Pump System
Peralatan ESP
1
OC & OE ESP Tahun 2015
Wellhead controller
Junction
Production box
Casing
Primary cable Drain valve (optional)
Check valve (optional)
Motor flat splice Tubing
Motor flat cable
Pump
Pump intake
Protector / seal
Pothead
Motor Perfs.
24/04/2015 4
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
3. Weatherford
5. ALNAS (Russia)
7. Dll
24/04/2015 6
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 8
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Pengenalan ESP
Sistem ESP menggunakan energi listrik melalui motor listrik didalam
sumur, torsi motor secara mekanik ditransfer untuk memutar impeller
pompa yang akan memompa fluida sumur ke permukaan
ESP dikenalkan sebagai artificial lift tahun 1920 oleh REDA (
Russion Electrical Dynamo Artonof , dengan berbagai
ukuran kapasitas pompa, tegangan dan berbagai aplikasi.
Kurva dibawah ESP dengan RPM 3500 pada frekwensi 60
Hz atau rpm 2900 pada 50 Hz
Pompa ESP
Pompa ESP merupakan pompa centrifugal multi stage yang
akan merubah energi putar dari shaft menjadi gaya centrifugal
yang akan mengangkat fluida dari sumur kepermukaan. Pompa
normalnya terpasang mengantung ditubing.
Prinsip kerja pompa fluida memasuki ke impeller yang
berputar secara tersentral, kemudian di arahkan secara
tangential ke diffuser yang statik, seterusnya fluida masuk ke
impeller dan disfusser berikutnya. Jumlah impeller akan
menentukan head pompa
Komponen pompa
terdiri dari :
Shatf
Impeller
Diffuser
Housing
Radial Impeller
Discharge fluida mem
bentuk sudut 900 dari
putaran shaft
Head yang dihasilkan
lebih tinggi dibanding
jenis mix impeller
Digunakan untuk
volume lebih kecil dari
1800 bpd
Clearence kecil
24/04/2015 14
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 15
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Spesific Speed
Karakteristik performance stages pada titik “the best efficiency point ” adalah bilangan
tanpa dimensi yang disebut “specific speed” dengan persamaan berikut :
gpm gpm
gpm bpd
ft
ft
Spesific Speed
Impeller
Pemasangan impeller ESP dibedakan :
Fixed ( Compression ) impeller , impeller dipasang mati di poros sedemikian sehingga
berada di clearence diffusser atas dan bawah. Diperlukan thrust bearing untuk
meredam gaya aksial yang timbul di poros.
Floating impeller, impeller dipasang bebas bergerak aksial ( menggambang ) di poros,
gaya aksial cukup ditahan menggunakan washer yang dipasang di diffuser.
All
Thrust
Carried
here
Protector
Thrust
Bearing
Motor
Thrust
Bearing
Compression
24/04/2015 20
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 21
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 22
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Diffuser
meneruskan fluida
ke dalam impeller
berikutnya
Fuida masuk
impeler
melewati
Lubang dekat
shaft yang
berada di
impeller.
Pump Stages
Satu stages dibentuk dari kombinasi satu
impeller dan diffusser, gambar disamping
menunjukan satu stages pompa dengan
arah aliran fluida masuk kejalurnya yang
diputar oleh poros pompa
Gas Separator
Advanced Gas Handler ( AGH )
AGH mampu menangani gas sampai 45 %
Kemampuan menangani gas dengan
prinsip :
Gas Separator
Aplikasi AVG
ALAT ADVANCED GAS HANDLING (AGH) DAPAT MENINGKATKAN
PRODUKSI SUMUR BERGAS (HINGGA 45%)
Pump
Manfaat
• Dapat meningkatkan produksi secara dramatis pada sumur-sumur
AGH yang sebelumnya dianggap gas terlalu tinggi bagi pompa
submersible
Gas • Dapat mencegah degradasi kinerja pompa dengan mengkondisikan
Separator / campuran gas cair
Intake • Dapat memperpanjang usia peralatan dengan mengeliminasi siklus
pompa dikarenakan gas lock
• Dapat sangat diandalkan pada lingkungan gassy
Fitur
• Mengeliminasi kompresi dan gas lock pada sumur-sumur dengan GVF
hingga 45% dan tekanan bottomhole rendah
• Konstruksi tahan abrasi
• Poros Inconel® berkekuatan tinggi
Gas Separator
Performance penggunaan AVG
24/04/2015 37
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Gas
Avoidance
Gas
High
Separation
Free Gas Gas
Amount Handling
Standard
Low
Intake
24/04/2015 38
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 39
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Seal Section
Seal section menghubungkan poros motor ke intake pompa atau separator
berfungsi untuk :
Memberi ruang untuk pemuaian volume minyak motor
Menyeimbangkan tekanan dari dalam dengan tekanan annulus lubang
sumur
Mencegah cairan fluida sumur masuk ke motor
Mengisolasi minyak bersih terhadap contaminasi fluida sumur
Mendukung beban thrust poros pompa
Komponen Seal section terdiri dari
Mechanical Seals
Elastomer Bag(s)
Labyrinth Chamber(s)
Thrust Bearing
Heat Exchanger
24/04/2015 41
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 42
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Shaft bushing
Mencegah Fluida Well Bore Labyrinth Chamber
masuk ke Shaft Seals
Seal Section
Back dan labyrinth berperan
menyerap terjadinya expansi dan
kontraksi dari dielectric oil motor
akibat pengaruh perubahan
temperatur.
Seal section menyeimbangkan
tekanan annulus sumur dengan
tekanan internal unit, penyeimbang
tekanan ini untuk mencegah
kebocoran cairan sumur masuk ke
seal section dan motor
24/04/2015 45
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
LABYRINTH TYPE
Modul 3 : Artificial lift NO :
Revisi Ke : 0 PROTECTOR
Judul : Electric Submersible Pump Berlaku tmt : Jan 2014
Intake
HOW DOES
IT WORK
EXCESSIVE
START
STOP
Protector
STARTING
STOPPING
STOPING
OCCURS
24/04/2015 47
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
NO :
Modul 3
Judul
: Artificial lift
Positive Seal Protector
: Electric Submersible Pump
Revisi Ke :0
Berlaku tmt : Jan 2014
Protector
LSBPB
(Labyrinth Series Bag Parallel Bag)
3–5 PSI
How does it work ?
Bags
START
STOP
Contract due
to chemicals Torn or leak
(Could be seal failure)
Temperature decrease
increase
24/04/2015 MOTOR GETS 48
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
BURNED
OC & OE ESP Tahun 2015
Shafts
Applicability improves with correct elastomers for higher temp. service, usually Aflas for seal
elastomers, o-rings, & bags.
(B) Those that deteriorate specific elastomers used.
Assumes use of standard materials for configurations listed. Use normal
guidelines for application of high load bearings
24/04/2015 50
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 51
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Motor
Motor adalah sumber tenaga yang merubah energi listrik menjadi torsi di
poros yang diteruskan ke seal, intake/separator, dan pompa.
24/04/2015 54
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Windings
24/04/2015 55
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Rotor Motor
Stator
24/04/2015 56
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Copper Bar
Komponen Dari Rotor
Rotor
Rotor terbuat dari
Lam
Laminator Rotor dengan diameter
lebih kecil dari laminasi stator
End Rings
Laminator
24/04/2015 57
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 58
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Motor
Secara normal motor memiliki dua atau tiga pole squirrel cage bekerja berdasarkan
induksi. Motor dapat dioperasikan hingga 3600 rpm pada 60 Hz , design tegangan
paling rendah 230 Volt tertinggi 7000 Volt. Ampere yang diperlukan antara 12 sampai
343 Ampere. Penambahan horse power dapat dengan mudah dilakukan dengan
menambah panjang dan diameter motor.
Motor tiga phasa memiliki tiga
gulungan kabel terpisah yang
dikenal sebagai kumparan stator,
bagian dalam terdapat rotor,
cleraence antara OD rotor dan ID
stator disebut “air gap” , ini
diperlukan untuk mencegah
gesekan keduanya. Air gap ini terisi
dielectric oil sebagai pelumas
Motor
Motor
Penempatan motor dibawah
perforasi harus dihindari , agar
diluar dinding motor selalu
mendapat aliran kontinyu dari
cairan produksi yang berfungsi
mendinginkan motor. Apabila
motor terpaksa harus diletakan
dibawah perforasi maka harus
dipasang jacket diluar dinding
agar mengarahkan cairan
produksi tetap mendinginkan
motor. Agar memperoleh
pendinginan yang baik maka
kecepatan cairan diantara din -
Minyak Motor
Kabel ESP
Kabel merupakan penghubung yang kritikal antara down hole equipment dengan
sumber tenaga listrik dipermukaan. Listrik ditranmisiskan melalui kabel yang diikat
ditubing , kabel harus dikontruksi dengan kuat untuk mencegah kerusakan mekanis dan
secara phisik mampu menahan panas dari minyak dan gas disumur.
Komponen
kabel
sekurangnyat
erdiri :
Conductor
Isolator
Jacket
Armor
Metal
Armor
NitrileJacket
EPDM
PrimaryInsulation
ProtectiveBraid
7Strand BarrierTape
Conductors
LEGEND LEGEND
ITEM DISCRIPTION ITEM DISCRIPTION
1 CONDUCTOR
1 CONDUCTOR
5 BASIC INSULATION EPDM
5 BASIC INSULATION EPDM
6 PHISICAL FILLER
7 JACKET
7 JACKET, NITRILE
13 ARMOR
13 ARMOR
FLAT CABLE EPDM INSULATION, DOUBLE WRAPPED ARMOR
ROUND CABLE POLIPROPILINE INSULATION, NITRILE JACKET
JACKET
ARMOR
Kabel ESP
Kontruksi kabel ESP terdiri dari konduktor, isolator, jacket dan armor. Jenis kabel ada
dua bentuk round dan flat. Pada jensi round cable bagian luar sarungnya dibungkus
lagi dengan karet ( rubber Jacket ). Biasanya kabel jenis round ini memiliki usia pakai
yang lebih lama dibanding dengan jenis flat, tetapi perlu ruang yang lebih besar,
ukuran kabel biasanya dinyatakan dengan konduktornya. Material konduktor biasanya
tembaga namun bisa juga digunakan aluminium. Tahanan konduktor berbanding
langsung dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan diameternya.
Ketika merencanakan kabel ESP, tenaga listrik melalui kabel akan terjadi penurunan
tegangan sebanding kedalaman , karena itu harus diperhitungkan sebagai tegangan
hilang yang harus diperhitungkan. Maksimum yang direkomendasi 30 V / 1000 ft
60,0
Cable Voltage Drop per 1000 ft (305 meters) of Cable @ 68 OF (20 OC)
≠2
30,0
≠1
20,0
10,0
0,0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Amperes Temp OC
Mul ti pl yi ng
Factor
Temp OF Temp OC
Mul ti pl yi n
g Factor
Temp OF Temp OC
Mul ti pl yi ng
Factor
Temp OF Temp OC
Mul ti pl yi ng
Factor
38 1.070 160 71 1.201 220 104 1.332 280 138 1.462
43 1.092 170 77 1.223 230 110 1.354 290 143 1.484
49 1.114 180 82 1.245 240 116 1.376 300 149 1.507
54 1.136 190 88 1.267 250 121 1.398 310 154 1.529
60 1.158 200 93 1.288 260 127 1.420 320 160 1.551
66 1.180 210 99 1.310 270 132 1.442 330 166 1.572
24/04/2015 70
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 71
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
24/04/2015 74
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Centinel +D™
Centinel™
Data yang diperoleh dari masing masing downhole sensor seperti tabel berikut :
Check Valve dan Drain Valve Check valve dipasang 2 atau 3 joint tubing diatas
pompa, dengan tujuan untuk menjaga agar kolom cairan akan
selalu berada diatas pompa. Jika tidak dipasang check valve
atau check valve bocor maka pada saat pompa mati akan
terjadi aliran dorongan fluida memutar motor secara
kebalikan, yang bisa berakibat motor terbakar, as patah dan
kabel terbakar.
Untuk sumur yang tidak mengunakan check valve harus diberi
waktu yang cukup sebelum pompa dijalankan kembali untuk
menghindari kejadian kersakan tersebut. Upayakan selalu
mengecek kondisi motor dengan megger sebelum menstart
kembali motor. Drain valve dipasang satu joint tubing diatas
check valve , untuk tujuan menngosongkan cairan ditubing
Centralizzer pada saat penggantian rangkaian ESP.
Centralizer sering digunakan dirangkaian ESP untuk menempatkan rangkaian berada
lurus dilubang bor, terutama untuk sumur miring perlengkapan ini sangat penting
dipasang untuk menjamin kerusakan dari luar dan pendinginan yang merata.
Backspin Relay
Aplikasi pemakaian check valve diinstalasi ESP untuk sumur sumur yang
bermasalah dengan scale menjadi tidak praktikal. Sebagai misal jika rangkaian
tubing terbentuk scale, endapan pasir, aspalin jika rangkain ESP dipasang
check valve maka tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengatasi masalah
tersebut. Untuk keperluan melakukan proses pengasaman dalam upaya
menghilangkan scale disirkulasi melalui tubing menjadi tidak mungkin.
Dipasar saat ini ada peralatan backspin relay yang dapat mendeteksi
perputaran balik pompa dan akan mencegah restart motor selama kondisi
masih backspin. Paket peralatan ini dapat dipasangkan di motor kontroll
melalui power cable terhubung dengan motor. Selama motor masih
terdeteksi dalam kondisi putaran balik relay akan memutus start up motor
sampai motor benar dalam kondisi diam dan aman dilakukan restart..
Transformer
Triyono
Tim OC & OC–: Jaswadi – Yohanes widodo
Djaswadi-Y.Widodo-Triyono
OC & OE ESP Tahun 2015
Juntion Box
Junction box jangan digunakan didalam ruangan atau bangunan, harus terletak diluar
dan digrounding. Cabel bertegangan tinggi sebaiknya diberi protektor dan ditanam
secara aman.
24/04/2015 88
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
OC & OE ESP Tahun 2015
Switchboard
Generation Step down
Switchboard Junction Box ESP
System Transforme
Tegangan 250-4000 V
tinggi input input pada
power (11-15 fixed
kV) frequency
(50/60) hz)
VSD
Generation Step down Step-up
VSD ESP
System Transforme Transformer
Tegangan tinggi Output Output
250-4000 V
input power (11- 380/480 V
input pada volltage
15 kV) sesuai
fixed untuk ESP
frequency
frequency sesuai
design
(50/60) hz)
frequency
design
LT Lower Tandem
MT Middle Tandem
UT Upper Tandem
AR Abrasion Resistant
C Compression Pump
X Corrosion Resistant Metallurgy
C Labyrinth type Seal Chamber
B Bag Type Seal Chamber
G High Temperature Option
Pump Nomenclature
24/04/2015 94
Triyono – Jaswadi – Yohanes widodo
TERIMA KASIH