DISUSUN OLEH :
Kelompok 22
Selma sriwahyuni
Silfa safira
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN TENTANG WAHAM
4. Faktor Prepitasi
a) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b) Faktor Biokimia
Dopamin,norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenangkan.
5. Macam – macam Waham
1) Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh:
“Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.” Atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang dapat
mengendalikan makhluknya.
2) Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho...”
“Saya punya tambang emas!”
3) Waham Curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh:
“Saya tahu...semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya.”
4) Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyataan.
Contoh:
“Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada
tubuhnya.
5) Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”
6. Status Mental
Berdasarkan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat eksentrik dan
aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain. Klien biasanya
cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu
perasaan hatinya hanya konsisten dengan isi waham.
7. Sensori dan Kognisi
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang,
tempat, dan waktu. Daya ingat atau kongnisi lainnya biasanya akurat. Pengendalian
impuls pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencana unutk bunuh
diri, membunuh, atau melakukan kekerassan pada orang lain.
Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya konteks dan limbik otak.
Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya
perubahan emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan
lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons lingkungan kurang mendukung
terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada orang
lain.
C. Pohon Masalah
F. Diagnosis Keperawatan
Perubahan proses pikir: waham
3. Terminasi
Evaluasi subjektif
‘’Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?’’
Evaluasi objektif
‘’Jadi apa saja yang kita bicarakan tadi bu? Bisakah ibu ulangi lagi yang kita
bicarakan tadi’
Rencana tindak lanjut
‘’setelah kita berbincang-bincang tadi, bagaimana kalau nanti 2 jam lagi saya
datang untuk bercakap-cakap tentang potensi atau kemampuan lain yang ibu miliki?’’
Kontrak yang akan datang
a. Topic: ‘’Bagaimana kalau nanti kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan yang
ibu miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, ibu setuju?’’
b. Waktu: ‘’Kira-kira nanti kita bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 13.00 wib
saja? Sampai ketemu nanti ya.’’
c. Tempat: ‘’Bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrolnya?’’
Pengkajian Klien dengan Perubahan Proses Pikir: waham dalam Asuhan Keperawatan
1. Proses pikir
Sirkumtansial
Flight of ideas
Kehilangan asosiasi
Tangensial
Blocking
Pengulangan bicara
2. Isi pikir
Obsesi
Depersonalisasi
Hipokondria
Fobia
Ide terkait
Pikiran magis
Waham
Agama
Curiga
Somatik
Nihilistik
Kebesaran
Siar pikir
Sisip pikir
Kontrol piker
Berikan tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan data pasien!
Kerja:
“Apakah ibu merasa ibu seorang ustadzah ?” “Saya percaya ibu seorang ustadzah , tetapi
saya sendiri tidak mendengar akan hal itu. Apa yang ketahui tentang kepercayaan ibu ?
Apakah ibu merasanya terus-menerus atau sewaktu-waktu.” ”Kapan yang paling sering ibu
merasa menjadi ustadzah ? “Berapa kali dalam sehari ibu sering merasa ?” “Pada keadaan
seperti apa? Apakah pada waktu sendiri?” “Apa yang ibu rasakan ketika menjadi seorang
ustadzah? Bagaimana perasaan ibu ketika menjadi seorang ustadzah?” “Kemudian apa
yang anda lakukan?” “Apakah dengan cara tersebut ibu tersadar ?” “Apa yang ibu alami itu
waham. Ada tiga cara untuk mengontrol waham yang ibu alami, yaitu mendidik , minum
obat, dan melakukan aktivitas.”
Terminasi:
‘’setelah kita berbincang-bincang tadi, bagaimana kalau nanti 2 jam lagi saya datang untuk
bercakap-cakap tentang kepercayaan agama ibu?’’
‘’Bagaimana kalau nanti kita ngobrol tentang kepercayaan agama ibu yang dimiliki.
Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, ibu setuju?’’
‘’Kira-kira nanti kita bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 13.00 wib saja? Sampai
ketemu nanti ya.’’
‘’Bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrolnya?’’
‘’Nah nanti coba ibu ingat-ingat apa saja hobi dan kegemaran ibu.’’
Latihan 2. Memberikan tindakan keperawatan: waham ENAM BENAR MINUM OBAT
Orientasi:
Assalamualaikum. Ibu masih ingat dengan saya?” “Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
Evaluasi / validasi
“Apakah ibu masih merasa ibu seorang ustadzah?” “Apakah ibu telah melakukan apa yang
telah kita pelajari kemarin?” “apakah dengan menghardik kepercayaan – percayaan yang
ibu dengan bisa berkurang?”
Kontrak
“Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan latihan cara yang kedua dari empat
mengendalikan kepercayaan yaitu cara minum obat yang benar, apakah ibu bersedia?”
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?” “Apakah 20 menit?” “Ibu mau berbincang-
bincang dimana?”
Kerja:
“Apakah ibu sudah mendapat obat dari perawat?” “Ibu perlu meminum obat secara teratur
agar pikiran ibu jadi tenang dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam
yang warna orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya tenang dan
berkurang rasa marah dan mondar-mandirnya. Yang warna putihnya namanya THP minum
3 kali sehari supaya rileks dan tidak kaku. Jangan pernah menghentikan minum obat
sebelum berkonsultasi dengan dokter.”
Terminasi :
Evaluasi subjektif dan objektif
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbicang bincang tentang obat?” “Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mengontrol keyakinan ibu? Coba ibu
sebutkan?”
Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk melihat manfaat minum obat
dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain. Apakah ibu bersedia?”
Latihan 3 BERCAKAP-CAKAP.
Orientasi:
Salam terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi bu.”
Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?” “Apakah kepercayaan itu masih muncul?”
“Apakah ibu telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan kepercayaan yang mengganggu?” “Apakah dengan dua cara itu
kepercayaan yang ibu dengan bisa berkurang?”
Kontrak
“Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan belajar cara ketiga dari ke empat
cara mengendalikan kepercayaan yang muncul dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Apakah ibu bersedia?” “Berapa lama ibu mau berbincang-
bincang?” “Apakah 20 menit?” “Ibu mau berbincang-bincang dimana?”
Kerja:
‘’ ibu S perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,dan tidurnya juga tenang.’’
‘’Obatnya ada tiga macam ibu S, yang warnanya orenye namanya CPZ, yang putih ini
namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP. semuanya ini harus ibu E minum
3 kali sehari, setiap jam 7 pagi, dan 7 malam.’’
‘’Bila terasa mata berkunang-kunang, ibu S setidaknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu.’’
‘’Sebelum minum obat ini, ibu S lihat dulu label di kontak obat. Apakah benar nama ibu S
tertulis di sana, berapa dosis yang harus diminum,jam berapa saja harus diminum. Baca
juga apakah nama obatnya sudah benar.
‘’ ibu S, obat-obat ini harus di minum secara teratur dan kemungkinan besar harus ibu S
minum dalam watu yang lama.Sebaiknya ibu S tidak menghentikan sendiri obat yang harus
diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.’’
Terminasi:
‘’Bagaimana perasaan ibu S setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang ibu S minum?’’
‘’Setelah ini coba ibu S minum obat sesuai dengan yang saya ajarkan tadi.’’
‘’Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi ibu S ya?’’
“nanti saya akan berbicara kepada suami ibu,akan bercakap-cakap untuk kesembuhan ibu”
‘‘’Bagaimana pak,bisa kita ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara merawat ibu S
di rumah?’’
‘’Bagaiman kalau waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak setuju?’’
Kerja:
‘’Pak sebaiknya tidak perlu khuwatir dalam menghadapi sikap ibu S yang selalu
mengangap dirinya seorang ahli agama (ustadzah). Hal yang harus bapak lakukan adalah
setiap kali ibu berkata seperti itu, bapak dapat menanggapinya dengan: bapak mengerti ibu
S merasa bahwa ibu S seorang ahli agama , tapi sukar bagi bapak untuk percaya bahwa ibu
S ahli agama karnaa belum ada bukti yang menguatkan , bisa kita lanjutkan pembicaraan
kita tentang kemampuan-kemampuan yang pernah ibu S miliki?’’
‘’Bapak dapat bercakap-cakap dengan ibu S tentang kebutuhan yang diinginkan ibu S,
misalnya: ibu S mempunyai kemampuan dan keinginan. Coba ceritan ke bapak, ibu S kan
punya kemampuan.....’’( sebutkan kemampuan yang pernah di miliki oleh istri).
‘’Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?. “(jika istri bersedia mencoba keluarga dapat
memberikan pujian).
“lalu bapak juga harus lebih sering memuji ibu S jika ia melakukan hal-hal yang baik ya.”
“hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan ibu S.”
“pak, ibu S perlu minum obat ini agar pikirannya lebih tenang,sehingga dapat tidur
nyenyak.”
“obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan ibu S kambuh lagi.”
(libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien.)
Terminasi
“bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentamg cara merawat ibu S
dirumah?”
“setelah ini coba Bapak lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan tolong bantu ibu S
untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi.”
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh istri
bapak, misalnya : ibu mengatakan seorang ahli agama ( ustadzah ) , sering pergi naik haji .
Jika hal ini terjadi segera hubungi saya dipuskesmas ..... atau hubungi nomor ini.....
DAFTAR PUSTAKA
Soerojo. 2016 dalam artikel “ waham delugasi dapat menjangkit sipa saja “
https://rsjsoerojo.co.id/2016/02/16/waham-delusi-dapat-menjangkit-siapa-saja-yukk-kenali-
gejalanya/