Anda di halaman 1dari 4

Hasil Notulensi Kode Etik

Kelompok 2 (Kasus DS)

Nama anggota kelompok :

Ismi Dinniah Fahma – 6017210046 Muhammad Rifky F – 6017210059

Mochammad Raihan Nur F – 6017210058 Novita Rizkyanti – 6017210063

Raras Ayu Citta – 6017210070 Rastrasya Zein Tiara – 6017210071

Riffani Nadya Hapsari – 6017210072 Riko Armando – 6017210074

Riska Febri Salsabila – 6017210075 Rosalina – 6017210077

Salshabilla Yuditha – 6017210080 Sela Anggraini – 6017210082

Fakultas Psikologi
Universitas Pancasila
2020
1. Saya selaras 6017210083 , dari kelompok 1, ingin bertanya: dilihat kalau hasil analisa
merujuk pada pelecehan seksual yang telah dilakukan psikolog.. selain pasal yang telah
disebutkan, apakah tidak ada pasal lain yang dapat digunakan? Misalnya pasal 14?
Apakah ada alasan mengapa pasal 14 tidak dipertimbangkan untuk digunakan?

Jawab : Saya ismi dinniah fahma dari klmpk 2 ingin menjawab, kenapa kami tidak
memasukan pasal 14 kedalam analisis, hal ini karena di pasal 14 berbunyi “ seorang
psikolog atau ilmuwan tidak terlibat dalam pelecehan seksual” disini kn pembahasannya
khusu untuk org yg benar2 sudah legal menjadi seorang psikolog, sedangkan dedy bukan
psikolog resmi jadi kita hanya membahas mengenai pelanggaran terhadap bentuk
konseling atau terapi aja

okay, bisa saja merujuk ke pasal yg lain, pasal 14 juga bisa dipertimbangkan, tapi
kelompok kami sudah mengambil pasal yg paling mewakili, lalu concernnya memang
disitu, alasan kenapa gapake pasal yang lain karena menurut kelompok kami, sudah
cukup mewakili kasusnya

2. Saya Febriani Safitri 6017210128, ingin bertanya : sebenernya ds bisa dihukum ga si


secara humum di Indonesia? Karena kan dia menyalahgunakan dan menipu banyak
orang.

Jawab : Saya Rifani Nadya Hapsari dari perwakilan kelompok 2 ingin menjawab, bahwa
DS juga bisa dikenai hukuman mengenai penipuan terapi yang ia lakukan itu tidak sesuai
dengan aturan/standar terapi yang dilakukan oleh psikolog/psikoterapis (karena DS
sendiri tidak mengambil S2 Psikolog)

Kalo secara undang-undang di Indonesia, dia bisa dihukum karena dia melakukan
pembohongan publik yang dilakukan oleh pejabat public, karna DS sudah termasuk
dalam golongan artis, dia melanggar pasal 55 nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan
informasi public yang berbunyi “setiap orang yang dengan sengaja membuat informasi
public dengan tidak benar dan menyesatkan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain,
dipidana penjara paling lambat 1 tahun atau denda paling banyak 5juta”

3. saya maulana yusuf npm 6017210054 merujuk dari pertanyaan ini, dari kasus ds ini
membuktikan orang biasa pun blum tentu tau legalitas asli seorang profesi psikolog dan
dari himpsi ataupun hukum diindonesia sendiri apakah ada kebijakan khusus mengenai
legalitas ini?
Jawab : Saya Raras Ayu Citta 6017210070, perwakilan kelompok 2 ingin menjawab
pertanyaan maulana.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.83 Tahun 2019 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.45 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Psikolog Klinis
Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Peraturan Presiden RI No. 42 Tahun 2009 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Psikolog Klinis
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.
1112/MENKES/PB/XII/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Psikolog Klinis dan Angka Kreditnya
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/11/M.PAN/5/2008 Tentang Jabatan Fungsional Psikolog Klinis dan Angka
Kreditnya

Kode Etik Psikologi Indonesia


sebagai seorang yg awam/biasa ketika kita akan melakukan konseling kepada psikolog,
ada aturan yang mengatur tentang keaslian dari gelar seorang psikolog seperti sertifikasi
surat izin praktek psikolog dari HIMPSI. dengan cara mencari nama psikolog yang akan
kita temui di HIMPSI atau jika Psikolog klinis bisa cek di https://ipkindonesia.co.id.
kemudian adanya surat tanda registrasi (STR) dan surat izin praktek Psikolog klinis jika
konselor Psikolog klinis.
4. Saya nisvia bunga npm 6017210062 dari kelompok 3, mau bertanya setau saya DS itukan
bukan psikolog, apakah kode etik ini bisa berlaku untuk DS? Dan apa yang seharusnya
dilakukan oleh HIMPSI?
Saya jordy Rizku Ramandha 6017210050: pada pasal 37 ayat 3 tentang pengakuan dari
himsi apakah masuk dalam kasus?pada kasus tersebut tidak dijelas bahwa dedy
merupakan buka seorang psikolog atau bukan? Serta riwyat pendidikanya juga tidak
dijelaskan?

Jawab : saya rifani nadya hapsari dari perwakilan kelompok 2, ingin menjawab, DS
memang bukan psikolog dibawah naungan HIMPSI..tetapi DS juga melakukan terapi
psikologis dimana hal tsb diluar kredibilitas dari lembaga terapi2 yang valid sesuai aturan
Kemenkes, seperti PRAHIPTI. Untuk diketahui bahwa HIMPSI sudah mengeluarkan
surat mengenai DS yang bukanlah seorang psikolog.

5. Saya Nur Aliza (6017210064) dari Kelompok 1, ingin bertanya: Mungkin kan ya para
korban DS ini adalah orang awan yg tidak mengetahui tentang ilmu psikologi, terapi dan
lain sebagainya, jd merasa bahwa tindakan DS dalam menangani ‘kliennya’ ini ya
memang benar/tidak ada yg salah. Nah, pertanyaannya bagaimana cara kita sebagai
mahasiswa psikologi jika diminta menjelaskan mengenai kasus ini kenapa orang awam
yg tidak mengetahui mengenai istilah2 psikologi dan semacamnya. terima kasih

Jawab : Saya Salshabilla Yuditha (6017210080) ingin menjawab pertanyaan dari nur
aliza, nah perihal kasus ini sebenarnya sudah banyak dibahas dalam sosial media
terutama instagram, bahkan terdapat banyak bukti mengenai kasus ini. terus juga
lembaga-lembaga yang mengatur profesi psikolog harus lebih gencar menjelaskan siapa-
siapa saja orang yang kredibel menjadi seorang psikolog.

Saya ismi dinniah 6017210046 mau menambahkan untuk menjawab pertanyaan liza,
karna adanya kasus ini bisa membuat orang2 awam jauh lebih aware terhadap apa itu
profesi psikolog, dan sebagai anak psikologi kita bisa mengarahkan mereka untuk dapat
mencari seorang psikolog yang sudah memiliki legalitas dengan mencari identitas
psikolog seperti apakag dia terdaftar dalam HIMPSI atau tidak, mungkin skrg jni org
awam jauh lebih aware terhadap HIMPSI ini apa dan bagaimana kebijakannya.

Anda mungkin juga menyukai