Anda di halaman 1dari 317

MODUL GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT

PANDUAN TUTORIAL, PANDUAN PRAKTIKUM, PANDUAN


TUGAS MODUL GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh

Asyhara Naela Arifin, Sst.Ft

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2019 - 2020
LEMBAR PENGESAHAN

MODUL GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


BAGI MAHASISWA REGULER SEMESTER III
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Modul ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan


kegiatan belajar mengajar Modul Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Program Studi S1 Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS ‘Aisyiyah Yogyakarta

Yogyakarta, 16 Agustus 2019

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Fisioterapi Koordinator Modul

Muh Irfan SKM.M.Fis Asyhara Naela Arifin, SST.FT

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT


dapat menyelesaikan modul Gizi Kesehatan Masyarakat sehingga dapat digunakan
mahasiswa S1 Fisioterapi UNIVERSITAS ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Modul Gizi Kesehatan Masyarakat berguna untuk memperkuat dasar keilmuan.
Diharapkan mahasiswa mampu membekali dirinya dengan keilmuan, sehingga
mahasiswa mampu menjadi fisioterapis yang profesional dalam melaksanakan
tugasnya. Amin.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 16 Agustus 2019

Penyusun

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar isi iv
Visi, Misi dan Tujuan Program Studi S1 Fisioterapi ……………… v
Ayat Suci Al Qur’an ………………………………………………. vii

I. Deskripsi Modul ........................................................................ 1


II. Topik Tree .................................................................................. 1
III. Kompetensi Dasar ..................................................................... 2
IV. Rancangan Pembelajaran............................................................ 2
A. TUJUAN MODUL.................................................................. 2
B. KARAKTERISTIK MAHASISWA ....................................... 2
C. LEARNING OUTCOME ....................................................... 3
D. MATERI ................................................................................ 3
E. PRE ASSESMENT ............................................................... 3
F. STRATEGI PEMBELAJARAN ........................................... 4
G. SARANA PENUNJANG …………………………………… 6
H. AKTIFITAS PEMBELAJARAN .......................................... 6
I. PENILAIAN ……………………………………………….. 8
V. Lampiran – Lampiran ………………………………………... 12
A. LAMPIRAN MATERI
B. SUMBER PEMBELAJARAN MODUL / DAFTAR PUSTAKA

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


VISI, MISI, KEUNGGULAN DAN TUJUAN
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

VISI KEILMUAN PRODI Fisioterapi S1 UNISA Yogyakarta:


Menjadi Program studi yang unggul dan pilihan di bidang fisioterapi
ortopedikmuskuloskeletal, berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai
islam berkemajuan dan memiliki daya saing di tingkat ASEAN pada tahun 2028.

MISI PRODI FISIOTERAPI S1 DAN PROFESI

1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dibidang


fisioterapi dengan unggulan ortopedimuskuloskeletal yang berbasis nilai-nilai Islam
Berkemajuan dengan standar dan perkembangan fisioterapi di dunia.
2. Mengembangkan kajian sikap profesional dan pemberdayaan perempuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan pelayanan pada gangguan gerak
dan fungsi.
TUJUAN PRODI FISIOTERAPI S1 DAN PROFESI

1. Menghasilkan lulusan berakhlak mulia,menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi di


bidang fisioterapi dengan unggulan ortopedikmuskuloskeletal, profesional, berjiwa
entrepreneur, dan menjadi kekuatan penggerak (driving force) dalam memajukan
kehidupan bangsa.
2. Menghasilkan karya-karya ilmiah berskala nasional, regional dan internasional
khususnya dalam bidang fisioterapi dengan unggulan ortopedikmuskuloskeletalyang
menjadi rujukan dalam pemecahan masalah.
3. Menghasilkan karya inovatif dan aplikatif di bidang fisioterapi dengan unggulan
ortopedikmuskuloskeletal yang berkontribusi pada pemberdayaan dan pencerahan.
4. Menghasilkan model berbasis praksis pemberdayaan perempuan berlandaskan nilai-
nilai Islam Berkemajuan.
5. Menghasilkan pemikiran Islam Berkemajuan dan sebagai penguat moral spiritual
dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Ayat Suci Al Qur’an

 Al Baqoroh ayat 173

Sesungguhnya Dia hanya mengharaman atasmu bangkai, darah, daging babi dan
(daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang
siapa terpaksa memakanna dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosanya.
Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

 Al mu’minun ayat 51

Wahai Orang-orang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.

 Al Araf ayat 31

Wahai anak cucu ada! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid.
Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


I. DESKRIPSI MODUL

Modul ini akan dijalankan dalam 7 minggu pada tahun 2019-2020 untuk
mahasiswa semester tiga. Pada modul ini mahasiswa akan dibekali pengetahuan
tentang Gizi dan kesehatan Masyarakat. Pemahaman yang mendalam pada
modul ini akan memunculkan motivasi dan upaya belajar mahasiswa untuk
selanjutnya. Selain itu pada modul ini mahasiswa mulai mampu menguasai
konsep-konsep teoritis kefisioterapian dan ilmu-ilmu dasarnya dari Fisioterapi Gizi
dan Kesehatan Masyarakat.
Modul Fisioterapi Gizi dan Kesehatan Masyarakat yang dipelajari oleh
mahasiswa meliputi konsep dasar ilmu gizi, konsep diet masyarakat pada
penderita hypertensi, Dm, Diabetes dan Obesitas, Gizi seimbang pada ibu hamil,
menyusui dan ABK, proses fisioterapi pada syndrome metabolik (assesment dan
pemeriksaan fisik), Konsep prevention (palliative care) cardio pulmonal, konsep
prevention musculo dan integumen, konsep prevention neuromuscular for
cancer, pengantar ilmu kesehatan kesehatan Masyarakat, dasar epidimiologi dan
pencegahan penyakit endemik, konsep dasar fisioterapi dalam kesehatan
masyarakat (konsep sehat sakit, derajat kesehatan factor yang mempngaruhi),
pemeriksaan dan intervensi pada kesehatan masyarakat, konsep participation
restriction dan disabilitas pada komunitas masyarakat.

Modul ini akan dipelajari dengan menggunakan strategi problem based-


learning (PBL), dengan metode diskusi tutorial menggunakan seven jump, kuliah,
praktek dan belajar keterampilan klinik

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


II. TOPIC TREE

konsep dasar ilmu gizi konsep dasar epidimiologi


dalam praktek dan pencegahan penyakit
pelayanan fisioterapi endemic

konsep sehat sakit dan


Gizi seimbang pada ibu Determinan kesehatan
hamil, menyusui,anak, masyarakat
dan atlet

I GIZI DAN KESEHATAN


MASYARAKAT

konsep teoritis dan mampu


diet masyarakat pada mengaplikasikan Konsep
penderita Hypertensi, Participation Restriction dan
Dm, diabetes ,obesitas, Disabilitas pada komunitas
dan ABK) masyarakat

konsep dan mengaplikasikan


Promosi kesehatan pada
Cardio pulmonal, Musculo
fisioterapi pada sindrome dan integument ,
metabolic dan Obesitas serta neuromusculer for cancer ,dan
melakukan assesment dan Keselamatan kerja
pemeriksaan fisik

Konsep fisioterapi
preventif musculo dan
integumen

Konsep fisioterapi Preventif


neuromuscular for cancer

Konsep fisioterapi
Preventif cardio
pulmonal

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


III. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir modul ini diharapkan mahasiswa mampu menguasai konsep
teoritis pada bidang keilmuan fisioterapi tentang Gizi dan Kesehatan Masyarakat
dan problematikannya dan mampu menguasai konsep teoritis pelaksanaan
praktek fisioterapi pada Gizi dan Kesehatan Masyarakat dan Mampu
mengaplikasikan tindakan teknis fisioterapi pada lingkup yang luas terkait
dengan fisioterapi Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
IV . RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN MODUL
Mahasiswa mampu mneguasai konsep teoritis tentang konsep dasar ilmu
gizi, konsep diet masyarakat pada penderita hypertensi, Dm, Diabetes dan
Obesitas, Gizi seimbang pada ibu hamil, menyusui dan ABK, proses fisioterapi
pada syndrome metabolik (assesment dan pemeriksaan fisik), Konsep prevention
(palliative care) cardio pulmonal, konsep prevention musculo dan integumen,
konsep prevention neuromuscular for cancer, pengantar ilmu kesehatan
masyarakat, dasar epidimiologi dan pencegahan penyakit endemik, konsep dasar
fisioterapi dalam kesehatan masyarakat (konsep sehat sakit, derajat kesehatan
factor yang mempngaruhi), pemeriksaan dan intervensi pada kesehatan
masyarakat, konsep participation restriction dan disabilitas pada komunitas
masyarakat.

B. KARAKTERISTIK MAHASISWA

Modul ini diikuti oleh mahasiswa semester tiga tahun 2017/2018 Program Studi
S1 Fisioterapi Reguler.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


C. CAPAIAN PEMBELAJARAN MODUL
Untuk masing masing topik teori, capaian pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan konsep teoritis tentang konsep
dasar ilmu gizi.
2. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan mempraktekkan konsep diet
masyarakat pada penderita hypertensi, Dm, Diabetes dan Obesitas.
3. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan tentang dan mempraktekkan Gizi
seimbang pada ibu hamil, menyusui dan ABK.
4. Mahasiswa Mampu memahami, menjelaskan dan mempraktekkan proses
fisioterapi pada syndrome metabolik (assesment dan pemeriksaan fisik)
5. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan mempraktekkan Konsep
prevention (palliative care) cardio pulmonal.
6. Mampu memahami, menjelaskan dan mempraktekkan konsep prevention
musculo dan integumen
7. Mahasiswa Mampu memahami, menjelaskan pengantar ilmu kesehatan
masyarakat
8. Mahasiswa Mampu memahami, menjelaskan dan mempraktekkan dasar
epidimiologi dan pencegahan penyakit endemik
9. Mahasiswa Mampu memahami, menjelaskan dan mempraktekkan konsep dasar
fisioterapi dalam kesehatan masyarakat( konsep sehat sakit, Derajat Kesehatan
dan factor yang mempengaruhi)
10. Mahasiswa Mampu memahami, menjelaskan dan mempraktekkan Pemeriksaan
dan intervensi pada kesehatan masyarakat
11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Konsep Participation
Restriction dan Disabilitas pada komunitas masyarakat.
D. PRE ASSESMENT
Kegiatan pembelajaran harus diikuti mahasiswa sebagai pra syarat untuk
mengikuti ujian akhir.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


E. STRATEGI PEMBELAJARAN
Minggu 1
NO TOPIC STRATEGY DEPARTMEN LECTURER DURATION
T

1 konsep dasar ilmu Lecture Fisioterapi Indriani M.Sc 2x2


gizi dalam praktek
Komunitas
pelayanan
fisioterapi ( PP4,)

2 diet masyarakat Lecture, Fisioterapi Indriani, M.Sc 2x2


pada penderita
Tutorial, Komunitas
Hypertensi, Dm,
diabetes ,obesitas, Praktiku
dan ABK) (C3,A3,P4) m

3 Gizi seimbang pada Lecture, Fisioterapi Indriani, M.Sc 2x2


ibu hamil,
Tutorial, Komunitas
menyusui,anak, dan
atlet Praktiku
m

4 proses fisioterapi Lecture, Fisioterapi Dika Rizki 2x2


pada sindrome Imania, M.Fis
Tutorial, Komunitas
metabolic dan 2x2
Obesitas serta Praktiku
melakukan m
assesment dan
pemeriksaan fisik.
(C3,A3,P4)

5 konsep sehat sakit Lecture, Fisioterapi sulistyaningsih 2x2


dan Determinan MH.Kes
Komunitas
kesehatan Tutorial, 2x2
masyarakat.
Praktiku
(C3,A3,P4)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


m

6 konsep dasar Lecture Fisioterapi Sulistyaningsih 2x2


epidimiologi dan MH.Kes
Gizi
pencegahan 2x2
penyakit endemic Masyarakat
(C3,A3,P4)

7 Promosi kesehatan Lecture, Fisioterapi Indriani, M.Sc 2x2


pada Cardio
Gizi
pulmonal, Musculo Tutorial, 2x2
dan integument , Masyarakat
neuromusculer for Praktiku
cancer ,dan
Keselamatan
m
kerja.(C3,A3,P4)

Minggu 2
NO TOPIC STRATEGY DEPARTMEN LECTURER DURATION
T

8 Mahasiswa mampu Lecture, Fisioterapi sulistyaningsih 2x2


menguasai konsep MH.Kes
praktiku Gizi dan
teoritis dan mampu
mengaplikasikan m Kesehatan
Konsep Participation Masyakat
Restriction dan
Disabilitas pada
komunitas
masyarakat
(C3,A3,P4)

9 Mahasiswa mampu Lecture Fisioterapi Dika Rizki 2x2


menguasai konsep Imania M.fis
Gizi dan
teoritis dan mampu
mengaplikasikan Kesehatan
Konsep fisioterapi Masyakat
Preventif cardio

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


pulmonal

10 Mahasiswa mampu Lecture, Fisioterapi FITRIYANI M.FIS 2x2


menguasai konsep
Tutorial, Gizi dan
teoritis dan mampu
mengaplikasikan Praktiku Kesehatan
Konsep fisioterapi m Masyakat
preventif musculo
dan imtegumen

11 Mahasiswa mampu Lecture, Fisioterapi FITRIYANI M.FIS 2x2


menguasai konsep
Tutorial, Gizi dan
teoritis dan mampu 2x2
mengaplikasikan Praktiku Kesehatan
Konsep fisioterapi m Masyakat
neuromuscular for
cancer

F. AKTIFITAS PEMBELAJARAN
Aktivitas pembelajaran berikut ini dipersiapkan untuk memandu pada
mahasiswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran modul ini.

1. Diskusi Kelompok Kecil (DKK) atau Tutorial


Dalam diskusi kelompok, mahasiswa diminta memecahkan masalah
yang terdapat pada skenario yaitu mengikuti metode “Seven Jump-
Steps”, terdiri dari 7 langkah pemecahan masalah yaitu :

Step 1 : Clarifying unfamiliar terms

Mengklarifikasi istilah atau konsep; istilah-istilah dalam


skenario yang belum jelas atau yang menyebabkan
banyak interpretasi ditulis dan diklarifikasi terlebih
dahulu

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Step 2 : Problem definition

Masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan


dirumuskan dengan jelas (bisa dalam bentuk
pertanyaan)

Step 3 : Brainstorming

Pada langkah ini setiap anggota kelompok melakukan


brainstorming mengemukakan penjelasan tentative
terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan di
step 2 dengan menggunakan pre-exiting knowledge

Step 4 : Analyzing the problem

Mahasiswa memberikan penjelasan secara sistematis


terhadap jawaban pada step 3, bisa juga dengan saling
menghubungkan antar konsep, klasifikasikan jawaban
atas pertanyaan, menarik kesimpulan dari masalah
yang sudah dianalisis pada step 3

Step 5 : Formulating learning issues

Mennetapkan tujuan belajar (learning objective);


informasi yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan dirumuskaan dan disusun secara
sistematis sebagai tujuan belajar

Step 6 : Self study

Mengumpulkan informasi tambahan dengan belajar


mandiri; kegiatan mengumpulkan informasi tambahan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


dilakukan dengan mengakses informasi dari internet,
jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar

Step 7 : Reporting

Mensintesis atau menguji informasi baru; mensintesis,


mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar
setiap anggota kelompok

Sedangkan teknis pelaksanaan kegiatan pembelajaran tutorial sebagai


berikut :

1) Setiap skenario diselesaikan dalam 1 minggu dengan 2 kali


pertemuan
2) Step 1-5 dilaksanakan pada pertemuan pertama dihadiri oleh
tutor
3) Step 6 dilaksanakan antara pertemuan pertama dan kedua,
dengan belajar mandiri tanpa kehadiran tutor
4) Step 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua bersama dengan
tutor
5) Pentingnya learning atmosphere : keterbukaan dan kebersamaan
dalam belajar kelompok, mahasiswa berperan aktif dalam setiap
diskusi, bebas mengemukakan pendapat, tanpa khawatir
dianggap salah, diremehkan atau pendapatnya dinilai tidak
bermutu oleh temen-temennya.
2. Kuliah Pakar
Kuliah diberikan dalam rangka penataan pengetahuan/informasi yang
telah diperoleh oleh mahasiswa. Kuliah pakar akan berhasil guna dan
tepat guna apabila dalam suatu saat itu, pertemuan mahasiswa dengan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


pakar, mahasiswa secara aktif mengungkapkan hal-hal yang ingin
dipahami.

3. Aktivitas Laboratorium (Praktikum)


Aktivitas ini merupakan aktivitas pembelajaran dalam rangka memahami
sesuatu informasi secara mantap. Mahasiswa diberi kesempatan untuk
melihat secara nyata melalui serangkaian percobaan yang dilakukan di
dalam laboratorium.

4. Konsultasi Pakar
Pada kesempatan ini mahasiswa diberikan kesempatan, secara
perorangan atau kelompok, untuk mendiskusikan secara khusus mengenai
suatu informasi dengan pakar yang bersangkutan. Diharapkkan
mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mantap sesuai
dengan informasi yang didiskusikan.

5. Pembelajaran mandiri
Aktivitas pembelajaran mandiri merupakan inti dari kegiatan pembelajaran
yang didasarkan pada paradigm pembelajaran mahasiswa aktif (student-
ceneter learning-SCL) Dalam hal ini secara bertahap mahasiswa dilatih
dan dibiasakan untuk belajar secara mandiri (tidak harus manunggu saat
ujian atau atas permintaan dosen).

6. Diskusi Kelas
Diskusi ini dilakukan dengan peserta seluruh mahasiswa dalam kelas.
Diskusi ini akan dihadiri oleh dosen pakar. Tujuan aktivitas pembelajaran
ini ialah untuk lebih memantapkan pemahaman semua informasi yang
telah ditelaah.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


G. PENILAIAN

Hasil penilaian, baik dinyatakan secara absolut maupun secara huruf untuk
menggambarkan mutu, didasarkan pada perolehan nilai:

NO KEGIATAN YANG DINILAI NILAI ABSOLUT

1 Kuliah teori/ UAS Modul 40% 40

2 Tutorial (2 skenario/ 4 Pertemuan) 20% 20

3 Praktikum/skill lab (7 Skill lab dan 7 20


Praktikum) 20%

5 Tugas 20% 20

Jumlah 100

NO HURUF SCORE BOBOT KETERANGAN

1 A 80-100 4.00 KOMPETEN / LULUS

2 A- 77-79 3,75 KOMPETEN / LULUS

3 AB 75-76 3,50 KOMPETEN / LULUS

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


4 B+ 73-74 3,25 KOMPETEN / LULUS

5 B 70-72 3,00 KOMPETEN / LULUS

6 B- 66-69 2,75 REMIDI

7 BC 63-65 2,50 REMIDI

8 C+ 59-62 2,25 REMIDI

9 C 55-58 2,00 REMIDI

10 C- 51-54 1,75 REMIDI

11 CD 48-50 1,50 REMIDI

12 D 41-47 1,00 REMIDI

13 E ≤ 40 0,00 MENGULANG MODUL/ MK

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


KUMPULAN MATERI

FISIOTERAPI GIZI DAN


KESEHATAN MASYARAKAT

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK I
SINDROM METABOLIK

A. Sejarah syndrome metabolik


Faktor risiko yang terkait dengan diabetes diamati pada awal tahun 1920-an,
namun istilah "sindrom metabolik" diciptakan pada tahun 1950 dan kemudian
dipublikasikan pada 1970-an.
Pada tahun 1947, dokter Prancis Jean Vague memperhatikan bahwa obesitas
tubuh bagian atas tampaknya dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk kondisi
aterosklerosis, diabetes, batu ginjal dan asam urat. Avogaro, Crepaldi dan rekan
kemudian melaporkan bagaimana enam pasien obesitas menunjukkan perbaikan dalam
diabetes mereka, kolesterol darah tinggi dan trigliserida tinggi ketika mereka mengikuti
rendah kalori dan diet rendah karbohidrat.
Istilah "sindrom metabolik" digunakan pada tahun 1977 oleh Herman Haller yang
mempelajari faktor risiko yang terkait dengan aterosklerosis. Dia menggunakan istilah
yang merujuk pada hubungan antara obesitas, diabetes mellitus, lipid darah tinggi, tingkat
asam urat tinggi (predisposisi gout) dan penyakit hati berlemak (steatosis hati) dan
gabungan dari faktor-faktor ini meningkatkan risiko aterosklerosis mengembangkan.
Pada tahun yang sama, Singer menggunakan istilah untuk menggambarkan hubungan
antara hyperlipoprotenemia dan obesitas, asam urat, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Tahun berikutnya, Gerald Phillips memperkenalkan konsep bahwa kombinasi dari
faktor-faktor risiko yang ada untuk infark miokard yang tidak hanya predisposisi
penyakit jantung, tetapi juga terkait dengan peningkatan risiko obesitas dan negara klinis
lainnya. Dia menggambarkan adanya faktor risiko tersebut sebagai "konstelasi kelainan"
dan mereka termasuk intoleransi glukosa, hiperinsulinemia dan tingkat tinggi trigliserida,
glukosa, kolesterol dan insulin. Phillips hipotesis bahwa salah satu faktor yang mendasari
dapat dikaitkan dengan kehadiran gabungan dari faktor-faktor risiko yang jika
diidentifikasi, dapat diteliti untuk membantu mencegah penyakit kardiovaskular. Dia
menyarankan bahwa faktor umum ini bisa melibatkan hormon seks.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pada tahun 1988, Gerald Reaven hipotesis bahwa resistensi insulin bisa menjadi
faktor yang mendasari menghubungkan rasi ini kelainan, yang ia melanjutkan untuk
nama "sindrom X." Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan sindrom metabolik
dan beberapa di antaranya dijelaskan di bawah ini :
Stress
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa jangka panjang atau stres kronis dapat
meningkatkan risiko sindrom metabolik berkembang. stres berkepanjangan diperkirakan
mengganggu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis dan menyebabkan
ketidakseimbangan hormon. Gangguan sumbu ini dapat meningkatkan tingkat kortisol
dalam tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat glukosa dan karena insulin.
Dapat menyebabkan peningkatan adipositas viseral dan tekanan darah, serta dislipidemia
dan resistensi insulin. gangguan ini dari hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis dapat
menjelaskan mengapa obesitas abdominal berhubungan dengan kondisi seperti penyakit
jantung, diabetes dan stroke.
Kegemukan dan obesitas
Obesitas sentral adalah penyebab utama dari sindrom metabolik, dengan hubungan yang
kuat yang ada antara peningkatan lingkar pinggang dan risiko sindrom. Namun, orang
yang berat badan normal masih dapat berpotensi resistensi insulin dan berada di
kemungkinan peningkatan mengembangkan sindrom. Beberapa orang memiliki
kecenderungan genetik untuk mengembangkan resistensi insulin dan orang-orang yang
lebih mungkin untuk mengembangkan sindrom metabolik jika mereka gagal untuk
berolahraga secara teratur dan menjaga berat badan yang sehat. obesitas sentral
didefinisikan sebagai lingkar pinggang dari 102 cm (40 inci) atau lebih pada laki-laki dan
88 cm (36 inci) atau lebih pada wanita.
Kurang olahraga dan aktivitas fisik
Mereka dengan gaya hidup yang tidak pernah berolah raga secara teratur berada pada
risiko tertentu penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik. Banyak fitur dari sindrom
yang berhubungan dengan gaya hidup seperti peningkatan adipositas pusat, tingkat
rendah kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dan kecenderungan untuk memiliki

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


tekanan darah tinggi, hypergylcemia dan hipertrigliseridemia. Penelitian telah
menunjukkan bahwa orang yang menonton TV atau menggunakan komputer mereka
lebih dari 4 jam perhari, memiliki dua kali risiko mengidap sindrom metabolik
dibandingkan dengan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini selama kurang dari satu
jam sehari.
alkohol berlebih
Kelebihan konsumsi alkohol dikaitkan dengan obesitas, penyakit hati berlemak dan
kolesterol tinggi dan trigliserida.
Peningkatan penanda inflamasi
Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa penanda inflamasi sistemik sering
meningkat pada orang dengan sindrom metabolik termasuk protein C-reaktif, interleukin
.fibrinogen dan tumor necrosis factor-alpha.

B. Pengertian

Sindrom metabolik adalah kondisi yang ditandai oleh adanya penyakit diabetes,
obesitas dan tekanan darah tinggi. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular seperti stroke dan penyakit jantung. Individual, diabetes, tekanan darah
tinggi dan obesitas dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah, namun kombinasi
dari penyakit ini sangat berbahaya.
Kondisi ini sangat umum, sindrom metabolik diperkirakan mempengaruhi sebanyak satu
dari empat orang dewasa di Inggris.

C. Gejala

Gejala yang khas sindrom metabolik dijelaskan di bawah :


Standar Eropa : Lingkar pinggang minimal 37 inci antara laki-laki dan setidaknya 31,5
inci pada wanita. Standar Asia Lingkar pinggang minimal 35,5 inci di antara pria dan
setidaknya 31,5 inci. Tingkat tekanan darah yang secara konsisten 140/90 mmHg atau
lebih tinggi. Tingkat trigliserida meningkat dan HDL (high density lipoprotein) menurun.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kombinasi ini meningkatkan risiko kondisi yang disebut aterosklerosis, dimana bahan
lemak menumpuk di arteri. Menurunnya kemampuan untuk mengontrol kadar glukosa
darah. Hal ini disebut sebagai resistensi insulin. Risiko lebih tinggi terkena pembekuan
darah dan deep vein thrombosis (DVT). Sebuah kecenderungan untuk menderita
peradangan, yang menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan pada jaringan.

D. Penyebab
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko sindrom metabolik termasuk
kecenderungan genetik memiliki resistensi insulin, kelebihan berat badan dan aktivitas
fisik. Oleh karena itu, individu dengan kecenderungan genetik terhadap resistensi insulin
lebih mungkin untuk mengidap sindrom jika mereka gagal untuk mempertahankan berat
badan yang ideal dan berolahraga secara teratur. Sindrom metabolik adalah sangat umum
pada orang keturunan Asia dan Afrika-Karibia dan pada wanita yang memiliki sindrom
ovarium polikistik.

E. Pencegahan
Risiko sindrom metabolik berkembang dapat dikurangi jika orang membuat
perubahan gaya hidup tertentu, beberapa di antaranya : menurunkan berat badan, olah
raga secara teratur, tidak konsumsi alkohol, mengikuti diet yang sehat, mengkonsumsi
obat yang diresepkan untuk glukosa darah tinggi atau kolesterol tinggi.
Sindrom metabolik adalah kondisi yang ditandai oleh kombinasi dari diabetes, obesitas
dan tekanan darah tinggi. Individual, kondisi ini semua meningkatkan kemungkinan
kerusakan pembuluh darah, tetapi dalam kombinasi, mereka sangat berbahaya dan secara
signifikan meningkatkan risiko masalah kardiovaskular seperti penyakit jantung atau
stroke.
Orang-orang yang berada pada risiko sindrom metabolik karena harus mengikuti
perubahan gaya hidup yang dianjurkan yang dapat mengurangi resiko terkena syndrome
metabolik. Beberapa tindakan pencegahan ini meliputi berikut ini:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


1) Mengurangi berat badan berlebih dan mempertahankan berat badan yang sehat
dapat menurunkan tekanan darah, resistensi insulin dan risiko pengembangan
diabetes. Selain itu kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai indeks massa
tubuh dari 25-29,9 kg / m2 dan 30 kg / m2 atau lebih, masing-masing. obesitas
perut didefinisikan sebagai lingkar pinggang dari 102 cm (40 inci) atau lebih pada
pria dan 88 cm (35 inci) atau lebih pada wanita. Sebuah tujuan yang realistis
untuk penurunan berat badan adalah untuk mengurangi berat badan sekitar 7-10%
selama periode 6 bulan sampai satu tahun.
2) Menurunkan kolesterol obat seperti statin dan fibrat membantu meningkatkan
kadar kolesterol baik (kolesterol HDL) dan menurunkan tingkat trigliserida dan
kolesterol jahat (kolesterol LDL).
3) Diet rendah kalori yang rendah asam trans-lemak, lemak jenuh, kolesterol dan
garam. Diet harus kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak dan
ikan,
4) Berolah raga intensitas sedang selama minimal 30 menit sehari.
5) Berhenti merokok mengurangi risiko memburuknya efek kesehatan yang
merugikan terkait dengan sindrom metabolik.
6) Berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol karena mereka yang
menyalahgunakan alkohol dapat meningkatkan risiko sindrom metabolic.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK II
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG PADA
SYNDROM METABOLIK

Pemeriksaan fisik penting pada pasien dengan sindrom metabolik, sebagai hasil
dari tekanan darah tinggi dan obesitas abdomen 2 dari 5 kriteria giagnostik. Pengukuran
dan dokumentasi lingkar pinggang adalah hal yang penting selalu dilakukan ketika
skrining untuk syndrome metabolic.
Pemeriksaan mungkin juga akan menemukan hal hal yang lain, sebagai contoh
pasien dengan hyperglikemia dan resistensi insulin atau dengan diabetes militus mungkin
memiliki acanthus nigricans, hisustism, neuropati perifereral dan retinopati. Pasien yang
memiliki dyslipidemia parah mungkin memiliki xanthomas atau xanthelasmas. Selain itu
resiko pada komplikasi kardiovaskuler juga memungkinkan.
Saat ini berbagai perubahan gaya hidup, perilaku dan lingkungan telah
menyebabkan meningkatnya obesitas dan diabetes militus tipe 2. Obesitas merupakan
salah satu faktor terjadinya sindrom metabolik. Seiring dengan meningkatnya obesitas,
maka angka prevalensi sindrom metabolik juga meningkat. Sindrom Metabolik adalah
kumpulan kelainan metabolik lemak dan karbohidrat yang dikaitkan dengan peningkatan
risiko diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskuler. Menurut WHO definisi Sindrome
Metabolik didasari pada asumsi bahwa resistensi insulin merupakan salah satu faktor
yang berperan pada Syndrome Metabolik, yang diidentifikasi dengan adanya toleransi
glukosa terganggu atau Diabetes Militus. Selain itu kriteria tersebut ditambah dua faktor
risiko yang terdiri dari hipertensi, obesitas, kadar trigliserida yang meningkat atau
kolesterol HDL yang rendah.
The International Diabetes Federation(IDF) tahun 2005 mengeluarkan kriteria
yang dianggap lebih dapat diaplikasikan sesuai ras dan etnik yang ada. Kriteria ini
menempatkan obesitas sentral dengan lingkar pinggang pada pria > 90 cm dan pada

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


wanita > 80 cm pada penduduk Asia, sebagai komponen utama yang harus ditemukan
pada sindrom metabolik.
Kriteria sindrom metabolik menurut IDF 2005
Obesitas Sentral: Lingkar pinggang pada pria > 90 cm
Wanita > 80 cm
ditambah dua keadaan di bawah ini:
Trigliserida ≥ 150 mg/dL atau sedang dalam pengobatan
Kolesterol HDL
Pria < 40 mg/dL
Wanita < 50 mg/dL
Tekanan darah ≥ 130/85 mmHg atau sedang dalam pengobatan
Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL atau DM

Pemeriksaan Laboratorium
Berdasarkan kriteria sindrom metabolik, maka pemeriksaan laboratorium yang perlu
dilakukan antara lain:
1. Resistensi Insulin
2. Glukosa darah puasa
3. Profil Lipid :
- Kolesterol total
- Kolesterol HDL
- Kolesterol LDL
- Trigliserida
4. Mikroalbuminuria (Rasio albumin/kreatinin

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK III
ASSESMENT FISIOTERAPI PADA
SYNDROM METABOLIK

Syndrome metabolic adalah multiple resiko yang timbul dari resistensi insulin
yang menyertai abnormal adipose endapan dan fungsi. Ini adalah faltor resiko untuk
penyakit jantung koroner, serta untuk diabetes, lemak dan beberapa jenis kanker.
Kerusakan organ terjadi melalui berbagai mekanisme di sindrom metabolic. Penyakit
individu yang mengarah ke sindrom metabolic menghasilkan konsekuensi klinis yang
merugikan. Sebagai contoh tekanan darah tinggi dalam syndrome metabolic
menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri perifer dan disfungsi ginjal.
Namun, risiko sindrom metabolik kumulatif tampaknya menyebabkan disfungsi mikrovas
kuler, yang lebih menguatkan resistensi insulin dan mempromosikan hipertensi.
Syndrome metabolic terjadi juga dari penyakit jantung koroner melalui beberapa
mekanisme. Hal ini meningkatkan thrombogenicity pada darah, sebagaian dnegan
meningkatkan plasminogen activator tipe 1 dan tingkat adipokine dan itu menyebabkan
disfungsi endotel. Metabolik syndrome mungkin juga meningkatkan resiko
kardiovaskuler dengan meningkatkam kekakuan arteri
Faktor-faktor resiko syndrome metabolic termasuk sejarah keluarga, tidak pernah
diet, dan olah raga yang tidak memadai
Syndrome metabolic dianggap disebabkan oleh jaringan adipose disfungsi dan
resistensi insulin. Disfungsional jaringan adipose juga memainkan peranan penting dalam
pathogenesis resistensi insulin terkait obesitas. Kedua sel adipose pembesaran dan
infiltrasi makrofag ke jaringan adipose menyebabkan pelepasan sitokin pro inflamasi dan
mempromosikan resistensi insulin. Resistensi insulin tampaknya menjadi pengantara
primer sindrom metabolik. insulin menyebabkan penyerapan glukosa otot, lemak, dan sel
hati dan dapat mempengaruhi lipolisis dan produksi glukosa olehhepatosit.
Kontributor resistensi insulin tambahan mencakup kelainan dalam sekresi insulin dan
insulin reseptor signaling, pembuangan glukosa terganggu, dan sitokin pro-inflamasi.
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Kelainan ini, pada gilirannya, dapat mengakibatkan dari obesitas dengan terkait
peningkatan kadar asam lemakbebas dan perubahan dalam distribusi insulin (insulin
menumpuk lemak).
Distribusi jaringan adiposa tampaknya mempengaruhi perannya dalamsindrom
metabolik. Lemak yang mendalam atau intra-abdomen berkorelasi dengan peradangan,
sedangkan lemak subkutan tidak. Ada sejumlah potensi penjelasan untuk ini, termasuk
pengamatan eksperimental bahwa lemak omental lebih tahan terhadap insulin dan
mengakibatkan konsentrasi yang lebih tinggi dari asam lemak bebas beracun dalam
sirkulasi portal.
Lemak perut dikenal untuk memproduksi kadar sitokin, seperti faktor nekrosis
tumor, adiponectin, leptin, resistin, dan plasminogen aktivator inhibitor berpotensi
berbahaya.

Karakteristik psikologis, termasuk kemarahan, depresi, dan permusuhan, mungkin


terkait dengan peningkatan risiko sindrom metabolik. Namun, gangguan psikologis,
terutama kecemasan, mungkin mewakilipenyerta atau komplikasi dari sindrom
metabolik. jelas, studi lebih lanjut harus dijamin.
Manifestasi klinis dari sindrom metabolik meliputi:
2. Hipertensi
3. Hiperglikemia
4. Hipertrigliseridemia
5. Kolesterol berkurang high-density lipoprotein (HDL-C)
6. Obesitas pada perut
7. Nyeri dada atau sesak napas: menyarankan munculnya komplikasi
kardiovaskular dan lainnya
8. Acanthosis nigricans, hirsutism, neuropati periferal dan retinopati:
padapasien dengan hiperglikemia dan resistensi insulin atau dengan
diabetes mellitus
9. Xanthomas atau xanthelasmas: pada pasien dengan parah dyslipidemia

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Menurut pedoman dari National Heart, Lung, dan darah Institute (NHLBI) dan
American Heart Association (AHA), sindrom metabolik didiagnosis ketika pasien telah
setidaknya 3 dari 5 kondisi berikut:
1. Glukosa Puasa ≥100 mg/dL (atau menerima terapi obat untuk
hiperglikemia)
2. Tekanan darah ≥130/85 mm Hg (atau menerima terapi obat untuk
hipertensi)
3. Trigliserida ≥150 mg/dL (atau menerima terapi obat untuk
hipertrigliseridemia)
4. HDL-C < 40 mg / dL pada pria atau < 50 mg / dL perempuan (atau
menerima terapi obat untuk penurunan HDL-C)
5. Lingkar pinggang ≥102 cm (40 in) pada pria atau ≥88 cm (35 in) pada
wanita; Jika Amerika Asia, ≥90 cm (35 in) pada pria atau ≥80 cm (32
in) pada wanita
Perubahan gaya hidup dan berat badan dianggap sebagai langkah awal yang
paling penting dalam mengobati sindrom metabolik. Penelitian membandingkan populasi
etnis serupa yang terkena lingkungan diet yang berbeda telah menyarankan bahwa
kebarat Diet sangat terkait dengan risiko lebih tinggi mengembangkan sindrom
metabolik.
Obat-obatan berikut dapat digunakan untuk mengobati dyslipidemia dan manifestasi
sindrom metabolik: Peningkatan kadar LDL-C: statin, Penurunan kadar HDL-C:
mempertimbangkan niasin, Peningkatan kadar trigliserid, Pertimbangkan niasin, fibrates,
dan asam lemak omega-3. Hiperglikemia: Membuat peka Insulin agen, seperti metformin
Pengobatan apnea tidur obstruktif terkait mungkin juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan sindrom metabolik.
Prognosisnya adalah komplikasi dari sindrom metabolik luas. Ada banyak
komplikasi kardiovaskular yang terkait, terutama jantung koroner, tetapi juga fibrilasi
atrium, stenosis aorta, gagal jantung, stroke iskemik dan, mungkin, venothromboembolic
penyakit.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Data muncul menunjukkan korelasi penting antara sindrom metabolikdan risiko stroke.
masing-masing komponen dari sindrom metabolik telah dikaitkan dengan risiko stroke
yang meningkat, dan bukti menunjukkan hubungan antara sindrom metabolik kolektif
dan risiko stroke iskemik. metabolic syndrome mungkin juga dikaitkan dengan neuropati
luar hipoglikemik mekanisme melalui mediator inflamasi.
Perubahan gaya hidup dan berat badan dianggap sebagai langkah awal yang
paling penting dalam mengobati sindrom metabolik. Penelitian membandingkan populasi
etnis serupa yang terkena lingkungan diet yang berbeda telah menyarankan bahwa
kebarat Diet sangat terkait dengan risiko lebih tinggi mengembangkan sindrom
metabolik.
Obat-obatan berikut dapat digunakan untuk mengobati dyslipidemia dan
manifestasi sindrom metabolik:
Peningkatan kadar LDL-C: statin
Penurunan kadar HDL-C: mempertimbangkan niasin
Peningkatan kadar trigliserida: Pertimbangkan niasin, fibrates, dan asam lemak omega-3
Hiperglikemia: Membuat peka Insulin agen, seperti metformin
Pengobatan apnea tidur obstruktif terkait mungkin juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan sindrom metabolik.
Prognosis
Komplikasi dari sindrom metabolik luas. Ada banyak komplikasi kardiovaskular yang
terkait, terutama jantung koroner, tetapi juga fibrilasi atrium, stenosis aorta, gagal
jantung, stroke iskemik dan, mungkin, venothromboembolic penyakit.
Data muncul menunjukkan korelasi penting antara sindrom metabolikdan risiko
stroke. masing-masing komponen dari sindrom metabolik telah dikaitkan dengan risiko
stroke yang meningkat, dan bukti menunjukkan hubungan antara sindrom metabolik
kolektif dan risiko stroke iskemik. metabolic syndrome mungkin juga dikaitkan dengan
neuropati luar hipoglikemik mekanisme melalui mediator inflamasi.
Selain itu, sindrom metabolik telah terlibat dalam patofisiologi beberapa penyakit
lain, termasuk apnea tidur obstruktif. Kanker payudara juga telah dikaitkan dengan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


sindrom metabolik, mungkin melalui dysregulation dari siklus inhibitor-1 (PAI-1)
aktivator plasminogen. tambahanstudi telah menghubungkan sindrom metabolik dengan
kanker usus, kandung empedu, ginjal, dan, mungkin, kelenjar prostat. bukti yangmuncul
dari sebuah asosiasi dengan psoriasis.
Penelitian tambahan telah meningkatkan kemungkinan sindrom metabolik yang
berdampak negatif mempengaruhi kinerja neurokognitif. khususnya, sindrom metabolik
disalahkan untuk mempercepat kognitifpenutaan. pasien dengan penyakit mental juga
menghadapi peningkatan cardiometabolic risiko akibat faktor-faktor yang paling tidak
sebagian kepada sosial ekonomi seperti kemiskinan yang lebih besar dan lebih miskin
akses ke perawatan medis.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK IV
OBESITAS DAN MASYARAKAT

Obesitas adalah kondisi dimana tubuh kelebihan berat badan akibat penimbunan
lemak (The Asia Pasific Perspective, 2000). Berdasar indeks massa tubuh (IMT)
dibedakan antara over weight (kelebihan berat badan) dengan nilai 30 (Insel,
2002).indeks 25 – 30, dengan obesitas yang memiliki nilai indeks Menurut kriteria Asia
Pacifik disebut over weight bila IMT ≥ 23 – < 25, sedang obesitas klas I bila IMT 25 – <
30, dan obesitas klas II bila ≥ 30.
Sebuah penelitian, 68% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat saat ini
diperkirakan kelebihan berat badan, dan sekitar 36% mengalami obesitas. Hal ini juga
memperkirakan bahwa 10% dari anak-anak di Amerika Serikat yang berusia 2 sampai 5
tahun, 15% dari anak usia 6 sampai 11 tahun, dan 16% dari remaja berusia 12 sampai 19
tahun kelebihan berat badan. Obesitas meningkatkan kemungkinan kematian dini; sekitar
325.000 kematian di Amerika Serikat setiap tahun dikaitkan dengan obesitas.
Orang dewasa dan anak-anak dapat diklasifikasikan sebagai normal, kelebihan
berat badan, atau obesitas dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT) berdasarkan
tinggi dan berat badan mereka. Misalnya, orang dewasa dianggap kelebihan berat badan
jika BMI mereka 25 sampai 29, dan obesitas jika BMI mereka adalah 30 atau lebih
tinggi.
Obesitas dapat dipicu oleh genetik, lingkungan, perilaku, sosial, fisiologis, dan
faktor budaya. gaya hidup menetap dan asupan kelebihan kalori dianggap terutama
bertanggung jawab untuk peningkatan di seluruh dunia dramatis dalam obesitas selama 2
dekade terakhir.
Obesitas mempengaruhi orang-orang dari segala usia, ras, dan tingkat sosial
ekonomi. Ini memberikan kontribusi untuk banyak penyakit kronis dan bahkan dapat
menyebabkan kematian dini. Hal ini dapat berkontribusi untuk nyeri sendi, karena
peningkatan stres yang menempatkan kelebihan berat badan pada sendi, otot, dan cakram

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


tulang belakang. Hal ini juga dapat menyebabkan hilangnya "fungsi" -kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana seperti berjalan, naik tangga, atau
melakukan pekerjaan rumah tangga.

Banyak pilihan untuk mengobati obesitas yang tersedia saat ini, termasuk diet
rendah kalori, latihan fisik, modifikasi perilaku, obat-obatan, dan pembedahan. terapis
fisik ahli dalam latihan fisik, dan dapat mengembangkan rencana aktivitas fisik individual
bagi individu yang kelebihan berat badan atau obesitas untuk mengelola berat badan,
mencegah perkembangan obesitas, atau memerangi dampaknya.
Obesitas adalah suatu kondisi yang melibatkan penyimpanan kelebihan lemak
tubuh disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan kalori (jumlah kalori yang
dimakan) dan pengeluaran energi (jumlah kalori yang terbakar) yang terjadi selama
jangka waktu. Sesedikit 100 kalori ekstra per hari akan menyebabkan 4,5 kg [10 lb] berat
badan setiap tahun, yang dapat menyebabkan masalah berat badan dari waktu ke waktu.
Obesitas mempengaruhi tubuh dalam banyak cara negatif dan dapat menyebabkan
masalah kesehatan lainnya, seperti: penyakit kardiovaskular, diabetes, tekanan darah
tinggi, kanker (payudara, liver, endometrium, prostat, dan usus besar), osteoarthritis,
lymphedema (pembengkakan lengan dan kaki), masalah pernapasan, termasuk asma dan
sleep apnea, depresi, orang gemuk mengalami kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari
karena berat meningkat tubuh mereka bawa, mereka kehilangan kondisi fisik, dan
keterbatasan gerakan mereka.
Masyarakat modern, terutama dalam 20 tahun terakhir, begitu mudah
mendapatkan makananan yang murah, termasuk makanan berkalori tinggi dengan nilai
gizi yang buruk yang tersedia (yaitu, "fast food" dan "junk food"). Juga didorong untuk
mengkonsumsi porsi besar tidak wajar makanan dengan "supersized" pilihan makanan
cepat saji, dan iklan makanan dan makan sebagai cara untuk obligasi dan merayakan
acara-acara khusus liburan pesta juga dapat berkontribusi. Pertumbuhan gaya hidup
menetap atau tidak aktif juga berkontribusi besar terhadap obesitas. Menghabiskan lebih

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


banyak waktu bermain video game daripada bermain olahraga luar, bekerja di pekerjaan
meja bukannya melakukan kerja manual, dan mengendarai mobil bukannya berjalan

Ciri – Ciri Obesitas adalah: Kelelahan saat melakukan aktivitas sehari-hari yang
sederhana, nyeri sendi terutama di kaki dan meningkatnya stres yang kelebihan lemak
dan berat badan menempatkan pada sendi dan otot-otot tubuh, kesulitan melakukan
kegiatan sehari-hari, seperti berjalan, naik tangga, atau bermain game aktif secara fisik.
Frustrasi atau depresi tentang kondisi dan ketidakmampuan untuk menurunkan berat bad

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK V
FISIOTERAPI PADA OBESITAS

Fisioterapi melakukan tes, seperti gerak, kekuatan, koordinasi, dan keseimbangan


pemeriksaan untuk membantu menilai kemampuan fisik secara keseluruhan. Fisioterapi
juga dapat melakukan tes obesitas, seperti menghitung BMI Anda, atau mengukur lingkar
pinggang Anda, ketebalan, atau persentase lemak tubuh. Fisioterapi dapat membantu
orang yang mengalami obesitas aktif lebih secara fisik dan bugar dengan mengajarkan
mereka untuk berolahraga tanpa rasa sakit dan dengan cara menyenangkan. Latihan yang
tepat sangat penting karena membantu membakar kalori, menyingkirkan lemak, menjaga
elastisitas jaringan otot, dan melindungi sendi. Ketika memulai latihan rutin
menyenangkan, itu juga membantu Anda membuat pilihan yang lebih baik tentang diet
Anda.
Fisioterapi akan bekerja untuk merancang program pengobatan khusus termasuk
latihan di rumah. latihan aerobik dan latihan kekuatan akan dimasukkan dalam program
karena keduanya membantu dalam penurunan berat badan dan kontrol berat badan.
Fisioterapis akan membuat program kegiatan fisik yang efektif bagi orang-orang dari
segala usia dan kemampuan, dengan mempertimbangkan aktivitas fisik rekomendasi
untuk anak-anak dan orang dewasa.
Fisioterapis juga dapat membantu memperbaiki pola hidup tidak sehat mereka.
Mereka dilatih untuk mengidentifikasi hambatan untuk mengembangkan kebiasaan sehat,
menetapkan tujuan individu, dan membuat ke program.
Fisioterapis akan merancang program latihan pribadi untuk membantu Anda aman
melakukan kegiatan dengan paling sedikit rasa sakit. Hanya bangun dan mendapatkan
bergerak dapat membantu menghilangkan rasa sakit. Meningkatkan kebugaran
kardiovaskular. Fisioterapis akan merancang program latihan aerobik "jantung sehat",
untuk mengangkat metabolisme tubuh dan membakar lebih banyak kalori. Fisioterapis
membantu orang, termasuk orang dewasa dan anak-anak cacat menemukan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


menyenangkan kegiatan aerobik mereka dapat tampil di tingkat yang nyaman mereka
sendiri.
Program Fisioterapi meliputi :
1. Meningkatkan kekuatan
Fisioterapis akan mengajarkan latihan untuk mengatasi kelemahan otot yang di miliki,
atau untuk meningkatkan kekuatan otot Anda secara keseluruhan. Membangun kekuatan
otot dapat membantu membakar kalori, membuat kegiatan sehari-hari lebih mudah, dan
meredakan nyeri sendi. bentuk lembut dan rendah-dampak latihan beban dilakukan
dengan band-band olahraga dapat membantu menghindari stres sendi.
10. Meningkatkan gerakan.
Fisioterapis akan memilih kegiatan dan perawatan khusus untuk membantu memulihkan
gerakan normal sendi kaku. Ini mungkin dimulai dengan "pasif" gerakan bahwa terapi
fisik melakukan untuk Anda, dan kemajuan untuk latihan aktif yang Anda lakukan
sendiri.
11. Meningkatkan fleksibilitas dan postur
Fisioterapis akan menentukan apakah ada otot utama yamg spasme, dan mereleksasikan.
Fisioterapis juga akan mengkoreksi postur tubuh, dan mengajarkan latihan untuk
meningkatkan kemampuan untuk menjaga postur tubuh yang tepat. postur tubuh yang
baik dapat membuat kegiatan yang sulit lebih mudah dan lebih menyakitkan, dan bahkan
meningkatkan pernapasan.
12. Meningkatkan tingkat aktivitas.
Fisioterapis akan mendiskusikan tujuan aktivitas dan merancang program latihan untuk
mengatasi kebutuhan pribadi dan tujuan. Fisioterapis akan membantu Anda mencapai
tujuan-tujuan tersebut di teraman, tercepat, dan paling efektif mungkin.

Jika diperlukan dilakukan tindakan Bedah


Bypass lambung atau operasi bariatric kadang-kadang dipilih oleh pasien dan
dokter mereka untuk mengobati obesitas berat. Fisioterapis dapat membantu
mempersiapkan diri dan pulih dari operasi dengan merancang dan melakukan program

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


fisioterapi pra operasi dan pasca operasi. Fisioterapis dapat mendampingi setiap sesi,
membantu menghindari cedera sendi dan otot, dan meningkatkan dan menyesuaikan
program sesuai kebutuhan. program pra operasi sering melibatkan latihan kekuatan dan
pengkondisian aerobik, sementara program pasca operasi sering mulai dengan pernapasan
dalam dan ekstremitas bawah (kaki, pergelangan kaki, kaki) latihan, lembut
meningkatkan kekuatan dan latihan aerobik. Fisioterapis akan membantu meminimalkan
rasa sakit, mendapatkan kembali gerak dan kekuatan, dan kembali ke aktivitas normal
dalam cara yang paling cepat setelah operasi.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK VI
GIZI DAN MASYARAKAT

Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul
sebagai akibat kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan. Kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan masalah gizi lebih
yang terutama terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Dilain pihak empat masalah gizi
kurang seperti gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), anemia gizi besi (AGB),
kurang viatmin A(KVA), kurang energi protein (KEP) masih tetap merupakan gangguan
khususnya di pedesaan.

Dengan meningkatnya taraf hidup sebagian masyarakat yang tinggal baik di


perkotaan maupun di pedesaan akan memberikan perubahan pada gaya hidup. Pemilihan
makanan yang cenderung menyukai makanan siap santap dimana kandungan gizinya
tidak seimbang. Rata-rata makanan jenis ini mengandung lemak dan garam tinggi, tetapi
kandungan serat yang rendah. Disamping itu masih banyak masyarakat yang hidup
dibawah garis kemiskinan dimana pemenuhan kebutuhan makanan kurang sehingga
timbul masalah gizi kurang. Jadi masalah gizi yang timbul, baik masalah gizi kurang
maupun masalah gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh perilaku makan seseorang yang
salah yaitu tidak adanya keseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizinya.

Ada pergeseran konsep standar gizi yang digunakan pada masa lalu dan masa
kini. Pada masa lalu hanya dibuat satu standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi yang
dianjurkan (recommended dietary allowances, RDA) untuk keperluan berbagai tujuan.
Pada masa kini standar gizi dibuat tidak tunggal lagi, tergantung tujuan penggunaannya,
yaitu kebutuhan rata-rata (estimated average requirement, EAR), asupan gizi yang cukup
(Adequate Intake, AI), kecukupan gizi (recommended dietary allowances, RDA), dan
batas atas asupan (Tolerable Upper Intake Level, UL). Untuk keperluan di Indonesia hasil
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 menetapkan tiga standar gizi,
yaitu angka kecukupan gizi (AKG), batas atas asupan (UL), dan acuan label gizi (ALG).

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Masalah-masalah gizi secara umum yang sering dihadapi masyarakat
Menurut Prof Soekirman Ph.D., Guru Besar Ilmu Gizi IPB Bogor, Masalah Gizi
adalah Gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang atau
masyarakat sebagai akibat adanya ketidak seimbangan antara asupan (intake) dengan
kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Ketidak seimbangan atau gangguan dari masalah gizi bisa karena kekurangan
asupan bisa juga karena kelebihan asupan. Dari berbagai penelitian dan pemantauan pada
konsumsi gizi masyarakat, ketidak seimbangan atau gangguan yang muncul dapat
mengakibatkan :

1. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit (imunitas) yang berdampak


pada tingginya angka penyakit infeksi dan kematian bayi dan balita

2. Gangguan pertumbuhan fisik pada siklus kehidupan manusia sejak janin, bayi baru
lahir,balita yang dapat berdampak sampai dewasa

3. Gangguan perkembangan otak pada janin, bayi dan balita yang berdampak pada
kecerdasan pada usia sekolah

4. Rendahnya produktifitas kerja dan Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya

Jenis Masalah Gizi

Jenis masalah gizi didasarkan pada ketidak seimbangan asupan makanan terhadap
kebutuhan tubuh, yaitu yang pertama adalah ketidak seimbangan karena kekurangan
asupan dari kebutuhan tubuh dan yang kedua adalah ketidak seimbangan karena
kelebihan asupan dari kebutuhan tubuh akan zat-zat (gizi) yang terdapat dalam makanan

Jenis masalah gizi yang pertama adalah ketidak seimbangan karena kekurangan
asupan makanan dari kebutuhan tubuh biasa disebut dengan gizi yang kurang atau yang
lazim disebut dengan “gizi kurang” atau biasa juga diistilahkan dengan “kelaparan”,
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
baik yang kentara maupun tidak kentara. Gizi kurang juga dibedakan atas kekurangan
komponen-komponen gizinya yaitu “gizi kurang makro” dan “gizi kurang mikro”.
Gizi kurang makro dikenal dengan “kurang energy protein”. Sedang gizi kurang mikro
yang banyak ditemukan atau menjadi masalah adalah Kurang Zat Yodium, Kurang Zat
Besi, Kurang Vitamin A, Kurang Zat Zeng, Kurang Asam Folat, Kurang Vitamin B12
dan lain-lain.

Jenis masalah gizi yang kedua adalah ketidak seimbangan karena kelebihan
asupan dari kebutuhan tubuh, dikenal dengan istilah “gizi lebih”, contohnya kegemukan
dan penyakit Degeneratif. Gizi lebih ini lebih dikenal dengan “lebih Karbohirat” atau
banyak makan dan juga “lebih lemak” atau banyak makan lemak/minyak masakan.
Kesemuanya dikenal dengan istilah “energy Lebih”. Contoh penyakit gizinya, bila
kelebihan Karbohidrat maka dalam darah akan kelebihan glukosa, bila glukosa ini sempat
diproses menjadi glikogen maka seseorang akan terlihat Kegemukan, bila glukosa tidak
sempat diproses menjadi glikogen alias glukosa darah tetap tinggi maka seseorang akan
menderita penyakit gula, akan lebih parah lagi bila seseorang telah mengalami proses
degeneratif. Ini terjadi juga pada keadan gizi lebih karena “lebih lemak” atau banyak
makan lemak/minyak masakan, lemak yang dimakan akan tertimbun pada pembulu darah
dan ini akan menimbulkan penyakit jantung, penyakit darah tinggi dan akibat-akibat
lainnya.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK VII
GIZI SEIMBANG

Prinsip Menyusun Menu Seimbang

1. Bahan makanan mempunyai tiga fungsi bagi seseorang, yaitu fungsi biologi, psikologi
dan sosial.

2. Makanan dapat dikelompokkan menurut slogan empat sehat lima sempurna menjadi
lima golongan, yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah dan susu

3. Pemilihan bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : keadaan


psikologi, pendidikan, pendapatan, sosial budaya dan geografi

4. Dalam memilih bahan makanan perlu memperhatikan jenis dan tanda kerusakan
bahan makanan serta ciri-ciri bahan makanan yang baik

5. Pengertian menu seimbang adalah susunan hidangan beberapa macam makanan yang
mengandung energi dan zat gizi secara cukup, baik jenis maupun jumlahnya.

6. Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi
dapat terpenuhi; dapat memilih bahan makanan yang baik, dan sesuai dengan
keadaan sosial, ekonomi dan budaya; mengurangi kehilangan zat gizi selama
penyiapan makanan; serta mengurangi kebosanan akan menu makanan

7. Dalam merencanakan menu seimbang perlu memperhatikn berbagai faktor, yaitu :


kecukupan zat gizi, pemilihan bahan makanan yang baik dan sesuai , serta
penyelenggaraan makanan

8. Proses yang harus dilakukan dalam menyusun menu adalah menentukan kecukupan
gizi, menentukan hidangan, penentuan pemilihan bahan makanan, serta pengolahan
bahan makanan

 13 Pesan Dasar Pedoman Umum Gizi Seimbang

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pada tahun 1995, pemerintah melalui Departemen Kesehatan mengenalkan Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) sebagai panduan pemenuhan gizi masyarakat. Pedoman Umum Gizi
Seimbang ini dijabarkan dalam 13 pesan dasar. 13 Pesan Dasar PUGS tersebut adalah sbb.
 Pesan No. 1: Makanlah Aneka Ragam Makanan
Makanlah makanan yang mengandung nutrisi yang beragam, karena tidak ada bahan
makanan yang mengandung semua nutrisi yang diperlukan tubuh.
 Pesan No. 2: Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Konsumsi makanan harus dapat memenuhi kebutuhan energi harian. Kecukupan
kebutuhan energi ditunjukkan dengan berat badan yang normal.
 Pesan No. 3: Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat, Setengah dari Kebutuhan
Energi
Makanan pokok sebaiknya memberikan setengah kebutuhan energi, sisanya dari
makanan lain yang mengandung protein dan lemak seperti daging, telor, susu, dsb.
 Pesan No. 4: Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak sampai Seperempat dari Kecukupan
Energi
Konsumsi lemak dan minyak sebaiknya tidak lebih dari seperempat dari kebutuhan
energi. Kelebihan lemak dan minyak cenderung disimpan sebagai lemak tubuh.
 Pesan No. 5: Gunakan Garam Beryodium
Yodium adalah nutrisi penting bagi tubuh terutama untuk proses metabolisma dan
pertumbuhan tubuh. Garam dapur dapat menjadi salah satu sumber utama mineral
yodium.
 Pesan No. 6: Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan sel-sel darah.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Zat besi banyak terdapat dalam
sayuran hijau.
 Pesan No. 7: Berikan ASI Saja pada Bayi sampai Berumur 4 Bulan
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi selama empat bulan pertama usia bayi. ASI juga
menyediakan imunisasi alami bagi bayi.
 Pesan No. 8: Biasakan Makan Pagi
Sarapan sangat penting bagi metabolisma tubuh karena membatasi waktu puasa saat
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
tidur semalaman. Sarapan dapat meningkatkan laju metabolisma sehingga tubuh lebih
efektif mengubah makanan menjadi energi dan memberi nutrisi tubuh.
 Pesan No. 9: Minum Air Bersih, Aman, dan Cukup Jumlahnya
Air berperan penting dalam tubuh seperti menghidrasi tubuh, membantu fungsi organ,
membantu pencernaan, membuang racun, dsb. Oleh karena itu tubuh harus selalu
mendapatkan air secara memadai. Air yang diminum harus bersih dan aman dari potensi
berbahaya seperti kuman penyakit dan bahan kimia berbahaya.
 Pesan No. 10: Lakukan Kegiatan Fisik dan Olahraga Secara Teratur
Aktivitas fisik dan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena dapat
melancarkan aliran darah, mengendalikan tekanan darah, mengendalikan glukosa darah,
mengendalikan berat badan, mengurangi kolesterol, dan lain sebagainya.
 Pesan No. 11: Hindari Minuman Beralkohol
Hindari minum minuman beralkohol. Minuman beralkohol meningkatkan resiko
penyakit. Minum alkohol juga dapat merusak mental, sehingga membuat seseorang
tidak produktif.
 Pesan No 12: Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Makanan yang dikonsumsi harus cukup gizi dan aman bagi kesehatan. Makanan bisa
menjadi tidak aman dikonsumsi jika mengandung bahan berbahaya yang bisa berasal
dari bahan baku, kontaminan, pengawet, pewarna, penyedap rasa, dsb.
 Pesan No. 13: Bacalah Label pada Makanan yang Dikemas
Makanan kemasan yang baik mencantumkan label nutrisi yang berisi bahan-bahan dan
kandungan nutrisi. Makanan kemasan yang baik juga menetapkan batas kadaluarsa
pada kemasan. Memperhatikan label nutrisi makanan kemasan membantu konsumen
secara seksama memilih makanan yang sehat dan aman.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK VIII
KONSEP DIET OBESITAS

Diet rendah lemak Metaanalisis menunjukkan terdapat hubungan yang tergantung


pada dosis antara penurunan asupan lemak dan penurunan berat badan. Untuk tiap 1%
penurunan energi dari lemak terdapat penurunan 0,28 kgBB. Bila hanya fokus asupan
lemak tanpa menghitung kalori, tampaknya tidak banyak mengurangi berat badan

DIET RENDAH KOLESTEROL

Indikasi :
diberikan kepada penderita yang mempunyai kadar kolesterol dan atau kadar lemak
dalam darah tinggi dengan atau tanpa penyakit lain

Tujuan Diet :
1. Menurunkan kadar kolesterol dan lemak dalam darah
2. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk

Prinsip Diet :
1. Penggunaan lemak dibatasi (terutama lemak je nuh)
2. Lebih banyak menggunakan lemak tak jenuh
3. Penggunaan bahan makanan yang mengandung banyak kolesterol (hewani dibatasi)
4. Jumlah kalori dibatasi pada penderita yang gemuk
5. Protein sesuai kebutuhan
6. Tinggi serat

Bahan makanan yang diperbolehkan :

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. yang mengandung lemak tak jenuh : minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan;
minyak kacang tanah, minyak sawit, minyak jagung, minyak ke delai, margarine
2. Sumber karbohidrat : nasi, nasi tim, bubur, roti gandum, makaroni, pasta, jagung,
kentang, ubi dan talas, havermout, sereal (karbohidrat kompleks yang banyak
mengandung serat)
3. Sumber protein :
- Nabati : tempe, tahu, oncom, dan kacang-kacangan (kacang ijo, kacang tanah,
kedelai)
- Hewani : daging tak berlemak, ayam tanpa kulit ikan
4. Sayuran yang tidak menimbulkan ga : bayam, buncis, labu kuning, labu siam, wortel,
tauge, tomat
5. Makanan yang tidak berlemak dan menggunakan santan encer. Gunakan minyak untuk
menumis

Bahan makanan yang dibatasi :


1. Sumber karbohidrat : mie, roti putih, ketan, kue-kue Cake, biskuit,
pastries
2. Sumber protein hewani : daging kurus 1 x/mgg, ayam 3 x/mgg, bebek, sarden
(makanan kaleng udang, cumi, dan kuning telur 1 x/mgg
3. Sayuran yang mengandung gas : kol, sawi, nangka muda,
lobak
4. Buah-buahan yang mengandung alkohol : durian, nangka tua, anggur,
nenas,
5. Makanan yang berlemak dan menggunakan santan kental, makanan yang
digoreng
6. Minuman yang mengandung soda dan alkohol

Bahan makanan yang dihindari :

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. Yang banyak mengandung lemak jenuh : minyak yang berasal dari hewan : lemak sapi,
babi, kambing, susu penuh (full cream), cream, keju, mentega. Minyak kelapa, santan
kental, mayonaise
2. Daging berlemak (daging merah) dan jeroan : kambing, sapi, babi, otak, limpa, ginjal,
hati, telur, jantung, ham, sosis, babat, usus
3. Minuman keras : arak, bir, brendi, dll

Cara mengatur diet :


1. Gunakan minyak kedelai, minyak sawit, minyak kacang tanah atau minyak jagung
dalam jumlah ter batas ( 1 sendok makan/hari)
2. Penggunaan daging merah maksimal 2 x/minggu. paling banyak 50 gr tiap kali makan.
Makanlah ikan sebagai pengganti daging.
3. Batasi penggunaan kuning telur, maksimal 2 x/mgg
4. Makan sayuran dan buah segar
5. Memasak dengan merebus, mengukus, menumis

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Bila disertai darah tinggi diberikan rendah garam
2. Hati-hati dengan minuman atau suplemen berenergi

Contoh Menu

Makan Pagi : Nasi


Pepes ikan
Tahu bumbu kuning
Ca sayuran

Jam 10.00 : Pepaya

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Makan Siang : Nasi
Ikan acar kuning
Pepes tempe
Sayur ganggang kangkung
Melon

Jam 16.00 : Apel

Makan Malam : Nasi


Ikan bumbu asem manis
Tahu bumbu gadon
Bening bayam + labu siam
Pisang

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK IX
KONSEP DIET GARAM

Diet Garam atau Diet untuk Hypertensi disebut juga Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH) adalah diet makan kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan,
unggas, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan susu rendah lemak. makanan ini tinggi
nutrisi kunci seperti kalium, magnesium, kalsium, serat, dan protein.
Diet DASH dapat menurunkan tekanan darah karena memiliki lebih sedikit garam
dan gula dari makanan khas Amerika. Diet DASH memotong makanan penutup,
minuman manis, lemak, daging merah, dan daging olahan.
Contoh menu DASH
 Biji-bijian: 7-8 porsi setiap hari (ukuran porsi: 1 iris roti, 1/2 cangkir nasi atau
pasta, 1 ons sereal kering)
 Sayuran: 4-5 porsi setiap hari (1 cangkir mentah sayuran hijau, 1/2 cangkir
dimasak sayur)
 Buah: 4-5 porsi setiap hari (1 buah sedang, 1/2 cangkir buah segar atau beku, 1/4
cangkir buah kering, 6 ons jus buah)
 Rendah lemak atau bebas lemak produk susu: 2-3 porsi setiap hari (8 ons susu, 1
cangkir yogurt, 1,5 ons keju)
 daging tanpa lemak, unggas, dan ikan: 2 atau lebih sedikit porsi sehari (3 ons
daging yang dimasak, unggas, atau ikan)
 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan kacang-kacangan: 4-5 porsi per minggu (1/3
cangkir kacang-kacangan, 2 sendok makan biji, 1/2 cangkir dimasak biji kering
atau kacang polong)
 Lemak dan minyak: 2-3 porsi setiap hari (1 sendok teh minyak sayur atau
margarin lembut, 1 sendok makan mayones rendah lemak, 2 sendok makan salad
ringan saus)
 Permen: kurang dari 5 porsi per minggu. (1 sendok makan gula, jelly, atau selai)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Diet tinggi natrium meningkatkan tekanan darah pada banyak orang. Bahkan, semakin
sedikit sodium yang dimakan, semakin baik kontrol tekanan darah yang dimiliki.

Untuk menurunkan natrium ,disarankan:

 Gunakan buku harian makanan untuk melacak garam dalam makanan yang di
makan, kurang dari 2.300 miligram (sekitar 1 sendok teh garam) setiap hari.
 Membaca label fakta gizi pada setiap paket makanan.
 Pilih makanan yang memiliki 5% atau kurang dari "Daily Value" natrium.
 Hindari makanan yang memiliki 20% atau lebih Nilai Harian natrium.
 Hindari makanan kalengan, makanan olahan, daging makan siang, dan makanan
cepat.
 Gunakan bumbu bebas garam.
 Kalium, magnesium, dan serat, di sisi lain, dapat membantu mengontrol tekanan
darah. Buah-buahan dan sayuran yang tinggi kalium, magnesium, dan serat, dan
mereka rendah sodium. Menempel seluruh buah-buahan dan sayuran. Jus kurang
bermanfaat, karena serat akan dihapus. Juga, kacang-kacangan, biji-bijian,
kacang-kacangan, daging tanpa lemak, dan unggas merupakan sumber yang baik
dari magnesium.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK X
KONSEP DIET DIABETES

Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk
mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi
energi adalah 60-70 % dari karbohidrat, 10-15 % dari protein, 2025 % dari lemak.
Makanlah aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat
pembangun serta zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein
yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain-lain.
Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral.
Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam,
daging, susu, keju dan lain-lain. c. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin
dan mineral. Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan. Ada
beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita diabetes mellitus menurut
kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak.
Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan
makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah
menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita
terutama penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa
darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan
yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting adalah
jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah
yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan yang
memperparah penyakit diabetes mellitus. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa jenis
makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi
penderita diabetes mellitus yaitu: a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk
penderita diabetes mellitus adalah: 1). Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti,
mie, kentang, singkong, ubi dan sagu. 2). Sumber protein rendah lemak seperti ikan,

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


ayam tanpa kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan. 3). Sumber lemak
dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama
mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar. b. Jenis
bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita diabetes mellitus
adalah: 1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly,
buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis,
dodol, cake dan tarcis. 2). Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji
(fast-food), goreng-gorengan. 3). Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur
asin dan makanan yang diawetkan (Almatsier, 2006). 2.7.3. Interval Makan Penderita
Diabetes Mellitus Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol
kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak
dan Universitas Sumatera Utara bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini
dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum
lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula
darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3
porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil
untuk makanan selingan masing-masing (10-15 %). Tabel 2.2. Contoh Menu Sehari
dengan Jenis Diet DM 1900 Kalori Jenis Makanan Berat (gr) URT Makan Pagi
Nasi/penukar Lauk hewani Lauk nabati Sayuran A Buah Minyak Gula 100 50 25 100 0
10 0 1 gls 1 ptg  ptg 1 gls 0 ptg 1 sdm 0 sdm Jam 10.00 Buah 100 1 ptg Makan Siang
Nasi/penukar Lauk hewani Lauk nabati Sayuran B Buah Minyak Gula 200 50 50 100 100
10 0 1  gls 1 ptg 1 ptg 1 gls 1 ptg 1 sdm 0 sdm Jam 16.00 Buah 100 1 ptg Makan Malam
Nasi/penukar Lauk hewani Lauk nabati Sayuran B Buah Minyak Gula 150 50 25 100 100
10 0 1 gls 1 ptg  gls 1 gls 1 ptg 1 sdm 0 sdm Sumber : Depkes RI, 2009 Universitas
Sumatera Utara Keterangan: - Gls : gelas - Sdm : sendok makan - Ptg : potong - Sdg :
sedang Nilai Gizi : - Energi : 1912 kkal - Protein : 60 g (12,5 % energi total) - Lemak : 48
g (22,5 % energi total - Karbohidrat : 299 g (62,5 % energi total) - Kolestrol : 303 mg -
Serat : 37 g
Sumber makanan alami glukosa

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Glukosa kebanyakan ditemukan di makanan sebagai sebuah blok bangunan lebih
kompleks karbohidrat. Karbohidrat kompleks terdiri dari ribuan unit glukosa yang
dihubungkan bersama-sama dalam rantai. Sistem pencernaan kita memecah karbohidrat
kompleks menjadi banyak molekul glukosa untuk digunakan oleh sel-sel kita untuk
menciptakan energi.
Mayoritas asupan karbohidrat kami harus berasal dari karbohidrat kompleks (Pati)
dan gula alami, daripada diproses atau gula halus, yang tidak menemukan vitamin,
mineral dan serat karbohidrat kompleks dan alami. Gula halus seperti sirup jagung
fruktosa tinggi sering disebut "kalorikosong" karena mereka memiliki sedikit untuk tidak
ada nilai gizi. Sirupjagung fruktosa tinggi ini tidak menjadi bingung dengan sirup
jagung,yang memiliki kandungan tinggi glukosa. Diet yang mengandung makanan
dengan sirup jagung tinggi-frucose berkontribusi pada perkembangan Diabetes Tipe 2.
Lihat cara alami untuk mencegah Diabetes Tipe 2
Sumber makanan alami glukosa:
1. pasta ini kaya karbohidrat kompleks.
2. seluruh gandum roti yang dibuat tanpa sirup jagung fruktosa tinggiadalah bergizi
sumber karbohidrat kompleks.
3. seluruh biji-bijian dan keseluruhan gandum sereal dibuat tanpa sirupjagung fruktosa
tinggi juga bergizi sumber karbohidrat kompleks. Melihat manfaat kesehatan Whole
grains - hara perbandingan antara bijiandan produk-produk tepung halus
4. polong-polongan termasuk kacang, kacang polong, dan lentil adalahtinggi sumber
karbohidrat kompleks dan juga mengandung protein.
5. kentang tinggi di Pati (rantai panjang molekul glukosa) dan juga mengandung besi,
kalium, fosfor, Vitamin C dan magnesium.
Karbohidrat kompleks menjaga kita puas untuk waktu lebih lama daripada makanan yang
mengandung sirup jagung fruktosa tinggi/gula sederhana. Konsumsi karbohidrat
kompleks membutuhkan asupan makanan kurang dan hal ini mengakibatkan kurang
kalori. Itulah sebabnya mengapa karbohidrat kompleks yang disarankan dalam
pemeliharaan berat badan diet.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


6. susu produk termasuk susu, yogurt dan keju mengandung laktosa. Laktosa terdiri dari
satu glukosa molekul bergabung molekul galaktosa, yang dicerna menjadi glukosa. Susu
mentah adalah sumber makanan alami terbaik untuk glukosa - membaca mengapa di sini!
7. sayuran mengandung glukosa sering dalam bentuk Pati. Pati adalahmolekul
Penyimpanan energi tanaman. Hal ini dibentuk oleh panjang rantai glukosa molekul
dihubungkan bersama-sama. Termasuk tinggi diPati sayur, jagung, zucchini dan squash.
Pati rendah sayuran termasuk asparagus, Terong, jamur, kubis Brussel,kubis, kembang
kol, seledri, mentimun, okra, kacang hijau, paprika merah dan hijau, bawang,
andtomatoes, dan semua dikemas dengan nutrisi.
8. anggur adalah sumber yang kaya glukosa.
9. Madu mengandung sekitar 38% glukosa.
Atlet sangat terfokus pada menjaga keadaan sehat dan optimal metabolisme glukosa
untuk kinerja puncak. Itu mungkin pendek terlihat untuk atlet untuk melatih
menggunakan 'olahraga minuman' dan 'olahragaBar' tinggi dalam sirup jagung fruktosa
tinggi. Produk sirup jagung fruktosa tinggi yang manis ini menyediakan 'kalori kosong'
yang dapat mengganggu kinerja puncak dan mungkin memiliki jangka panjang negatif
efek metabolik, termasuk risiko mengembangkan Diabetes Tipe 2

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XI
DIET PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Kehamilan merupakan masa yang penting, bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi
calon bayi dan masa depannya. Oleh karna itu, Berat badan ibu hamil sangat perlu
diperhatikan, karena berat Bayi lahir dipengaruhi oleh berat ibu selama proses kehamilan.
Bayi dengan berat lahir rendah, lebih beresiko mengalami gangguan perkembangan
ataupun penyakit
Normal berat badan:
Wanita kecil (BMI * < 19) = 28 40 lbs.
Rata-rata wanita (BMI * 19 24) = 25 35 lbs.
Perempuan berat (BMI * > 25) = 15 25 lbs.
Remaja hamil = berat badan per M.D.
Kehamilan kembar = 35 45 lbs.
BMI (body mass index) adalah jumlah yang dihasilkan dari perhitungan berat badan
di kilogram dibagi dengan tinggi badan di meter persegi. BMI sehat adalah antara 19-
24, underweight BMI di bawah 19, dan kelebihan berat badan adalah BMI atas 25.
Tingkat kenaikan berat badan selama kehamilan sangat penting. Selama
trimester pertama berat badan harus naik meskipun sangat lambat atau sangat sedikit
minimal 0,5 kg selama trimester pertama. Selama Terimester kedua dan ketiga, berat
badan harus terus meningkat hingga setengah sampai satu kilogram setiap minggu.
Karena itu perlu diperhatikan asupan makannan bagi ibu hamil maupun menyusui.
Diantaranya :
1. Kalori
Kebutuhan kalori saat hamil meningkat sehingga menimbulkan pertambahn
berat badan pada ibu hamil. Pada trimester kedua dan ketiga, pertumbuhan
janinmenjadi semakin cepat sehingga kebutuhan kalori meningkat sampai 300 kalori
dibandingkan sebelum hamil. Ini sama seperti kalori yang disediakan oleh 2,5 cangkir
susu rendah lemak atau ikan tuna sandwich. Namun pada beberapa wanita, mereka

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


hanya membutuhkan 200-250 kalori perhari. Contoh menu makanan sehat penambah
kalori tersebut adalah:
1 cangkir susu skim, sereal kering 1 porsi dan 1 pisang atau
3 ons daging merah dan 1 iris roti atau
2 ons daging merah atau keju dan 2 iris roti
2. Folat atau asam folat atau folacin
Folat atau yang sering disebut asam folat atau ada juga yang menyebut
folacin, juga merupakan zzat yang dibutuhkan untuk ibu hamil dan menyusui.
Kebutuhan asam folat bagi ibu hamil kurang lebih 600 mikrogram/hari dan pada ibu
menyusui 500 mikrogram/hari. Jumlah asam folat ini sangat penting sebelum, selama
dan sesudah kehamilan. Asam folat ini penting untuk pembentukan sel dan organyang
terjadi pada trimester pertama kehamilan. Oleh karena itu, nutrisi sangat penting pada
wanita itu, nutrisi ini sangat penting pada wanita usia subur, apalagi pada ibu hamil.
Karen dapat mengurangi resiko bayi lahir cacat. Sumber yang baik dari asam folat
didapatkan pada sayuran hijau, roti gandum, biji-bijia, roti, sereal pasta, kacang-
kacangan, kacang kering atau kacang polong, buah jeruk.
Kadang-kadang, sulit sekali bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi nutrisi
tersebut sesuai jumlah yg diharuskan. Karena itu dokter seringkali meresepkan
suplemen, untuk mencukupi kadar asam folat yang dibutuhkan.

3. Kalsium
Kalsium sangat dibutuhkan ibu hamil atau menyusui. Janin sangat
membutuhkan kalsium. Apabila kalsium yang dikonsumsi ibunhamil kurang mencukupi,
maka janin akan mengambil kalsium dari tulang ibu hamil yang akan mengakibatkan
tulang ibu hamil menjadi lemah. Kalsium yang dibutuhkan ibu hamil atau menuyusui
kurang lebih 1000mg/hari. Sumber kalsium yang baik, didapatkan dari susu, yogurt, tahu.
Sayur hijau, ikan, kacang almond dan sereal.
4. Protein

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Protein juga merupakan zat yang dibutuhkan oleh ibu hamil atau menyusui.
Ibu hamil atau menyusui membutuhkan1,2 gram protein/kg berat badan ibu/hari. Sumber
protein bias didaptkan pada: daging merah, ikan, unggas, kacang, telur, kacang-kacangan,
susu, keju dan yogurt. Contoh kadar protein dalam makanan adalah :
8 ons. susu = 8 gram protein
cincangan daging 3 oz. = 20 gram protein
1 sdm mentega kacang = 5 gram protein
3 ons. tuna = 30 gram protein
1 ons. sereal = 6 gram protein
1 cangkir gandum = 5 gram protein
5. Zat Besi
Pada wanita hamil terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan volume
darah ini mengakibatkan meningkatnya asupan zat besi. Zat besi sangat penting untuk
membuat hemoglobin, yaitu komponen darah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.
Hemoglobin ini juga melintasi plasenta untuk mensuplai oksigen untuk janin. Pada ibu
hamil dibutuhkan kurang lebih 27mg/hari dan pada ibu menyusui 9mg/hari.
Sumber zat besi bias didapatkan pada: daging, unggas, ikan, kacang-
kacangan, biji-bijian ataupun buah-buahan. Bagi ibu hamil, untuk dapat mencukupi
kebutuhan zat besi ini tidak mudah, karena zat besi tidak mudah diserap oleh tubuh. Oleh
karena itu diasarankan juga untuk mengkonsumsi suplemen zat besi agar penyerapannya
lebih maksimal
6. Air
Air juga merupakan komponen penting yang dibutuhkan pada masa kehamilan,
untuk membawa nutrisi penting ke palsenta. Selain itu, air juga diperlukan untuk
mencegah infeksi pada saluran kemih dan untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi pada
kehamilan dapat menyebakan kontraksi hingga persalinan premature. Pada ibu hamil,
kebutuhan air meningkat sebanyak 3.0 L/hari dan pada ibu menyusui meningkat 3.8
L/hari dibandingkan sebelum hamil.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XII
GIZI ANAK

Asupan makanan yang bergizi amat penting untuk si kecil agar bisa tumbuh
dan berkembang dengan optimal. Karena itu pastikan bahwa menu yang disajikan
bagi si kecil memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya. Di usia ini anak memasuki usia
pra sekolah dan mempunyai risiko besar terkena gizi kurang. Pada usia ini anak
tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih
banyak, sementara mereka mengalami penurunan nafsu makan dan daya tahan
tubuhnya masih rentan sehingga lebih mudah terkena infeksi dibandingkan anak
dengan usia lebih tua. Zat gizi yang mereka perlukan adalah Karbohidrat berfungsi
sebagai penghasil energy bagi tubuh dan menunjang aktivitas anak yang mulai aktif
bergerak. Mereka biasanya membutuhkan sebesar 1300 kkal per hari. Protein
berfungsi untuk membangun dan memperbaiki sel tubuh dan menghasilkan energy.
Mereka membutuhkan protein sebesar 35 gram per hari Mineral dan vitamin yang
penting pada makanan anak adalah iodium, kalsium, zinc, asam folat, asam folat, zat
besi, vitamin A,B,C,D,E, dan K. Mineral dan vitamin ini berperan dalam
perkembangan motorik, pertumbuhan, dan kecerdasan anak serta menjaga kondisi
tubuh anak agar tetap sehat. Sementara pertumbuhan fisik tubuh sedikit melambat,
karenanya anak perlu makan makanan yang memberikan asupan gizi yang
mendukung pertumbuhan otaknya.
1) Tepat kombinasi zat gizinya, antara kebutuhan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral serta kebutuhan cairan tubuh anak, yaitu 1-1,5 liter/hari.
2) Tepat jumlah atau porsinya, sesuia yang diperlukan tubuh berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) harian.
3) Tepat dengan tahap perkembangan anak, artinya kebutuhan aklori anak
berdasarkan berat badan dan usia anak.
4) Pola Makan balita harus terdiri dari:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


5) Ketika bayi anda tumbuh menjadi balita, mereka harus sepenuhnya
terintegrasi ke makanan keluarga, meskipun untuk sementara waktu mungkin
mereka masih perlu bantuan untuk memotong makanan menjadi potongan-
potongan kecil
6) Satu hal yang perlu diperhatikan untuk membuat makanan keluarga cocok
untuk anak Anda,yaitu gunakan sedikit gula, garam dan hindari bumbu-
bumbu dengan rasa yang tajam
7) Susu masih sangat berperan penting dalam pola makan anak Anda, meskipun
mereka perlu sedikit lebih berkurang sekarang, sekitar 200-600 ml susu atau
2-3 porsi susu per hari
8) Berikan anak makanan yang sehat, bervariasi dan seimbang,
9) Anak harus makan berbagai macam makanan dari setiap kelompok makanan:
10) 4 porsi jenis karbohidrat perhari
11) 2-3 porsi susu perhari
12) 1-2 porsi jenis daging atau jenis daging lainnya perhari
13) 5 porsi jenis buah dan sayuran perhari
Kebutuhan Gizi Balita
1. Energi
 Balita membutuhkan energi (sebagai kalori) untuk memungkinkan mereka
untuk beraktifitas serta untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh
mereka
 Tubuh mendapatkan energi terutama dari lemak dan karbohidrat tetapi
juga beberapa dari protein
 Asupan Kalori
 Anak-anak usia balita membutuhkan kalori yang cukup banyak
disebabkan bergeraknya cukup aktif pula. Mereka membutuhkan
setidaknya 1500 kalori setiap harinya. Dan balita bisa mendapatkan kalori

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


yang dibutuhkan pada makanan-makanan yang mengandung protein,
lemak dan gula.
 Protein
 Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan dan perbaikan
jaringan tubuh, serta untuk membuat enzim pencernaan dan zat kekebalan
yang bekerja unutkmelindungi tubuh si kecil.
 Kebutuhan protein secara proporsional lebih tinggi untuk anak-anak
daripada orang dewasa.
 Asupan gizi yang baik bagi balita juga terdapat pada makanan yang
mengandung protein. Karena protein sendiri bermanfaat sebagai prekursor
untuk neurotransmitter demi perkembangan otak yang baik nantinya.
Protein bisa didapatkan pada makanan-makanan seperti ikan, susu, telur 2
butir, daging 2 ons dan sebagainya.
 Sumber protein ikan, susu, daging, telur, kacang-kacangan
 Tunda pemberiannya bila timbul alergi atau ganti dengan sumber protein
lain.
 Untuk vegetarian, gabungkan konsumsi susu dengan minuman berkadar
vitamin C tinggi untuk membantu penyerapan zat besi.
 Lemak
 Beberapa lemak dalam makanan sangat penting dan menyediakan asam
lemak esensial, yaitu jenis lemak yang tidak tersedia di dalam tubuh
 Lemak dalam makanan juga berfungsi untuk melarukan vitamin larut
lemak seperti vitamin A, D, E dan K.
 Anak-anak membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan orang dewasa
karena tubuh mereka menggunakan energi yang lebih secara proposional
selama masa pertumbuhan dan perkembangan mereka. Namun, Anjuran
makanan sehat untuk anak usia lebih dari 5 tahun adalah asupan lemak

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


total sebaiknya tidak lebih dari 35% dari total energi.
 Sumber lemak dalam dalam makanan bisa di dapat dalam : mentega, susu,
daging, ikan, minyak nabati.
2. Karbohidrat
 Karbohidrat merupakan pati dan gula dari makanan
 Pati merupakan komponen utama dari sereal, kacang-kacangan, biji-bijian
dan sayuran akar
 Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi anak. Hampir separuh
dari energi yang dibutuhkan seorang anak sebaiknya berasal dari sumber
makanan kaya karbahidrat seperti roti, seral, nasi, mi, kentang.
 Anjuran konsumsi karbohidrat sehari bagi anak usia 1 tahun keatas antara
50-60%
 Anak-anak tidak memerlukan ‘gula pasir’ sebagai energy serta madu harus
dibatasi.
 Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan karbohidrat sebagai
energi utama serta bermanfaat untuk perkembangan otak saat belajar
dikarnakan karbohidrat di otak berupa Sialic Acid. Begitu juga dengan
balita, mereka juga membutuhkan gizi tersebut yang bisa diperoleh pada
makanan seperti roti, nasi kentang, roti, sereal, kentang, atau mi.
 Kenalkan beragam karbohidrat secara bergantian.
 Selain sebagai menu utama, karbohidrat bisa diolah sebagai makanan
selingan atau bekal sekolah seperti puding roti atau donat kentang yang
lezat.
3. Serat
 Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak dipecah
dalam usus kecil dan penting untuk mencegah sembelit serta gangguan
usus lainnya.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Serat dapat membuat perut anak menjadi cepat penuh dan terasa kenyang,
menyisakan ruang untuk makanan lainnya sehinga sebaiknya tidak
diberikan berlebih
4. Vitamin dan Mineral
 Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat kecil untuk banyak proses penting yang dilakukan dalam tubuh
 Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai
fungsi
 Makanan yang berbeda memberikan vitamin dan mineral yang berbeda
dan memiliki diet yang bervariasi dan seimbang . Ini penting untuk
menyediakan jumlah yang cukup dari semua zat gizi
 Ada beberapa pertimbangan pemberian zat gizi untuk diingat, seperti
pentingnya zat besi dan pemberian vitamin dalam bentuk suplemen.
5. Zat besi
 Usia balita merupakan usia yang cenderung kekurangan zat besi sehingga
balita harus diberikan asupan makanan yang mengandung zat besi.
Makanan atau minuman yang mengandung vitamin C seperti jeruk
merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi yang bermanfaat
untuk penyerapan zat besi.
6. Kalsium
 Balita juga membutuhkan asupan kalsium secara teratur sebagai
pertumbuhan tulang dan gigi balita. Salah satu pemberi kalsium terbaik
adalah susu yang diminum secara teratur.

Kebutuhan nutrisi harian anak usia 1-3 tahun (1000 kkal)

Nutrisi Kebutuhan/Hari Setara dengan….

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Vit A 400 ug Wortel (50 gram)

Vit D 200 IU Susu (470 ml atau 2 cangkir)

Vit K 15 ug 2 tangkai asparagus (20 gram)

Vit B1 (Thiamin) 0,5 mg Kentang rebus (150 gram)

Vit B2 (Riboflavi) 0,5 mg Telur rebus (55 gram)

Vit B3 (Niacin) 6 mg Dada ayam (50 gram)

Vit B6 (piridoksin) 0,5 ug Fillet salmon (90 gram)

Vit B12 0,9 ug 1 butir telur rebus

Asam Folat 150 ug 3 kuntum brokoli (35 gram)

Kalsium 500 mg Susu (290 ml)

Magnesium 60 mg 1 mangkuk buah labu (245 gram)

Zat Besi 8 mg Daging sapi (170 gram)

Zinc 7 mg Kacang tanah (100 gram)

Selenium 17 ug Tuna (20 gram)

Natrium

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XIII
DIET PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Banyak anak berkenutuhan khusus memiliki masalah kesehatan yang dapat


dampak kesejahteraan dan kebiasaan makan gizi mereka. Beberapa masalah yang
mungkin mempengaruhi anak Anda termasuk:
• pengembangan mulut-motor halus : Lidah yang lebih besar, gigi yang lebih kecil,
tantangan dengan mengunyah, preferensi makanan bertekstur.
• Sembelit
• Picky-makan atau makan makanan yang sama
• Berat badan : metabolisme tubuh membakar kalori lebih sedikit, Hypothyroidism
• Penyakit celiac
• reflux Asam
Apa yang termasuk dalam diet sehat?
Anda dapat bekerja untuk meningkatkan masalah ini dengan menyediakan anak dengan
diet baik-bulat. Jumlah makanan direkomendasikan dari masing-masing kelompok
makanan berbeda usia. Memasukkan berbagai makanan yang berbeda dari masing-
masing kelompok makanan: Buah /Sayuran, Protein, Biji-bijian, dan susu.
Yang penting untuk mengetahui tentang masing-masing kelompok makanan.
Buah-buahan dan sayuran adalah cara yang baik untuk memberikan anak dengan vitamin
dan mineral yang mungkin mengurangi risiko bagi penyakit kronis tertentu, seperti
jantung penyakit, jenis kanker tertentu, dan diabetes tipe-2. Mereka juga menyediakan
sumber yang sangat baik dari serat yang membantu untuk melawan berat badan, penyakit
jantung, dan mencegah sembelit.
Ketika menyiapkan makanan, cobalah untuk mengisi setengah dari piring dengan
buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan dan sayuran dapat dibeli segar, beku, kaleng,
atau kering. Pilih produk lokal yang segar. sayuran beku juga pilihan yang baik karena

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


mereka dipetik dan dibekukan pada mereka puncak kematangan. Hanya bertujuan untuk
variasi dan hati-hati untuk menambahkan garam dan gula.
Makanan yang mengandung protein antara lain: daging, ikan, unggas, buncis,
kacang polong, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. mendukung protein pertumbuhan,
membangun otot, dan mengembangkan tulang. makanan kaya protein menyediakan
berbagai nutrisi, termasuk vitamin B dan E, zat besi, seng, dan magnesium. Ini adalah
diperlukan untuk membantu melepaskan energi tubuh, membawa oksigen seluruh tubuh,
dan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat. Selain itu,bias ditambahkan ikan
seperti tuna atau salmon.
Diet anak akan menyediakan asam lemak esensial yang dapat membantu
mencegah penyakit jantung. Cobalah menghapus kulit dari unggas. Coba kacang kering
atau kalengan kacang, tuna, dan salmon, tapi hati-hati untuk natrium. beli batas diproses
daging seperti sosis dan daging
Biji-bijian termasuk gandum, barley, beras, gandum, atau sereal lainnya. biji-
bijian adalah sumber dari serat yang membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan
mencegah sembelit. Biji-bijian juga membantu dengan menjaga berat badan. Vitamin dan
zat besi membantu dengan energi tubuh dan pengiriman oksigen, sedangkan magnesium
dan selenium membangun tulang, selenium membangun tulang, pelepasan energi, dan
melindungi sistem kekebalan.

TIPS DAN SUMBER DAYA UNTUK KELUARGA


Grup makanan: Porsi Harian Berdasarkan Usia
2-3 Tahun 4-5 Tahun 6-8 Tahun 9-17 Tahun 18+ Tahun
Butir (oz) 3 oz 5 oz 5 oz 6 oz 6 oz
Sayuran (cup) 1/3 cup ½ cangkir 2 cangkir 2 ½ cangkir 2 ½ cangkir
Buah-buahan (cup) 1/3 cup ½ cangkir 1 ½ cangkir 1 ½ cangkir 2 cangkir
Susu (cup) 2 cangkir 2 ½ cangkir 2 ½ cangkir 3 cangkir 3 cangkir
Protein (oz) 2 oz 3 oz 5 oz 5 oz 5 ½-6 oz

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pilih produk yang daftar 100% gandum atau seluruh gandum dalam tiga bahan
pertama. Atau bias juga diganti membeli gandum pasta putih dan roti. Beras merah juga
sama dengan sereal tanpa menambahkan gula. Produk susu termasuk susu, keju, dan
yogurt. Untuk individu yang tidak toleran laktosa, coba kedelai, kelapa, atau varietas susu
almond. Ketika membeli produk susu,memilih pilihan rendah lemak. Sebagian besar
produk susu merupakan sumber kalsium yang sangat baik, kalium, vitamin D, dan
protein, yang semuanya penting untuk perkembangan tulang yang tepat dan pencegahan
osteoporosis. Karena anak-anak dan remaja tumbuh cepat, penting mereka mendapatkan
jumlah yang cukup dari ini nutrisi. Produk susu juga dapat membantu mengurangi risiko
penyakit jantung dan diabetes tipe-2.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XIV
KONSEP FISIOTERAPI PADA PREVENTION

Tujuan dari perawatan prevention atau paliatif adalah untuk meningkatkan


kualitas hidup dengan berfokus pada gejala penyakit. Program jenis ini tersedia untuk
perawatan pasien, tetapi juga orang-orang dengan kondisi kronis, dapat disembuhkan.
Sangat cocok untuk pasien dalam semua tahap penyakit. Populasi Perawatan Paliatif
memerlukan berbagai tingkat manajemen perawatan dan gejala. Sakit, depresi,
kecemasan, kelelahan,perubahan nafsu makan dan insomnia adalah beberapa gejala
paling sering diperlakukan. Program ini juga memberikan pasien dengan pengetahuan
tentang penyakitmereka, dan pemahaman yang lebih luas pilihan pengobatan.
Pada satu titik, obat manajemen merupakan komponen utama dalam program
perawatan paliatif. Namun, lebih sering rehabilitasi intervensi telah muncul sebagai
alternatif alami untuk melengkapi aspek tradisional Perawatan Paliatif. Terapi fisik dan
fisioterapi khususnya memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup pasien.
Program Perawatan Paliatif yang memanfaatkan rehabilitasi biasanya berfokus pada dua
dimensi perawatan fisik dan fungsional.
Komponen fisik terapi fisik dalam program perawatan paliatif biasanya memiliki
focus. Pada satu titik, obat manajemen merupakan komponen utama dalam program
perawatan paliatif. Namun, lebih sering rehabilitasi intervensi telah muncul sebagai
alternatif alami untuk melengkapi aspek tradisional Perawatan Paliatif. Terapi fisik dan
fisioterapi khususnya memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup pasien.
Program Perawatan Paliatif yang memanfaatkan rehabilitasi biasanya berfokus pada dua
dimensi perawatan yaitu fisik dan fungsional.
Komponen terapi fisik dalam program perawatan paliatif biasanya memiliki fokus
pada mobilitas, koordinasi, saldo, fleksibilitas, ketahanan dan manajemen gejala. Ini
semua didasarkan pada ketidaknyamanan fisik pasien mengalami akibat kondisimereka.
Gejala yang paling umum yang diobati melalui terapi fisik meliputi sakit, batuk,

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


kelemahan, kelelahan dan sesak napas. Komponen fungsional terapi fisik dalamprogram
ini mencakup semua dasar kegiatan kehidupan sehari-hari (ADLs) termasuk kebersihan
pribadi, serta kemampuan untuk berhasil dan aman ambulate (mentransfer, berjalan,
bergulir, membungkuk, dll.)
Ada beberapa jenis intervensi terapi fisik yang digunakan dalam program
perawatan paliatif. Metode ini meliputi latihan terapi, modifikasi lingkungan, metode
relaksasi pernapasan dan modalitas fisik lainnya. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang
teknik alami terapi fisik untuk meningkatkan gejala dan kualitas hidup, hubungi
pedulikeuntungan hari ini.
Perawatan Paliatif membantu meringankan gejala atau masalah yang disebabkan
oleh kanker atau penyakit lainnya. Pengobatan kanker dirancang untuk menyembuhkan
atau mengontrol penyakit. Perawatan Paliatif berfokus pada kenyamanan dan kualitas
hidup pada setiap tahap kanker.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XV
FT PREVENTION KARDIO PULMONAL

Meskipun kemajuan luar biasa yang telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir
dalam diagnosis, pencegahan, dan terapi untuk ventilator-associated pneumonia (VAP),
penyakit ini terus menciptakan komplikasi selama pengobatan dalam proporsi yang
signifikan dari pasien saat menerima ventilasi mekanis.
Pneumonia adalah infeksi nosokomial yang paling umum tunggal antara pasien
yang menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU). Meskipun kemajuan yang
telah dicapai pada masa lalu dalam diagnosis, pencegahan, dan terapi infeksi didapat di
rumah sakit, ventilator-associated pneumonia (VAP) terus menciptakan komplikasi
selama pengobatan dalam kasus proporsi yang signifikan dari pasien menerima ventilasi
mekanis. tingkat kematian di antara pasien dengan VAP telah dilaporkan meningkat pada
proporsi yang mengkhawatirkan untuk mendaftarkan angka kematian setinggi 72%, dan
morbiditas terkait dengan VAP juga diketahui dapat jauh berkontribusi terhadap
peningkatan jumlah hari dari rumah sakit tinggal serta peningkatan besar dalam biaya
kesehatan.
Banyak faktor risiko telah dikaitkan dengan VAP, yang meliputi antara lain adanya
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), intubasi jalan napas, mengurangi keadaan sadar,
pemantauan intracranial, reintubation saluran napas, ventilasi mekanis lebih besar dari 7
hari, penggunaan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) dan posisi pasien telentang.
Airway intubasi dan ventilasi mekanik, khususnya, mengurangi clearance normal sekresi
saluran napas, meningkatkan risiko VAP. Ada bukti yang menunjukkan bahwa langkah-
langkah pencegahan yang agresif dapat mengurangi tingginya angka morbiditas terkait
dengan VAP pada pasien yang sakit kritis. [2] Ada juga bukti yang mendukung
menegaskan bahwa berbagai kombinasi fisioterapi dada telah memainkan peran penting
masing-masing untuk membantu dalam re-ekspansi paru dan menganugerahkan
perbaikan jangka pendek secara total kepatuhan paru-thorax dan laju aliran ekspirasi. [3]

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Namun, hampir tidak ada bukti sejauh ini untuk menunjukkan bahwa assist fisioterapi
dada multimodality dalam pencegahan atau pengobatan VAP.
Penelitian ini secara prospektif meneliti efek dari fisioterapi dada multimodality
pada pasien diintubasi dan ventilasi mekanik di ICU pada prevalensi VAP. Selanjutnya,
hasil sekunder yang menarik, seperti efek fisioterapi dada multimodality pada durasi
ventilasi mekanis dan jumlah hari tinggal fisik di ICU, juga dimasukkan dalam penelitian
ini.
Perawatan standar berupa perawatan rutin keperawatan, terapi farmakologis,
bronkodilator, terapi antibiotik inhalasi, seperti yang disarankan oleh dokter yang
bersangkutan, ahli bedah, atau intensivist itu ketat diterapkan di seluruh intervensi.
Pengelolaan pasien diserahkan sepenuhnya pada kebijaksanaan dari dokter yang merawat
/ dokter bedah. Perubahan parameter ventilasi disesuaikan dengan intensivist sesuai
dengan kondisi pasien. Semua pasien pada kedua kelompok diperlakukan dengan
fisioterapi dada dua kali sehari (09:30 dan 03:30) sampai mereka terbebas dari dari
ventilator [Tabel 5] dan ditindaklanjuti untuk hasil global dalam hal pemulihan,
kematian, total panjang tinggal pada ventilasi, debit melawan nasihat medis, atau
komplikasi lain.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XVI
FT PREVENTION MUSKULOSKELETAL

Semua olahraga memiliki risiko cedera muskuloskeletal. Secara umum, semakin


hubungi di olahraga, semakin besar risiko cedera traumatis. Namun, kebanyakan cedera
pada atlet muda hendak berlebihan.Paling sering cedera olahraga adalah strain, cedera
ligament, cedera otot dan stres patah tulang (cedera tulang) disebabkan ketika stres
abnormal ditempatkan pada tendon, sendi, tulang dan otot. Pada anak berkembang, titik
kelembutan atas tulang harus dievaluasi lebih lanjut oleh provider medis bahkan jika ada
pembengkakan minimal atau keterbatasan dalam gerakan. Hubungi dokter anak Anda
jika Anda memiliki pertanyaan tambahan atau keprihatinan.
Untuk mengurangi risiko cedera:
1) Mengambil waktu istirahat. Berencana untuk memiliki setidaknya 1 hari libur per
minggu dan setidaknya satu bulan per tahun dari pelatihanuntuk olahraga tertentu
untuk memungkinkan tubuh untuk memulihkan.
2) Memakai peralatan yang tepat. Pemain harus memakai peralatan pelindung yang
tepat dan benar cocok seperti bantalan (leher, bahu, siku,dada, lutut, shin), helm,
juru bicara, wajah penjaga, pelindung cangkir,dan kacamata. Atlet muda tidak
boleh berasumsi bahwa pelindung akan mencegah semua cedera sambil
melakukan kegiatan lebih berbahaya atau berisiko.
3) Memperkuat otot. memperkuat otot-otot yang digunakan dalam bermain.
4) Meningkatkan fleksibilitas. Latihan peregangan setelah permainan atau praktek
dapat meningkatkan fleksibilitas. Peregangan harus juga dimasukkan ke dalam
rencana kebugaran harian.
5) Menggunakan teknik yang tepat. Ini harus diperkuat selama musim bermain.
6) Mengambil istirahat. Waktu istirahat selama latihan dan permainan dapat
mengurangi cedera dan mencegah penyakit panas.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


7) Bermain aman. Aturan ketat terhadap kepala lebih dulu geser (bisboldan sofbol),
dan spearing (sepak bola), dan memeriksa hoki harus ditegakkan.
8) Menghentikan aktivitas jika ada rasa sakit.
9) Menghindari cedera panas dengan minum banyak cairan sebelum, selama dan
setelah latihan atau bermain; mengurangi atau menghentikan praktik atau
kompetisi selama periode panas/kelembaban tinggi; memakai pakaian cahaya.
Tekanan untuk menang dapat menyebabkan stres emosional yang signifikan
untuk anak. Sayangnya, banyak pelatih dan orangtua mempertimbangkan memenangkan
aspek yang paling penting olahraga. Atletmuda harus dinilai pada upaya, sportif dan kerja
keras. Mereka harusdihargai untuk berusaha keras dan untuk meningkatkan
keterampilanmereka daripada dihukum atau dikritik karena kehilangan permainanatau
persaingan. Tujuan utama harus bersenang-senang dan belajar keterampilan aktivitas fisik
seumur hidup

Penyebab paling umum cedera olahraga adalah kegagalan untuk pemanasan


cukup sebelum aktivitas berat awal, namun cedera juga sering disebabkan oleh incorrect
penggunaan peralatan dan tindakan pencegahan keselamatan tidak mencukupi. Mereka
yang paling rentan terhadap cedera olahraga adalah atlet profesional dan kompetitif,
pelatihan intensif yang dapat membuat otot-otot tertentu rentan terhadap cedera melalui
berlebihan.
Meskipun tidak mungkin untuk mencegah cedera sepanjang waktu karena sifat
tak terduga dari olahraga dan aktivitas fisik, mungkin untukmelakukan langkah-langkah
pencegahan untuk mengurangi kemungkinan menimbulkan cedera. Berikut adalah rinci
langkah-langkah kunciuntuk mencegah cedera olahraga.
Pemanasan adalah cara yang paling penting dan signifikan untuk mengurangi
kemungkinan cedera ketika berpartisipasi dalam olahraga. Sesi pemanasan cukup harus
berlangsung setidaknya 5-10 menit, dan melibatkan lembut peregangan dan latihan otot-
otot untuk mempersiapkan mereka untuk kegiatan berat untuk mengikuti. Sangat penting

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


untuk memulai pemanasan perlahan-lahan, dan membangun secara bertahap untuk
kecepatan yang lebih cepat dan energik.
Pemanasan dengan cara ini memungkinkan peningkatan aliran darahuntuk
mencapai otot, meningkatkan fleksibilitas dari serat-serat ototdan secara signifikan
mengurangi risiko menarik atau mengejan otot.Latihan pemanasan ideal termasuk mantap
setapak dan lintasan jogging. Kegiatan ini memungkinkan Anda untuk secara bertahap
meningkatkan kecepatan untuk lebih mempersiapkan tubuh Anda untuk latihan berat.
Ketika Anda telah menghangat, Anda dapat melakukan beberapa peregangan
lembut untuk memperpanjang otot dan tendon, tambahan untuk mencegah cedera.
Memberi perhatian khusus terhadap peregangan otot-otot yang akan digunakan selama
latihan Anda.
Untuk beberapa olahraga, peralatan pelindung penting untuk mencegah kerusakan
kepada peserta. Hal ini sangat penting ketika olahraga atau aktivitas melibatkan kontak
fisik dengan pemain dan peserta lainnya. Peralatan pelindung mungkin termasuk shin
bantalan (digunakandalam sepak bola dan hoki), sarung tinju atau pelindung kepala.
Semua potongan-potongan peralatan yang dirancang untuk mencegah cedera rentan
bagian tubuh.
Hal ini juga penting untuk memakai alas kaki yang benar ketika berpartisipasi
dalam olahraga. Sepatu benar dapat menawarkan dukunganuntuk kaki dan pergelangan
kaki, membantu mencegah memutar dancedera. Pelindung kepala jelas sangat penting,
dan helm melindungi tengkorak dan otak dari kerusakan. Ini penting dalam olahraga
kontakmana kepala dapat mengetuk.
Banyak olahraga melibatkan teknik tertentu yang dapat meminimalkan risiko
cedera. Hal ini penting untuk mempelajari teknik yang benar yang terkait dengan
olahraga pilihan Anda. Oleh berlatih teknik baik individu dapat sangat mengurangi risiko
cedera olahraga yang berhubungan dengan otot, tendon dan tulang. Hal ini juga penting
di gym, dimana para ahli akan berada di tangan untuk membantu Anda menggunakan
semua peralatan aman dan efektif.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Dengarkan tubuh Anda dan mengetahui batas-batas fisik Anda. Ketika Anda
mulai olahraga baru, mulai perlahan-lahan dan mantap untukmenghindari menarik atau
mengejan otot yang tubuh Anda tidak dapat digunakan untuk menggunakan atau
peregangan. Jika Anda tidakmemiliki dilakukan latihan berat untuk beberapa waktu, hal
ini terutama penting untuk membangun stamina dan kekuatan secara bertahap untuk
menghindari cedera. Seiring waktu, Anda akan melihat kebugaran Anda meningkat, dan
Anda akan mampu melakukan aktivitas fisik untuk jangka waktu yang lebih lama.
Air sangat penting untuk menjaga tubuh akan, dan hal ini terutama berlaku bila
Anda aktif dan berolahraga. Jika Anda sedang berolahragadalam panas atau cuaca cerah,
hal ini terutama penting untuk menjaga tubuh Anda dehidrasi karena dehidrasi dapat
secara signifikan mengurangi kebugaran mental dan fisik.
Sama seperti itu penting untuk pemanasan dengan benar, pendinginan juga
penting bahwa Anda dingin cukup setelah aktivitas fisik. Setelah pekerjaan Anda keluar,
menghabiskan setidaknya 5-10 menit melakukan bentuk lembut latihan (seperti berjalan)
kembali detak jantung Anda kekecepatan yang normal. Proses pendinginan
memungkinkan tubuh Anda untuk menghapus produk limbah otot-otot dan mengganti ini
dengan oksigen dan nutrisi. Ini membantu mencegah kekakuan otot setelah berolahraga,
dan memungkinkan otot-otot Anda untuk memulihkan terus dari aktivitas fisik.
Pada tahap ini Anda mungkin juga ingin melakukan beberapa latihan peregangan
lembut untuk memperpanjang otot-otot yang Anda telahmenggunakan selama kegiatan
fisik. Hal ini dapat mencegah otot-otot menjadi besar sebagai mereka meningkatkan
kekuatan dan ukuran

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XVII
FT PREVENTION NUROMUSKULAR

Perawatan Preventive atau Paliatif mendefinisikan Perawatan Paliatif sebagai


"perawatan medis khusus untuk orang-orang dengan penyakit serius. Jenis perawatan ini
berfokus memberikan pasien denganbantuan dari gejala, rasa sakit dan stres penyakit
serius dengan diagnosis apa pun. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
bagi pasien dan keluarga. Perawatan Paliatif disediakan oleh tim dokter, perawat,dan
spesialis lain termasuk fisioterapis yang bekerja dengan pasien yang lain dokter untuk
memberikan lapisan tambahan dukungan. Perawatan Paliatif sesuai pada usia berapa pun
dan pada setiap tahap dalam penyakit serius, dan dapat disediakan bersama dengan
perawatan kuratif. Perawatan Paliatif mungkin berlaku awal dalam penyakit, termasuk
pada saat diagnosis,untuk membantu pasien menyesuaikan banyak perubahan dalam
kehidupan mereka dan rencana kehidupan mereka kedepan, Perawatan Paliatif dapat
memperpanjang harapan hidup, seperti kemoterapi atau terapi radiasi.
Pendekatan Perawatan Paliatif menambah perawatan untuk neurologi pasien
dalam beberapa cara. Sementara pendekatan tradisional menekankan pelestarian fungsi
dan perpanjangan kehidupan, Perawatan Paliatif menarik penting dalam perencanaan
untuk penurunan dan kematian. Perawatan Paliatif menilai dan memberlakukan masalah
medis, psikososial, dan rohani yang termasuk tidak hanya diagnose patologis tetapi
sumber kesusahan termasuk reaksi normalhidup dengan kehidupan-mengancam,
progresif, dan/atau menonaktifkan penyakit.
Perbedaan antara neurologi dan pasien lain termasuk gejala profil, isu-isu
psikososial, pengasuh kebutuhan, dan efek pada kesejahteraan rohani. Sebagai contoh,
pasien dengan penyakit motor neuron. Biasanya lebih mengalami keputusasaan, daripada
pasien dengan metastasis cancer. pasien dengan kanker otak memiliki gejala yang
berbeda termasuk pasien dnegan masalah kognitif, kejang, dan deficit komunikasi dari
pasien dengan jenis lain dari cancer dan pasien. Pasien memiliki penyakit syaraf karena

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


factor genetika lebih memiliki kebutuhan khas kerja sosial sebagai hasil dari gabungan
perilaku, psikiatri, gerakan, dan kognitif issues terutama, pasien-pasien muda dengan
penyakit syaraf genetik bisa sangat bersemangat untuk ditempatkan bekerja di panti
jompo, dan sebagai pekerja sosial yang berpengalaman dalam merawat pasien ini
diperlukan untuk memberikan kualitas tertinggi care.
Pasien neurologi mengalami penyakit mereka sebagai sesuatu yang intrinsik, yang
jelas berbeda dari pasien dengan kanker yang melihat "kanker" sebagai sesuatu di luar
diri mereka sendiri. Cacat fisik dan kognitif yang terkait dengan penyakit neurologis juga
berkontribusi terhadap perasaan menjadi "sia-sia" atau "beban" dan dapat berkontribusi
pada tingkat yang lebih tinggi. Mereka juga memiliki masalah psikologis yang unik
dibandingkan dengan kanker (misalnya kehilangan bagian dari pasangan mereka satu hari
pada satu waktu, delusiperselingkuhan). Mengenai cara untuk mengkomunikasikan berita
buruk, ada sejumlah alat dokter dapat memanfaatkan pendekatan (menyiapkan
wawancara, menilai persepsi pasien, mendapatkan undangan pasien, memberikan
pengetahuan, pendekatan emosi)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XVIII
FT PREVENTION INTEGUMEN

Kondisi medis yang terkait dengan kulit, rambut atau kuku dapat di indikasikan
sebagai terjadinya gangguan sistem, yang mungkin baik ringan atau melibatkan sejumlah
besar tingkat keparahan dan kompleksitas. Bahkan ada kondisi tertentu yang dapat
mengancam kehidupan pasien, misalnya, kanker kulit. Tergantung pada jenis dan
intensitas gangguan tertentu, tindakan kuratif yang tepat disarankan oleh konsultan
kesehatan khusus. Kadang-kadang, pengobatan yang cepat, mudah dan murah tapi di lain
kali itu harus dilakukan untuk waktu yang lama dan biaya banyak uang. Demi
menghindari semua konsekuensi merepotkan, dan sering tak tertahankan,, orang bijak
selalu memilih untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, sehingga mencegah
kemungkinan terjadinya setiap penyakit tersebut. Di antara kondisi kulit yang umum
terjadi, ada termasuk eksim, jerawat, psoriasis, ruam, dermatitis, selulitis, kutil,
melanoma, ketombe, rosacea, abses kulit, actinic keratosis, karsinoma sel basal, dan
banyak lagi. Berikut berikut penjelasan singkat dari beberapa kondisi gangguan kulit:
1. Karsinoma Sel Basal
Menjadi bentuk paling umum dari kanker kulit, karsinoma sel basal untuk sekitar 90%
dari semua kasus kanker kulit di Amerika Serikat. Meskipun kanker tersebut tidak
bermetastasis atau menyebar ke bagian lain dari tubuh, tetapi tidak tumbuh dalam ukuran
dan menyerang jaringan sekitarnya. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
perkembangannya termasuk sistem kekebalan tubuh melemah, paparan berlebihan
terhadap sinar matahari dan warna lebih ringan dari kulit. Jadi mengejutkan, dalam 20%
kasus, daerah yang terkena biasanya tidak terkena sinar matahari, seperti kulit kepala,
kaki, lengan, dada dan punggung. Awalnya muncul sebagai benjolan berbentuk kubah,
tekstur tempat seperti sering terlihat mengkilap dan mutiara, tetapi mungkin juga gelap
dalam penampilan karena adanya pigmen melanin. Sebagian besar muncul setelah usia
50, karsinoma sel basal tumbuh sangat lambat dan, dalam sebagian besar kasus,
mempengaruhi kulit wajah. Setelah diagnosa yang tepat melalui biopsi, dapat berhasil

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


disembuhkan oleh sejumlah strategi yang efektif, termasuk eksisi bedah, terapi radiasi,
cryosurgery, bedah micrographic Mohs, kuretase & pengeringan, dan pemberian obat,
misalnya, vismodegib. Pencegahan terbaik adalah untuk menghindari paparan sinar
matahari sebanyak mungkin, terutama pada jam-jam 10:00-02:00, dan penggunaan tabir
surya dengan Sun Protection Factor (SPF) nilai 30 atau lebih tinggi.
2. Kudis
Scabies disebabkan oleh aksi tungau kecil yang masuk ke dalam liang kulit, dan gejala
yang khas melibatkan ruam sangat gatal di jaring jari, pantat, pergelangan tangan dan
siku. Dalam kasus anak-anak kecil dan bayi, namun, lepuh kecil mungkin muncul bahkan
di wajah, telapak kaki, leher dan telapak tangan. Ruam sangat gatal muncul ketika tungau
betina masuk ke dalam kulit dan bertelur. Penyakit ini bias menyerang orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang lemah dan ditandai dengan ekstrim tungau. Diagnosis
dilakukan melalui inspeksi visual dan pemeriksaan mikroskopis dari gesekan kulit, dan
untuk pengobatan, korban dapat menyarankan obat topikal, seperti krim permethrin yang
diterapkan semalam dan dicuci di malam hari. tindakan pengobatan lain melibatkan
pemberian obat oral dan antibiotik. Dengan langkah-langkah kuratif yang efektif, gejala
mulai mereda dan penyakit menghilang sepenuhnya dalam waktu tiga sampai empat
minggu.
3. rosacea
Karena kemiripan dekat dengan kondisi kulit lain, rosacea gangguan kronis sering keliru
dengan jerawat. Rosacea memiliki 3 derajad yaitu ringan, sedang atau berat dan dapat
berlangsung selama panjang yang bervariasi dari waktu. Paling sering terlihat pada
wanita dengan usia di atas 30, itu mempengaruhi satu dari dua puluh orang dewasa
Amerika dan gejala muncul dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, pasien menderita
wajah merona wajah merah, terbakar dan merasa bahwa kulit ditarik ketat di wajah.
Tahap kedua wajah kemerahan lebih luas yang disertai dengan benjolan dan
pembengkakan pada pipi dan hidung. Pada tahap ketiga dari rosacea, penyakit akan lebih
intens dengan pembengkakan dan menyebar di daerah yang lebih luas di sekitarnya.
Setelah mendiagnosis kondisi melalui riwayat pasien dan pemeriksaan fisik, dokter

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


mungkin meresepkan antibiotik oral atau topikal untuk mengurangi noda dan kemerahan.
Sebuah rosacea cenderung kambuh dengan penghentian terapi, metronidazol topikal atau
tetrasiklin oral mungkin diperlukan sepanjang umur korban. Tahap ketiga, yang disebut
rhinophyma, dapat diobati tenang mudah dan efektif oleh aplikasi laser atau operasi
standar.
4. Kurap
Juga dikenal sebagai dermatofitosis, kurap adalah salah satu infeksi kulit yang sangat
umum yang disebabkan oleh tinea sekelompok beberapa spesies yang berbeda dari jamur.
Gejalanya kulit bersisik, bulat, gatal, bercak merah pada kuku, kaki, pangkal paha, kulit
kepala dan kulit di bawah jenggot. Tumbuh sekitar 1 inchi dan bagian tengah akan
sembuh dan cincin merah di sekitar itu tetap aktif. Ketika kering dan pecah-pecah kulit
terjadi pada kaki antara jari kaki atau pada lengkungan, itu disebut sebagai kaki atlet.
Para pasien yang menderita kaki atlet juga memiliki kemungkinan untuk menderita
dermatitis alergi atau peradangan kulit. Penggunaan krim anti jamur sekali atau dua kali
sehari, dapat menghasilkan hasil yang bermanfaat. Namun, untuk pencegahan infeksi
ulang kaki atlet, bubuk clotrimazole biasanya diterapkan pada sepatu.
5. melanoma
Sebelumnya ini adalah bentuk paling mematikan dari kanker kulit telah, sayangnya, telah
meningkat selama beberapa dekade, dan telah menjadi jenis yang paling umum dari
kanker. Penyakit ini didiagnosis pada wanita antara usia 29 dan 34. Melanoma
berkembang dari sel-sel kulit melanin pigmen yang memproduksi, yang disebut
Melanosit. Gejala-gejala melanoma berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
tahi lalat yang ditandai dari bentuk asimetris, penyimpangan perbatasan, variasi warna,
diameter lebih besar dari penghapus pensil. Jadi, dalam penyakit ini, tempat datar yang
tidak beraturan atau timbul benjolan muncul pada kulit yang bisa biru, hitam, coklat,
merah, cokelat, putih atau bahkan warna-warni, dan kadang-kadang bisa gatal, lembut,
mengalir atau perdarahan. Jika tempat tersebut terletak pada iris atau sclera mata, dapat
menyebabkan rasa sakit dan kemerahan pada mata yang terkena dan secara bertahap
hilangnya penglihatan. Langkah-langkah perbaikan yang sukses dan umum diterapkan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


termasuk operasi pengangkatan melanoma, dan penerapan kemoterapi, terapi radiasi,
pembedahan laser dan cryosurgery, di mana dalam kasus terakhir nitrogen cair digunakan
untuk membekukan jaringan sasaran.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XIX
FT PREVENTION FOR CANCER

Kajian informal literatur tentang olahraga dan kanker dilakukan untuk meneliti
peran olahraga dalam pencegahan kanker, pengobatan, rehabilitasi, dan akhir ketahanan
hidup. studi populasi menunjukkan bahwa insiden kanker berkurang dengan
meningkatnya tingkat aktivitas fisik. Latihan dapat mengurangi efek samping dari terapi
antikanker, dan dapat membantu dalam pemulihan dan rehabilitasi setelah kemoterapi,
radiasi, dan pembedahan. studi observasi dari payudara, usus besar, dan penderita kanker
prostat menunjukkan asosiasi yang kuat antara olahraga postdiagnosis dan penurunan
angka kematian kanker tertentu. Selain itu, semua penyebab kematian di selamat dari
kanker menurun dengan meningkatnya jumlah latihan. Jumlah dan intensitas latihan yang
diperlukan untuk mengukur manfaat kelangsungan hidup tampak bervariasi menurut jenis
tumor primer. Penurunan angka kematian kanker payudara terlihat dengan setara dengan
3 jam berjalan per minggu, dan penurunan angka kematian kanker usus besar dengan 6
jam berjalan per minggu. Untuk tumor ini, lebih giat berlatih mungkin tidak
meningkatkan kelangsungan hidup. Nambun, setelah diagnosis kanker prostat, latihan
lebih intens dikaitkan dengan kelangsungan hidup lebih unggul jika dibandingkan dengan
berjalan kaki. Mekanisme di balik perbedaan ini tetap harus dijelaskan. Penelitian lebih
lanjut juga diperlukan untuk menentukan berbagai jumlah dan intensitas latihan yang
diperlukan untuk pencegahan optimal kanker, pemulihan, dan kelangsungan hidup.
"Kurangnya aktivitas menghancurkan kondisi baik setiap manusia, sementara gerakan
dan latihan fisik metodis simpan dan melestarikannya" - Plato (427-347 SM)
Aktivitas fisik bersimpangan dengan onkologi baik di pra-diagnosis dan
pengaturan ketahanan hidup. Bahwa aktivitas fisik berperan dalam pencegahan kanker
banyak dikenal, seperti peran olahraga dalam mengurangi efek samping pengobatan,
mempercepat pemulihan setelah diagnosis kanker, dan meningkatkan kelangsungan
hidup. Artikel ini akan meninjau persimpangan latihan dan onkologi, membahas
mekanisme dikenal oleh yang berolahraga diberikannya efek yang bermanfaat, serta

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


sentuhan pada arah masa depan penelitian latihan dalam pengaturan onkologi. Akhirnya,
rekomendasi disediakan untuk dokter untuk membantu pasien dengan dan tanpa
keuntungan kanker mengambil manfaat dari aktivitas fisik.
Latihan yang membantu Penurunan Risiko Kanker
Latihan yang menurunkan risiko kanker dikenal, karena banyak studi
mendokumentasikan hubungan terbalik populasi-lebar antara aktivitas fisik dan
timbulnya kanker. Data epidemiologi dari 73 studi yang dilakukan di seluruh dunia,
misalnya, menunjukkan penurunan 25% dalam risiko kanker payudara di antara yang
paling aktif secara fisik wanita dibandingkan dengan mereka yang paling aktif. Sebuah
meta-analisis terbaru dari 19 studi dokumen hubungan terbalik antara kanker ginjal dan
aktivitas fisik. Demikian pula, banyak penelitian telah menetapkan pelindung memainkan
peran latihan dalam menurunkan risiko kanker lainnya, termasuk paru-paru,
endometrium, usus besar, dan kemungkinan kanker prostat.
Latihan rutin Mungkin Tidak Melindungi Terhadap Resiko Kesehatan tetapi bisa
mengurangi resiko kanker. Bahwa menghabiskan lebih dari 4 jam sehari di belakang
meja atau bekerja di depan komputer meningkatkan risiko penyakit kronis, termasuk
kanker. Sejauh mana hubungan antara duduk dan kanker tidak sepenuhnya diketahui.
Namun, penelitian saat ini, menunjukkan bahwa olahraga teratur mungkin tidak
memperbaiki efek buruk dari duduk berkepanjangan, Artinya, seorang pekerja kantor
yang latihan sehari-hari masih mungkin menimbulkan peningkatan risiko kanker hanya
dengan duduk selama lebih dari 4 jam setiap hari. Sebuah timer dapat digunakan untuk
mengingatkan orang yang pekerjaannya membutuhkan berkepanjangan duduk meningkat
setidaknya sekali satu jam. Kegiatan yang disarankan termasuk mendaki, peregangan,
senam, atau berjalan-jalan singkat. Beberapa pekerja kantor membuat kebiasaan
menjawab semua panggilan telepon berdiri. Selain itu Treadmill portable memungkinkan
membaca, menulis, atau bekerja pada komputer sambil berjalan sangat lambat, biasanya
pada tingkat 1 mil per jam.
Aktivitas Fisik Selama Terapi Kanker Mengurangi Efek Samping Pengobatan.
Pada tahun-tahun pertengahan abad lalu, latihan tidak diakui sebagai bagian penting dari

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


pengobatan kanker. Gagasan yang berlaku pada saat itu adalah bahwa pasien kanker yang
menjalani perawatan sitotoksik harus menghindari pengerahan tenaga. Namun, tahun
1989 uji coba secara acak dari 45 wanita yang menjalani kemoterapi ajuvan untuk kanker
payudara stadium II menunjukkan bahwa 10 minggu berbasis interval, latihan aerobik
tidak hanya meningkatkan kapasitas fungsional dan komposisi tubuh, tetapi juga
mengalami penurunan mual akibat kemoterapi. pekerjaan perintis ini menunjukkan
bahwa latihan aerobik adalah layak, aman, dan bermanfaat bagi pasien yang menjalani
kemoterapi. Studi sejak itu telah terdokumentasi efek positif dari latihan pada pasien
yang menjalani kemoterapi atau terapi radiasi untuk berbagai jenis kanker. Setidaknya
satu studi menunjukkan bahwa penurunan ini dalam beban gejala meluas ke pasien usia
lanjut yang berolahraga sambil dalam pengobatan , termasuk peningkatan kesehatan yang
dilaporkan sendiri selama dan setelah pengobatan, kehilangan memori kurang dan sesak
napas selama pengobatan, dan kurang kelelahan setelah selesainya perawatan. [16]
Olahraga juga telah ditunjukkan untuk memperbaiki disfungsi seksual pria
menjalani terapi kekurangan androgen untuk kanker prostat. Lima puluh tujuh orang
terapi penekanan androgen untuk kanker prostat secara acak kelompok latihan atau
kelompok kontrol menetap. Intervensi latihan terdiri dari aktivitas aerobik diawasi dan
pelatihan perlawanan. Setelah 12 minggu berolahraga dua kali seminggu, laki-laki dalam
kelompok intervensi dilaporkan minat seksual meningkat dan aktivitas. Sebaliknya, minat
seksual dan aktivitas menurun dibandingkan periode yang sama antara laki-laki pada
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pasien kemoterapi atau radiasi,
dan tanpa kontraindikasi untuk olahraga berat, bahkan lebih manfaat akan diperoleh
dengan aktivitas intensitas tinggi. Olahraga ringan didefinisikan sebagai tingkat aktivitas
yang mengangkat denyut jantung sampai 30% sampai 54% dari maksimum. Contoh
kegiatan intensitas rendah termasuk berjalan pada tingkat 2 sampai 3 mil per jam atau
bersepeda di 10 mil per jam. olahraga ringan didefinisikan sebagai kegiatan yang
dilakukan pada 55% sampai 70% dari denyut jantung maksimal. Berjalan pada 3 mil per
jam atau bersepeda pada 10 sampai 20 mil per jam adalah contoh aktivitas intensitas
sedang. Akhirnya, olahraga berat didefinisikan sebagai yang membutuhkan 71% sampai

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


95% dari denyut jantung maksimal. Berjalan pada 5 mil per jam atau lebih cepat, atau
bersepeda pada kecepatan lebih besar dari 20 mil per jam akan dianggap kegiatan
bertenaga.
Olahraga memainkan peran utama dalam pemulihan fungsi setelah perawatan, dan
mengurangi efek tersisa dari kedua penyakit dan pengobatannya. Sebuah tinjauan
sistematis Kanada dan meta-analisis dari 14 percobaan terkontrol acak melaporkan efek
latihan pada 717 penderita kanker payudara 35-72 tahun menunjukkan bahwa olahraga
secara konsisten meningkat kebugaran kardiorespirasi dan kualitas hidup, dan, kurang
konsisten, penurunan kelelahan.
Seperti dalam fase pengobatan, jenis optimal dan frekuensi latihan yang akan
paling meningkatkan pemulihan dalam tahap awal-kesintasan kanker tidak diketahui. Apa
yang menjadi jelas, bagaimanapun, adalah bahwa latihan intensitas rendah biasanya
memberikan sedikit bantuan dari resistensi insulin, adipositas, dan peradangan yang
berlebihan, yang semuanya dianggap berhubungan dengan perkembangan kanker banyak
umum.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XX
FT PREVENTION KESEHATAN KERJA

Bahaya yang dapat menyebabkan Muskuloskeletal injury biasanya berhubungan


dengan tuntutan fisik aktivitas kerja. Sebagai contoh, karyawan dapat mengalami
kecelakaan kerja saat :
• Mengangkat atau mendorong beban yang memerlukan kekuatan yang
berlebihan;
• membungkuk dalam posisi yang salah
• Berada dalam posisi yang sama untuk waktu yang lama; atau
• Mengulangi gerakan yang sama berulang - ulang dengan sedikit kesempatan
untuk beristirahat, atau pemulihan.
Melalui penerapan prinsip-prinsip ergonomi, risiko cedera yang ditimbulkan oleh
bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikurangi.
Ergonomi adalah studi ilmiah tentang hubungan antara masyarakat dan
lingkungan kerja mereka dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan, kemudahan
tindakan dan efisiensi.
Untuk tempat kerja di bawah federal yurisdiksi, Muskuloskeletal Injury mewakili
sekitar 30% dari semua pekerjaan yang berhubungan dengan luka-luka yang diterima
untuk kompensasi. Hal ini mencerminkan cukup sakit dan penderitaan untuk para
pekerja yang terluka. Hal ini juga mencerminkan biayayang signifikan kepada majikan
untuk kompensasi dan pengeluaran sebagai hasil dari karyawan yang sedang bekerja.
Insidens Muskuloskeletal Injury di tempat kerja tertentu mungkin jauh lebih
tinggi atau lebih rendah daripada rata-rata tergantung pada faktor-faktor seperti
efektivitas program kesehatan dan keselamatan dan jenis pekerjaan yangdilakukan di
tempat kerja itu.
Menerapkan strategi pencegahan Muskuloskeletal Injury yang baik akan
membantu mengurangi jumlah Muskuloskeletal Injury.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Implementation Plans

The employer shall:

 develop an implementation plan that specifies the time frame for each
phase of the development and implementation of the prevention
program;
 monitor the progress of the implementation of the preventive
measures; and
 review the time frame of the implementation plan regularly and, as
necessary, revise it.

In implementing the prevention program, the employer shall ensure that


ergonomics-related hazards are identified and assessed and that they are
eliminated or reduced, as required by subsection 19.5(1), as much as reasonably
possible and that any person assigned to identify and assess ergonomics-related
hazards has the necessary instruction and training.
The implementation plan for the MSI prevention program must include the following
components, in this recommended order:

 Step 1: Process for consultation with and participation of the policy committee
(or the work place committee or the health and safety representative) during
each step of the program.
 Step 2: Education of employees and health and safety committee members.
 Step 3: Methodology for hazard identification and assessment.
 Step 4: Hazard identification and assessment.
 Step 5: Preventive measures.
 Step 6: Program evaluation.

The implementation plan must establish time frames for each phase in the development
and implementation of the program. Be realistic in establishing the schedule. If the
hazard prevention program at the work place has never included MSI prevention, it may
take a few years to address all the ergonomics-related hazards.
The size and complexity of the work place, as well as other health and safety priorities,
will be factors in the time required. If most employees in the work place perform roughly
the same tasks, it may not take as long to implement the program and address the
ergonomics-related hazards.
The implementation plan must be monitored periodically to ensure that the process is on
schedule. If for some unforeseen reason the time frames in the implementation plan
cannot be met, they may need to be revised.
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Hazard Prevention Program for Ergonomics-Related Hazards Steps flow
chart

Des
cription of Hazard Prevention Program for Ergonomics-Related Hazards Steps flow chart
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Employed education
The employer shall provide health and safety education, including education
relating to ergonomics, to each employee which shall include the following:

a. the hazard prevention program implemented in accordance with this


Part to prevent hazards applicable to the employee, including the
hazard identification and assessment methodology and the preventive
measures taken by the employer;
b. the nature of the work place and the hazards associated with it;
c. the employee's duty to report under paragraphs 126(1)(g) and (h) of the
Act and under section 15.3; and
d. an overview of the Act and these Regulations.

The employer shall provide education to an employee

a. whenever new hazard information in respect of a hazard in the work


place becomes available to the employer; and
b. shortly before the employee is assigned a new activity or exposed to a
new hazard.

The employer shall review the employee education program, and, if necessary,
revise it

a. at least every three years;


b. whenever there is a change in conditions in respect of the hazards; and
c. whenever new hazard information in respect of a hazard in the work
place becomes available to the employer.

Each time education is provided to an employee, the employee shall


acknowledge in writing that they received it, and the employer shall
acknowledge in writing that they provided it.
The employer shall keep, in paper or computerized form, records of the
education provided to each employee, which shall be kept for a period of two
years after the employee ceases to be exposed to a hazard.
A booklet entitled Guide to Employee Education on Musculoskeletal Injuries from the
Labour Program is available to help employers teach employees about ergonomics, with
a focus on MSIprevention. It outlines:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 The regulatory requirements specific to ergonomics-related hazards;
 The program approach to MSI prevention;
 The components of the MSI prevention program;
 Common ergonomics-related hazards in the work place; and
 The employees' duty to report ergonomics-related hazards.

Ergonomics-related factors
Many factors must be considered in hazard identification and assessment. The following
are some ergonomics-related factors that can cause or contribute to MSIs. When an
employee is exposed to two or more factors at the same time, the risk of injury is higher.

(a) Physical demands of work activities


The primary factors that impose physical demands on an employee are force, fixed or
awkward postures, contact stress, and repetition.

Force:
Force is the effort exerted by the employee to do the work. All work requires some level
of force and in most cases the work can be done without harmful effects. However, if the
force exerted (for example, when lifting an extremely heavy object) is more than the
musculoskeletal system can handle it can lead to injury.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


The risk of injury increases if a fairly high level of force is exerted repeatedly over a long
period. There is even more risk of injury if the work is also done in an awkward posture
(for example, lifting objects repeatedly with a twisting motion).
In addition to lifting, other common types of work associated with forceful exertion are
pushing, pulling, gripping and carrying.
Holding things may be more difficult when the hands are cold or the object being
manipulated is heavy. In addition, extra effort may be needed because of the nature of the
task to be performed (for example, holding a knife to cut through a dense object).
Here are some examples of tasks requiring increased grip force:

 Holding a slippery object ;


 Gripping a small tool or holding an object for precision work;
 Holding an object that is too large for a comfortable grip (i.e. fingers do not slightly

overlap);

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Handling something using the fingers and the thumb (a pinch grip) instead of the whole
hand (a power grip);

 Grasping an odd-shaped object that is difficult to hold;

 Holding vibrating tools or objects.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Static (fixed) or awkward postures:
Posture refers to the position of a body part, in relation to nearby body parts, during an
activity.
Joint position inside the comfortable range of motion is known as the neutral position.
Awkward posture results when a joint in the body bends or twists excessively, outside the
comfortable range shown in the diagram below.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Muscles, ligaments and tendons work harder to support the affected body part when in an
awkward posture. The farther a joint moves away from the neutral position, the greater
the effort required by the supporting soft tissues.
If a posture is held fixed, or static, for a long time, the muscles get tired because the lack
of movement stops them from getting enough blood flow to keep them supplied with
energy. This results in aches and pains.
Some common awkward postures are illustrated below:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Here are some examples of office tasks that can result in awkward postures:
Awkward shoulder posture

 Reaching overhead to get books or files on a high shelf;


 Reaching across the desk to use a telephone placed on the far side;

Awkward neck posture

 Twisting the neck to talk to someone seated to the side while using a keyboard directly
in front;
 Bending the neck down to do detailed drawings on paper laid flat on the desk;
 Looking up frequently at a security screen high on the wall to monitor access points to
the building, while working on a desktop computer;

Awkward back posture

 Leaning sideways to reach into a low drawer while sitting;


 Bending down and sorting documents on the floor.

Contact Stress:
Contact stress occurs when a hard or sharp object comes in contact with the skin. Soft
tissues, including nerves and blood vessels, can be injured due to the pressure caused by
contact stress.
Here are some things that can lead to contact stress:
Using body parts to strike hard surfaces

 Using the hand to knock metal parts into place while assembling machinery;
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
 Kicking the carpet-stretcher with the part of the leg right above the knee when installing
carpet;

Kneeling on hard surfaces

 Kneeling on cement while setting floor tiles;


 Kneeling on a metal surface while stacking baggage inside the hold of a small aircraft;
 Kneeling on wood flooring while putting together a piece of furniture.

Having the sharp edge of a desk dig into the forearm or wrist while typing

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Having ridges on a tool handle dig into the hand when the tool is held tightly

Repetition:
Using the same muscles, tendons and other soft tissues repeatedly with little chance for
rest or recovery can lead to musculoskeletal injury when the muscles get tired. Repetition
increases the risk of injury when other factors such as forceful exertion and awkward
posture are also present.
Highly repetitious tasks can affect large muscles (for example, repeatedly lifting and
stacking heavy objects) as well as small muscles (repeatedly operating a small syringe
assembly).

Other factors that impose physical demands:


Hand-arm vibration (HAV)
Small hand tools such as drills and sanders produce vibrations that are transferred to the
hands of the employee holding them. This also happens with larger tools such as chain
saws and pneumatic chippers and drills. Depending on the level and frequency of the
vibration and the duration of exposure, the nerve and circulatory system in the hands and
fingers may be harmed.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Exposing cold hands to vibration (for example, using a chain saw outside in the winter)
raises the risk of hand-arm vibration syndrome.
Whole-body vibration
When a worker is sitting or standing on a vibrating surface, such as a surface directly
attached to a large diesel engine, the vibration can be transmitted to his whole body. The
same thing occurs when driving vehicles over rough surfaces.
Depending on the level, frequency and duration of exposure, whole-body vibration can
contribute to back pain and performance problems.

(b) Work environment


The primary factors to be considered are cold temperatures and hot working conditions.
When exposed to cold, muscles and tendons become less flexible and do not work as
efficiently. The blood circulation in the hands and arms is reduced and the worker will
lose some of the feeling in his hands and fingers.
The worker will have to use more grip force to grasp objects. The increased effort can
lead to greater strain on muscles and tendons.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Cold can be an issue when handling cold objects or if the air temperature is low.
Here are some examples where cold is a factor:

 Handling tools that are stored outside during the winter;


 Handling frozen or refrigerated food;
 Working outside during the winter; and
 Having cold air from the exhaust of a pneumatic drill blow over the hands and fingers.

Working in a hot or humid environment also imposes strain on the body. It increases the
body temperature and causes dehydration, leading to muscle tiredness. People working in
commercial kitchens or working outside during the summer are exposed to hot, humid
work environments.

Work procedures and the organization of work


Work procedures and organization of work can minimize the harmful effects of the
factors listed above. For example, physically demanding tasks can be spread among more
employees through job rotation, thereby reducing the demands placed on any one person.
Outside work during the hot summer months can be scheduled to begin early and finish
early in the day, thereby reducing the heat load on employees.
Other possibilities are for employees to pace themselves when doing physically
demanding tasks and for employers to phase out piecework.
When work procedures and organization of work do not take the work environment and
the physical demands of the tasks into consideration, there is a higher risk of injury.

(d) Circumstances in which work activities are performed


When working in hazardous environments or responding to emergencies, workers must
use various kinds of personal protective equipment. Waterproof coveralls that do not
"breathe" can add to stress from heat. The filters in air purifying respirators increase the
physical demands involved in breathing by cutting down on air flow. Using a self-
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
contained breathing apparatus can add significant weight and bulk, making it harder to
climb stairs and manoeuvre around objects.

(e) Characteristics and features that affect handling


Shape, bulkiness, surface texture and availability of handles are some of the
characteristics that affect how easy it is to pick up and move materials, goods or things.
For example, things that are wet and slippery can be hard to hold.
The characteristics of people and animals have a similar effect. Unfortunately, people and
animals do not come with handles. They can be heavy and awkward to lift or move. In
addition, both people and animals can be highly unpredictable. They may startle when
touched or struggle to get away. This increases the risk to employees whose work
involves manual handling of people or animals.
Characteristics of the work space, such as layout, can increase the physical demands of
the work activities. For example, employees may have to reach to get materials they
need, or they may use improper postures or body mechanics because they do not have
enough space to move around.
Features of tools and equipment, such as weight, handle position and vibration, can
increase the risk of MSIs.

Assessment methods and tools


The methodology used in Step 3 will identify the tasks with ergonomics-related hazards.
These hazards may only be potential hazards, or they may already have caused an MSI,
resulted in a minor injury or in first aid treatment, or been reported by an employee. In
most cases, this level of information should be sufficient to proceed to preventive
measures.
However, more complex assessment methods are sometimes required. This is true in
cases where it is harder to assess the degree of hazard associated with a particular task or
when comparing similar tasks.

Example:
An employee is assigned to transfer items from one conveyor to another. When
is he most likely to injure himself?

 If he spends 4 hours moving boxes weighing 20 kg twice a minute?


 If he spends 4 hours moving boxes weighing 10 kg four times a minute?
 If he spends 2 hours moving boxes weighing 20 kg four times a minute?

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Determining the relative hazard involved in performing the same quantity of work
requires the use of fairly advanced or detailed assessment methods. So does evaluating
the impact of exposure to a combination of factors, such as exerting force in an awkward
posture repeatedly.
A list of in-depth risk assessment tools, along with brief descriptions, can be found
in MSDPrevention Tool Box - More on In-Depth Risk Assessment Methods, which was
developed by the Occupational Health and Safety Council of Ontario. It is important to
note that to use these tools properly, people must have the necessary training.
It is the employer's responsibility to ensure that those assigned to identify and assess
ergonomics-related hazards have the necessary education and training. They should be
familiar with basic ergonomic principles and have experience applying them.
The ergonomics principles include:

 Adapting the work space and the work equipment to fit the operator and the kind of
work being performed, to promote preferred body postures;
 Providing sufficient space for body movements;
 Providing variety in tasks and movements to avoid body tension caused by static
postures;
 Designing work to allow machinery to do or assist with highly repetitive tasks, leaving
more variable tasks to human operators;
 Placing controls within easy reach;
 Keeping loads close to the body and handling them with neutral postures;
 Keeping physical demands compatible with the physical capacities of the employee;
 Using mechanical assistance if the strength demanded exceeds the capacity of muscle
groups.

Step 5: Preventive measures

Section 19.5 of the Regulations


The employer shall, in order to address identified and assessed hazards,
including ergonomics-related hazards, take preventive measures to address the
assessed hazard in the following order of priority:

a. the elimination of the hazard, including by way of engineering controls


which may involve mechanical aids, equipment design or redesign that
take into account the physical attributes of the employee;

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


b. the reduction of the hazard, including isolating it;
c. the provision of personal protective equipment, clothing, devices or
materials; and
d. administrative procedures, such as the management of hazard
exposure and recovery periods and the management of work patterns
and methods.

As part of the preventive measures, the employer shall develop and implement
a preventive maintenance program in order to avoid failures that could result in
a hazard to employees.
The employer shall ensure that any preventive measure shall not in itself create
a hazard and shall take into account the effects on the work place.
The preventive measures shall include steps to address

a. newly identified hazards in an expeditious manner; and


b. ergonomics-related hazards that are identified when planning
implementation of change to the work environment or to work duties,
equipment, practices or processes.

The employer shall ensure that any person assigned to implement ergonomics-
related prevention measures has the necessary instruction and training.
The Regulations specify the order of priority for the types of preventive measures, or risk
controls, that must be used to deal with ergonomics-related hazards.

(a) Elimination of the hazard:


It may be possible to eliminate the hazard by means of engineering controls. Common
examples include:

 Having an adjustable work surface to eliminate awkward posture;


 Using a mechanical hoist to eliminate manual lifting;
 Using automation to eliminate repetitive manual tasks.

When preventive measures such as equipment modifications are implemented, the


physical attributes of the employee(s) using that equipment must be taken into account.
For example, modifying a work station to suit a very tall employee who is on the day
shift may introduce new ergonomics-related hazards for a shorter employee on the night

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


shift. Making sure that adjustability is built into the preventive measure can help
overcome such challenges.

Use of mechanical equipment to transport materials rather than carry materials

(b) Reduction of the hazard


Ergonomics-related hazards can be reduced by making changes in the work place (for
example, so the employee does not need to reach as far or bend down as often to get
materials).
A hazard can be reduced by lowering the level (magnitude/amount), the duration of
exposure or the frequency of exposure, or through any combination of these three
methods.

(c) Personal protective equipment


Personal protective equipment includes things such as knee pads for kneeling on hard
surfaces and vibration dampening gloves for using hand tools that vibrate.
There is a very limited range of personal equipment for protection against ergonomics-
related hazards. This equipment is best used in combination with other preventive
measures, such as administrative procedures.
For example, to reduce the risk to an employee assigned to set tiles on a large floor area,
the employer may include different tasks in the employee's work day so he does not have
to spend too long kneeling on a hard surface. However, during the time the employee
does spend kneeling, using knee pads will improve his safety.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


(d) Administrative procedures
A good example of an administrative control is having the employee monitor himself in
order to change tasks when physical tiredness sets in while he is performing a physically
demanding task.
Another example is having two or more employees alternate between a physically
demanding task and less demanding tasks, to give them a chance to recover. Yet another
possibility is for the employee to spread the physically demanding portion of the daily
work over the entire shift rather than do it all at once.
The Regulations also say that when planning changes to the work environment or to
work duties, equipment, practices or processes, the employer must be proactive in
identifying and addressing potential ergonomics-related hazards.
As with hazard identification and assessment, the employer must ensure that any person
assigned to implement ergonomics-related preventive measures has the necessary
education and training.
Appendix 1 of the Guide outlines some common preventive measures that have proven
successful in reducing the risk to employees due to exposure to ergonomics-related
hazards. It does not, however, include all possible options. The specific preventive
measure or combination of measures that will be effective will depend on the specific
circumstances at the work site.
The following aspects should be considered in selecting the most suitable option:

1. What experiences have others had with the solution? (Is there a proven or benchmark
solution to the problem?)
2. Will any new hazards be created?
3. What are the costs and/or benefits of the preventive measure?
4. Are there non-monetary benefits to one option over another?
5. If there is disruption to work, productivity and/or quality of service during
implementation, how will it be managed?
6. What training is required?
7. What feedback have employees provided? What option would they prefer?
8. What maintenance requirements will there be?
9. How will the success of the implementation evaluated?

It is recommended that a brief employee survey be conducted to collect and document


employees' feedback on preventive measures implemented. This gives everyone who has
used the control a chance to indicate their overall satisfaction with it, comment on its
advantages and disadvantages, and make suggestions for improvement.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


If a large number of employees are involved, the survey may be done using a sample of
employees.

Force: Gripping tools, equipment or objects


Eliminate the need to manually grip or handle tools, equipment or objects by using
engineering controls such as clamps and automated tools. If that is not reasonably
possible, consider options such as the following to minimize the risk to employees:

 Use tools that allow employees to grip the tool using the whole hand (a power grip);
 Choose tools that have triggers that can be operated using several fingers rather than
one finger or a thumb;
 Choose tools that can be used with the wrist straight;
 Choose tools with features that reduce vibration;
 Choose tools that are lighter and designed to reduce hand torque and kickback;
 Ensure the tool is balanced and does not require extra muscular effort to hold it in
position ;
 Ensure the handle of a tool does not create pressure points in the palm of the hand;
 Use tools with handles that fit the hand (for example, use a smooth hand grip rather
than one with hard ridges that space the fingers);
 Use rubber or sponge-type grips on tool handles;
 Choose tools that can be safely used by either left handed or right handed employees;
 Maintain tools regularly;
 Inspect tools regularly;
 Ensure worn or damaged tools are fixed or replaced;
 Improve grip while handling slippery objects by using friction-enhanced, well-fitting
gloves;
 Reduce the total time the employee spends manually gripping objects;
 Rather than have the employee spend one long period continuously gripping a tool,
break the time into shorter periods.

Force: Lifting, lowering or carrying objects


Eliminate the need to manually lift, lower or carry objects by using mechanical means
such as cranes, hoists, pallet jacks, conveyers and carts. If this is not reasonably possible,
consider options such as the following to minimize the risk to employees:

 Minimize the distance between the load and the employee by removing any obstacles
between them or using a turntable;
 Use height-adjustable pallet trucks/scissor lifts to keep loads off the floor and above
knee height;

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Organize the starting and ending location of the lifts to limit the overall vertical distance
a load has to be lifted;
 Avoid lifts below knuckle level and above shoulder level (e.g. make sure shelf heights are
not too high or too low);
 Tell employees not to lift loads heavier than 4 kg when seated; have them stand up and
use larger, stronger muscles;
 Improve the grip/handles on objects being lifted;
 Split the overall weight of a load into smaller loads;
 Avoid handling uneven, unbalanced loads;
 Make sure the work space allows enough room for the employee to move about easily,
without stooping or twisting;
 Use gravity as an assist whenever possible (lower rather than lift);
 Minimize the distance loads must be carried;
 Use carts, motorized buggies, conveyors or gravity-fed conveyors to transport loads
rather than carrying them;
 Provide tools/devices to help with carrying tasks (e.g. carrying handles, extension
handles);
 Train workers to assess all material handling tasks and to ensure that the path is clear of
obstructions/trip hazards when carrying items;
 Do not carry objects up and down stairs if two hands are needed to hold objects; keep
one hand free to hold the hand rail;
 Improve housekeeping to prevent trips and falls;
 Use shoulder pads when carrying loads on the shoulders;
 Organize the work so that physically demanding tasks are not performed continually for
long periods; use job enrichment practices and pause periods to permit muscles to
recover from applying force for long periods.

Force: Pushing and pulling


Eliminate the need to manually push or pull objects by using mechanical devices such as
conveyors, cranes or gravity-fed systems. If that is not reasonably possible, consider
options such as the following to minimize the risk to employees:

 Use carts that have vertical or height adjustable handles to enable different sized
workers to position their hands between waist and shoulder height;
 Use larger wheels on carts and bins as this reduces push and pull forces and makes it
easier to roll over cracks or holes in the floor;
 Ensure that wheels/casters are suitable for the load being transported and are
compatible with the type of flooring;
 Determine the most suitable swivel arrangement of casters - 2 or 4, front or back;
 Ensure there is enough space so the worker does not have to use awkward postures to
move the cart;

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Design/change the layout of the work area to eliminate the need to push wheeled
objects up slopes or over uneven surfaces;
 Minimize changes in floor level in areas such as entrances to elevators;
 Ensure the flooring is smooth but not slippery, and in good condition;
 Ensure the floor is clean (no debris or clutter) and not covered with thick, plush or shag
carpet;
 Ensure workers can see over the top of the cart;
 Push rather than pull carts;
 Ensure unrestricted work space so the employee can comfortably get the load moving
and keep it moving;
 Maintain carts, especially wheels and wheel bearings;
 Provide brakes on carts where practical;
 Organize the work so that physically demanding tasks are not performed continually for
long periods; use job enrichment practices and pause periods to permit muscles to
recover from applying force for long periods.

Work posture: Fixed or awkward postures


Eliminate awkward postures through preventive measures such as having adjustable work
heights, minimizing reach distances, and using proper tools, turntables, conveyors, tilted
surfaces or spring-loaded surfaces. Note that even when the employee is able to work
comfortably, periodic movement or changes in posture are required.
If elimination of awkward posture is not reasonably possible, consider options such as the
following to minimize the risk to employees:

 Minimize awkward posture of the neck:

o Keep the monitor or objects that need to be viewed at a height that will not
require tilting the head to look up or down;
o Avoid twisting the neck (e.g., using a keyboard in front and looking at a person
seated to the side);
o Avoid bending the neck (e.g., to hold the telephone receiver);
 Minimize awkward posture of the shoulder:

o Reduce the need to reach forward or sideways by moving objects closer and by
adjusting the work height (e.g., tilted position);
o Minimize reaching behind by moving objects to the front;
o Minimize reaching across the body by moving closer to the objects or by
transferring objects from one hand to the other;
 Minimize forearm rotation by using power tools or mechanical turners;
 Minimize awkward posture of the wrist by using tools with appropriate handles (e.g.,
angled handles, drop down tools);

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Minimize awkward posture of the body:

o Reduce forward bending by increasing the work height or moving objects closer
(i.e., improved work place layout);
o Minimize side bending by reducing the reach distance or moving objects to the
front of the employee;
o Minimize twisting by improving the layout of the work area;
 Minimize squatting or kneeling by raising the task;
 Incorporate adjustability into tools and equipment:

o Have work surfaces whose height can be adjusted to suit the type of work being
done (i.e., precision, light or heavy work);
o Use a tilted surface for drafting;
o Use tilted bins and bins with false bottoms for easier access inside;
o Have height adjustable chairs;
 Minimize static or fixed postures:

o Include a greater variety of tasks in the work;


o Encourage employees to move/walk around periodically;
o Use sit/stand stools and footrests at standing workstations;
o Use anti-fatigue matting for standing work areas with hard floor surfaces.

Contact stress
Eliminate or minimize exposure to contact stress:

 Change or modify equipment (e.g., use a long-handled screwdriver to prevent the butt
from digging into the palm);
 Change or modify the work area to prevent sharp edges from digging into skin (e.g., pad
sharp or metal edges);
 Use personal protective equipment (e.g., use knee pads while kneeling; use padded
gloves when lifting heavy objects by means of narrow plastic strapping);
 Improve or change work practices to reduce resting or leaning against sharp edges;
 Avoid using body parts (e.g., palm or knee) as a hammer.

Repetition
Eliminate highly repetitious tasks by using preventive measures such as automation or
mechanization (e.g., power tools). If that is not reasonably possible, consider options
such as the following to minimize the risk to employees:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Reduce the duration of exposure to repetition
(e.g., through well-designed job rotation or job enrichment);
 Add different tasks to the job to increase the variety of activities;
 Include flexibility in the job so the worker can control the pace of work;
 Use a work schedule that allows for frequent changes of activity;
 Encourage employees to take micro-breaks;
 Use good work techniques and avoid unnecessary repetition.

Work environment: Cold temperatures


 Ensure employees wear high-friction, well-fitting gloves;
 Ensure employees wear clothing that keeps them warm without adding a lot of bulk;
 Ensure hand tools are stored in a warm place prior to use;
 Provide alternating periods of cold and warm work (employee rotation) and allow
employees to take breaks in warm areas;
 Avoid having employees use tools that discharge cold gases over their hands;
 Provide local source heating (portable heaters) for employees;
 Educate employees about the harmful effects of cold and its influence on
musculoskeletal injuries;
 Encourage employees to drink enough fluids.

Work environment: Heat and humidity


 Provide alternating periods of cool/shaded and warm work (employee rotation) and
allow employees to take rest breaks in cool areas;
 Provide local source cooling (portable spot chillers) for employees;
 Educate employees about the harmful effects of heat and its influence on
musculoskeletal injuries;
 Encourage employees to drink enough fluids.

Work organization and work methods


 Ensure that repetitive or demanding tasks incorporate opportunities for rest or recovery
(e.g., allow brief pauses to relax muscles; change work tasks; change postures or
techniques);
 Incorporate task variability so the employee does not have to perform similar
repetitious tasks throughout the shift; provide the employee with the opportunity to
vary work tasks by rotating jobs or increasing the scope of the job;
 Ensure that work demands and work pace are appropriate;

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Evaluate jobs to determine whether work methods are compatible with employee
capabilities;
 Analyze the differences in work methods between individuals to find the best work
methods;
 Ensure that the official work method is the best work method and corresponds to what
employees are actually doing.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXI
EPA ON FT PREVENTION

Elektroterapi adalah penggunaan energi listrik sebagai pengobatan medis Dalam


pengobatan, yang elektroterapi istilah dapat berlaku untuk berbagai perawatan, termasuk
penggunaan perangkat listrik seperti stimulator otak yang mendalam untuk penyakit
saraf. Istilah ini juga telah diterapkan khusus untuk penggunaan arus listrik untuk
mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, istilah "elektroterapi" atau "terapi
elektromagnetik" juga telah diterapkan untuk berbagai peralatan medis alternatif dan
pengobatan.Penggunaan elektroterapi telah diteliti dan diterima di bidang rehabilitasi
(stimulasi otot listrik).
Electro Myo Stimulatin (EMS), juga dikenal sebagai stimulasi Neuro Muscular
Electyrical Stimulasi (NMES) adalah elisitasi kontraksi otot menggunakan impuls listrik.
Impuls yang dihasilkan oleh perangkat dan disampaikan melalui elektroda pada kulit di
dekat langsung ke otot untuk dirangsang. Impuls meniru potensial aksi yang berasal dari
sistem saraf pusat, menyebabkan otot-otot berkontraksi. Elektroda umumnya bantalan
yang menempel di kulit.
Elektroterapi digunakan untuk relaksasi dari kejang otot, pencegahan dan
keterbelakangan atrofi disuse, peningkatan sirkulasi darah lokal, rehabilitasi otot dan
pendidikan ulang stimulasi otot listrik, mempertahankan dan meningkatkan jangkauan
gerak, manajemen rasa sakit kronis dan keras, akut pasca-trauma nyeri, pasca bedah nyeri
akut, segera stimulasi pasca-bedah otot untuk mencegah trombosis vena, penyembuhan
luka dan pemberian obat.
EMS menyebabkan adaptasi, pelatihan yaitu, dari serat otot. Karena karakteristik
dari serat otot rangka, berbagai jenis serat dapat diaktifkan untuk berbeda derajat oleh
berbagai jenis EMS, dan modifikasi diinduksi tergantung pada pola aktivitas EMS. Pola-
pola ini, disebut sebagai protokol atau program, akan menimbulkan respon yang berbeda
dari kontraksi jenis serat yang berbeda. Beberapa program akan meningkatkan ketahanan
lelah, yaitu daya tahan, orang lain akan meningkatkan produksi kekuatan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Dalam pengobatan EMS digunakan untuk tujuan rehabilitasi, misalnya dalam
terapi fisik dalam pencegahan tidak digunakan atrofi otot yang dapat terjadi misalnya
setelah cedera muskuloskeletal, seperti kerusakan tulang, sendi, otot, ligamen dan tendon.
Beberapa penggunaan EMS adalah sebagai berikut: Menjaga dan Meningkatkan
rentang gerak: Dalam kondisi di mana pengurangan kisaran gerakan fisiologis disebabkan
atau hasil dari patah tulang dengan imobilisasi konsekuen, intervensi operasi, atau
arthroscopy, di bahu, lutut, dan punggung. Pencegahan atau Retardasi otot tidak
digunakan Atrofi: Otot atrofi disuse adalah pengurangan dalam kontraksi otot dan ukuran
karena penurunan nilai yang lama atau imobilitas sendi dari operasi, cedera atau penyakit.
Relaksasi Kejang otot: Kejang otot dan kram sering terjadi di daerah nyeri lokal dan
kelembutan. Stimulasi digunakan untuk kelelahan yang "spastik" otot. Peningkatan
Sirkulasi Darah lokal: kontraksi otot ritmik membantu meningkatkan sirkulasi darah,
sehingga membantu dalam pengurangan pembengkakan lokal dan nyeri. Stimulasi Pasca
bedah pada Otot Betis untuk Mencegah Trombosis Vena: Penggunaan EMS untuk
meningkatkan sirkulasi darah dalam pencegahan trombosis vena.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXII
KONSEP FISIOTERAPI PADA KOMUNITAS

Community Based Rehabilitation (CBR) has been defined by the International


Labour Organization, the United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization and the World Health Organization in a Draft Joint Position Paper.
Community-based rehabilitation is a strategy within community development for
the rehabilitation, equalization of opportunities and social integration of all people with
disabilities. CBR is implemented through the combined efforts of disabled people
themselves, their families and communities, and the appropriate health, education,
vocational and social services.
CBR was designed as a model by which cost-effective community / home-
basedrehabilitation could be provided in developing countries. As defined it was not seen
to equate to all rehabilitation that takes place outside an institutional setting, although it is
easy to see how the term can be interpreted as such, and this is reflected in the feedback
from WCPT Member Organisations. CBR, as internationally defined, is very much
client-centric as opposed to profession-centric.
In trying to clarify what CBR is and to draw a distinction with any care that takes
place in acommunity environment there are a few key points. CBR is not:
• An approach that only focuses on the physical or medical needs of a person
• About delivering care to disabled people as passive recipients
• Only outreach from a centre
• Rehabilitation training in isolation
• An approach which is determined by the needs of an institution or groups of
Professionals
• Segregated and separate from services for other people.
Conversely CBR involves:
• Partnerships with disabled people, both adults and children, their families and carers

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


• Capacity building of disabled people and their families, in the context of their
community and culture
• An holistic approach encompassing physical, social, employment, educational,
economic and other needs
• Promoting the social inclusion of disabled people in existing mainstream services
• A system based in the community, using district and national level services for referral
CBR has been described on the basis of component features such as:
• provision of functional rehabilitation services
• creating a positive attitude towards people with disabilities
• the creation of micro and macro income-generation
• vocational training
• the prevention of the causes of disabilities
It has also been described on the basis of philosophical or ideological thinking
Primary Health Care and Community Based Rehabilitation.
Helander (1999) has identified a number of key principles relating to CBR. They
are;equality, social justice, solidarity, integration and dignity. These can be seen to relate
to theprinciples embedded in human rights legislation.
Linking primary health care and CBR
As one aspect of its broad remit, CBR is a means of delivering health services in
the primaryhealth care setting and therefore the two are intrinsically linked. CBR is not
an approach that only focuses on the physical or mental needs of a person and as such
extends beyond the healthcare domain. However, it is also viewed by some nations as
encompassing all care that takes place in the community, more analogous with the wider
concept of primary health care. CBR is not the only means by which rehabilitation
services can be delivered in primary health care settings. Both CBR and primary health
care focus on the needs of individuals and the wider population.
Health services delivery
WHO’s declaration of ‘Health for all by the year 2000’ (World Health
Organization 1977) still remains a long way off. In 1995 the World Health Assembly

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


(resolution WHA 48.8) urged WHO and its member states to take coordinated action to
reform health care, acknowledging that fundamental change was required in approaches
to health care delivery, the use of human resources and their education and training
(World Health Organization 1995b). This section discusses some of the wider health
service delivery issues and focuses on rehabilitation.
Introduction
Differences in health status and health care systems, including rehabilitation, are
significant from one country to another. However, they are most marked when comparing
the developing countries with those that are developed. While the socio-economic
differences are acknowledged the continually widening economic gap is seen to be the
principal influencing factor (Leavitt 1995). Even though the economic resources required
to provide a level of service that even goes some way to closing the gap between met and
unmet need seems far from reach, as Kay et al said ‘Developing nations can ill-afford the
expense of the morbidity that a failure to rehabilitate causes.’ (1994, page 77). That said,
levels of morbidity tend to be higher in poorer communities and, depending on the local
health care system, this means that they end up paying more when they can ill-afford to
do so.
Within countries there are usually a number of referral levels (figure 1). Starting
with community level services there is then access to district services, where district is
defined as the area covered by the first-referral level hospital and also the most peripheral
unit of local government and administration with comprehensive powers and
responsibilities. It is seen to exist at the interface between community planning and
development and central government planning and development (World Health
Organization 1989, 1994). There is then a secondreferral level to provincial / regional /
state services. These services, as well as providing a greater level of expertise, also
provide education and supervision of rehabilitation workers at the district level. Some
special schools and vocational training centres may also be located in these areas. The
third level of referral is referred to as central or national services. Examples include
specialty or teaching hospitals in large urban areas.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Primary Health Care and Community Based Rehabilitation: Implications for
Physical Therapy
Referral Levels
This description of services may be more recognisable in developing countries but
all countries have an analogous system of increasing complexity, specialisation and
multisectoral collaboration.
Models of rehabilitation
Institution-based rehabilitation and outpatient services are models recognisable to
most health care professionals and the ones that have historically influenced education
provision. These services have been driven and developed by health care professionals.
Health care reforms are seeing an increasing emphasis on service user involvement in
shaping future models of health service delivery. However, this remains a relatively new
concept and one in development itself. In most countries institution-based rehabilitation
is urban-based, making it relatively inaccessible and expensive to access, especially in
poorer communities.
How disability has been perceived has influenced health care service provision,
including rehabilitation. The disability movement and the development of the social
model of health have been influential in affecting change in recent years. With a focus
on community settings rather than institution-based centres, CBR is one model of
providing rehabilitation, which is explored further in section 5 of this paper. There are a
number of different models of CBR that have been developed in response to local needs
and a number of other programmes of interventions which share some common goals, but
have fundamental differences. One such programme is that referred to as out-reach.
These programmes are run by health care workers e.g. physical therapists, at a local level
to provide complex professional care which directly addresses patients’ pathology,
impairments, and or disabilities. Such services are controlled from an institution and there
may be a mismatch between what the people need and what the institution can provide.
CBR is not the only model in which community participation is emphasised. The
development of the Independent Living (IL) movement, is another.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


While their origin is different they both developed as a response to criticisms of
thetraditional rehabilitation model that was dependent on highly trained health
careprofessionals. The essential difference between CBR and IL is that the CBR model is
one of Primary Health Care and Community Based Rehabilitation: Implications for
Physical Therapy
Partnership between the community and service providers, whereas control is
seen as essentially being with disabled consumers in the IL model. In contrast to the IL
movement it is often health care professionals who speak out in support of CBR and raise
its profile, whereas in IL it is principally consumer driven. How well this is then
translated through implementation is another matter.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXIII
KONSEP REHABILITASI FISIOTERAPI

Terapi fisik adalah disiplin rehabilitasi yang mengkhususkan diri dalam


mengevaluasi, mendiagnosis dan mengobati gangguan fisik dan fungsional pada pasien
dari segala usia. Tujuan keseluruhan dari terapi fisik adalah untuk meningkatkan
mobilitas, kekuatan, dan kemampuan fungsional, sehingga pasien dapat mencapai tingkat
fungsional tertinggi dan kualitas hidup yang optimal.
Fisik Therapist adalah anggota dari tim interdisipliner yang bekerjasama dengan
pasien, keluarga dan anggota tim lainnya untuk membuat program rehabilitasi khusus
untuk kebutuhan pasien. program terapi fisik yang tersedia di rawat inap dan rawat jalan
pengaturan dan disesuaikan, hasil-berorientasi dan dirancang dengan tujuan pasien
sebagai fokus utama. Terapi fisik dapat diberikan untuk gangguan yang disebabkan oleh
berbagai kondisi termasuk, namun tidak terbatas pada: kondisi ortopedi, gangguan
neuromuskuler / neurovaskular, stroke, cedera otak, cedera tulang belakang, gangguan
jantung dan masalah kesehatan yang kompleks.
Terapis fisik menggunakan berbagai teknik manual, modalitas pengobatan,
teknologi canggih dan program pendidikan untuk membantu pasien mencapai tujuan
khusus mereka dalam rehabilitasi.
KEPEMIMPINAN DAN KEAHLIAN
Spaulding ini Terapis fisik memiliki pengalaman dan pelatihan lanjutan dalam berbagai
bidang klinis dan penelitian. Model tim interdisipliner memungkinkan untuk pendidikan
berkelanjutan dan kolaborasi dengan dokter dan profesional rehabilitasi lainnya untuk
memastikan perawatan terbaik bagi pasien.
Terapis fisik juga mendapatkan keuntungan dari lebih dari 100 studi penelitian aktif di
Spaulding untuk menyediakan saat ini, penilaian dan pengobatan berbasis dibuktikan-.
The Spaulding Jaringan Rehabilitasi juga mendidik siswa Terapi Fisik dari universitas di
seluruh New England melalui berbagai penempatan klinis di rumah sakit dan pusat-pusat
rawat jalan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sebagai anggota Mitra HealthCare, Spaulding terapis fisik, serta anggota tim klinis lain,
bekerja sama dengan rekan-rekan mereka di Massachusetts General Hospital dan
Brigham dan Rumah Sakit Wanita dan Massachusetts General Hospital Institute of
Health Professionals.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXIV
KONSEP REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT
Rehabilitasi adalah upaya untuk memulihkan keberfungsian orang yang
mengalami gangguan atau hambatan, baik secara fisik, mental, psikologis, sosial, dan
ekonomi sehingga dapat berfungsi kembali secara wajar.
Rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM) adalah upaya untuk memulihkan
keberfungsian orang yang mengalami gangguan atau hambatan, baik secara fisik, mental,
psikologis, maupun sosial, dengan bertumpu pada peran keluarga dan kelompok
masyarakat, serta mendayagunakan berbagai prakarsa, potensi, dan sumberdaya
masyarakat.
Pendekatan RBM sedikitnya ada 2 (dua) tujuan RBM, yaitu:
1. Untuk memungkinkan terciptanya kemandirian (self-reliance) pada penyandang
masalah sosial, keluarga dan masyarakat dimana mereka tinggal. RBM
mengupayakan penyandang masalah sosial memiliki akses terhadap pelayanan
khusus yang mereka butuhkan, sementara mereka tetap berada didalam
masyarakat dan mendukung masayarakat mereka, serta menikmati suatu gaya
hidup seperti anggota masyarakat yang lainnya. Mereka berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi diri mereka sendiri, keluarga dan
masyarakat mereka.
2. Untuk pendidikan masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pengintegrasian
penyandang masalah sosial. Kegiatan pendidikan masyarakat tentang penyandang
masalah sosial dari RBM ini mengupayakan penyediaan informasi yang jelas
tentang masalah yang dihadapi dan cara-cara yang mungkin ditempuh untuk
menanganinya. Sehingga sikap, harapan dan tindakan masyarakat akan berubah,
dan dapat menerima penyandang masalah sosial sebagai bagian dari masyarakat,
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat dilandasi pada tiga prinsip pokok yaitu :
1. Masyarakat setempat mengetahui dan dapat mengatasi masalah-masalah mereka.
Lebih baik dari siapapun.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2. Masyarakat yang terpanggil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pencegahan
yang dikembangkan mereka sendiri.
3. Kegiatan dan perubahan-perubahan yang terjadi akan lebih cepat , bila
masyarakat bekerjsama dalam kelompok-kelompok.
Mengapa RBM ?
1. Rehabilitasi berbasis institusi memerlukan biaya yang sangat tinggi/mahal.
2. Pemerintah memiliki sumberdaya yang terbatas.
3. RBM dilakukan melalui upaya mobilisasi sumber daya dan potensi masyarakat,
dan keadaan penyandang masalah sosial, serta melalui koordinasi sebaik-baiknya dengan
berbagai sektor terkait dalam rangka keutuhan pelayanan termasuk pelayanan rujukan
antar sektor terkait. Sehingga menawarkan lingkungan yang lebih normal.
Bagaimana melaksanakan RBM?
Hakekat RBM adalah menggunakan kearifan, keahlian dan kepemimpinan masyarakat
lokal. Oleh karena itu, RBM mengutamakan pelibatan organisasi sosial, pranata sosial,
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan forum-forum masyarakat lainnya.
A. Tahapan Penyelenggaraan RBM
A. Persiapan:
1. Penyiapan sarana dan prasarana:
o • Ruangan dan berbagai peralatan yang diperlukan, yang tersedia di masyarakat
o • Pengkondisian pranata-pranata sosial, seperti kelompok pengajian, kelompok
arisan, koperasi, posyandu, dll agar siap untuk terlibat dalam RBM
o • Pendayagunaan tokoh masyarakat, tokoh agama, relawan, forum warga, PKK,
Karang Taruna, dll.
2.Penataan administrasi
1. Pencatatan data tentang penyandang masalah kesejahteraan sosial yang
memerlukan penanganan rehabilitasi, seperti penyandang cacat (cacat tubuh, mental,
ganda, tuna rungu dan wicara), anak nakal, korban narkotika, pemabuk, eks napi, wts, dll.
2. Pencatatan tentang siapa saja yang terlibat dalam RBM, baik pendamping maupun
PMKS, dengan identitas pribadinya masing-masing, kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


dilaksanakan, waktu dan tempat pelaksanaannya, serta mekanisme atau bagaimana cara
melaksanakannya.
B. Pelaksanaan:
o Melakukan pemetaan masalah kesejahteraan sosial yang memerlukan penanganan
rehabilitasi
o Menyeleksi dan memantapkan pendamping
o Memberikan penyuluhan dan bimbingan sosial
o Memberikan layanan konsultasi
o Melakukan rujukan
o Memberikan perlindungan dan advokasi terhadap PMKS
o Melakukan pertemuan-pertemuan diskusi dan konsultasi di antara para
pendamping untuk membahas penanganan kasus-kasus.
o Mengadakan sarasehan dengan komponen masyarakat yang berpengaruh : Tokoh
Masyarakat, Aparat Pemerintah, Pengusaha, dll.
o Membuat pencatatan dan pelaporan
C. Pengendalian dan Pengawasan:
o Memantau atau memonitor kegiatan para pendamping
o Memantau perkembangan PMKS yang diberikan layanan rehabilitasi
o Melakukan evaluasi, yaitu penilaian-penilaian terhadap hasil kerja masing-masing
pendamping oleh pendamping sendiri
Landasan Hukum.
1). UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2.
2).UU tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial No. 6 tahun 1974.
3). UU tentang Pokok-pokok Kesehatan No. 9 tahun 1970.
4). UU tentang Pokok-pokok Pendidikan No. 12 tahun 1954.
5). UU tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja No. 14 tahun 1969.
6). UU tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah No. 5 tahun 1974.
7). Keputusan Presiden tentang tugas dan fungsi Departemen No. 44 tahun 1974.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


8).Keputusan Presiden tentang Koordinasi Usaha Kesejahteraan Sosial bagi penyandang
Cacat No. 19 tahun 1983.
9). Peraturan Pemerintah tentang Usaha Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat No.
36 tahun 1980.
Pelaksanaan program
Potensi yang ada di masyarakat yaitu :
1). Organisasi masyarakat dan Lembaga-lembaga yang dilaksanakan oleh swasta.
2). Tenaga sukarelawan yang telah ada di masyarakat seperti : PSM, PLKB, Kader
Kesehatan, Dokter, Guru UKS, Pengusaha, Ulama, Kader Kepolisian , PSK ( kalau ada ),
dll.
3). Fasilitas kesehatan, KB, Sosial, Depnaker yang ada di tingkat Desa/ Kelurahan serta
yang ada di Kecamatan seperti : Puskesmas, Sekolah-sekolah, Panti-panti, Home
Industri,dll.
Pelaksanaan kegiatan progran ini dilakukan dengan :
1. Pemberian pelayanan langsung yaitu dengan cara mengadakan identifikasi
permasalahan sosial yang ada, rekomendasi penanganan dan juga melatih berbagai
keterampilan yang sesuai dengan penyandang masalah sosial yang ada.
2. Membentuk dan memberikan pembinaan kepada para kader RBM.
Membentuk dan melatih kepada para kader dengan memberikan penjelasan
tentang pengertian dan pengenalan jenis permasalahan sosial, penyebab masalah sosial,
dan upaya mencegah dan mengatasinya. Kegiatan ini untuk mengembangkan sikap
positif dan partisipasi dari masyarakat terhadap permasalahan sosial yang ada
dilingkungannya
1. Mengadakan kegiatan sarasehan pada tingkat Kabupaten kepada masyarakat baik
pihak Aparat Pemerintah ( Kecamatan, Desa, Kepolisian, Kesehatan, Tenaga Kerja )
maupun Komponen Masyarakat seperti: Pengusaha, Ulama, Organisasi Sosial, dll,
khususnya untuk penginformasian permasalahan maupun dalam hal menanggulangi biaya
dalam mengatasi permasalahan tersebut.
2. Mengevaluasi program RBM

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh praktikan sudah sesuai dengan tujuan
kegiatan program RBM atau belum dan apakah kegiatan mengalami berbagai hambatan
apa saja sehingga untuk kegiatan praktikum dikemudian hari dapat diperbaiki dan
ditingkatkan kualitas pelayanan dalam kegiatan praktikum.
Biaya RBM.
Kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan, maka
perlu membutuhkan adanya biaya/ anggaran, untuk itu sumber-sumber dana dapat
diperoleh dari :
Pihak Pemerintah Pusat, khususnya Departemen Sosial RI serta Daerah Tingkat I, II serta
dari Donatur dari pihak-pihak lain, ini diperlukan adanya koordinasi dan kerja sama yang
baik.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXV
KONSEP PEKERJA SOSIAL MEDIS

Peran Pekerja Sosial Di Rumah Sakit

Daerah penting dari pekerja sosial medis di rumah sakit, pusat rehabilitasi
narkoba, lembaga kesehatan masyarakat, rumah jompo, fasilitas kesehatan mental dan
klinik. Yang paling penting seorang pekerja sosial medis bekerja untuk memastikan
bahwa kepentingan terbaik dari pasien terpenuhi.
1. Konseling
Memberikan saran dan nasihat pada pasien dan keluarga mereka, menjelaskan
sifat dari penyakit mereka ,menyarankan mereka bagaimana untuk secara efektif
menangani gejala dan pengobatan. Berfungsi sebagai konselor untuk membantu mereka
mengatasi trauma mengalami kronis atau penyakit akut.
2. Perencanaan Perawatan
 Keluarga dan pasien sering tidak tahu ke mana harus berpaling untuk
mendapatkan perawatan medis.
 membantu pasien dan keluarga dalam mencari dan mengatur layanan seperti
dalam perawatan rumah, perawatan di rumah dan konseling
 bekerja dengan tim medis dan membahas tentang perencanaan perawatan.
3.Bantuan Financial

Biaya untuk penyakit akut dan kronis sangat tinggi, keluarga mungkin tidak dapat
memberikan finansial untuk perawatan dari anggota keluarga yang sakit Jika orang yang
sakit adalah orang tua, dukungan keuangan untuk perawatan tanggungan juga harus
ditangani. Pekerja social medis merujuk dan membantu pasien dalam memperoleh
bantuan keuangan, bantuan makanan dan cakupan pelayanan kesehatan melalui program
pemerintah

4.Assessment

Pekerja social medic menilai pasien apakah dia sangat sakit mental, adalah
pecandu narkoba atau merupakan korban pelecehan dengan kebutuhan dokter atau
perawat. Pendapat dari pekerja social medic sangat dibutuhkan oleh staf rumah sakit.
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pekerja Sosial Medik mengevaluasi pasien dan laporan kembali ke staf rumah sakit.
Bersama staf rumah sakit dan MSW berkolaborasi untuk menemukan pendekatan yang
terbaik untuk membantu sakit mental, mental di kompeten, obat kecanduan atau
dilecehkan pasien.

5.Advocacy

Pekerja Sosial Medik bertindak sebagai advokat pasien Pekerja Sosial Medik
bertindak sebagai intermediatory antara pasien dan komunitas medis Mereka adalah suara
untuk orang yang memiliki hambatan komunikasi atau perbedaan budaya yang membuat
komunikasi yang efektif menantang. Tanpa Pekerja Sosial Medis, pasien sering jatuh
antara celah-celah-mereka kesehatan dan kebutuhan emosional yang tidak diketahui

7.Bantuan Legal

Pekerja Sosial Medik harus mengambil tindakan hukum untuk melindungi


pasien.Pekerja Sosial Medik harus mengambil tindakan hukum dalam situasi berikut,
1.Orang Tua tidak dapat merawat anak yang sakit 2.Kecelakaan pada anak-anak 3.Kasus
Kekerasan 4. kasus Pelecehan. Dalam kasus ini konservator, surat kuasa atau wali publik
mungkin perlu diangkat.

Tanggung jawab dari Pekerja Sosial Medis

Pekerja sosial medis mulai dengan menilai pasien untuk masalah psikososial,
yang mereka mungkin perlu bantuan dengan. Mereka menentukan apa masalah
psikologis, sosial atau keuangan pasien mengalami karena kondisi kesehatan mereka.

Rumah sakit pekerja sosial tidak akan melihat setiap pasien yang datang ke rumah
sakit. Mereka biasanya akan menerima rujukan dari dokter atau perawat untuk pelayanan
pekerjaan sosial.

Setelah menilai kebutuhan pasien, pekerja sosial akan melakukan intervensi jika
diperlukan. Bantuan yang dibutuhkan dapat bervariasi, tergantung pada kebutuhan
pasien. Sebagai contoh, beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan menghubungkan
dengan layanan di komunitas mereka, seperti tempat penampungan atau terapi obat
dukungan tunawisma. Pasien lain mungkin perlu bantuan memahami kondisi kesehatan
mereka dan menavigasi semuanya terlibat dengan mereka tinggal di rumah sakit.

pekerja sosial juga menyediakan pendidikan pasien tentang pilihan pengobatan dan
membantu mengkoordinasikan layanan yang dibutuhkan setelah debit, seperti peralatan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


medis. pekerja sosial medis juga mengatur konseling kesedihan atau layanan kesehatan
mental lainnya untuk pasien.

Pendidikan dan Pelatihan bagi Pekerja Sosial Medis

Meskipun gelar sarjana dalam pekerjaan sosial mungkin cukup untuk


mendapatkan pekerjaan entry level, sebagian besar fasilitas medis lebih memilih untuk
mempekerjakan seseorang dengan gelar master dalam pekerjaan sosial. Setelah
mendapatkan gelar master, pekerja sosial dapat mulai bekerja menuju lisensi mereka.
Aturan untuk menjadi seorang pekerja sosial berlisensi bervariasi oleh negara. Informasi
tentang persyaratan negara individu dapat ditemukan melalui Asosiasi Kerja Dewan
Sosial.

Dalam kebanyakan kasus, lisensi memerlukan kerja sejumlah tertentu dari jam di
bawah pengawasan seorang pekerja sosial berlisensi. Beberapa fasilitas medis dapat
menyewa pekerja sosial yang bekerja menuju lisensi. sertifikasi opsional juga tersedia
melalui Asosiasi Nasional Pekerja Sosial. Setelah memenuhi persyaratan, pekerja sosial
dapat mengajukan permohonan untuk menjadi bersertifikat di daerah, seperti perawatan
kesehatan, rumah sakit dan perawatan paliatif dan geriatri. Meskipun sertifikasi mungkin
tidak diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan, itu menunjukkan dedikasi tambahan dan
pengetahuan di lapangan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXVI
PARTISIPATION RESTRICTION
PREAMBLE

The American Physical Therapy Association (APTA) is committed to meeting the physical
therapy needs of society, to meeting the needs and interests of its members, and to developing
and improving the art and science of physical therapy, including practice, education and
research. To help meet these responsibilities, APTA’s Board of Directors has approved the
following guidelines for physical therapy documentation. It is recognized that these guidelines
do not reflect all of the unique documentation requirements associated with the many specialty
areas within the physical therapy profession. Applicable for both hand written and electronic
documentation systems, these guidelines are intended to be used as a foundation for the
development of more specific documentation guidelines in clinical areas, while at the same time
providing guidance for the physical therapy profession across all practice settings.
Documentation may also need to address additional regulatory or payer requirements. Finally,
be aware that these guidelines are intended to address documentation of patient/client
management, not to describe the provision of physical therapy services. Other APTA documents,
including APTA Standards of Practice for Physical Therapy, Code of Ethics and Guide for
Professional Conduct, and the Guide to Physical Therapist Practice, address provision of physical
therapy services and patient/client management.
APTA POSITION ON DOCUMENTATION

Documentation Authority For Physical Therapy Services

Physical therapy examination, evaluation, diagnosis, prognosis, and plan of care


(including interventions) shall be documented, dated, and authenticated by the physical
therapist who performs the service. Interventions provided by the physical therapist or selected
interventions provided by the physical therapist assistant under the direction and supervision of
the physical therapist are documented, dated, and authenticated by the physical therapist or,
when permissible by law, the physical therapist assistant. Other notations or flow charts are
considered a component of the documented record but do not meet the requirements of
documentation in or of themselves. Students in physical therapist or physical therapist assistant
programs may document when the record is additionally authenticated by the physical therapist

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


or, when permissible by law, documentation by physical therapist assistant students may be
authenticated by a physical therapist assistant.

OPERATIONAL DEFINITIONS
Guidelines
APTA defines a "guideline" as a statement of advice.
Authentication
The process used to verify that an entry is complete, accurate and final. Indications of
authentication can include original written signatures and computer "signatures" on secured
electronic record systems only. The following describes the main documentation elements of
patient/client management:
1)initial examination/evaluation
2) visit/encounter
3) reexamination
4) discharge or discontinuation summary.
Initial Examination/Evaluation
Documentation of the initial encounter is typically called the “initial examination,”
“initial evaluation,” or “initial examination/evaluation.” Completion of the initial examination/
evaluation is typically completed in one visit, but may occur over more than one visit.
Documentation elements for the initial examination/evaluation include the following:
1. Examination
Includes data obtained from the history, systems review, and tests and measures.
2. Evaluation
Evaluation is a thought process that may not include formal documentation. It may
include documentation of the assessment of the data collected in the examination and
identification of problems pertinent to patient/client management.
3. Diagnosis
Indicates level of impairment, activity limitation and participation restriction determined
by the physical therapist. May be indicated by selecting one or more preferred practice patterns
from the Guide to Physical Therapist Practice.
4. Prognosis

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Provides documentation of the predicted level of improvement that might be attained
through intervention and the amount of time required to reach that level. Prognosis is typically
not a separate documentation elements, but the components are included as part of the plan of
care.
5. Plan of care
Typically stated in general terms, includes goals, interventions planned, proposed
frequency and duration, and discharge plans.
6. Visit/Encounter
Documentation of a visit or encounter, often called a progress note or daily note,
documents sequential implementation of the plan of care established by the physical therapist,
including changes in patient/client status and variations and progressions of specific
interventions used. Also may include specific plans for the next visit or visits.
7. Reexamination
Documentation of reexamination includes data from repeated or new examination elements
and is provided to evaluate progress and to modify or redirect intervention.
8. Discharge or Discontinuation Summary
Documentation is required following conclusion of the current episode in the physical therapy
intervention sequence, to summarize progression toward goals and discharge plans.
GENERAL GUIDELINES
• Documentation is required for every visit/encounter.
• All documentation must comply with the applicable jurisdictional/regulatory requirements.
• All handwritten entries shall be made in ink and will include original signatures. Electronic
entries are made with appropriate security and confidentiality provisions.
• Charting errors should be corrected by drawing a single line through the error and initialing
and dating the chart or through the appropriate mechanism for electronic documentation that
clearly indicates that a change was made without deletion of the original record.
• All documentation must include adequate identification of the patient/client and the physical
therapist or physical therapist assistant:
o The patient's/client's full name and identification number, if applicable, must be included on
all official documents.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


o All entries must be dated and authenticated with the provider's full name and appropriate
designation:
• Documentation of examination, evaluation, diagnosis, prognosis, plan of care, and discharge
summary must be authenticated by the physical therapist who provided the service.
• Documentation of intervention in visit/encounter notes must be authenticated by the physical
therapist or physical therapist assistant who provided the service.
• Documentation by physical therapist or physical therapist assistant graduates or other physical
therapists and physical therapist assistants pending receipt of an unrestricted license shall be
authenticated by a licensed physical therapist, or, when permissible by law, documentation by
physical therapist assistant graduates may be authenticated by a physical therapist assistant.
• Documentation by students (SPT/SPTA) in physical therapist or physical therapist assistant
programs must be additionally authenticated by the physical therapist or, when permissible by
law, documentation by physical therapist assistant students may be authenticated by a physical
therapist assistant.
• Documentation should include the referral mechanism by which physical therapy services
are initiated. Examples include:
 Self-referral/direct access
 Request for consultation from another practitioner
• Documentation should include indication of no shows and cancellations.
INITIAL EXAMINATION/EVALUATION
Examination (History, Systems Review, and Tests and Measures)
History:
Documentation of history may include the following:
• General demographics
• Social history
• Employment/work (Job/School/Play)
• Growth and development
• Living environment
• General health status (self-report, family report, caregiver report)
• Social/health habits (past and current)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


• Family history
• Medical/surgical history
• Current condition(s)/Chief complaint(s)
• Functional status and activity level
• Medications
• Other clinical tests
Systems Review:
Documentation of systems review may include gathering data for the following systems:
• Cardiovascular/pulmonary
o Blood Pressure
o Edema
o Heart Rate
o Respiratory Rate
• Integumentary
o Pliability (texture)
o Presence of scar formation
o Skin color
o Skin integrity
• Musculoskeletal
o Gross range of motion
o Gross strength
o Gross symmetry
o Height
o Weight
• Neuromuscular
o Gross coordinated movement (eg, balance, locomotion, transfers, and transitions)
o Motor function (motor control, motor learning)
Documentation of systems review may also address communication ability, affect, cognition,
language, and learning style:
• Ability to make needs known

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


• Consciousness
• Expected emotional/behavioral responses
• Learning preferences (eg, education needs, learning barriers)
• Orientation (person, place, time)
Tests and Measures:
Documentation of tests and measures may include findings for the following
categories:
• Aerobic Capacity/Endurance
Examples of examination findings include:
o Aerobic capacity during functional activities
o Aerobic capacity during standardized exercise test protocols
o Cardiovascular signs and symptoms in response to increased
oxygen demand with exercise or activity
o Pulmonary signs and symptoms in response to increased oxygen demand with exercise or
activity
• Anthropometric Characteristics
Examples of examination findings include:
o Body composition
o Body dimensions
o Edema
• Arousal, attention, and cognition
Examples of examination findings include:
o Arousal and attention
o Cognition
o Communication
o Consciousness
o Motivation
o Orientation to time, person, place, and situation
o Recall
• Assistive and adaptive devices

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Examples of examination findings include:
o Assistive or adaptive devices and equipment use during
functional activities
o Components, alignment, fit, and ability to care for the assistive or
adaptive devices and equipment
o Remediation of impairments, activity limitations and participation
restrictions with use of assistive or adaptive devices and
equipment
o Safety during use of assistive or adaptive devices and equipment
• Circulation (Arterial, Venous, Lymphatic)
Examples of examination findings include:
o Cardiovascular signs
o Cardiovascular symptoms
o Physiological responses to position change
• Cranial and Peripheral Nerve Integrity
Examples of examination findings include:
o Electrophysiological integrity
o Motor distribution of the cranial nerves
o Motor distribution of the peripheral nerves
o Response to neural provocation
o Response to stimuli, including auditory, gustatory, olfactory,
pharyngeal, vestibular, and visual
o Sensory distribution of the cranial nerves
o Sensory distribution of the peripheral nerves
• Environmental, Home, and Work (Job/School/Play) Barriers
Examples of examination findings include:
o Current and potential barriers
o Physical space and environment
• Ergonomics and Body mechanics
Examples of examination findings for ergonomics include:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


o Dexterity and coordination during work
o Functional capacity and performance during work actions, tasks, or activities
o Safety in work environments
o Specific work conditions or activities
o Tools, devices, equipment, and work-stations related to work actions, tasks, or activities
Examples of examination findings for body mechanics include:
o Body mechanics during self-care, home management, work,
community, or leisure actions, tasks, or activities
• Gait, locomotion, and balance
Examples of examination findings include:
o Balance during functional activities with or without the use of assistive, adaptive,
orthotic, protection, supportive, or prosthetic devices or equipment
o Balance (dynamic and static) with or without the use of assistive, adaptive, orthotic,
protective, supportive, or prosthetic devices or equipment
o Gait and locomotion during functional activities with or without the use of assistive,
adaptive, orthotic, protective, supportive, or prosthetic devices or equipment
o Gait and locomotion with or without the use of assistive, adaptive, orthotic, protective,
supportive, or prosthetic devices or equipment
o Safety during gait, locomotion, and balance
• Integumentary Integrity
Examples of examination findings include:
Associated skin:
o Activities, positioning, and postures that produce or relieve trauma to the skin
o Assistive, adaptive, orthotic, protective, supportive, or prosthetic devices and
equipment that may produce or relieve trauma to the skin
o Skin characteristics
• Wound
o Activities, positioning, and postures that aggravate the wound or
scar or that produce or relieve trauma
o Burn

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


o Signs of infection
o Wound characteristics
o Wound scar tissue characteristics
• Joint Integrity and Mobility
Examples of examination findings include:
o Joint integrity and mobility
o Joint play movements
o Specific body parts
• Motor Function
Examples of examination findings include:
o Dexterity, coordination, and agility
o Electrophysiological integrity
o Hand function
o Initiation, modification, and control of movement patterns and voluntary postures
• Muscle Performance
Examples of examination findings include:
o Electrophysiological integrity
o Muscle strength, power, and endurance
o Muscle strength, power, and endurance during functional activities
o Muscle tension
• Neuromotor development and sensory integration
Examples of examination findings include:
o Acquisition and evolution of motor skills
o Oral motor function, phonation, and speech production
o Sensorimotor integration
• Orthotic, protective, and supportive devices
Examples of examination findings include:
o Components, alignment, fit, and ability to care for the orthotic, protective, and
supportive devices and equipment

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


o Orthotic, protective, and supportive devices and equipment use during functional
activities
o Remediation of impairments, activity limitations, and participation restrictions with use
of orthotic, protective, and supportive devices and equipment
o Safety during use of orthotic, protective, and supportive devices and equipment
• Pain
Examples of examination findings include:
o Pain, soreness, and nocioception
o Pain in specific body parts
• Posture
Examples of examination findings include:
o Postural alignment and position (dynamic)
o Postural alignment and position (static)
o Specific body parts
• Prosthetic requirements
Examples of examination findings include:
o Components, alignment, fit, and ability to care for prosthetic device
o Prosthetic device use during functional activities
o Remediation of impairments, activity limitations, and participation restrictions with use
of the prosthetic device
o Residual limb or adjacent segment
o Safety during use of the prosthetic device
• Range of motion (including muscle length)
Examples of examination findings include:
o Functional ROM
o Joint active and passive movement
o Muscle length, soft tissue extensibility, and flexibility
• Reflex integrity
Examples of examination findings include:
o Deep reflexes

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


o Electrophysiological integrity
o Postural reflexes and reactions, including righting, equilibrium, and protective
reactions
o Primitive reflexes and reactions
o Resistance to passive stretch
o Superficial reflexes and reactions
• Self-care and home management (including activities of daily living and
instrumental activities of daily living)
Examples of examination findings include:
o Ability to gain access to home environments
o Ability to perform self-care and home management activities with or without assistive,
adaptive, orthotic, protective, supportive, or prosthetic devices and equipment
o Safety in self-care and home management activities and environments
• Sensory integrity
Examples of examination findings include:
o Combined/cortical sensations
o Deep sensations
o Electrophysiological integrity
• Ventilation and respiration
Examples of examination findings include:
o Pulmonary signs of respiration/gas exchange
o Pulmonary signs of ventilatory function
o Pulmonary symptoms
• Work (job/school/play), community, and leisure integration or
reintegration (including instrumental activities of daily living)
Examples of examination findings include:
o Ability to assume or resume work (job/school/plan), community, and leisure activities
with or without assistive, adaptive, orthotic, protective, supportive, or prosthetic
devices and equipment
o Ability to gain access to work (job/school/play), community, and leisure environments

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


o Safety in work (job/school/play), community, and leisure activities and environments
Evaluation
o Evaluation is a thought process that may not include formal documentation. However,
the evaluation process may lead to documentation of impairments,
activity limitations, and participation restrictions using formats such as:
• A problem list
• A statement of assessment of key factors (e.g., cognitive factors, comorbidities,
social support) influencing the patient/client status.
Diagnosis
o Documentation of a diagnosis determined by the physical therapist may include impairment,
activity limitation, and participation restrictions.
Examples include:
• Impaired Joint Mobility, Motor Function, Muscle Performance, and Range of Motion
Associated With Localized Inflammation (4E)
• Impaired Motor Function and Sensory Integrity Associated With Progressive Disorders of the
Central Nervous System (5E)
• Impaired Aerobic Capacity/Endurance Associated With Cardiovascular Pump Dysfunction or
Failure (6D)
• Impaired Integumentary Integrity Associated With Partial-Thickness
Skin Involvement and Scar Formation (7C)
Prognosis
o Documentation of the prognosis is typically included in the plan of care. See below.
Plan of Care
o Documentation of the plan of care includes the following:
• Overall goals stated in measurable terms that indicate the predicted level of improvement in
functioning
• A general statement of interventions to be used
• Proposed duration and frequency of service required to reach the
goals
• Anticipated discharge plans

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


VISIT/ENCOUNTER
• Documentation of each visit/encounter shall include the following elements:
o Patient/client self-report (as appropriate).
o Identification of specific interventions provided, including frequency, intensity, and duration
as appropriate. Examples include:
• Knee extension, three sets, ten repetitions, 10# weight
• Transfer training bed to chair with sliding board
• Equipment provided
o Changes in patient/client impairment, activity limitation, and participation restriction status as
they relate to the plan of care.
o Response to interventions, including adverse reactions, if any.
o Factors that modify frequency or intensity of intervention and progression goals, including
patient/client adherence to patient/client-related instructions.
o Communication/consultation with providers/patient/client/family/ significant other.
o Documentation to plan for ongoing provision of services for the next visit(s), which is
suggested to include, but not be limited to:
• The interventions with objectives
• Progression parameters
• Precautions, if indicated
REEXAMINATION
• Documentation of reexamination shall include the following elements:
o Documentation of selected components of examination to update patient's/client's
functioning, and/or disability status.
o Interpretation of findings and, when indicated, revision of goals.
o When indicated, revision of plan of care, as directly correlated with goals as documented.
DISCHARGE/DISCONTINUATION SUMMARY
• Documentation of discharge or discontinuation shall include the following elements:
o Current physical/functional status.
o Degree of goals achieved and reasons for goals not being achieved.
o Discharge/discontinuation plan related to the patient/client's continuing care.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Examples include:
• Home program.
• Referrals for additional services.
• Recommendations for follow-up physical therapy care.
• Family and caregiver training.
• Equipment provided.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXVII
KONSEP DISABILITAS

Pengertian dan Konsep Penyandang Disabilitas Penyandang disabilitas merupakan


kelompok masyarakat yang beragam, diantaranya penyandang disabilitas yang mengalami
disabilitas fisik, disabilitas mental maupun gabungan dari disabilitas fisik dan mental. Istilah
penyandang disabilitas pun sangat beragam. Kementerian Sosial menyebut penyandang
disabilitas sebagai penyandang cacat, Kementerian Pendidikan Nasional menyebut dengan
istilah berkebutuhan khusus, sedangkan Kementerian Kesehatan menyebut dengan istilah
Penderita cacat.
WHO mendefinisikan disabilitas sebagai “A restriction or inability to perform an activity
in the manner or within the range considered normal for a human being, mostly resulting from
impairment”.
Definisi tersebut menyatakan dengan dengan jelas bahwa disabilitas merupakan
pembatasan atau ketidakmampuan untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara yang atau
dalam rentang dianggap normal bagi manusia, sebagian besar akibat penurunan kemampuan. a)
Impairment (kerusakan atau kelemahan) yaitu ketidaklengkapan atau ketidaknormalan yang
disertai akibatnya terhadap fungsi tertentu. Misalnya kelumpuhan di bagian bawah tubuh
disertai ketidakmampuan untuk berjalan dengan kedua kaki. b) Disability/handicap
(cacat/ketidakmampuan) adalah kerugian/keterbatasan dalam aktivitas tertentu sebagai akibat
faktor-faktor sosial yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memperhitungkan orang-orang
yang menyandang “kerusakan/kelemahan” terentu dan karenanya mengeluarkan oranmg-orang
itu dari arus aktivitas sosial.
Pengertian lain disebutkan pula oleh The International Classification of Functioning (ICF)
yaitu “Disability as the outcome of the interaction between a person with impairment and the
environmental and attitudinal barriers s/he may face”.
Pengertian ini lebih menunjukkan disabilitas sebagai hasil dari hubungan interaksi
antara seseorang dengan penurunan kemampuan dengan hambatan lingkungan dan sikap yang
ditemui oleh orang tersebut. Konvensi PBB mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas tidak

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


secara eksplisit menjabarkan mengenai disabilitas. Pembukaan Konvensi menyatakan disabilitas
merupakan sebuah konsep yang terus berubah dan disabilitas adalah hasil interaksi antara
orang yang penyandang disabilitas/mental dengan hambatan. perilaku dan lingkungan yang
menghambat partisipasi yang penuh dan efektif di tengah masyarakat secara setara dengan
orang lain. Disabilitas sebagai hasil interaksi antara masyarakat yang sifatnya tidak inklusif
dengan individual dapat digambarkan sebagai berikut.
a) Seseorang yang menggunakan kursi roda bisa saja mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pekerjaan, bukan karena ia menggunakan kursi roda namun karena ada
hambatan-hambatan lingkungan misalnya bis atau tangga yang tidak bisa mereka akses
sehingga menghalangi akses mereka ke tempat kerja.
b) Seseorang yang memiliki kondisi rabun dekat ekstrim yang tidak memiliki akses untuk
mendapatkan lensa korektif mungkin tidak akan dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya.
Orang yang sama yang memiliki resep untuk menggunakan kacamata yang tepat akan dapat
melakukan semua tugas itu tanpa masalah Secara yuridis pengertian penyandang cacat diatur
dalam Pasal 1 ayat (1) UU Penyandang Cacat sebagai berikut: Setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat menganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari:
a. penyandang cacat fisik
b. penyandang cacat mental
c. penyandang cacat fisik dan mental
Pengertian ini sama dengan pengertian yang tercantun dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. Dalam UU HAM, penyandang disabilitas merupakan
kelompok masyarakat rentan yang berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih
berkenaan dengan kekhususannya. Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, ditegaskan bahwa penyandang disabilitas digolongkan sebagai bagian dari
masyarakat yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria
masalah sosial. Menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesinilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, yang dimaksud dengan penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


kelemahan/kekurangan fisik dan/atau mental, yang dapat menganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan kehidupan dan penghidupan secara
wajar. Menurut Convetion On The Rights of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-
Hak Penyandang Disabilitas) yang telah disahkan dengan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2011
tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai
Hak-Hak Penyandang Disabilitas), penyandang disabilitas termasuk mereka yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana ketika
berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat mengahalangi partisipasi penuh dan
efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya. Konvensi ini
tidak memberikan batasan tentang penyandang cacat. Dalam konvensi ini penyandang cacat
disebut sebagai penyandang disabilitas.
Adapun jenis dan penyebab kecacatan bisa disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:
a) Cacat didapat (Acquired), penyebabnya bisa karena kecelakaan lalu lintas,
perang/konflik bersenjata atau akibat penyakit-penyakit kronis.
b) Cacat bawaan/sejak lahir (Congenital), penyebabnya antara lain karena kelainan
pembentukan organ-organ (organogenesis) pada masa kehamilan, karena serangan virus, gizi
buruk, pemakaian obat-obatan tak terkontrol atau Karen apenyakit menular seksual.
Menurut UU Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab serta permasalahan
kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1. Penyandang Cacat Fisik
a. Tuna Netra adalah seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh
hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan
maupun penyakit yang terdiri dari:
a) Buta total, tidak dapat melihat sama sekali objek di depannya (hilangnya fungsi
penglihatan).
b) Persepsi cahaya, seseorang yang mampu membedakan adanya cahaya atau tidak,
tetapi tidakdapat menentukan objek atau benda di depannya.
c) Memiliki sisa penglihatan (low vision), seseorang yang dapat melihat benda yang ada di
depannya dan tidak dapat melihat jarijari tangan yang digerakkan dalam jarak satu
meter.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


b. Tuna Rungu/ Wicara adalah kecacatan sebagai akibat hilangnya/terganggunya fungsi
pendengaran dan atau fungsi bicara baik disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan maupun
penyakit, terdiri dari tuna rungu wicara, tuna rungu, tuna wicara.
c. Tuna Daksa adalah cacat pada bagian anggota gerak tubuh. Tuna daksa dapat diartikan
sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu, sebagai akibat gangguan bentuk atau
hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sifat
lahir.6 Pada orang tuna daksa ini terlihat kelainan bentuk tubuh, anggota atau otot,
berkurangnya fungsi tulang, otot sendi maupun syaraf-syarafnya. 7 Tuna daksa terdiri dari
dua golongan yaitu:
1) Tuna daksa ortopedi, yaitu kelainan atau kecacatan yang menyebabkan terganggunya
fungsi tubuh, kelainan tersebut dapat terjadi pada bagian tulang, otot tubuh maupun
daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir (congenital) maupun yang diperoleh
kemudian karena penyakit atau kecelakaan, pertumbuhan anggot badan atau anggota
badan yang tidak sempurna, cacat punggung, amputasi tangan, lengan, kaki dan lainnya.
2) Tuna daksa syaraf, yaitu kelainan yang terjadi pada fungsi anggota tubuh yang
disebabkan gangguan pada susunan syaraf di otak. Otak sebagai pengontrol tubuh
memiliki sejumlah syaraf yang menjadi pengendali mekanisme tubuh, karena itu jika otak
mengalami kelainan, sesuatu akan terjadi pada organisme fisik, emosi dan mental. Salah
satu bentuk terjadi karena gangguan pada fungsi otak dapat dilihat pada anak cerebral
palsy yakni gangguan aspek motoric yang disebabkan oleh disfungsinya otak.
2. Penyandang Cacat Mental
a. Tuna Laras, dikelompokkan dengan anak yang mengalami gangguan emosi. Gangguan yang
muncul pada individu yang berupa gangguan perilaku seperti suka menyakiti diri sendiri, suka
menyerang teman, dan lainnya.
b. Tuna Grahita, sering dikenal dengan cacat mental yaitu kemampuan mental yang berada di
bawah normal. Tolak ukurnya adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Tuna grahita dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a) Tuna Grahita Ringan Tampang dan fisiknya normal, mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d
70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan
pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
b) Tuna Grahita Sedang Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada
sebagian anak tuna grahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ
antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas II SD Umum.
c) Tuna Grahita Berat Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak
mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk
kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari
mereka membutuhkan bantuan orang lain.
3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental Ganda
Merupakan mereka yang menyandang lebih dari satu jenis keluarbiasaan, misalnya
penyandang tuna netra dengan tuna rungu sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan
tuna grahita atau bahkan sekaligus. Dalam Pasal 13 UU Penyandang Cacat dikatakan bahwa
setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. Menurut Pasal 1 angka 2 UU Penyandang Cacat
dan Pasal 1 angka 2 PP No. 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Penyandang Cacat yang dimaksud dengan derajat kecacatan adalah berat ringannya keadaan
cacat yang disandang seseorang. Pada Pasal 2 PP No. 43 Tahun 1998 diatur bahwa penentuan
jenis dan tingkat kecacatan yang disandang seseorang ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan. Lebih lanjut dalam Pasal 6 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik
dinyatakan bahwa penyandang cacat dapat dibedakan dalam jenis dan derajat kecacatan yang
meliputi cacat fisik, cacat mental dan cacat fisik dan mental. Cacat fisik meliputi cacat bahasa,
penglihatan, pendengaran, skeletal, rupa, visceral dan generalisata. Cacat mental meliputi cacat
intelektual dan cacat psikologi lainnya. Cacat fisik dan mental mencakup kecacatan baik yang
dimaksud dalam kriteria cacat fisik dan cacat mental. Menurut Pasal 7 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik
mengatur bahwa derajat kecacatan dinilai berdasarkan keterbatasan kemampuan seseorang
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang dapat dikelompokkan dalam:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


a) Derajat cacat 1 yaitu mampu melaksanakan aktifitas atau mempertahankan sikap
dengan kesulitan.
b) Derajat cacat 2 yaitu mampu melaksanakan kegiatan atau mempertahankan sikap
dengan bantuan alat bantu.
c) Derajat cacat 3 yaitu dalam melaksanakan aktifitas, sebagian memerlukan bantuan
orang lain dengan atau tanpa alat bantu.
d) Derajat cacat 4 yaitu dalam melaksanakan aktifitas tergantung penuh terhadap
pengawasan orang lain.
e) Derajat cacat 5 yaitu tidak mampu melukakan aktifitas tanpa bantuan penuh orang
lain dan tersedianya leingkungan khusus.
f) Derajat cacat 6 yaitu tidak mampu penuh melaksanakan kegiatan sehari-hari
meskipun dibantu penuh orang lain.
Berdasar pengertian-pengertian tersebut, penyandang disabilitas diakui sebagai bagian
integral Bangsa Indonesia, yang tidak terpisahkan dari anggota masyarakat lainnya. Penyandang
disabilitas mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama sebagai warga Negara
Indonesia. Penyandang disabilitas merupakan asset negara bidang sumber daya manusia yang
mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagaimana manusia lainnya. Potensi yang dimiliki
penyandang disabilitas dapat dikembangkan sesuai dengan talenta yang dibawa sejak lahir.
Namun karena kecacatan yang disandangnya penyandang disabilitas mengalami hambatan fisik,
mental dan social untuk mengembangkan dirinya secara alami. Penyandang disabilitas memiliki
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian
dari warga negara Indoesia, penyandang disabilitas berhak mendapatkan perlakuan khusus,
yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan dari kerentanan terhadap berbagai tindakan
diskriminasi dan terutama perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Perlakuan
khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi penghormatan, pemajuan,
perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia universal. Sebagai bentuk komitmen lebih
lanjut terhadap usaha mendorong terwujudnya hak bagi para penyandang disabilitas.
Pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi PBB mengenai Hak Para Penyandang
Disabilitas pada bulan Oktober 2011. Konvensi ini kemudian diadaptasi ke dalam UU No 19
Tahun 2011. Ratifikasi UNCRPD oleh Pemerintah Indonesia adalah sebuah tindakan yang

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


memberikan pergeseran mendasar dari pendekatan kesejahteraan sosial menjadi pendekatan
hak asasi manusia. Termasuk di dalamnya adalah untuk memfokuskan pada penghalang-
penghalang yang menghambat di lingkungan fisik, sosial, budaya dan ekonomi sehingga para
penyandang disabilitas bisa berpartisipasi dan memberikan kontribusi mereka sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki. Terlebih lagi, pendekatan ini juga menerima pemikiran untuk
mengadopsi perundang-undangan dan kebijakan non diskriminatif, yang menekankan pada
pentingnya perlakuan dan kesempatan yang setara. Secara eksplisit Indonesia juga memiliki
Undang Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang memberikan landasan
hukum secara tegas mengenai kedudukan dan hak penyandang disabilitas. Dalam konsideran
UU Penyandang Cacat ditegaskan bahwa "Penyandang cacat merupakan bagian masyarakat
Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama". Selain itu hak-
hak fundamental berikut kewajiban penyandang disabilitas juga ditegaskan dalam Pasal 41 Ayat
2 UU HAM, yang menyebutkan bahwa : "Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut,
wanita hamil dan anak anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus". Begitu
pula dengan Pasal 42 UU HAM yang berbunyi: "Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat
fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan
khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat
kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara".9 Seperti yang telah diuraikan pada
paragraf di atas, penyandang cacat memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan
warga negara non disabilitas. Penyandang disabilitas memiliki hak untuk hidup, dan
mempertahankan kehidupnya.
Selain hak untuk hidup, apabila membicarakan isu-isu mengenai hak asasi manusia, kita
juga dapat menemukan bahwa manusia sebagai warga negara memiliki hak sipil dan politik,
serta memiliki hak ekonomi, sosial dan budaya. Hak Sipil dan politik dipandang sebagai hak-hak
yang bersumber dari martabat dan melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati
keberadaannya oleh negara agar manusia bebas menikmati hak-hak dan kebebasannya dalam
bidang sipil dan politik yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara, yang meliputi hak
hidup; hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi; hak bebas dari perbudakan
dan kerja paksa; hak atas kebebasan dan keamanan pribadi; hak atas kebebasan bergerak dan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


berpindah; hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum; hak untuk bebas 9
International Labour Office, 2006, Kaidah ILO tentang Pengelolaan Penyandang Cacat di Tempat
Kerja, ILO Publication, Jakarta, h.3. (selanjutnya disebut International Labour Office II ). berfikir,
berkeyakinan dan beragama; hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi; hak untuk
berkumpul dan berserikat; dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan. Hak ekonomi, sosial,
dan budaya, dipandang sebagai hak dasar manusia yang harus dilindungi dan dipenuhi agar
manusia terlindungi martabat dan kesejahteraannya. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi
kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya (International Covenant on
Economic, social, and Cultural Right) pada bulan Oktober 2005. Ratifikasi ini ditandai dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant
on Economic, Social and Cultural Right (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya). Dengan demikian, negara wajib menghormati, melindungi dan memenuhi Hak-hak
tersebut kepada warganya. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang diatur dalam kovenan
tersebut meliputi: Hak atas pekerjaan, Hak mendapatkan program pelatihan, Hak mendapatkan
kenyamanan dan kondisi kerja yang baik, Hak membentuk serikat buruh, Hak menikmati
jaminan sosial, termask asuransi sosial, Hak menikmati perlindungan pada saat dan setelah
melahirkan, Hak atas standar hidup yang layak termasuk pangan, sandang, dan perumahan, Hak
terbebas dari kelaparan, Hak menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tinggi, Hak atas
pendidikan, termasuk pendidikan dasar secara cuma-cuma, Hak untuk berperan serta dalam
kehidupan budaya menikmati manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan aplikasinya.
Instrumen kebijakan hak asasi manusia dan pembangunan ini juga terkandung dalam Konvensi
PBB mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Konvensi ini bersifat lintas jenis disabilitas, lintas
sektoral dan mengikat secara hukum. Tujuannya adalah untuk mempromosikan, melindungi dan
memastikan para penyandang disabilitas dapat menikmati secara penuh dan setara semua hak
asasi manusia dan kebebasan fundamental serta mempromosikan penghargaan terhadap harkat
dan martabat mereka. Konvensi ini menandai sebuah ‘pergeseran paradigma’ dalam perilaku
dan pendekatan terhadap para penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas tidak dilihat
sebagai obyek kegiatan amal, perlakuan medis, dan perlindungan sosial, namun dilihat sebagai
manusia yang memiliki hak yang mampu mendapatkan hakhak itu serta membuat keputusan
terhadap hidup mereka sesuai dengan keinginan dan ijin yang mereka berikan seperti halnya

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


anggota masyarakat lainnya. Pasal 9 dari UNCRPD menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan
hal penting dalam memberikan kesempatan bagi mereka yang memiliki disabilitas untuk dapat
hidup secara mandiri dan berpartisipasi penuh dalam kehidupan. Aksesibilitas sangatlah
berhubungan dengan berbagai hal meliputi aksesibilitas fisik dan aksesibilitas informasi serta
komunikasi.
Aksesibilitas fisik merujuk pada akses-akses ke sarana pendidikan, akses masuk ke
pengadilan, akses masuk ke rumah sakit dan akses ke tempat kerja merupakan hal penting bagi
seseorang sehingga bisa menikmati hak asasi manusianya. Ini termasuk di dalamnya: ramp
(selain atau sebagai tambahan dari tangga). Sedangkan aksesibilitas informasi dan komunikasi
merujuk ke aksesibilitas pada dunia maya dengan melihat begitu pentingnya internet dalam
mengakses informasi, namun juga aksesibilitas kepada dokumentasi (braille) atau informasi
aural (bahasa isyarat). Aksesibilitas bagi penyandang cacat berarti kemudahan yang diberikan
atau disediakan bagi penyandang cacat bukan sebagai pengistimewaan, melainkan mencoba
meminimalisir keterbatasan mereka sebagai akibat hilangnya atau kurang berfungsinya salah
satu atau beberapa fungsi anggota tubuhnya. Aksesibilitas meliputi aksesibilitas fisik dan
aksesibilitas non fisik. Aksesibilitas fisik itu seperti landaian, handrail (susuran tangan, biasa
terdapat di tangga-tangga), lebar pintu yang memenuhi standar universal disain yang berarti
dapat dilalui oleh pemakai kursi roda secara mandiri, suara atau audio serta huruf braille bagi
penyandang tunanetra, serta bahasa isyarat dan tulisan bagi penyandang tunarungu. Sedangkan
aksesibilitas non fisik itu meliputi terbangunnya persepsi positif masyarakat terhadap
keberadaan penyandang cacat bahwa penyandang cacat adalah sama dengan warga negara lain
dalam hal kebutuhan pemenuhan segala aspek kehidupan dan penghidupan. Oleh karena itu,
masyarakat harus mendorong penyandang cacat agar berpartisipasi penuh dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk dalam hal ini adalah hak untuk membina
keluarga dan mempunyai keturunan. Para eksekutif dan legislator dapat memproduk peraturan
dan perundang-undangan yang aspiratif, akomodatif, serta memberi ruang yang cukup bagi
penyandang cacat untuk menikmati hasil-hasil pembangunan. Dalam penjelasan atas UU
Penyandang Cacat, tercantum pada Pasal 10 ayat (1) bahwa penyediaan aksesibilitas itu dapat
berupa fisik dan non fisik, antara lain sarana dan prasarana umum; serta informasi dan
komunikasi yang diperlukan bagi penyandang cacat untuk memperoleh kesamaan kesempatan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Hal ini sesuai dengan Peraturan Standar PBB yang telah diratifikasi oleh Indonesia,
dimana isinya adalah sebagai berikut
1) Akses Terhadap Lingkungan Fisik
a) Negara-negara seyogyanya mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan rintangan-
rintangan bagi partisipasi di dalam lingkungan fisik. Langkah-langkah dimaksud
seyogyanya berupa pengembangan standar dan pedoman serta pertimbangan untuk
memberlakukan undangundang demi menjamin aksesibilitas terhadap berbagai bidang
kehidupan di masyarakat, misalnya sehubungan dengan perumahan, bangunan,
pelayanan transportasi umum dan alat transportasi lainnya, jalan raya dan lingkungan luar
ruangan lainnya.
b) Negara-negara seyogyanya menjamin agar arsitek, insinyur bangunan dan pihak-pihak
lainnya yang secara profesional terkait dalam perancangan dan pembangunan lingkungan
fisik, mendapatkan akses terhadap informasi yang memadai tentang kebijaksanaan
mengenai kecacatan serta langkahlangkah untuk menciptakan aksesibilitas.
c) Persyaratan aksesibilitas seyogyanya termuat di dalam desain dan konstruksi lingkungan
fisik dari awal hingga proses perancangannya.
d) Organisasi-organisasi para penyandang cacat seyogyanya dikonsultasi jika akan
mengembangkan standar dan norma-norma bagi aksesibilitas. Organisasi-organisasi ini
juga seyogyanya dilibatkan secara langsung sejak tahap perencanaan awal, jika proyek-
proyek pembangunan sarana umum dirancang, sehingga aksesibilitas yang maksimum
dapat terjamin adanya.
2) Akses terhadap Informasi dan Komunikasi
a) Para penyandang cacat dan, bilamana perlu, keluarganya serta para pembelanya
seyogyanya memiliki akses terhadap informasi lengkap tentang diagnosis, hak-hak dan
pelayanan serta program yang tersedia, pada semua tahap. Informasi semacam ini
seyogyanya disajikan dalam bentuk yang dapat diakses oleh para penyandang cacat.
b) Negara-negara seyogyanya mengembangkan strategi-strategi agar pelayanan informasi
dan dokumentasi dapat diakses oleh semua kelompok penyandang cacat. braille,
rekaman dalam kaset, tulisan besar (large print) dan teknologi lainnya yang sesuai,
seyogyanya dipergunakan untuk memberi akses terhadap informasi dan dokumentasi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


tertulis bagi para tuna netra. Demikian pula teknologi yang sesuai seyogyanya
dipergunakan untuk memberi akses terhadap informasi lisan bagi para tuna rungu atau
mereka yang mengalami kesulitan dalam pemahaman.
c) Seyogyanya dipertimbangkan penggunaan bahasa isyarat dalam pendidikan anak-anak
tuna rungu, dalam keluarga dan masyarakatnya.
d) Pelayanan penerjemahan bahasa isyarat seyogyanya juga disediakan untuk memudahkan
komunikasi antara para tunarungu dengan anggota masyarakat lainnya. Seyogyanya
dipertimbangkan pula kebutuhankebutuhan orang yang mengalami hambatan
komunikasi lainnya.
e) Negara-negara seyogyanya mendorong media massa, terutama televisi, radio dan surat
kabar, agar pelayanannya dapat diakses.
f) Negara-negara seyogyanya menjamin komputerisasi informasi dan sistem pelayanan yang
diperuntukkan bagi umum dapat diakses atau diadaptasikan sehingga dapat diakses oleh
para penyandang cacat.
g) Organisasi-organisasi para penyandang cacat seyogyanya dikonsultasi jika akan
mengembangkan langkah-langkah untuk membuat pelayanan informasi dapat diakses.
Penyediaan aksesibilitas sangat penting bagi penyandang cacat karena melalui
penyediaan aksesibilitas maka kesamaan kesempatan dapat tercapai. Aksesibilitas dalam
memperoleh pekerjaan bagi penyandang cacat dapat ditinjau dari dua hal, yaitu paradigma
positif warga masyarakat mengenai eksistensi penyandang cacat sebagai individu dan warga
negara yang berhak untuk memperoleh kesamaan kesempatan tanpa diskriminasi dalam
memperoleh pekerjaan.
Yang kedua, sejauh mana paradigma positif tersebut dapat dituangkan ke dalam suatu
produk hukum berupa peraturan-perundang-undangan sehingga penyandang cacat memiliki
ruang yang cukup untuk berinteraksi dalam menuntut hak asasinya untuk mendapatkan suatu
pekerjaan, baik di perusahaan swasta maupun di pemerintahan (Pegawai Negeri Sipil atau
disingkat PNS).

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


TOPIK XXVIII
KONSEP TERAPI KELOMPOK

Kekhawatiran telah dikemukakan mengenai pelayanan terapi fisik rawat jalan,


khususnya mengenai penggunaan yang tepat dari kode satu-satu yang bertentangan
dengan kode kelompok. Halaman ini memberikan interpretasi APTA untuk satu-satu dan
kode kelompok. Selain itu, termasuk skenario perawatan pasien dan analisis APTA untuk
coding yang tepat dari skenario mereka. Meskipun skenario ini telah disampaikan
kepada CMS, APTA tidak menerima tanggapan dari badan sebagai perjanjian atau
ketidaksetujuan dengan interpretasi APTA ini. Halaman ini tidak dapat dianggap sebagai
nasihat hukum. Isi dimaksudkan untuk tujuan informasi umum saja, dan pembaca
disarankan untuk berkonsultasi dengan penasihat hukum mereka sendiri sehubungan
dengan keadaan spesifik mereka sendiri.
Prosedural Terminologi (CPT) buku sekarang AMA daftar istilah deskriptif dan
kode identifikasi untuk melaporkan pelayanan medis dan prosedur. Tujuan dari
terminologi adalah untuk menyediakan bahasa seragam yang akurat akan
menggambarkan layanan medis, bedah, dan diagnostik. Obat dan CPT rehabilitasi kode
fisik diklasifikasikan sebagai kode evaluasi, modalitas diawasi, modalitas kehadiran
konstan, prosedur terapi, dan tes dan langkah-langkah. Bahasa deskriptif yang
menyertai sebagian besar kode prosedur terapi mensyaratkan bahwa "dokter atau
terapis harus langsung (satu-satu) kontak dengan pasien." Bahasa deskriptif yang
menyertai kode CPT 97.150 (prosedur terapi, kelompok (2 orang atau lebih) menyatakan
bahwa "prosedur terapi kelompok melibatkan kehadiran konstan dokter atau terapis,
tapi menurut definisi tidak memerlukan satu-satu-satu kontak dengan pasien oleh

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


dokter atau terapis. "Jika lebih menginstruksikan penyedia melaporkan 97.150 untuk
setiap anggota kelompok.
Pemahaman APTA ini bahwa Prosedur Terapi kelompok, (2 atau lebih individu))
dapat diterapkan untuk situasi yang berbeda di bawah program Medicare. Dalam satu
kasus, terapis fisik, atau asisten terapi fisik di bawah arahan dan pengawasan seorang
terapis fisik, secara bersamaan mengobati dua atau lebih pasien yang kondisi atau
perlakuan memiliki kesamaan, elemen pemersatu. Sebagai contoh, pasien mungkin
semua telah menjalani operasi lutut; atau mereka mungkin semua manfaat dari jenis
latihan tertentu pool; atau mereka mungkin semua menjadi bagian dari sebuah kelas
untuk orang-orang yang menunggu untuk dipasang untuk prostesis ekstremitas bawah.
Terapis fisik mungkin memberikan beberapa instruksi pengantar dan akan tetap hadir
selama sesi.

Dalam skenario lain, pasien bisa memiliki kondisi yang beragam dan menjadi
menerima perawatan beragam sebagai bagian dari kelompok yang terapis fisik
memberikan kehadiran konstan dan memberikan yang berbeda-beda, tapi terampil,
layanan sesuai dengan pertimbangan profesional nya. Pasien dapat melakukan, di
perusahaan masing-masing, rutinitas latihan individual ditentukan oleh terapis fisik
secara khusus sebagai bagian dari rencana masing-masing pasien perawatan. Selama
periode di mana pasien ini berolahraga secara bersamaan, terapis fisik memenuhi
persyaratan kehadiran konstan dengan menyediakan keahlian klinis dan penilaian
seperti menawarkan umpan balik, memberikan instruksi lebih lanjut individual,
menerapkan modifikasi dan progresi dari program latihan untuk setiap pasien, atau
mengukur tanggapan masing-masing pasien terhadap pengobatan.

APTA mengakui bahwa dalam situasi di atas dimungkinkan untuk menambah


waktu yang dihabiskan dengan setiap pasien dan tagihan untuk layanan ini dengan kode
satu-satu yang sesuai ketika persyaratan waktu satu-satu terpenuhi. Ini juga mungkin
pendekatan yang paling efisien. Namun, APTA juga mendukung interpretasi yang akan
memungkinkan ini layanan profesional yang akan ditagih di bawah kode kelompok, yang
merupakan kode dibatasi waktu, semua persyaratan lain untuk layanan profesional yang
telah terpenuhi. Durasi sesi kelompok yang kode diterapkan harus cukup untuk
memastikan bahwa profesional ( "terampil") layanan yang disediakan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


CMS telah membentuk coding yang benar inisiatif mengedit yang melarang penagihan
untuk terapi kelompok bersama dengan kode-kode tertentu prosedur terapi CPT
(97110, 97112, 97116, 97140, 97530, 97532, 97533) dalam sesi yang sama kecuali
pengubah -59 digunakan dalam pengaturan tertentu . Akan dikembalikan untuk kedua
layanan, dokumentasi penyedia harus mendukung bahwa terapi kelompok dan prosedur
terapi yang dilakukan selama interval waktu yang terpisah.

Terakhir, APTA tidak menafsirkan penularan 1753 sebagai melarang pembayaran


untuk diawasi (tanpa pengawasan) modalitas dan layanan satu-satu yang disampaikan
kepada dua pasien dalam interval waktu yang sama. Misalnya, Pasien A menerima
rangsangan listrik tanpa pengawasan pada saat yang sama dengan pasien B menerima
latihan terapi.

TOPIK KESEHATAN MASYARAKAT

PENDIDIKAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

A. Prinsip pendidikan kesehatan

1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan


pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi
pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.

2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang
lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah
kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.

3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya
sendiri.

4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunyasesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


B. Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat

Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi :

1. Dimensi sasaran

a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu.

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

2. Dimensi tempat pelaksanaan

a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga

b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.

c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat


atau pekerja.

3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal : peningkatan


gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal :


imunisasi

c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic
and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat
menghindari dari resiko kecacatan.

d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan memulihkan


kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.

C. Metode pendidikan kesehatan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. Metode pendidikan Individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;

1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.

3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)

1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk


mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau
kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada
besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar

1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.

2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan


menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil

1) Diskusi kelompok ;

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh


duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya
kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan,
mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada
dominasi dari salah satu peserta.

2) Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu


masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa
pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian


dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2
pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan
suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-
masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari
tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

5) Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu


untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai
pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan


dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya
persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk
arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai nara sumber.

3. Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh :

a. Ceramah umum (public speaking)

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh
menteri atau pejabat kesehatan lain.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun


radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga
merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman Susilo”
di Televisi.

d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan


kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)

e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab


/konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa.

f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”.
Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

D. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan

1. Alat bantu (peraga)

a. Pengertian ;

Alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan


pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Elgar Dale membagi alat
peraga tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat
intensitas tiap-tiap alat bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar
kerucut adalah benda asli yang mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan,
sandiwara, demonstrasi, field trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film,
rekaman/radio, tulisan, kata-kata. Penyampaian bahan dengan kata-kata saja sangat
kurang efektif/intensitasnya paling rendah.

b. Faedah alat bantu pendidikan

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima


kepada orang lain.

7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para


pendidik/pelaku pendidikan.

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.

Menurut penelitian ahli indra, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke


dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75-87% pengetahuan manusia
diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan 13-25% lainnya tersalurkan
melalui indra lain. Di sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih
mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan
pendidikan.

9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan


akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.

10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Macam-macam alat bantu pendidikan

1) Alat bantu lihat (visual aids) ;

- alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan sebagainya.

- alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya gambar, peta,
bagan ; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2) Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam, radio, pita suara, dsb.

3) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ; televisi dan VCD.

d. Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan

1) Individu atau kelompok

2) Kategori-kategori sasaran seperti ; kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dsb.

3) Bahasa yang mereka gunakan

4) Adat istiadat serta kebiasaan

5) Minat dan perhatian

6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.

e. Merencanakan dan menggunakan alat peraga

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tujuan pendidikan, tujuan ini dapat untuk :

a) Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.

b) Mengubah sikap dan persepsi.

c) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

2) Tujuan penggunaan alat peraga

a) Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran/pendidikan.

b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.

c) Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi.

d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


f. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus
diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus
mengembangkan ketrampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat
sehingga mempunyai hasil yang maksimal.

Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus
diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap
gambar beserta pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai
dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi komunikasi dua arah.
Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan
lembaran-lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan atau
membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.

g. Cara mengunakan alat peraga

Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung dengan alatnya. Menggunakan


gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan film slide. Faktor sasaran
pendidikan juga harus diperhatikan, masyarakat buta huruf akan berbeda dengan
masyarakat berpendidikan. Lebih penting lagi, alat yang digunakan juga harus
menarik, sehingga menimbulkan minat para pesertanya.

Ketika mempergunakan AVA, hendaknya memperhatikan :

1) Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.

2) Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan/diperagakan itu, adalah


penting.

3) Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar, agar mereka tidak kehilangan


kontrol dari pihak pendidik.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


4) Nada suara hendaknya berubah-ubah, adalah agar pendengar tidak bosan dan
tidak mengantuk.

5) Libatkan para peserta/pendengar, berikan kesempatan untuk memegang dan


atau mencoba alat-alat tersebut.

6) Bila perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya.

2. Media pendidikan kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio
visual aids/AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat
saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan
untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau ”klien”.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini
dibagi menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (bill board)

1) Media cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun
gambar.

2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya.

3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar
peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan
dengan gambar tersebut.

5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu


masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang
biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.

7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2) Media elektronik

1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab,


pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.

2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio
spot, dll.

3) Video Compact Disc (VCD)

4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi


kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

3) Media papan (bill board)

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan
pesan-pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media papan di sini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan umum (bus/taksi).

E. Perilaku kesehatan

1. Konsep perilaku

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan
hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Ia membagi
respons menjadi 2 :

a. Respondent respons/reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh


rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya : makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menimbulkan mata tertutup,
dll. Respondent respons (respondent behavior) ini mencakup juga emosi respons
atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang
mengenakkan organisme yang bersangkutan. Misalnya menangis karena sedih/sakit,
muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang
mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa,
berjingkat-jingkat karena senang, dll.

b. Operant Respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut
memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh karena itu,
perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku
tertentu yang telah dilakukan. Contoh : Apabila seorang anak belajar atau telah
melakukan suatu perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi
lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan
kata lain, responsnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

2. Perilaku kesehatan

Yaitu suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku
kesehatan mencakup 4 (empat) :

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia merespons,
baik pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya
maupun di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan
sendirinya sesuai dengan tingkatan-tingkatan pencegahan penyakit, misalnya :
perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk
melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk malaria, imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang
dihasilkan melalui panca indra.

b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tradisional


maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasilitas pelayanan, cara
pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatan, yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguanaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap


makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi,
sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah


respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri (dengan air
bersih, pembuangan air kotor, dengan limbah, dengan rumah yang sehat, dengan
pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan


(health behavior) sebagai berikut :

1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya,

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan,
memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

2) Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang individu yang merasakan sakit, untuk merasakan merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan atau
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta
usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakuakan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga
berpengaruh terhadap orang lain, terutama anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

3. Bentuk perilaku

Secara lebih operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons berbentuk
2 (dua) macam :

a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misal tanggapan atau sikap
batin dan pengetahuan. Misalnya ; seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu mencegah
suatu penyakit tertentu, meski ia tak membawa anaknya ke puskesmas, seseorang
yang menganjurkan orang lain untuk ber-KB, meski ia tidak ikut KB. Dari contoh di
atas ibu itu telah tahu guna imunisasi dan orang tersebut punya sikap positif
mendukung KB, meski mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap
kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert
behavior).

b. Bentuk aktif, yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada
kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


dan orang pada kasus kedua sudah ikut KB dalam arti sudah menjadi akseptor KB.
Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata,
maka disebut ”overt behavior”.

4. Domain perilaku kesehatan

a. Menurut Bloom

1) Perilku kognitif (kesadaran, pengetahuan)

2) Afektif (emosi )

3) Psikomotor (gerakan, tindakan)

b. Menurut Ki Hajar Dewantara

1) Cipta (peri akal)

2) Rasa (peri rasa)

3) Karsa (peri tindak)

c. Ahli-ahli lain

1) Knowledge(pengetahuan), yaitu hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang


melakukan penginderaan (rasa, lihat, dengar, raba, bau) terhadap suatu obyek
tertentu.

2) Attitude (sikap), yaitu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek. Ahli lain menyatakan kesiapan/kesediaan seseorang
untuk bertindak.

3) Practice (tindakan/praktik). Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam


suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi
yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping
faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari fihak lain, misal
suami atau istri, orang tua atau mertua, sangat penting untuk mendukung
praktek keluarga berencana.

d. Metode pendidikan untuk mengubah masing-masing domain perilaku

Merubah Pengetahuan Merubah Sikap Merubah Praktik

Ceramah Diskusi Kelompok Latihan sendiri

Kuliah Tanya Jawab Bengkel kerja

Presentasi Role Playing Demonstrasi

Wisata Karya Pemutaran film Eksperimen

Curah pendapat Video

Seminar Tape Recorder

Studi kasus Simulasi

Tugas baca

Simposium

Panel

Konferensi

5. Tiga faktor pokok yang melatarbelakangi/mempengaruhi perilaku :

a. Faktor Predisposing, berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dll.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


b. Faktor Enabling/pemungkin, berupa ketersediaan sumber-sumber/fasilitas,
peraturan-peraturan.

c. Faktor Reinforcing/mendorong/memperkuat, berupa tokoh agama, tokoh


masyarakat.

F. Perubahan perilaku dan proses belajar

1. Teori stimulus dan transformasi

Teori stimulus - respon kurang memperhitungkan faktor internal, dan


transformasi yang telah memperhitungkan faktor internal. Teori stimulus respon yang
berpangkal pada psikologi asosiasi menyatakan bahwa apa yang terjadi pada diri subjek
belajar adalah merupakan rahasia atau biasa dilihat sebagai kotak hitam ( black box).
Belajar adalah mengambil tanggapan - tanggapan dan menghubungkan tanggapan -
tanggapan dengan mengulang - ulang. Makin banyak diberi stimulus, makin
memperkaya tanggapan pada subyek belajar.

Teori transformasi yang berlandaskan psikologi kognitif, menyatakan bahwa


belajar adalah merupakan proses yang bersifat internal di mana setiap proses tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, antara lain metode pengajaran. Faktor
eksternal itu misalnya persentuhan, repetisi/pengulangan, penguat. Faktor internal
misalnya fakta, informasi, ketrampilan, intelektual, strategi.

2. Teori-teori belajar sosial (social learning)

a. Teori belajar sosial dan tiruan dari Millers dan Dollard

Ada 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan;

1) Tingkah laku sama (same behavior).

Contoh : dua orang yang berbelanja di toko yang sama dan dengan barang yang
sama.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2) Tingkah laku tergantung (macthed dependent behavior).

Contoh : kakak-beradik yang menunggu ibunya pulang dari pasar. Biasanya ibu
mereka membawa coklat (ganjaran). Adiknya juga mengikuti. Adiknya yang
semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, di lain waktu meski kakaknya tak
ada, ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang dari pasar.

3) Tingkah laku salinan (copying behavior)

Perbedaannya dengan tingkah laku bergantung adalah dalam tingkah laku


bergantung ini si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan
oleh model pada saat itu saja. Sedangkan pada tingkah laku salinan, si peniru
memperhatikan juga tingkah laku model di masa lalu dan masa yang akan
datang. Tingkah laku model dalam kurun waktu relatif panjang ini akan dijadikan
patokan si peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri di masa yang akan
datang, sehingga lebih mendekati tigkah laku model.

b. Teori belajar sosial dari Bandura dan Walter

1) Efek modeling (modelling effect), yaitu peniru melakukan tingkah laku baru
melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.

2) Efek menghambat (inhibition) dan menghapus hambatan (disinhibition), dimana


tingkah laku yang tidak sesuai dengan model dihambat timbulnya, sedangkan
tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya
sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata.

3) Efek kemudahan (facilitation effect), yaitu tingkah laku-tingkah laku yang sudah
pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati
tingkah laku model.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sumber :

Ali, Zaidin. 2000. Dasar-dasar pendidikan kesehatan masyarakat, ed. 1.

Ayu Mas Caem, 2010 dalam http://pmkes.blogspot.com/2010/04/pendidikan-kesehatan.html


(di akses pada tanggal : 30 Maret 2011 19 : 11)

Budioro, Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Badan Penerbit UNDIP Semarang, 2001
Dainur, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Widya Medika, Jakarta, 1999.

Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer
(Puskesmas),http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1099&Ite
mid=2

Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Alumni Bandung, 1999.

Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta :


Rineka Cipta.diakses tanggal 5 Agustus 2005

Siti Khadijah Nasution, Artikel Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, 2009

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-
2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI II

DASAR - DASAR EPIDEMIOLOGI

Pengertian, definisi, peranan dan ruang lingkup epidemiologi

1. Pengertian

Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos =


ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat.

2. Definisi

Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :

a. W.H. Welch

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit,
terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang
dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit
tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas,
dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.

b. Mausner dan Kramer

Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi
manusia.

c. Last

Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang
berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk
menanggulangi masalah kesehatan.

d. Mac Mahon dan Pugh

Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit


dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.

e. Omran

Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan,


penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-
akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

f. W.H. Frost

Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis
penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.

g. Azrul Azwar

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada
dalam epidemiologi, sebagai berikut :

1) Frekuensi masalah kesehatan

2) Penyebaran masalah kesehatan

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.

3. Peranan

Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab


masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah


kesehatan dalam masyarakat.

b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil


keputusan.

c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan.

d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam


upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.

e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu


dipecahkan.

4. Ruang lingkup

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi

Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit


saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di
masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan
lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan
sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan
masalah kesehatan secara keseluruhan.

b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia

Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan


memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah
itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan.
Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya
penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam


merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.

Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah


kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data
tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada
sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang
kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya
masalah kesehatan.

B. Natural history of deseases

Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :

1. Pre Patogenesis

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi
ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia
dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-
tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.
Keadaan ini disebut sehat.

2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)

Pada tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit
belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2
hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.

3. Tahap penyakit dini

Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu
sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila
penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah.
Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan
perawatan yang baik di rumah (self care).

4. Tahap penyakit lanjut

Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak


memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit
masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan
aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.

5. Tahap penyakit akhir

Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :

a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti
keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi
kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial)
dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh
penjamu.

c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak
tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada
suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali.
Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya
terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit
(human reservoir)

d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala
penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan.
Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.

e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,
sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia.
Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.

C. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.

Dalamkesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell


and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan
pada masa sakit.

1. Peningkatan kesehatan (health promotion)

a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)

b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih,


pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di
negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.

d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.

f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and


specific protection)

a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit

b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.

c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.

d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun


maupun alergi.

e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis
and prompt treatment)

a. Mencari kasus sedini mungkin.

b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya


pemeriksaan darah, rontgent paru.

c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan.

d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi.

b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.

c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan


dan perawatan yang lebih intensif.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan


masyarakat.

b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan


dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.

c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah


cacat mampu mempertahankan diri.

d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang


setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial


prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan
pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention
(pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary
prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.

Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang


terdapat pada kelompok manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah
penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat
dilakukan langkah-langkah :

1) Menemukan masalah kesehatan, melalui cara : penderita yang datang ke puskesmas,


laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.

2) Research/survei kesehatan. Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga

3) Studi kasus. Misal : kasus penyakit pasca bencana tsunami.

D. Penelitian epidemiologi

Secarasederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi


prevalensi atau survei.

2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :

a. Non eksperimental :

1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort


diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat
(penyakitnya).

2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari


faktor penyebab penyakit.

3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk
penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada
dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa
pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.

b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-


faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes
yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk
menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2
(dua) yaitu :

1) Clinical Trial. Contoh :

a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk
mencegah terjadinya stroke.

b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi


Tetanus Neonatorum.

2) Community Trial. Contoh :Studi Pemberian zat flourida pada air minum.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI III

KONSEP PERJALANAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

A. Konsep Dasar Perjalanan Penyakit


Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan
waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen
kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi
oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit
merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip Wikipedia,
2010).

Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan
intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut
(Gordis, 2000). Gambar di bawah menyajikan kerangka umum riwayat alamiah penyakit.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu yang rentan
(suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau kedekatan (proximity)
dengan sumber agen penyakit. Konsep paparan berlaku untuk penyakit infeksi maupun non-
infeksi. Contoh, paparan virus hepatitis B (HBV) dapat menginduksi terjadinya hepatitis B,
paparan stres terus-menerus dapat menginduksi terjadinya neurosis, paparan radiasi
menginduksi terjadinya mutasi DNA dan menyebabkan kanker, dan sebagainya. Arti “induksi” itu
sendiri merupakan aksi yang mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil, dalam hal ini
mempengaruhi awal terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat penempelan
(attachment) dan jalan masuk sel (cell entry) yang tepat maka paparan agen infeksi dapat
menyebabkan invasi agen infeksi dan terjadi infeksi. Agen infeksi melakukan multiplikasi yang
mendorong terjadinya proses perubahan patologis, tanpa penjamu menyadarinya.

Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes laboratorium/ skrining
disebut “window period”. Dalam “window period” individu telah terinfeksi, sehingga dapat
menularkan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum terdeteksi oleh tes laboratorium.
Implikasinya, tes laboratorium hendaknya tidak dilakukan selama “window period”, sebab
infeksi tidak akan terdeteksi. Contoh, antibodi HIV (human immuno-deficiency virus) hanya akan
muncul 3 minggu hingga 6 bulan setelah infeksi. Jika tes HIV dilakukan dalam “window period”,
maka sebagian besar orang tidak akan menunjukkan hasil positif, sebab dalam tubuhnya belum
diproduksi antibodi. Karena itu tes HIV hendaknya ditunda hingga paling sedikit 12 minggu (3

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


bulan) sejak waktu perkiraan paparan. Jika seorang telah terpapar oleh virus tetapi hasil tes
negatif, maka perlu dipertimbangkan tes ulang 6 bulan kemudian.

Selanjutnya berlangsung proses promosi pada tahap preklinis, yaitu keadaan patologis yang
ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan derajatnya menjadi keadaan dengan manifestasi klinis
(Kleinbaum et al., 1982; Rothman, 2002). Melalui proses promosi agen kausal akan
meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi tubuh, menyebabkan transformasi sel atau
disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda dan gejala klinis. Dewasa ini telah
dikembangkan sejumlah tes skrining atau tes laboratorium untuk mendeteksi keberadaan tahap
preklinis penyakit (US Preventive Services Task Force, 2002; Barratt et al., 2002; Champion dan
Rawl, 2005). Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul manifestasi klinik,
disebut “sojourn time”, atau detectable preclinical period (Brookmeyer, 1990; Last, 2001;
Barratt et al., 2002). Makin panjang sojourn time, makin berguna melakukan skrining, sebab
makin panjang tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini (prompt treatment) agar
proses patologis tidak termanifestasi klinis. Kofaktor yang mempercepat progresi menuju
penyakit secara klinis pada sojourn time (detectable preclinical period) disebut akselerator atau
progresor (Achenbach et al., 2005).

Waktu yang diperlukan mulai dari paparan agen kausal hingga timbulnya manifestasi klinis
disebut masa inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini penyakit
belum menampakkan tanda dan gejala klinis, disebut penyakit subklinis (asimtomatis). Masa
inkubasi bisa berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi toksik atau hipersentivitas. Contoh,
gejala kolera timbul beberapa jam hingga 2-3 hari sejak paparan dengan Vibrio cholera yang
toksigenik. Pada penyakit kronis masa inkubasi (masa laten) bisa berlangsung sampai beberapa
dekade. Kovariat yang berperan dalam masa laten (masa inkubasi), yakni faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya penyakit secara klinis, disebut faktor risiko. Sebaliknya, faktor
yang menurunkan risiko terjadinya penyakit secara klinis disebut faktor protektif.

Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda (sign) dan gejala
(symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami manifestasi klinis disebut kasus
klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala prodromal. Selama tahap klinis, manifestasi klinis

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


akan diekspresikan hingga terjadi hasil akhir/ resolusi penyakit, baik sembuh, remisi, perubahan
beratnya penyakit, komplikasi, rekurens, relaps, sekuelae, disfungsi sisa, cacat, atau kematian.
Periode waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga terjadi hasil akhir penyakit disebut
durasi penyakit. Kovariat yang mempengaruhi progresi ke arah hasil akhir penyakit, disebut
faktor prognostic (Kleinbaum et al., 1982; Rothman, 2002). Penyakit penyerta yang
mempengaruhi fungsi individu, akibat penyakit, kelangsungan hidup, alias prognosis penyakit,
disebut ko-morbiditas (Mulholland, 2005). Contoh, TB dapat menjadi ko-morbiditas HIV/AIDS
yang meningkatkan risiko kematian karena AIDS pada wanita dengan HIV/AIDS (Lopez-Gatell et
al., 2007).

KARAKTERISTIK AGEN

Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi.
Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell
entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang
dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan
mengalami infeksi. Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit
klinis, maupun kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik
maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat
kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat
tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi
yang ireversibel. Ukuran yang menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi
riwayat alamiah penyakit sebagai berikut: (1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.

1. Infektivitas - kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung dari
jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.

2. Patogenesitas – kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung dari
jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi. 3. Virulensi – kemampuan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini menunjukkan kemampuan agen infeksi
menyebabkan keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah kasus yang mati dibagi
dengan jumlah kasus klinis

Contoh, Ca serviks merupakan kanker bagian bawah (leher) uterus yang berhubungan
dengan vagina. Kanker tersebut merupakan kanker kedua terbanyak pada wanita dan penyebab
kematian karena kanker paling utama di negara-negara berkembang. Sekitar 466,000 kasus baru
Ca serviks terjadi pada wanita di seluruh dunia setiap tahun, sebagian besar di negara
berkembang. Dari 231,000 wanita yang meninggal karena Ca serviks setiap tahun, sekitar 80
persen berasal dari negara berkembang (Alliance for Cervical Cancer Prevention, 2007). Riwayat
alamiah penyakit Ca serviks sebagai berikut.

Agen kausal utama (70%) Ca serviks adalah human papillomavirus (HPV) tipe 16/18,
ditularkan melalui kontak genital (Brookmeyer, 1990; Bosch et al., 1997; The FUTURE II Study
Group, 2007). Gambar di bawah ini menyajikan riwayat alamiah infeksi HPV dan potensi menjadi
kanker.

Sebagian besar Ca serviks dimulai dengan infeksi awal oleh HPV, tetapi sebagian besar
infeksi HPV tidak berkembang menjadi Ca serviks. Infeksi awal HPV dapat berlanjut dan menjadi
displasia atau hilang dengan spontan. Sebagian besar wanita yang terinfeksi HPV akan
mengalami displasia tingkat rendah, disebut CIN 1 (cervical intraepithelial neoplasia 1), dalam
beberapa bulan atau tahun terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari CIN 1 mengalami regresi dan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


menghilang dengan spontan dalam tempo 2-3 tahun terutama pada wanita usia di bawah 35
tahun. Displasia tingkat rendah (CIN 1) perlu dimonitor tetapi tidak perlu diobati Sebagian kecil
kasus CIN 1 akan mengalami progresi menjadi displasia tingkat tinggi, disebut CIN 2/3.

Sekitar 15% infeksi HPV yang persisten akan berkembang menjadi CIN 2/3 dalam tempo
3-4 tahun, baik dengan atau tanpa melalui CIN 1. CIN 2/3 merupakan prekursor Ca serviks,
karena itu harus diobati. Perjalanan Ca serviks memiliki masa laten sangat panjang, hingga 20
tahun. Risiko perkembangan dari lesi prekanker (CIN 2/3) menjadi kanker invasif adalah sekitar
30-70% (rata-rata

32 persen) dalam tempo 10 tahun. Ca serviks paling sering terjadi pada wanita setelah usia 40
tahun, lebih-lebih wanita di usia 50 dan 60 tahunan (Parkin et al., 1997).

FENOMENA GUNUNG ES

Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merupakan sebuah metafora


(perumpamaan) yang menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh lebih
besar daripada bagian yang terlihat di atas air. Artinya, pada kebanyakan masalah kesehatan
populasi, jumlah kasus penyakit yang belum diketahui jauh lebih banyak daripada jumlah kasus
penyakit yang telah diketahui (Gambar 4.3). Fenomena gunung es menghalangi penilaian yang
tepat tentang besarnya beban penyakit (disease burden) dan kebutuhan pelayanan kesehatan
yang sesungguhnya, serta pemilihan kasus yang representatif untuk suatu studi. Mempelajari
hanya sebagian dari kasus penyakit yang diketahui memberikan gambaran yang tidak akurat
tentang sifat dan kausa penyakit tersebut (Morris, 1975; Duncan, 1987).

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


KRONISITAS PENYAKIT

Berdasarkan masa inkubasi, laten, dan durasi, maka penyakit dapat diklasifikasi ke
dalam 4 kategori:

(1) Masa laten pendek, durasi pendek;

(2) Masa laten panjang, durasi pendek;

(3) Masa laten pendek, durasi panjang;

(4) Masa laten panjang, durasi panjang

Batas waktu panjang pendek antara 4-12 bulan (Kleinbaum et al., 1982).

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Contoh, kolera membutuhkan beberapa jam hingga 2-3 hari untuk menunjukkan tanda dan
gejala klinis, dan waktu singkat untuk resolusi. Tuberkulosis membutuhkan waktu singkat untuk
menunjukkan manifestasi klinis, tetapi waktu lama untuk sembuh. Ca kaput pankreas
membutuhkan waktu lama untuk menunjukkan manifestasi klinis, tetapi waktu pendek untuk
menyebabkan kematian. Diabetes melitus memerlukan waktu lama untuk menunjukkan
manifestasi klinis maupun untuk sembuh atau meninggal.

Masa laten dan durasi penyakit mempengaruhi strategi pencegahan penyakit. Makin
pendek masa laten, makin urgen upaya pencegahan primer dan sekunder. Makin pendek
“sojourn time”, makin kurang bermanfaat melakukan skrining. Makin pendek durasi, makin
mendesak upaya pencegahan tersier. Makin panjang durasi, makin besar peluang untuk
melakukan upaya

pencegahan akibat penyakit dengan lebih seksama. Meski demikian, sejumlah penyakit kronis
memiliki karakteristik paradoksal: sekalipun durasi panjang tetapi bisa menyebabkan kematian
mendadak (sudden death) (misalnya, stroke dan serangan jantung).

PENCEGAHAAN PENYAKIT

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pengetahuan tentang perjalanan penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi
berguna untuk menemukan strategi pencegahan penyakit yang efektif. Pencegahan penyakit
adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi,
mengeliminasi penyakit dan kecacatan, dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi
yang telah dibuktikan efektif. Tabel 4.2 menyajikan tiga tingkat pencegahan penyakit:
pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Kleinbaum et al., 1982; Last, 2001).

Pencegahan primer. Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan
pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya
kasus baru penyakit (AHA Task Force, 1998). Tabel 4.3 menyajikan contoh penyakit dan
pencegahan primer. Terma yang berkaitan dengan pencegahan primer adalah “pencegahan
primordial” dan “reduksi kerugian”. Pencegahan primordial adalah strategi pencegahan penyakit
dengan menciptakan lingkungan yang dapat mengeliminasi faktor risiko, sehingga tidak
diperlukan intervensi preventif lainnya (Wallace, 2007).

Contoh:

(1) Program eliminasi global cacar (variola), sehingga tidak diperlukan imunisasi cacar;

(2) Penciptaan lingkungan bersih sehingga tidak diperlukan pengabutan nyamuk Aedes agypti;

(3) Program eliminasi garam dari semua makanan yang jika tercapai sangat efektif untuk
mencegah hipertensi.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Reduksi kerugian (harm reduction) adalah program yang bertujuan untuk mereduksi kerugian
kesehatan pada populasi, meskipun mungkin tidak mengubah perilaku. Sebagai contoh, pada
tahun 1990an sejumlah kota di AS melakukan eksperimen berupa program penukaran jarum
(needle exchange program). Dalam program itu jarum bekas pengguna obat intravena ditukar
dengan jarum bersih yang diberikan gratis oleh pemerintah kota. Tujuan program adalah
memperlambat penyebaran HIV, meskipun tidak menurunkan dan bahkan bisa mendorong
peningkatan penyalahgunaan obat. Argumen yang dikemukakan untuk membenarkan strategi
tersebut, kerugian yang dialami oleh penerima lebih rendah jika menggunakan jarum bersih.
Program seperti itu menjadi kontroversial jika sebagian masyarakat memandang dana publik
telah digunakan untuk mendukung

aktivitas/ perilaku yang tidak sehat.

Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit
asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara
klinis melalui deteksi dini (early detection). Jika deteksi tidak dilakukan dini dan terapi tidak
diberikan segera maka akan terjadi gejala klinis yang merugikan. Deteksi dini penyakit sering
disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang menduga adanya penyakit atau kecacatan
yang belum diketahui dengan menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang
dapat dilakukan dengan cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya mengalami
penyakit dari orang-orang yang tampaknya tidak mengalami penyakit. Tes skrining tidak
dimaksudkan sebagai diagnostik. Orang-orang yang ditemukan positif atau mencurigakan
dirujuk ke dokter untuk penentuan diagnosis dan pemberian pengobatan yang diperlukan (Last,
2001).

Skrining yang dilakukan pada subpopulasi berisiko tinggi dapat mendeteksi dini penyakit dengan
lebih efisien daripada populasi umum. Tetapi skrining yang diterapkan pada populasi yang lebih
luas (populasi umum) tidak hanya tidak efisien tetapi sering kali juga tidak etis. Skrining tidak
etis dilakukan jika tidak tersedia obat yang efektif untuk mengatasi penyakit yang bersangkutan,
atau menimbulkan trauma, stigma, dan diskriminasi bagi individu yang menjalani skrining.
Sebagai contoh, skrining HIV tidak etis dilakukan pada kelompok risiko tinggi jika tidak tersedia

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


obat antiviral yang efektif, murah, terjangkau oleh individu yang ditemukan positif mengidap
HIV. Selain itu skrining HIV tidak etis dilakukan jika hasilnya mengakibatkan individu yang
ditemukan positif mengalami stigmatisasi, pengucilan, dan diskriminasi pekerjaan, asuransi
kesehatan, pendidikan, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Deteksi dini pada tahap preklinis memungkinkan dilakukan pengobatan segera (prompt
treatment) yang diharapkan memberikan prognosis yang lebih baik tentang kesudahan penyakit
daripada diberikan terlambat. Tabel 4.4 menyajikan contoh penyakit dan pencegahan sekunder.

Pencegahan tersier. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah
berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pencegahan tersier biasanya dilakukan oleh para dokter dan sejumlah profesi kesehatan
misalnya, fisioterapis. Pencegahan tersier dibedakan dengan pengobatan (cure), meskipun batas
perbedaan itu tidak selalu jelas. Jenis intervensi yang dilakukan sebagai pencegahan tersier bisa
saja merupakan pengobatan. Tetapi dalam pencegahan tersier, target yang ingin dicapai lebih
kepada mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan dan organ, mengurangi
sekulae, disfungsi, dan keparahan akibat penyakit, mengurangi komplikasi penyakit, mencegah
serangan ulang penyakit, dan memperpanjang hidup. Sedang target pengobatan adalah
menyembuhkan pasien dari gejala dan tanda klinis yang telah terjadi. Tabel 4.5 menyajikan
contoh berbagai penyakit/ kondisi dan pencegahan tersier. Sebagai contoh, menurut CDC
(dikutip Library Index, 2008), perbaikan yang sedangsedang saja dalam pengendalian glukose
darah dapat membantu mencegah retinopati, neuropati, dan penyakit ginjal pada orang dengan
diabetes. Menurunkan tekanan darah bisa mengurangi komplikasi kardiovaskuler (penyakit
jantung dan stroke) sebesar 50%, dan mengurangi risiko retinopati, neuropati, dan penyakit
ginjal.

Menurunkan berbagai lemak (lipid) darah, yakni kolesterol darah, low-density


lipoproteins (LDL), dan trigliserida, dapat menurunkan komplikasi kardiovaskuler sebesar 50%
pada orang dengan diabetes (CDC, dikutip Library Index, 2008). Deteksi dini dan pengobatan
segera penyakit mata diabetik dapat mengurangi risiko kebutaan atau kehilangan penglihatan
(visus) sekitar 50%. Demikian pula deteksi dini dan pengobatan segera penyakit ginjal dapat

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


menurunkan dengan tajam risiko kegagalan ginjal, dan perawatan kaki dapat menurunkan risiko
amputasi sebesar 85% pada pasien dengan diabetes (CDC, dikutip Library Index, 2008).

B. PENCEGAHAN PENYAKIT
1. Pengertian Pencegahan
Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum
kejadian, dengan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan
merupakan komponen yang paling penting dari berbagai aspek kebijakan publik (sebagai contoh
pencegahan kejahatan, pencegahan penyalahgunaan anak, keselamatan berkendara), banyak
juga yang berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung untuk kesehatan. Konsep
pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public Health Partnership,
2006).

2. Tingkat pencegahan
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk
dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui
perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase
tersebut, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan
sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat,
bahkan dapat disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di
bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.

Dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :

1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)

2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)

3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang
masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah
berada dalam keadaan pathogenesis atau penyakit sudah tampak. Bentuk-bentuk upaya
pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai
berikut :

1. Pencegahan tingkat awal (primodial prevention)

 Pemantapan status kesehatan (underlying condition)


2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)

 Promosi kesehatan (health promotion)


 Pencegahan khusus
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)

 Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
 Pembatasan kecacatan (disability limitation)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

 Rehabilitasi (rehabilitation)
Tingkat pencegahan dan kelompok targetnya menurut fase penyakit

Tingkat pencegahan Fase penyakit Kelompok target

primordial Kondisi normal kesehatan Populasi total dan


kelompok terpilih

Primary Keterpaparan factor Populasi total dan


penyebab khusus kelompok terpilih dan
individu sehat

secondary Fase patogenesitas awal Pasien

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Tertiary Fase lanjut (pengobatan Pasien
dan rehabilitasi)

Sumber : Beoglehole, WHO 1993


Hubungan kedudukan riwayat perjalanan penyakit, tingkat pencegahan dan upaya
pencegahan

Riwayat penyakit Tingkat pencegahan Upaya pencegahan

Pre-patogenesis Primordial prevention Underlying condition

Primary prevention Health promotion

Specific protection

patogenesis Secondary prevention Early diagnosis and


prompt treatment

Disability limitation

Rehabilitation
Tertiary prevention

Sumber : Beoglehole, WHO 1993

Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit
dikenal dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya
Preventive Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan
dalam proses pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Fase sebelum sakit

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan
primer (primary prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara
agent (kuman penyakit/ penyebab), host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
2) Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut
pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary
prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali seorang terkena sakit yang pada akhirnya
memiliki kemungkinan sembuh atau mati.

Pada dasarnya ada 4 tingkat pencegahan penyakit secara umum, yakni pencegahan
tingkat dasar (primordial prevention), pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat
ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap terjadinya cacat dan terakhir
adalah rehabilitasi. Keempat tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga
dalam pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.

1. Pencegahan tingkat Dasar (Primordial Prevention)


Pencegahan tingkat dasar merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau
mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.

Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup
social-ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit . upaya ini terutama
sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung
menunjukan peningkatannya.

Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola
hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap
penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau
mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara
umum. Contohnya seperti memelihara cara makan, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat risiko yang rendah terhadap berbagai penyakit
tidak menular.

Selain itu pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha mencegah
timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh
untuk tidak melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai
penyakit seperti kebiasaan merokok, minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran pencegahan
tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja dengan tidak
mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan
masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau
factor risiko dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Factor-faktor itu tampaknya
banyak bersifat social atau berhubungan dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal
terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi
kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan yang
sudah baik.

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan primordial ini sering kali
disadari pentingnya apabila sudah terlambat. Oleh karena itu, epidemiologi sangat penting
dalam upaya pencegahan penyakit.

2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Eko budiarto, 2001).
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) dilakukan dengan dua cara : (1) menjauhkan
agen agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan kepekaan penjamu.
Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu
penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran pencegahan tingkat pertama ini
digalakan. Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul yang secara
epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih berbahaya kalau
tumbuldalam bentuk KLB.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui
usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang
sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta
usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama
adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor
determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu
(host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian
penyakit.

Pejamu (host) : perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian


imunisasi.

Penyebab (agent) : Menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti dengan


penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai
penularan.

Lingkungan (environment): Perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air


bersih, sanaitasi lingkungan dan perumahan.

Usaha pencegahan penyakit tingkat pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam
usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha pencegahan khusus. Usaha peningkatan derajat
kesehatan (health promotion) atau pencegahan umum yakni meningkatkan derajat kesehatan
perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab dan derajat risiko
serta meningkatkan lingkungan yang sehat secara optimal. contohnya makan makanan bergizi
seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya
penyakit misalnya, menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi
dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit
misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes atau terhadap
agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotic untuk membunuh kuman.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Adapun usaha pencegahan khusus (specific protection) merupakan usaha yang ter-
utama ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab untuk meningkatkan daya tahan
maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu. Contohnya yaitu imunisasi atau
proteksi bahan industry berbahaya dan bising, melakukan kegiatan kumur-kumur dengan
larutan Flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit
misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptic sebelum operasi untuk mencegah infeksi,
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.

Terdapat dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan primer, yakni : (1) strategi
dengan sasaran populasi secara keseluruhan dan (2) strategi dengan sasaran hanya terbatas
pada kelompok risiko tinggi. Strategi pertama memiliki sasaran lebih luas sehingga lebih bersifat
radikal, memiliki potensi yang besar pada populasi dan sangat sesuai untuk sasaran perilaku.
Sedangkan pada strategi kedua, sangat mudah diterapkan secara individual, motivasi subjek dan
pelaksana cukup tinggi serta rasio antara manfaat dan tingkat risiko cukup baik.

Pencegahan pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa :

a) Penyuluhan kesehatan yang intensif.


b) Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
c) Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya anak-anak, dan
remaja pada umumnya.
d) Perbaikan perumahan sehat.
e) Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan
kesehatan mental maupu sosial.
f) Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
g) Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu
penyakit.
h) Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh sakit
dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat
modern.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


3. pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya serta
pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini,
antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses
penyakit lebih lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan
penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan
segera (early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan segera adalah untuk
mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara
aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi : (1) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi
tertentu seperti pegawai negeri, buruh/ pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah dan
mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa,
calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan kesehatan
untuk kepentingan tertentu; (2) penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini
untuk penyakit yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk secara umum atau pada
kelompok risiko tinggi; (3) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan
sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang
ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau
pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk
mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu.
4. pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya
adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau
mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing
manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat
maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi.

Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal
mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan protese),
rehabilitasi mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu
dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif

Sumber :

KEPMENKES 1363 Pasal 12

http://remizapratama.blogspot.com/2011/01/apakah-fisioterapi-itu.html

MATERI IV

KONSEP DASAR FISIOTERAPI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


A. Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Abad Ke-16 – Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera.
Dengan melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807 – Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek
persalinan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi, tetapi tidak berlangsung lama
karena langkanya tenaga pelatih. Tahun 1888 – Berdiri pusat laboratorium kedokteran di
Bandung, kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya,
dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra,
cacar, gizi dan sanitasi. Tahun 1925 – Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan
kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.

Tahun 1927 – STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah
dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia
Tahun 1930 – Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
Tahun 1935 – Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan
penyemprotan DDT dan vaksinasi massal. Tahun 1951 -Diperkenalkannya konsep Bandung
(Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-
Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan
preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa
gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan
kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas
Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan
kemudian disebut Puskesmas.
Tahun 1952 – Pelatihan intensif dukun bayi
Tahun 1956 – Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan,sebuah model
keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Tahun 1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya
sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan
sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara
terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B
(dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai
program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.

Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas
saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata
dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu
Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian
kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di
Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi). Awal tahun 1990-an Puskesmas
menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat,
selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh Yunani yaitu Asclepius & Higeia.
- Asclepius (Pendekatan Kuratif)

Sasaran –> individual, kontak dengan pasien sekali saja, jarak antara petugas & pasien
cenderung jauh. Bersifat reaktif. Secara partial

- Higeia (Pendekatan Preventif)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sasaran –> masyarakat, masalahnya adalah masalah masyarakat dan hubungan antara
petugas dengan masyarakat bersifat kemitraan.Bersifat proaktif dan Secara holistik

B. PERIODE-PERIODE PERKEMBANGAN KESMAS

Periode sebelum ilmu pengetahuan. Telah ditemukan dokumen-dokumen tertulis


tentang pembuangan air limbah, pengaturan air minum.Telah dibuat sumur, karena air sungai
sudah kotor dan terasa tidak enak. Abad ke-7 diindiaterjadiendemikolera. Abad ke-14 terjadi
wabah pes di india dan cina. Periode ilmu pengetahuan. Bangkitnya ilmu pengetahuan pada
akhir abad ke-18 mempunyai dampak yang luas terhadap aspek kehidupan manusia. Beberapa
pelopor kesehatan modern :
• Hipocrates (460-370 SM) dikenalsebagaibapakkedokteran

• Anthony van Leeuwenhoek (1632 -1723), penemumikroskop

• John snow (1813 – 1912), Bapakepidemiologi dan


menemukanpenyakitkoleradisebabkanolehkumankoleramelalui air

• Louis pasteur (1827 – 1912) menemukan vaksin untuk mencegah cacar

• Joseph Lister penemu asam karbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruangan operasi

• William marton –> ether anastesi

• Robert koch (1843 – 1910), penemu kuman TBC.

C. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-
16. Telah dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu diperkenalkannya konsep Bandung
(Bandung Plan) tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena & Dr. Patah selanjutnya dikenal dengan istilah
Patah – Leimena. Isinya bahwa pelayanan kesehatan masyarakat , aspek kuratif dan aspek
preventif tidak boleh dipisahkan baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas. Tahun 1956 oleh Dr.
Y. Sulianti didirikan proyek Bekasi (tepatnya lemah abang) sebagai proyek percontohan atau
model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai
pusat pelatihan tenaga kesehatan. Konsep ini merupakan model atau konsep keterpaduan
antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program.

Pada tahun 1967, diadakan seminar yang merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu. Dibuat konsep Puskesmas oleh Dr Ahmad Dipodilogo yang mengacu pada konsep
Bandung dan Bekasi.

Pada tahun 1968, dilaksanakan Rakernas yang menetapkan Puskesmas merupakan


sistem pelayanan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).

D. DEFENISI KESEHATAN MASYARAKAT

Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health)


adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan
melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk:

• Perbaikan sanitasi lingkungan


• Pemberantasan penyakit-penyakit menular
• Pendidikan untuk kebersihan perorangan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


• Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
• Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang
layak dalam memelihara kesehatannya.

Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.

E. RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT

Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup :

a. Ilmu biologi
b. Ilmu kedokteran
c. Ilmu kimia
d. Fisika
e. Ilmu Lingkungan
f. Sosiologi
g. Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat)
h. Psikologi
i. Ilmu pendidikan

Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut
sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain sbb :

1. Epidemiologi.
2. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
3. Kesehatan Lingkungan.
4. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


5. Administrasi Kesehatan Masyarakat.
6. Gizi Masyarakat.
7. Kesehatan Kerja.
F. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan


masyarakat, yaitu:

1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Keturunan
4. Pelayanan Kesehatan.

Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan
saling mempengaruhi. Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan
yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung,
darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain lain. Perilaku / kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti
mencret mencret dan lainnya.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya
pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan
membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan
rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit rumah sakit baru di setiap kabupaten /
kota.

Upaya meningkatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat secara langsung juga
dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) bagi
masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah
lainnya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib Belajar dan lain lain.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif bagi
masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah
sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit.

Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas tidak berdiri sendiri
sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakan
secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat
komprehensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif /
promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan
pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat

Sumber :

KEPMENKES 1363 Pasal 12

http://remizapratama.blogspot.com/2011/01/apakah-fisioterapi-itu.html

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI V

KONSEP SEHAT SAKIT

Sebagian besar individu dan masyarakat dahulu memandang sehat dan sakit
sebagai sesuatu Hitam atau Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari
penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana
ini tentu dapat diterapkan dengan mudah; akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-
sakit.

Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif
yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih
sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup,
atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).

A. Definisi Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual.Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang
dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.


2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan. Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan
yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

B. Model Sehat Sakit


Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan
klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal ,
dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya
energi total”. Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus
menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan
internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial,
perkembangan, dan spiritual yang sehat.

Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih
dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi
individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai
tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala
Rentang Sehat-Sakit. Dengan model ini dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai
dengan rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang merupakan merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor
resiko itu meliputi variabel genetik dan psikologis.

Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai
dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu (Kesejahteraan
Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih
sehat dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat
setelah kematian pasangannya. Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi
perawat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.

2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi

Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan
potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku. Pada pendekatn model ini perawat
melakukan intervnsi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang
mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan.

Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam
keperawatan keluarga maupun komunitas.

3. Model Agen-Pejamu-Lingkungan

Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok
ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan. Agen :Berbagai faktor
internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau
sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Jadi Agen ini bisa
berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi,
dll).

Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu.
Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan
seseorang yang beresiko menjadi sakit.Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.

Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik: tingkat ekonomi,
iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan, kebisingan. Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan
dengan interaksi sosial, misalnys: stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis
dari ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan kesehatan
atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau sekelompok
orang dengan lingkungannya.

Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum
tentang berbagai penyebab penyakit.

4. Model Keyakinan-Kesehatan

Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman


(1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.
Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan
mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.

Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:


a. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.

Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya,
apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko
mengalami penyakit jantung.

b. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.

Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh


penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter
dll)

c. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.

Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup,


meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis. Model ini
membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan,
dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling efektif

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadiny
penyakit.

5. Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)

Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model
yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan. Fokus dari model ini adalah
menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor
pengubah).

Berdasarkan gambar diatas Model ini dapat:

a. Mengidentifikasi berbagai faktor (demografik, sosial) yang dapat meningkatkan atau


menurunkan partisifasi untuk meningkatkan kesehatan.
b. Mengatur berbagai tanda kedalam sebuah pola untuk menjelaskan kemungkinan
munculnya partsisipasi klien dalam perilaku peningkatan kesehatan.
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keyakinan dan Tindakan Kesehatan

Faktor Internal

a. Tahap Perkembangan
Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia)
memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat


pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan.
Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit
sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku
pencegahan penyakit..

b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang
terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang
pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk


kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.

c. Persepsi tentang fungsi


Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap
kesehatan dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang
kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah
mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan
cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain
itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan
mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.

Untuk itulah perlu mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu
tentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri),
juga data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru).
Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan mengimplementasikan perawatan
klien secara lebih berhasil.

d. Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan
hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan
cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.

Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons
emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping
secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. Contoh: seseorang dengan
napas yang terengah-engah dan sering batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika
ia secara emosional tidak dapat menerima kemungkinan menderita penyakit saluran
pernapasan. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang
berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko
menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari
pengobatan. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional,
sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari
pengobatan yang tepat.

e. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman,
dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan


seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan
dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan
keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan
dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu
kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama
merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan


tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat
dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
2. Faktor Eksternal

a. Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya


mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi
mejadi penyakit berat dan mereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya
anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika mereka dewasa.
 Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika
keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang
tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak
dia akan melakukan hal yang sama.

b. Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.

Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok


sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

c. Latar Belakang Budaya


Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,
termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Untuk
perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa
yang digunakan.

d. Sakit dan Perilaku Sakit


Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan,
atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses
penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan
Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti
biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan
diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain,
selain dimensi fisik.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami;
melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi
sebagai mekanisme koping. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal
1. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas
sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.

Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang
sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan
bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

2. Asal atau Jenis penyakit


Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan
segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.

Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan)


sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika
penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya
menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan
termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

2. Faktor Eksternal
1. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak
tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-
pecah yang dialaminya.

2. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit,
atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang
wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua
kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada
Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya
dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong
mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak;
sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa
dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
3. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana


menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian
perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

4. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

5. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan


Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain
sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan
kesehatan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks
dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak
membutuhkan prosedur yang rumit.

6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai
kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan
(aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti,
kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.

Tahap-tahap Perilaku Sakit :

1. Tahap I (Mengalami Gejala)

Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”. Mereka mengenali
sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu. Persepsi
individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan,
dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut
merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional. Jika gejala itu dianggap merupakan
suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari
pertolongan.

2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan melakukan
konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit
sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik.
Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung beratnya penyakit,

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit. Seseorang awalnya menyangkal pentingnya
intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan
kesehatan à akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera
melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.

3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,
mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi penyakit
terhadap kesehatan dimasa yang akan datang. Profesi kesehatan mungkin akan menentukan
bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita
penyakit yang bisa mengancam kehidupannya. à klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa
tersebut.

Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah
ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan
kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai
mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai
mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan. Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan
sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia
memperoleh diagnosa yang diinginkan

Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan
atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka
ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang
sebenarnya.

4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada
pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada. Klien menerima
perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya. Secara sosial

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya à semakin parah sakitnya,
semakin bebas. Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah
maupun masyarakat.

5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya
penurunan demam. Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh
perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis. Tidak
semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya dengan kecepatan
atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu
perawat dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama
klien membuat rencana perawatan yang efektif

E. DAMPAK SAKIT

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien


Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi
orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang
singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku
dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan
mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan
keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan


perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan
menarikd diri. Tenaga kesehatan berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga
terhadap stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

2. Terhadap Peran Keluarga

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil
keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran
klien tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan
berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih
mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.

Perubahan jangka pendek klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang


berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang à klien memerlukan proses
penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’. Peran tenaga kesehatan adalah melibatkan
keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

3. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya.


Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan
klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.
Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:

 Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)
 Kapasitas adaptasi
 Kecepatan perubahan
 Dukungan yang tersedia.

3. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup
bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi
juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa
terobservasi dibandingkan perubahan peran. Konsep diri berperan penting dalam hubungan
seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya
menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi
mereka dengan klien. Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan
dikeluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya
yang lain atau kepada teman-temannya à klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan mengembangkan
rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang
dialami klien.

5. Terhadap Dinamika Keluarga

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil


keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap
perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan
dan pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh. Jika penyakitnya
berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa
menimbulkan stress emosional. Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar
jika salah satu orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada
mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka
sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.

Sumber :

Anidesnita. 2011. Epidemiologi. Diakses Juni 2013.


(http://anidesnita.blogspot.com/2011/11/epidemiologi.html?m=1)

Hanifah, Herni. 2013. Konsep Sehat Sakit. Diakses September 2013.


(http://kesmasybk.blogspot.com/2013/konsep-sehat-sakit.html, diakses Oktober 2013)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI VI

DERAJAT KESEHATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Pembanguna kesehatan yang berlangsung komprehensif dan berkesinambungan


telah berdampak terhadap meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara
menyeluruh dan tercapainya sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Demikian
disampaikan oleh Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,DR.PH,
melalui sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten
Tanah Bumbu Batulicin. Menurut Gusti Hidayat, peningkatan derajat kesehatan
masyarakat telah ditandai dengan menurunnya jumlah angka kematian bayi dan ibu
hamil, naiknya status gizi masyarakat Indonesia, dan angka harapan hidup yang
semakinbertambah.
Hal ini juga didukung dengan turunya jumlah penderita penyakit Tuberkulosis
(TB) yang menyebabkan Indonesia sebelumnya menduduki urutan ketiga di duniadalam
hal penyakit tersebut saat ini turun menjadi urutan kelima.
Sejak lima tahun terakhir, tambah Sekda, jumlah penderita Polio juga tidak
ditemukan lagi. Beberapa provinsi di Indonesia juga telah dinyatakn oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sudah tereliminasi dari Tetanus Material dan Neonatal.

Sepanjang 2011 pemerintah sudah memberikan imunisasi tambahan Campak


pada lebih dari 11,9 juta anak dan imunisasi Polio pada lebih dari 14,1 juta anak di
berbagai Provinsi dalam rangka mensuksekan pencapaian Era dikasi dan Eliminasi
penyakit tersebut. Termasuk eliminasi terhadap penyakit Malaria, Filariasis, dan
penyakit kusta masih terus digalakan secara intensif diseluruh Indonesia.
Hingga September 2011, katanya, pemerintah juga berhasil memeriksa sebanyak 868.552
sediaan darah untuk diaknosis penyakit Malaria.Sebanyak 204.951 orang yang awalnya
positif dinyatakan menderita penyakit tersebut telah berhasil diobati.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sementara itu, upaya pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan upaya
peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi dasar juga gencar dilakukan. Hingga akhir
2011 secara kumulatif diharapkan 5500 desa di Indonesia mendapatkan sarana air bersih
dan sanitasi dasar melalui Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
"Dari jumlah desa tersebut, hingga September 2011 sudah sebanyak 4.898 desa sukses
mendapatkan sarana tersebut," katanya.
Lebih dari itu, jelas Sekda, berbagai program terobosan dalam rangka meningkatkan
akses masyarakat tehadap system pelayanan kesehatan yang bermutu juga dilancarkan.
Program tersebut dijabarkan melalui program Jamkesmas, program Jaminan Persalinan
(Jampersal), dan program Bantuan Operasional Kesehatan untuk Puskesmas (BOK).
Dukungan seluruh lapisan masyarakat Indonesia masih sangat diharapkan demi
kelangsungan program kesehatan tersebut. Termasuk dukugan dari berbagai pihak swasta
dan dunia usaha untuk mengatasi masalah kesehatan dan menyediakan pelayanan yang
lebih bermutu.
"Sebab, tidak sedikit tantangan yang harus di atasi untuk melaksanakan pembangunan
kesehatan yang ada di tanah air. Tantangan itu antara lain luasnya wilayah Indonesia
berupa kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, jumlah penduduk yang besar
dengan sebaran tidak merata, dan letak Negara kitadilokasi yang rawan bencana,"

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT


KESEHATAN

Hendrik E.Blum menyatakan bahwa untuk bisa mengerti suatu proses perencanaan terhadap
kesehatan masyarakat, kita perlu mengerti tentang dua paradigm yaitu:

1. THE WELL BEING PARADIGM / PARADIGMA KEADAAN SEHAT :

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Yaitu keadaan derajat kesehatan masyarakat yang menyatakan tingkat/derajat baiknya status
kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya derajat kesehatan ini dapat di ukur dari 12 aspek
/indicator yang dapat diukur

1. Life span, lamanya umur harapan hidup dari masyarakat


2. Disease or infirmity adalah keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis darfi
masyarakat.
3. Discomfort or illness adalah keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik,
kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
4. Disability or incapacity adalah ketidak mampuan seseorang dalam masyarakat untuk
melakukan pekerjaannya dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5. Participation in heath care adalah kemampuan dan kemauan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam manjaga dirinya untuk selalau dalam keadaan sehat.
6. Health behavior adalah perilaku nyata dari anggota masyarakat yang secara langsung
berkaitan dengan kesehatan.
7. Ecologic behavior adalah perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidupnya, terhadap
spesies lain, sumber daya alam dan ekosistem.
8. Social behavior adalah perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya.
9. Interpersonal relation ship adalah kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap
sesamanya.
10. Reserve or positive health adalah daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit
atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatic,
kejiwaan dan sosial.
11. External satisfaction adalah rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan
sosialnya, meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi, dan sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
12. Internal satisfaction adalah kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek
kehidupan dirinya sendiri.

2. The force field paradigm / paradigm kekuatan lapangan :

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Yaitu pengaruh faktor-faktor dilapangan terhadap derajat kesehatan masyarakat. Dari paradigm
diatas, BLUM menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
derajat kesehatan suatu masyarakat yaitu:

Faktor lingkungan/Environment

Contoh : Akses terhadap air bersih, Jamban/ tempat BAB, Sampah, Lantai Rumah, Breeding
places, Polusi, Sanitasi tempat umum, Bahan Beracun Berbahaya (B3), Kebersihan TPU (Tempat
Pelayanan Umum)

Faktor perilaku / Life styles

Contoh : alkohol, rokok, promiscuity: tempat-tempat berisiko, narkoba, olah raga dan Health
seeking behavior : Kalau tidak sakit parah tidak akan pergi ke puskesmas

Faktor pelayanan kesehatan / Medical care services

Contoh : ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan (balai pengobatan) maupun rujukan
(rumah sakit), ketersediaan tenaga, peralatan kesehatan bersumberdaya masyarakat;
Kinerja/cakupan serta pembiayaan /anggaran.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Faktor Herediter atau Kependudukan / Heredity

Contoh : Penyakit-penyakit yang sifatnya turunan dan mempengaruhi sumberdaya masyarakat,


Jumlah penduduk dan Pertumbuhan penduduk serta jumlah kelompok khusus/rentan: bumil,
persalinan, bayi, dll.

Menurut H. L. Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan derajat


kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut adalah; keturunan, pelayanan
kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor keturunan atau genetik menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi kesehatan karena secara genetik manusia bisa menurunkan suatu penyakit
kepada keturunannya. Pelayanan kesehatan cukup memberi andi sebab sebagai contoh, jarak
pusat pelayanan kesehatan bisa memberi masyarakat pilihan untuk berkunjung atau tidak.
Lingkungan yang kotor bisa menjadi tempat berkembangnya vektor penyakit.

Perilaku sehat adalah segala tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya (Becker 1979). Perilaku sendiri dapat dikategorikan dengan perilaku terselubung
(covert behavior) dan perilaku tidak terselubung (Overt behavior). Perilaku terselubung tersebut
berupa pengetahuan dan sikap seseorang terhadap suatu objek sedangkan perilaku tidak
terselubung adalah perilaku yang sudah merupakan aksi atau tindakan. Usaha yang paling
efektif dalam mengubah perilaku, dari perilaku yang merugikan kesehatan ke arah perilaku yang
menguntungkan kesehatan adalah melalui pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan

Pendidikan tidak lepas dari proses belajar, dan faktor-faktor manusia yang berperan
dalam proses belajar adalah kematangan, pengetahuan dan motivasi. Menurut Notoadmodjo
(2003), pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada
perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Untuk mengubah pemahaman
perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat. Menurut Azwar (1983), membagi menjadi 3
macam, yaitu: 1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat
sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam penyuluhannya mengarahkan
cara hidup sehat menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari. 2) Secara mandiri mampu

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan
kesehatan dasar diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata
contohnya adalah posyandu.3) Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat.

Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan
(individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan); proses (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain); output (melakukan apa yang diharapkan atau
perilaku). Proses pendidikan tersebut berlangsung didalam suatu lingkungan pendidikan atau
tempat dimana pendidikan itu berlangsung, biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu tri pusat
pendidikan yaitu didalam keluarga (pendidikan informal), di dalam sekolah (pendidikan formal),
dan didalam masyarakat.

Proses pendidikan kesehatan juga mengikuti proses tersebut, dan unsur-unsurnya pun
sama. Yang bertindak selaku pendidik kesehatan disini adalah semua petugas kesehatan dan
siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan
kesehatan mereka. Karena itu individu, kelompok ataupun masyarakat, disamping dianggap
sebagai sasaran (obyek) pendidikan, juga dapat berlaku sebagai subyek (pelaku) pendidikan
kesehatan masyarakat apabila mereka di ikutsertakan didalam usaha kesehatan masyarakat.
Yang diartikan anak didik atau sasaran pendidikan adalah masyarakat atau individu, baik yang
sakit maupun yang tidak belum sakit, baik anak-anak maupun orang dewasa. Jadi, lingkungan
pendidikan kesehatan juga mengikuti tri pusat pendidikan, yaitu :

1. Pendidikan kesehatan didalam keluarga yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab para
orangtua, dengan menitikberatkan pada penanaman kebiasaan-kebiasaan, norma-
norma, dan sikap hidup sehat.
2. Pendidikan kesehatan didalam sekolah adalah tanggung jawab para guru sekolah. Hal inl
terwujud dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan pendidikan kesehatan
disekolah, disamping melanjutkan penanaman kebiasaan dan norma-norma hidup
sehat kepada murid, juga memberikan pengetahuan kesehatan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


3. Pendidikan kesehatan di masyarakat, yang dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan
organisasi masyarakat.Jadi, pendidikan kesehatan adalah suatupenerapan konsep
pendidikan didalam bidang kesehatan, maka pendidikan kesehatan dapat didefenisikan
sebagai usaha atau kegiatan untuk membantuindividu, kelompok atau masyarakat
dalam meningkatkan kemampuan(perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara
optimal. Adapun hasil dari pendidikan kesehatan tersebut, yaitu dalam bentuk
perilaku yang menguntungkan kesehatan. Baik dalam bentuk pengetahuan dan
pemahaman yang positif terhadap kesehatan, yang akhirnya diterapkan dalam tindakan-
tindakan yang menguntungkan kesehatan.

Hidup sehat harus dimulai dari “diri sendiri”.

Dapat dikatakan bahwa kesehatan yang kita miliki adalah karena “upaya” kita sendiri.
Oleh sebab itu kesehatan perorangan atau kesehatan pribadi memegang peranan penting.
Kesehatan pribadi adalah kesehatan bagian-bagian tubuh kita masing-masing yaitu meliputi;
kesehatan kulit rambut dan kuku kesehatan mata, hidung, telinga mulut dan gigi, tangan dan
kaki, memakai pakaian yang bersih serta melakukan gerak dan istirahat. Berbagai macam
penyakit dapat dicegah dengan menjaga kebersihan. Oleh sebab itu, memelihara kesehatan
pribadi dimulai dengan memelihara kebersihan bagian-bagian tubuh kita. Perlu diperhatikan
pula masalah pengaruh sinar matahari pada kulit kita. Diwaktu pagi hari, sinar matahari berguna
untuk kulit, yaitu mengubah pro vitamin D menjadi vitamin D yang penting bagi kulit. Tetapi
berjemur atau berpanas-panasan secara berlebihan di bawah sinar matahari yang terik tidak
baik bagi kulit dan kesehatan. Dalam jangka waktu yang panjang, sinar ultraviolet dalam sinar
matahari, dapat menembus sampai lapisan epidermis dan dapat menyebabkan kanker kulit.

Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja bagi penyediaan energi untuk tubuh
kita, tetapi juga merupakan kebutuhan penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup.
Makanan menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan untuk berbagai proses didalam tubuh kita.
Perlu diketahui, bahwa tidak ada makanan yang mengandung semua zat gizi secara komplit.
Oleh sebab itu, kita perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan untuk menjamin terpenuhinya

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


kecukupan zat-zat gizi yang kita butuhkan, yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Disinilah perlunya setiap orang menerapkan hidangan gizi seimbang. Hidangan gizi seimbang
adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang
dikonsumsi seseorang dalam satu hari secara seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Ini
dapat dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan dalam menu kita sehari-hari.
Keadaan ini nanti akan tercermin dari derajatkesehatannya, tumbuh kembangnya (pada anak-
anak) serta produktivitasnya yang optimal. Selain itu, makanlah sesuai usia. Apabila kita sudah
memasuki usia lanjut (Lebih dari 50 tahun) kita membutuhkan makanan yang lebih sedikit. Oleh
sebab itu, kita perlu mengurangi lemak, gula, dan tepung atau karbohidrat. Selain sesuai usia,
makanlah sesuai kebutuhan, tidak berlebihan.Orang yang tidak bekerja keras membutuhkan
lebih

sedikit makanan daripada orang yang bekerja keras. Untuk mendapatkan berat badan yang
sehat, perlu diperhatikan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran energi. Artinya bila kita
makan terus menerus melebihi kebutuhan tubuh kita atau tidak seimbang dengan aktivttas fisik
yang klta lakukan, maka akan terjadi kelebihan energi. Semua ke lebihan energi akan diubah
menjadi lemak sehingga kita akan mengalami kegemukan.

Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu,
kondisi lingkungan perlu benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Kesehatan
lingkungan harus dipelihara agar mendukung kesehatan setiap orang yang hidup di sekitarnya.
Memelihara berarti menjaga kebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi sumber penyakit.

Dalam memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan ada 3 faktor yang harus-
pertama-tama diperhatikan, yaitu : Tersedianya air bersih, Pembuangan sampah dan air limbah,
Menjaga kebersihan dan kesehatan kamar mandi, jamban atau WC . Selain faktor tersebut,
kualitas udara perlu juga mendapat perhatian. Karena kualitas udara dalam suatu ruangan
merupakan ukuran dari keamanan setiap orang yang berada atau bekerja di ruangan tersebut.
Bila seseorang telah lama berada atau bekerja dalam bangunan yang udaranya tercemar, ia
dapat mengalami apa yang disebut Sick Building Syndrome atau Sindroma Penyakit Bangunan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Keluhan-keluhan yang timbul adalah sering sakit kepala, mual, sesak bernafas selalu letih dalam
mengantuk, timbul gangguan-gangguan kulit dan gejala-gejala mirip influenza.

Selain hal-hal yang perlu kita lakukan dalam rangka memelihara kesehatan diri kita
sendiri, ada satu hal yang perlu kita lakukan juga, yaitu pemeriksaan kesehatan secara berkala
Dengan pemeriksaan kesehatan ini maka kemungkinan adanya gangguan kesehatan atau
gangguan penyakit akan diketahui lebih dini atau lebih awal. Sehingga pengobatannya akan
lebih mudah daripada bila penyakitnya sudah parah. Bagi mereka yang dibawah 40 tahun,
pemeriksaan kesehatan cukup dilakukan 2 tahun sekali. Tetapi bagi mereka yang berumur 40
tahun keatas, sebaiknya melakukannya satu tahun sekali. Pemeriksaan kesehatan berkala
dengan memeriksakan diri pada tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada (rumah sakit,
klinik).

Beberapa kebiasaan buruk yang perlu dihindari adalah :1) Jangan merokok, karena asap
yang ditimbulkan dari merokok sangat membahayakan kesehatan paru-paru, baik bagi si
perokok maupun orang-orang disekitarnya.Tidak benar bila berhenti merokok dapat bertambah
berat badan. Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan pengaturan makanan dan
latihan jasmani yang teratur. Tidak benar merokok dapat membantu memusatkan dan
menjernihkan pikiran. Hal yang terjadi justru sebaliknya, merokok dapat merusak kerja sistem
syaraf kita. 2) Jangan minum alkohol dan makan obat terlarang, karena dapat mengakibatkan
hilangnya kesadaran, kecanduan dan ketergantungan. Alkohol dan obat terlarang dapat
merusak lambung, hati jantung dan sistem syaraf. 3) Jangan mengadakan kontak langsung atau
bergaul rapat dengan orang yang menderita penyakit menular. 4) Jangan memakai
perlengkapan pribadi orang lain, seperti handuk, pakaian, sendok,piring, sikat gigi, sisir, apalagi
milik penderita penyakit menular

5) Jaga kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan 6) Jangan melakukan hubungan seksual
diluar nikah atau berperilaku seksual yang menyimpang (homoseks, seks bebas), karena dapat
terkena penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV AIDS.

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan adalah semboyan yang paling tepat dalam
usaha kesehatan masyarakat sekaligus dalam meningkatkan status kesehatan. Salah satu upaya

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


dalam meningkatkan kesehatan adalah melalui pendidikan kesehatan dan penerapan pola hidup
sehat. Pendidikan kesehatan dan penerapan pola hidup sehat yang sudah dibina sejak dini pada
setiap manusia Indonesia akan menghasilkan generasi masa depan yang berkualitas, baik mental
maupun fisik,seperti kata pepatah .”Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”‘. Saat
ini, sudah saatnyalah kita menanamkan pola pikir paradigma sehat, seperti yang diinginkan oleh
visi pembangunan kesehatan masa depan, pada seluruh masyarakat, khususnya penentu
kebijakan.

Sumber :

Anonim, 2011. Meingkatkan Derajat Kesehatan Melalui Pendidikan Kesehatan dan Penerapan
Pola Hidup Sehat. Diakses Mei 2013.
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/10/17/meningkatkan-derajat-kesehatan-
melalui-pendidikan-kesehatan-dan-penerapan-pola-hidup-sehat-404056.html

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI VII

PEMERIKSAAN FISIOTERAPI PADA KESEHATAN MASYARAKAT


A. PENGERTIAN FISIOTERAPI
Menurut KEPMENKES 1363, Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis),
pelatihan fungsi, komunikasi.

Fisioterapis secara khusus memandang tubuh dan kebutuhan potensi gerak merupakan
pusat penentuan diagnosis dan strategi intervensi dan konsiten dengan bentuk apapun dimana
praktek fisioterapi dilakukan.

Fisioterapis dalam melaksanakan praktik fisioterapi berwenang untuk melakukan ;

a)Asesmen fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan evaluasi

b)Diagnosa fisioterapi

c)Perencanaan fisioterapi

d)Intervensi fisioterapi

e)Evaluasi/re-evaluasi/re-asesmen.

B. DIMENSI PELAYANAN FISIOTERAPI


Dimensi pelayanan fisioterapi meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan dan pemulihan gangguan sistem gerak, dan fungsi dalam rentang
kehidupan dari praseminasi sampai ajal, yang terdiri dari upaya-upaya:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. Promotif dan Preventif, pelayanan fisioterapi dapat dilakukan pada pada pusat kebugaran
/spa, pusat kesehatan kerja, sekolah kantor, pusat/panti usia lanjut, pusat olah raga, tempat
kerja/industri, dan pada pusat-pusat perbelanjaan/pusat-pusat pelayanan umum.

2. Kuratif dan Rehabilitatif, pelayanan Fisioterapi dapat dilakukan pada Rumah Sakit, Rumah
Perawatan, Panti Asuhan, Pusat Rehabilitasi, Tempat Praktik, Klinik Privat, Klinik Rawat Jalan,
Puskesmas, Pusat Pendiikan dan Penelitian.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN FISIOTERAPI


Berdasarkan ruang lingkup pelayanan fisioterapi dan tuntutan kebutuhan masyarakat
serta globalisasi maka pelayanan fisioterapi dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat baik
yang bersifat umum ataupun kekhususan seperti berikut ini:

a. Fisioterapi Kesehatan Wanita

b. Fisioterapi Tumbuh Kembang

c. Fisioterapi dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

d. Fisioterapi Usia Lanjut

e. Fisioterapi Olah Raga

f. Fisioterapi Kesehatan Masyarakat

g. Fisioterapi Pelayanan Medik

D. ASSESSMENT YANG DILAKUKAN BERUPA :

 Pengambilan data keluarga (wawancara, pengamatan, pemeriksaan, screening


keluarga)
 Diagnose fisioterapi keluarga : merupakan pernyataan/label, menggambarkan
multi dimensi keadaan keluarga, dari tingkatan basis hingga fungsi, keluhan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


kebanyakan berupa impact of a condition on functional at level of the system
axpecially the movement system and at the whole person.
Rencana fisioterapi pada pelayanan masyarakat haruslah dimengerti, disadari,
disepakati bersama, dn mampu melaksanakan sehingga dicapai hasil yang maksimal.

a. Jangka pendek :
 keadaan yang mengancam
 menunjang pada jangka panjang
b. Jangka panjang :
 Perubahan perilaku
 Perubahan perilaku dari yang merugikan menjadi menguntungkan

Asesmen termasuk pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata atau yang
berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi
kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history taking), skreening, test
khusus, pengukuran dan

evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam sebuah proses
pertimbangan klinis.

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan


masyarakat, yaitu:

1. Perilaku

2. Lingkungan

3. Keturunan

4. Pelayanan Kesehatan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh
pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas
sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.

Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan
yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit
jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain lain. Perilaku /
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit
saluran cerna seperti mencret mencret dan lainnya.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan
upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan
jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit
rumah sakit baru di setiap kabupaten / kota.

Upaya meningkatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat secara


langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan masyarakat
(Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu.

Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan


yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk
pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi
rumah sakit.

Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas tidak


berdiri sendiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan
harus dilaksanakan secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang
dilaksanakan harus bersifat komprehensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus
mencakup upaya preventif / promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Prinsip dasar pelaksanaan fisioterapi kesmas adalah:

a. Meningkatkan kemandirian
b. Menekankan upaya promotif dan preventif
c. Konsisten dan berkesinambungan
d. Peran serta aktif anggota kelompok
e. Pembinaan perubahan perilaku kesehatan
f. Pembinaan kader organisasi
g. Menuju self supporting
h. Dasar community development
Tujuan dalam pelaksanaan fisioterapi kesmas :

a. Five level of prevention


b. Peningkatan kesehatan (health promotion)
c. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu(general and specific
proection)
d. Menegakkan diagnose secara dini dan pengibatan yang tepat (early diagnosis and
prompt treatment)
e. Pembatasan keterbatasan (disability limitation)
f. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Peran fisioterapi dalam pelaksanaan fisioterapi kesmas :

a. Pemberi pelayanan fisioterapi


b. Sebagai health educator : sangat penting bagi seorang fisioterapi saat berhadapan
dengan masyarakat luas untuk memberikan edukasi untuk jangka pendek maupun
panjang, dari bagaimana caranya, kapan dilakukan, hingga fungsi dan tujuan dilakukan
edukasi tersebut.
c. Sebagai helth monitor
d. Coordinator
e. Innovator
f. Organisator

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


g. Role model
h. Fasilitator
i. Manager
Pada masyarakat, ditemukan beberapa jenis kelompok, diantaranya kelompok besar
masyarakat, dan kelompok kecil berupa keluarga.

a. Kelompok besar masyarakat


Assessment berupa identitas kelompok, wawancara dan pengamatan, test khusus,
screening keluarga, pemeriksaan. Analis dilakukan secara sistematis sesuai dengan
susunan permasalahannya.
Diagnose fisioterapi pada kelompok ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan
menyatakan hasil dari proses pertimbangan/pemikiran klinis, dapat berupa pernyataan
keadaan disfungsi gerak, dapat meiputi/ mencakup kategori kelemahan, limitasi fungsi,
atau disability.
b. Keluarga
 Masalah yang sering muncul : masalah keturunan, kemampuan mendapatkan
pelayanan kesehatan, perilaku, dan limgkungan.
 Yang beresiko terganggu gerak dan fungsi tipologi masalah yaitu ancaman
kesehatan, penyakit keturunan, penyakit menular, resiko kecelakaan, gizi
keluarga, stress keluarga, sanitasi, kebiasaan, sifat pribadi keluarga, peran dalam
keluarga, dan imunisasi.
 Tipologi masalah: kurang sehat/tidak sehat (keadaan sakit/kegagalan tumbang),
situasi kritis (perkawinan, kehamilan, persalinan, nifas, menjadi orang tua,
penambahan anggota, abortus, dll)
 Ketidakmampuan keluarga : tidak mampu mengenali masalah kesehatan, tidak
sanggup mengambil keputusan, tidak mampu merawat, tidak mampu
memelihara lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Diagnosa Fisioerapi ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan menyatakan hasil dari
proses pertimbangan/pemikiran klinis, dapat berupa pernyataan keadaan disfungsi gerak, dapat

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


meliputi/mencakup kategori kelemahan, limitasi fungsi, kemampuan /ketidakmampuan, atau
sindrom

FT dalam kelompok (Johanes Hardjono)

Kelompok

• Wadah tertentu - kehidupan bersama


• Hubungan, pemimpin dan dipimpin
• usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sakit tertentu, resiko tertentu
• Masalah bersama, Kebutuhan bersama kelompok
• Fungsi kelompok
• Kematangan kelompok
• Kepribadian kelompok

Kelompok khusus

• Kelompok masyarakat
• Ancaman gerak & fungsi
• Gangguan gerak dan fungsi
• Resiko lebih jelek
• Menggangu orang lain
• Menular orang lain

Klasifikasi

• Asma
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
• Stroke
• Osteoporosis
• hamil
• sex
• Pekerja
• Anak sekolah

Sumber :

KEPMENKES 1363 Pasal 12

http://remizapratama.blogspot.com/2011/01/apakah-fisioterapi-itu.html

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI VIII

INTERVENSI FISIOTERAPI KESEHATAN MASYARAKAT

A. Upaya Kesehatan
Menurut undang-undang kesehatan RI, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diperlukan penyelenggaraan upaya kesehatan dengan pendekatan :

1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif)


2. Pencegahan penyakit (prefentif)
3. Penyembuhan penyakit (kuratif)
4. Pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan.
Usaha-usaha kesehatan masyarakat meliputi program-program pelayanan kesehatan dasar, di
antaranya :

1. Program kesehatan ibu dan anak


2. Program pemberantasan penyakit menular
3. Keluarga berencana
4. Program hygiene sanitasi lingkungan
5. Hygiene perusahaan dan keselamatan kerja
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Program gizi masyarakat
8. Pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan sekolah
10. Usaha kesehatan gigi, mata, dan jiwa
11. Usaha-usaha farmasi dan laboratorium kesehatan
12. Statistik kesehatan
Program kesmas depkes RI program kesehatan masyarakat adalahbagian dari program
pembangunan kesehatan nasional yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


kesehatan serta mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan masyaakat. Masalah
kesehatan masyarakat Indonesia merupakan masalah kesehatan yang berupa :

1. Insiden dan prevalensinya tinggi di masyarakat


2. Insiden dan prevalensinya rendah tetapi risiko kematiannya tinggi di masyarakat.
Prinsip penanggulangan masalah kesehatan masyarakat merupakan kombinasi dari intervensi
kesehatan masyarakat (utama) dan intervensi medis (tambahan). Intervensi kesehatan
masyarakat mencakup :

1. Intervensi perilaku
2. Intervensi lingkungan
3. Intervensi managemen
Lingkup program kesehatan masyarakat mencakup bidang yang luas. Untuk ditjen bina kesmas,
lingkup program tersebut dibatasi pada :

1. Program kesehatan keluarga


2. Program kesehatan komunitas
3. Program kesehatan jiwa masyarakat
4. Program gizi masyarakat
5. Program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Penanggung jawab dalam
penyelenggaraan program kesehatan masyarakat adalah pemerintah pusat/daerah
karena :
a. Menyangkut hajat hidup orang banyak
b. Peran dan keterlibatan swasta canderung kecil karena terkait dengan kecilnya
peluang mendapatkan keuntungan penyelenggaraan program kesehatan
masyarakat.
Tingkatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat di antaranya :

1. Tingkat pertama : Puskesmas dan jaringannya


2. Tingkat kedua : dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Tingkat ketiga : dinas kesehatan propinsi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Bagi masyarakat awam -yang tak memerlukan terapi di ruangan fisioterapi, fisioterapi
mungkin dianggap sebagai sesuatu yang kurang dekat dengan dirinya. Padahal fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan baik untuk individu, dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak, dan fungsi tubuh sepanjang daur
kehidupannya, dengan menggunakan penangan secara manual, peningkatan gerak, peralatan,
dan pelatihan fungsi serta komunikasi. Menurut Purnomo, SStFT, SKM, menyebutkan meskipun
fisioterapi sangat menunjang pemulihan kesehatan seorang pasien, tetapi dalam kenyataannya
kemajuan bidang fisioterapi di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain.

Departemen kesehatan RI menyusun pedoman penyusunan program kebijakan berupa :

1. Peningkatan jumlah, jaringan, dan kualitas puskesmas


2. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan
3. Pengembangan system jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin
4. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat
5. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini
6. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan dasar
Pedoman penyusunan program departemen kesehatan pencapaian/target :

1. Meningktkan UHH : 66,2 menjadi 7,6 tahun


2. Menurunkan AKB : 35 menjadi 26 per 1000 keluarga hidup
3. Menurunkan AKI : 307 menjadi 226 per 100.000 keluarga hidup
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita
Visi masyarakat sehat dan mandiri menuju Indonesia sehat 2010 suatu gambaran
masyarakat yang ingin dicapai dalam perwujudan Indonesia sehat 2010, yaitu masyarakat
yang terbentuk dari perorangan, keluarga, dan komunita yang sehat serta secara mandiri
mampu memelihara kesehatannya.

Misi :

1. Meningkatkan status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas, dan masyarakat

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2. Menanggulangi berbagai masalah kesehatan masyarakat sesuai dengan skala prioritas
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan
3. Menggalang kerjasama dengan berbagai potensi untuk penyelenggaraan program
kesehatan masyarakat
4. Meningkatkan peran serta dan kemandirian
Strategi untuk mencapai masyarakat yang sesuai dengan visi dan misi, antara lain :

1. Memberdayakan perorangan, keluarga, dan masyarakat untuk hidup sehat secara


mandiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan
2. Membangun kemitraan (kerjasama lintas sektoral) dengan berbagai pelaku
pembangunan kesehatan
3. Memanfaatkan teknologi tepat guna yang efektif dan efisien
4. Meningkatkan akses, jangkauan, dan mutu program kesehatan masyarakat
pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat.
Pemberdayaan perorangan minimal berperilaku hidup sehat sebagai contoh bagi
masyaraka sekitar, maksimal secara aktif sebagai kader kesehatan. Pemberdayaan
kelompok, pada di bidang kesehatan khususnya pada lembaga pemberdayaan masyarakat
(LSM) adalah :

a. to serve : untuk melayani masyarakat luas mengenai kebutuhan kesehatan dan


penyuluhan tentang kesehatan
b. to advocacy
c. to watch : untuk mengamati masyarakat terutama kaum menengah ke bawah mengenai
keperluan kesehatan.
Bagi masyarakat luas, terutama Lembaga Perwakilan Masyarakat di bidang kesehatan
bertugas untuk membentuk Badan Penyantun Kesehatan Kecamatan, Konsil Kesehatan
Kabupaten/Kota, Konsil Kesehatan Propensi

Pokok-Pokok Program Depkes di bidang kesehatan masyarakat secara umum adalah :

1. Meningkatkan program kesehatan masyarakat prioritas nasional dan spesifik lokal

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2. Meningkatkan, akses, jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana
3. Meningkatkan, akses, jangkauan dan mutu pelayanan puskesmas dan jaringannya
4. Meningkatkan manajemen dan sumberdaya program kesehatan masyarakat
5. Meningkatkan kemitraan dan kerjasama lintas sektor
6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
Pemerintah membuat program-program kesehatan bagi masyarakat luas di Indonesia. Program-
program tersebut antara lain :

a. Program pemerintah dalam meningkatkan program kesehatan masyarakat prioritas


nasional dan spesifik lokal :
1. Meningkatkan program penurunan AKI, AKB dan AKABA
2. Meningkatkam program perbaikan gizi
3. Mengembangkan program spesifik lokal : kesehatan perkotaan, kesehatan
pertanian, kesehatan masyarakat nelayan, olahraga,tradisional,
penanggulangan kebutaan dan gangguan pendengaran, dll.
b. Program pemerintah dalam meningkatkan, akses, jangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan masyarakat miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana :
1. Pengembangan JPK-MM untuk yankesdas
2. Mendukung penanggulangan masalah kesmas karena bencana
3. Mengembangkan yankesmas daerah perbatasan
4. Mendukung yankesmas daerah terpencil
c. Program pemerintah dalam meningkatkan, akses, jangkauan dan mutu pelayanan
puskesmas dan jaringannya :
1. Meningkatkan operasionalisasi kebijakan dasar puskesmas di era desentralisasi
2. Menambah puskesmas secara selektif di daerah yg memerlukan dgn
memperhatikan SDM yg ada (kec pemekaran, daerah luas,dll), melalui anggaran DAK
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperbaiki sarana, menambah alkes,
mengem-bangkan program kendali mutu (prop HWS),

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


4. Mendorong peningkatan yankes luar gedung dengan mengutamakan aspek
promotif dan preventif
d. Program pemerintah dalam meningkatkan manajemen dan sumberdaya pendukung
program kesehatan masyarakat :
1. Menyusun pedoman/ acuan/ standard tehnis/ manajemen program kesmas
2. Menyiapkan peraturan/ regulasi berhubungan dgn penyelenggaraan program
kesmas
3. Meningkatkan kemampuan unit kerja keshtn di berbagai tk admn dlm pengelolaan
prog kesmas
4. Mengembangkan jaminan pemeliharaan kesehatan nonmasyarakat miskin
5. Mendorong peningkatan pembiayaan yankesmas oleh daerah
e. Program pemerintah dalam meningkatkan kemitraan dan kerjasama lintas sektor :
1. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi dukungan pengembangan program kesmas
lintas sektor dan LSM
2. Meningkatkan kerjasama dalam penyelenggaraan pembangunan nasional/ regional
yg berhubungan dengan peningkatan status kesmas
3. Mendorong peningkatan pembiayaan yankesmas
f. Program pemerintah dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya
Kesehatan Puskesmas :
1. Meningkatkan pengembangkan Posyandu : konsolidasi lintas sektor,pengembangan
bersamaan yankes gakin
2. Mengembangkan polindes : meningkatkan kemampuan manajemen, tenaga,
dukungan alkes, sarana/ prasarana
3. Mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya kesehatan masy (UKBM) lainnya
: pos upaya kesehatan kerja (UKK), dll
4. Mengembangkan badan penyantun Puskesmas,Konsil Kesehatan
Propinsi/Kabupaten/Kota

Pengelompokan Program pemerintah di bidang kesehatan masyarakat :

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. Upaya kesehatan masyarakat (kesehatan keluarga, kesehatan jiwa masyarakat,
kesehatan komunitas)
2. Perbaikan gizi masyarakat(peningkatan gizi masyarakat)
3. Kebijakan dan manajemen kesehatan (pengembangan JPK

Sumber :

KEPMENKES 1363 Pasal 12

http://remizapratama.blogspot.com/2011/01/apakah-fisioterapi-itu.html

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI IX

PENYAKIT ENDEMIC

A. PENGERTIAN
Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam
masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit
dalam komunitas / daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau
yang biasa.Sedangkan pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas
dan mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah / negara di dunia.

Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Suatu infeksi
penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut
menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak
lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponsial, suatu infeksi
dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state) suatu infeksi yang
dimulai sebagai suatu epidemik pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik,
bergantung pada sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit
bersangkutan.

Dalam bahasa percakapan, penyakit endemik sering diartikan sebagai suatu penyakit
yang ditemukan pada daerah tertentu, sebagai contoh AIDS sering dikatakan “endemik” di
Afrika. Walaupun kasus AIDS di Afrika masih terus meningkat (sehingga tidak dalam keadaan
tunak endemik) lebih tepat untuk menyebut kasus AIDS di Afrika sebagai suatu epidemi.

1. Epidemi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit
pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang
menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi
berasal dari bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata
lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah
kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incide
rate (laju timbulnya penyakit).

Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama
dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

2. Endemi

Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada
suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang
artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi
tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.

3. Pandemi

Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga
syarat berikut telah terpenuhi :

• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,

• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.

Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker
menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena
tidak ditularkan.

B. PENCEGAHAN TERHADAP MACAM-MACAM PENYAKIT ENDEMIK

Penyakit endemik merupakan penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup
tinggi pada suatu populasi. Adapun Macam-macamnya antara lain:

1. Anthrax
Anthrax merupakan penyakit hewan yang dapat menular pada manusia dan bersifat
akut. Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Penularannya bisa melalui kontak
langsung spora yang ada di dalam tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit
(kulit, daging, tulang atau darah).
Penyakit anthrax termasuk kelompok penyakit yang dapat menular dari hewan
kepada manusia (zoonosis). Penyakit ini paling sering menyerang hewan ternak seperti
sapi, kambing, kuda dan babi. Bila situasi lingkungan cocok bagi pertumbuhan kuman,
misalnya karena tergenang air, bacillus anthracis akan mudah muncul dan menyerang
hewan dan bersifat bahaya laten.

Upaya pencegahan:

 Menghindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan
yang dicurigai terkena anthrax.
 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
 Mencuci buah-buahan atau sayur-sayuran sebelum dimakan.
 Memasak daging sampai matang sempurna.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Melakukan vaksinasi anthrax dengan cara yang selektif.
2. Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang mirip flu. Gejalanya antara lain: demam, radang
tenggorokan, disertai bintik-bintik merah di kulit. Gejalanya yang khas adalah radang
persendian dan kadang-kadang terjadi pendarahan ringan. Chikungunya umumnya
terjadi dalam waktu 3-7 hari. Penderita chikungunya umumnya membungkuk karena
badannya sakit akibat radang persendian. Penyebab chikungunya adalah virus
chikungunya (CHIKV) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Upaya pencegahan:

 Selalu bersihkan lingkungan rumah agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk
sehingga bebas dari nyamuk Aedes aegypti.
 Periksa rumah dan lingkungan sekitar sekurang-kurangnya seminggu sekali untuk
memastikan tidak ada pembiakan nyamuk Aedes aegypti.
 Segera memeriksakan diri ke klinik atau Rumah sakit terdekat apabila mengalami tanda
dan gejala penyakit chikungunya.
3. Demam berdarah (DB)
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyebab utama penyakit demam
berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae.

Upaya pencegahan:

 Membersihkan saluran pembuangan limbah, drainase, dan sampah.


 Mungubur barang-barang bekas yang menjadi habitat perkembangan jentik-jentik
nyamuk.
 Menjaga kebersihan lingkungan.
4. Diare
Diare merupakan sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Diare kebanyakan
disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria.
Faktor yang dapat mempengaruhi diare antara lain:
 Lingkungan gizi dan kependudukan.
 Pendidikan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat.
 Peradangan usus karena: bakteri, virus, parasit (cacing, jamur, protozoa), keracunan
makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia, kurangnya
gizi, Alergi terhadap susu, immuno defesiensi.
 Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam
seseorang yang tidak cukup makan.
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan
rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat
timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut sering berbunyi.

Upaya pencegahan:

 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.


 Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai buang air besar.
 Usahakan meminum air yang sudah direbus hingga mendidih agar semua bakteri
penyakit tidak masuk ke dalam tubuh.
 Segera bersihkan tempat tinggal dari sisa sampah.
 Segera buang tumpukan sampah agar tidak menggunung dan jadi sarang penyakit.
4. Flu Burung

Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza.
Penularan virus ini melalui hewan ternak seperti: ayam, itik, burung dan unggas. Virus ini hidup
dalam saluran pencernaan dan dikeluarkan bersama kotoran. Penularan terjadi dari kotoran
secara oral atau melalui saluran pernapasan.

Gejalanya adalah seperti erkena flu biasa, yang ditunjukkan dengan batuk, demam,
lemas, sakit kepala, nyeri otot, sesak, beringus, sakit tenggorokan, sesak napas kadang-kadang
disertai dengan diare, tetapi kondisinya cepat menurun drastis. Serangan yang lebih berat

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


umumnya diiringi dengan radang tenggorokan dan mual. Masa inkubasi flu ini berlangsung
sekitar 1-2 hari.

Upaya pencegahan:

 Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sebelum dan sesudah melakukan
suatu pekerjaan.
 Menjaga kebersihan lingkungan.
 Rajin membersihkan diri.
 Menggunakan masker atau kacamata khusus pada saat berhubungan dengan hewan
ternak yang rentan terkena flu burung.
 Membakar atau menanam kotoran unggas.
 Mencuci alat-alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan.
 Mengonsumsi daging unggas yang telah dimasak dengan suhu 8000C selama satu menit,
sedangkan telur unggas dipanaskan dengan suhu 6400C selama lima menit.
5. Malaria
Malaria merupakan penyakit infeksi yang tidak hanya menyerang manusia melainkan
mahluk hidup lainnya seperti unggas, primata, hewan melata bahkan hewan pengerat.
Secara epidemiologi, infeksi malaria terhadap manusia dapat menyerang tanpa
memandang usia dan jenis kelamin karena penularan penyakit malaria merupakan
penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang membawa
mikroorganisme uniselular berupa protozoa parasit yang tergolong dalam golongan
Plasmodium.
Gejalanya adalah demam yang menggigil, muka pucat, dan pembesaran organ.
Faktor yang dapat menyebabkan penyebaran malaria antara lain:

 Pertumbuhan penduduk yang cepat.


 Migrasi (perpindahan penduduk).
 Sanitasi yang buruk.
 Pembukaan lahan yang baru.
Upaya pencegahan:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Memakai obat pengusir nyamuk.
 Menjaga kebersihan lingkungan.
5. Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis (TB). Sebagian besar penyakit ini menyerang paru-paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya. Penularannya melalui penderita TB positif. Pada saat batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman dalam bentuk percikan dahak. Percikan dahak
tersebut yang mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis (TB) dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi jika udara tersebut terhirup
ke dalam saluran pernapasan.

Gejala umum penyakit ini ialah batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga minggu
atau lebih, dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah,
nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan, berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, dan demam lebih dari sebulan.

Upaya pencegahan:

 Tidak meludah di sembarang tempat.


 Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk
menjaga terjadinya penularan penyakit.
 Jaga jarak aman terhadap penderita TB positif.
 Kesehatan badan harus sering dijaga supaya sistem imun senantiasa terjaga dan kuat.
 Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem
kekebalan tubuh.
 Sering-seringlah berolahraga supaya tubuh kita selalu sehat.
 Lakukan imunisasi terhadap bayi
C. Penyebaran Penyakit Endemik
Kondisi endemic merupakan kondisi dimana penyakit menyebar pada suatu wilayah pada kurun
waktu yang sangat lama. Kondisi endemic tersebut dapat terjadi pada penyekit measeles,
mumps, rubella, dan poliomyelitis. Karena penyakit tersebut berada pada waktu yang lama

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


maka perubahan populasi terjadi karena kelahiran dan kematian. Oleh karena itu kelahiran dan
kematian sangat diperhatikan dalam penyebaran penyakit ini.

Sumber :

Jevusca. 2008. Macam-macam Penyakit Endemik dan Pengertiannya. Diakses Agustus 2013.
(http:// Jevusca.com/2008/05/07. Macam-macam-Penyakit-Endemik-dan-
Pengertiannya.html?m=1)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MATERI X

KONSEP DASAR ILMU GIZI

A. PENGERTIAN

Beberapa Pengertian atau Istilah Dalam Gizi antara lain sebagai berikut:

1. Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh.

2. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-
proses kehidupan.

3. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan energi.

4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.

5. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/
ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan
ke dalam tubuh.

6. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.

7. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa berkaitan
dengan makanan dan tubuh manusia.
Dalam bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan.

Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :

1. Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam
tubuh).

2. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang
karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.

Sejarah Perkembangan Ilmu GiziBerdiri tahun 1926, oleh Mary Swartz Rose saat
dikukuhkan sebagai profesor ilmu gizi di Universitas Columbia, New York, AS. Pada zaman
purba, makanan penting untuk kelangsungan hidup. Sedangkan pada zaman Yunani, tahun
400 SM ada teori Hipocrates yang menyatakan bahwa makanan sebagai panas yang
dibutuhkan manusia, artinya manusia butuh makan.

Beberapa penelitian yang menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu, antara
lain:

1. Penelitian tentang Pernafasan dan Kalorimetri – Pertama dipelajari oleh Antoine Lavoisier
(1743-1794). Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan
yang meliputi proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Kemudian berkembang hingga
awal abad 20, adanya penelitian tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan
pokok.

2. Penemuan Mineral – Sejak lama mineral telah diketahui dalam tulang dan gigi. Pada tahun
1808 ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault menemukan zat besi sebagai zat
esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990), menemukan cairan tubuh perlu konsentrasi
elektrolit tertentu. Awal abad 20, penelitian Loeb tentang pengaruh konsentrasi garam
natrium, kalium dan kalsium klorida terhadap jaringan hidup.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


3. Penemuan Vitamin – Awal abad 20, vitamin sudah dikenal. Sejak tahun 1887-1905 muncul
penelitian-penelitian dengan makanan yang dimurnikan dan makanan utuh. Dengan hasil:
ditemukan suatu zat aktif dalam makanan yang tidak tergolong zat gizi utama dan berperan
dalam pencegahan penyakit (Scurvy dan Rickets). Pada tahun 1912, Funk mengusulkan
memberi nama vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920, vitamin diganti menjadi vitamine
dan diakui sebagai zat esensial.

4. Penelitian Tingkat Molekular dan Selular – Penelitian ini dimulai tahun 1955, dan diperoleh
pengertian tentang struktur sel yang rumit serta peranan kompleks dan vital zat gizi dalam
pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel. Setelah tahun 1960, penelitian bergeser dari zat-
zat gizi esensial ke inter relationship antara zat-zat gizi, peranan biologik spesifik,
penetapan kebutuhan zat gizi manusia dan pengolahan makanan thdp kandungan zat gizi.

5. Keadaan Sekarang – Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh keturunan terhadap
kebutuhan gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan
bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Pada bidang
teknologi pangan ditemukan : cara mengolah makanan bergizi, fortifikasi bahan pangan
dengan zat-zat gizi esensial, pemanfaatan sifat struktural bahan pangan, dsb. FAO dan WHO
mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food labeling dan batas keracunan).

2. RUANG LINGKUP ILMU GIZI

Ruang lingkup cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen
(penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara
pemanfaatan makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit).
Ilmu gizi berkaitan dengan ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia,
faal, biologi molekular dan kedokteran.
Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang meliputi gizi individu, keluarga dan
masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


2. Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi

 Diluar Indonesia

- Hypoecrates (460 SM)

Menulis peranan makanan terhadap penyembuhan penyakit, yang merupakan landasan salah
satu cabang ilmu gizi, yaitu ilmu Dietetika atau gizi klinik.

- Carnaro dan Francis Bacon (abad 16)

Menyatakan makanan yang diatur dengan baik dapat memperpanjang umur, sehingga setelah
abad 16 berkembang doktrin hubungan makanan dan panjang umur.

- Vasco De Gama

Dalam pelayanan ke Indonesia tahun 1697 kehilangan 0,5 ABK akibat scorbuit (sariawan). Baru
abad 20 diketahui bahwa scorbut karena kekurangan vitamin C.

- Lavoiser dan Laplace (1762)

Melakukan percobaan binatang dengan menggunakan kalorimeter untuk mengukur pemakaian


oksiegn dan karbondioksida. Dengan penemuan ini selain dikenal sebagai Bapak Ilmu Kimia dan
Biologi, Lavoiser juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi Dunia.

- At Water (1868)

Di Amerika dia dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi Amerika, dan dikatakan pakar gizi dikenal sebagai
perumus angka faktor = 4 : 4 : 9, yaitu angka konversi perhitungan energi dari karbohidrat,
protein dan lemak.

 Di Indonesia

- Pendirian Laboratorium kesehatan

Pada tanggal 15 Januari 1888 di Jakarta oleh pemerintah kolonial Belanda didirikan laboratorium
kesehatan (Het Geneeskundig Laboratorium). Dari laboratorium ini Eijkman (1896) menemukan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


petunjuk adanya hubungan antara gejala beri-beri pada ayam dengan beras giling. Dari petunujk
tersebut Jansen dan Donath (1926) menemukan kristal vitamin B (Thiamin). Akhirnya formula
vitamin B1 ditemukan oleh R.R. Loillimus di Amerika tahun 1936. Atas rintisan itu tahun 1929
Eijkman menerima hadiah Nobel dan mendapat pengakuan sebagai perintis penemuan teori-
teori tentang vitamin.

- Pendirian Institut Voor Volksveeding/IVV (1934)

Dari lembaga ini Grijns, venderment, Janson, Donath, Van Veen melakukan penelitian
“Perintisan Penemuan Vitamin”.

- IVV berubah menjadi Lembaga Makanan Rakyat (1950)

Prof. Dr. Poorivo Soedarmo (pimpinan IMR) memulai programnya dengan pendidikan tenaga
gizi, penyuluhan gizi masyarakat dan penelitian gizi. Berkeat rintisan Prof. Poorivo pendidikan
gizi maupun ilmu gizi di Indonesia berkembang sampai saat ini. Atas jasanya Prof. Poorivo
dikukuhkan sebagai Gizi Indonesia.

- Dr. Ig. Tarwatjo, dkk (1980-an)

Melakukan penelitian tentang Hubungan Kekurangan Vitamin A dengan Resiko Kehamilan Balita
di Aceh dan Jawa Barat”.b dari penelitian ini terbukti dengan pemberian suplemen kapsul
vitamin A dosis tinggi, (200.000 i) sekali dalam 6bulan pada anak berumur 1 – 6 tahun dapat
menurunkan resiko kematian Balita 34 – 46 %. Jika pembuktian penelitian ini dapat diterima
para pakar gizi, maka Indonesia tercatat telah 2 kali berperan dalam perkembangan ilmu gizi
dunia.

Sumber :

Jauhari, Ahmad. 2013. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta : Jaya Ilmu


Erick. keperawatan ilmu gizi. http://erik-acver qincai.blogspot.com/2009/03/ilmu-gizi.html.
Diakses tanggal 03 oktober 2010.
Lusa. Konsep Dasar Ilmu Gizi . http://www.lusa.web.id/. Diakses tanggal 03 oktober 2010.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
MATERI XI

ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN OLEH TUBUH

DAN ENERGI

1. MACAM-MACAM ZAT MAKANAN DAN FUNGSINYA :


Bahan makanan yang dimakan manusia pada dasarnya dapat dikelompokkan 6 macam
berdasarkan zat terkandung didalamnya, yaitu :

 KARBOHIDRAT
 LEMAK
 PROTEIN
 VITAMIN
 MINERAL
 AIR
Zat-zat makanan tersebut memiliki 3 fungsi yaitu :

 Sebagai penghasil energi, yang bersal dari karbohidrat, lemak dan protein.
 Sebagai pembangun dan perbaikan jaringan yang rusak, berasal dari protein, vitamin
dan mineral.
 Sebagai pelindung dan pengatur kegiatan tubuh, berasal dari vitamin dan mineral.

a. KARBOHIDRAT
Karbohidrat atau Hidrat arang adalah nama umum untuk bahan yang mengandung
unsur Karbon(C), Hidrogen(H), Oksigen(O). Karbohidrat tersusun oleh ketiga unsur tersebut
dengan komposisi CnH2nOn. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber panas dan energi utama
dalam tubuh.

Karbohidrat yang kita konsumsi sehari-hari dalam bentuk du macam yaitu gula dan zat tepung.
Bahan makanan sumber karbohidrat antara lain jagung, gandum, beras, umbi-umbian, dan gula.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Bahan makanan dari sumber karbohidrat, agar muda diserap maka akan mengalami proses
pencernaan baik secara mekanik atu kimiawi.

Bahan makanan yang mengandung karbohidrat dapat diketahui dengan cara menguji bahan
makanan tersebut menggunkan zat penguji. Adanya zat tepung/amilum dalam makanan dapat
diuji dengan cara menetesi bahan makanan tersebut dengan larutan lugol dan iodine. Bila
menunjukkan warna biru sampai hitam berarti bahan makanan tersebut mengandung amilum
atau zat tepung.Sedangkan bahan makanan yang mengandung gula dapat diuji dengan larutan
Fehling A dan B (warna biru). Bahan makanan yang sudah dihaluskan atau dibuat larutan
ditetesi dengan Fehling A dan B kemudian dipanaskan. Bila larutan berubah dari warna biru
menjadi warn oranye sampai merah maka baha makanan tersebut mengandung gula.

nasi , jagung ,umbi

b. LEMAK
Lemak tersusun atas unsur Karbon(C), Hidrogen(H), dan Oksigen(O). Perbedaan antara
lemak dan karbohidrat adalah jumlah unsur O lebih sedikit, sehingga saat terjadi proses oksidasi
lemak akan memerlukan oksigen lebih banyak, akibatnya energy yang dihasilkan jauh lebih
banyak. Selain berfungsi sebagai sumber energy terbesar, lemak juga berfungsi sebagai:

 Bantalan tubuh terhadap benturan fisik


 Isolator dari pengaruh udara dingin
 Pelarut vitamin A, D, E, dan K
Lemak dikelompokkan menjadi dua kelompok menurut sumbernya yaitu :

 Lemak hewani, adalah lemak yang berasal dari hewan. Bahan makanan yang merupakan
sumber lemak hewani antara lain telur, daging, susu, keju, dan mentega. Telur Keju
Susu Daging

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Lemak nabati, adalah lemak yang berasal dari tumbuhan. Bahan makanan yang
merupakan sumber lemak nabati antara lain kacang tanah, alpokat, kemiri, minyak
wijen, dan biji bunga matahari.
kacang tanah Alpokat

Dalam proses pencernaan, bahan makanan yang mengandung lemak akan disederhanakan
menjadi asam lemak dan gliserol. Bila keperluan energy sudah tercukupi lemak akan disimpan
tubuh di bawah lapisan kulit dan sekitar organ-organ dalam.

Bahan makanan yang mengandung lemak dapat diuji keberadaannya dengan menggunakan
beberapa cara, antara lain menggunakan kertas koran dan larutan diterjen. Bahan makanan
yang akan diuji dibuat larutan, kemudian diteteskan di kertas Koran. Bila kertas tampak
transparan berarti makanan tersebut mengandung lemak. Sedangkan dengan menggunakan
deterjen, caranya bahan makanan yang sudah dibuat larutan ditetesi larutan deterjen kemudian
dikocok-kocok. Jika terbentuk elmusi putih keruh mengambang diatas, berarti bahan makanan
tersebut mengandung lemak.

c. PROTEIN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.

Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam
fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi
sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali
dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino
bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Keuntungan Protein:

 Sumber energi
 Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan
 Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi
 Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel
Protein dikelompokkan menjadi dua berdasarkan sumbernya yaitu :

 Protein hewani, adalah protein yang berasal dari hewan. Bahan makanan yang
merupakan sumber protein hewani yaitu telur, ikan, dan daging. Telur Ikan
 Protein nabati, adalah protein yang bersal dari tumbuhan. Bahan makanan yang
termasuk sumber protein nabati yaitu kacang kedelai, kacang panjang, dan kacang hijau
.
kacang kedelai kacang panjang

Sintese protein: Dari makanan kita memperoleh Protein. Di sistem pencernaan protein akan
diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam amino. Hal
ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam amino. Artinya
kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian
asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21
asam amino. Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam
amino itu ke setiap sel tubuh. Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA.
Ini disebut dengan DNAtranskripsi. Kemudian mRNA hasil transkripsi di proses lebih lanjut di
ribosom atau retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi. Kekurangan protein dapat
mengakibatkan (Kwashiorkor).

d. VITAMIN
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki
fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim),
vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah “vitamin”

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai dalam pengertian biokimia karena tidak memiliki
kesamaan struktur tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama
ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang
mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya
vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki
atom N.

Vitamin dibedakan dua kelompok berdasarkan kelarutannya yaitu:

 Vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K .Vitamin ini memiliki sifa
dapat disimpan dan bila jumlah yag tersedia sudah mencukupi tubuh, maka dapat
disimpan lebih lama
 Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C. Vitamin ini bila jumlahnya melebihi
kebutuhan tubuh, akan dibuang bersama urine.
Sebagai salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan memperlancar proses metabolisme tubuh,
dan tidak berfungsi menghasilkan energi. Vitamin terlibat dalam proses enzimatik. Tubuh
memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan
mengakibatkan terganggunya metabolisme di dalam tubuh kita karena fungsinya tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Kondisi kekurang vitamin disebut avitaminosis.

Pada umumnya vitamin tidak dapat dibuat sendiri oleh hewan (atau manusia) karena mereka
tidak memiliki enzim untuk membentuknya, sehingga harus dipasok dari makanan. Akan tetapi,
ada beberapa vitamin yang dapat dibuat dari zat-zat tertentu (disebut provitamin) di dalam
tubuh. Contoh vitamin yang mempunyai provitamin adalah vitamin D. Provitamin D banyak
terdapat di jaringan bawah kulit. Vitamin lain yang disintetis di dalam tubuh adalah vitamin K
dan vitamin B12. Kedua macam vitamin tersebut disintetis di dalam usus oleh bakteri.

TABEL 1. FUNGSI VITAMIN, SUMBER DAN AKIBAT

Nama Fungsi dalam tubuh Sumber Akibat defisiensi


vitamin

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


A  Membantu pertumbuhan Wortel, Alpokat, Rabun senja
 Menjaga kesehatan kulit Susu, Keju, Telur
 Membantu penglihatan
saat malam
B1  Membantu pencernaan Daging segar, hati, Beri-beri, Kerusakan Saraf
 Mencegah beri-beri Kuning telur, dan Jantung
 Mencegah gangguan Kacang hijau
saraf
B2  Membantu pertumbuhan Susu, Kuning Katarak
 Menjaga kulit agar tetap telur, Wortel,
sehat Kedelai
 Membantu oksidasi
biologis
B6  Membantu krja saraf Jagung, Ikan, Pelagra(kerusakan kulit dan
 Menjaga kesehatan kulit Daging, Telur mungkin saraf Anemia)
 Membantu pembentukan
sel darah merah
B12  Membantu pembentukan Hati, Ikan, Susu Sembelit, Anemia pernisiosa
sel darah merah
 Membantu pertumbuhan
C  Menjga tulang, gigi, dan Jeruk, Arbei, Cabe Sariawan
gusi rawit hijau,
 Mencegah skorbut Kentang

D  Mengatur kadar zat Minyak ikan, Rakitis


kapur Kuning telur,
 Memperbesar Mentega, Susu
penyerapan zat kapur
E  Mencegah kemandulan Kecambah, Kuning Tidak ada penyakit defisiensi
 Mencegah pendarahan telur, MInyak yang diketahui pada manusia
 Mencegah keguguran kelapa

K  Membantu pembekuan Sayuran hijau, Darah sukar membeku


darah Kedelai, Susu,
 Merangsang Kacang
pembentukan
protrombin dalam hati

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


e. MINERAL
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk
dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi.

TABEL 2. MACAM MINERAL, FUNGSI DAN SUMBERNYA

Nama mineral Fungsi Sumber Akibat defisiensi

Kalsium (Ca) -Membantu proses pembekuan darah Susu, telur, Rakhitis dan
sayuran, ikan osteoporosis
-Bersama magnesium membentuk tulang

Phospor (P) -Bersama kalsium membentuk gigi Telur, daging,


susu, ikan
-Bahan pembentuk tulang

Besi (Fe) -Untuk pembentukan hemoglobin Sayuran, biji Anemia


berkulit, hati

Yodium (I) -Pembentukan hormone teroksin Ikan laut, Pembesaran kelenjar


tiram, kerang gondok

Flour (F) -Mencegah kerusakan gigi dan gusi Susu, sayuran Kerusakan gigi

Kalium (K) -Membantu kontraksi otot Susu, daging,


ikan

Natrium (Na) -Membantu kontraksi otot Garam, susu,

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


daging

Belerang (S) -Membentuk rambut dan kuku Susu, daging,


ikan

f. AIR
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air
sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-
puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar,
danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus
air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi
mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak
tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga
diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa
dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan
satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya
tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air,
monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-
undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun
2004 tentang Sumber Daya Air.

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus
listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan
menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada
anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk
kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat
dituliskan sebagai berikut.
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
2H2O(l) 2H2(g)+O2(g)

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada
elektroda dan dapat Dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan
hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
hidrogen.

KESIMPULAN

Jadi dari beberapa contoh zat makanan yang dibutuhkan oleh manusia seperti
karbohidrat, lemak, protein, air, dan mineral tersebut sangat penting bagi tubuh kita.
Kesimpulan dari pengertian beberapa contoh zat adalah jika kita banyak mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat yang kita butuhkan maka tubuh kita akan menjadi sehat,
kuat dan tidak mudah terserang penyakit, contohnya wortel jika kita banyak makan wortel maka
mata kita akan lebih sehat karena mengandung vitamin A. Lalu jika kita banyak makan nasi,
minum susu, makan sayuran, telur, air, ikan dan buah maka tubuh kita banyak mengandung
karbohidrat, lemak, air, mineral, dan protein.

ENERGI

Kita ketahui bersama bahwa segala sesuatu yang kita lakukan memerlukan energi :
misalnya bermain, belajar, dan bekerja kita memerlukan energi.

1. Pengertian Energi

Energi adalah kemampuan untukmelakukan usaha. Dua contoh yang akan menunjukan
definisi ini. Anda akan merasa lelah ketika anda berlari karena anda mengeluarkan energi. Jika

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


terus berlari tanpa istrahat anda akan kehabisan energi dan ahirnya anda tidak mampu lagi
berlari. Agar mampu berlari lagi, anda harus istirahat atau bahkan harus makan. Makan
memberi anda energi kimia yang siap dibakar dalam tubuh anda untuk menghasilkan energi
yang anda perlukan untuk melakukan usaha (berlari lagi).

Mobil dapat melaju dijalan karena ada sumber energi kimia yang dikandung dalam bahan
bakar bensin. Jika bensin habis maka mobil kehabisan energi dan akibatnya mobil tidak dapat
lagi melakukan usaha (melaju lagi).

2. Energi Dapat Berubah dari Suatu Bentuk Kebentuk Lain.

Perubahan bentuk energi kebentuk yang lain dapat kitaamati didalam kehidupan sehari-
hari. Manusia dapat melakukan kegiatan karena memiliki energi didalam tubuh. Manusia
memperoleh energi dari makanan yan dimakannya. Oleh karena itu, makanan menyebabkan
manusia dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti bekerja, berolah raga, belajar, menyanyi
dan sebagainya.

Didalam tubuh, makanan yang kita makan akan bereaksi dengan zat-zat lain. Akibat
reaksi itu terjadi penguraian bahan makanan sehingga sehingga menghasilkan energi. Makanan
sesungguhnya merupakan bahan-bahan kimia alami. Didalam makanan tersimpan energi yang
disebut energi potensial kimia.

3. Pola makan sehat seorang atlet

Kebutuhan energi merupakan prioritas yang utama bagi atlet. Keseimbangan energi
untuk menjaga masa jaringan-jaringan, imun dan fungsi-fungsi reproduksi, dan penampilan
optimal atlet. Keseimbangan energi ini didefinisikan sebagai pemasukan energi (energi yang
dihasilkan dari makanan, cairan, dan produk suplement) dikali pengeluaran energi (pengeluaran
energi, basal metabolisme, efek-efek dari pemasukan makanan, dan aktivitas fisik). Dengan
pemasukan energi, lemak dan masa otot dapat digunakan oleh tubuh untuk sumber cadangan
energi.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Banyak atlet yang memerluka konsumsi enrgi yang cukup untuk menjaga berat dan
komposisi tubuh selama melakukan aktivitas atau berolahraga. Sesuai prinsip dasar ”gizi
seimbang” yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan serat.
Untuk menunjang prestasinya olahragawan memerlukan nutrisi/ zat gizi yang cukup baik
kualitas maupun kuantitas. Pada dasarnya nutrisi dikelompokkan menjadi 2 golongan yakni:
Makro Nutrisi, yaitu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah banyak (makro nutrisi)
meliputi ; karbohidrat, lemak yang berperan sebagai pemberi energi dan protein berfungsi
memelihara pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh melakukan aktivitas atau
berolahraga seperti kulit, otot dan rambut. Pengelompokkan zat gizi yang Kedua adalah mikro
nutrisi yaitu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit (mikro nutrisi) meliputi:
vitamin dan mineral yang berperan memperlancar berbagai proses di dalam tubuh.
Atlet diharuskan makan lebih banyak daging, telur, ikan, ayam, dan bahan makanan
sumber protein lainnya, karena menurut teori, protein akan membentuk otot yang dibutuhkan
atlet. Hasil penelitian mutakhir membuktikan bahwa bukan ekstra protein yang membentuk
otot, melainkan latihan. Latihan yang intensif yang membentuk otot. Untuk membangun dan
memperkuat otot, anda harus memasukkan latihan resistan seperti angkat besi di dalam
program latihan.

Agar cukup energi yang dikonsumsi untuk latihan pembentukan otot, makanan harus
mengandung 60% karbohidrat dan 15% protein dari total energi. Kedengarannya aneh, tetapi
sesungguhnya seorang atlet binaragawan dan pelari marathon dapat mengkonsumsi makanan
dari hidangan yang sama. Seorang binaragawan cenderung berotot lebih besar dari pelari,
karena itu ia membutuhkan lebih banyak energi.

Makanan yang terbaik untuk atlet harus mensuplai cukup protein tetapi tidak
berlebihan untuk keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot yang aus, produksi
hormon, dan mengganti sel-sel darah merah yang mati dengan yang baru. Seringkali atlet
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, sehingga mereka mendapatkan dobel
dari kebutuhannya. Kebutuhan protein bagi individu yang bukan atlet berkisar antara 0.8-1 g/ kg
BB/ hari dengan perbandingan protein hewani terhadap nabati 1:1. Kebutuhan protein untuk
seorang atlet yang masih aktif berlatih, sedikit meningkat, mencapai 1-1,2 g/ kg BB/ hari. Bagi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


atlet yang sedang meningkatkan power dengan memperbesar serabut otot (misalnya pada
latihan anaerobik serta atlet yang masih dalam masa pertumbuhan), kebutuhan terhadap
protein lebih meningkat lagi tetapi tidak lebih dari 2 g/ kg BB/ hari. Pemberian protein yang
melebihi kebutuhan akan menyebabkan protein kelebihan itu akan diubah menjadi lemak
tubuh. Selain itu protein yang diberikan secara berlebihan menyebabkan kebutuhan akan air
meningkat. Menu yang banyak mengandung protein sering merupakan pilihan utama bagi para
atlet. Mungkin hal ini disebabkan pengetahuan bahwa otot dibangun oleh protein sehingga
timbul anggapan bahwa makan banyak protein akan merangsang pertumbuhan otot dan
menambah kekuatan.

Sebetulnya suatu menu yang seimbang/ adekuat yang terdiri dari makanan biasa akan
memberikan semua protein yang dibutuhkan atlet untuk performance yang maksimal. Dari
penyelidikan Peteenhofer dan Volt ternyata bahwa pembakaran protein diwaktu latihan berat
tidak lebih tinggi dari pada waktu istirahat, juga setelah cadangan glikogen habis, sedangkan bila
latihan diteruskan tidak didapati eksresi nitrogen yang berarti. Namun pemberian protein yang
cukup tinggi dianjurkan terutama pada musim awal latihan, misalnya 1-2 bulan. Apalagi
mengingat keadaan gizi atlet sering belum memuaskan pada waktu masuk pusat latihan. Dalam
waktu permulaan ini memang banyak protein dibutuhkan selain untuk aktivitas enzim yang
optimal juga untuk membangun otot. Apalagi bagi mereka dengan olahraga yang memerlukan
pertumbuhan otot yang banyak. Diperlukan keseimbangan nitrogen yang selalu positif,
sedangkan dengan pemberian protein 1 g/ kg BB/ hari pada waktu ,latihan, keseimbangan
nitrogen positif sulit dipertahankan. Jadi dianjurkan pemberian protein 1,2-1,5 g/ kg BB/ hari
pada permulaan masa latihan, tergantung dari sifat/ macam olahraganya. Untuk olahraga yang
memerlukan banyak tenaga dianjurkan untuk lebih banyak lagi protein daripada untuk olahraga
yang mementingkan kecepatan.

Selain itu, atlet perlu memilah-milah makanan untuk kebutuhan saat akan bertanding.
Atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna oleh sistem pencernaan
contohnya makanan yang mengandung karbohidrat dan protein, seperti pisang, telur, susu, dll.
karena makanan yang mudah dicerna akan lebih cepat diproses oleh enzim-enzim pencernaan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


dan cepat mengembalikan energi puncak mereka, mengembalikan stamina, tenaga untuk kerja
otot, dan menghilangkan rasa lelah, dan membuat kenyang lebih lama.

Untuk makanan yang sulit dicerna yaitu makanan yang megandung selulosa seperti
tumbuhan-tumbuhan. Contoh lain makanan yang sulit dicerna yaitu lemak. Tetapi lemak
memiliki jumlah kalori yang besar dibandingkan zat-zat makanan yang lain. Oleh karena itu, atlet
yang mengkonsumsi makanan yang berlemak akan mendapatkan energi yang besar.

4. Hubungan sumber energi terhadap perubahan energi yang dihasilkan

Seperti telah disinggung sebelumnya, makanan yang kita makan dan minuman yang kita
minum mengandung energi kimia. Zat-zat kimia yang terkandung di dalam makanan dan
minuman tersebut dapat menghasilkan energi kimia karena di dalam tubuh kita sebenarnya
terjadi reaksi kimia yang mengubah zat-zat yang terkandung dalam makanan menjadi energi.
Energi kimia yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi akan dirubah menjadi energi gerak.

Seperti halnya seorang atlet yang memerlukan energi untuk membentuk tubuh,
menghasilkan gerak untuk berlatih atau bertanding. Seorang atlet dapat beraktifitas berkat
adanya energi yang dihasilkan dari makanan. Dalam proses pemenuhan energi diperlukan
makanan yang dapat diproses menjadi energi melalui proses pencernaan.

Sumber :

Anomim. 2008. Gizi Buruk. Diakses Mei 2013. http//www.google.com//gizi buruk//2008

Anomim. 2012. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Diakses Mei 2013.


http://makalahcyber.blogspot.com/2012/05/materi-ilmu-gizi-akg.html

http://vistabunda.com/kesehatan/13-pesan-dasar-pedoman-umum-gizi-seimbang/
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online

Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.

Almatsier, S. ”Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2006.

Moehdi, S. ” Ilmu Gizi”. Penerbit : Papasinar Sinanti. Jakarta : 2002.

Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/ November
2005: Inovasi Online

Supriasa, I. D. N., B. Bakri., I. Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006

MATERI XII
STATUS GIZI DAN GIZI TERAPAN

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Status Gizi adalah Keadaan yang diakibatkan oleh status keseim-bangan antara jumlah
asupan (“intake”) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis: (pertum-buhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliha-raan
kesehatan, dan lainnya)

Indikator Status Gizi:

Tanda-tanda yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan keseimbangan antara asupan
dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh: contoh: pertumbuhan fisik _ ukuran tubuh_antropometri
(berat badan, tinggi badan, dan lainnya)

Macam Status Gizi :

 Status Gizi Normal : keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi
dan penggunaan gizi oleh tubuh (adeequattee)
 Mallnutrition : keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun
absolut satu atau lebih zat gizi.
Ada empat bentuk:

a. Undeer nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relattif atau absolut untuk periode
tertentu.

b. Speecciffic deficiency:: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan iodium,, Fe dll

c. Over nutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu

d. Imbalance : keadaan disproporsi zat gizi,, misalnya tinggi kolesterol karena tidak imbangnya
kadar LDL,, HDL danVLDL..

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Klasifikasi status gizi berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS :

Berat badan menurut Berat badan menurut

umur (BB/U) tinggi badan (BB/TB)

Gizi lebih > 2 SD Gemuk > 2SD

Gizi baik ≤ 2 SD sampai 2 SD Normal ≥ -2 SD sampai 2 SD

Gizi kurang > -2 SD sampai ≥ -3 SD Kurus < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Gizi buruk < -3 SD Kurus sekali < -3 SD

Klasifikasi status gizi berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS :

Tinggi badan

menurut umur (TB/U)

Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD

Pendek < -2 SD

I. Antropometri Gizi Tum-Bang


 Pertumbuhan : Perubahan besar,jml,ukuran & fgs sel,jar,organ tk individu yg diukur dg
ukuran panjang, berat, umur tulang & keseimbangan metabolik
 Perkembangan : Bertambahnya kemampuan dlm struktur & fgs tubuh yg lebih kompleks
dlm pola yg teratur & dpt diramalkan
 Dipengaruhi oleh Fa Internal (Genetik )& Fa. Eksternal (Lingkungan)
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Faktor Lingkungan yang mempengaruhi tumbang :

1. Lingkungan pranatal : Gizi bumil, Mekanis, Toksin/zat kimia,endokrin, radiasi, infeksi,


stres, anoksia embrio
2. Lingkungan pascanatal : Biologis, fisik, psikosos, keluarga, adat istiadat, kepercayaan, dll

ANTROPOMETRI :

 Pengertian : ukuran tubuh


 Keunggulan :
- Alat mudah
- Dpt dilakukan berulang-ulang & objektif
- Siapa saja bisa dilatih mengukur
- Relatif murah
- Hasilnya mudah disimpulkan
- Secara ilmiah diakui kebenarannya
- Sederhana, aman, bisa sampel besar
- Tepat, akurat
- Dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu
- Bisa skrining, & evaluasi status gizi
 Kelemahan :
- Tidak sensitif & spesifik mengukur suatu zat gizi
- Bisa dipengaruhi fa diluar gizi mis :penyakit
- Bisa terjadi kesalahan pengukuran
 Jenis Parameter
- Umur
- Berat Badan
- Tinggi Badan
- Lingkar Lengan Atas : risk bila <23,5 cm

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


- Lingkar Kepala
- Lingkar dada
- Jaringan lunak (lemak sub cutan)
 Indeks Antropometri
 BB/U
-Kelebihan : Mudah, cepat dimengerti, bisa mengukur status akut & kronis, sensitif thd
perubahan, dpt mendeteksi overweight

-Kelemahan : Dipengaruhi ascites/udema, harus tahu jelas tgl lahir, sering salah dlm
pengukuran

 TB/U
-Keuntungan : alat mudah murah, fleksibel, bisa mengukur gizi masa lampau

-Kelemahan : TB lambat berubah, posisi hrs tepat, umur harus pasti

 IMT kriteria WHO


 < 16 kg/m2 : Severe Thinnes
 16 - <17 kg/m2 :
Moderate Thinnes
 17 - < 18,5 kg/m2 :
Mild Thinnes
 18,5 - <25 kg/m2 :
Normal Range
 25 - <30 kg/m2 :
Over weight
 30 - <35 kg/m2 :
Obese class I
 35 - <40kg/m2 :
Obese class II
 >40kg/m2 :
Obese class III
KLASIFIKASI STATUS GIZI

 Baku antropometri : WHO-NCHS


 Harvard :
1. Gizi lebih : overweight, obese
2. Gizi baik : well nourished
3. Gizi kurang : Under weight (mild & moderate)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


4. Gizi buruk : severe PCM
KLASIFIKASI WHO

 Gizi lebih : >120% median BB/u baku WHO-NCHS


 Gizi baik : 80%-120% median BB/u baku WHO-NCHS
 Gizi sedang : 70%-79,9% median BB/u baku WHO-NCHS
 Gizi kurang : 60%-69,9% median BB/u baku WHO-NCHS
 Gizi buruk: <60% median BB/u baku WHO-NCHS
Laki-laki & Perempuan sama

GIZI TERAPAN

Saran Nutrisi pd menopause

 Meningkatkan diet yang mengandung phytoestrogen spt susu kedele, tempe, & produk
kedele,gandum utuh, kacang2an tetapi estrogen jg memiliki dampak : meningkatkan
risiko ca mammae.
 Fokus nutrisi : Mempertahankan BB termasuk massa otot saat mencegah kelebihan
lemak dan mempertahankan kesehatan
 Penggunaan energi puncak dicapai pada masa ini kemudian diikuti penurunan scr
bertahap
 Terjadi penurunan intake 22% dari 2700 menjadi 2100 calories pada usia antara 30-80
thn
 RMR wanita turun 2-4% setelah usia 50 thn
 Energi terpakai akan tetap konstan selama massa tubuh bebas lemaknya konstan
 Setelah usia 40 thn BB laki2 terus naik 0,3 kg/thn dan wanita 0,55 kg/thn

Perubahan BB interaksi faktor2 :

 Gender : laki2 menggunakan energi 5-10% kalori lebih banyak

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 ukuran tubuh,
 asupan energi,
 level aktivitas,
 status kes,
 horman : tiroid, GH
 variasi individu

Faktor Aktifitas

 Aktivitas menetap atau mempertahankan BB = 1,2


 Aktivitas ringan = 1,3
 Aktivitas moderat/sedang = 1,5
 Aktivitas berat = 2,0
 Kebutuhan energi = RMR x Faktor aktivitas
Diet dan Kesehatan

 Menurunkan asupan total lemak hingga 30%, lemak jenuh kurang dari 10% dr total kkal,
kolesterol tidak lebih dr 300 mg/hr, Membatasi lemak tdk jenuh ganda tdk lebih dr 10%
 % atau lebih sajian sayur dan buah setiap hari
 Mempertahankan diet protein
 Menyeimbangkan asupan makan & aktivitas
 Tidak mengkonsumsi alkohol
 Batasi garam < 6 gram
 Adekuat kalsium intake
 Cegah suplemen berlebihan dari RDA
Rekomendasi Diet

 Advokasi untuk mengurangi risoko penyakit


 Mengidentifikasi kebutuhan asupan nutrisi spesifik
 Memberikan petunjuk, apa dan berap banyak diet/ yg dimakan
 Saran bahan makanan : Klasifikasi; bahan penukar; jumlah asupan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Kebutuhan : Piramid makanan
 Pertimbangkan kebudayaan dan kebiasaan makan
 Cairan : 100 ml/KgBB utk 10 Kg pertama + 50ml/KgBB utk 10 Kg berikutnya + 15
ml/KgBB berikutnya.
Faktor yg perlu diperhaikan dlm Mengkaji,mencirikan, merencanakan, menyajikan dan
menilai menu seimbang
1. Kebutuhan energi & zat gizi
2. Pemilihan jenis makanan & pengolahan disesuaikan dg data individu
3. bentuk & frekuensi makan sesuai kasus
4. keadaan sosek
5. pertimbangkan bahwa menu yg disusun jg sbg media penyuluhan gizi.

Sumber :

Lusa. Konsep Dasar Ilmu Gizi . http://www.lusa.web.id/. Diakses tanggal 03 oktober 2010.
Marsetyo.1990.Ilmu Gizi. Rineka cipta. Jakarta.
Supriasa, I. D. N., B. Bakri., I. Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Almatsier, S. ”Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2006.

Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006

Moehdi, S. ” Ilmu Gizi”. Penerbit : Papasinar Sinanti. Jakarta : 2002.

Kartasapoetra, Drs.G. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta : 2003

MATERI XIII

KECUKUPAN DAN KEBUTUHAN GIZI

1. Pendahuluan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul sebagai
akibat kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan. Kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan masalah gizi lebih yang terutama terjadi di
kalangan masyarakat perkotaan. Dilain pihak empat masalah gizi kurang seperti gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), anemia gizi besi (AGB), kurang viatmin A(KVA), kurang energi
protein (KEP) masih tetap merupakan gangguan khususnya di pedesaan.

Dengan meningkatnya taraf hidup sebagian masyarakat yang tinggal baik di perkotaan
maupun di pedesaan akan memberikan perubahan pada gaya hidup. Pemilihan makanan yang
cenderung menyukai makanan siap santap dimana kandungan gizinya tidak seimbang. Rata-rata
makanan jenis ini mengandung lemak dan garam tinggi, tetapi kandungan serat yang rendah.
Disamping itu masih banyak masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan dimana
pemenuhan kebutuhan makanan kurang sehingga timbul masalah gizi kurang. Jadi masalah gizi
yang timbul, baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh
perilaku makan seseorang yang salah yaitu tidak adanya keseimbangan antara konsumsi gizi
dengan kecukupan gizinya.

Ada pergeseran konsep standar gizi yang digunakan pada masa lalu dan masa kini. Pada
masa lalu hanya dibuat satu standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi yang dianjurkan
(recommended dietary allowances, RDA) untuk keperluan berbagai tujuan. Pada masa kini
standar gizi dibuat tidak tunggal lagi, tergantung tujuan penggunaannya, yaitu kebutuhan rata-
rata (estimated average requirement, EAR), asupan gizi yang cukup (Adequate Intake, AI),
kecukupan gizi (recommended dietary allowances, RDA), dan batas atas asupan (Tolerable
Upper Intake Level, UL). Untuk keperluan di Indonesia hasil Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VIII tahun 2004 menetapkan tiga standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi (AKG), batas atas
asupan (UL), dan acuan label gizi (ALG).

2. Masalah-masalah gizi secara umum yang sering dihadapi masyarakat


Menurut Prof Soekirman Ph.D., Guru Besar Ilmu Gizi IPB Bogor, Masalah Gizi adalah
Gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang atau masyarakat sebagai

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


akibat adanya ketidak seimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan
makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Ketidak seimbangan atau gangguan dari masalah gizi bisa karena kekurangan asupan
bisa juga karena kelebihan asupan. Dari berbagai penelitian dan pemantauan pada konsumsi gizi
masyarakat, ketidak seimbangan atau gangguan yang muncul dapat mengakibatkan :

1. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit (imunitas) yang berdampak pada


tingginya angka penyakit infeksi dan kematian bayi dan balita

2. Gangguan pertumbuhan fisik pada siklus kehidupan manusia sejak janin, bayi baru
lahir,balita yang dapat berdampak sampai dewasa

3. Gangguan perkembangan otak pada janin, bayi dan balita yang berdampak pada
kecerdasan pada usia sekolah

4. Rendahnya produktifitas kerja dan Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya

3. Jenis Masalah Gizi

Jenis masalah gizi didasarkan pada ketidak seimbangan asupan makanan terhadap
kebutuhan tubuh, yaitu yang pertama adalah ketidak seimbangan karena kekurangan asupan
dari kebutuhan tubuh dan yang kedua adalah ketidak seimbangan karena kelebihan asupan dari
kebutuhan tubuh akan zat-zat (gizi) yang terdapat dalam makanan

Jenis masalah gizi yang pertama adalah ketidak seimbangan karena kekurangan asupan
makanan dari kebutuhan tubuh biasa disebut dengan gizi yang kurang atau yang lazim disebut
dengan “gizi kurang” atau biasa juga diistilahkan dengan “kelaparan”, baik yang kentara
maupun tidak kentara. Gizi kurang juga dibedakan atas kekurangan komponen-komponen
gizinya yaitu “gizi kurang makro” dan “gizi kurang mikro”. Gizi kurang makro dikenal dengan
“kurang energy protein”. Sedang gizi kurang mikro yang banyak ditemukan atau menjadi
masalah adalah Kurang Zat Yodium, Kurang Zat Besi, Kurang Vitamin A, Kurang Zat Zeng, Kurang
Asam Folat, Kurang Vitamin B12 dan lain-lain.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Jenis masalah gizi yang kedua adalah ketidak seimbangan karena kelebihan asupan dari
kebutuhan tubuh, dikenal dengan istilah “gizi lebih”, contohnya kegemukan dan penyakit
Degeneratif. Gizi lebih ini lebih dikenal dengan “lebih Karbohirat” atau banyak makan dan juga
“lebih lemak” atau banyak makan lemak/minyak masakan. Kesemuanya dikenal dengan istilah
“energy Lebih”. Contoh penyakit gizinya, bila kelebihan Karbohidrat maka dalam darah akan
kelebihan glukosa, bila glukosa ini sempat diproses menjadi glikogen maka seseorang akan
terlihat Kegemukan, bila glukosa tidak sempat diproses menjadi glikogen alias glukosa darah
tetap tinggi maka seseorang akan menderita penyakit gula, akan lebih parah lagi bila seseorang
telah mengalami proses degeneratif. Ini terjadi juga pada keadan gizi lebih karena “lebih lemak”
atau banyak makan lemak/minyak masakan, lemak yang dimakan akan tertimbun pada pembulu
darah dan ini akan menimbulkan penyakit jantung, penyakit darah tinggi dan akibat-akibat
lainnya.

4. Pengertian Angka kecukupan gizi (AKG)

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok
umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Konsep kecukupan
energi kelompok penduduk adalah nilai rata-rata kebutuhan, sedangkan pada kecukupan
protein dan zat gizi lain adalah nilai rata-rata kebutuhan ditambah dengan 2 kali simpangan
baku(2 SD).

5. Kegunaan Angka Kecukupan Gizi

Kegunaan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan adalah sebagai berikut.

1. Untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi, makanan bagi
penduduk/golongan masyarakat tertentu yang didapatkan dari hasil survei
gizi/makanan;

2. Untuk merencanakan pemberian makanan tambahan balita maupun untuk


perencanaan institusi;

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


3. Untuk merencanakan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional;

4. Untuk patokan label gizi makanan yang dikemas apabila perbandingan dengan angka
kecukupan gizi diperlukan;

5. Untuk bahan pendidikan gizi.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Gizi

Di samping kegunaan kecukupan gizi tersebut yang mempunyai beberapa keterbatasan.


Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

2. Ukuran dan komposisi tubuh.

3. Jenis kelamin.

4. Keadaan kesehatan tubuh.

5. Keadaan fisiologis tubuh.

6. Kegiatan fisik.

7. Lingkungan.

8. Mutu makanan.

9. Gaya hidup.

Angka kecukupan gizi yang sudah ditetapkan untuk orang Indonesia meliputi energi,
protein, vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin C, tiamin, riboflavin, niacin,
piridoksin, vitamin B12, asam folat, kalsium, fosfor, magnesium, besi, seng, iodium, mangan,
selenium, dan fluor. Angka kecukupan energi tingkat nasional yang pada taraf konsumsi 2000
kkal dan taraf persediaan 2200 kkal. Sedangkan angka kecukupan protein tingkat nasional pada
taraf konsumsi 52 gram dan taraf persediaan 57 gram. Kecukupan gizi untuk pelabelan produk
makanan yang dikemas disebut dengan acuan label gizi (ALG).

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


7. Prinsip Menyusun Menu Seimbang

1. Bahan makanan mempunyai tiga fungsi bagi seseorang, yaitu fungsi biologi, psikologi
dan sosial.

2. Makanan dapat dikelompokkan menurut slogan empat sehat lima sempurna menjadi
lima golongan, yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah dan susu

3. Pemilihan bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : keadaan


psikologi, pendidikan, pendapatan, sosial budaya dan geografi

4. Dalam memilih bahan makanan perlu memperhatikan jenis dan tanda kerusakan
bahan makanan serta ciri-ciri bahan makanan yang baik

5. Pengertian menu seimbang adalah susunan hidangan beberapa macam makanan yang
mengandung energi dan zat gizi secara cukup, baik jenis maupun jumlahnya.

6. Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi
dapat terpenuhi; dapat memilih bahan makanan yang baik, dan sesuai dengan
keadaan sosial, ekonomi dan budaya; mengurangi kehilangan zat gizi selama
penyiapan makanan; serta mengurangi kebosanan akan menu makanan

7. Dalam merencanakan menu seimbang perlu memperhatikn berbagai faktor, yaitu :


kecukupan zat gizi, pemilihan bahan makanan yang baik dan sesuai , serta
penyelenggaraan makanan

8. Proses yang harus dilakukan dalam menyusun menu adalah menentukan kecukupan
gizi, menentukan hidangan, penentuan pemilihan bahan makanan, serta pengolahan
bahan makanan

8. Cara Mengukur Angka Kecukupan Gizi

Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengankondisi masing-
masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat,kebutuhan kalori/energi dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Angka Kecukupan Gizi ( AKG )
Jenis Kelamin
Ringan Sedang Berat

Laki – Laki 1,56 x BMR 1,76 x BMR 2,10 x BMR

Perempuan 1,55 x BMR 1,70 x BMR 2,00 x BMR

Prinsip untuk menentukan Angka Kecukupan Energi didasarkan pada pengeluaran energi
dimana komponen Basal Metabolic Rate merupakan komponen utama. Nilai BMR ditentukan
oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara sederhana nilai BMR dapat
ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut

Rumus untuk menaksir nilai BMR

Kelompok Umur ( Tahun ) BMR ( kkal/hari )

Laki - laki Wanita

0–3 60,9 BB + 54 61,0 B + 51

3 – 10 22,7 BB + 495 22,5 B + 499

10 – 18 17,5 BB + 651 12,2 B + 746

18 – 30 15,3 BB + 679 14,7 B + 496

30 – 60 11,6 BB + 879 8,7 B + 829

> 60 13,5 BB + 487 10,5 B + 596

Sumber : FAO/WHO/UNU, 1985 (dengan penyesuaian) (dikutip dari Widyakarya Pangan dan Gizi
VI, 1998)

Keterangan :

BB = Berat Badan (dapat digunakan actual weight atau BB ideal/norma tergantung tujuan)

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari protein dan
20% dari lemak. Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram/kgBB/hari. Konsumsi
protein yang berlebih dapat membebani fungsi ginjal. Pada kondisi tertentu, seperti gizi buruk
atau masa penyembuhan konsumsi protein dapat ditingkatkan antara 1,2-1,8 gram/kgBB/hari.
Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein dari protein nabati dan hewani dengan perbandingan
3:1. Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi orang dewasa secara
nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut:

Indikator Tingkat Konsumsi Tingkat Persediaan

Energi 2.150 K Kalori 2.500 K Kalori

Protein 46,2 gram 55 gram

(9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati)

AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa
umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4 potong, lauk nabati 2-4
potong, sayuran 1 ½ - 2 mangkok dan buah-buahan 2-3 potong. Dengan catatan dalam keadaan
berat badan ideal.

9. Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun
beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi
keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan
psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan
sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya
bertindak menyediakan energy bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki
jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan.
Untuk tingkat konsumsi, lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang
dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang
terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi
dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan
kuantitas harus dapat terpenuhi.

Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan
meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang
disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan
menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi
dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang
selanjutnya dapat menyebabkan kematian.

Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin
dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi
kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis
tertentu disebut dengan kebutuhan gizi.

Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk kecukupan protein
dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas
protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi.

a. Susu sebagai Sumber Kalsium

Susu sebagaimana bahan pangan hewani lainnya yang dikenal kaya dengan kandungan
gizi, tingkat konsumsinya semakin meningkat di seluruh dunia. Konsumsi susu dan produk
olahannya di negara-negara berkembang konsumsinya diperkirakan akan meningkat dari 45 kg
menjadi 66 kg per kapita dan di negara-negara maju meningkat dari 212 kg menjadi 221 kg per

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


kapita. Selain susu, konsumsi pangan hewani lainnya juga akan meningkat. Konsumsi daging
setiap tahunnya di negara-negara berkembang akan meningkat dari 25,5 kg menjadi 37 kg per
kapita, sementara di negara-negara maju akan meningkat dari 88 kg menjadi 100 kg per kapita.
Untuk telur, konsumsi akan meningkat dari 6,9 kg menjadi 8,9 kg di negara-negara berkembang
dan di negara-negara maju meningkat dari 13,5 kg menjadi 13,8 kg per kapita.

Selain mengandung kalsium, susu juga mengandung hampir seluruh dari zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada pedoman gizi empat sehat lima sempurna (4S5S), yang
pertama kali dicetuskan oleh ”Bapak Gizi Indonesia” yaitu Prof. Poerwo Sudarmo pada tahun
1950-an, susu dikategorikan sebagai bahan pangan yang dapat menyempurnakan. Konsumsi
susu secara nyata memacu perbaikan minera tulang pada wanita remaja. Wanita berusia 12
tahun yang mengonsumsi dua gelas susu dengan kadar lemak rendah setiap hari mempunyai
peningkatan yang sangat besar pada kepadatan dan massa tulang, akan tetapi tidak menambah
berat massa lemak dibandingkan dengan kelompok kontrol. Susu mempunyai peranan penting
untuk mencegah osteoporosis. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting
untuk pembentukan tulang. Kalsium dan fosfor dari susu lebih mudah dicerna, hal ini terutama
dihubungkan dengan adanya kasein yang merupakan protein utama susu, yang dapat
membantu meningkatkan daya serap kalsium.

Berbagai faktor, seperti genetik dan lingkungan (gizi dan aktivitas fisik) mempengaruhi
kesehatan tulang dan risiko terhadap osteoporosis. Di antara faktor gizi, kecukupan konsumsi
kalsium adalah faktor yang penting pada seluruh tahap kehidupan. Usia muda adalah saat untuk
memaksimalkan kemampuan genetis dalam pencapaian massa puncak pertumbuhan tulang,
dan usia lanjut adalah saat untuk memelihara massa tulang dan meminimalkan kehilangan
massa tulang seiring dengan bertambahnya usia.

Selain kalsium terdapat zat gizi lain seperti protein, fosfor, magnesium, potasium, seng,
vitamin A dan D yang juga membantu menjaga kesehatan tulang. Walaupun banyak para
peneliti lebih menitikberatkan penelitiannya pada zat gizi tunggal, akan tetapi fakta bahwa
mengonsumsi zat gizi secara alami dari pangan yang kaya zat gizi seperti susu dan produk olahan
lainnya dapat memperbaiki status mineral tulang dan membantu mengurangi risiko terjadinya

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


osteoporosis. Wanita yang mengonsumsi sedikit susu pada masa anak-anak dan remaja
mempunyai massa tulang yang berisiko tinggi tehadap kerapuhan saat dewasa. Wanita
berumur 20 – 49 tahun, yang sewaktu kecil mengonsumsi susu kurang dari satu gelas sehari,
mempunyai kandungan mineral tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang
mengonsumsi susu lebih dari satu gelas sehari Hasil penelitian juga menemukan bahwa remaja
wanita yang mengonsumsi susu mempunyai kepadatan tulang yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak atau hanya sedikit mengonsumsi susu.

Wanita usia remaja yang meningkatkan asupan kalsium untuk memenuhi kecukupan
yang dianjurkan dengan mengonsumsi lebih banyak susu, keju dan yogurt pada menu makanan
mereka, memperlihatkan peningkatan kepadatan tulang dibandingkan dengan wanita yang
hanya mengonsumsi makanan secara normal.

Peningkatan asupan susu atau produk olahannya juga ternyata tidak berhubungan
dengan peningkatan lemak tubuh.

b. Kalsium dan Kepadatan Tulang

Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan kerangka tubuh.


Selama pertumbuhan dan pematangan kerangka, yaitu hingga usia awal dua puluhan pada
manusia, kalsium berkumpul di kerangka dengan rataan 150 mg per hari. Selama masa
pematangan, tubuh dapat menjadi berlebihan atau kekurangan dalam keseimbangan kalsium.
Mulai usia sekitar 50 an pada pria dan saat menopause pada wanita, keseimbangan tulang
menjadi negatif dan kehilangan tulang dari seluruh tempat kerangka. Kehilangan tulang ini
dihubungkan dengan makin meningkatnya kejadian patah tulang, khususnya pada wanita.
Kecukupan asupan kalsium adalah sangat penting

untuk mencapai massa tulang puncak optimal dan mengurangi laju kehilangan tulang karena
bertambahnya usia. Suatu keseimbangan kalsium positif dibutuhkan sebelum pertumbuhan
tulang terjadi. Asupan kalsium dan pembentukan tulang menentukan keseimbangan kalsium
selama pertumbuhan.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Pada umumnya kalsium tersimpan di dalam kerangka tulang. Asupan kalsium
mempengaruhi pencapaian massa tulang puncak dan juga zat ini dengan baik mampu untuk
mempertahankan kalsium kerangka sepanjang kehidupan.

Kalsium adalah zat gizi yang penting, yang melibatkan sangat banyak proses metabolis
dan memberikan kekuatan mekanis pada tulang dan gigi. Homeostatis kalsium negatif
disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, penyerapan yang lemah atau pengeluaran yang
berlebihan yang mengakibatkan kehilangan kalsium dari tulang dan selanjutnya dapat
meningkatkan kejadian patah tulang. Dalam hal ini terdapat data secara epidemiologis yang
menunjukkan adanya hubungan positif antara asupan kaslium dan kepadatan tulang.

Selain jumlah kalsium yang cukup dalam makanan yang dikonsumsi, penyerapan
kalsium dari makanan tersebut juga merupakan faktor penting yang menentukan kalsium untuk
membangun dan memelihara tulang. Dengan demikian, diperlukan identifikasi komponen
pangan dan atau komposisi pangan fungsional yang secara positif dapat mempengaruhi
penyerapan kalsium yang dapat menjamin bahwa bioavailabilitas kalsium dari bahan pangan
dapat diharapkan dengan baik.

c. Vitamin D dan Kepadatan Tulang

Vitamin secara umum merupakan senyawa organik yang selalu dibutuhkan tubuh

yang berfungsi untuk metabolisme sel secara normal, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh. Salah satu vitamin yang terkait dengan pembentukan jaringan tulang adalah vitamin D.

Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang fungsinya di dalam tubuh cukup unik
karena mirip dengan fungsi hormon. Fungsi biologis utama dari vitamin D adalah
mempertahankan konsentrasi kalsium dan fosfor serum dalam kisaran normal dengan
meningkatkan efisiensi usus halus untuk menyerap mineral-mineral tersebut dari makanan.
Sumber utama vitamin D terutama diperoleh dari susu serta berbagai produk.

Status vitamin D yang rendah banyak terjadi pada lansia yang kurang terkena sinar
matahari dan vitamin D plasma yang rendah, dihubungkan dengan peningkatan risiko patah

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


tulang panggul. Suatu penelitian di Boston menunjukkan bahwa keragaman kepadatan tulang
terkait dengan perubahan musim, yang dihubungkan dengan pemaparan dengan sinar matahari
dan status vitamin D.

d. Vitamin C dan Kepadatan Tulang

Selain vitamin D, vitamin C juga cukup mempunyai peranan dalam pembentukan tulang.
Fungsi vitamin C antara lain adalah sebagai antioksidan yang larut dalam air dan juga berperan
dalam berbagai reaksi hidroksilasi yang dibutuhkan untuk sintesis kolagen, karnitin dan seronin.
Dengan demikian vitamin C bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas tubuh. Selain itu, fungsi
vitamin C pada tubuh juga sebagai anti radang gusi (scurvy), antioksidan, pertahanan tubuh dan
penyembuhan luka. Sumber utama dapat diperoleh dari buah dan sayuran segar.

Pada proses pembentukan tulang, vitamin C berfungsi untuk stabilitas kolagen dan
pembentukan tulang. Defisiensi vitamin C dihubungkan dengan terganggunya hubungan antar
jaringan tubuh. Serum asam askorbat (vitamin C) pada pria berhubungan nyata dengan
kepadatan tulang . Pada wanita pasca menopause dengan sejarah merokok dan penggunaan
esterogen, peningkatan 1 standar deviasi (SD) kadar serum asam askorbat dapat dihubungkan
dengan penurunan prevalensi patah tulang sebesar 45%. Akan tetapi, pada wanita dengan
sejarah tidak merokok dan tidak menggunakan esterogen, kadar serum asam askorbat tidak
tampak berhubungan dengan rendahnya kepadatan tulang.

e. Fosfor dan Kepadatan Tulang

Sebagai suatu bahan anorganik, jumlah fosfor dalam tubuh manusia terbanyak ke dua
setelah kalsium, di mana 85% fosfor ini terikat dalam kerangka. Fosfor dapat diperoleh dari
berbagai bahan pangan, seperti daging, unggas, ikan, telur, susu dan produk olahannya, kacang-
kacangan, biji-bijian dan sayur-sayuran. Tujuan utama mengonsumsi fosfor adalah untuk
menunjang pertumbuhan dan sebagai pengganti fosfor yang hilang dari tubuh. Konsumsi fosfor
telah meningkat 10% hingga 15% lebih dari 20 tahun terakhir karena peningkatan penggunaan
garam fosfat sebagai bahan pangan tambahan (food additives) dan pada minuman berkarbonat.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Hal yang perlu dicatat adalah bahwa database zat gizi belum mencerminkan perubahan
ini dan masih di bawah perkiraan asupan fosfor secara nyata. Walaupun fosfor adalah zat gizi
yang penting, perlu dipertimbangkan bahwa jumlah yang berlebihan dapat merusak tulang.
Sebagai contoh, suatu peningkatan konsumsi makanan yang mengandung fosfor akan
meningkatkan konsentrasi fosfor serum, akan menghasilkan suatu penurunan sementara
kalsium terionisasi dalam serum mengakibatkan peningkatan sekresi hormon paratiroid yang
potensial menyerap tulang.

Fungsi utama hormon paratiroid adalah untuk mencegah hipokalsemia dengan


meningkatkan penyerapan kalsium pada tulang. Hipotesis bahwa asupan fosfor yang berlebihan
adalah berbahaya pada tulang telah dicobakan pada orang dewasa yang secara terkontrol
mengonsumsi makanan yang mengandung 1660 mg fosfor dan 420 mg kalsium. Setelah 24 jam,
makanan yang dikonsumsi menghasilkan peningkatan indeks aktivitas hormon paratiroid.
Penelitian lain menenemukan bahwa konsumsi pangan yang banyak mengandung fosfor tinggi
seperti minuman berkarbonat mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan bagi tubuh.
Beberapa studi telah menunjukkan adanya penurunan massa tulang dan peningkatan kejadian
patah tulang akibat konsumsi minuman berkarbonat. Hasil penelitian lain menunjukkan tidak
terdapat hubungan nyata antara asupan fosfor dengan kepadatan tulang.

f. Protein dan Kepadatan Tulang

Asupan protein harian seseorang seimbang dengan nitrogen yang dikeluarkan tubuh
untuk menjaga keseimbangan energi pada tingkat aktivitas sedang. Sumber utama protein
adalah susu, ikan, telur, daging dan kacang-kacangan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa asupan protein yang tinggi terkait erat
dengan keluarnya kalsium melalui urin. Hal ini karena adanya peningkatan muatan asam yang
bertindak sebagai buffer kalsium tulang, asupan protein yang lebih tinggi diperkirakan dapat
dihubungkan dengan lebih rendahnya kepadatan tulang. Secara umum juga diasumsikan bahwa
kandungan belerang yang relatif tinggi pada daging menyebabkan adanya muatan asam
endogenus yang menyebabkan berkurangnya kepadatan tulang. Asam dari protein hewani tidak
lebih tinggi daripada protein nabati. Produk asam bikarbonat zat non-protein dari tumbuhan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


dapat menetralisir asam belerang , karena sumber protein tumbuhan lebih banyak dikonsumsi
daripada sumber proten hewani. Suatu penelitian membuktikan bahwa asupan kalsium yang
tinggi tidak dapat mencegah keseimbangan kalsium yang negatif dan berkurangnya kepadatan
tulang

yang disebabkan asupan tinggi protein. Penelitian lain menunjukkan bahwa tidak terdapat
keterkaitan yang nyata antara asupan protein dengan kepadatan tulang.

Pada umumnya penelitian yang memperlihatkan konsumsi protein yang tinggi


berpengaruh negatif pada kepadatan tulang hanya dilakukan pada waktu yang singkat dan tidak
dilakukan dalam waktu yang lebih lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
masyarakat yang hidup bebas, kekurangan asupan protein berkontribusi pada keseimbangan
kalsium yang negatif dan juga dihubungkan dengan peningkatan risiko patah tulang pada saat
usia lanjut.

g. Energi dan Kepadatan Tulang

Peningkatan asupan energi dapat meningkatkan berat dan tinggi badan. Terdapat
hubungan yang konsisten antara berat badan dan kepadatan tulang. Pengaruh positif yang kuat
yang terdapat pada berat badan dan kepadatan tulang diduga disebabkan adanya tekanan dari
berat badan pada kerangka tubuh. Demikian juga, kehilangan berat badan 10% dapat
menyebabkan menurunnya kepadatan tulang sebesar 1% hingga 2%. Kondisi kehilangan berat
badan yang lebih berat karena kekurangan gizi dapat menimbulkan faktor risiko osteoporosis.
Risiko ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti rendahnya asupan gizi makro (termasuk
protein) dan mikro (termasuk kalsium, vitamin D, vitamin K), yang dapat meningkatkan
kecenderungan mudah jatuh karena lemahnya kekuatan otot dan berkurangnya perlindungan
lapisan lembut pada bagian panggul.

Berkurangnya kepadatan tulang (dari osteopenia hingga osteoporosis berat) dan


meningkatkan kerapuhan ternyata berhubungan dengan kesalahan pola makan, khususnya pada
penderita anorexia nervosa Kondisi ini tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi juga dapat terjadi
pada pria. Khusus pada kasus anorexia nervosa, peningkatan penyerapan tulang dan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


menurunnya pembentukan tulang menyebabkan kehilangan tulang dan kerusakan struktur
tulang.

Secara etiologi, kehilangan tulang dan demineralisasi pada anorexia nervosa


disebabkan oleh banyak faktor. Hal ini pada umumnya juga diakibatkan oleh lamanya kejadian
amennorhea (dan yang masih ada hubungan dengannya), hipoestrogenemia, hiperkortisolemia,
rendahnya indeks massa tubuh, rendahnya lemak dan massa tubuh, akibat sangat terbatasnya
asupan zat gizi khususnya kalsium, vitamin D dan protein. Secara patologis, mudah patahnya
tulang punggung dan panggul dapat terjadi dalam waktu 7 hingga 15 tahun setelah terjadinya
kesalahan pola makan. Hal yang paling penting untuk peningkatan kepadatan tulang dan
mengurangi risiko osteoporosis pada penderita kesalahan pola pangan adalah dengan
meningkatkan berat badan.

h. Zat Besi dan Kepadatan Tulang

Zat besi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Defisiensi zat besi dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk beraktivitas, kelelahan, dan muka pucat.
Keberadaan zat besi besi dalam tubuh dapat dilihat dari keberadaan hemoglobin (Hb), ferritin
dan transferin. Pengukuran Hb, ferritin dan transferin selain mudah dilakukan, juga lebih dapat
dipercaya untuk menggambarkan status besi dalam darah. Dari hasil penelitian yang dilakukan,
terdapat hubungan antara massa tulang dengan ferritin dalam percobaan klinis selama empat
tahun melalui pemberian suplementasi kalsium pada wanita remaja. Terdapat suatu
kecenderungan hubungan yang positif antara kepadatan tulang lengan bawah dan ferritin
serum awal.

Suatu kecenderungan yang sama terjadi antara kepadatan tulang tubuh total dan
kandungan ferritin serum selama empat tahun studi, tetapi hanya pada kelompok plasebo.
Studi-studi berikutnya sangat diperlukan untuk menjelaskan kecenderungan tersebut,
khususnya pada masyarakat yang menderita defisiensi zat besi. Penyerapan zat besi dapat
dihambat oleh asupan yang tinggi mineral lainnya dan trace element, khususnya kalsium.
Sejumlah studi telah menunjukkan adanya pengaruh hambatan dari kalsium pada zat besi dari
berbagai suplemen (garam) atau bahan pangan yang mengandung kalsium.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Akan tetapi, apabila konsumsi kalsium yang terjadi terpisah dari makanan yang
mengandung zat besi, pengaruhnya tidak jelas. Terdapat catatan yang berlawanan, bahwa zat
besi yang tinggi dapat menjadi racun pada sel tulang dan berkontribusi pada terjadinya
osteoporosis atau penyakit tulang lainnya pada masyarakat yang metabolisme zat besinya
buruk dan mengonsumsi zat besi berlebihan. Walaupun pada umumnya sarapan pagi dengan
sereal dan terigu telah difortifikasi dengan zat besi, akan tetapi bioavailabilitas dari bahan
tersebut rendah. Zat besi juga ditemukan pada sayur-sayuran berwarna hijau gelap (dengan
bioavailabilitas yang lebih rendah). Sumber zat besi yang terbaik adalah dari daging merah,
khususnya hati dan organ daging lainnya.

 13 Pesan Dasar Pedoman Umum Gizi Seimbang


 Pada tahun 1995, pemerintah melalui Departemen Kesehatan mengenalkan Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) sebagai panduan pemenuhan gizi masyarakat. Pedoman
Umum Gizi Seimbang ini dijabarkan dalam 13 pesan dasar. 13 Pesan Dasar PUGS
tersebut adalah sbb.
 Pesan No. 1: Makanlah Aneka Ragam Makanan
Makanlah makanan yang mengandung nutrisi yang beragam, karena tidak ada bahan
makanan yang mengandung semua nutrisi yang diperlukan tubuh.
 Pesan No. 2: Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Konsumsi makanan harus dapat memenuhi kebutuhan energi harian. Kecukupan
kebutuhan energi ditunjukkan dengan berat badan yang normal.
 Pesan No. 3: Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat, Setengah dari Kebutuhan
Energi
Makanan pokok sebaiknya memberikan setengah kebutuhan energi, sisanya dari
makanan lain yang mengandung protein dan lemak seperti daging, telor, susu, dsb.
 Pesan No. 4: Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak sampai Seperempat dari Kecukupan
Energi
Konsumsi lemak dan minyak sebaiknya tidak lebih dari seperempat dari kebutuhan
energi. Kelebihan lemak dan minyak cenderung disimpan sebagai lemak tubuh.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


 Pesan No. 5: Gunakan Garam Beryodium
Yodium adalah nutrisi penting bagi tubuh terutama untuk proses metabolisma dan
pertumbuhan tubuh. Garam dapur dapat menjadi salah satu sumber utama mineral
yodium.
 Pesan No. 6: Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan sel-sel darah.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Zat besi banyak terdapat dalam
sayuran hijau.
 Pesan No. 7: Berikan ASI Saja pada Bayi sampai Berumur 4 Bulan
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi selama empat bulan pertama usia bayi. ASI juga
menyediakan imunisasi alami bagi bayi.
 Pesan No. 8: Biasakan Makan Pagi
Sarapan sangat penting bagi metabolisma tubuh karena membatasi waktu puasa saat
tidur semalaman. Sarapan dapat meningkatkan laju metabolisma sehingga tubuh lebih
efektif mengubah makanan menjadi energi dan memberi nutrisi tubuh.
 Pesan No. 9: Minum Air Bersih, Aman, dan Cukup Jumlahnya
Air berperan penting dalam tubuh seperti menghidrasi tubuh, membantu fungsi organ,
membantu pencernaan, membuang racun, dsb. Oleh karena itu tubuh harus selalu
mendapatkan air secara memadai. Air yang diminum harus bersih dan aman dari potensi
berbahaya seperti kuman penyakit dan bahan kimia berbahaya.
 Pesan No. 10: Lakukan Kegiatan Fisik dan Olahraga Secara Teratur
Aktivitas fisik dan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena dapat
melancarkan aliran darah, mengendalikan tekanan darah, mengendalikan glukosa darah,
mengendalikan berat badan, mengurangi kolesterol, dan lain sebagainya.
 Pesan No. 11: Hindari Minuman Beralkohol
Hindari minum minuman beralkohol. Minuman beralkohol meningkatkan resiko
penyakit. Minum alkohol juga dapat merusak mental, sehingga membuat seseorang
tidak produktif.
 Pesan No 12: Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Makanan yang dikonsumsi harus cukup gizi dan aman bagi kesehatan. Makanan bisa
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
menjadi tidak aman dikonsumsi jika mengandung bahan berbahaya yang bisa berasal
dari bahan baku, kontaminan, pengawet, pewarna, penyedap rasa, dsb.
 Pesan No. 13: Bacalah Label pada Makanan yang Dikemas
Makanan kemasan yang baik mencantumkan label nutrisi yang berisi bahan-bahan dan
kandungan nutrisi. Makanan kemasan yang baik juga menetapkan batas kadaluarsa
pada kemasan. Memperhatikan label nutrisi makanan kemasan membantu konsumen
secara seksama memilih makanan yang sehat dan aman.

 MASALAH GIZI DAN CARA PENANGGULANGANNYA

Angka kematian ibu melahirkan turun drastic dari 230 tahun 1992 menjadi 17 per
100.000 tahun 1996. Salah satu kebijakan dan program gizi di Thailand memberikan
perhatian besar terhadap data status gizi anak. Sejak tahun 1982 mereka mempunyai
datanasional tahunan perkembangan berat badan balita dan anak sekolah. Dalam kebijakan
pembangunan nasional secara konsisten memasukkan status gizi anak sebagai salah satu
indikator kemiskinan. Atas dasar perkembangan status gizi anak program gizi disusun sebagai
bagian dari program penanggulangan kemiskinan. Thailand mengukur kemajuan kesejahtraan
rakyatnya antara lain dengan indikator pertumbuhan berat badan anak, bukan hanya dengan
berapa rata-rata persediaan atau konsumsi energi dan protein penduduk seperti yang sering kita
lakukan di Indonesia. Paradigma kebijakan gizi di Thailand adalah paradigma outcome yaitu
pertumbuhan anak dan status gizi.

Banyak faktor lain yang dapat mengganggu proses terwujudnya outcome sesuai dengan
yng diharapkan. Paradigma input sering melupakan faktor lain tersebut, diantaranya air
bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar.

Masalah gizi dalam konsep system “input-outcome”.

Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan sebab- akibat antara
makanan (input) dengan kesehatan (outcome). Pada satu pihak masalah gizi dapat dilihat

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


sebagai masalah input, tetapi juga sebagai outcome. Dalam menyusun kebijakan harus jelas
mana yang dipakai sebagai titik tolak apakah input atau outcome. Apabila masalah gizi dianggap
sebagai masalah input maka titik tolak identifikasi masalah adalah pangan, makanan
(pangan diolah) dan konsumsi. Apabila masalah gizi dilihat sebagai outcome, maka identifikasi
masalah dimulai pada pola pertumbuhan dan status gizi anak. (lihat bagan)

Selama kebijakan program gizi mengikuti paradigma input, maka indikator masalah gizi
akan mengikuti indikator agregatif pertanian dan ekonomi makro seperti produksi, persediaan
(impor-ekspor), harga dan konsumsi pangan rata- rata. Indikator makro ini memberi
gambaran masalah gizi rata-rata rumah tangga dan orang dewasa. Hukum Bennet misalnya
memprediksi apabila pendapatan rata-rata rumah tangga meningkat akan diikuti perbaikan
kualitas makanan (orang dewasa). Proporsi energi dari sumber karbohidrat menurun dan
dari sumber lemak dan protein meningkat. Hukum Bennet tidak dapat menggambarkan apa
yang terjadi pada diri anggota keluarga, terutama anak dan wanita hamil, apabila terjadi
peningkatan pendapatan keluarga, termasuk eksesnya bagi orang dewasa
perkotaan. Peningkatan konsumsi makanan hewani sumber lemak dapat menjurus ke masalah
gizi lebih. Pendekatan agregatif semacam ini, tidak menyentuh ukuran status gizi. Oleh karena
itu tidak mengherankan apabila pada suatu saat terjadi letusan gizi buruk pada masa persediaan
pangan berlimpah. Indikator agregatif tidak akan menjangkau masalah gizi mikro.

Paradigma outcome mengukur manusia bukan pangan atau uang.

Paradigma ini memerlukan pemasyarakatan pentingnya memperhatikan berat badan


baik pada anak maupun orang dewasa. Pada anak yang diperhatikan adalah pertumbuhan berat
dan tinggi badan serta status gizinya. Pengertian bahwa anak sehat bertambah umur bertambah
berat dan panjang perlu ditanamkan kepada setiap keluarga. Di perdesaan sudah
lama diperkenalkan KMS untuk mencatat hasil penimbangan bulanan anak balita di Posyandu.
Sayangnya fungsi Posyandu beberapa tahun terakhir ini tidak menentu arahnya. Penimbangan
berat badan anak sebagai kegiatan pokok Posyandu menjadi kegiatan sampingan dan tidak
jelas manfaatnya. meletusnya “wabah” gizi-buruk pada saat krisis ekonomi tahun 1997 dan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


1998 sebenarnya dapat dicegah apabila kegiatan penimbangan di Posyandu berfungsi seperti
keadaan tahun 1970 dan 1980-an.

Pada masa itu kualitas pelayanan Posyandu menjadi kebanggaan nasional


dan internasional. Untuk orang dewasa paradigma outcome menekankan pentingnya
orang mencapai berat badan ideal dan mempertahankanya. Pesan itu menjadi pesan pertama
dalam Pedoman Gizi Seimbang Amerika tahun 2000. Baru kemudian menyusul pesan lain
bagaimana mengatur dan memilih makanan untuk mempertahankan berat badan.

Penyebab gizi buruk


Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua
penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :

(1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan
sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
(2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya
beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:

(1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat;

(2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak;

(3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada
balita, yaitu:

(1) Keluarga miskin;

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


(2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak;

(3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan

dan diare.

Indikasi Gizi Buruk


Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa
kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis
besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

Dua Tipe Gizi Buruk (Kwasiorkor dan Marasmus)

Kwasiorkor
Memiliki ciri:

1). edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan lembab;
(2) pandangan mata sayu;

(3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa

sakit dan mudah rontok;

(4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel;

(5) terjadi pembesaran hati;

(6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk;

(7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis);

(8) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut;

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


(9) anemia dan diare.

Marasmus
Memiliki ciri-ciri:

(1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit;

(2) wajah seperti orang tua;

(3) mudah menangis/cengeng dan rewel;

(4) kulit menjadi keriput;

(5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celan longgar);

(6) perut cekung, dan iga gambang;

(7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang);

(8) diare kronik atau konstipasi (susah buang air).

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor
dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

(1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan
umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

(2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori
yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


(3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan
hal itu ke dokter.

(4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola
dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

(5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah
sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula
suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil
yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang
permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

GagalNTumbuh
Gagal tumbuh adalah bayi atau anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna
dibanding anak sebayanya.

Tanda-tandanya:

(a) Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal;

(b) Hilangnya lemak dibawah kulit secara signifikan;

(c) Berkurangya massa otot;

(d) Infeksi berulang.

Faktor penyebab:

(1) Faktor sosial, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingya makanan bergizi

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


bagi pertumbuhan anak.

(2) Faktor kemiskinan, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling


mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi.
(3) Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan
pangan.
(4) Infeksi, disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baik.

Pengobatan

 Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi.


 Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing
penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit
untuk mendapat perhatian medis secara penuh.
Kelambanan Indonesia menangani masalah gizi makro dalam bentuk gizi kurang dan gizi
buruk ada kaitannya dengan kebijakan program gizi kita yang masih mengedepankan pangan,
makanan dan konsumsi sebagai penyebab utama masalah gizi. Kebijakan ini cenderung
mengabaikan peran faktor lain sebagi penyebab timbulnya masalah gizi seperti air
bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar.

Akibatnya program gizi lebih sering menjadi program sektoral yang masing-masing
berdiri sendiri dengan persepsi berbeda mengenai masalah gizi dan indikatornya. Kebijakan
ini dalam makalah ini saya sebut sebagai kebijakan dengan paradigma input. Salah satu
kelemahan paradigma input bagi program perbaikan gizi adalah digunakannya indikator
agregatif makro seperti persediaan energi dan protein perkapita. Indikator ini tidak dapat
menggambarkan keadaan sesungguhnya diri individu anggota keluarga terutama anak dan
wanita. Paradigma ini tidak mengenal indikator pertumbuhan anak dan status gizi
yang mengukur “the real thing”. Sudah saatnya indikator pertumbuhan dan status gizi anak
menjadi salah satu indikator kesejahteraan. Untuk itu program gizi memerlukan

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


pendekatan paradigma baru, yang didalam makalah ini saya namakan paradigma
outcome. Dengan paradigma ini beberapa hal dibawah ini memerlukan perhatian lebih besar
dalam program gizi .

Pertama, dalam menangani masalah gizi makro, khususnya kurang energi protein, titik
tolak kebijakannya terletak pada adanya pertumbuhan dan status gizi anak yang tidak normal.
Dengan demikian tujuan program adalah memperbaiki pola pertumbuhan anak dan status gizi
anak dari tidak normal menjadi normal atau lebih baik. Oleh karena pola pertumbuhan dan
status gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan, maka pendekatan ini mengharuskan
program gizi dikaitkan dengan kegiatan program lain diluar program pangan secara konvergen
seperti dengan program air bersih dan kesehatan lingkungan, imunisasi, penyediaan lapangan
kerja dan penanggulangan kemiskinan. Dengan program yang bersifat terintegrasi seperti itu,
program gizi akan rasional untuk menjadi bagian dari pembangunan nasional secara
keseluruhan. Kebijakan ini pada dasarnya telah diberlakukan pada Repelita II sampai VI dalam
Bab Pangan dan Gizi. Sayangnya banyak kebijakan Repelita yang lalu tidak terlaksana dengan
semestinya.

Kedua, kegiatan pemantauan berat badan dan tinggi badan anak balita dan sekolah
akan menjadi modal utama bagi program gizi. Survei gizi nasional secara periodik dan
terprogram seharusnya menjadi kebijakan nasional seperti dilakukan di Thailand dan di banyak
negara lain. Pelaksanaannya dapat melalui Susenas atau lembaga lain yang ada. Kegiatan ini
perlu didukung oleh sistem pemantauan status gizi anak yang representatif mewakili daerah-
daerah yang tidak terjangkau survey gizi nasional.

Ketiga, revitalisasi Posyandu dikatakan berhasil apabila dapat mengembalikan fungsi


utamanya sebagai lembaga masyarakat, terutama masyarakat desa untuk memantau
pertumbuhan anak. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pada ibu-ibu bagaimana menimbang dan
mencatat di KMS pertumbuhan berat badan anak serta dapat mengartikan KMS dengan
baik, merupakan kunci keberhasilan revitalisasi Posyandu. Kegiatan penimbangan diutamakan
pada anak dibawah tiga atau dua tahun sesuai dengan perkembangan masalah yang diketahui
dari hasil penelitian mutakhir. Tolok ukur lain keberhasilan revitalisasi posyandu ialah

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


mengkoreksi kesalahan para petugas gizi dan kesehatan yang selama ini dilakukan yang
menggunakan KMS sebagai catatan status gizi. Konsep penyimpangan pertambahan dari
batas normal atau “growth faltering” sudah waktunya diajarkan dan latihkan kepada petugas
gizi dan kesehatan serta kader.

Keempat, secara bertahap perlu ada “perombakan” kurikulum di lembaga pendidikan


tenaga gizi di semua tingkatan untuk lebih memahami perlunya paradigma baru yang
berorientasi pertumbuhan dan status gizi anak sebagai titik tolak dan tujuan program.

REFERENSI:
Kepustakaan:

Adam K, Gibson E, Lyle A, Strong J. 2010. Development of roles for occupational


therapists and physiotherapists in work related practice: An Australian perspective. Work
36:263-272.

Bushby K, Finkel R, Birnkrant DJ, et al. 2010. Diagnosis and management of Duchenne
muscular dystrophy, part 2: implementation of multidisciplinary care. Lancet Neurology
9:177-189.

Chen MD, Rimmer JH. 2011. Effects of exercise on quality of life in stroke survivors: a
meta-analysis. Stroke 42:832-837.

Cooke EV, Mares K, Clark A, Tallis RC, Pomeroy VM. 2010. The effects of increased
dose of exercise-based therapies to enhance motor recovery after stroke: a systematic
review and meta-analysis. BMC Medicine 8:60.

Critchley DJ, Ratcliffe J, Noonan S, Jones RH, Hurley MV. 2007. Effectiveness and cost-
effectiveness of three types of physiotherapy used to reduce chronic low back pain
disability: a pragmatic randomized trial with economic evaluation. Spine 32:1474-1481.

Dean E. 2009. Physical therapy in the 21st century (Part I): toward practice informed by
epidemiology and the crisis of lifestyle conditions. Physiotherapy: Theory and Practice
25:330-353.

Deshpande AD, Dodson EA, Gorman I, Brownson RC. 2008. Physical activity and
diabetes: opportunities for prevention through policy. Physical Therapy 88:1425-1435.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Escalante Y, Saavedra JM, Garcia-Hermoso A, Silva AJ, Barbosa TM. 2010. Physical
exercise and reduction of pain in adults with lower limb osteoarthritis: a systematic
review. Journal of Back and Musculoskeletal Rehabilitation 23:175-186.

Fabian KM. 2010. Evaluation of lung function, chest mobility, and physical fitness during
rehabilitation of scoliotic girls. Ortopedia Traumatologia Rehabilitacja 12:301-309.

Gellhorn AC, Chan L, Martin B, Friedly J. 2010. Management Patterns in Acute Low
Back Pain: The Role of Physical Therapy. Spine.

Gharib NM, Abd El-Maksoud GM, Rezk-Allah SS. 2011. Efficacy of gait trainer as an
adjunct to traditional physical therapy on walking performance in hemiparetic cerebral
palsied children: a randomized controlled trial. Clinical Rehabilitation.

Handoll HH, Ollivere BJ. 2010. Interventions for treating proximal humeral fractures in
adults. Cochrane Database of Systematic Reviews CD000434.

Handoll HH, Sherrington C, Mak JC. 2011. Interventions for improving mobility after hip
fracture surgery in adults. Cochrane Database of Systematic Reviews CD001704.

Heathcock JC, Lobo M, Galloway JC. 2008. Movement training advances the
emergence of reaching in infants born at less than 33 weeks of gestational age: a
randomized clinical trial. Physical Therapy 88:310-322.

Kruse RL, Lemaster JW, Madsen RW. 2010. Fall and balance outcomes after an
intervention to promote leg strength, balance, and walking in people with diabetic
peripheral neuropathy: "feet first" randomized controlled trial. Physical Therapy 90:1568-
1579.

Labraca NS, Castro-Sanchez AM, Mataran-Penarrocha GA, Arroyo-Morales M,


Sanchez-Joya MD, Moreno-Lorenzo C. 2011. Benefits of starting rehabilitation within 24
hours of primary total knee arthroplasty: randomized clinical trial. Clinical Rehabilitation.

Michael YL, Whitlock EP, Lin JS, Fu R, O'Connor EA, Gold R. 2010. Primary care-
relevant interventions to prevent falling in older adults: a systematic evidence review for
the U.S. Preventive Services Task Force. Annals of Internal Medicine 153:815-825.

Miller KL, Magel JR, Hayes JG. 2010. The effects of a home-based exercise program on
balance confidence, balance performance, and gait in debilitated, ambulatory
community-dwelling older adults: a pilot study. Journal of Geriatric Physical Therapy
33:85-91.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Needham DM, Korupolu R, Zanni JM, et al. 2010. Early physical medicine and
rehabilitation for patients with acute respiratory failure: a quality improvement project.
Archives of Physical Medicine and Rehabilitation 91:536-542.

Neugebauer CT, Serghiou M, Herndon DN, Suman OE. 2008. Effects of a 12-week
rehabilitation program with music & exercise groups on range of motion in young
children with severe burns. Journal of Burn Care Research 29:939-948.

Sanudo B. Galiano D.Carrasco L.Blagojevic M. de Hoyo M. Saxton J. 2010. Aerobic


exercise versus combined exercise therapy in women with fibromyalgia syndrome: a
randomized controlled trial. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation 91:1838-
1843.

Shaw WS, Main CJ, Johnston V. 2011. Addressing Occupational Factors in the
Management of Low Back Pain: Implications for Physical Therapist Practice. Physical
Therapy.

Springer BA, Doukas WC. 2006. Process of care for battle casualties at Walter Reed
Army Medical Center: Part II. Physical therapy service. Military Medicine 171:203-205.

Stasinopoulos D, Stasinopoulos I, Pantelis M, Stasinopoulou K. 2010. Comparison of


effects of a home exercise programme and a supervised exercise programme for the
management of lateral elbow tendinopathy. British Journal of Sports Medicine 44:579-
583.

Taylor NF, Dodd KJ, Shields N, Bruder A. 2007. Therapeutic exercise in physiotherapy
practice is beneficial: a summary of systematic reviews 2002-2005. Australian Journal of
Physiotherapy 53:7-16.

Troosters T, Gosselink R, Janssens W, Decramer M. 2010. Exercise training and


pulmonary rehabilitation: new insights and remaining challenges. European Respiratory
Review 19:24-29.

van Langeveld SA, Post MW, van Asbeck FW, et al. 2011. Comparing content of therapy
for people with a spinal cord injury in postacute inpatient rehabilitation in Australia,
Norway, and The Netherlands. Physical Therapy 91:210-224.

van Rijn RM, van Ochten J, Luijsterburg PA, van Middelkoop M, Koes BW, Bierma-
Zeinstra SM. 2010. Effectiveness of additional supervised exercises compared with
conventional treatment alone in patients with acute lateral ankle sprains: systematic
review. BMJ 341:c5688.

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


van Tol BA, Huijsmans RJ, Kroon DW, Schothorst M, Kwakkel G. 2006. Effects of
exercise training on cardiac performance, exercise capacity and quality of life in patients
with heart failure: a meta-analysis. European Journal of Heart Failure 8:841-850.

van den Berg-Emons RJ, Bussmann JB, Balk AH, Stam HJ. 2005. Factors associated
with the level of movement-related everyday activity and quality of life in people with
chronic heart failure. Physical Therapy 85:1340-1348.

Wang CY, Yeh CJ, Wang CW, Wang CF, Lin YL. 2011. The health benefits following
regular ongoing exercise lifestyle in independent community-dwelling older Taiwanese
adults. Australasian Journal on Ageing 30:22-26.

Wilson DJ, Mitchell JM, Kemp BJ, Adkins RH, Mann W. 2009. Effects of assistive
technology on functional decline in people aging with a disability. Assistive Technology
21:208-217.

World Confederation of Physical Therapy. n.d. World Confederation of Physical Therapy.


Available at: http://www.wcpt.org. Accessed April 4, 2011

A. SUMBER PEMBELAJARAN MODUL

Ali, Zaidin. 2000. Dasar-dasar pendidikan kesehatan masyarakat, ed. 1.

Almatsier, S. ”Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2006.

Anidesnita. 2011. Epidemiologi. Diakses Juni 2013.


(http://anidesnita.blogspot.com/2011/11/epidemiologi.html?m=1)

Anidesnita. 2011. Epidemiologi. Diakses Juni 2013.


(http://anidesnita.blogspot.com/2011/11/epidemiologi.html?m=1)

Anonim, 2011. Meingkatkan Derajat Kesehatan Melalui Pendidikan Kesehatan dan Penerapan
Pola Hidup Sehat. Diakses Mei 2013.
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/10/17/meningkatkan-derajat-kesehatan-
melalui-pendidikan-kesehatan-dan-penerapan-pola-hidup-sehat-404056.html

Anomim. 2008. Gizi Buruk. Diakses Mei 2013. http//www.google.com//gizi buruk//2008

Anomim. 2012. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Diakses Mei 2013.


http://makalahcyber.blogspot.com/2012/05/materi-ilmu-gizi-akg.html

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


http://vistabunda.com/kesehatan/13-pesan-dasar-pedoman-umum-gizi-seimbang/

Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online

Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.

Ayu Mas Caem, 2010 dalam http://pmkes.blogspot.com/2010/04/pendidikan-kesehatan.html


(di akses pada tanggal : 30 Maret 2011 19 : 11)

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta

Budioro, Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Badan Penerbit UNDIP Semarang, 2001

Budiarto, Eko & Dewi Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta : EGC.
C.Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar edisi 2. Jakarta : EGC.

Jakarta : Rineka Cipta.

Dainur, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Widya Medika, Jakarta, 1999.

Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer
(Puskesmas),http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=10
99&Itemid=2 diakses tanggal 5 Agustus 2005

Erick. keperawatan ilmu gizi. http://erik-acver qincai.blogspot.com/2009/03/ilmu-gizi.html.


Diakses tanggal 03 oktober 2010.

G. Kartayasapoetra dan H. Marsetyo, Ilmu Gizi, Rineka Cipta Jakarta, 2005

Hanifah, Herni. 2013. Konsep Sehat Sakit. Diakses September 2013.


(http://kesmasybk.blogspot.com/2013/konsep-sehat-sakit.html, diakses Oktober 2013)

Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Alumni Bandung, 1999.


Jauhari, Ahmad. 2013. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta : Jaya Ilmu

Jevusca. 2008. Macam-macam Penyakit Endemik dan Pengertiannya. Diakses Agustus 2013.
(http:// Jevusca.com/2008/05/07. Macam-macam-Penyakit-Endemik-dan-
Pengertiannya.html?m=1)

KEPMENKES 1363 Pasal 12

http://remizapratama.blogspot.com/2011/01/apakah-fisioterapi-itu.html

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kartasapoetra, Drs.G. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta : 2003.

Lusa. Konsep Dasar Ilmu Gizi . http://www.lusa.web.id/. Diakses tanggal 03 oktober 2010.
Marsetyo.1990.Ilmu Gizi. Rineka cipta. Jakarta.

Moehdi, S. ” Ilmu Gizi”. Penerbit : Papasinar Sinanti. Jakarta : 2002.

Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar.


Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006 Prof. Bhisma Mukti .
2011. Pengantar Epidemiologi Penyakit . Fakultas Kedokteran UNS.

Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/ November
2005: Inovasi Online

Oktavia, Yuni, 2013. Promotif, Preventif,Kuratif dan Reabilitatif. Diakses Agustus


2013.(htpp://yunivia88.blogspot.com/2013/05/
PromotifPreventifKuratifReabilitatif.html?m=1)

PERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Pt. Abadi, Jakarta

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-
2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC
Ryadi, slamet & T. Wijayanti. 2010. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika.

Siti Khadijah Nasution, Artikel Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, 2009

Supriasa, I. D. N., B. Bakri., I. Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006

MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT


MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT
MODUL FISIOTERAPI PADA GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Anda mungkin juga menyukai