Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

JURUSAN MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK


FISIPOL UGM

Mempermudah Pengguna
Menyampaikan Keluhan pada
Layanan Jaminan Kesehatan

K
eluhan pengguna pelayanan merupakan tanggapan yang cepat terhadap keluhan pengguna
informasi yang dapat dijadikan dapat membuat pengguna merasa kepentingan dan
sebagai pertimbangan penting untuk harapannya diperhatikan sehingga persepsi positif,
memperbaiki kinerja penyelenggaraan kepercayaan dan loyalitasnya terhadap pelayanan
pelayanan. Namun banyak warga meningkat.
pengguna pelayanan yang tidak menyampaikan
keluhan meskipun merasa tidak puas dengan Namun persoalannya adalah sebagian besar warga
pelayanan yang diterimanya. Penyebabnya cukup pengguna layanan cenderung tidak menyampaikan
bervariasi seperti kesadaran yang rendah mengenai keluhannya ketika kecewa atau tidak puas dengan
hak pengguna untuk mengeluh, keengganan pelayanan yang diterimanya (Boden, 2001: 4).
atau ketidakmampuan warga pengguna untuk Mereka lebih memilih untuk tidak lagi menggunakan
menyampaikan keluhan. Rendahnya kapasitas pelayanan yang telah mengecewakannya, Hirschman
warga pengguna atau tidak adanya tata cara (1970) menyebutnya sebagai exit. Sebenarnya yang
menyampaikan keluhan secara mudah dan sederhana lebih mengkhawatirkan adalah kecenderungan
merupakan dua faktor yang seringkali menjadi dari lebih banyak warga pengguna yang kecewa
akar permasalahan. Menyediakan tata cara yang untuk menyampaikan informasi tentang keburukan
mudah dan sederhana untuk menyampaikan keluhan pelayanan kepada warga lainnya, Day & London
merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan 1977 dan Singh 1988 dalam Ro (2007) menyebutnya
partisipasi pengguna dalam perbaikan kualitas sebagai negative word-of-mouth (negative WOM).
pelayanan jaminan kesehatan. Rusbult et al. 1988 (dalam Ro, 2013) membedakan
dua bentuk sikap pasif lainnya dari pengguna
Kinerja penyelenggaraan pemerintahan dapat dinilai pelayanan yang kecewa, yaitu tetap menggunakan
dari kualitas pelayanan publik (Dwiyanto, 2006), pelayanan dan memberikan kesempatan kepada
dan kepuasan pengguna merupakan salah satu penyelenggara pelayanan untuk melakukan perbaikan
ukuran yang lazim digunakan untuk menilai kualitas (loyalty) atau tetap menggunakan pelayanan namun
pelayanan (Ratminto & Winarsih, 2010). Kepuasan bersikap acuh tak acuh terhadap penyelenggara
dan loyalitas pengguna layanan dipengaruhi oleh layanan dan berkeyakinan bahwa tidak ada gunanya
banyak hal, namun salah satu yang dapat dikelola menyampaikan keluhan (neglect).
adalah sistem perbaikan layanan yang efektif yaitu
yang dapat mengidentifikasi keluhan dan titik-titik Negative WOM merupakan bentuk respon yang
kelemahan dalam sistem pelayanan (Bendall-Lyon cenderung merugikan penyelenggara layanan
& Powers, 2001). Dalam konteks inilah partisipasi karena dapat membentuk opini publik yang salah
pengguna layanan dalam menyampaikan keluhannya tentang kualitas pelayanan yang diselenggarakannya
memiliki peran yang sangat penting. Dengan adanya (Kelly, 2007). Demikian juga dengan sikap acuh
keluhan pengguna, penyelenggara layanan memiliki tak acuh karena penyelenggara layanan tidak dapat
kesempatan untuk mengetahui kelemahan dan memberikan klarifikasi secara langsung. Lebih
kekurangannya dalam memberikan pelayanan dan penting dari itu, kedua bentuk sikap tersebut tidak
kemudian memperbaikinya. Lebih penting dari itu, memberikan kesempatan bagi penyelenggara

1
POLICY BRIEF : Mempermudah Pengguna Menyampaikan Keluhan pada Layanan Jaminan Kesehatan

layanan untuk mengetahui kekurangannya sehingga Grafik 2 Pertimbangan Pengguna yang Bersikap Tetap
perbaikan pelayanan justru tidak akan terjadi. Menggunakan Layanan Meskipun Merasa Tidak Puas
Terhadap Layanan Jamkesda
Policy brief ini ditulis berdasarkan hasil survey
mengenai perilaku pengguna pelayanan Jamkesda
di Kulonprogo ketika merasa tidak puas dengan
pelayanan. Survey melibatkan 376 warga pengguna
Jamkesda dari semua kecamatan di Kulonprogo,
DIY. Dengan memetakan dan memahami perilaku
komplain (complaint behavior) dari pengguna
Jamkesda beserta karakteristik sosial yang
mempengaruhinya maka dapat dirumuskan sejumlah
alternatif perbaikan untuk meningkatkan partisipasi
pengguna dalam perbaikan kualitas pelayanan.

Complaint Behavior dari Pengguna Jamkesda


Kulonprogo
Sumber: Yayasan TIFA dan JMKP UGM, 2013
Hasil survey menunjukkan bahwa di antara 376 Ketiga pertimbangan untuk tidak menyampaikan
warga Kulonprogo yang menjadi responden, terdapat keluhan tersebut menunjukan sikap pengguna
52,4% di antaranya yang lebih memilih untuk layanan yang pasif (Singh, 1990) atau apatis, yaitu
bersikap pasif atau tidak menyampaikan keluhan anggapan bahwa keluhan tidak akan ada artinya
(Grafik 1). 46% di antaranya bersikap membiarkan atau tidak akan merubah apapun (Simmons, et al.
dan tetap memanfaatkan pelayanan meskipun merasa 2011; Rusbult et al. 1988 dalam Ro, 2013). Sikap
tidak puas dengan pelayanan Jamkesda, dan 6.4% apatis ini biasanya dipengaruhi oleh sejumlah
lainnya menyebarluaskan ketidakpuasannya kepada hal, yaitu terkait dengan faktor demografi seperti
warga lainnya. Hal ini mengindikasikan kesadaran pendapatan, pendidikan dan usia (Morganosky &
dari sebagian besar masyarakat untuk menyampaikan Buckley 1987 dalam Ro, 2013), faktor kepribadian
keluhan masih relatif rendah. Terdapat tiga seperti kepercayaan diri, ketegasan, dan agresivitas
pertimbangan yang paling banyak dikemukakan (Bodey & Grace, 2007; Swanson, 2007), serta faktor
oleh responden yang tidak menyampaikan keluhan situasional seperti kultur, kedekatan hubungan
(Grafik 2), yaitu memakluminya karena menganggap antara pengguna dan penyelenggara layanan dan
pelayanan yang buruk adalah sesuatu yang sudah pertimbangan besaran biaya dan manfaat dari
biasa/wajar (30,8%), merasa tidak memiliki hak menyampaikan keluhan (Singh & Wilkes 1996 dalam
untuk mengeluh (20,3%), dan tidak memiliki Ro, 2013).
keberanian untuk menyampaikan keluhan (18%).
Beberapa faktor tersebut terkonfirmasi oleh temuan
Grafik 1 Sikap Warga Pengguna ketika Tidak Puas terhadap survey ini, yaitu sikap apatis warga pengguna
Layanan Jamkesda (%) Jamkesda Kulonprogo yang menjadi responden
dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan yang
rendah atau bahkan tidak berpendidikan (67,2%),
tingkat pendapatan yang rendah (48,8%) dan usia
lanjut (56,1%). Selain itu, masyarakat Kulonprogo
juga cenderung masih terpengaruh oleh budaya
ewuh-pakewuh atau sungkan untuk menyampaikan
keluhan, yang tercermin dari pengakuan salah satu
responden berikut ini: “Ya sebenernya saya juga
punya keluhan, tapi (karena) sudah dibantu operasi,
masak masih mau komplain”. [Responden, 2013].

Data tentang sebaran lokasi responden yang memilih


Sumber: Yayasan TIFA dan JMKP UGM, 2013 bersikap pasif yang didominasi oleh responden
dari Kecamatan Lendah (66,7%) dan Kecamatan
Galur (61,3%) semakin meyakinkan bahwa faktor

2
POLICY BRIEF : Mempermudah Pengguna Menyampaikan Keluhan pada Layanan Jaminan Kesehatan

demografis, terutama tingkat pendidikan dan usia, disebarluaskan kepada masyarakat. Beberapa strategi
berpengaruh besar bagi terbentuknya sikap pasif yang perlu dilakukan di antaranya adalah:
tersebut. Faktor ini juga turut mempengaruhi
1. Memperluas jangkauan sosialisasi dengan
memperbanyak bentuk media informasi
“Kalau berhadapan dengan warga
Kesulitan untuk mengakses informasi turut menjadi
yang berpendidikan rendah atau
penyebab kesadaran masyarakat mengenai hak dan
berusia lanjut, sosialisasi (dilakukan
kewajiban layanan sulit terbangun. Penyediaan
sebanyak) 3 kali pun, pertanyaan yang informasi secara masif dan diletakkan di lokasi
muncul tetap sama. Di Kecamatan yang mudah diakses oleh masyarakat menjadi solusi
Lendah juga banyak (warga) yang penting. Ini dapat dilakukan dengan memasang
tidak paham, (padahal) kami sampai 9 baliho mengenai mekanisme pelayanan termasuk
kali melakukan sosialisasi (di Lendah). sistem penyampaian keluhan di lokasi-lokasi
Di Galur juga sama saja.” strategis, secara masif menerbitkan iklan mengenai
hak dan kewajiban pengguna dan penyedia layanan
Kepala UPTD Jamkesda Kulonprogo, 2013 di media massa baik cetak maupun elektronik, serta
secara periodik mengirimkan sms massal ke warga
mengenai informasi pelayanan dan himbauan untuk
efektivitas sosialisasi yang dilakukan oleh penyedia menyampaikan keluhan.
layanan, yang terindikasi dari kutipan berikut:
2. Memperbanyak penggunaan informasi visual
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, dalam hal ini
Dinas Kesehatan dan UPTD Jamkes beserta RSUD Adanya keterbatasan kemampuan warga dengan
dan puskesmas, selama ini telah memiliki sistem karakteristik tertentu, seperti tingkat pendidikan
pengelolaan keluhan warga. Telah terdapat sejumlah yang rendah atau berusia lanjut, untuk memahami
alternatif sarana pengaduan yang disediakan, yaitu informasi layanan termasuk layanan pengaduan
buku keluhan di UPTD Jamkes, kotak saran di mengharuskan penyelenggara layanan untuk
puskesmas dan RSUD, dan unit pengelola keluhan menyampaikan informasi secara jelas dan mudah
di RSUD. Di luar itu, masyarakat Kulonprogo juga dipahami. Informasi berupa teks yang memenuhi
dapat menyampaikan keluhan terkait pelayanan halaman demi menghindari kesalahan dalam
Jamkesda melalui Forum Pertemuan dengan Bupati memahami informasi justru cenderung membuat
yang diselenggarakan secara rutin setiap Kamis, orang enggan membacanya karena dianggap kurang
melalui Dinas Kesehatan atau melalui DPRD. Dinas menarik atau terkadang masih sulit dipahami. Karena
Kesehatan bahkan telah memiliki SOP pengelolaan itu informasi dalam bentuk visual, seperti poster,
keluhan. Namun ternyata fakta menunjukkan tidak baliho, leaflet maupun video yang menyajikan
banyak warga yang menyampaikan keluhannya. ilustrasi yang menarik dan informatif merupakan
Ini menunjukkan selain terdapat faktor demografis, opsi terbaik. Misalnya adalah poster yang memuat
karakter personal, dan situasional yang menyebabkan ilustrasi mekanisme layanan atau video yang
warga bersikap pasif seperti yang telah disebutkan menyajikan informasi mengenai hak dan kewajiban
sebelumnya, sistem pengelolaan keluhan juga masih pengguna dan penyelenggara layanan.
perlu diperbaiki. 3. Mengoptimalkan partisipasi warga sebagai
Rekomendasi sumber informasi

Kondisi yang demikian mengharuskan pemerintah Kelompok warga, seperti pekerja sosial, kader
daerah sebagai penyelenggara layanan berperan pengentasan kemiskinan, atau kader kesehatan,
aktif untuk merumuskan hak dan kewajiban warga dapat didorong dan difasilitasi untuk berpartisipasi
pengguna dan penyelenggara layanan secara dalam menyebarluaskan informasi tentang sistem
lebih jelas, menyadarkan masyarakat tentang pengelolaan keluhan sekaligus menjaring keluhan
pentingnya menyampaikan keluhan, mendorong dan dari warga pengguna layanan untuk disampaikan
memfasilitasi warga untuk menyampaikan keluhan kepada unit khusus pengelola layanan di tingkat
secara mudah, sekaligus meyakinkan masyarakat Kabupaten. Hal ini perlu dilakukan untuk
bahwa keluhan warga menjadi dasar dalam perbaikan memberikan pelayanan informasi dan pengaduan
pelayanan. Informasi, himbauan dan kampanye secara jemput bola bagi warga yang masih belum
tentang semua itu perlu dikemas secara baik dan terjangkau oleh media informasi visual. Kelompok

3
POLICY BRIEF : Mempermudah Pengguna Menyampaikan Keluhan pada Layanan Jaminan Kesehatan

warga yang diberi peran ini harus memiliki International Journal, published online on 20
semangat pengabdian kepada masyarakat dan June 2013
kapasitas tertentu, seperti peka terhadap kebutuhan
dan permasalahan yang dihadapi masyarakat, Singh, Jagdip. 1990. “A Typology of Consumer
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, Dissatification Response Styles”, Journal of
dan mampu melakukan pendekatan personal untuk Retailing, Volume 66 (1): 57-99.
mengidentifikasi keluhan warga.
Swanson, Scott R. 2007. “Assertiveness and
Aggressiveness as Potential Moderators of
Verbal Behaviors Following Unsatisfactory
Service”, Psychological Reports, Volume 100
Referensi (6): 467-475.

Bendall-Lyon, Dawn and Powers, Thomas L. 2001.


“The Role of Complaint Management in
the Service Recovery Process”, Journal on
Quality Improvement, Volume 27 (5): 278-286.
Boden, Angelina. 2001. Handling Complaints
Pocketbooks. Alresford, UK: Management Policy Brief ini ditulis oleh Aldi
Pocketbooks. Rizal Prasetya dan Puguh Prasetya
Bodey, Kelli and Grace, Debra. 2007. “Contrasting Utomo, M.Si berdasarkan hasil
“complainers” with “non-complainers” on penelitian “Pengembangan
attitude toward complaining, propensity to Model Pengelolaan Aduan pada
complain, and key personality characteristics: Kelompok Penerima Bantuan
A nomological look”, Psychology & Jaminan Kesehatan Orang Miskin
Marketing, Volume 24 (7): 579–594. di Kabupaten Kulonprogo” yang
Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good dibiayai oleh Yayasan TIFA melalui
Governance melalui Pelayanan Publik. Kontrak No. 6882/Grants-Tifa/
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. VII/2013. Isi sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis.
Hirschman, Albert O. 1970. Exit, Voice, and Loyalty;
Responses to Decline in Firms, Organizations,
and States. Cambridge: Harvard University
Press.
Kelly, Lois. 2007. Beyond Buzz; The Next
Generation of Word-of-Mouth Marketing. New
York: AMAKOM.
Ratminto dan Winarsih, Atik S. 2010. Manajemen
Pelayanan: Pengembangan Model
Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan
Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ro, Hee Jung. 2007. “A Typology of Consumer
Dissatisfaction Responses: Exit, Voice,
Loyalty, and ‘More’”, Ph.D Thesis, College
of Health and Human Development, The
Pennsylvania State University.
Ro, Hee Jung. 2013. “Complaint, Patience, and
Neglect: Responses to a Dissatisfying
Service Experience,” Service Business; an

Anda mungkin juga menyukai