Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FITRIANA ZULFA

KELAS : XII MIPA 2

NO. ABS : 09

1. Ciri - Ciri Musik Yunani, Romawi, ciri music zaman Barok,Renaisans, zaman klasik, zaman
romantik:
a. Ciri-ciri music Yunani
o Musik Yunani bersifat heterofonik dan monofonik (satu suara). Heterofonik ialah
melodi yang dibunyikan secara sekaligus dengan satu beberapa melodi yang sama.
o Mengenal interval konsonan dan disonan, yaitu: oktaf kuint dan kuart sebagai
konsonan dan interval sekonda, terts, sektsa dan septim sebagai disonan.
o Gaya memakai contoh melodi fundamental yang diatur lewat hukum - hukum pada
praktik improviasasi.
o Hubungan antara melodi ucapan dan irama puisi dan hubungan dekat antara teks
dan musik.
o Musik Yunani mengenal 15 macam modus dan disederhanakan menjadi 7 modus
oleh Ptolemeus periode ke 2 M.
Ahli Musik Yunani Kuno yang terkenal:

- Asichylos
- Sophocles
- Aristoteles
- Pythagoras
- Aristoxenos

b. Ciri-ciri music Romawi:


 Sebagai wilayah Eropa selama lebih dari lima abad dibawah pemerintahan Roma
kecuali Jerman., Afrika Utara dan Daerah Turki. Kebudayaan daerah Yunani dan Italia
banyak mempengaruhi kebudayaan Roma.
 Romawi kuno juga banyak mengadopsi karakteristik musik bangsa Yunani kuno serta
mengembangkanya. Alat musik yang dikembangkan bangsa Romawi adalah Alat
musik tiup yang digunakan dalam peperangan dan upacara kemiliteran.
 Alat musik tersebut terbuat dari logam, seperti: terompet, horn dan sejenis organ
hidrolis yang ditiup dengan tekanan air dengan papan tuts. Alat musik tersebut
digunakan untuk hiburan masal dan para gladiator di arena.
c. Ciri Musik Renaissance
 Termasuk jenis musik Eropa Barat yang berkembang di masa renaissance.
 Bertema istanasentris atau kerajaan.
 Lebih mementingkan musik vokal dibanding musik instrumen.
 Jenis musik barat yang sifatnya rasional.
 Bersifat rohaniah sekaligus duniawi.

Untuk tokoh-tokohnya sendiri, diantaranya yaitu :

a. Giovanni Gabrieli (1553-1612)


b. Thomas Tallis (1510-1585)
c. Claudio Monteverdi (1567-1643)
d. Josquin Des Prez (1440-1521)
e. Pierre de La Rue (1460-1518) Claudio Monteverdi (1567-1643)
f. Josquin Des Prez (1440-1521)
g. Pierre de La Rue (1460-1518)
d. Ciri-ciri musik zaman klasik:
a) -Menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras atau (crescendo) dan
dari keras menjadi lembut (decrescendo).
b) -Perubahan-perubahan tempo dengan percepatan atau (accelerando) dan
perlambatan (ritardando).
c) -Hiasan/ornamentik diperhemat pemakaiannya.
d) -Pemakaian akord 3 nada.

Tokoh zaman klasik adalah Joseph Haydn, Muzio Clementi, Johann Ladislaus Dussek, Andrea
Luchesi, Antonio Salieri dan Carl Philipp Emanuel Bach.

e. Ciri-ciri dari musik zaman romantik, antara lain:


a) Tidak ada ornamen,
b) Melodi berekspresi,
c) Harmoni bervariasi, homofonik dan polifonik.
d) Penggunaan tempo dan dinamik secara optimal dan bervariasi

Tokoh :

1) Pyotr Ilyich Tchaikovsky (1840 – 1893).

2. Ludwig van Beethoven (1770 – 1827).

3. Felix Mendelssohn (1809 – 1847).

4. Fryderyk Chopin (1810 – 1849).

5. Franz Liszt (1811 – 1886).

6. Robert Schumann (1810 – 1856).

2. Tujuan kritik Seni


 Untuk dapat menilai kualitas dari suatu karya.
 Untuk menjembatani persepsi dan apresiasi karya seni rupa antara seni, karya dan penikmat
seni.
 Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang dimana berupaya mengupas,
menganalisis, diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk dapa
berkomunikasi melalui suatu karya seni

3. Kritik objektif adalah kritik yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya
adalah struktur yang mandiri sedangkan Kritik objektif teater adalah pertimbangan baik buruk
terhadap kemampuan seseorang dalam menampilkan suatu karya teater.

4. Tujuan improvisasi adalah untuk mengantisipasi hal-hal yang di luar pertunjukan sebelumnya
agar tidak terlihat adanya kesalahan. Improvisasi juga bertujuan menumbuhkan daya aktif,
inisiatif, kreatif dan inovatif setiap calon pemain, mengasah daya cipta, daya khayal dan
keterampilan bermain calon aktor secara spontan di atas panggung, berdialog dengan wajar dan
logis, menggunakan bahasa tubuh (gesture, akting, dan simbolisasi berbagai bentuk gerakan
anggota tubuh) dengan wajar dan logis. Kemampuan memecahkan masalah yang tak terduga di
atas panggung, serta keterampilan memainkan berbagai peran, ruang dan waktu.

5. Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton
menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium
(proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah
akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah. Dengan
pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton.
Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan
untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti
apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir
melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya
realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.Tata
panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari
penonton.

Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung
Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi
maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat
menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata
panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan
dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik
bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari pangung arena
baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan pemain. Kedekatan jarak ini
membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan (terutama) tata panggung.

Panggung setengah arena adalah panggung dimana separuh bagian pentas atau panggung masuk
kebagian penonton sehingga membentuk lingkaran. Panggung setengah arena atau panggung thrust
seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada
bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung. Panggung
thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium. Untuk penataan
panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena sehingga tidak ada bangunan tertutup
vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung belakang diperlakukan seolah panggung proscenium
yang dapat menampilan kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif.

Anda mungkin juga menyukai