Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN

DEPRESI POST PARTUM

Dosen Pembimbing : Sutarno, SST, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Septi Kurniah (106118012)


2. Awalia Amatusshafiya (106118013)
3. Tri Widiyaningsih (106118014)
4. Rifa Ayu Anindya (106118015)
5. Nofa (106118016)
6. Widia Syifa Nur Kamila (106118017)
7. Rizal Fahmi (106118018)
8. Ilham Wahid Julispiansyah (106118019)
9. Yahya Yoga Permana (106118021)

PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT 3


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
PERIODE 2020/2021
Depresi Post Partum

1. Definisi
Depresi post partum adalah depressi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt
menyatakan bahwa depresi postpartum adalah depresiyang bervariasi dari hari ke hari
dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan dengan suami).
Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia.
Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat keadaan yang relatif mempunyai tingkat
keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.

2. Faktor Risiko Depresi Postpartum


Depresi postpartum sering terjadi pada ibu yang baru pertama kali memiliki anak.
Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak selanjutnya. Berikut faktor
risiko yang dapat meningkatkan risiko depresi postpartum, yaitu:

a. Riwayat gangguan depresi sebelumnya.


b. Riwayat gangguan bipolar.
c. Riwayat depresi postpartum pada kehamilan sebelumnya.
d. Mengalami kejadian yang berat dalam satu tahun terakhir yang mengganggu
emosi danpsikis.
e. Bayi memiliki kebutuhan khusus atau keadaan khusus.
f. Bayi kembar, atau kehamilan triplet yang membutuhkan perhatian lebih.
g. Kesulitan dalam memberikan ASI.
h. Memiliki permasalahan dengan pasangan.
i. Masalah finansial saat menjelang persalinan.
j. Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.

3. Penyebab Depresi Postpartum


Tidak ada penyebab tunggal yang menyebabkan depresi postpartum. Namun,
permasalahan psikis maupun perubahan kondisi fisik memiliki peran dalam depresi
postpartum.

Perubahan fisik. Setelah persalinan, terdapat perubahan hormon yang sangat besar
dalam tubuh perempuan (terutama hormon wanita estrogen dan progesteron). Hormon
tubuh lain, seperti yang diproduksi oleh tiroid juga mengalami perubahan sebagai
akibat penyesuaian dari perubahan tersebut. Hormon tiroid ini yang salah satunya
berperan dalam memberikan perubahan mood setelah melahirkan.
Permasalahan psikis. Memiliki bayi (terutama untuk yang pertama kali) sering kali
menyebabkan ibu menjadi cemas dan tidak percaya diri dengan kemampuannya
merawat bayi baru lahir. Perasaan seperti ini yang berkepanjangan dapat
menyebabkan ibu jatuh dalam keadaan depresi.

4. Gejala Depresi Postpartum


Sebelum mencapai depresi postpartum, ada keadaan yang dinamakan baby blues
syndrome, yaitu gangguan perubahan mood setelah melahirkan. Depresi post partum
memiliki gejala yang mirip dengan baby blues syndrome, dengan durasi yang lebih
lama dan intensitas yang lebih berat, seperti:
a. Gangguan perubahan mood.
b. Cemas.
c. Sedih.
d. Sensitif secara emosional terhadap sesuatu.
e. Merasa bersalah.
f. Menangis berlebihan.
g. Penurunan konsentrasi.
h. Gangguan makan.
i. Gangguan tidur, sulit tidur (insomnia) atau terlalu banyak tidur.
j. Menjauh dari keluarga.
k. Kesulitan dalam merawat bayi.

5. Komplikasi Depresi Postpartum


Jika tidak ditangani dengan tepat, depresi post partum dapat mengganggu
hubungan antara anak dengan ibu dan menyebabkan permasalahan dalam keluarga.
Bagi ibu. Depresi postpartum yang dibiarkan dan tidak diberikan penanganan
dapat bertahan hingga bulanan. Hal ini meningkatkan risiko ibu terkena gangguan
depresi kronik dan episode depresi mayor lainnya.
Bagi ayah. Depresi postpartum dapat menimbulkan efek yang berkepanjangan
dalam keluarga. Ibu dengan depresi postpartum dapat meningkatkan risiko depresi
pada ayah.
Bagi anak. Anak dengan ibu yang mengalami depresi postpartum kemungkinan
memiliki gangguan emosi dan perilaku, seperti gangguan makan dan tidur, mudah
menangis, dan keterlambatan dalam bicara.
6. Pengobatan Depresi Postpartum
Pengobatan depresi postpartum sering melibatkan psikoterapi atau menggunakan
obat-obatan, atau bahkan keduanya.
Psikoterapi. Sebuah sesi yang digunakan untuk ibu dan mungkin ayah untuk dapat
bertemu dengan psikiater atau psikolog, kemudian membicarakan seluruh masalah
yang mendasari terjadinya depresi tersebut. Psikoterapi bertujuan untuk mencari jalan
bagaimana menyikapi suatu masalah, sehingga tidak menyebabkan beban bagi ibu.
Obat antidepresan. Obat-obatan antidepresan dapat diberikan oleh dokter jika
dibutuhkan. Meskipun dapat masuk dalam ASI, obat antidepresan kebanyakan tidak
menimbulkan efek samping bagi bayi.

7. Pencegahan Depresi Postpartum


Jika memiliki riwayat gangguan kejiwaan seperti kecemasan atau depresi
sebelumnya, segera beritahukan kepada dokter saat melakukan pengecekan rutin
kehamilan.
Selama kehamilan, Dokter akan mengobservasi gejala dan tanda dari depresi. Selama
kehamilan beberapa ibu memiliki kecenderungan untuk memiliki depresi ringan.
Setelah bayi lahir. Setelah bayi lahir dokter akan merekomendasikan pemeriksaan
rutin untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda depresi atau baby blues syndrome.
Asuhan Keperawatan

No Dx Keperawatan NOC NIC


1.
Ansietas b/d stressor Pengurangan
Batasan Setelah dilakukan tindakan Kecemasan
karakteristik :
Perilaku keperawatan selama 1 x 24 jam Aktifitas :
1. Gelisah diharapkan pasien tidak cemas 1.1 gunakan
2. Insomnia pendekatan yang
3. Penurunan kembali. tenang dan
prosuktivitas meyakinkan.
4. Melihat sepintas 1.2 Berada di sisi
5. Khawatir tentang klien untuk
perubahan dalam Tingkat kecemasan meningkatkan
peristiwa hidup rasa aman dan
Afektif mengurangi
NO INDIKATOR IR ER
1. Kesedihan yang ketakutan.
mendalam 1. Tidak dapat 3 5 1.3 Lakukan usapan
2. Gelisah beristirahat pada punggung
3. Distres /leher dengan
4. Ketakutan cara yang tepat.
5. Putus asa 2. Meremas 3 5 1.4 Berikan aktifitas
tangan
6. Gugup pengganti untuk
7. Menyesal mengurangi
8. Ragu 3. Kesulitan 3 5 tekanan .
9. Sangat khawatir konsentrasi
10. Senang berlebihan
Fisiologi
1. Wajah tegang
2. Tremor tangan Keterangan :
3. Gemetar 1= Berat
4. Suara bergetar 2= Cukup Berat
5. Peningkatan 3= Sedang
keringat 4= Ringan
Kognitif 5= tidak ada
1. Gangguan
perhatian
2. Gangguan
konsentrasi
3. Lupa
4. Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
5. Melamun

2. Hambatan interaksi Setelah dilakukan tindakan Modifikasi


sosial b/d gangguan Perilaku :
keperawatan selama 2 x 24 jam
konsep diri Kecakapan Sosial
Batasan Karakteristik diharapkan pasien dapat
: Aktifitas :
berinteraksi normal seperti
1. Ketidaknyamanan
dalam situasi sosial biasanya 2.1 bantu pasien
2. Ketidakpuasan untuk
dengan hubungan mengidentifikasi
sosial masalah dari
3. Disfungsi interaksi kurangnya
Keterlibatan sosial
denga orang lain keterampilan social.
4. Keluarga
melaporkan NO INDIKATOR IR ER 2.2 bantu pasien
perubahan dalam 1. Berinteraksi 3 5 untuk
berinteraksi dengan teman mengidentifikasi
5. Gangguan fungsi dekat langkah-langkah
sosial dalam berperilaku
2. Berinteraksi 3 5 untuk mencapai
dengan anggota keterampilan social
keluarga

3. Berinteraksi 3 5 2.3 sediakan umpan


dengan balik ( reward ) bagi
tetangga pasien jika pasien
mampu menunjukan
kemampuan
keterampilan
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : kadang-kadang menunjukan
4 : sering menunjukan
5 : secara konsisiten
menunjukan

3. Resiko perilaku Setelah dilakukan tindakan Bantuan Kontrol


kekerasan terhadap diri Marah
keperawatan selama 2 x 24 jam
sendiri b/d status
emosional post partum diharapkan pasien dapat Aktifitas :
Batasan Karakteristik
mengontrol emosi nya kembali
: 3.1 bangun rasa
1. Putus asa percaya dan
2. Penolakan Menahan Diri Dari Kemarahan hubungan yang dekat
3. Cemas dan harmonis dengan
4. Panik N INDIKATOR IR ER pasien
5. Mudah marah O
1. Mengidentifikasi 3 5 3.2 gunakan
kapan marah pendekatan yang
tenang dan
2. Mengidentifikasi 3 5 meyakinkan.
kapan frustasi
3.3 tentukan harapan
mengenai tingkah
3. Mengidentifikasi 3 5 laku yang tepat
tanda- tanda dalam
awal marah mengekspresikan
perasaan marah
Keterangan :
1 : tidak pernah dilakukan 3.4 batasi akses yang
2 : Jarang dilakukan terhadap situasi yang
3 : kadang-kadang dilakukan menyebabkan
4 : sering dilakukan frustasi
5 : dilakukan secara konsisiten

Anda mungkin juga menyukai