uniform:
2) Bentuk trofozoit muda (koma, cincin, dsb) sulit dibedakan dari P. falciparum
3) Bentuk trofozoit lebih tua menunjukkan pergerakan amuboid yang khas untuk P. vivax
4) Bentuk skizon dapat dibedakan dari bentuk skizon P. falciparum dan P. malariae karena lebih
besar.
5) Bentuk gametosit besar, bulat dengan pigmen tersebar di seluruh parasit.
6) Jumlah parasit biasanya tidak sebanyak P. falciparum.

c. Plasmodium malariae
1. Bentuk trofozoit muda sukar dibedakan dari P. vivax dan P. falciparum.
2. Bentuk trofozoit lebih tua khas yaitu sitoplasma padat, berwarna tua, vakuol tidak nyata,
tetapi pigmen jelas. Bentuk pita tidak tampak.
3. Bentuk skizon lebih kecil dari bentuk skizon P. vivax, berbentuk sebagai bunga serunai.
4. Bentuk gametosit pada, bulat, banyak pigmen, satu inti, sukar dibedakan dari bentuk trofozoit
tua.
Jumlah parasit biasanya kecil.

Keterangan penting:
a. Diagnosis malaria tidak dapat ditegakkan bila hanya melihat 1-2 parasit.

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 9


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

b. Untuk bisa mendiagnosis malaria dengan tepat, banyak parasit yang harus dilihat.
c. Sediaan darah tebal yang diperiksa tidak selalu memberikan hasil diagnosis yang pasti, karena
bila di dalam sediaan terdapat:
d. Infeksi campuran dengan sedikit cincing P. falciparum dan banyak P. vivax, mungkin infeksi
P. falciparum tidak akan diketahui.
e. Bentuk tidak khas seperti bentuk trofozoit P. vivax yang tidak menunjukkan gerakan
amuboid, tetapi pada, akan menyerupai P. malariae.
f. Dalam menghadapi keadaan yang seperti itu, periksalah sediaan darah tipis.

5. Gambar-gambar morfologi Parasit malaria

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 10


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Mikrogametosit dan makrogametosis P. vivax

Plasmodium malariae, ring form, skizon dan gametosit mirip P. vivax tertapi eritrosit tidak
membesar

II. Pemeriksaan Mikrofilaria dalam darah

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 11


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

1. Pembuatan Sediaan Darah Jari


Pengambilan darah untuk sediaan darah sebaiknya dari ujung jari. Tetapi bila menggunakan
darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang belum bercampur dengan
antikoagulan. Pengaambilan darah dilakukan pada malam hari (22.00-02.00) karena mikrofilaria
memiliki periodisitas nokturna. Volume darah yang diperlukan sekitar 20-60 μL.

Teknik Pembuatan Sediaan Darah Jari


a. Persiapan Alat dan Bahan.
b. Kaca benda (slide) yang sudah bersih dari lemak dan kotoran diberi label.
c. Pilih salah satu ujung jari tangan kedua, ketiga atau keempat, bersihkan dengan kapas alkohol
70 %, dan ditunggu sampai kering.
d. Setelah kering, ujung jari tangan orang tersebut ditusuk dengan lanset, tegak lurus alur garis
jari tangan, sehingga darah menetes keluar (dengan penekanan ringan).
e. Tetesan darah pertama yang keluar dihapus dengan kapas kering, kemudian tetesan darah
selanjutnya diteteskan sebanyak tiga tetes (diperkirakan 60 μL) pada kaca benda yang sudah
disiapkan.
f. Selanjutnya tetesan darah tersebut dilebarkan, dengan menggunakan salah satu ujung kaca
benda lain, sehingga membentuk Spesimen Darah tebal, yang berbentuk tiga garis paralel
(masing-masing masing-masing berukuran 0,5 x 4 cm / 20μl) atau satu oval berukuran 1 x 2
cm (60 μl). Kaca benda dipegang pada tepi atau pada sudutnya, sehingga permukaan kaca
benda tetap bersih.
g. Spesimen Darah Jari tersebut dikeringkan selama 24 – 72 jam pada suhu kamar dengan
menyimpannya di slide box dan diletakkan pada tempat yang aman dari semut, kecoa dan
lain-lain.

Gambar Proses Pembuatan Sediaan Darah

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 12


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Gambar Sediaan Darah Tebal

2. Pewarnaan Sediaan Darah


Teknik Pembuatan Larutan Giemsa
a. Larutan Giemsa adalah larutan yang digunakan untuk pewarnaan Sediaan Darah
b. Untuk membuat larutan Giemsa dibutuhkan cairan buffer pH 7,2.
c. Cairan buffer pH 7,2 dibuat dengan cara melarutkan 1 tablet buffer forte ke dalam 1000 ml air
jernih dan bersih. Cairan buffer ini bisa juga diganti dengan air mineral yang mempunyai pH
7,2.
d. Larutan Giemsa dibuat dengan melarutkan cairan Giemsa dengan cairan buffer pH 7,2 dengan
perbandingan 1 : 20
e. Untuk mewarnai 500 Spesimen Darah dibutuhkan larutan Giemsa kurang lebih sebanyak 500
mL (25 mL cairan Giemsa dan 500 mL cairan buffer pH 7,2)

Teknik Pewarnaan Sediaan Darah Jari


a. Sediaan Darah diletakkan berjajar di tempat yang datar (meja, lantai, papan, atau
pelepah/batang pisang)
b. Spesimen tersebut difiksasi dengan menggunakan metanol.
c. Spesimen kemudian diwarnai dengan cara ditetesi larutan Giemsa sampai semua permukaan
sediaan tergenang larutan Giemsa (kurang lebih 20 tetes) dan didiamkan selama 30 menit.
d. Kemudian Spesimen Darah Jari dibilas dengan air bersih dan dikeringkan dalam suhu kamar
selama 24-72 jam.
e. Setelah kering, Sediaan Darah Jari disusun dan disimpan dalam slide box.

3. Pemeriksaan Mikroskopis
Menentukan Kepadatan Mikrofilaria
a. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran rendah (10 x 10).
b. Jumlah mikrofilaria yang tampak pada seluruh lapangan pandang dihitung dengan cara
menggeser sediaan.
c. Dimulai dari tepi paling kiri, digeser ke kanan sampai pinggir sediaan. Kemudian diturunkan
pada lapangan pandang berikutnya dan digeser ke arah sebaliknya sampai ke pinggirnya lagi.
Begitu seterusnya sampai seluruh lapangan sediaan diperiksa.

Gambar Cara menghitung Kepadatan Mikrofilaria

d. Jumlah dan jenis mikrofilaria yang ditemukan dicatat pada tepi kaca benda
Morfologi mikrofilaria

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 13


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Gambar Morfologi mikrofilaria

Kunci identifikasi sederhana spesies mikrofilaria pada sediaan darah tebal


pulasan giemsa
Ciri / Spesies Mikrofilaria
Bagian Tubuh
Wuchereria bancrofti Brugia malayi Brugia timori
Ruang Kepala
1:1 3:1 2:1
(Panjang : Lebar)
Susunan inti badan Halus teratur Kasar, tidak teratur Kasar, tidak teratur
Lekuk Badan Halus Kasar / kaku Kasar / kaku
Warna sarung Tak terwarnai Tak terwarnai Merah
Ekor Kosong, tidak ada inti 2 inti letak lebih
2 inti letak berjauhan
tambahan dekat

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 14


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Gambaran Morfologi mikrofilaria W. bancrofti pada sediaan darah tebal setelah pewarnaan Giemsa

Gambaran Morfologi mikrofilaria B. malayi pada sediaan darah tebal setelah pewarnaan Giemsa

Gambar 7. Gambaran Morfologi mikrofilaria B. timori pada sediaan darah tebal setelah pewarnaan
Giemsa

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 15


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

Daftar Pustaka
1. Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA, 2009, Malaria dari Molekuler ke Klinis, Edisi 2,
EGC, Jakarta.
2. Kazura JW, Nutman TB, Greene BM, 1993, “Filariasis” in Immunology and Molecular
Biology of Parasitic Infections, 3rd Ed, Blackwell Scientific Publicatons, London.
3. Kementerian Kesehatan RI, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis, Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
4. Kurniawan A, Winita R, Astuti H, 2015, Wet Workshop Pemeriksaan Mikroskopik Malaria
dan Filariasis, Seminar BISMPTD 1-2 Mei 2015, Bandung.
5. Melancon-Kaplan J et al., 1993, “Malaria” in Immunology and Molecular Biology of
Parasitic Infections, 3rd Ed, Blackwell Scientific Publicatons, London.
6. Muhsin M, 2013, “Role of Interleukin-6 during infection with filarial nematode L.
sigmodontis, Dissertation, University of Bonn

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 16


Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus

7. Natadisastra D, Agoes R, 2009, “Penyakit oleh Sporozoa Darah dan Jaringan” dalam
Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh Yang Diserang, EGC, Jakarta.
8. Rahmad A, Purnomo, 2011, Atlas Diagnostik Malaria, EGC, Jakarta.
9. Rusmartini T, 2009, “Penyakit oleh Nematoda Darah” dalam Parasitologi Kedokteran
Ditinjau dari Organ Tubuh Yang Diserang, EGC, Jakarta.
10. Supali T, Kurniawan A, Partono F, 2008, “Nematoda Jaringan” dalam Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran, Edisi IV, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
11. Sutanto I, Pribadi W, 2008, “Parasit Malaria” dalam Buku Ajar Parasitologi Kedokteran,
Edisi IV, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
12. Taylor MJ, Hoerauf A, Bockarie M, 2010, Lymphatic filariasis and onchocerciasis, Lancet,
376 (9747), 1175–85.
13. Zaman V, 1997, Atlas Parasitologi Kedokteran, Edisi II, Hipokrates, Jakarta.

Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 17

Anda mungkin juga menyukai