Anda di halaman 1dari 1

Seteduh Awan Rinjani

Miftahus Sa’adah

Sebongkah daging meringkuk di pelukan kabut rindu


Melemparkan kesah terbungkus sendu kepada awan
Mengapa rasa ini dilepas dan diadu?
Jika cinta hanya tercipta untuk sang rupawan

Oh dirimu yang seteduh awan Rinjani


Bukan kah cintaku kau pandang bak letusan merapi?
Lalu mengapa dengan kejamnya kau bunuh jiwa ini?
Melempar dusta, mencipta sepi

Kau kutuk aku dengan vonis berbeda


Bukan kah kau ucap aku istimewa?
Lalu mengapa kau berdoa agar hujan cinta segera reda?
Jika turunnya mampu mencipta tawa

Sebongkah daging menangis sepi


Membelai pelan rasa yang tumbuh terlalu berani
Nampaknya sampan cinta harus menepi
Sebelum terbunuh oleh ombak maut yang senantiasa menemani

Anda mungkin juga menyukai