Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN TENTANG WAHAM AGAMA

DISUSUN OLEH :
Kelompok 22
Selma sriwahyuni
Silfa safira

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK

Jl.Jendral Sudirman Km.2 Rangkasbitung Lebak-Banten

2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN TENTANG WAHAM

A.    Proses utama


Perubahan proses pikir : waham

B.     Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan  walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal (stuart dan sudeen,1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI,2000).
Waham adalah sesuatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dari latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eskternal melalui proses interaksi atau
informasi secara akurat (keliat.1999).
2. Tanda dan Gejala
       Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir waham adalah sebagai
berikut.
         Menolak makan.
         Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
         Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan.
         Gerakan tidak terkontrol.
         Mudah tersinggung.
         Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
         Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan.
         Menghindar dari orang lain.
         Mendominasi pembicaraan.
         Berbicara kasar.
         Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
3. Faktor Predisposisi
a) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan
gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehinggga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif.
b) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan , dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
d) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau  perubahan pada sel kortikal dan limbik.

4. Faktor Prepitasi
a)   Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b) Faktor Biokimia
Dopamin,norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenangkan.
5. Macam – macam Waham
1) Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
      Contoh:
             “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.” Atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang dapat
mengendalikan makhluknya.
2) Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
             Contoh:
             “Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho...”
             “Saya punya tambang emas!”
3) Waham Curiga
              Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
             Contoh:
             “Saya tahu...semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya.”
4) Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyataan.
             Contoh:
            “Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada
tubuhnya.
5) Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
              Contoh:
             “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”

6. Status Mental
Berdasarkan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat eksentrik dan
aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain. Klien biasanya
cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu
perasaan hatinya hanya konsisten dengan isi waham.
7. Sensori dan Kognisi
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang,
tempat, dan waktu. Daya ingat atau kongnisi lainnya biasanya akurat. Pengendalian
impuls pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencana unutk bunuh
diri, membunuh, atau melakukan kekerassan pada orang lain.
Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya konteks dan limbik otak.
Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya
perubahan emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan
lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons lingkungan kurang mendukung
terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada orang
lain.
C. Pohon Masalah

Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan


Core Problem
Perubahan Proses Pikir : Waham
Causa Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
Koping Individu tidak efektif

D.   Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


      1.      Risiko tinggi perilaku kekerasan.
      2.      Perubahan proses pikir:waham.
      3.      Isolasi Sosial.
      4.      Hargadiri rendah kronis.
      5.      Koping individu tidak efektif

E. Data yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Perubahan proses pikir: waham curiga Subjektif:
      Klien mengatakan bahwa dirinya
seorang ahli agama ( ustadzah)
      Klien mengatakan dirinya sering pergi
haji
Objektif:
      Klien terus berbicara bahwa dia seorang
ustadzah
      Klien terus berbicara jika dirinya sering
bulak balik pergi haji
      Pembicaraan klien cenderung berulang-
     ulang.
      Isi pembicaraan tidak sesuai dengan 
     kenyataan.

F.    Diagnosis Keperawatan
      Perubahan proses pikir: waham

G.    Rencana Tindakan Keperawatan


      1.      Tindakan keperawatan pada klien
      Tujuan
                  a.    Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap.
                  b.    Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
                  c.    Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar.
    Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
Sebelum memulai pengkajian padda klien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut.
                      1)   Mengucapkan salam teraupetik.
                      2)   Berjabat tangan.
                      3)   Menjelaskan tujuan interaksi.
                      4)   Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.

b. Tidak mendukung atau membantah waham klien.


c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman.
d. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
e. Diskusikan kebutuhan psikologi /emosional yang tidak terpenuhi karena
dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
f. Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan  
dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya.
g. Berikan pujian bila penampilan dan orientassi klien sesuai dengan realitas.
h. Diskusikan denganklien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu
i. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
j. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga 
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
k. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien.
l. Berbicara dalam konteks realitas.
m. .  Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya.
n. Berikan pujian yang sesuai.
o. Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis, dan
efek  samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).
p. Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat tanpa konsultasi.
 
2.      Tindakan keperawatan untuk keluarga klien
     Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien.
b. Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum
terpenuhi  oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal.
 Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah, follow
up dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk klien.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat klien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, dan akibat penghentian obat).
d. Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan.
STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Perubahan proses pikir: waham Agama


A.    Proses Keperawatan
      1.      Kondisi
            Klien mengatakan ia memiliki mukzijat yang diberikan olah tuhan . Klien mengatakan
dirinya seorang ahli agama ( ustadzah), klien mengatakan dia sering pergi haji .
      2.      Diagnosis keperawatan
            Perubahan proses pikir: waham agama .
      3.      Tujuan khusus/ SP1
    Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut.
            a.       Ekspresi wajah bersahabat.
            b.      Menunjukkan rasa senang.
            c.       Bersedia berjabat tangan.
            d.      Bersedia menyebutkan nama.
            e.      Ada kontak mata.
            f.       Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat.
            g.      Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
       Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap.
    4.      Tindakan keperawatan.
         Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
             a.       Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
             b.      Perkenalkan diri dengan sopan.
             c.       Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
             d.      Jelaskan tujuan pertemuan.
             e.       Jujur dan menepati janji.
             f.       Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya.
             g.      Beri perhatian pada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien.
         Identifikasi kebutuhan klien.
         Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien).
         Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya.
         Masukkan dalam jadwal harian klien.
B.     Strategi komunikasi dan pelaksanaan
      1.      Orientasi
         Salam terapeutik
“Assalamualaikum perkenalkan nama saya silfa. Saya perawat yang dinas pagi ini 
diruang Shinta. Saya dinas dari pukul 07.00 – 14.00. saya akan merawat Ibu hari ini.  Nama
ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
         Evaluasi/validasi
  “Bagaimana perasaan Ibu E hari ini? Tidurnya semalam nyenyak tidak? Sekarang
masih ada keluhan tidak? Ada rasa pusing tidak?”
         Kontrak
  “Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu rasakan sekarang? Berapa lama
ibu kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Dimana sebaiknya kita
berbincang-bincang?”
2.      Kerja
“Apakah ibu merasa ibu seorang ustadzah ?” “Saya percaya ibu seorang ustadzah ,
tetapi saya sendiri tidak mendengar akan hal itu. Apa yang ketahui tentang
kepercayaan ibu ? Apakah ibu merasanya terus-menerus atau sewaktu-waktu.”
”Kapan yang paling sering ibu merasa menjadi ustadzah ? “Berapa kali dalam sehari
ibu sering merasa ?” “Pada keadaan seperti apa? Apakah pada waktu sendiri?” “Apa
yang ibu rasakan ketika menjadi seorang ustadzah? Bagaimana perasaan ibu ketika
menjadi seorang ustadzah?” “Kemudian apa yang anda lakukan?” “Apakah dengan
cara tersebut ibu tersadar ?” “Apa yang ibu alami itu waham. Ada tiga cara untuk
mengontrol waham yang ibu alami, yaitu mendidik , minum obat, dan melakukan
aktivitas.”

3.      Terminasi
         Evaluasi subjektif
‘’Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?’’
         Evaluasi objektif
‘’Jadi apa saja yang kita bicarakan tadi bu? Bisakah ibu ulangi lagi yang kita
bicarakan tadi’
         Rencana tindak lanjut
             ‘’setelah kita berbincang-bincang tadi, bagaimana kalau nanti 2 jam lagi saya
datang untuk  bercakap-cakap tentang potensi atau kemampuan lain yang ibu miliki?’’
         Kontrak yang akan datang
              a.       Topic: ‘’Bagaimana kalau nanti kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan yang
ibu miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, ibu setuju?’’
              b.      Waktu: ‘’Kira-kira nanti kita bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 13.00 wib
saja? Sampai ketemu nanti ya.’’
              c.       Tempat: ‘’Bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrolnya?’’
Pengkajian Klien dengan Perubahan Proses Pikir: waham dalam Asuhan Keperawatan
1.      Proses pikir
 Sirkumtansial
 Flight of ideas
 Kehilangan asosiasi
 Tangensial
 Blocking
 Pengulangan bicara
2.      Isi pikir
 Obsesi
 Depersonalisasi
 Hipokondria
 Fobia
 Ide terkait
 Pikiran magis
Waham
 Agama
 Curiga
 Somatik
 Nihilistik
 Kebesaran
 Siar pikir
 Sisip pikir
 Kontrol piker
Berikan tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan data pasien!

Sumber : Keliat (1999)


Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan untuk
mengkaji klien dengan waham.
1.      Apakah klien memilki pikiran atau isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?
2.      Apakah klien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah klien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3.      Apakah klien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata?
4.      Apakah klien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5.      Apakah klien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6.      Apakah klien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
nkekuatan dari luar?
7.      Apakah klien menyatakan bahwa ia memilki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin
bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
LATIHAN FASE ORIENTASI, KERJA, DAN TERMINASI PADA SETIAP SP
Latihan 1. Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi waham klien.
Orientasi:
“Assalamualaikum perkenalkan nama saya silfa . Saya perawat yang dinas pagi ini diruang
Shinta. Saya dinas dari pukul 07.00 – 14.00. saya akan merawat Ibu hari ini. Nama ibu
siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Ibu E hari ini? Tidurnya semalam nyenyak tidak? Sekarang mas ada
keluhan tidak? Ada rasa pusing tidak?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu rasakan sekarang? Berapa lama ibu
kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Dimana sebaiknya kita
berbincang-bincang?”

Kerja:
“Apakah ibu merasa ibu seorang ustadzah ?” “Saya percaya ibu seorang ustadzah , tetapi
saya sendiri tidak mendengar akan hal itu. Apa yang ketahui tentang kepercayaan ibu ?
Apakah ibu merasanya terus-menerus atau sewaktu-waktu.” ”Kapan yang paling sering ibu
merasa menjadi ustadzah ? “Berapa kali dalam sehari ibu sering merasa ?” “Pada keadaan
seperti apa? Apakah pada waktu sendiri?” “Apa yang ibu rasakan ketika menjadi seorang
ustadzah? Bagaimana perasaan ibu ketika menjadi seorang ustadzah?” “Kemudian apa
yang anda lakukan?” “Apakah dengan cara tersebut ibu tersadar ?” “Apa yang ibu alami itu
waham. Ada tiga cara untuk mengontrol waham yang ibu alami, yaitu mendidik , minum
obat, dan melakukan aktivitas.”

Terminasi:
‘’setelah kita berbincang-bincang tadi, bagaimana kalau nanti 2 jam lagi saya datang untuk
bercakap-cakap tentang kepercayaan agama ibu?’’
‘’Bagaimana kalau nanti kita ngobrol tentang kepercayaan agama ibu yang dimiliki.
Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, ibu setuju?’’
‘’Kira-kira nanti kita bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 13.00 wib saja? Sampai
ketemu nanti ya.’’
‘’Bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrolnya?’’
‘’Nah nanti coba ibu ingat-ingat apa saja hobi dan kegemaran ibu.’’
Latihan 2. Memberikan tindakan keperawatan: waham ENAM BENAR MINUM OBAT
Orientasi:
Assalamualaikum. Ibu masih ingat dengan saya?” “Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
Evaluasi / validasi
“Apakah ibu masih merasa ibu seorang ustadzah?” “Apakah ibu telah melakukan apa yang
telah kita pelajari kemarin?” “apakah dengan menghardik kepercayaan – percayaan yang
ibu dengan bisa berkurang?”
Kontrak
“Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan latihan cara yang kedua dari empat
mengendalikan kepercayaan yaitu cara minum obat yang benar, apakah ibu bersedia?”
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?” “Apakah 20 menit?” “Ibu mau berbincang-
bincang dimana?”

Kerja:
“Apakah ibu sudah mendapat obat dari perawat?” “Ibu perlu meminum obat secara teratur
agar pikiran ibu jadi tenang dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam
yang warna orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya tenang dan
berkurang rasa marah dan mondar-mandirnya. Yang warna putihnya namanya THP minum
3 kali sehari supaya rileks dan tidak kaku. Jangan pernah menghentikan minum obat
sebelum berkonsultasi dengan dokter.”

Terminasi :
Evaluasi subjektif dan objektif
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbicang bincang tentang obat?” “Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mengontrol keyakinan ibu? Coba ibu
sebutkan?”
Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk melihat manfaat minum obat
dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain. Apakah ibu bersedia?”
Latihan 3 BERCAKAP-CAKAP.
Orientasi:
Salam terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi bu.”
Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?” “Apakah kepercayaan itu masih muncul?”
“Apakah ibu telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan kepercayaan yang mengganggu?” “Apakah dengan dua cara itu
kepercayaan yang ibu dengan bisa berkurang?”
Kontrak
“Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan belajar cara ketiga dari ke empat
cara mengendalikan kepercayaan yang muncul dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Apakah ibu bersedia?” “Berapa lama ibu mau berbincang-
bincang?” “Apakah 20 menit?” “Ibu mau berbincang-bincang dimana?”

Kerja:
‘’ ibu S perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,dan tidurnya juga tenang.’’
‘’Obatnya ada tiga macam ibu S, yang warnanya orenye namanya CPZ, yang putih ini
namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP. semuanya ini harus ibu E minum
3 kali sehari, setiap jam 7 pagi, dan 7 malam.’’
‘’Bila terasa mata berkunang-kunang, ibu S setidaknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu.’’
‘’Sebelum minum obat ini, ibu S lihat dulu label di kontak obat. Apakah benar nama ibu S
tertulis di sana, berapa dosis yang harus diminum,jam berapa saja harus diminum. Baca
juga apakah nama obatnya sudah benar.
‘’ ibu S, obat-obat ini harus di minum secara teratur dan kemungkinan besar harus ibu S
minum dalam watu yang lama.Sebaiknya ibu S tidak menghentikan sendiri obat yang harus
diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.’’
Terminasi:
‘’Bagaimana perasaan ibu S setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang ibu S minum?’’
‘’Setelah ini coba ibu S minum obat sesuai dengan yang saya ajarkan tadi.’’
‘’Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi ibu S ya?’’
“nanti saya akan berbicara kepada suami ibu,akan bercakap-cakap untuk kesembuhan ibu”
‘‘’Bagaimana pak,bisa kita ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara merawat ibu S
di rumah?’’
‘’Bagaiman kalau waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak setuju?’’

Latihan 4. Perawatan klien waham oleh keluarga.


Orientasi:
‘’Asalamualikum pak, sesuai dengan janji saya dan hari yang lalu sekarang saya datang
lagi.’’
‘’Bagaimana pak ,apakah sekarang ibu S sudah minum obat secara teratur?’’
‘’Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang bagaimana cara merawat ibu S di rumah.’’
‘’Di mana kita mau berbicara dan berapa lama bapak mau kita berbicara.’’

Kerja:
‘’Pak sebaiknya tidak perlu khuwatir dalam menghadapi sikap ibu S yang selalu
mengangap dirinya seorang ahli agama (ustadzah). Hal yang harus bapak lakukan adalah
setiap kali ibu berkata seperti itu, bapak dapat menanggapinya dengan: bapak mengerti ibu
S merasa bahwa ibu S seorang ahli agama , tapi sukar bagi bapak untuk percaya bahwa ibu
S ahli agama karnaa belum ada bukti yang menguatkan , bisa kita lanjutkan pembicaraan
kita tentang kemampuan-kemampuan yang pernah ibu S miliki?’’
‘’Bapak dapat bercakap-cakap dengan ibu S tentang kebutuhan yang diinginkan ibu S,
misalnya: ibu S mempunyai kemampuan dan keinginan. Coba ceritan ke bapak, ibu S kan
punya kemampuan.....’’( sebutkan kemampuan yang pernah di miliki oleh istri).
‘’Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?. “(jika istri bersedia mencoba keluarga dapat
memberikan pujian).
“lalu bapak juga harus lebih sering memuji ibu S jika ia melakukan hal-hal yang baik ya.”
“hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan ibu S.”
“pak, ibu S perlu minum obat ini agar pikirannya lebih tenang,sehingga dapat tidur
nyenyak.”
“obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan ibu S kambuh lagi.”
(libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien.)

Terminasi
“bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentamg cara merawat ibu S
dirumah?”
“setelah ini coba Bapak lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan tolong bantu ibu S
untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi.”
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh istri
bapak, misalnya : ibu mengatakan seorang ahli agama ( ustadzah ) , sering pergi naik haji .
Jika hal ini terjadi segera hubungi saya dipuskesmas ..... atau hubungi nomor ini.....

DAFTAR PUSTAKA
Soerojo. 2016 dalam artikel “ waham delugasi dapat menjangkit sipa saja “
https://rsjsoerojo.co.id/2016/02/16/waham-delusi-dapat-menjangkit-siapa-saja-yukk-kenali-
gejalanya/

Mayasari,Ria 2015 “ lp sp waham” https://id.scribd.com/doc/200689473/LP-DAN-SP-


WAHAM

Anda mungkin juga menyukai