SESI 3 UAS
Pokok Bahasan : PENGUKURAN PRESTASI DENGAN
MENGGUNAKAN RETURN ON INVESTMENT
RETURN ON INVESTMENT
Return on investment (ROI) dihitung dengan cara membagi laba dengan rata-
rata investasi, atau
Laba
ROI
Rata rata Investasi
Persamaan tersebut dapat diperiuas lebih lanjut menjadi :
Laba Hasil penjualan
ROI
Hasil Penjualan Rata rata Investasi
Dengan demikian rumus ROI mempunyai dua komponen : (1) return on sales
(yaitu laba dibagi hasil penjualan) dan (2) capital turnover (yaitu hasil penjualan
dibagi rata-rata investasi). Rumus ROI yang terakhir ini lebih bermanfaat untuk
analisa prestasi kerena menejemen dapat mengarahkan perhatiannya kepada tiga
faktor yang menyebabkan perubahan
return on investment. Tiga faktor tersebut adalah :
(1) Perubahan hasil penjualan
(2) Perubahan biaya.
(3) Perubahan investasi
Tabel .9.1. berikut ini memperlihatkan bagaimana pemisahan elemen-elemen return
on investment dapat mempermudah analisa prestasi suatu investasi.
PT RIMENDI
Data Operasi Tahun 19X1, 19X2, dan 19X3
(dalam ribuan rupiah)
19X1 19X2 19X3
Hasil penjualan (a) ………………… Rp 9.000,---- Rp 9.425,---- Rp 9.620,--
Biaya (b)…………………………… Rp 7.920,---- Rp 8.294,---- Rp 8.561,8
Laba (a) – (b) = (c)………………… Rp 1.080,---- Rp 1.131,---- Rp 1.058,2
Ivestasi (d) ………………………… Rp 6.000,---- Rp 7.250,---- Rp 7.400,--
Return on sales
(c) : (a) =(e)…………………… 12,0% 12,0% 11,0%
Capital turnover
(a) : (d) =(f)…………………… 1,5% 1,3% 1,3%
Return on Investment
(e) : (f) =(g)…………………… 18,0% 15,6% 14,3%
Table 9.1. Data Operasi PT Rimendi
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa return on sale PT Rimendi
adalah sama di dalam tahun 19X1 dan 19X2. Jika hanya return on sale ini dipakai
sebagai pengukur prestasi, perusahaan tersebut nampak mengalami kemajuan, karena
kenaikan hasil penjualan sebesar Rp 425.000,-- dapat menaikkan laba sebesar Rp
51.000,-. Tetapi jika ditelaah lebih lanjut return on investment perusahaan ini
mengalami penurunan dari 18 % dalam tahun 19X1 menjadi 15,6 % dalam tahun
19X2. Hal ini terjadi karena kenaikan penjualan dalam tahun pital turnover
mengalami penurunan dari 1,5 dalam tahun 19X1 menjadi 1,3 dalam tahun 19X2.
Dalam tahun 19X2 dan 19X3 capital turnover sesungguhnya tetap sama, tetapi
return on investment terus mengalami penurunan, dari 15,6% dalam tahun 19X2
menjadi 14,3% dalam tahun 19X3. Hal ini terjadi karena adanya penurunan return on
sale dari 12% dalam tahun 19X2 menjadi 11,0% dalam tahun 19X3 yang disebabkan
karena kenaikan biaya yang lebih besar dibanding dcngan ,kenaikan hasil penjualan.
Dengan melakukan analisa terhadap laponm rugi laba, menejemen dapat
menunjuk biaya mana yang mengalami kenaikan dan dapat melakukan tindakan
perbaikan.
Ada empat masalah yang timbul di dalm menggunakan return oninvestment
sebagai alat pengukur prestasi. Masalah-masalah tersebut meliputi : (1) pemilihan
konsep laba yang akan digunakan sebagai pembilang di dalam rumus perhitungan
ROI, (2) penentuan aktiva yang dimasukkan sebagai unsur investasi, (3) pemilihan
metode penilaian aktiva yang diperhitungkan di dalam unsur investasi tersebut dan
(4) alokasi aktiva kantor pusat kepada pabrik, divisi atau sektor-sektor intern lain.
PEMILIHAN KONSEP LABA
Di dalam akuntansi terdapat banyak sekali konsep laba: laba bruto, laba usaha,
laba bersih sebelum pajak, laba bersih sesudah pajak, contribution margin dan masih
banyak lagi istilah laba yang lain.
Untuk kepentingan pengukuran prestasi perlu dipilih konsep laba yang relevan
dengan pengukuran tersebut. Patokan yang dipalcai sebagai dasar pemilihan konsep
laba adalah dapat dikendalikan tidaknya unsur-unsur yang digunakan untuk
menghitung laba oleh seorang menejer. Menejer suatu pusat investasi hanya dapat
dimintai pertanggungjawaban atas laba yang dihasilkan unitnya jika ia dapat
mengendalikan semua unsur yang digunakan untuk menghitung laba tersebut.
Ada empat konsep laba yang dapat dipilih sebagai pembilang dalam rumus
perhitungan return on investment:
(1) Division net profit,
(2) Division direct profit,
(3) Division controllable profit dan
(4) Division contribution margin.
Unsur-unsur yang digunakan untuk penghitungan tiap-tiap jenis laba tersebut
dapat dilihat dalam tabel 9.2. beriktit ini.
Division Division Division Division
Contribution Controllable Direct Net Profit
Margin Profit Profit
Hasil langsung Rp 19.000,- Rp 19.000,- Rp 19.000,- Rp 19.000,-
Biaya langsung:
Biaya variable
Terkendalikan Rp 8.000,- Rp 8.000,- Rp 8.000,- Rp 8.000,-
Biay variabel
tak terkendalikan 2.500,- - 2.500,- 2.500,-
Rp 8.500,-
Biaya tetap terkendalikan 2.000,- 2.000,- 2.000,-
Rp 9.000,-
Biaya tetap tak terkendalikan 1.500,- 1.500,-
Rp 5.000,-
Biaya tak langsung :
Alokasi biaya dari kantor pusat 2.000,-
Rp 3.000,-
Berikut ini akan dibahas pengertian tiap-tiap jenis laba tersebut dengan tujuan
untuk menilai konsep laba mana yang relevan dengan penggunaan return on
investment untuk pengukuran prestasi.
1. DIVISION NET PROFIT
Division net profit adalah laba bersih sebelum pajak -yang diperoleh divisi
dalam periode tertentu. Biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan untuk
mendapatkan laba bersih adalah :
(a) Biaya variabel terkendalikan.
(b) Biaya variabel tak terkendalikan.
(c) Biaya tetap terkendalikan (controllable fixed cost).
(d) Biaya tetap tak terkendalikan (uncontrollable fixed cost).
(e) Biaya tak langsung divisi, yang merupakan alokasi biaya dari kantor pusat
PT RIMENDI
Neraca 31 Desember 19X1
(dalam ribuan rupiah)
AKTIVA PASIVA
Aktiva lancar bersih Rp. 90.000 Hutang lancar Rp 30.000
Aktiva tetap Rp 100.000 Hutang jangka panjang
Dikurangi: (bunga 4%) 50.000
Akumulasi Modal saham 70.000
depresiasi 40.000
60.000
Jumlah Aktiva Rp. 150.000 Jumlah pasiva Rp 150.000
Catatan: laba bersih sebelum pajak untuk tahun 19X1 adalah Rp 10.500.000,-
1. HARGA PEROLEHAN.
Jika harga perolehan aktiva digunakan di dalam perhitungan return on
investment, akumulasi depresiasi aktiva tetap tidak diperhitungkan di dalam
perhitungan total aktiva. Di dalam eatatan di atas, jum1ah aktiva yang merupakan
investasi PT Rimendi di dalam tahun 19X1 adalah Rp 190_000.000 (Rp 150.000.000
+ Rp 40.000.000) dengan demikian return on investment yang dihitung dengan
menggunakan penilaian aktiva ini adalah sebesar 5,5% (Rp 10.500_000/Rp
190.000.000).
Dasar pikiran yang melandasi penggunaan harga perolehan untuk menilai
aktiva tetap di dalam perhitungan return on investment adalah sebagai berikut :
(a) Cara penilaian ini menjamin dapat dibandingkannya return on investment
berbagai divisi di dalam perusahaan. Divisi yang menggunakan aktiva tetap yang
tua dan yang menggunakan aktiva tetap baru akan diukur prestasinya atas dasar
nilai aktiva tetap yang dapat diperbandingkan, karena harga perolehan tidak
dipengaruhi adanya jumlah akumulasi depresiasi. Jika berbagai divisi di dalam
suatu perusahaan menggunakan metode depresiasi aktiva tetap yang berbeda-
beda, metode penilaian ini tetap dapat menjamin dapat diperbandingkannya
return on investment yang dihitung, karena metode depresiasi tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga perolehan.
(b) Jika nilai buku aktiva tetap digunakan sebagai dasar penilaian aktiva, laba akan
dihubungkan dengan jumlah investasi yang makin lama makin menurun. Jika
jumlah laba stabil, maka return on investment akan terus menerus naik, sehingga
alat pengukur ini tidak dapat menggambarkan baik tidaknya prestasi menejer.
Oleh karena itu untuk perhitungan return on investinent-laba harus dihubungkan
dengan jumlah investasi yang relatif stabil. Dengan tidak memperhitungkan
akumulasi depresiasi di dalam penilaian aktiva tetap, jumlah investasi akan dapat
dipakai sebagai dasar pengukuran prestasi yang dapat dipercaya.
(c) Aktiva tetap di dalam perusahaan manufaktur mempunyai sifat yang berbeda
dengan aktiva tetap di dalam perusahaan pertambangan. Di dalam perusahaan
pertambangan, aktiva tetap adalah berupa wasting assets, yang lambat laun akan
habis karena kegiatan perusahaan. Sebaliknya, aktiva tetap di dalam perusa.haan
manufaktur pada urnumnya selalu dipertahankan dalam kondisi puncak untuk
produksi dengan cara mengadakan pemiliharaan terhadap aktiva tetap tersebut.
Dengan demikian akumulasi depresiasi terutama hanya merupakan cadangan
untuk keusangan karena teknologi. Oleh karena itu tidaklah adil jika menejer
divisi hanya diukur prestasinya dengan cara membandingkan laba dengan aktiva
yang dinilai pada nilai bukunya.
Meskipun semua dasar pikiran yang melandasi penggunaan harga perolehan
tersebut bermanfaat untuk mempertimbangkan metode penilaian aktiva yang akan
digunakan di dalam perhitungan return on investment, dasar pikiran yang terakhir
tidak seluruhnya meyakinkan , dengan tidak dikurangkannya akumulasi depresiasi
dari harga perolehan aktiva tetap, return on investment yang dihasilkan akan tetap
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena laba akan
selalu menurun dengan adanya kenaikan biaya pemeliharaan untuk mempertahankan
produktifitas aktiva tetap tersebut.
2. NILAI BUKU
Di dalam metode ini, aktiva t etap dinilai sebesar nilai bukunya di dalam
perhitungan return on investment. Dari data dalam tabel 9.3. return on investment PT
Rimendi yang dihitung dengan menggunakan penilaian aktiva ini adalah sebesar 7%
(Rp 10.500.000/Rp 150.000.000).
Dasar pikiran yang melandasi penggunaan nilai buku di dalam penilaian aktiva
tetap untuk perhitungan return on investment adalah sebagai berikut :
1. Dalam keadaan di mana tidak terjadi fluktuasi nilai uang dan tidak adanya
penilaian aktiva tetap, nilai buku aktiva tetap mempunyai manfaat ekonomis
lebih besar bila dibandingkan dengan harga perolehan. Hal ini disebabkan
karena nilai buku telah memperhitungkan sebagian harga perolehan aktiva tetap
yang telah diperoleh kembali melalui pembebanan biaya depresiasi terhadap
penghasilan. Nilai buku juga mengukur adanya penurunan nilai aktiva tetap
karena adanya keausan karena pemakaian dan keusangan karena perkembangan
teknologi.
2. Penilaian aktiva tetap dengan menggunakan nilaibukunya adalah sesuai dengan
prinsip akuntansi yang lazim yang dipakai sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan untuk pihak luar. Menejemen akan lebih mudah memahami
penggunaan nilai buku dibandingkan dengan penggunaan nilai yang lain untuk
aktiva tetap.
3. Biaya depresiasi dibebankan kepada penghasilan suatu periode untuk
mendapatkan laba bersih. Dengan, demikian, depresiasi ini disatu pihak
mengurangi nilai aktiva tetap, sedangkan di pihak lain akan menambah aktiva
lancar, karena biaya depresiasi bukan merupakan biaya yang memerlukan
pengurangan aktiva lancar. Dengan demikian depresiasi dapat dikatakan
berfungsi untuk menjaga keutuhan aktiva perusahaan, sehingga aktiva yang
digunakan di dalam perhitungan return on investment dapat relatif stabil.
4. Makin tua suatu aktiva tetap akan semakin tinggi biaya pemeliharaannya,
sehingga laba yang dihasilkan oleh aktiva terse but semakin menurun. Oleh
karena itu adalah wajar untuk mempertemukan laba yang semakin mengecil
karena semakin tingginya biaya pemeliharaan tersebut dengan nilai buku aktiva
tetap yang juga semakin menurun di dalam perhitungan return on investment.
Penggunaan nilai buku aktiva di dalam perhitungan return on investment
mempunyai kelemahan. Perbandingari return on investment antara divisi tidak dapat
dilakukan jika di antara divisi tersebut ada yang menggunakan aktiva tetap yang baru
dan ada yang menggunakan aktiva tetap yang lama atau ada yang menggunakan
aktiva tetap sewaan dan ada yang menggunakan aktiva tetap milik sendiri.
Metode penilaian ini sangat effektif digunakan untuk membandingkan prestasi
suatu divisi dengan prestasinya sendiri di dalam periode sebelumnya atau prestasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Metode penilaian aktiva ini lebih bermanfaat untuk analisa keuangan ekstern
bila dibandingkan dengan untuk pengukuran prestasi bagian-bagian dalam
perusahaan.
Dari data dalam tabel 3., Return on investment PT Rirnendi dalam tahun 19X1
adalah sebesar 7 % (Rp 10.500.000/Rp 150.000.000) dan Rentabilitas Modal Sendiri
= 15 % (Rp.10.500.000/Rp.70.000.000).
Perhitungan return on investment dengan cara ini pada umumnya dilakukan
oleh para analis keuangan dan para investor. Mereka hanya berkepentingan terhadap
return on net capital investment, yaitu return dari nilai buku aktiva dikurangi dengan
total hutang.
Setelah diuraikan berbagai metode penilaian aktiva yang diperhitungkan di
dalam penentuan return on investment, dapat disimpulkan bagaimana sulitnya
membandingkan return on investment yang dihitung oleh berbagai perusahaan.
Perbandingan return on investment yang dihitung untuk dua perusahaan yang
berbeda hanya dapat dilakukan jika ada kesamaan dalam hal :
(1) Konsep laba yang digunakan.
(2) Komponen untuk menghitung laba.
(3) Komposisi aktiva yang diperhitungkan di dalam investasi.
(4) Penilaian aktiva.
Untuk kepentingan mengukur prestasi bagian-bagian di dalam suatu
perusahaan return on investment dapat diterapkan dengan baik karena menejemen
puncak dapat menyeragamkan perhitungannya dan menerapkan metode
perhitungannya secara konsisten, sehingga komparabilitasnya dapat dijamin, baik
antar bagian dalam perusahaan maupun antar periode akuntansi.
Di dalanm menghitung jumlah investasi yang digunakan sebagai penyebut di
dalam rumus return on investment, angka rata-rata investasi bulan, adalah yang
paling mewakili.
RESIDUAL INCOME
Telah disebutkan di muka bahwa salah satu kelemahan ROI sebagai alat
pengukur prestasi divisi adalah adanya kecenderungan menejer divisi untuk menolak
kesempatan investasi yang hanya menghasilkan ROI di bawah ROI yang ditargetkan,
untuk divisi yang bersangkutan. Karena ROI merupakan persentase yang bersifat
tetap jika te1ah ditentukan oleh menejemen puncak, maka seorang menejer divisi
yang telah diberi target ROI sebesar 20 % tidak akan tertarik untuk melakukan
investasi yang hanya akan menghasilkan ROI di bawah 20 %.
Untuk mengatasi keburukan terse but, telah dicari alternatif lain untuk
mengukur prestasi pusat investasi, yaitu dengan menghitung residual income (RI).
Berbeda dengan ROI, yang berupa persentase, residual income berupa angka absolut
dalam satuan rupiah . Residual income dihitung dengan cara mengurangi laba dengan
beban modal (capital charge). Beban modal ini dihitung dengan cara mengalikan
aktiva yang digunakan dengan suatu persentase. Contoh dalam tabel 9.5.
memperlihatkan perhitungan residual income dan ROI. Di dalam perhitungan
tersebut, yang diperhitungkan sebagai investasi adalah total aktiva di mana aktiva
tetap dinilai sebesar nilai bukunya.
Jika menejer suatu divisi diukur prestasinya berdasar RI, maka kesempatan
investasi yang masih menghasilkan RI yang positiv akan tetap menarik bagi menejer
divisi yang bersangkutan.