Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3 PTHI 1

NAMA : RIZKI FAJRUL AENI


PRODI : Ilmu Administrasi Negara
NIM : 043055406
Pertanyaan :
1. Dalam ilmu hukum ada adigum “nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali”
uraikan makna adigum tersebut dan kaitkan dengan kasus di atas.
2. Berdasarkan kasus diatas mazhab apakah yang digunakan dalam sistem hukum di
Indonesia. Jelaskan dan berikan pendapat apakah mazhab tersebut masih relavan
diberlakukan pada sistem hukum Indonesia.
3. Dalam memutuskan perkara hakim cenderung hanya menjadi corong undang-undang,
padahal seorang hakim harus mampu melakukan penemuan hukum (rechtvinding).
Analisis makna dari pernyataan tersebut dan kaitkan dengan kasus di atas.

Jawaban :
1. Dalam hukum pidana “nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali” memiliki
arti “tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu”. Dalam hukum
pidana Indonesia asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali tersebut
terkandung dalam ketentuan Pasal 1 ayat 1 KUH Pidana yang berbunyi: Tiada suatu
perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan
yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”. Kalimat “kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan” yang tercantum dalam pasal 1 ayat 1 KUH Pidana mengandung
pengertian bahwa “Pemidanaan harus berdasarkan undang-undang, yaitu undang-undang
dalam arti luas, tidak saja dalam bentuk undang-undang yang dibuat oleh Presiden dan
DPR, akan tetapi juga aturan perundang-undangan yang lain, seperti Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, dll”. Kaitannya dengan kasus yang ada disoal menurut
saya hakim terlalu terburu buru dan tidak memastikan atau mencari bukti lagi, karena
pihak yang dituntut ini juga sudah berusia lanjut dan pohon itu belum pasti juga milik
yang mengajukan hukuman. Hakim menuntut tidak berdasarkan perundangan-undangan
dan terlalu gegabah. Sang nenek ingin dengan jalur damai tetapi sang pelapor tidak setuju
karena jika berdamai maka nenek tersebut harus membayar sejumlah dan nenek tersebut
tidak sanggup. Menurut saya pihak yang melaporkan sengaja melaporkan supaya
mendapatkan uang dari sang nenek yang menebang pohon yang belum pasti itu milik
pelapor.
TUGAS 3 PTHI 1
NAMA : RIZKI FAJRUL AENI
PRODI : Ilmu Administrasi Negara
NIM : 043055406
2. Seiring berkembangnya tradisi dan kebiasaan masyarakat Indonesia, menyebabkan
Indonesia menjalankan sistem perpaduan hukum antara sistem hukum Eropa Kontinental
dan Anglo Saxon. Selain itu Indonesia juga menjalankan sistem hukum yang sesuai
dengan pemikiran para filsuf dengan aliran/mahzab Positivisme. Aliran hukum
positivisme lahir sebagai sebuah antitesa dari teori hukum alam. Positivisme adalah suatu
aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan
yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Ciri-ciri aliran
positivisme menurut HLA Hart :
a. Hukum merupakan perintah dari manusia (Command of Human being)
b. Tidak ada hukum mutlak antara huku di satu sisi dengan moral di pihak lain, hukum
berlaku dengan hukum yang sesungguhnya.
c. Analisis terhadap konsepsi hukum dinilai penting untuk dilakukan dan harus
dibedakan dan harus dibedakan pula dari penilaian yang bersifat kritis
d. Pengertian bahwa sistem hukum merupakan sistem yang logis dan bersifat tertutup,
dan di dalamnya mengandung keputusan-keputusan hukum yang tepat/benar.
e. Pertimbangan-pertimbangan moral tidak dapat dibuat atau dipertahankan sebagai
pernyataan kenyataan yang harus dibuktikan.
Menurut saya mahzab ini tidak relavan itu diberlakukan di Indonesia karena bisa dilihat
dari kasus nenek yang dipenjara karena menebang pohon milik kerabatnya dan belum
pasti bahwa pohon itu benar-benar milik sang kerabat.

3. Yang dimaksud Rechtvinding adalah proses pembentukan hukum oleh hakim/aparat


penegak hukum lainnya dalam penerapan peraturan umum terhadap peristiwa hukum
yang konkrit dan hasil penemuan hukum menjadi dasar untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan Pasal 20 AB “Hakim harus mengadili berdasarkan undang-undang” dan
Pasal 22 AB dan Pasal 14 Undang-Undang No.14 tahun 1970 mewajibkan “Hakim untuk
tidak menolak mengadili perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan tidak lengkap
atau tidak jelas undang-undang yang mengaturnya melainkan wajib mengadilinya”. Jika
terdapat kekosongan aturan hukum atau aturannya tidak jelas maka untuk mengatasinya
diatur dalam pasal 27 UU No.14 tahun 1970 “Hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup
TUGAS 3 PTHI 1
NAMA : RIZKI FAJRUL AENI
PRODI : Ilmu Administrasi Negara
NIM : 043055406
didalam masyarakat”. Artinya seorang hakim harus memiliki kemampuan dan keaktifan
untuk menemukan hukum (Rechtvinding).
Menurut kasus pada soal hakim sudah menggadili perkara yang diajukan kepadanya
walaupun tidak jelas undang-undang yang mengaturnya. Meskipun demikian hakim juga
harus memutusakan berdasarkan undang undang yang berlaku dan mencari bukti konkrit
terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai