Anda di halaman 1dari 85

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI KONSELING

KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL PADA SISWA


KELAS IX-B SMP MARIA GORETTI SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2015-2016

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun dalam rangka


Sebagai salah satu syarat kenaikan Golongan III/d ke Golongan IV/a
Majelis Pendidikan Katolik
Keuskupan Agung Semarang tahun 2016

Oleh
Y.UTIEK KUS INDRAWATI
MATA PELAJARAN : BIMBINGAN KONSELING

YAYASAN MARSUDIRINI
SMP MARIA GORETTI
JALAN IMAM BONJOL NOMOR 198 SEMARANG

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan


Kelompok dengan Pendekatan Behavioral pada
Siswa Kelas 9B SMP Maria Goretti Semarang
Tahun Pelajaran 2015/2016

Peneliti

Nama Lengkap : Y. Utiek Kus Indrawati,S.Pd.


Pangkat/Golongan : Penata Tk.I, III/d
Mata Pelajaran : Bimbingan Konseling
Unit/Sekolah : SMP Maria Goretti Semarang
Yayasan Pengelola : Marsudirini
Lama Penelitian : Empat Bulan

Karya tulis (PTK) ini telah diuji pada tanggal 23 Februari 2016, di depan
penguji:
1.
2.

Dengan hasil dinyatakan”LULUS” sehingga memenuhi salah satu syarat kenaikan


Golongan III/d ke IV/a.

Mengetahui Semarang, 23 Februari 2016


Kepala SMP Maria Goretti Penulis,

Sr.Maria Yusnita, OSF, S.Pd. Y.Utiek Kus Indrawati, S.Pd.

Disahkan di Semarang, 23 Februari 2016


Oleh
Ketua Majelis Pendidikan Katolik
Keuskupan Agung Semarang,

Rm. Dr. Materius Kristiyanto, Pr

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ii
MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang aapun juga tetapi nyatakanlah dalam

segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa permohonan dengan ucapan

syukur ( Filipi 4;6 )

PERSEMBAHAN

- Untuk Keluargaku : Suamiku dan

anakku Kevin dan Clarin

- Untuk SMP Maria Goretti Semarang

tempatku berkarya

KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur kehadirat Allah, atas nikmat dan karunia yang diberikan

akhirnya Penelitian Tindakan Kelas inijm dapat terselesaikan dengan baik. Dalam

proses penulisan PTK ini, tentunya banyak hal dan tidak terlepas dari kendala

maupun hambatan yang ada, atas bantuan berbagai pihak akhirnya PTK ini dapat

penlis selesaikan sesuai dengan rencana. Oleh karena itu, ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada :

1. Yayasan Marsudirini Pusat

2. Sr. Yusnita, OSF,S.Pd, Kepala SMP Maria Goretti Semarang

3. Para Guru dan Karyawan SMP Maria Goretti

4. Kelurgaku, suami dan kedua anakku Kevin dan Clarin

5. Siswa kelas 9-B SMP Maria Goretti

6. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu

Selanjutnya penulis menyadari masih banyak kekurangan, kekeliruan dan

kelemahan sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan, demi

adanya perbaikan-perbaikan lebih lanjut. Akhirnya Penulis berharap apa yang

disampaikan disini bisa bermanfaat bagi orang banyak khususnya guru, siswa, dan

para praktisi pendidikan serta semoga dapat memberikan sumbangan dalam

membuat inovasi dibidang pendidikan.

Penulis.

Y.Utiek Kus Indrawati,SPd

ABSTRAKSI

iv
Y.Utiek Kus Indrawati.2015. Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Konseling
Kelompok dengan Pendekatan Behavioral pada Siswa Kelas IX-B SMP Maria
Goretti Semarang Tahun Pelajaran 2015-2016. Jenis penelitian yang dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

Tujuan dari pembuatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah


sebagai salah satu syarat Kenaikan Golongan III/d ke Golongan IV/a Majelis
Pendidikan Katolik.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatan motivasi belajar melalui
konseling kelompok dengan pendekatan behavioral kelas IX-B SMP Maria
Goretti Tahun Pelajaran 2015-2016
Subyek Penelitian dari PTK ini adalah siswa kelas IX-B SMP Maria
Goretti Tahun Pelajaran 2015-2016 yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 12 orang
siswa putri dan 16 orang siswa putra.
Pengumpulan data dari PTK ini menggunakan teknik studi dokumentasi,
wawancara, observasi, angket. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dari data, reflektif dan laporan pengamat/observer selama dua kali siklus
penelitian
Penelitian Tindakan Kelas Bimbingan dan Konseling (PTK BK0 ini hanya
memeriksa dan melapoekan masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar pada
siswa saat mengikuti pelajaran.Jenis Penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas
Bimbingan dan Konseling (PTK BK). Metode penelitian komparatif
menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis deskriftif menunjukkan bahwa
motivasi belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II meningkat.Kondisi
awal ada 28 kurang motivasi,dan siklus I ada 12 dan setelah siklus II tinggal 2
siswa yang masih kurang motivasi belajarnya.Kesimpulan dari penelitian ini
adalah bahwasanya konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas 9B SMP Maria Goretti Semarang tahun ajaran 2015/2016.
Saran yang peneliti sampaikan kepada rekan-rekan guru BK untuk lebih
meningkatkan kualitas layanan BK dengan mengeksplorasi model-model
bimbingan, khusunya konseling kelompok.

Kata Kunci : peningkatan,motivasi, konseling kelompok, behavioral.

DAFTAR ISI

v
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan Masalah................................................................. 3
C. Rumusan Masalah..................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian.................................................................... 4
F. Sistimatika Penulisan Laporan.................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN................... 7
A. Landasan Teori.......................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir..................................................................... 21
C. Hipotesis Tindakan ................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 23
A. Setting Penelitian...................................................................... 23
B. Subjek Penelitian....................................................................... 23
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data......................................... 24
D. Validitas Data............................................................................ 27
E. Analisis Data............................................................................. 27
F. Indikator Keberhasilan.............................................................. 29
G. Prosedur Penelitian.................................................................... 29
H. Refleksi .................................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 35
A. Diskripsi Prasiklus.................................................................... 35

vi
B. Deskripsi Hasil Siklus I............................................................. 36
C. Deskripsi Hasil Siklus II........................................................... 44
D. Pembahasan............................................................................... 53
BAB V PENUTUP......................................................................................... 57
A. Simpulan................................................................................... 57
B. Rekomendasi............................................................................. 58
C. Saran.......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 59
Lampiran-lampiran......................................................................................... 60

vii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
halaman
Tabel 3.1 Rincian dan Kegiatan ................................................................... 24
Tabel 3.2 Pedoman Observasi Selama Konseling Kelompok....................... 26
Tabel 3.3 Pedoman Observasi Setelah Konseling Kelompok....................... 27
Tabel 4.1 Data Siswa dari Wawancara dengan Guru.................................... 36
Tabel 4.2 Hasil Observasi Proses Konseling Kelompok............................... 43
Tabel 4.3 Hasil Observasi Perubahan Perilaku Konseli
Setelah Proses Konseling Kelompok Sesion I.............................. 45
Tabel 4.4 Hasil Observasi perilaku siswa pada Proses
Konseling Kelompok.................................................................... 50
Tabel 4.5 Hasil Observasi Perubahan Perilaku Setelah
Konseling Kelompok Sesi II ........................................................ 52
Tabel 4.6 Hasil observasi perubahan perilaku siswa Setelah Konseling
Kelompok Sesi II sebagai pedoman laijapen sesi II...................... 52
Tabel 4.7 Pengumpulan Data dan Reduksi Data........................................... 53

viii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir........................................................... 22

ix
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1. Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling............................ 61
2. Instrument Penilaian Proses..................................................................... 66
3. Angket Motivasi Belajar ......................................................................... 67

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang

pesat dewasa ini memberikan tantangan tersendiri bagi guru dan peserta didik

dalam meningkatkan prestasi belajar. Setiap peserta didik senantiasa ditantang

untuk terus meningkatkan kegiatan belajarnya melalui berbagai sumber dan media

seperti internet, televisi, perangkat audiovisual, selain belajar langsung dari guru.

Sedangkan guru senantiasa ditantang untuk bisa mendorong, membimbing, dan

memberi fasilitas belajar bagi peserta didik. Melalui peranannya sebagai pengajar

guru diharapkan mampu memberikan motivasi pada anak untuk belajar dalam

berbagai kesempatan, guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan

belajar yang baik, sehingga peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk

belajar dan pada akhirnya bisa mencapai hasil belajar yang optimal.

Menurut pengamatan Konselor sekolah, proses belajar mengajar di SMP

Maria Goretti Semarang berjalan cukup bagus, karena didukung guru yang

berdedikasi terhadap tugasnya, didukung sarana prasarana belajar yang sangat

memadai seperti ruang kelas yang bersih dan ber-AC, media dan sumber

pembelajaran yang lengkap (Perpustakaan, LCD, LKS, Internet, Laboratorium

dan perangkat audio visual), juga adanya tambahan pelajaran (les) diluar jam

pelajaran yang sudah dijadwalkan. Dengan kondisi ini mestinya siswa SMP Maria

Goretti Semarang bisa menjalani proses belajar mengajar dengan baik, yang

1
ditunjukan dengan adanya motivasi belajar yang kuat dan pada akhirnya bisa

menunjukan hasil belajar yang optimal.

Namun kondisi nyata di lapangan tidaklah menunjukan kondisi ideal yang

diharapkan, dari hasil pengamatan ditemukan banyak siswa SMP Maria Goretti

Semarang yang motivasi belajarnya rendah, hal ini bisa dilihat dari sikap dan

perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak

memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas,

sering membolos pelajaran tertentu, sering membolos les, yang pada akhirnya

berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang.

Menurut Abu Ahmadi (1990:98) gejala berprestasi kurang ini

sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara

potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang

lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan aspek motivasi,minat,sikap

dan kebiasaan belajar. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatian yang

sebaik-baiknya dari para guru dan terutama petugas bimbingan di sekolah

(Konselor Sekolah). Oleh karena itu Konselor sekolah hendaknya bisa

memberikan layanan yang tepat untuk mengatasi masalah peserta didik. Dalam

kaitanya dengan masalah rendahnya motivasi belajar yang terjadi pada sejumlah

siswa SMP Maria Goretti Semarang, perlu diberikan layanan yang bisa

mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti

layanan konseling kelompok, karena layanan dengan pendekatan kelompok dapat

memberikan kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk

memanfaatkan berbagai informasi, tanggapan dan reaksi timbal balik dalam

2
menyelesaikan masalah, disamping itu melalui kegiatan kelompok masing-masing

individu dapat mengembangkan sikap tenggang rasa, ketrampilan berkomunikasi,

pengendalian ego yang pada akhirnya masing-masing individu dapat

menyumbang peran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

pemecahan masalah.

Selanjutnya, dalam mengatasi siswa yang motivasi belajarnya rendah perlu

pendekatan yang tepat, siswa SMP Maria Goretti yang motivasi belajarnya rendah

karena memiliki perilaku mal-adaptif yakni memiliki kebiasaan-kebiasaan negatif

seperti malas belajar, malas mengerjakan tugas/PR, ramai dikelas, membolos dan

lain-lain, sehingga model pendekatan konseling yang digunakan haruslah yang

bisa menghilangkan perilaku mal-adaptif tersebut yaitu model konseling

behavioral karena tujuan konseling behavioral sebagaimana yang diungkapkan

oleh Naharus (2015:25 ) adalah menghapus/menghilangkan tingkah laku mal-

adaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku

adaptif yang diinginkan klien.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa SMP Maria Goretti Semarang, salah satu alternatif layanan

bisa melalui layanan konseling kelompok, sedang pendekatan konselingnya bisa

menggunakan model pendekatan konseling behavioral.

B. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dalam tulisan ini adalah motovasi belajar

siswa

3
C. Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: Apakah layanan konseling kelompok dengan

pendekatan behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX –B

SMP Maria Goretti Semarang ?

D. Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan pengembangan model layanan konseling perlu

dirumuskan tujuannya, karena perumusan tujuan akan memberikan arah pada apa

yang akan dicapai dari kegiatan pengembangan itu. Maka kegiatan pengembangan

model layanan konseling ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan

motivasi belajar melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan

behavioral pada siswa kelas IX-B SMP Maria Goretti Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil pengembangan model layanan konseling kali ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil pengembangan model konseling ini diharapkan dapat

mengembangkan teori konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa.

4
2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah rendahnya

motivasi belajar, dengan memanfaatkan dinamika kelompok

b. Bermanfaat bagi konselor dalam membantu siswa yang motivasi

belajarnya rendah, dengan menerapkan pendekatan behavioral dalam

layanan konseling kelompok.

c. Dapat memberikan sumbangan bagi pengambil kebijakan, lembaga-

lembaga diklat, Dinas Pendidikan, Sekolah-sekolah dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan, khususnya melalui layanan bimbingan dan

konseling.

F. Sistimatika Penulisan

Sistimatika penulisan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, yang menjelaskan latar belakang masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitan,

manfaat penelitian dan sistimatika penelitian


BAB II : Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan berisi pengertian

peningkatan, motivasi belajar, konseling kelompok, pendektan

behavioral.
BAB III : Metodologi Penelitian berisi jenis penelitian, tempat dan waktu,

subyek penelitian, metode pengumpulan data, teknik dan

instrument penelitian serta teknik analisa data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bagian ini

merupakan hasil penelitian dan pembahasan penulis dalam dua

5
siklus yaitu siklus I dan siklus II
BAB V : Penutup berisi simpulan dan saran

6
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoritik

1. Pengertian Peningkatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makna kata peningkatan

adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan ( KBB,2003 )

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peningkatan adalah

cara meningkatkan, yaitu kiat yang dilakukan guru pembimbing supaya

ada perubahan yang lebih baik terhadap usaha-usaha proses pelaksanaan

bimbingan dalam membantu siswa dalam tugas perkembangannya.

2. Motivasi Belajar

Menurut Suharno (2015:14) Motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak dalam diri siswa yang akan menimbulkan kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan belajar.

Dari pendapat Suharno diatas dapat ditarik pengertian bahwa

motivasi itu adalah penggerak, yakni penggerak yang menimbulkan

keinginan pada siswa yaitu keinginan untuk tahu, keinginan untuk kreatif,

keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk sukses dan

sebagainya. Kemudian motivasi belajar itu merupakan penggerak yang

akan menimbulkan kegiatan belajar, kegiatan belajar di sini meliputi

mendengarkan, menyimak, mengerjakan tugas, mengobservasi, meneliti,

menelaah, materi pelajaran. Selanjutnya motivasi belajar akan memberikan

7
7
arah pada kegiatan belajar maksudnya mengarahkan siswa pada

pencapaian tujuan belajar yaitu mengerti,memahami dan terampil terhadap

apa yang dipelajari.

Suharno (2015 : 14 ), berpendapat bahwa dalam hal motivasi

belajar menurut asalnya dapat di golongkan menjadi motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik, dengan uraian sebagai berikut :

a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri.

Motivasi ini dapat muncul karena: 1) Merasakan pentingnya belajar.

2). Merasakan dan mengetahui kemajuannya sendiri dari hasil belajar.

3). Mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.

b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri sendiri.

Hal yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah: 1). Ganjaran

(award), 2). Hukuman (Punishment), 3) Persaingan (competition).

Selanjutnya ciri-ciri seorang siswa yang memiliki motivasi belajar

menurut Suharno adalah sebagai berikut :

a. Senang menjalankan tugas belajar.

b. Bersemangat dan bergairah saat menerima pelajaran.

c. Tidak malu untuk bertanya bila belum tahu

d. Tidak menunda-nunda dalam melaksanakan tugas yang

e. diberikan.

f. Disiplin dalam memanfaatkan waktu. ( 2015:14)

8
Sejalan dengan pendapat Suharno di atas, A.M Sardiman ( 2005:

83) mengemukakan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi sebagai

berikut:

a. Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukan minat terhadapmacam-macam masalah.

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

f. Dapat mempertanggung jawabkan pendapat-pendapatnya

g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dari pendapat Suharno dan A.M Sardiman tentang motivasi

Intrinsik, motivasi ekstrinsik serta ciri-ciri orang yang mempunyai

motivasi, diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur atau

indikator-indikator motivasi belajar sebagai berikut:

a. Motivasi Intrinsik

1) Senang menjalankan tugas belajar.

2) Menunjukan minat mendalami materi yang di pelajari lebih jauh.

3) Bersemangat dan bergairah untuk berprestasi

4) Merasakan pentingnya belajar

5) Ulet dan tekun dalam menghadapi masalah belajar

6) Mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.

9
b. Motivasi ekstrinsik

1) Ganjaran (award) atau Hadiah (reward)

2) Hukuman (punishment)

3) Persaingan dengan teman /lingkungan ( Competition)

3. Konseling Kelompok

Dalam Buku Panduan Model Pengembangan Diri ( 2006:6) yang

dimaksud dengan konseling kelompok adalah: ” Layanan yang membantu

peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui

dinamika kelompok.” Kemudian dalam Buku Panduan Pelayanan

Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002 : 19) yang

dimaksud dengan konseling kelompok adalah:

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta

didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan

permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang

dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang di alami oleh masing-

masing anggota kelompok.

Dari definisi di atas dapatlah ditarik pengertian mengenai

konseling kelompok sebagai berikut :

a. Konseling kelompok adalah bantuan, artinya kegiatan ini merupakan

bantuan dari konselor kepada konseli, sehingga konseli bisa merasakan

hal-hal positif seperti bebannya jadi ringan, punya semangat dan

memperoleh alternatif pemecahan masalah.

10
b. Konseling kelompok adalah kegiatan yang memanfaatkan dinamika

kelompok, artinya kegiatan ini dilaksanakan sekelompok konseli yang

bersedia melibatkan diri dalam pemecahan masalah, sanggup menjalin

kerjasama antara anggota kelompok, adanya saling mempercayai,

adanya semangat yang tinggi, adanya saling memberikan tanggapan,

reaksi dan empati antar anggota kelompok.

c. Konseling kelompok berfungsi untuk pembahasan dan pengentasan

masalah konseli, artinya tujuan akhir dari rangkaian kegiatan konseling

kelompok adalah mengentaskan masalah konseli sehingga konseli bisa

berkembang optimal sesuai dengan tugas perkembangannya.

Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui empat

tahap, yaitu tahap Pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan

kegiatan dan tahap pengakhiran ( Prayitno, 1995: 40). Tahap-tahap ini

merupakan satu kesatuan dalam seluruh kegiatan kelompok.

a. Tahap Pembentukan

Tahap Pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap

pelibatan diri, tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu

kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri

dan mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai.

Tujuan dari tahapan ini adalah agar tumbuh suasana kelompok,

tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok, tumbuh

suasana saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu diantara

11
anggota kelompok, tumbuh suasana bebas dan terbuka, dimulainya

pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.

Peran konselor sebagai pimpinan kelompok pada tahap ini

antara lain :

1) Menjelaskan tentang tujuan kegiatan,

2) Menumbuhkan rasa saling mengenal antar anggota,

3) menumbuhkan sikap saling mempercayai dan menerima.

Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam tahap ini

diantaranya teknik ”pertanyaan dan jawaban” serta teknik permainan

kelompok ( Prayitno, 1995: 40-44).

b. Tahap Peralihan

Setelah tahap pembentukan konseling kelompok dapat

dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap peralihan, dimana tahap ini

merupakan pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap

ketiga.

Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan konselor

meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1) Konselor menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap

berikutnya.

2) Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah siap menjalani

kegiatan pada tahap selanjutnya,

3) Meningkatkan keikutsertaan anggota.

12
Tujuan dari tahap peralihan adalah membebaskan konseli dari

perasaan enggan serta memantapkan suasana kelompok dan

kebersamaan. Peranan konselor pada tahap ini yakni menerima suasana

yang ada secara sabar dan terbuka, mendorong dibahasnya suasana

perasaan masing-masing konseli serta membuka diri dan penuh empati

(prayitno, 1995: 44-47).

c. Tahap Kegiatan

Tahap ketiga dari konseling kelompok adalah tahap

pelaksanaan kegiatan atau tahap kegiatan pencapaian tujuan, tahap ini

merupakan tahap yang sebenarnya dari kelompok, namum

kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung dari

keberhasilan dua tahap sebelumnya.

Langkah-langkah kegiatan pada tahap pelaksanaan kegiatan ini

antara lain:

1) Masing-masing konseli secara bebas mengemukakan masalah atau

topik bahasan,

2) menetapkan topik yang akan dibahas dulu,

3) konseli membahas masing-masing topik secara mendalam dan

tuntas, disamping itu perlu diadakan kegiatan selingan.

Tujuan dari tahap ketiga ini adalah : Terungkapnya secara

bebas masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh

anggota kelompok, terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan

secara mendalam dan tuntas, ikut sertanya seluruh anggota secara aktif

13
dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur

tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan. Peranan konselor pada

tahap ini yakni sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka,

aktif tetapi tidak banyak bicara, memberikan dorongan dan penguatan

serta penuh empati (Prayitno, 1995:47-57).

d. Pengakhiran

Tahap keempat dari konseling kelompok adalah tahap

pengakhiran atau tahap penilaian dan tindak lanjut, pada tahap ini

kegiatan konseling kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan

dan penjelajahan tentang apakah para konseli akan mampu

menerapkan hal-hal yang telah mereka bahas dalam konseling

kelompok.

Kegiatan pada tahap peralihan ini langkah-langkahnya yang

dapat di ambil lantara lain:

1) Penjelasan konselor bahwa kegiatan akan diakhiri,

2) Konselor dan konseli mengemukakan kesan dan hasil-hasil

kegiatan,

3) Membahas kegiatan lanjutan,

4) Mengemukakan pesan dan harapan.

Tujuan dari tahap pengakhiran adalah mengungkap kesan-

kesan konseli tentang pelaksanaan kegiatan, mengungkap hasil

kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara

mendalam dan tuntas, merumuskan rencana kegiatan lebih lanjut,

14
menjaga hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun

kegiatan diakhiri. Peranan konselor disini diantaranya tetap

mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka. Memberikan

dorongan untuk kegiatan lebih lanjut, menjaga rasa persahabatan dan

empati. (Prayitno, 1995: 58-60).

Dalam kaitanya dengan pengembangan diri, melalui konseling

kelompok masing-masing konseli akan mendapatkan pengalaman

dalam mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan, mengambil

kesimpulan, memberikan empati dan mengendalikan ego yang semua

itu akan membantu perkembangan pribadi konseli.

Sebagai salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling,

maka setelah penyelenggaran layanan konseling kelompok akan

diadakan evaluasi dan tindak lanjut (follow up). Evaluasi yang

dilakukan meliputi evaluasi hasil dan evaluasi proses. Evaluasi hasi

dilakukan untuk mengetahui perasaan positif , pemahaman baru dan

rencana kegiatan dari konseli setelah konseling kelompok, kegiatan

evalauasi hasil meliputi penilaian segera (Laiseg), penilaian jangka

pendek (laijapen) dan penilaian jangka panjang (laijapan). Sementara

evaluasi proses digunakan untuk mengetahui proses konseling

kelompok, menggunakan kuesioner angket motivasi berprestasi dan

selanjutnya dianalisis dengan membandingkan skor pre test dengan

skor post test. Sedang tindak lanjut dimaksudkan untuk merumuskan

15
kegiatan lanjutan yang sekiranya diperlukan untuk memantapkan dan

memonitor hasil konseling kelompok.

4. Pendekatan Konseling Behavioral

Tingkah laku belajar siswa banyak yang mal-adaptif seperti suka

membolos, terlambat mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas, tidak

memperhatikan saat guru menerangkan dan lain-lain, untuk itu tingkah

laku ini perlu di ubah menjadi tingkah laku yang adaptif melalui

pendekatan konseling behavioral sebagaimana pendapat Zaenudin

(2015:9) yang menyatakan bahwa :

Pendekatan konseling behavioral merupakan penerapan berbagai

macam teknik dan prosedur yang berakar dari berbagai teori tentang

belajar. Dalam prosesnya pendekatan ini menyertakan penerapan yang

sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah

cara-cara yang lebih adaptif.

Tujuan konseling behavioral menurut Krumboltz dan Thoresen

(Shertzer dan Stone, 1980) adalah: ‘membantu individu untuk “belajar”

memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu’.

Penekanan kata belajar dalam proposisi di atas adalah atas pertimbangan

bahwa konselor membantu klien belajar atau mengubah tingkah lakunya.

Konselor berperan dalam membantu proses belajar dengan menciptakan

kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat memecahkan

masalahnya dan mengubah tingkah lakunya (Zaenudin, 2015 : 11-12).

16
Berarti dalam konseling behavioral konselor berusaha membantu klien

dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya

sekarang dan arah hidupnya.Tingkah laku yang di maksud adalah tingkah

laku mal-adaptif atau tingkah laku bermasalah yang akan di ubah menjadi

tingkah laku yang adaptif sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah

laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif

atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai

dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya

terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

Dalam pandangan behavioral manusia pada hakikatnya bersifat

mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang

terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit peran aktifnya dalam

memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan

memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan

pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku

seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang

diterima dalam situasi hidupnya. (Zaenudin, 2015:9-10).

Selanjutnya menurut Abu Ahmadi sumber penguat belajar ada

yang berasal dari luar dan dari dalam diri siswa. Penguat belajar yang

berasal dari luar seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan

pendapat, ganjaran/hadiah dan lain-lain. Sedangkan penguat dari dalam

diri siswa terjadi apabila respon yang dilakukan siswa betul-betul

memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya (1990: 203-204).

17
Dengan demikian setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap

kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali

dan menjadi penguat belajar.

Ada banyak teknik konseling yang bisa diterapkan dalam

pendekatan konseling behavioral. Teknik-teknik tersebut diantaranya :

a. Latihan asertif (dengan menggunakan permainan peran) : digunakan

untuk membantu klien yang tidak mampu mengungkapkan kemarahan

dan perasaan tersinggung, menunjukkan kesopanan yang berlebihan

dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, memiliki

kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’, mengalami kesulitan untuk

mengungkapkan perasaan afektif dan positif, merasa tidak punya hak

untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri ( Suparti, 2015: 45)

b. Operant Conditioning (Pengkondisian Operan)

Teori pengkondisian yang dikembangkan oleh Skinner ini menekankan

pada peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang

mengikuti dari suatu tingkah laku. Menurut teori ini, tingkah laku

individu terbentuk atau dipertahankan sangat ditentukan oleh

konsekuensi yang menyertainya. Jika konsekuensinya menyenangkan

maka tingkah lakunya cenderung dipertahankan dan diulang,

sebaliknya jika konsekuensinya tidak menyenangkan maka tingkah

lakunya akan dikurangi atau dihilangkan. (Zaenudin, 2015:11).

Menurut John McLeod (2006:143) prinsip operant conditioning cocok

diaplikasikan kepada individu dengan perilaku bermasalah dengan

18
memberikan hadiah atau menguatkan perilaku yang diharapkan.

Beberapa teknik operan conditioning antara lain :

1) Shaping, yaitu teknik untuk mengajarkan tingkah laku yang

komplek menjadi beberapa tingkah laku yang” simple

response”.Proses ini dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian

di adakan analisis tugas, langkah-langkah kegiatan murid, dan

reinforcement terhadap respon yang diinginkan. Secara eksplisit

penerapan teknik shaping dalam perbaikan tingkah laku belajar

siswa sebagaimana dikemukakan Fraznier adalah : a) datang

dikelas pada waktuya, b) berpartisipasi dalam belajar dan

merespon guru, c) menunjukan hasil-hasil tes dengan baik, d)

mengerjakan pekerjaan rumah ( Abu Ahmadi, 1990,206-207).

2) Penguatan positif (ganjaran/reward), yaitu memberikan hadiah

atau ganjaran pada siswa yang telah menunjukan tingkah laku

belajar yang positif, seperti siswa lebih rajin, selalu mengerjakan

tugas, atau siswa yang prestasinya meningkat.

c. Systematic desensitization (desensitisasi sistematik) yaitu teknik yang

digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara

negatif, dilakukan dengan pengondisian klasik serta teknik relaksasi.

Teknik ini sesuai untuk menangani masalah fobia, kecemasan

menghadapi ujian, kecemasan neurotik, disfungsi seksual (Suparti :

2015: 47). Beberapa teknik yang termasuk dalam desensitisasi sistemik

antara lain.

19
1) Ekstingsi, dilakukan dengan meniadakan peristiwa penguat tingkah

laku contohnya reinforcement berupa perhatian, jika murid

perhatiannya kesana kemari maka guru tidak akan memberi

perhatian pada murid sehingga murid tidak mendapat penguat

tingkah laku dari guru. (Abu Ahmadi, 1990: 208).

2) Satiasi/aversi, yaitu suatu prosedur menyuruh seseorang

melakukan perbuatan berulang-ulang sehingga ia menjadi lelah

atau jera. Contoh seorang ayah yang memergoki anak kecilnya

merokok, maka ayah tersebut menyuruh anaknya merokok sampai

habis satu pak, sehingga anak itu mual, muntah dan bosan dengan

rokok (Abu Ahmadi, 1990: 208).

3) Relapse prevention (pencegahan kambuhan), melalui teknik ini

klien dapat belajar mengidentifikasi situasi yang memicu

timbulnya kesalahan dan mendapatkan ketrampilan sosial untuk

menghadapinya, agar tidak kambuh lagi. Menurut Marlat dan

Gordon (1985), langkah-langkah pencegahan kambuhan adalah: a)

Menyifati tiga jenis perilaku penyebab kambuhan yaitu perasaan

tertekan,Konflik interpersonal, tekanan dari orang lain, b)

Memberikan intruksi tertulis pada klien berkenaan dengan tindakan

yang harus diambil, c) meminta nomor telepon yang dapat

dihubungi (orang tua untuk keperluan monitoring) (John McLeod,

2006:158).

20
Menurut Zaenudin (2015:12-13) proses konseling behavioal

dibingkai oleh kerangka kerja untuk mengajar klien dalam mengubah

tingkah lakunya. Kerangka kerja konseling yang dimaksud adalah

Assesment, goal setting, technique implementation, evaluation

termination, dan feedback. Untuk itu konselor diharapkan bisa Aktif dan

direktif dalam pemberian treatment. Konselor bisa berfungsi sebagai guru,

pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan

dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan,

mengarah pada tingkah laku baru yang sesuai.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan telaah teori dari para pakar pada uraian di atas maka

penyelesaian masalah kelas kasus motivasi belajar siswa kelas 9B dalam

mengikuti lewat konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dapat

diformulasikan kerangka berfikir penelitian sebagai berikut

Dari skema kerangka berpikir dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan

pemenuhan motivasi belajar antara yang diharapkan dengan kenyataan.Upaya

untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan motivasi belajar

dengan pendekatan behavioral. Setelah siswa yang bermasalah dengan motivasi

belajar diberi konseling kelompok dengan pendekatan behavioral diharapkan

motivasi belajar siswa akan lebih baik dan mengalami peningkatan.

21
Motivasi
Ideal Siswa

Pemenuha Bimbingan
n Motivasi Kelompok Perwujudan
Belajar Kesenjangan Dengan Motivasi
Siswa Pendekata
n
Motivasi Behavioral
Nyata
Siswa

Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah

diformulasikan, hipotesis tindakan kelas ini adalah “Penggunaan metode

Konseling Kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningktkan motivasi

belajar kelas 9B SMP Maria Goretti Sematang Tahun Pelajaran 2015-2016 akan

meningkat.

22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 9B SMP Maria Goretti yang

beralamat di Jalan Imam Bonjol nomor 198 Semarang. Penelitian dilakukan di

ruang Multimedia tempat dimana pelajaran BK dilaksanakan. Ruang ini berada di

lantai dua, deret pertama dari arah selatan. Ukuran ruang ini cukup luas yaitu 7x8

m, dengan tinggi dinding 3m. Ruang Multiedia ini sangat nyaman dengan tata

letak kursi melingkar dan dialasi karpet tebal yang dapat digunakan untuk

berdiskusi santai bersama dengan kelompok. Meskipun ruangan ini tidak memiliki

jendela, namun ruangan ini dilengkapi satu pintu yang cukup besar dan dua AC

(Air Conditioner) serta tiga lampu, sehingga dapat mendukung sirkulasi udara dan

pencahayaan dengan baik. Terdapat pula LCD serta proyektor yang dapat

digunakan pula untuk mendukung media pembelajaran audio visual.

B. Subyek Penelitian

Subyek Penelitian di sini adalah siswa kelas IX-B tahun pelajaran

2015/2016 yang berjumlah 28 siswa dengan 16 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan. Tarap kecerdasan mereka rata-rata sedang, dengan prestasi belajar

Matematika, IPA dan Bahasa Inggris cenderung rendah. Kelas ini termasuk

banyak pelanggaran saat proses belajar seperti anak terlambat masuk kelas, anak

sering tidak mengerjakan PR, banyak keluhan dari guru bahwa anak sering ramai,

23
23
mengantuk dan malas saat guru ada di kelas. Sedangkan untuk rincian kegiatan

dan jadwal kegiatan dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1
Rincian dan jadwal kegiatan

N
C. Teknik JENIS KEGIATAN WAKTU
O dan Alat Pengumpulan Data
1 Persiapan
a. Pemilihan Masalah September 2015
b. Studi Kepustakaan September - Oktober 2015
c. Analisis Dokumen Oktober - November 2015
2 Pelaksanaan
a. Siklus I Minggu III Oktober 2015
b. Siklus II Minggu I - II November 2015
3 Penyusunan Laporan PTK Desember 2015 - Februari 2016

Alat dan teknik pengumpulan data dalam pengembangan model konseling ini

adalah pedoman Wawancara untuk wawancara siswa dan guru, Pedoman

Observasi untuk untuk mengobservasi saat proses konseling kelompok

berlangsung dan angket untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa.

Berikut penjelasan secara lebih rinci :

1. Wawancara

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:132), Wawancara adalah

sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi

dari terwawancara. Disini konselor menyusun daftar pertannyaan yang akan di

sampaikan kepada guru mata pelajaran dan siswa tujuannya untuk

mendapatkan umpan balik tentang proses belajar mengajar di kelas 9-B SMP

Maria Goretti Semarang.

24
Adapun daftar pertannyaan yang disusun sebagai pedoman wawancara

adalah sebagai berikut:

a. Untuk Guru Mata pelajaran

1) Siapa saja siswa yang sering terlambat mengikuti pelajaran ?

2) Siapa saja siswa yang kadang-kadang/sering tidak mengerjakan

tugas/PR ?

3) Siapa saja yang sering tidak konsentrasi atau ramai saat pelajaran di

kelas ?

4) Siapa saja yang menunjukan sikap malas,enggan saat pelajaran?

5) Siapa saja yang nilai ulangan hariannya jelek ?

b. Untuk Siswa

1) Apakah Anda sering terlambat masuk Kelas ?

2) Apakah anda kadang-kadang / sering tidak mengerjakan tugas/PR?

3) Apakah Anda sering tidak konsentrasi ketika belajar di kelas ?

4) Apakah Anda sering malas atau enggan saat belajar di kelas ?

5) Ulangan harian mata pelajaran apa saja yang nilainya jelek ?

6) Mata pelajaran apa saja yang anda rasa sulit atau yang membuat anda

malas dengan mata pelajaran tersebut ?

7) Apakah anda membutuhkan bantuan dalam mengerjakan PR ?

8) Apakah anda merasa punya masalah dengan motivasi belajar?

9) Apakah anda membutuhkan bantuan untuk menumbuhkan motivasi

belajar?

25
10) Jika Konselor mengajak anda melakukan kegiatan kelompok untuk

meningkatkan motivasi belajar apakah anda bersedia?.

Penggunaan teknik pengumpulan data dengan wawancara ini terutama

untuk identifikasi kasus atau kajian obyektif di lapangan.

2. Observasi

Pengertian Observasi menurut Suharsimi Arikunto (2002: 133) adalah

kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Observasi disini digunakan konselor

terutama saat proses konseling kelompok berlangsung untuk mengamati

jalannya proses konseling kelompok, dan sesudah proses konseling kelompok

untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Adapun pedoman observasi yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2
Pedoman Observasi Selama Konseling Kelompok
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi Ada Tidak Keterangan
1) Saling mengungkapkan masalah
2) Saling Perhatian
3) Saling memberi tanggapan
4) Komunikatif
5) Saling Menghargai
6) Hangat, Akrab dan nyaman
7) Kerjasama kelompok
8) Memberikan solusi
9) Mengambil kesimpulan

Tabel 3.3
Pedoman Observasi Setelah Konseling Kelompok
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi Keterangan
ada Tidak

26
1) Hubungan antar anggota kelompok
2) Tidak terlambat masuk kelas
3) Mengerjakan Tugas/PR
4) Mengikuti Les/Bimbingan belajar
5) Tidak membolos
6) Kehadiran/presensi
7) Konsentrasi Belajar di kelas
8) Peningkatan nilai ulangan harian
9) Perubahan perilaku positif lain :
...................................

Membuat rencana

D. Validasi Data

Dalam penelitan tindakan kelas ini peneliti menggunakan metode

observasi, wawancara, studi dokumentasi untuk memperoleh kebenaran informasi

yang handal dan gambaran yang utuh mengenai motivasi belejar siswa. Peneliti

menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek

kebenarannya. Selain itu peneliti juga menggunakan informan untuk mengecek

kebenaran infomasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan

diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran.

E. Analisa Data

Analisia data dilakukan berdasarkan hasil pengamatan. Analisis data pada

penelitian ini adalah deskritif komparatif, karena membandikan motivasi belajar

siswa antara kondisi awal dengan siklus I, membandingkan motivasi belajar

anatara siklus I dan siklus II dan membandingkan motivasi belajar antara kondisi

awal dan siklus II.

27
Motivasi belajar pada kondisi awal didapat dari keadaan siswa saat

sebelum dilakukan penelitian, yang diperoleh pada saat mengamati proses belajar

mengajar, laporan dari para guru, melihat daftar nilai siswa. Pada siklus I

Konseling Kelompok membahas tentang motivasi bejar dilihat dari arti penting

dan manfaatnya bagi siswa dalam belajar.Mengingat motivasi belajar erat

kaitannya dengan prestasi belajar dan kesuksesan masa depan siswa, maka pada

siklus I dilakukan kegiatan layanan konseling kelompok dengan pendekatan

behavioral selama 2 kali pertemuan. Berdasarkan dua klai layanan konseling

kelompok tersebut hasil siklus I dilakukan refleksi.

Pada siklus II data proses diperoleh seperti pada siklus I dengan perubahan

berdasarkan hasil refleksi siklus I, dari motivasi belajar siswa diperoleh dari

jumlah siswa yang masih belum memiliki memiliki motivasi belajar, kemudian

dibandingkan dengan kondisi awal pada siklus I. Materi yang dibicarakan pada

siklus II membicarakan tentang hambatan-hambatan dan sebab-sebab seseorang

kurang atau tidak memiliki motivasi belajar. Hasil analisis terhadap motivasi

belajar siswa sebagai indikator untuk mengetahui berhasiltidaknya tindakan ini,

dianalisis oleh peneliti dan observer yang dijadikan sebagai acua tindakan atau

langkah berikutnya

F. Indikator Keberhasilan

28
Indikator kinerja dalam penelitian ini berupa peningkatan motivasi belajar

yang dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan motivasi belajar

siswa melalui konseling kelompok dengan pendekatan behavioral.

Kriteria peningkatan antara siklus I dan II ialah apabila sekurang-kuragnya

10 siswa kelas 9B SMP Maria Goretti mengalami peningkatan motivasi belajar

hal ini bisa dilihat dari peningkatan prestasi belajar dan perubahan siakap siswa

pada saat mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

G. Prosedur Penelitian

Proses peningkatan motivasi belajar siswa memberikan penekanan pada

dua aspek :

Yaitu aspek pemahaman dan penerapan. Aspek pemahaman anak dalam

mengerti motivasi belajar diperlukan oleh seorang siswa dalam pencapaian

prestasi belajar dapat diamati lewat keterlibatan siswa dalam mengikuti konseling

kolempok. Sedangkan penerapan motivasi belajar dapat dilihat berdasarkan

kesungguhan siswa pada saat mengikuti pelajaran.

Aspek-aspek tersebut di atas dicapai dengan memberikan proses konseling

kelompok yang direncanakan secara baik sehingga proses konseling menjadi

efektif dan efisien. Konseing kelompok yang efektif dan efisien dapat

dilaksanakan jika guru pembimbing dapat memperdayakan dinamika kelompok

pada tiap tahapan konseling kelompok yang harus dijalankan

Untuk itu penelitian ini bergerak pada area bimbingan pengembangan

pribadi dan sosial dengan menggunakan layanan Konseling Kelompok pada siklus

29
I dan siklus II. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap ( 2 siklus ). Tiap

siklus dilaksanakan dua kali kegiatan sesuai dengan indikator perubahan tingkah

laku yang hendak dicapai. Hasil tiap siklus digunakan untuk merefleksi langkah

yang harus dilakukan pada kegiatan berikutnya. Jadi dalam penelitian tindakan

kelas ini masing- masing siklus terdiri:

1. Perencanaan ( Planning )

2. Pelaksanaan Tindakan ( Action )

3. Pengamatan ( Observasion )

4. Refleksi ( Reflection )

Urutan langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini secara rinci dapat

digambarkan sebagai berikut :

1. SIKLUS I

a. Perencanaan ( Planing )

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi

1) Membuat skenario layanan dengan menggunakan metode konseling

kelompok.

2) Membuat pedoman observasi untuk melihat aktivitas guru

pembimbing dalam melaksanakan konseling kelompok

3) Membuat pedoman pertanyaaan yang diisi guru mata pelajaran untuk

siswa sewaktu mengikuti kegiatan pada saat mengikikuti kegiatan

belajar di kelas

30
4) Membuat pedoman observasi untuk mengamati situasi dan kondisi

pada saat kegiatan layanan konseling kelompok berlangsung

b. Pelaksanaan Tindakan ( Action )

1) Guru peneliti memberikan informasi kepada sisiwa tentang

penyelenggaraan konseling kelompok

2) Guru peneliti berdsarkan data-data yang sudah diterima menetapkan

siswa-siswa yang menjadi anggota konseling kelompok

3) Guru peneliti melaksanakan konseling kelompok

4) Guru peneliti memantau perkembangan motivasi siswa dibantu

observer dan para guru pembimbing

c. Pengamatan ( Observasi )

Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh guru peneliti dan

observer. Adapun pelaksanaannya meliputi :

1) Observer mengamati pelaksanaan konseling kelompok yang

dilakukan oleh guru peneliti

2) Guru peneliti dan observer mengamati siswa pada saat

mereka mengikuti layanan konseling kelompok

3) Guru peneliti dan observer mamantau beberapa siswa yang

mengikuti konseling kelompok dalam kegiatan belajar mengajar atau

memantau perkembngan motivasi belajar beberapa siswa yang menjadi

sasaran konseling kelompok

31
d. Refleksi

Hasil observasi yang dilakukan guru peneliti bersama kolabor

dianalisis oleh peneliti dan observer dengan cara sharing dan berdiskusi

serta berkoordinasi agar hasil yang diperoleh tidak bersifat subyektif.

Hasil diskusi dengan observer digunakan untuk mengetahui apa

yang sudah dilaksanakan dan dicapai dalam pelaksanaan tindakan layanan

konseling kelompok dan sekaligus merupakan cara untuk mengetahui

kekurangan dan/atau ketidakberhasilan tindakan layanan konseling

kelompok yang telah dilaksanakan. Dengan mengetahui kekurangan pada

tindakan layanan konseling kelompok sebelumnya, yakni pada siklus I,

dapat di direncanakan pembaharuan tindakan yang akan dilaksanakan pada

siklus II dan seterusnya.

2. SIKLUS II

a. Perencanaan (Planing)

Kegiatan yang dilakukan:

1) Membuat rencana tindakan layanan konseling kelompok yang telah

diperbaharui berdasarkan sisi-sisi lemah yang diketaui dari

pelaksanaan siklus I

2) Membuat pedoman observasi untuk melihat aktivitas guru dalam

melaksanakan konseling kelompok

3) Membuat pedoman observasi untuk siswa sewaktu mengikuti kegiatan

konseling kelompok dan sewaktu siswa mengikuti pelajaran di kelas

32
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

1) Membuat pedoman observasi untuk mengamati situasi dan kondisi

pada saat kegiatan layanan konseling kelompok berlangsung

2) Membuat pedoman observasi untuk mengetahui kondisi siswa pada

saat mengikuti pelajaran Guru peneliti memberikan informasi tentang

hasil capaian tentang penyelenggaraan konseling kelompok kepada

siswa anggota kelompok.

3) Guru peneliti mengajukan topik permasalahan dengan disertai alasan

yang menggugah yang perlu dibahas dalam kegiatan Kelompok

4) Guru peneliti melaksanakan layanan konseling kelompok dengan

memperdayaan dinamika yang ada dalam kelompok

c. Pengamatan (Obsevation)

Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh guru peneliti dan observer.

Adapun pelaksanaanya :

1) Observer mengamati pelaksanaan konseling kelompok yang dilakukan

oleh guru peneliti

2) Guru peneliti dan observer mengamati siswa pada saat mereka

mrngikuti konseling kelompok

3) Guru Peneliti dan observer mengamati motivasi siswa pada saat

mengikuti pelajaran di kelas

H. Refleksi

33
Hasil observasi diperoleh dari pengamatan pada siklus II yang dilakukan

guru peneliti bersama observer dianalisi oleh guru pembimbing. Peneliti sendiri

bersama dengan observer dengan cara sharing dan berdiskusi serta berkoordinasi

agar hasil yang diperoleh tidak bersifat subyektif. Dari hasil refleksi siklus II akan

diketahui apakah kegiatan yang dilakukan. Mendatangkan hasil sesuai yang

diinginkan yaitu terjadinya perubahan motivasi belajar ataukah ada tindakan-

tindakan dalam layanan konseling kelompok yang harus diperbaiki atau

disempurnakan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Prasiklus

34
Kegiatan belajar-mengajar (KBM) di SMP Maria Goretti berjalan dengan

baik karena didukung oleh 25 guru dari berbagai disiplin ilmu yang sudah lulus

S1 punya dedikasi mengajar yang tinggi, pengalaman mengajar yang memadai,

penggunaan metode dan alat peraga yang variatif. Dengan fasilitas dan kegiatan

belajar mengajar yang memadai mestinya siswa-siswa SMP Maria Goretti

Semarang bisa menunjukan motivasi belajar yang tinggi, yang ditandai adanya

sikap senang menjalankan tugas belajar, menunjukan minat mendalami materi

yang di pelajari, bersemangat dan bergairah untuk berprestasi, merasakan

pentingnya belajar ulet dan tekun dalam menghadapi masalah belajar, mempunyai

keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.

Namun hasil studi lapangan melalui observasi terhadap aktivitas belajar

siswa tidaklah menunjukan hal-hal yang positif, banyak siswa motivasi

belajarnya rendah yang ditandai adanya beberapa tingkah laku bermasalah

seperti: Suka terlambat masuk kelas, tidak konsentrasi belajar, sering tidak

mengerjakan tugas atau PR dari guru, malas belajar, sering membolos pelajaran

tertentu,usil, ceriwis yang akhirnya berdampak pada menurunnya prestasi belajar.

Langkah berikutnya, konselor melakukan wawancara terhadap guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris untuk mendapatkan

keterangan tentang tingkah laku belajar para konseli di kelas, hasilnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:


35
Tabel 4.1
Data Siswa dari Hasil Wawancara dengan Guru
NO SUBYEK KATEGORI
1 Kezia Anggi Ulangan Bhs Inggris dan matematika rendah,pasif,diam
Proboningrum
2 Sandy Kurnia Nilai ulangan rendah, bolos les, tidak mengerjakan PR,usil
35
Saputra
3 Agnes Ayu Nilai ulangan rendah, pasif, pendiam
Lestari
4 Budi Bawono Nilai matematika IPA rendah, tidak mengerjakan
PR,ceriwis
5 Eduardo Nilai matematika,IPA rendah, pasif
Kevin
Narendra
6 Yosia Andre Nilai matematika rendah, ceriwis, usil
Chirtiawan
7 The, Amanda Nilai matematika rendah,usil, ceriwis, konsentrasi rendah
Satoso
8 Vincensius Tidak mengerjakan PR, nilai rendah,malas,bolos
Fabio Ricky
9 Charles Klpin Nilai rendah, kelihatan malas-malasan,pasif,sering
Jawak terlambat
10 Jesika nilai rendah, sering tidak mengerjakan PR,pasif

Dari hasil studi lapangan melalui observasi dan hasil wawancara

dilapangan tersebut terlihat bahwa siswa memiliki tingkah laku bermasalah yang

berhubungan dengan kegiatan belajarnya, bahkan dari hasil studi dokumentasi

siswa tersebut menduduki posisi 10 rangking terbawah dari 28 siswa kelas 9B.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan

a. Membuat kesepakatan dan komitmen dengan konseli

b. Menentukan jadwal konseling kelompok

c. Menyiapkan lembar observasi

d. Menyiapkan lembar evaluasi

e. Persiapan game

36
2. Uji Coba Pelaksanaan Terbatas

a. Persiapan

Pertama-tama yang dilakukan konselor dalam mempersiapkan

konseling kelompok adalah membuat kesepakatan waktu dan tempat,

dan akhirnya disepakati tanggal 28 Oktober 2015, jam 11.00 di ruang

multi media

Selanjutnya konselor menyiapkan instrumen yang diperlukan

seperti lembar observasi, lembar evaluasi dan sarana game.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan Konseling kelompok sesi I

Hari Selasa, tanggal 28-10-2015, jam 11 WIB di Ruang Multi Media

Dalam pelaksanaan konseling kelompok ini melalui 4 tahap

yaitu : Pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran, dimana di

dalam konseling kelompok ini menggunakan pendekatan behavioral,

artinya teknik-teknik yang ada dalam pendekatan behavioral akan di

gunakan dalam tahap-tahap pelaksanaan konseling kelompok.

Pelaksanaan tahap-demi tahap dapat dilaporkan sebagai berikut:

1) Tahap I : Pembentukan

a) Konselor mengatur tempat duduk klien senyaman mungkin,

dan mengawali kegiatan dengan berdo’a bersama.

b) Konselor menjelaskan, topik, tahap-tahap, tujuan (goal setting),

dan tatakrama dalam konseling kelompok, setelah konseli

mengerti diadakan kesepakatan untuk melanjutkan kegiatan.

37
c) Dengan teknik asertif dalam behavioral, konselor meminta

masing-masing konseli untuk memainkan peranannya sebagai

konseli yang harus memperkenalkan diri secara terbuka, hangat

ramah, dan tidak perlu malu, dari sini para konseli dan konselor

bisa saling menerima keberadaan masing-masing pribadi

(Assesment).

d) Selanjutnya masing-masing konseli menyebutkan nama – nama

dari konseli lain secara bergantian, dengan maksud untuk

mengakrabkan.

e) Konselor mengadakan game penjumlahan angka bervariasi,

permainan ini selain menyegarkan dan menghangatkan suasana

juga membantu konseli untuk fokus (konsentrasi).

2) Tahap II : Peralihan

a) Konselor mengamati keakraban dan kehangatan suasana,

karena sudah merasa antara konseli cukup hangat dan akrab

maka konselor menjelaskan tahap konseling kelompok

berikutnya dan mengingatkan topik konseling pada saat itu.

b) Konselor menawarkan pada konseli apakah sudah siap

memasuki tahap berikutnya, konselor juga menanyakan apa

masih ada yang malu untuk berbicara. Para konseli menyatakan

kesiapanya. Kemudian konselor menggunakan teknik

behavioral penguat positif yaitu memuji konseli yang sudah

38
menyampaikan pendapat secara terbuka dan konselor juga

meyakinkan konseli bahwa proses konseling kelompok akan

bermanfaat bagi mereka.

3) Tahap III : Kegiatan

a) Konselor mengemukakan topik tentang motivasi belajar, ciri-

ciri orang yang motivasi belajarnya tinggi, ciri-ciri orang yang

motivasi belajarnya rendah.

b) Konselor memancing masing-masing konseli untuk menilai

motivasi belajar mereka termasuk tinggi atau rendah. Sebagian

besar konseli mengaku motivasi belajarnya rendah, ada juga

yang kadang-kadang rendah kadang-kadang tinggi.

c) Konselor meminta masing-masing konseli mencari sebab-sebab

rendahnya motivasi belajar. Kemudian konselor merangkum

pendapat konseli tentang sebab-sebab rendahnya motivasi

belajar yaitu:Terganggu televisi, banyak main game dan

keluyuran,main HP sulit menerapkan rumus matematika, malas

mengerjakan PR matematika, Tidak punya catatan pelajaran,

Les membuat jenuh dan capai, Terlalu banyak PR, Tidak ada

yang membantu mengerjakan PR, nilai ulangan jelek karena

belajar hanya saat mau ada ulangan.

39
d) Konselor memberikan empati dengan membantu konseli

menganilisis kerugian-kerugian yang bisa dialami konseli jika

masalah tersebut tidak dicari jalan keluarnya.

e) Konselor memancing seluruh konseli mengemukakan

pendapatnnya untuk mencari langkah-langkah pemecahan

masalahnya sendiri maupun pemecahan masalahnya teman

sekelompok. Hasil pendapat para konseli dirangkum oleh

konselor sebagai berikut: membuat jadwal belajar dirumah

yang fleksibel terutama saat acara TV tidak menarik, Berusaha

mencoba belajar walau sambil nonton TV, Ikut bimbingan

belajar di lembaga bimbingan belajar diluar sekolah, sering ikut

try out, membentuk kelompok belajar khusus terutama untuk

saling membantu mengerjakan PR Matematika dan PR bahasa

inggris dibawah bimbingan Konselor, berusaha belajar walau

tidak ada ulangan.

f) Konselor memberikan penguat positif lagi berupa pujian atas

kemampuan konseli merumuskan langkah-langkah utuk

meningkatkan motivasi belajar dan juga menjanjikan hadiah

berupa Buku Latihan soal soal ujian pada 2 konseli (BB dan J

karena yang bersangkutan dari ekonomi lemah dan sedang

menunggu beasiswa).

g) Konselor menggunakan teknik dalam behavioral (technique

implementation) yaitu teknik shaping untuk menghilangkan

40
perilaku-perilaku mal adaptif yang ada pada diri klien seperti

sering alpha, sering membolos les,sering tidak mengerjakan PR

yang dirumuskan konselor dengan mengutip pendapat Fraznier

sebagai berikut:

i. Datang di kelas pada waktunya dengan memberlakukan

absen khusus berupa tanda tangan pada saat masuk dan

keluar kelas (SMP Maria Goretti menerapkan sistem

moving kelas ), absen khusus ini hanya diterapkan pada:

SKP, BB, CKJB, YAC, yang sering terlambat masuk kelas.

ii. Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru dengan

memberi masukan pada siswa untuk memperhatikan saat

guru menerangkan dan bertanya jika belum tahu.

iii. Menunjukan hasil-hasil tes dengan baik, disini konselor

akan meminta data hasil ulangan harian kepada guru mata

pelajaran.

iv. Mengerjakan pekerjaan rumah, disini konselor akan

membentuk kelompok belajar khusus untuk mengerjakan

PR dibawah bimbingan konselor sendiri.

h) Sebelum tahap ini di akhiri konselor mengadakan relaksasi

dengan meminta para konseli untuk melenturkan otot-otot

tubuh dan melakukan game ”kata berkait” caranya konselor

membagi kertas kosong konseli diminta menulis salah satu

temannya, kemudian dilipat dan di putar, selanjutnya konseli

41
diminta menulis kata kerja, kata benda dan keterangan tempat,

setelah itu masing-masing kertas dibacakan. Reaksi konseli

terhadap game ini luar biasa seru hampir semua tertawa

terbahak-bahak.

4) Tahap IV : Pengakhiran

a) Tahap ini merupakan tahap evaluasi dan tindak lanjut, pada

tahap ini konselor menanyakan kepada konseli tentang

kesanggupan untuk melaksanakan langkah-langkah yang sudah

dirumuskan dalam tahap ketiga (mencari feedback), ternyata

semua konseli dengan senang hati sanggup untuk

melaksanakan.

b) Konselor melakukan evaluasi (evaluation termination) yaitu

evaluasi hasil dengan daftar isian penilaian segera (laiseg).

Dari hasil penilaian segera ini diketahui semua konseli

menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu

bermanfaat, kemudian 9 konseli menyatakan kegiatan

konseling kelompok itu menarik dan 1 orang konseli

menyatakan tidak menarik. Selanjutnya dari penilaian itu juga

diketahui para konseli memiliki pemahaman baru tentang

motivasi berprestasi dan rencana kegiatan yang akan dilakukan

konseli. Kemudian perubahan perilaku yang nampak pada saat

42
pelaksanaan konseling kelompok dapat dilihat pada tabel hasil

observasi berikut ini:

Observasi dan Monitoring

i. Observasi selama proses konseling kelompok dilakukan

konselor dan observer (Lucia Regina Arnita Citra/ Guru

Pembimbing).

Adapun hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Hasil Observasi proses konseling kelompok
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi Ya Tidak Ket
1) Saling mengungkapkan masalah V - SKP dan CKJ
2) Saling Perhatian V - kurang
3) Saling memberi tanggapan V - komunikatif.
4) Komunikatif V -
5) Saling Menghargai V -
6) Hangat, Akrab dan nyaman V -
7) Kerjasama kelompok V -
8) Memberikan solusi V -
9) Mengambil kesimpulan V -
10) Membuat rencana V -

c) Sedangkan evaluasi proses akan dilakukan pada tanggal 31

Oktober 2015 dengan menggunakan angket motivasi

berprestasi, dari evaluasi ini nanti akan didapat data skor post

test yang akan digunakan untuk uji hipotesis sehingga dapat

diketahui ada atau tidaknya kenaikan motivasi belajar setelah

proses konseling kelompok.

43
d) Langkah konselor selanjutnya setelah evaluasi melakukan

kegiatan tindak lanjut (follow-up), kegiatan tindak lanjut yang

akan dilakukan konselor adalah :

i. Monitoring absen

ii. Membimbing dan memonitor kelompok belajar dalam

mengerjakan PR atau tugas-tugas lain.

iii. Memonitor nilai ulangan harian siswa bekerja sama dengan

guru mata pelajaran.

iv. Menyalurkan siswa mengikuti try out soal-soal ujian

v. Memonitor partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar di kelas dengan bertanya pada guru mata

pelajaran.

vi. Home visit kerumah VFR karena sering Alpha untuk

mengajak orang tua sama-sama memonitor konseli.

e) Sebelum kegiatan di akhiri konselor menawarkan pada konseli

untuk melanjutkan kegiatan konseling kelompok in, dan

disepakati tanggal 4 Nopember 2015 bertempat di ruang BK,

jam 11.00 WIB. Akhirnya konseling kelompok ditutup dengan

do’a bersama dan ucapan terima kasih dari konselor.

C. Diskripsi Siklus II

1. Perencanaan

a. Membuat kesepakatan dan komitmen dengan konseli

44
b. Menentukan jadwal konseling kelompok

c. Menyiapkan lembar observasi

d. Menyiapkan lembar evaluasi

e. Persiapan game

2. Pelaksanaan Konseling Kelompok Sesi II

Hari selasa, tanggal 4 -11- 2015, jam 11 WIB di Ruang Bimbingan

Konseling. Sebelum melakukan konseling kelompok sesi II konselor

melakukan evaluasi dan monitoring paska kegiatan konseling kelompok

sesi I, Perubahan perilaku konseli yang terjadi pada konseli dapat dilihat

pada table berikut ini:

Tabel 4.3
Hasil Observasi Perubahan perilaku konseli Setelah Proses Konseling
Kelompok Session I
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi Ket
ada Tidak
1) Hubungan antar anggota kelompok V -
2) Tidak terlambat masuk kelas V -
3) Mengerjakan Tugas/PR V -
4) Mengikuti Les/Bimbingan belajar V V 3 siswa
5) Tidak membolos V V masih
6) Kehadiran/presensi V - sering tidak
7) Konsentrasi Belajar di kelas V mengerjaka
8) Peningkatan nilai ulangan harian - - n tugas/PR
9) Perubahan perillaku positif lain: V
- mengikuti Try out V
- aktif bertanya di kelas V

Membuat rencana 1 orang

45
Ternyata masih belum semua keputusan yang di ambil dapat

dilaksanakan karena 3 siswa masih sering tidak mengerjakan tugas/PR,

baru 1 konseli yang aktif bertanya saat pelajaran (TAS), 1 anak 2 kali

mengeluh sakit pada saat pelajaran matematika tetapi pelajaran sebelum

dan sesudah matematika kelihatan segar bugar jadi ada indikasi

berbohong, evaluasi hasil dengan menggunakan angket motivasi belajar

belum menunjukan peningkatan skor yang tajam, sementara hasil yang

menggembirakan adalah pembentukan kelompok belajar untuk

mengerjakan PR bisa berjalan dengan baik, nilai ulangan harian bahasa

Indonesia memuaskan, presensi belajari bagus.

Berikut ini laporan pelaksanaan kegiatan konseling kelompok sesi II :

a. Tahap I : Pembentukan

1) Konseli duduk melingkar, konselor mempersilakan konseli untuk

duduk senyaman mungkin dan mengawali kegiatan dengan doa

bersama

2) Konselor mengingatkan kembali tujuan tahap-tahap dan tata krama

dalam konseling kelompok.

3) Konselor melakukan game (sebut nama, binatang kesukaan, warna

kesukaan), game cukup menghangatkan suasana.

46
b. Tahap II : Peralihan

1) Konselor menjelaskan kegiatan yang akan di jalani berikutnya

yaitu membahas tentang peningkatan motivasi belajar, dan

menyampaikan akan ada tamu yang mau berbagi pengalaman.

2) Konselor menanyakan kesiapan klien untuk kegiatan berikutnya,

juga menanyakan kenyamanan klien untuk mengikuti kegiatan.

Ternyata klien merasa cukup nyaman dan siap melanjutkan

kegiatan konseling kelompok.

c. Tahap III : Kegiatan

1) Konselor memulai diskusi dengan menanyakan kembali keputusan-

keputusan yang dirumuskan pada konseling sesi I, konseli dapat

menjawab dengan tepat. Kemudian konselor menanyakan hal-hal

apa saja yang belum bisa dilaksanakan. Apa sebabnya dan

bagaimana sebaiknya langkah kedepannya.Konseli mengaku masih

bolos les, masih menghindari pelajaran matematika, masih malu

bertannya saat pelajaran, ada yang masih malas-malasan belajar di

rumah. Namun akhirnya konseli mengambil keputusan untuk

menghindari perilaku mal adaptif tersebut.

2) Konselor menjelaskan tentang motivasi ekstrinsik (hadiah,

hukuman dan persaingan). Konseli menyimak penjelasan konselor

dan memberi tanggapan. Inti tanggapan konseli bahwa mereka

senang dan bersemangat jika diberi hadiah, mereka juga malu di

47
hukum bila lalai dengan tugas belajarnya, mereka juga ingin

bersaing dengan kawan-kawan yang pintar.

3) Konselor mengeksplore motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang

pernah didapat konseli dan ingin didapatkan oleh konseli.

4) Konselor bersama konseli merangkum keputusan-keputusan dari

kegiatan konseling kelompok yaitu;

a) Siapa saja bisa berprestasi asal mau belajar

b) Belajar itu dilakukan secara terus-menerus, rutin dan sungguh-

sungguh agar hasilnya baik.

c) Bersaing dalam kebaikan dengan teman itu bagus asal sportif

d) Tingkah laku yang jelek (mal adaptif) dalam belajar jangan sampai

diulang lagi seperti membolos atau menghindari pelajaran.

5) Konselor menggunakan teknik dalam konseling behavioral yaitu

teknik relapse prevention (pencegahan kambuhan) teknik ini

diterapkan pada konseli yang masih sering mengulang tingkah laku

negatif yaitu tidak mengerjakan tugas sekolah/PR. Dengan

mengutip pendapat Marlat dan Gordon (1985) maka langkah-

langkah yang akan diambil adalah:

a) Menyifati 3 jenis perilaku penyebab kambuhan yaitu perasaan

tertekan, konflik interpersonal dan tekanan dari orang lain.

Ternyata konseli yang tidak mengerjakan tugas/PR dikarenakan

malas, lelah dan mengantuk pada saat belajar (Konflik

48
interpersonal) juga karena ajakan teman untuk selalu bermain

(Tekanan dari orang lain).

b) Memberi intruksi tertulis pada konseli berkenaan dengan

tindakan yang harus diambil, disini konselor meminta konseli

membuat semacam surat pernyataan kesanggupan untuk lebih

tertib mengerjakan tugas/PR

c) Meminta nomor telepon yang dapat dihubungi, disini konselor

meminta nomor telepon orang tua konseli dan mengajak orang

tua untuk memonitor bersama-sama ketertiban siswa dalam

mengerjakan tugas/PR .

6) Sebelum mengakhiri tahap kegiatan pada konseling kelompok ini

konselor mengadakan game untuk kembali menghangatkan

suasana. Nama gamenya “Kata Pak Bowo”. Disini jika konselor

memerintah konseli dengan didahului “kata Pak Bowo” maka

konseli harus melakukan, tetapi jika perintah tidak didahului

dengan “Kata Pak Bowo” konseli tidak boleh melakukan. Game ini

cukup membuat suasana meriah.

d. Tahap IV : Pengakhiran

1) Konselor menyampaikan pesan bahwa kegiatan akan di akhiri

2) Konselor meminta konseli mengungkapkan kesan-kesan.

49
3) Konselor juga menyampaikan kesan-kesan dan memberikan

penguat positif berupa pujian yang tulus pada konseli serta

makanan dan minuman.

4) Konseli mengisi lembar evaluasi hasil (penilaian segera) sementara

konselor mengisi lembar observasi. Adapun hasil Observasi

terhadap perubahan perilaku siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4
Hasil Observasi perubahan perilaku siswa pada saat proses
konseling kelompok
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi ada Tidak Ket
1) Saling mengungkapkan masalah V -
2) Saling Perhatian V -
3) Saling memberi tanggapan V -
4) Komunikatif V -
5) Saling Menghargai V -
6) Hangat, Akrab dan nyaman V -
7) Kerjasama kelompok V -
8) Memberikan solusi V -
9) Mengambil kesimpulan V -
10) Membuat rencana V -

5) Konselor mengisi lembar observasi paska konseling kelompok sesi

2 pada hari kamis tgl 6 Nopember 2015.

6) Konselor merumuskan kegiatan tindak lanjut sebagai berikut:

a) Memonitor absen

b) Melanjutkan membimbing kelompok belajar dalam

mengerjakan PR.

c) Menjalin kerjasama dengan orang tua melalui telpon untuk

mengontrol kegiatan belajar.

50
7) Konselor menutup kegiatan dengan berdoa, namun terlebih dahulu

menyampaikan pesan pada para konseli bahwa setiap saat konselor

bersedia membantu konseli secara pribadi ( konseling individual )..

3. Penilaian

Penilaian konseling kelompoK dilakukan dengan Penilaian hasil

(laiseg, Laijapen). Penilaian hasil dengan menggunakan lembar penilaian

segera. Adapun hasil penilaian segera (laiseg) pada konseling kelompok

sesi 1 diketahui semua konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling

kelompok itu bermanfaat, kemudian 9 konseli menyatakan kegiatan

konseling kelompok itu menarik dan 1 orang konseli menyatakan tidak

menarik. Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para konseli

memiliki pemahaman baru tentang motivasi berprestasi dan rencana

kegiatan yang akan dilakukan konseli. Sedangkan hasil penilaian segera

(laiseg) pada kegiatan konseling kelompok sesi II diketahui semua konseli

menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu bermanfaat dan

menarik Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para konseli

memiliki pemahaman baru tentang motivasi berprestasi dan rencana

kegiatan yang akan dilakukan konseli.

Untuk penilaian hasil selanjutnya yaitu penilaian jangka pendek

(laijapen) menggunakan lembar observasi paska proses konseling

kelompok untuk mengetahui perubahan perilaku siswa, adapun hasilnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

51
Tabel 4.5
Hasil Observasi perubahan perilaku setelah Konseling Kelompok Sesi I
sebagai data penilaian jangka pendek
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi/dinilai Ket
ada Tidak
1) Hubungan antar anggota kelompok V -
2) Tidak terlambat masuk kelas V -
3) Mengerjakan Tugas/PR V -
4) Mengikuti Les/Bimbingan belajar V V 3 siswa
5) Tidak membolos V V masih tidak
6) Kehadiran/presensi V - mengerjakan
7) Konsentrasi Belajar di kelas V tugas/PR
8) Peningkatan nilai ulangan harian - -
9) Perubahan perillaku positif lain: V -
- Mengikuti try out V
- Aktif bertanya dikelas V

Membuat rencana 1 orang

Tabel 4.6
Hasil observasi perubahan perilaku siswa Setelah Konseling Kelompok
Sesi II sebagai pedoman laijapen sesi II
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi/dinilai Keterangan
ada Tidak
1) Hubungan antar anggota kelompok V -
2) Tidak terlambat masuk kelas V -
3) Mengerjakan Tugas/PR V -
4) Mengikuti Les/Bimbingan belajar V -
5) Tidak membolos V -
6) Kehadiran/presensi V -
7) Konsentrasi Belajar di kelas V
8) Peningkatan nilai ulangan harian V - Mapel Bhs Indo
9) Perubahan perillaku positif lain : V -
- mengikuti Try Out V Ada yg aktif ada
- Aktif bertanya di kelas V V yg tidak

52
Dari hasil penilaian segera dan penilaian jangka pendek dapat

dilihat bahwa konseli sudah bisa menghilangkan perilaku mal adaptif

dalam belajar dan mengganti dengan perilaku yang lebih adaptif, sehingga

dari hasil pengembangan ini dapat di simpulkan bahwa konseling

kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa.

D. Pembahasan

1. Pengumpulan Data dan Reduksi Data

Setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II , dan masing-

masing siklus telah dilakukan observasi, monitoring dan evaluasi, maka

dari hasil evaluasi aspek afektif, kognitif dan psikomotorik diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 4.7
Pengumpulan Data dan Reduksi Data
No Pernyataan Siklus I Siklus II
A Afektif (perasaan positif) Ya Tidak % Ya Tidak %
1) Apakah anda yakin 10 - 100% 10 - 100%
konseling kelompok bisa
membantu memecahkan
masalah
2) Apakah Pemberian game 10 - 100% 10 100%
dalam konseling kelompok
bisa menciptakan suasana
yang menyenangkan
B Kognitif (pemahaman Benar Salah % Benar salah %
baru)
1) Tujuan konseling kelompok 10 - 100% 10 - 100%
adalah untuk memecahkan
masalah
2) Konseling kelompok adalah 10 - 100% 10 - 100%

53
pembahasan masalah
individu dalam dinamika
kelompok
3) Penggunaan Game dalam 10 - 100% 10 - 100%
konseling kelompok adalah
untuk menciptakan suasana
hangat dan menghilangkan
ketegangan.
3) Tahap pengakhiran dalam 10 - 100% 10 - 100%
konseling kelompok adalah
untuk mengambil
kesimpulan, mengevaluasi
dan membuat rencana tindak
lanjut
C Psikomotorik (unjuk kerja) Ya tidak % Ya tidak %
1) Tidak membolos 5 5 50% 10 - 100%
2) Mengerjakan PR 7 3 70% 10 - 100%
3) Tidak terlambat 6 4 60% 10 - 100%
4) Ikut Les 9 1 90% 10 - 100%
5) Selalu hadir di sekolah 9 1 90% 10 - 100%
6) Ikut Try Out 9 1 90% 10 - 100%
7) Aktif bertanya - 10 0% 2 8 20%
8) Nilai ulangan meningkat - - - 6 4 60%
9) Ikut kelompok belajar 9 1 90% 10 - 100%
10) Membuat Mind Mapping 10 - 100% - - -

2. Penafsiran Data

Dari data-data diatas yang di peroleh melalui kuesioner,

wawancara, dapat di tafsirkan sebagai berikut :

a. Dari aspek afektif, baik pada siklus I maupun siklus II Konseli (siswa)

memiliki perasaan yang positif terhadap pelaksanaan konseling

kelompok di buktikan semua siswa merasa yakin bahwa konseling

kelompok bisa membantu memecahkan masalah, di samping itu

mereka juga merasakan suasana yang menyenangkan karena adanya

game dalam konseling kelompok.

54
b. Dari aspek kognitif, siswa memiliki pemahaman baru tentang tujuan

konseling kelompok, pentingnya menciptakan dinamika kelompok,

pentingnya menjaga suasana hangat dan perlunya mengambil

keputusan dan tindak lanjut.

c. Dari aspek psikomotorik, pada siklus I masih belum semua siswa bisa

menjalankan keputusan konseling, masih ada yang datang terlambat,

membolos. Tidak mengerjakan PR, tidak ikut try out, tidak les, sering

tidak mengerjakan tugas/PR. Namun setelah siklus II semua konseli

sudah bisa melaksanakan keputusan yang di simpulkan dalam

konseling kelompok .

3. Pengambilan Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat di

ambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Siswa merasa senang dengan adanya game dalam konseling kelompok

karena bisa membantu menciptakan suasana hangat, akrab dan

menyenangkan selama proses konseling sehingga membantu

melancarkan proses pemecahan masalah yang di bahas dalam konseling

tersebut.

b. Siswa memiliki pemahaman akan tujuan, langkah-langkah dan

konsekuensi dari keputusan yang di simpulkan dalam konseling

kelompok.

55
c. Siswa memiliki semangat dan kesanggupan untuk mewujudkan

langkah-langkah pemecahan masalah yang sudah diputuskan dalam

unjuk kerja yang nyata.

56
BAB V

KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil pengamatan di lapangan, menunjukan banyaknya siswa yang

motivasi belajarnya rendah, hal ini disebabkan karena mereka memiliki

perilaku maladaptif (perilaku bermasalah). Untuk itu perlu dicarikan

pendekatan konseling yang bisa mengubah perilaku mal adaptif siswa

yaitu pendekatan behavioral.

2. Siswa yang motivasi belajarnya rendah jumlahnya tidak hanya satu

mereka terdiri dari sekelompok kecil atau besar, sehingga dalam

memberikan layanan perlu dicarikan layanan yang bisa menangani

sekelompok orang sekaligus seperti layanan konseling kelompok.

3. Layanan konseling kelompok yang diselingi dengan game seperti yang

dilakukan konselor membuat suasana konseling menjadi hangat, meriah

tidak kaku dan tidak menegangkan. Ini merupakan inovasi yang tetap terus

perlu dikembangkan.

4. Dengan demikian setelah mendapatkan layanan konseling kelompok

dengan pendekatan behavioral, siswa mengalami perubahan perilaku

belajar yang positif seperti mau mengerjakan PR, tidak alpha, tidak

membolos, mengikuti try out, mengikuti bimbingan belajar. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan pendekatan

57
57
behavioral bisa meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 9B SMP Maria

Goretti Semarang.

B. Rekomendasi

1. Bagi pembuat kebijakan, diharapkan bisa memberikan fasilitas, pelatihan,

kesempatan untuk mengembangkan diri dan sarana prasarana yang

memadai pada para pelaku kebijakan sehingga terjadi hubungan kerja

yang profesional.

2. Bagi para peneliti hendaknya bisa bekerja profesional, bisa menemukan

hal-hal baru yang bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan.

C. Saran

1. Konselor hendaknya sering melakukan studi lapangan agar mengetahui

persoalan peserta didiknya sehingga bisa memberikan pendekatan

konseling yang tepat dalam mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik

2. Konselor perlu banyak belajar, baik dari literatur, penataran, workshop

sehingga bisa meningkatkan kemampuan dalam memberikan layanan yang

tepat untuk peserta didiknya.

58
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1990). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka cipta

Dinas Pendidikan. (2002). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Berbasis Kompetensi . Jakarta: Dikmenum

Mcleod,j. (2006). Pengantar Konseling. Jakarta : Kencana Prenada Media


group .
Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok ( Dasar dan
Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ridwan . (2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sardiman,A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Mengajar: Jakarta: Grafindo

Suharno. (2015) Bimbingan dan konseling di SMP. Solo: Central Wahana Ilmu

Suparti, (2015). Model-model Therapi. Makalah pada Diklat Narkoba.


Yogyakarta.

Surur,N. (2015) . Pengembangan Model Pelayanan Bimbingan dan Konseling


di Sekolah. Makalah pada Pendampingan Teknis Model Konseling MGP.
P4TK

Zaenudin. (2015). Pendekatan-pendekatan Konseling Individual pendekatan


Psikoanalisis, pendekatan Behavioral, Pendekatan Gestalt, dan
Pendekatan Rational Emotif. Makalah pada Pendampingan Teknis
Model Konseling MGP. P4TK

59
59
LAMPIRAN

60
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING


Layanan Konseling Kelompok

Satuan Pendidikan SMP Maria Goretti Semarang


Kelas/Semester 9B/ Ganjil
Jumlah Pertemuan 2 x pertemuan
Tugas Perkembangan 8 Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman
hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga
negara
Rumusan Kompetensi 8.1 Memahami aspek-aspek social dalam sistem etika
dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,
anggota masyarakat dan warga Negara

1. Materi/Topik Bahasan Motivasi Belajar


2. Bidang Bimbingan Sosial Pribadi
3. Jenis Layanan KONSELING KELOMPOK
4. Fungsi Layanan
a. Fungsi KES Pemahaman :
Agar siswa memahami pentingnyan motivasi
belajar
b. Fungsi KES-T Penyelesaian
Agar siswa memiliki motivasi belajar untuk
meraih prestasi belajar yang maksimal
5. Tujuan Layanan
a. Sikap 1) Sikap spiritual
Konseli dapat mempraktikkan sikap spiritual
(berdoa, bersyukur)
2) Sikap sosial
Konseli dapat mempraktikkan sikap
bersahabat/ komunikatif, toleransi, peduli
sosial
b. Pengetahuan 1) Konseli dapat menjelaskan pengertian
motivasi belajar

61
2) Konseli dapat mengidentifikasi sebab-sebab /
tanda-tanda seseorang tidak memiliki
motivasi belajar
3) Konseli dapat menjelaskan cara-cara
meningkatkan motivasi belajar

c. Ketrampilan Konseli dapat meningkatkan motivasi belajar


sehingga dapat meraih prestasi belajar secara
maksimal guna meraih masa depan
6. Sasaran Layanan Siswa kelas 9B, berjumlah 10 orang
7. Tempat Penyelenggaraan Ruang Bimbingan / Multi Media
8. Waktu Penyelenggaraan Selasa, Oktober 2015
9. Penyelenggara Layanan Guru BK
10. Pihak-pihak yang --
dilibatkan
11. Metode Diskusi, game, brainstorming
12. Kegiatan
a. Pembentukan 1) Menerima anggota kelompok secara terbuka
dan mengucapkan terima kasih atas
kesediaan konseli mengikuti kegiatan
2) Berdoa dan bersyukur
3) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai
melalui layanan konseling kelompok
4) Menjelaskan azas-azas KKp (Kesukarelaan,
Keterbukaan, Kegiatan, Kenormatifan,
Kerahasiaan)
5) ice breaking
b. Peralihan 1) Menjelaskan kembali kegiatan kelompok
2) Tanya jawab tentang kesiapan anggota
kelompok untuk kegiatan lebih lanjut
3) Mengenali suasana apabila anggota secara
keseluruhan atau sebagian belum siap untuk
memasuki tahap berikutnya dan mengatasi
suasana tersebut

62
4) Menyampaikan topik bahasan yang akan
dikemukakan dan dibahas dalam kelompok,
c. Kegiatan
 Berfikir Mengajak konseli berfikir untuk membangun
pribadi yang cerdas
1) Konselor meminta konseli menyampaikan
pendapatnya tentang pengertian motivasi
belajar
2) Konselor meminta konseli menyebutkan
tanda-tanda seorang siswa tidak memiliki
motivasi belajar
3) Konselor meminta konseli menyebutkan
akibat apabila seseorang tidak memiliki
motivasi belajar
4) Konselor meminta konseli menjelaskan
manfaat motivasi belajar
 Merasa Mengajak peserta didik membangun kondisi
perasaannya yang terkemas
1) Konseli mengungkapkan perasaannya melihat
prestasi belajar siswa yang tidak memiliki
prestasi belajar
2) Konseli mengungkapkan perasaannya jika
mendapat prestasi belajar akibat memiliki
motivasi belajar

 Bersikap Mengajak peserta didik membangun sikap yang


mawas
1) Konseli berdiskusi untuk mengembangkan
sikap motivasi belajar
2) Konselor mengajak konseli untuk
mengembangkan sikap toleransi dengan
saling menghargai pendapat

63
3) Konselor mengajak konseli mengembangkan
sikap peduli sosial
 Bertindak Mengajak peserta didik membangun perilaku
yang tangkas:
1) Konseli menentukan langkah-langkah /cara-
cara meningkatkan prestasi belajar
 Bertanggung jawab Mengajak peserta didik membangun kredibilitas
yang tuntas
1) Bersama konseli, konselor menyimpulkan
hasil
2) Konseli membuat komitmen untuk
melaksanakan hasil layanan konseling
kelompok.
d. Pengakhiran 1) Menjelaskan bahwa kegiatan KKp akan
diakhiri
2) Anggota kelompok mengemukakan kesan
dan menilai kemajuan yang dicapai masing-
masing
3) Pembahasan kegiatan lanjutan
4) Pesan serta tanggapan anggota kelompok
5) Ucapan terima kasih
6) Berdoa
7) Perpisahan
13. Sumber/bahan/dan alat
a. Sumber/bahan 1) Nurbowo dkk.2010. Pengembangan materi
BK berbasis multimedia. Yogyakarta:
Paramitra publishing
2) Berita internet, Koran, televise
b. Alat -Lembar observasi dan evaluasi
14. Rencana Penilaian
a. Penilaian proses 1) Kesesuaian program
2) Keterlaksanaan program
3) Antusiasme peserta didik/konseli
b. Penilaian hasil 1) Pemahaman baru (Understanding)

64
2) Perasaan positif (Comfort)
3) Rencana tindakan dan unjuk kerja (Action)
15. Catatan khusus

Mengetahui Semarang, 18 Oktober 2015

Kepala SMP Maria Goretti Semarang Guru BK,

Sr.M.Yusnita,OSF. S.Pd. Y. Utiek K,S.Pd.

65
INSTRUMENT PENILAIAN PROSES
PROSES YANG
NO DESKRIPSI PENILAIAN PROSES
DINILAI
1 Partisipasi dan aktivitas ..................................................................................................

Siswa Dalam kegiatan ..................................................................................................

Layanan konseli ..................................................................................................

kelompok ..................................................................................................
2 Pemahaman siswa atas ..................................................................................................

masalah yang dipahami ..................................................................................................

..................................................................................................

..................................................................................................
3 Kegunaan layanan dan ..................................................................................................

mengamati ..................................................................................................

perkembangan siswa ..................................................................................................

..................................................................................................
4 kelancaran proses dan ..................................................................................................

suasana ..................................................................................................

penyelenggaraan ..................................................................................................

kegiatan layanan ..................................................................................................

Guru BK

Y.Utiek K

ANGKET MOTIVASI BELAJAR

Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaamu, semua jawaban adalah
betul dan akan diberi nilai.

66
1. Belajar menjadi beban buat saya
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
2. Saya senang mengerjakan PR walau sulit
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
3. Belajar menghambat aktivitas saya yang lain
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
4. Belajar membuat saya senang
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
5. Saya malas mengerjakan PR atau tugas yang sulit
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
6. Saya mengulang pelajaran sepulang sekolah
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
7. Saya menanyakan materi pelajaran yang belum saya mengerti pada guru atau
teman.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
8. Saya mendalami materi pelajaran dengan mempraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah

9. Saya banyak membaca buku untuk mendalami materi pelajaran


a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
10. Kegiatan belajar saya lakukan disekolah saja

67
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
11. Saya selalu mengerjakan tugas saya secara bersungguh-sungguh
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
12. Jika sudah belajar berulang-ulang tidak juga mengerti saya tidak belajar lagi
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
13. Saya hanya belajar kalau ada PR saja
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
14. Saya giat belajar agar mendapat rangking I
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
15. Saya membaca berulang-ulang materi pelajaran dan belum berhenti jika
belum mengerti.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
16. Kalau nilai ulangan saya jelek saya belajar lebih giat.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
17. Walau tidak mengerti saya cuek saja tidak ada niat untuk mendalami
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
18. Saat belajar saya berusaha berkonsentrasi agar cepat mengerti
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
19. Saya keberatan jika diberi banyak PR
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
20. Saya pelajari sendiri pelajaran yang belum saya mengerti

68
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
21. Saya tidak pernah main dengan teman-teman karena takut prestasi menurun
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
22. Saat kegiatan belajar mandiri saya memilih ngobrol dengan teman
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
23. Jika guru tidak menyuruh mengumpulkan PR/Tugas saya tidak mengerjakan
PR atau tugas tersebut
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
24. Saya yakin prestasi saya lebih tinggi dari teman-teman sekelas.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
25. Saya tidak ingin kalah dalam belajar dengan teman-teman sekelas walau
mereka punya fasilitas yang lebih lengkap.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
26. Saya selalu giat belajar awalau hari libur, agar prestasi tetap tinggi.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
27. Soal-soal pelajaran yang sulit membuat saya tertantang untuk lebih giat belajar
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah

28. Teman-teman saya bukan saingan yang sepadan dalam prestasi belajar.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
29. Saya selalu rutin belajar dirumah walau tidak di suruh

69
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
30. Saya selalu memecahkan masalah belajar saya sendiri.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
31. Jika teman saya bisa berprestasi sayapun bisa berprestasi.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
32. Saya lebih mementingkan belajar daripada kegiatan lain.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
33. Jika mendapat pujian dari guru karena prestasi yang bagus saya akan berusaha
lebih giat.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
34. Saya hanya mau belajar kalau diberi hadiah oleh orang tua.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
35. Belajar merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari hidup saya
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
36. Saya mempunyai target dalam belajar
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
37. Hadiah atau pujian membuat saya terlena dan semangat belajar jadi menurun
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
38. Saya setuju dengan setiap hukuman yang diberikan guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
39. Hadiah itu tidak penting bagi seorang siswa.

70
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
40. Cita-cita saya akan tercapai hanya dengan belajar giat.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
41. Saya senang bersaing dengan teman untuk mendapat nilai yang bagus
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
42. Persaingan tidak akan membuat saya rajin belajar tapi malah menambah
musuh.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
43. Walau guru suka memberi hukuman jika tidak mengerjakan PR, saya tetap
malas mengerjakan PR.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
44. Siswa yang tidak disiplin dalam belajar di sekolah tidak perlu diberi
hukuman,karena melanggar hak asasi.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
45. Mempelajari ilmu pengetahuan tidak penting, lebih penting kalau kita pintar
cari uang.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah

46. Saat mendapatkan penghargaan karena prestasi bagus, saya cenderung untuk
belajar lebih giat agar prestasi saya tidak turun.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah

71
47. Saya yakin jika giat belajar akan bisa punya prestasi yang lebih baik
dibanding teman yang malas belajar.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
48. Saya belajar asal-asalan aja tanpa target tertentu
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
49. Untuk meraih cita-cita kita tidak perlu bersungguh-sungguh dalam belajar.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
50. Saat saya bisa mencapai nilai ulangan paling tinggi diantara teman sekelas
saya jadi lebih semangat untuk mempertahankan.
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah

Nama : .................................

Kelas : .................................

Tanda Tangan : .................................

Terima Kasih
Good Luck

********** BK SMP MARIA GORETTI SEMARANG **********

72
Gambar 3. Bimbingan Klasikal di Kelas/R.Multi Media

73
Gambar 4. Pelaksanaan Konseling Kelompok

74
75

Anda mungkin juga menyukai