PENUNTUN PRAKTIKUM
Edisi pertama
Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh penerbit
sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik, mekanik, foto
kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya.
PENUNTUN PRAKTIKUM
“MALARIA DAN FILARIASIS”
Tim Penyusun:
Kata Pengantar
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016 2
Penuntun Praktikum “Malaria dan Filariasis” Blok 18. Masalah Kesehatan Khusus
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan hubungan di antara
keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan parasitologi ditentukan oleh organisme
dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu parasitology tidak dapat dipisahkan dengan cabang
ilmu biologi lainnya seperti biologi sel, bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi,
genetika, evolusi dan ekologi.
Praktikum adalah suatu cara untuk mahasiswa dapat lebih memahami apa yang didapatkan
dari teori. Dalam praktikum mahasiswa melakukan suatu rangkaian latihan-latihan praktis untuk
lebih memahami isi dan tujuan perkuliahan yang diberikan pada kuliah-kuliah parasitologi. Dengan
praktikum juga mahasiswa diharapkan dapat bekerja sama dengan teman-temannya secara disiplin
serta mampu meninjau secara kritis masalah-masalah yang dihadapi. Belajar bertukar pikiran
dengan teman atau asisten serta melihat langsung spesimen parasit akan menuntun mahasiswa
dalam berdiskusi untuk memecahkan persoalan, terutama berkaitan dengan penyakit-penyakit
akibat parasitik.
Penuntun praktikum parasitologi ini dibuat sebagai dokumentasi dan bahan evaluasi dalam
menjalankan praktikum parasitologi, khususnya praktikum Malaria dan Filariasis dengan baik.
Mengingat waktu yang sangat terbatas dalam mempersiapkan penuntun ini, kami menyadari akan
kekurangan yang terdapat dalam penuntun praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan penuntun praktikum ini. Hanya
kepada Allah SWT sajalah kita meminta pertolongan dan harapan semoga Penuntun Praktikum
“Malaria dan Filariasis” ini bermamfaat hendaknya.
Tim Penyusun
Daftar Isi
Lembaran Judul................................................................................................................ 1
Tim Penyusun.................................................................................................................... 2
Kata Pengantar.................................................................................................................. 3
Daftar Isi............................................................................................................................. 4
Mekanisme Pelaksanaan Praktikum “Malaria dan Filaria”........................................ 5
Tata Tertib Praktikum ..................................................................................................... 6
Materi Praktikum............................................................................................................. 7
I. Pemeriksaan Parasit Malaria dalam Darah.................................................................. 7
1. Pemeriksaan Sediaan Darah Tebal........................................................................... 7
2. Pemeriksaan Sediaan Darah Tipis............................................................................ 8
3. Pewarnaan Sediah Darah Tebal dan Tipis............................................................... 8
4. Ciri-ciri Plasmodium dalam sediaan darah.............................................................. 9
5. Gambar-gambar morfologi Parasit malaria.............................................................. 10
Daftar Pustaka................................................................................................................... 17
1. Mahasiswa (Praktikan) sudah mendapatkan Penuntun Praktikum dengan format .pdf minimal
sehari sebelum praktikum dimulai.
2. Pada hari praktikum, laboran akan melakukan pengecekan spesimen di tiap mikroskop untuk
memastikan materi praktikum sesuai dan tidak bergeser.
3. Praktikan memasuki ruang laboratorium setelah mengenakan jas lab dengan rapi dan benar.
4. Akan dilakukan pretest selama 10 menit sebelum materi praktikum diberikan.
5. Praktikan yang mendapatkan nilai prestest dibawah 60 tidak dibenarkan mengikuti praktikum
dan disarankan untuk mengikuti Inhal.
6. Salah seorang Staf Pengajar Bagian Parasitologi kemudian memberikan teori praktikum
selama 15 menit.
7. Absensi kemudian diedarkan dan wajib ditandatangani oleh semua praktikan.
8. Praktikan diwajibkan untuk menggambar dan memberi catatan untuk tiap spesimen di dalam
buku catatan yang telah dibawa.
9. Post test akan diberikan sekitar 10 menit sebelum praktikum berakhir
10. Setelah Praktikum selesai mahasiswa keluar dari ruangan laboratorium dengan teratur setelah
terlebih dahulu memastikan daerah sekitar meja dan tempat duduk praktikan dalam keadaan
bersih.
11. Mahasiswa menumpulkan laporan praktikum yan berisi gambar-gambar mikroskopis yang
telah dibuat dengan menggunakan pensil bewarna maksimal 1x24 jam.
Praktikum parasitologi “Malaria dan Filariasis” ini menggunakan spesimen darah yang
mengandung kontaminan patogen mupun non patogen. Oleh sebab itu setiap praktikan harus
mengutamakan perlindungan dan keselamatan diri dengan mengikuti peraturan di bawah ini:
1. Praktikan wajib memakai jas lab dengan tag nama terpasang, serta sarung tangan pada saat
bekerja di laboratorium, agar terhindar dari kontaminan yang mungkin terbawa oleh tinja.
2. Praktikan wajib meletakkan barang pada bagian khusus yang telah disediakan bukan di atas
meja praktikum yang dapat menganggu kegiatan praktikum.
3. Praktikan perempuan wajib memasukkan jilbab ke dalam jas lab untuk menghindari
kontaminan.
4. Setiap praktikan harus telat membaca dan memiliki pengetahuan tentang materi praktikum
sebelum praktikum dimulai.
5. Gambarlah semua jenis parasit yang telah disiapkan pada mikroskop dan lengkapi dengan
keterangan yang jelas.
6. Setelah praktikum, meja praktikum dan daerah sekitar tempat duduk praktikan harus
dibersihkan.
7. Laporan praktikum berisi gambar sediaan yang diamati melalui mikroskop beserta keterangan
gambar harus dikumpulkan maksimal 1x24 jam setelah praktikum selesai.
8. Dilarang membawa makanan dan minuman serta dilarang makan atau minum selama
praktikum berlangsung
9. Dilarang ribut dan menerima telepon selama praktikum berlangsung.
10. Bagi praktikan yang tidak mematuhi tata tertib praktikum akan diberikan peringatan selama
satu kali dan akan dikeluarkan dari ruang laboratorium jika masih melakukan pelanggaran tata
tertib.
Pemeriksaan sediaan darah tebal hanya memberikan hasil yang baik, bila sediaan:
a. Dibuat dengan teliti (peralatan dan permukaan jari bersih).
b. Dibuat tidak terlampau tebal (kira-kira 50 mikron).
c. Harus dalam keadaan yang bersih sebelum dipulas.
d. Dipulas melalui prosedur yang tepat, sehingga tidak menyebabkan terdapatnya endapan zat
pulas sebelum diperiksa.
Perbedaan pemeriksaan sediaan darah tebal dengan darah tipis pada malaria:
a. Lebih banyak darah diperiksa jika dibandingkan dengan sediaan darah tipis.
b. Parasit yang tampak kira-kira 20x lebih banyak dalam satu lapangan pandang.
c. Bentuk/morfologi parasit tidak sama seperti bentuk/morfologi parasit yang terdapat dalam
sediaan darah tipis.
e. Cuci sebentar dengan air pet tanpa membuang lebih banyak larutan giemsa, tetapi larutan
giemsa itu hanya dihanyutkan dengan air pet. Jadi posisi sediaan harus tidak horizontal tetapi
membentuk sudut dengan garis cakrawala, baru diairi supaya larutan hanyut. Bila tidak
dilakukan, endapan yang terdapat dalam larutan itu mungkin melekat pada sediaan darah
sehingga menyulitkan pemeriksaan.
f. Keringkan; untuk pekerjaan ini, sandarkan sediaan darah pada dinding meja yang diberi alas
kertas saring atau pada dinding bak cuci, sehingga air dapat mengalir turun.
b. Periksa di bawah mikroskop monokuler dengan pembesaran 5-6x100 (minyak imersi).
b. Plasmodium vivax
1) Titik Schuffner mungkin dapat dilihat sebagai zona merah di sekitar parasit. Gambaran parasit
tidak uniform:
2) Bentuk trofozoit muda (koma, cincin, dsb) sulit dibedakan dari P. falciparum
3) Bentuk trofozoit lebih tua menunjukkan pergerakan amuboid yang khas untuk P. vivax
4) Bentuk skizon dapat dibedakan dari bentuk skizon P. falciparum dan P. malariae karena lebih
besar.
5) Bentuk gametosit besar, bulat dengan pigmen tersebar di seluruh parasit.
6) Jumlah parasit biasanya tidak sebanyak P. falciparum.
c. Plasmodium malariae
1. Bentuk trofozoit muda sukar dibedakan dari P. vivax dan P. falciparum.
2. Bentuk trofozoit lebih tua khas yaitu sitoplasma padat, berwarna tua, vakuol tidak nyata,
tetapi pigmen jelas. Bentuk pita tidak tampak.
3. Bentuk skizon lebih kecil dari bentuk skizon P. vivax, berbentuk sebagai bunga serunai.
4. Bentuk gametosit pada, bulat, banyak pigmen, satu inti, sukar dibedakan dari bentuk trofozoit
tua.
Jumlah parasit biasanya kecil.
Keterangan penting:
a. Diagnosis malaria tidak dapat ditegakkan bila hanya melihat 1-2 parasit.
b. Untuk bisa mendiagnosis malaria dengan tepat, banyak parasit yang harus dilihat.
c. Sediaan darah tebal yang diperiksa tidak selalu memberikan hasil diagnosis yang pasti, karena
bila di dalam sediaan terdapat:
d. Infeksi campuran dengan sedikit cincing P. falciparum dan banyak P. vivax, mungkin infeksi
P. falciparum tidak akan diketahui.
e. Bentuk tidak khas seperti bentuk trofozoit P. vivax yang tidak menunjukkan gerakan
amuboid, tetapi pada, akan menyerupai P. malariae.
f. Dalam menghadapi keadaan yang seperti itu, periksalah sediaan darah tipis.
Plasmodium malariae, ring form, skizon dan gametosit mirip P. vivax tertapi eritrosit tidak
membesar
3. Pemeriksaan Mikroskopis
Menentukan Kepadatan Mikrofilaria
a. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran rendah (10 x 10).
b. Jumlah mikrofilaria yang tampak pada seluruh lapangan pandang dihitung dengan cara
menggeser sediaan.
c. Dimulai dari tepi paling kiri, digeser ke kanan sampai pinggir sediaan. Kemudian diturunkan
pada lapangan pandang berikutnya dan digeser ke arah sebaliknya sampai ke pinggirnya lagi.
Begitu seterusnya sampai seluruh lapangan sediaan diperiksa.
d. Jumlah dan jenis mikrofilaria yang ditemukan dicatat pada tepi kaca benda
Morfologi mikrofilaria
Gambaran Morfologi mikrofilaria W. bancrofti pada sediaan darah tebal setelah pewarnaan Giemsa
Gambaran Morfologi mikrofilaria B. malayi pada sediaan darah tebal setelah pewarnaan Giemsa
Gambar 7. Gambaran Morfologi mikrofilaria B. timori pada sediaan darah tebal setelah pewarnaan
Giemsa
Daftar Pustaka
1. Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA, 2009, Malaria dari Molekuler ke Klinis, Edisi 2,
EGC, Jakarta.
2. Kazura JW, Nutman TB, Greene BM, 1993, “Filariasis” in Immunology and Molecular
Biology of Parasitic Infections, 3rd Ed, Blackwell Scientific Publicatons, London.
3. Kementerian Kesehatan RI, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis, Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
4. Kurniawan A, Winita R, Astuti H, 2015, Wet Workshop Pemeriksaan Mikroskopik Malaria
dan Filariasis, Seminar BISMPTD 1-2 Mei 2015, Bandung.
5. Melancon-Kaplan J et al., 1993, “Malaria” in Immunology and Molecular Biology of
Parasitic Infections, 3rd Ed, Blackwell Scientific Publicatons, London.
6. Muhsin M, 2013, “Role of Interleukin-6 during infection with filarial nematode L.
sigmodontis, Dissertation, University of Bonn
7. Natadisastra D, Agoes R, 2009, “Penyakit oleh Sporozoa Darah dan Jaringan” dalam
Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh Yang Diserang, EGC, Jakarta.
8. Rahmad A, Purnomo, 2011, Atlas Diagnostik Malaria, EGC, Jakarta.
9. Rusmartini T, 2009, “Penyakit oleh Nematoda Darah” dalam Parasitologi Kedokteran
Ditinjau dari Organ Tubuh Yang Diserang, EGC, Jakarta.
10. Supali T, Kurniawan A, Partono F, 2008, “Nematoda Jaringan” dalam Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran, Edisi IV, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
11. Sutanto I, Pribadi W, 2008, “Parasit Malaria” dalam Buku Ajar Parasitologi Kedokteran,
Edisi IV, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
12. Taylor MJ, Hoerauf A, Bockarie M, 2010, Lymphatic filariasis and onchocerciasis, Lancet,
376 (9747), 1175–85.
13. Zaman V, 1997, Atlas Parasitologi Kedokteran, Edisi II, Hipokrates, Jakarta.