Anda di halaman 1dari 18

A: Definisi Jurnal Penjualaan

Pengertian jurnal penjualan adalah jurnal akuntansi yang digunakan untuk


mencatat transaksi-transaksi penjualan.

Transaksi penjualan dicatat dalam akun-akun dengan menggunakan aturan


debit dan kredit.

Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel-artikel sebelumnya, seperti: Begini


Cara Membuat Jurnal Akuntansi yang Mudah, Simpel, dan Benar.
Ayat jurnal khusus dapat digunakan atau transaksi dapat dimasukkan, dicatat
dan diposting ke akun-akun secara elektronik.

Meskipun ayat jurnal mungkin tidak dibuat secara manual, kita akan
menggunakan bentuk ayat jurnal umum dua kolom di pembahasan ini untuk
menyederhanakan penjelasan.

B: Jenis Jurnal Penjualan


Secara umum ada 4 (empat) jenis jurnal penjualan adalah sebagai berikut:

1. Jurnal Penjualan Tunai.


2. Jurnal Penjualan Kredit.
3. Jurnal Diskon Penjualan.
4. Jurnal Retur dan Potongan Penjualan.
Mari dibahas lebih detail satu-per-satu ya…

01: Jurnal Penjualan Tunai


Perusahaan dapat menjual barang secara tunai maupun kredit.

Penjualan tunai biasanya dimasukkan ke mesin kasir dan dicatat dalam akun-
akun .

Perhatikan contoh ilustrasi jurnal penjualan perpetual berikut ini:

Diasumsikan bahwa pada tanggal 01 Mei 2018, PT Go Berkah menjual


barang seharga Rp 2.800.000.

Transaksi penjualan ini dapat dicatat sebagai berikut:

(Debet) Kas  = Rp 2.800.000


(Kredit) Penjualan = Rp 2.800.000
Pada sistem persediaan perpetual, harga pokok penjualan dan pengurangan
jumlah persediaan HARUS dicatat juga.

Dengan cara ini, akun persediaan akan menunjukkan jumlah sisa persediaan
yang belum terjual.

Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa harga pokok penjualan pada tanggal 5


Mei 2018 adalah Rp 1.200.000.

Ayat jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan dan pengurangan dalam
persediaan adalah sebagai berikut:

(Debit) Harga Pokok Penjualan = Rp 1.200.000


(Kredit) Persediaan = Rp 1.200.000

Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya pemilik kartu


kredit di Indonesia.

Sebagian penjualan ritel dilakukan dengan menggunakan kartu kredit,


seperti Master Card atau Visa.
Bagaimana peritel mencatat penjualan yang dilakukan dengan menggunakan
kartu kredit?

Penjualan seperti ini dicatat sebagai penjualan tunai karena peritel biasanya
menerima pembayaran beberapa saat setelah terjadi penjualan,

Penjualan menggunakan kartu kredit akan diproses oleh sebuah badan kliring
yang menghubungi bank penerbit kartu kredit.

Misalnya Kartu Kredit BCA, Bank Mandiri.

Bank inilah yang akan mentransfer uang tunai hasil penjualan secara
elektronik ke rekening bank peritel.

Jadi, jika pelanggan membayar tunai maupun menggunakan kartu kredit


untuk membayar pembelanjaannya, penjualan akan dicatat seperti
ditunjukkan di atas.

Beban pemrosesan yang dikenakan oleh badan kliring atau bank penerbit
kartu kredit, yang besarnya berkisar antara 2-3% dari angka transaksi
penjualan.

Untuk mencatat beban kartu kredit ini secara periodik ditunjukkan berikut ini:

(Debet) Beban kartu kredit = Rp 40.000


(Kredit) Kas = Rp 40.000
 

02: Jurnal Penjualan Kredit


Pengertian jurnal penjualan kredit adalah catatan jurnal yang digunakan untuk
jenis transaksi penjualan kredit.

Perusahaan dapat menjual barang secara kredit.

Penjual mencatat penjualan sebagai debit pada Piutang Usaha/ Piutang


Dagang dan kredit pada Penjualan.

Konsekuensi dari penjualan secara kredit ini, akan muncul jurnal wesel


tagih dan wesel bayar.
Perhatikan contoh pencatatan jurnal penjualan kredit metode perpetual berikut
ini:

Ayat jurnal untuk penjualan secara kredit senilai Rp 510.000 dan harga pokok
penjualan adalah Rp 280.000 untuk PT Go Berkah adalah sebagai berikut:

(Debit) Piutang Usaha = Rp 510.000


(Kredit) Penjualan = Rp 510.000
(Debit) Harga Pokok Penjualan = Rp 280.000
(Kredit) Persediaan = Rp 280.000
 

03: Jurnal Diskon Penjualan


Syarat penjualan biasanya ditunjukkan dalam faktur penjualan yang dikirim
penjual kepada pembeli.

Contoh faktur penjualan untuk PT Go Berkah ditunjukkan sebagai berikut:

Contoh Faktur Penjualan


Syarat untuk waktu pembayaran yang disepakati oleh pembeli dan penjual
disebut syarat kredit (credit term).
Jika pembayaran dilakukan saat pengiriman, syaratnya adalah tunai atau
tunai bersih.

Sebaliknya, pembeli yang diperbolehkan mendapat kelonggaran waktu untuk


membayar dikenal sebagai periode kredit (credit period).
Periode kredit biasanya dimulai dengan tanggal transaksi penjualan seperti
ditunjukkan dalam faktur.

Jika pembayaran jatuh tempo dalam beberapa hari yang disebutkan setelah
tanggal faktur seperti 30 hari, syaratnya adalah 30 hari bersih, yang ditulis
sebagai n/30.

Jika pembayaran jatuh tempo pada akhir bulan yang sama dengan bulan
penjualan syaratnya ditulis sebagai n/eom (end-of-month).
Untuk mendorong pembeli agar membayar sebelum batas akhir periode
kredit, penjual tidak jarang memberikan diskon.

Sebagai contoh, penjual dapat menawarkan  diskon 2% jika pembeli


membayar dalam 10 hari setelah tanggal faktur.

Jika pembeli tidak mengambil diskonnya, jumlah yang tertera di faktur akan
jatuh tempo dalam waktu 30 hari.

Syarat ini ditulis sebagai 2/10. n/30 dan dibaca sebagai diskon 2% jika dibayar
dalam 10 hari, jumlah bersih jatuh tempo dalam 30 hari.

Syarat kredit 2/10, n/30 dirangkum dalam gambar ilustrasi berikut ini:

Proses Pemberian Diskon dalam penjualan


 

Diskon yang diambil pembeli atas pembayaran lebih awal dicatat sebagai
diskon penjualan oleh penjual.

Karena manajer perlu tahu jumlah diskon penjualan dalam suatu periode,
penjual biasanya mencatat diskon penjualan dalam akun terpisah.

Akun diskon penjualan merupakan akun kontra terhadap penjualan.


Perhatikan contoh ilustrasi jurnal penjualan dengan diskon dan PPN berikut
ini:

Diasumsikan uang tunai diterima dalam periode diskon (10 hari) dari
penjualan kredit Rp 1.500.000. Pajak Pertambahan Nilai atau PPN sebesar
10%.

Maka cara pencatatan jurnal transaksi penjualan ini ditunjukkan seperti berikut
ini:

(Debit) Kas = Rp 1.320.000


(Debit) PPN = Rp 150.000
(Debit) Diskon Penjualan = Rp 30.000
(Kredit) Piutang Usaha = Rp 1.500.000
Pembahasan lengkap tentang diskon bisa dibaca pada artikel:
Ongkir, PPN, dan Diskon Penjualan dalam Akuntansi Perusahaan Dagang
 

04: Jurnal Retur dan Potongan Penjualan

Barang yang sudah terjual dapat dikembalikan oleh pembeli kepada penjual
yang dari sisi penjual merupakan retur penjualan (sales return).
Di samping itu, karena barang rusak, cacat atau alasan lain, penjual dapat
mengurangi harga barang yang disebut sebagai pemberian potongan
penjualan (sales allowance).
Jika retur atau potongan penjualan terjadi pada penjualan kredit.

Penjual biasanya mengeluarkan memo kredit atau memorandum kredit (credit


memorandum) untuk pembeli.
Memo ini menunjukkan jumlah dan alasan kredit penjual terhadap piutang
usaha, di mana piutang usaha jika dikredit berarti berkurang jumahnya.

Memorandum kredit yang dikeluarkan oleh PT Go Berkah adalah sebagai


berikut:

Contoh memo kredit penjualan


 

Pencatatan jurnal retur dan potongan penjualannya adalah sebagai berikut:

(Debit) Retur dan Potongan Penjualan Rp 225.000


(Kredit) Piutang Usaha Rp 225.000
Seperti diskon penjualan, retur dan potongan penjualan mengurangi
pendapatan.

Keduanya juga menambah ongkos kirim (ongkir) penjualan dan beban


lainnya.

Karena manajer perlu mengetahui jumlah retur dan potongan penjualan dalam
suatu periode, penjual biasanya mencatat retur dan potongan penjualan di
akun terpisah.

Retur dan potongan penjualan meruapakan akun kontra terhadap penjualan.

Penjual mendebit Retur dan Potongan Penjualan dengan jumlah tertentu.

Jika penjualan awal secara kredit, penjual meng-kredit piutang usaha.

Karena persediaan selalu diperbarui dalam sistem perpetual, penjual


menambahkan biaya barang dikembalikan dalam akun persediaan.
Penjual harus mengkredit biaya barang dikembalikan pada akun harga pokok
penjualan karena akun ini didebit saat penjualan awal dicatat.

Perhatikan contoh pencatatan jurnal retur penjualan berikut ini:


Diasumsikan bahwa barang dikembalikan adalah Rp 140.000. PT Go Berkah
mencatat memorandum kredit sebagai berikut:

(Debit) Persediaan Rp 140.000


(Kredit) Harga Pokok Penjualan Rp 140.000
Bagaimana jika pembeli membayar barang yang dibeli dan kemudian barang
tersebut dikembalikan?

Dalam kasus ini, penjual dapat mengeluarkan memo kredit untuk mengurangi
jumlah piutang pembeli, atau mengembalikan uang tunai kepada pembeli.

Jika memo kredit digunakan terhadap piutang pembeli, penjual mencatat ayat
jurnal yang sama dengan ayat jurnal sebelumnya.

Namun jika penjual mengembalikan uang tunai kepada pembeli sebagai


potongan harga atau penggantian harga barang yang di-retur.

Maka penjual akan mendebit Retur dan Potongan Penjualan serta meng-
kredit Kas.

Perhatikan contoh jurnal penjualan perusahaan dagang berikut ini:


Transaksi penjualan barang secara kredit senilai Rp 7.500.000 dengan syarat
2/10, n/30. Harga pokok penjualan Rp 5. 625.000.

Maka ayat jurnal jurnal retur penjualan dengan HPP adalah sebagai berikut:

(Debit) Piutang Usaha Rp 7.500.000


(Kredit) Penjualan Rp 7.500.000
(Debit) Harga Pokok Penjualan Rp 5.625.000
(Kredit) Persediaan Rp 5.625.000
Ayat jurnal jurnal pelunasan piutang saat menerima pembayaran dikurangi
diskon:

(Debit) Kas Rp 7.350.000


(Debit) Diskon Penjualan Rp 150.000
(Kredit) Piutang Usaha Rp 7.500.000
Dan untuk lebih memahami dan memperluas pemahaman kita mengenai
proses penjualan dan pencatatan jurnal penjualan, saksikan video pendek
berikut ini:

03: Transaksi dan Jurnal Pembelian

A: Pengertian Jurnal Pembelian


Jurnal pembelian adalah catatan jurnal yang digunakan untuk mencatat
transaksi-transaksi pembelian.

Seperti transaksi penjualan yang dicatat menggunakan jurnal penjualan, maka


transaksi pembelian dicatat dengan jurnal pembelian.

Baik pembelian yang dilakukan dengan sistem pembayaran tunai,  kredit,


diskon, retur, dan potongan pembelian.

Misalnya,:

 Pembelian bahan baku, dicatat dengan jurnal pembelian bahan


baku.
 Pembelian kendaraan, dicatat dengan jurnal pembelian kredit
dengan PPN
 

B: Jenis Jurnal Pembelian


Secara umum ada 4 (empat) jenis jurnal pembelian adalah sebagai berikut:
1. Jurnal Pembelian Tunai.
2. Jurnal Pembelian Kredit.
3. Jurnal Diskon Pembelian.
4. Jurnal Retur dan Potongan Pembelian.
Mari dibahas secara rinci satu-per-satu…

01: Jurnal Pembelian Tunai


Kebanyakan peritel dan perusahaan dagang kecil banyak
menggunakan sistem persediaan perpetual komputerisasi.
Perhatikan contoh jurnal pembelian tunai berikut ini:

Pada tanggal 3 Juni 2018, PT Go Berkah membeli bahan baku dari Toko Budi
Jaya senilai Rp 2.510.000 secara tunai.

Dalam sistem ini, pembelian bahan baku tersebut secara tunai dicatat dengan
jurnal pembelian bahan baku seperti berikut ini:

(Debit) Persediaan = Rp 2.510.000


(Kredit) Kas = Rp 2.510.000
 

02: Jurnal Pembelian Kredit

Dalam sistem akuntansi perusahaan dagang, jasa, dan manufaktur seringkali


terjadi pembelian secara kredit.

Lalu, bagaimana cara pencatatan jurnal pembelian kredit?


Pembelian barang secara kredit dicatat sebagai jurnal pembelian kredit
seperti contoh berikut ini:

Pada tanggal 4 Juni 2018, PT Go Berkah membeli barang dari Toko Thomas
Jaya senilai Rp 9.250.000 secara kredit. PPN 10%.

Pencatatan jurnal pembelian kredit dengan PPN atas transaksi tersebut


adalah sebagai berikut:

(Debit) Persediaan = Rp 8.325.000


(Debit) PPN = Rp 925.000
(Kredit) Utang Usaha = Rp 9.250.000
Bila anda ingin mengetahui bagaimana pencatatan akuntansi atas kerugian
kontrak pembelian, dapat dibaca pada artikel dengan judul Begini Cara
Mencatat Kerugian Kontrak Pembelian Barang.
 

03: Jurnal Diskon Pembelian

Apakah Anda harus membayar faktur tagihan seperti kartu kredit segera
setelah anda menerimanya? Mungkin tidak.

Kebanyakan faktur yang anda terima tidak menawarkan diskon untuk


pembayaran lebih awal.

Faktur hanya menunjukkan tanggal jatuh tempo dan denda keterlambatan


pembayaran.

Anda sering menerima faktur beberapa hari sebelum tanggal jatuh tempo.
Dalam kasus seperti ini, anda akan mendapat keuntungan dengan
menyimpan faktur berdasarkan tanggal jatuh tempo.

Dengan cara ini, anda dapat menggunakan dana anda  untuk tujuan produktif,
misalnya untuk menghasilkan bunga di rekening tabungan anda.

Bagaimana dengan perusahaan?

Diskon pembelian yang diambil oleh pembeli untuk pembayaran faktur lebih
awal mengurangi harga pokok pembelian.

Kebanyakan perusahaan merancang sistem akuntansi mereka sehingga


semua diskon yang tersedia diambil.

Bahkan jika pembeli harus meminjam uang untuk membayar dalam periode
diskon, hal ini tetap menjadi keuntungan bagi pembeli.

Perhatikan contoh jurnal diskon pembelian berikut ini:

Sebagai ilustrasi, diasumsikan PT Sukses Penuh Keberkahan mengeluarkan


faktur senilai Rp 3.000.000 ke PT Go Berkah pada tanggal 12 Juni 2018,
dengan syarat 2/10, n/30.

Tanggal terakhir periode di mana diskon sebesar Rp 60.000 dapat diambil


adalah tanggal 22 Juni 2018.

Diasumsikan bahwa untuk membayar faktur pada tanggal 22 Juni 2018, PT


Go Berkah meminjam uang selama sisa 20 hari periode kredit.

Jika kita asumsikan tingkat suku bunga tahunan adalah 6% dan satu tahun
dihitung 360 hari.

Maka bunga untuk pinjaman dan penghematan bersih PT Go Berkah adalah


sebagai berikut:

#1: Besar pinjaman:

= Rp 3.000.000 – Rp 60.000
= Rp 2.940.000
 

#2: Bunga pinjaman:


= Rp 2.940.000 X 6% X (20/360)
= Rp 9.800
 

#3: Penghematan bersih untuk PT Go Berkah adalah:

Diskon 2% atas Rp 3.000.000 = Rp. 60.000


Bunga selama 20 hari pada tingkat 6% atas Rp 2.940.000 = (Rp 9.800)
Penghematan dari pinjaman = Rp 50.200

Penghematan juga dapat dilihat dengan membandingkan tingkat bunga atas


uang yang dihemat.

Karena mengambil diskon dan tingkat bunga atas uang yang dipinjam untuk
mengambil diskon.

Untuk PT Go Berkah, tingkat bunga yang dihemat dalam contoh ini


diperkirakan dengan mengubah 2% untuk 20 hari ke tingkat bunga tahunan,
seperti berikut:

= 2% x (360 hari/20 hari)


= 2% x 18 = 36%

Jika PT Go Berkah meminjam uang untuk mengambil diskon, maka PT Go


Berkah membayar bunga pada tingkat 6%.

Jika tidak mengambil diskon, PT Go Berkah membayar estimasi tingkat bunga


36% atas penggunaan Rp 2.940.000 untuk tambahan 20 hari.

Pada sistem persediaan perpetual, pembeli awalnya mendebit akun


persediaan untuk jumlah yang tertera di faktur.

Saat membayar faktur, pembeli mengkredit akun Persediaan untuk jumlah


diskon.

Perhatikan contoh jurnal diskon pembelian berikut ini:

PT Go Berkah akan mencatat faktur PT Sukses Penuh Keberkahan dan


pembayarannya pada akhir periode diskon sebagai berikut.

(Debit) Persediaan Rp 3.000.000


(Kredit) Utang Usaha – PT Sukses Penuh Keberkahan Rp 3.000.000
(Debit) Utang Usaha – PT Sukses Pebuh Keberkahan Rp 3.000.000
(Kredit) Kas Rp 2.940.000
(Kredit) Persediaan Rp 60.000
Jika PT Go Berkah tidak mengambil diskon karena PT Go Berkah tidak
membayar faktur sampai tanggal 11 Juli 2018.

Maka pencatatan pembayarannya adalah sebagai berikut:

(Debit) Utang Usaha – PT Sukses Penuh Keberkahan Rp 3.000.000


(Kredit) Kas  Rp 3.000.000
 

04: Jurnal Retur dan Potongan Pembelian

Saat barang dikembalikan, yang merupakan retur pembelian (purchases


return) atau permintaan potongan harga diajukan.

Yaitu potongan pembelian (purchases allowance), pembeli (debitur) biasanya


mengirimkan surat atas memorandum debit ke penjual.
Suatu memo debit atau memorandum debit (debt memorandum), seperti
ditunjukkan berikut ini:
Contoh memorandum debit
Dari contoh memo debit di atas, memberitahukan kepada penjual jumlah yang
diajukan pembeli untuk mendebit utang usaha yang tercatat di penjual.

Memo tersebut juga menyatakan retur atau permintaan untuk potongan harga.

Pembeli dapat menggunakan salinan memorandum debit sebagai dasar untuk


mencatat retur dan potongan pembelian atau menunggu persetujuan dari
penjual (kreditur).

Dalam kedua kasus, pembeli harus mendebit Utang Usaha/Dagang dan


mengkredit Persediaan.

Perhatikan contoh ilustrasi berikut ini:

PT Go Berkah mencatat pengembalian barang yang ditunjukkan dalam memo


debit di atas (gambar contoh memo debit).

(Debit) Utang Usaha – PT Sukses Penuh Keberkahan Rp 9.000.000


(Kredit) Persediaan Rp 9.000.000
Ketika pembeli mengembalikan barang atau diberikan potongan pembelian
sebelum pembayaran faktur.

Maka jumlah memorandum debit dikreditkan dari nilai faktur. Jumlah ini
dikurangi sebelum diskon pembelian dihitung.

Perhatikan contoh berikut:


Diasumsikan bahwa pada tanggal 2 Juni 2018, PT Go Berkah membeli
barang senilai Rp 5.000.000 dari Delta Komputer dengan syarat 2/10, n/30.

Pada tanggal 4 Juni 2018, PT Go Berkah mengembalikan barang senilai Rp


3.000.000.

Dan pada tanggal 12 Juni 2018, PT Go Berkah membayar faktur awal


dikurangi retur.

PT Go Berkah akan mencatat transaksi-transaksi tersebut sebagai berikut:

(Debit) Persediaan Rp 5.000.000


(Kredit) Utang Usaha – Delta Komputer Rp 5.000.000
(Debit) Utang Usaha – PT Delta Komputer Rp 3.000.000
(Kredit) Persediaan Rp 3.000.000
(Debit) Utang Usaha – PT Delta Komputer Rp 2.000.000
(Kredit) Kas Rp 1.960.000
(Kredit) Persediaan Rp 40.000
 

Perhatikan contoh jurnal pembelian berikut ini juga:


Khayra Hijab membeli barang secara kredit dari supplier senilai Rp
11.500.000 dengan syarat 2/10, n/30.

Khayra Hijab mengembalikan barang senilai Rp 3.000.000 dan mendapat


kredit secara penuh.

Dalam sistem persediaan perpetual, akun yang dikredit oleh Khayra Hijab
untuk mencatat retur adalah akun Persediaan.

Jika Khayra Hijab membayar faktur dalam periode diskon, maka jumlah uang
tunai yang diperlukan untuk pembayaran tersebut adalah:

= Pembelian – Retur – Diskon


= Rp 11.500.000 – Rp 3.000.000 – (Rp 11.500.000 – Rp 3.000.000) x 2%
= Rp 8.330.000
Dan untuk memperluas pemahaman dan wawasan kita tentang jurnal
pembelian barang dagang, yuks saksikan video berikut ini…
Bagaimana, sangat membantu kan?

04: Kesimpulan
Transaksi pembelian dan penjualan adalah aktivitas utama dalam perusahaan
dagang, jasa, dan manufaktur.
Perusahaan dagang memerlukan pemasok atau supplier untuk barang
dagangan dan pendukung operasional.

Perusahaan jasa memerlukan pemasok untuk membantu aktivitas dan


operasional usahanya.

Sedangkan perusahaan manufaktur membeli bahan baku (raw material),


bahan pembantu dari pemasok  untuk aktivtas produksinya.

Dan ketiganya tentu menjual barang, jasa dan hasil produksinya kepada
konsumen.

Sehingga perusahaan harus melakukan pencatatan proses pembelian dan


penjualan dengan baik dan benar.

Bagaimana cara pencatatan jurnal pembelian dan jurnal penjualan, sudah


dibahas secara lengkap di atas. Lengkap dengan contoh-contohnya.

Setelah mempelajari pembahasan ini, semoga kita tidak lagi mengalami


kesulitan untuk melakukan pencatatan jurnal penjualan dan pembelian.

Sehingga Laporan Keuangan yang kita sajikan, akan valid dan akurat.

Serta dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk membuat strategi


operasional periode berikutnya.

Dan bila ingin menerapkan sistem keuangan dengan tools sederhana


powerful, langsung saja meluncur ke SOP.
Demikian pembahasan tentang pencatatan jurnal penjualan dan pembelian
dalam siklus akuntansi perusahaan dagang.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.*****

Anda mungkin juga menyukai