Anda di halaman 1dari 9

JENIS POLA-POLA PELAYANAN BESERTA PENERAPAN WHOLE OF

GOVERNMENT DALAM PELAYANAN PUBLIK


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Dalam Pelatihan Dasar CPNS Tahun 2021

Disusun oleh:
Kelompok II Angkatan VI

Ervina Tsamrotul Puadah, A.Md.

Topan Riesmayadi Subakti, A.Md.Farm

Yesi Witasari Rusanto, A.Md. Kes

Septia Nawang Widasti, A.Md.Kep

Agus Triyanto, A.Md

PENDIDIKAN LATIHAN DASAR CPNS


PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2021
JENIS POLA-POLA PELAYANAN BESERTA PENERAPAN
WHOLE OF GOVERNMENT DALAM PELAYANAN PUBLIK

1. Pengertian
Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya
WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Menurut United States Institute of Peace (USIP) Sebuah pendekatan yang
mengintegrasikan upaya kolaborasi dari instant pemerintah untuk menjadi kesatuan
menuju tujuan Bersama, juga dikenal sebagai kolaborasi, kerjasama antar instansi, actor
pelayanan dalam menyelesaikan suatu masalah pelayanan.
WoG pada dasarnya adalah sebuah pendekatan fungsi dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama dalam:
a. Pembangunan kebijakan,
b. Manajemen program; dan
c. Pelayanan Publik
Karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh
sektor dalam pemerintahan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan melalui pendekatan WoG :
a. Penguatan koordinasi antar Lembaga
b. Membentuk Lembaga koordinasi khusus
c. Membentuk gugus tugas
d. Koalisi social

2. Pola Pelayanan Teknis Fungsional Dengan Pendekatan WoG


Pola Pelayanan Teknis Fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik yang diberikan
oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangannya.
Pada pola pertama ini pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan sektoral, yang bisa jadi
sifatnya hanya relevan dengan sektor itu, atau menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG
dapat dilakukan manakala pola pelayanan publik ini mempunyai karakter yang sama atau
memiliki keterkaitan antar satu sektor dengan yang lainnya.
Menurut Park (2003: 173) nilai fungsional merupakan penilaian pelanggan yang
rasional, karena nilai dihubungkan dengan fungsi produk dan efisiensi bagi pelanggan.
Nilai fungsional ritel meliputi pelayanan cepat, penilaian atas atau persepsi yang
mencerminkan biaya bagi pelanggan, lokasi, dan kebersihan. Harga masih menjadi faktor
dominan dalam penilaian fungsional. Dan uraian Guerin (2003) tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai fungsional meliputi harga, kualitas, dan kuantitas. Nilai yang
paling mudah dilihat adalah nilai fungsional, yaitu nilai yang di peroleh dari kualitas
produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada konsumen. Menurut
Oesman (2010) mengemukakan bahwa nilai fungsional berkaitan langsung dengan fungsi
yang diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen. Jika memiliki keunggulan
secara fungsional, maka sebuah merek mendominasi kategori. Menurut Surachman
(2008:22): Nilai fungsional yakni nilai yang diperoleh dari atribut produk yang
memberikan kegunaan (utility) fungsional pada pelanggan. Nilai tersebut berkaitan
langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk layanan kepada pelanggan. Contoh
pola pelayanan teknis fungsional :
Krisis Karakter dalam Perspektif Teori Struktural Fungsional Krisis karakter yang
melanda hampir semua bidang kehidupan bermasyarakat di Indonesia adalah karena
adanya kegagalan atau disfungsi lembaga-lembaga negara dan juga struktur sosial yang
ada dalam masyarakat. Ketidakberdayaan lembaga dan struktur masyarakat dalam
pengendalian sosial pada umumnya karena adanya penyimpangan oleh sebagian besar dari
penyelenggara negara atau oleh sebagian besar pemimpin dan anggota masyarakat
tersebut. Stuktur masyarakat tidak lagi mampu menjalankan fungsinya bila sebagian besar
anggotanya melakukan penyimpangan nilai dan norma yang dianut.
Upaya Solusi Krisis Karakter Teori Struktural Fungsional Upaya solusi dari krisis
karakter harus berangkat dari upaya mengembalikan peran lembaga dan struktur sosial
yang ada di dalam masyarakat, untuk tetap berpegang teguh pada nilai dan norma yang
dianut masyarakat, sehingga ia mampu mengendalikan adanya penyimpangan nilai dan
norma yang dilakukan oleh anggotanya. Upaya solusi dari krisis karakter di Indonesia
dapat dilihat dalam lembaga atau struktur masyarakat.
Contoh pola pelayanan teknis fungsional yang dapat kita lihat saat ini adalah
pemungutan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak atau pengurusan izin
berlayar oleh kantor syahbandar. Kedua pelayanan tersebut masing-masing dilakukan oleh
lembaga yang memang sesuai dengan kewenangannya. Contoh lainnya adalah pengurusan
sertfikat tanah oleh kantor perwakilan BPN di tiap wilayah.

3. Pola Pelayanan Satu Atap Dengan Pendekatan WoG


Tuntutan reformasi birokrasi dalam upaya peningkatan profesionalisme aparatur
pemerintah dan pelayanan prima, ditunjukan dengan adanya pelayanan satu atap. Hal ini
sejalan dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003
hakekat dari pelayanan adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang
merupakan perwujudan kewajiban Aparatur Pemerintah sebagai abdi masyarakat. Menurut
Undangundang Kepegawaian Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri Sipil (PNS) selaku
aparatur pemerintah memiliki kewajiban untuk bertugas memberikan  pelayanan kepada
masyarakat secara professional. Selaku pelayan masyarakat, PNS harus memberikan
pelayanan yang terbaik atau prima kepada penerima pelayanan tanpa pandang bulu. 
Pola Pelayanan Terpadu Satu Atap diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi
berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui
beberapa  pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu
disatuatapkan. 
Dalam penyelenggaraan pelayanan satu atap dan satu pintu di Pemerintah Daerah,
sudah melaksanankan beberapa pelayanan guna memperbaiki kualitas pelayanan
publik,yaitu:
a. Pembuatan KTP, KK dan Akta Kelahiran
b. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)
c. Izin tanda dafar perusahaan (TDP)
d. Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
e. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
f. Izin Reklame
g. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Merupakan pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu instansi
pemerintah yang masih terkait sesuai kewenangan masing-masing. Pola pelayanan jenis ini
tidak meleburkan kewenangan beberapa instansi yang ada di dalamnya. Pegawai yang
memberikan pelayanan masing-masing mewakili instansi yang menugaskannya yang
berkaitan sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pola ini memudahkan masyarakat
pengguna ijin untuk mengurus permohonan perijinan,

4. Pola Pelayanan Satu Pintu Dengan Pendekatan WoG


Pola pelayanan masyarakt yang diberikan secara tunggal oleh sutua unit kerja
pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait laiinya
yang berkaitan. Wog dilakukan secara utuh, manakala pelayanan publik disatukan dalam
satu unit pelayanan saja, dan rantai ijin dipangkas menjadi satu.
Pelayanan perizinan dalam mendirikan suatu usaha di Indonesia terus semakin
diperbaiki dan dipermudah. Pemerintah telah melakukan upaya penyederhanaan layanan
baik Perizinan maupun nonperizinan yaitu dengan menerapkan sistem Pelayanan Terpadu
Satu Pintu atau disingkat PTSP. Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) bukanlah kebijakan
baru di dalam manajemen birokrasi. Pembentukan PTSP di daerah termasuk dalam rangka
mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperpendek proses
pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, kepastian,
dan terjangkau. Dengan adanya PTSP, pemohon perizinan tidak perlu lagi mengurus
berbagai surat dan dokumen di dinas berbeda dengan lokasi kantor yang berbeda pula.
PTSP memiliki kewenangan atas beberapa jenis perizinan dan non perizinan, terdapat
sekitar 26 bidang sebagai berikut:
a. Lingkungan hidup (LH)
b. Pendidikan
c. Perumahan
d. Penataan ruang
e. Pertanahan yang menjadi Kewenangan daerah
f. Kesehatan
g. Pekerjaan Umum
h. Perindustrian
i. Kehutanan
j. Perlindungan anak dan Pemberdayaan Perempuan
k. Sosial
l. Ketenagakerjaan dan transmigrasi
m. Pertanian dan ketahanan pangan
n. Kehutanan
o. Komunikasi dan informasi
p. Perpustakaan
q. Olahraga dan pemudaan
r. Kebudayaan dan pariwisata
s. Koperasi dan UKM
t. Penanaman modal
u. Perdagangan
v. Pembangunan
w. Energi dan sumber daya Mineral
x. Perikanan dan Kelautan
y. Peternakan
z. Kesatuan bangsa dan Politik dalam negeri
Selain menawarkan layanan tersebut di atas, PTSP telah melayani berbagai macam
investasi diantaranya izin penanaman modal, izin usaha perubahan, dan izin usaha perluasan.

5. Pola Pelayanan Terpusat Dengan Pendekatan WoG


Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak
sebagai koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan
bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan. Pola ini mirip dengan pelayanan satu atap
atau pelayanan satu pintu. Perbedaannya tergantung pada sejauh mana kewenangan
koordinasi yang diberikan kepada koordinator. Contoh pelayanan publik dengan pola
pelayanan terpusat adalah pembuatan paspor oleh Kantor Imigrasi dan pembuatan akte
kelahiran oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

6. Pola Pelayanan Elektronik Dengan Pendekatan WoG


Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat
elekronik atau on-linese hingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas
masyarakat pengguna. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk
untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang
merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa
membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara
pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan
tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik.
Disdukcapil Kota Tasikmalaya sekarang memiliki program GO DOKUMEN
ADMINDUK (GO-DOK) yang diluncurkan pada Tahun 2019. Dengan adanya program ini
diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam memperoleh dokumen kependudukan
dan pencatatan sipil di Kota Tasikmalaya. Terobosan ini menjadikan masyarakat tak perlu 
pergi ke kantor kecamatan atau Disdukcapil, mengurus kartu tanda penduduk (KTP) atau
KK. GoDok serupa transportasi daring, namun tugasnya bukan untuk mengantar manusia
atau makanan, tapi segala jenis dokumen kependudukan. Layanan ini salah satu inovasi baru
dari Disdukcapil Kota Tasikmalaya. Tujuannya memudahkan masyarakat mengurus
administrasi kependudukan. Jadi jemput bola membawa dokumen dari masyarakat lalu
diantar lagi. Layanan ini akan selesai dalam waktu satu jam, atau paling lambat 24 jam.
Layanan itu cukup mengirim pesan ke nomor WA Disdukcapi, melampirkan
syaratsyaratnya, lalu saat selesai petugas GoDok mengantarkan ke rumah warga.
Dengan layanan itu proses administrasi kependudukan cepat dibereskan, mulai dari
KK, KTP, KIA, akta kelahiran anak maupun update data kependudukan. Masyarakat tidak
perlu datang, prosesnya lebih cepat, biaya efisien karena tidak berbiaya tinggi untuk urusan
kependuduk. Adapun dalam pelaksanaanya bisa lebih efisien terutama dari segi waktu
pelayanan dan mengurangi kerumunan di kantor Disdukcapil terutama dalam kondisi
pandemic covid-19.

7. Contoh Penerapan WoG dalam Jenis Pelayanan Publik


Beberapa contoh penerapan WoG yang dilakukan dalam pola pelayanan elektronik
adalah sebagai berikut :
a. Aplikasi pengaduan masyarakat
Aplikasi Pengaduan Masyarakat Itjen adalah sistem aplikasi yang di fasilitasi oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika bagi masyarakat yang
ingin menyampaikan aduan mengenai penyalahgunaan wewenang, pengabaian
kewajiban dan/atau pelanggaran larangan yang dilakukan oleh pegawai di lingkungan
Kemkominfo.
b. Aplikasi E- SPPD
Dengan aplikasi ini proses pengajuan dan pelaporan Surat Perintah Perjalanan Dinas
(SPPD) dapat dilakukan secara lebih cepat dan daring. Selain itu juga dengan aplikasi e-
sppd pengelolaan dokumen perjalanan dinas dalam negeri maupun luar negeri menjadi
lebih efektif, efisien dan terintegrasi.
c. Aplikasi SIMPEG
Aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) merupakan sebuah perangkat lunak
yang membantu dalam  proses pengolahan data kepegawaian, memudahkan
dalam melakukan fungsi analisis dan pengawasan kepegawaian. Secara spesifik tujuan
dari pengembangan SIMPEG / Sistem Informasi Kepegawaian adalah untuk
mendukung integritas data, kemudahan pengaksesan, dan kemudahan pengelolaan
sehingga dapat mendukung kelancaran pelaksanaan dan fungsi dalam bidang
administrasi kepegawaian yang efektif dan efisien.
d. Aplikasi SAMBARA
Aplikasi Samsat Mobile Jawa Barat (SAMBARA) adalah inovasi berbasis elektronik
yang dibuat BAPENDA Jawa Barat yang fungsinya untuk melakukan pengecekan Pajak
Kendaraan Bermotor di Wilayah Jawa Barat. Aplikasi tersebut dapat menampilkan
informasi pajak kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat di Jabar
secara online.
e. Aplikasi PIKOBAR
PIKOBAR merupakan aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Wabah Penyakit dan
Bencana Jawa Barat. Aplikasi ini dapat mengakses ragam informasi terkait
perkembangan penanganan bencana dan wabah penyakit di Jawa Barat dalam
genggaman tangan.
f. Aplikasi E-PUSKESMAS
e-Puskesmas merupakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas yang berbasis web
based dan mobile digunakan untuk membantu dalam pelayanan dan manajemen
Puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan tingkat pertama di masyarakat, dari
mulai pendaftaran pasien, pelayanan poli, sampai dengan pelaporan ke tingkat dinas
kesehatan kota/kabupaten dan Provinsi secara online dan terintegrasi menggunakan
standar SIP (Sistem Informasi Puskesmas) Kementerian Kesehatan RI.
g. Aplikasi MPP
Mal Pelayanan Publik adalah tempat berlangsungnya kegiatan atau aktivitas
penyelenggaraan pelayanan publik atas barang,jasa dan/atau pelayanan administrasi
yang merupakan perluasan fungsi pelayanan terpadu baik pusat maupun daerah, serta
pelayanan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dan Swasta dalam
rangka menyediakan pelayanan yang cepat, mudah, terjangkau, aman dan nyaman. Kini
sudah terdapat aplikasinya yang dapat memudahkan masyarakat untuk mengaksesnya,
seperti sistem antrian online.

Anda mungkin juga menyukai