Anda di halaman 1dari 11

FAKIR BERBAHASA INDONESIA

Disusun Oleh:

Efendy Pratama (201650181)

Jimmy Martin (201650426)

Renald Anggie Sutania (201750058)

Kenny Tjandra (201750199)

Steven Solon (201750201)

JURUSAN AKUNTANSI

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

JAKARTA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “FAKIR BERBAHASA INDONESIA” ini. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Dadi Waras Suhardjono S.S., M.Pd. pada mata kuliah Bahasa Indonesia . Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Berbahasa
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dadi Waras Suhardjono


S.S., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang Penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 3 Mei 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fakir...................................................................................................4

2.2 Sejarah Bahasan Indonesia..............................................................................4

2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia....................................................................5

2.4 Peran Bahasa Indonesia ..................................................................................5

2.5 Akulturasi Bahasa............................................................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................7

3.2 Saran................................................................................................................7

DAFTAR REFERENSI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelajaran bahasa Indonesia di sekolah tak memiliki cukup ruang untuk
mengenalkan kita pada kekayaan kosa kata Bahasa Indonesia. KBBI, yang
menyimpan harta karun kosa kata Bahasa Indonesia, jarang dibuka dan dibaca.
Padahal, kalau kita hendak belajar bahasa asing, kamus bahasa yang
bersangkutan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses
pembelajaran. Untuk fasih berbahasa asing, membolak-balik (baca: membaca,
menghafal) kamus adalah sebuah keharusan. Ironisnya, hal yang sama tidak
kita lakukan ketika kita belajar bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia.

Pernahkah kita mendengar kata keracak, cerih, atau tanglung? Jangan merasa
aneh seandainya merasa asing dengan kata-kata tersebut. Kita sama. Keracak
artinya melonjak-lonjak/laju. Cerih berarti sisa/ampas. Sedangkan, tanglung
adalah lentera dari kertas/lampion. Di KBBI, ada begitu banyak kata yang
seringkali tak terucap dan terungkap, baik dalam bahasa lisan ataupun tulisan
kita.

Pola pikir yang salah menjadikan kamus bahasa diperuntukkan hanya bagi
mereka yang pemula dalam berbahasa. Kita sebagai orang asli Indonesia telah
mendarah-dagingkan bahasa Indonesia, dalam percakapan dan/atau tulisan,
sejak usia dini, paling tidak sewaktu di sekolah. Jadi, tidak ada desakan untuk
mempelajari kamus bahasa Indonesia. Padahal, pengetahuan berbahasa kita
jauhlah dari sempurna. Ada begitu banyak kosa kata bahasa Indonesia yang
belum kita ketahui. Dan kita seolah merasa malas untuk belajar pada sumber

1
kekayaan bahasa, yakni kamus. Jadilah kita seperti fakir dalam berbahasa
Indonesia.

Gejala kefakiran berbahasa Indonesia kita makin diparah dengan percakapan.


Dengan fasih kita menyelipkan kata-kata bahasa asing dalam tiap percakapan
yang kita lakukan. Misalnya, alih-alih menyebut kata “maaf”, kita lebih
memilih kata sorry . Atau, menyebut boring daripada “bosan”. Barangkali
penyelipan kata bahasa asing dalam percakapan itu memang sengaja kita
lakukan, agar terlihat hebat di hadapan lawan bicara kita. Namun, bisa jadi
kata bahasa asing itu secara otomatis terlontar begitu saja di mulut kita sudah
jamak digunakan oleh orang kebanyakan. Ini aneh. Kita seakan tidak bangga
dengan Bahasa Indonesia yang kita miliki.

Beberapa waktu belakangan penggunaan kata : which is, literally, basically


mendadak popular dan jadi “bahasa anak jaksel”. Penggunaan Bahasa
campuran ini juga diindentikkan dengan lokasi geografis Jakarta Selatan.
Sebenarnya kata kata ini adalah bentuk kosakata dasar dan biasa dalam Bahasa
Inggris. Namun kata-kata ini jadi populer lantaran banyak dicampur dengan
Bahasa Indonesia.

Hal yang sama terjadi dengan penamaan tempat atau produk. Kalau kita ke
luar rumah, di sepanjang jalan kita akan menemukan begitu banyak kosa kata
bahasa asing bertebaran di papan nama gerai toko/rumah
makan/penginapan/dst. Tujuannya jelas, yakni agar tempat-tempat itu
berkesan elitis, menaikkan gengsi. Secara negatif, kita lantas bisa
menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia tidaklah elitis, tidak mampu
menaikkan gengsi. Sungguh ironis. Sementara itu, di dalam rumah, kotak
televisi kita juga menyuguhkan beragam produk lokal yang lebih percaya diri
dengan menamai dan/atau mengiklankan merk dagangnya dengan terminologi
bahasa asing.

2
Martabat bangsa kita sejatinya dipertaruhkan ketika kita malah menjadi
seorang fakir dalam berbahasa Indonesia; lebih percaya diri dengan memakai
terminologi bahasa asing daripada kata bahasa Indonesia. Jika hal itu tidak
kita sadari, bisa-bisa bahasa kita menjadi kelas dua di tanah airnya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut:
1. Bagaimana pengunaan bahasa indonesia pada kehidupan sehari-hari.
2. Bagaimana cara memperluas pengunaan bahasa Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk memperluas bahasa Indonesia dengan kosa kata yang jarang
dipakai.
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dengan adanya penulisan makalah ini adalah memperluas kosa kata
bahasa indonesia pada diri pembaca dan mengetahui lebih dalam tentang
bahasa Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fakir

Menurut kamus bahasa Indonesia kata fakir diartikan secara langsung


dengan seseorang yang menderita kekurangan, atau orang yang sangat
kekurangan, orang yang sangat miskin. Secara umum fakir juga dipandang
sebagai ketidak mampuan seseorang atau lemahnya orang dalam
melakukan sesuatu. Ketidak mampuan itu menyebabkan seseorang tidak
memiliki apa-apa, baik pekerjaan maupun usaha. Melihat pandangan fakir
secara umum, tentu hampir serupa dengan kata miskin yang juga dimaknai
dengan orang yang tidak punya apa-apa atau orang-orang yang sangat butuh
pertolongan, atau orang yang dengan sengaja membuat dirinya menderita
kekurangan untuk mencapai kesempurnaan batin. Sehingga dia dihina karena
kemiskinannya.

2.2 Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia


juga menjadi bahasa persatuan Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
sebagai bahasa nasional setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus
1945. Ketetapannya dituangkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal
36, yang menyatakan bahwa "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia". Bahasa
Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada saat itu para pemuda di pelosok
Nusantara sedang berkumpul dalam rapat pemuda. Dalam rapat tersebut
menghasilkan tiga ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda. Tiga ikrar tersebut,
yakni bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar yang ketiga
merupakan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa

4
Indonesia. Pada waktu itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa ini tumbuh
dan berkembang dari bahasa Melayu yang jaman dulu sudah dipakai sebagai
bahasa perhubungan dan perdagangan. Tidak hanya ke Kepulauan Nusantara tapi
hampir di seluruh Asia Tenggara. Di Asia Tenggara, bahasa melayu sudah dipakai
sejak abad ke-7. Kerajaan-kerajaan di Indonesia juga memakai bahasa melayu.
Tidak hanya Kerajaan Majapahit, tapi juga Kerajaan Sriwijaya.

2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa melayu mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat.


Bahasa Melayau menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama Islam. Ini mudah diterima masyarakat dan dijadikan sebagai bahasa
perhubungan antarpulai, antarsuku, atau antarpedagang. Lama kelamaan, bahasa
Melayu dipakai di wilayah Nusantara. Dalam perkembangannya bahasa Melayu
dipengaruhi budaya di Nusantara. Bahasa Melayu mulai menyerap kosakata dari
berbagai bahasa. Seperti bahasa Sansekerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan
bahasa-bahasa Eropa. Kemudian muncul berbagai variasi dan dialek dari bahasa
Melayu. Ini mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Rasa persaudaraan ini yang menjadi inspirasi para pemuda Indonesia
yang menggelar rapat pemuda pada 1928. Peristiwa itu membuat perkembangan
bahasa Indonesia dengan pesat. Sekarang bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai
lapisan masyarakat Indonesia.

2.4 Peran Bahasa Indonesia

Dalam ikrar Sumpah Pemuda salah satunya adalah pengakuan Bahasa


Indonesia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tanah air dan bangsa
Indonesia. Dalam sejarahnya Bahasa Indonesia sendiri adalah sebuah proses
perkembangan dari Bahasa Melayu yang menjadi Bahasa “Lingua Franca”
diantara keberagaman etnis, bangsa dari latar belakang sosial yang hidup di

5
kepulauan nusantara. Lingua Franca yang berasal dari bahasa Latin artinya adalah
bahasa penghubung antara komunitas yang berbeda bahasa di wilayah geografis
yang cukup luas (nusantara).

2.5 Akulturasi Bahasa

Indonesia saat ini banyak kehilangan eksistensi bahsa dan budaya. Karena
dampak arus globalisasi dan kemajuan zaman yang semakin tinggi dan pesat.
Karena terlalu banyak bahasa dan budaya yang tidak di jaga sehingga lambat laun
kemurniannya hilang dengan masuknya bahasa dan budaya luar. Hal ini banyak
berpengaruh juga apalagi untuk para pekerja atau mahasiswa yang banyak
berinteraksi dengan orang dari luar negeri.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fenomena ini muncul bukan tanpa alasan, mencampur Bahasa internasional


merupakan lambang hierarki yang menunjukkan status sosial pendidikan, dan
kehormatan. Pada era global ini. Berbahasa Inggris yang merupakan Bahasa
internasional merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Steiap
orang dituntut untuk bisa berbahasa internasionla agar dapat berhubungan dengan
bernegosiasi dengan siapa saja di seluruh dunia.

Gaya bahasa seperti ini merupakan hal positif karena mampu menjadi metode
pembelajaran Bahasa Inggris. Penggunaan Bahasa campuran ini hanya dipakai di
lingkungan pertemanan saja. Cara berbahasa seperti ini justru dapat memprkaya
kosakata dan belajar berani bicara Bahasa Inggris, yang penting tahu tempat,
situasi, dan waktu saja. Hal ini bisa terjadi karena lingkungan sekitar yang terbiasa
menggunakan Bahasa asing. Kalau istilah Bahasa, ada yang Namanya code
mixing atau campuran kode. Ini sangat mungkin terjadi dilingkungan sosial mana
pun.

3.2 Saran

Berhenti mencampur-adukkan terminologi bahasa asing dalam percakapan,


terasa aneh bila terminologi bahasa asing itu kita ucapkan sepotong-sepotong,
campur-aduk dengan bahasa Indonesia. Kebiasaan mencampur-adukkan bahasa
itu, menunjukkan tingkat pengetahuan yang setengah-setengah. Setengah tahu
bahasa Indonesia, setengah tahu bahasa asing. Yang terakhir, kita perlu merubah
pola pikir bahwa bahasa asing lebih terasa elit daripada bahasa Indonesia. Di
negara kita, bahasa yang nomor satu adalah bahasa Indonesia. Maka, mari
mencintai dan bangga dengan bahasa Indonesia!

7
DAFTAR REFERENSI

https://jagokata.com/arti-kata/fakir.html

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/25/150000269/bahasa-indonesia-
sejarah-dan-perkembangannya?page=all

https://www.kompasiana.com/domingguspenga/55171471a333119106b65949/fak
ir-berbahasa-indonesia

Anda mungkin juga menyukai