Anda di halaman 1dari 38

Ikatan Psikolog Klinis Indonesia

(IPK Indonesia)
“Sehat Sejahtera Psikologis Masyarakat Indonesia”
IPK Indonesia
Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia
• Organisasi Profesi bagi Tenaga Psikologi Klinis saat ini
beranggotakan 3243 yang terverifikasi, tersebar di 34
provinsi
• Perkumpulan berbadan hukum: Akta Notaris No 8 tanggal
23 September 2017 dan SK dari Kemenkumham No AHU-
0014545.AH.01.07 tahun 2017
• Surat Keputusan Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Direktorat Jenderal
Pencegahan Pengendalian Penyakit Nomor
HK.02.02/1/3/2017 tentang Penetapan Organisasi Profesi
Psikologi Klinis
60 8
391 Rumah Sakit
698 Rumah Sakit Jiwa
21 99 Biro Psikologi Swasta/Bersama
Praktik Mandiri
311 107 Puskesmas
Lembaga Pendidikan
132 Layanan Psikologi Lembaga Pendidikan
Lembaga Pemerintahan
650 Lembaga Kepolisian/TNI
Yayasan Sosial Swasta
750
Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Keagamaan
350 Lain - lain
145

Sebaran Psikolog Klinis Berdasarkan Lokasi Kerja


Rasio kebutuhan Psikolog Klinis di Indonesia
berdasarkan Data riskesdas tahun 2018 adalah 1:9,000
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk
yang berusia lebih dari 15 tahun telah mengalami
gangguan mental emosional. Serta lebih dari 12
juta penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun
mengalami kecemasan.

Jumlah Jumlah Kebutuhan Kekurangan


penduduk Psikolog Psikolog Psikolog
Indonesia Klinis Klinis Klinis

277,7 juta 2,115 30,856 28,741


jiwa
jumlah psikolog klinis kebutuhan psikolog klinis
kekurangan psikolog klinis
Rasio kebutuhan Psikolog Klinis di Indonesia berdasarkan Ketentuan
WHO 1:30.000

Jumlah Jumlah Kebutuhan Kekurangan


penduduk Psikolog Psikolog Psikolog
Indonesia Klinis Klinis Klinis

277,7 2,115 9.257 7,142


juta jiwa

jumlah psikolog klinis kebutuhan psikolog klinis


kekurangan psikolog klinis
RUU
LatarPendidikan
Belakang dan Layanan Psikologi
• Pada tahun 2020, RUU Profesi Psikologi mulai diperkenalkan kepada
Publik.
• Dalam proses pembahasan, berganti nama menjadi RUU Praktik Psikologi.
• Tanggal 23 Mei 2022, nama RUU disepakati berubah menjadi RUU
Pendidikan dan Layanan Psikologi.
• Dari awal terbitnya RUU, IPK Indonesia secara aktif turut mencermati
pasal, memberikan masukan untuk perbaikan pasal yang berpotensi
menimbulkan ketidakpastian hukum bagi Psikolog Klinis, dan menyuarakan
sikap dan aspirasi IPK Indonesia kepada Pemerintah, DPR RI, serta
pemangku kepentingan lainnya.
Permasalahan

Masih tetap terdapat banyak pasal yang belum


selaras dengan peraturan perundang-undangan
terutama UU Nomor 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.
Tanggapan IPK Indonesia terhadap RUU PLP

1. Terkait dengan Registrasi dan Perizinan Psikolog Klinis


a. Draft RUU PLP dalam pertimbangannya tidak selaras dengan peraturan perundangan terkait
psikolog klinis sebagai tenaga kesehatan yang telah ada sebelumnya, yaitu UU No. 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 45 Tahun 2017
tentang izin dan penyelenggaraan praktik Psikolog Klinis.
b. Draft RUU PLP pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa Surat Tanda Registrasi (STR) merangkap
sebagai surat izin praktik. Padahal, menurut peraturan yang ada saat ini, tujuan dan fungsi
dari STR dan SIP berbeda.
c. Draft RUU PLP Pasal 15 ayat 2 menyebutkan bahwa STR diterbitkan oleh induk organisasi
profesi himpunan psikologi. Pasal ini bertentangan dengan UU 36/2014 Pasal 44 ayat 2,
yang menyebutkan bahwa STR diberikan oleh Konsil masing-masing tenaga kesehatan. Oleh
karena itulah maka seharusnya perizinan diterbitkan oleh Pemerintah bukan oleh Organisasi
Profesi
Tanggapan IPK Indonesia Terhadap RUU
PLP
1. Terkait dengan Registrasi dan Perizinan Psikolog Klinis
d. Draft RUU PLP pasal 18 menyebutkan bahwa hanya bagi Psikolog yang
memberikan layanan psikologi di Fasyankes, yang melaksanakan ketentuan
registrasi dan registrasi ulang sesuai ketentuan perundang-undangan di
bidang kesehatan. Di Permenkes 45/2017 telah dijelaskan bahwa tempat
praktek Psikolog Klinis tidak hanya di Fasyankes, tetapi juga di instansi
pemerintah maupun lembaga swasta yang bergerak di bidang sosial
e. Draft RUU PLP Pasal 38 poin (b) bermakna ambigu. Ada potensi proses
perpanjangan STR bagi Psikolog Klinis akan mengikuti aturan di RUU ini. Hal ini
karena saat ini, yang memiliki STR hanya Psikolog Klinis. Tidak ada Psikolog
lainnya.
Tanggapan IPK Indonesia Terhadap RUU
PLP
2. Terkait dengan Organisasi Profesi
a. Draft RUU PLP terdapat istilah induk organisasi profesi yang
merupakan istilah di luar kelaziman. Pengaturan terkait profesi
seharusnya diatur oleh organisasi profesi yang memiliki satu profesi
sejenis (homogen) bukan heterogen atau berupa induk organisasi
profesi yang terdiri dari berbagai organisasi profesi
Tanggapan IPK Indonesia Terhadap RUU PLP
3. Terkait dengan Pendidikan
a. Draft RUU PLP Pasal 1 terkait pendidikan profesi sebaiknya disesuaikan dengan UU No.
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yaitu pendidikan profesi diselenggarakan oleh
perguruan tinggi bekerja sama dengan kementerian, LPNK dan/ atau Organisasi Profesi
yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi
b. Draft RUU PLP pasal 9 ayat 1 terkait pendidikan profesi; pasal 13 ayat 4 terkait uji
kompetensi; pasal 15 ayat 2 terkait penerbitan STR; pasal 23 terkait penyusunan
kewenangan psikolog; pasal 20 ayat 3 tentang standar layanan; pasal 34 ayat 2 tentang
pembinaan dan pengawasan menunjukkan bahwa oleh induk organisasi profesi yang
sesungguhnya di dalamnya bersifat pluralis, draft tersebut ingin diatur secara single-bar
yang akan berpotensi mengalami konflik norma dan dapat berbenturan dengan peraturan
perundangan lainnya, khususnya tentang kesehatan.
Tanggapan IPK Indonesia Terhadap RUU PLP

4. Terkait dengan Pengaturan Profesi Psikolog Klinis


a. Pengecualian Psikolog Klinis tidak hanya dalam penerbitan STR dan SIP
tetapi juga terkait pendidikan, standar layanan yang mengikuti ketentuan
peraturan perundangan kesehatan. Oleh karena itu sebaiknya
pengecualian Psikolog Klinis menjadi pasal tersendiri dalam RUU.
Sikap IPK Indonesia
1. Sebagai tenaga kesehatan, Tenaga Psikologi Klinis memiliki tugas dan wewenang yang telah diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 45 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Psikolog Klinis sebagai Peraturan turunan dari UU No 36 tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan. Oleh karena ini psikolog klinis perlu dikecualikan dari semua pengaturan di RUU Praktik Pendidikan
dan Layanan Psikologi.
2. Surat Tanda Registrasi Psikolog Klinis (STRPK) dan Surat Izin Praktik Psikolog Klinis (SIPPK) diterbitkan oleh Pemerintah, bukan dari
Organisasi Psikologi. Registrasi dan penerbitan perizinan Tenaga Kesehatan merupakan kewenangan pemerintah, sebagai upaya
melindungi Warga Negara Indonesia dari tindakan malpraktik.
3. IPK Indonesia berada di bawah binaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu Direktorat Kesehatan Jiwa di bawah Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat. IPK Indonesia secara tegas dan konsisten menolak berada di bawah Himpunan, Organisasi
Masyarakat (Ormas), maupun Organisasi Profesi lainnya untuk menghindari potensi terjadinya konflik kepentingan, kebingungan, dan
ketidakpastian hukum dalam praktik layanan psikologi klinis di masyarakat.
4. Pendidikan Psikolog Klinis sebagai Tenaga Kesehatan mengacu kepada UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang selaras
dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), yang menempatkan Psikolog Klinis pada level 8 (level ahli). Dengan demikian,
pendidikan profesi Psikolog Klinis perlu diselaraskan dengan pendidikan profesi tenaga kesehatan lainnya.
PENDIDIKAN PSIKOLOG KLINIS
Dasar Acuan bagi Pendidikan Psikolog Klinis
Undang-Undang No. 12 tahun 2012 Undang-Undang No. 36 tahun 2014
tentang Pendidikan Tinggi tentang Tenaga Kesehatan.
1. Program Profesi dan Program 1. Pasal 1
Spesialis (pasal 24, 25, 26, 36 2. Pendidikan Tinggi bidang
dan 43) Kesehatan (Pasal 18, 20, 21 )
2. Peran Serta Masyarakat (pasal
91)
Struktur Pendidikan Saat ini
Pembekalan
Program Magister Psikolog Klinis
dan
Psikologi Profesi dengan STR dan
Rekomendasi
(Psikolog Umum) SIPPK
oleh IPK

Program Studi Sarjana


Psikologi (S1)

PERGURUAN TINGGI ORGANISASI PROFESI


Kurikulum Magister Psikolog Klinis,
sebagaimana dinyatakan dalam ilustrasi berikut:

Semester 1 Semester 2 Semester 3 Semester 4 Semester 5

Usulan PRAKTIK PRAKTIK


MK MK Tesis KERJA KERJA
Psikologi Keprofesian PSIKOLOGI PSIKOLOGI
Tingkat Psikologi KLINIS KLINIS
Lanjut Klinis PRAKTIK
KERJA
PSIKOLOGI Uji Tesis UJI
KLINIS KEPROFESIAN
Catatan terpenting mengenai nama program
Magister Profesi Psikologi adalah:
• Nama Program Studi tersebut tidak tercantum dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pembelajaran Dan
Kemahasiswaan Kementerin Riset, Teknologi, Dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor
232/B/Hk/2019 Tentang Nama Program Studi Pada
Perguruan Tinggi.
• Nama program studi terkait dengan keilmuan
Psikologi terdiri atas:
Keputusan Direktur Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan
Kementerin Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 232/B/Hk/2019 Tentang Nama Program Studi
Pada Perguruan Tinggi

Nama yang tercantum dalam Surat Keputusan dimaksud


dan sesuai dengan bidang psikologi klinis adalah

Magister dan Doktor Psikologi Klinis


Kurikulum Program Studi Magister Psikologi profesi (existing) sudah
sangat menunjukkan adanya program khusus yang mana di dalamnya
ada praktik kerja profesi.

Hal ini secara rinci tercantum dalam KEPUTUSAN BERSAMA ASOSIASI


PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI PSIKOLOGI INDONESIA (AP2TPI)
NOMOR: 05/Kep/AP2TPI/2017 dengan HIMPUNAN PSIKOLOGI
INDONESIA (HIMPSI) NOMOR: 006/PP-HIMPSI/V/17 TENTANG
KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PROFESI (S2)
AREA KOMPETENSI PSIKOLOG KLINIS
1. Profesionalitas yang luhur
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu Psikologi Klinis
6. Keterampilan Psikologi klinis
7. Pengelolaan masalah psikologis dalam lingkup kesehatan
Teori dan Praktik Sikap dalam SN DIKTI
Terkait dengan
Psikolog Klinis Kode Etika Profesi
Psikolog Klinis

Keterampilan Umum dalam


SN Dikti level 8
Standar Kompetensi Standar Kompetensi Kerja
Profesi Psikolog Klinis yang ditetapkan oleh KTKI
Psikologi Klinis Kemenkes

Relasi antara SN DIKTI dengan Standar Kompetensi Kerja, Kode Etika Profesi, dan Standar Praktik
Profesi
 
• Kode Etik yang ditetapkan oleh KTKI dan IPK diintegrasikan dalam komponen SIKAP
• Standar Kompetensi yang ditetapkan oleh KTKI dan IPK diintegrasikan dalam komponen
Keterampilan Khusus.
• Standar Kompetensi Kerja yang ditetapkan oleh KTKI diintegrasikan dalam komponen
Keterampilan Kerja Umum.
Perbedaan Klinis, Pendidikan, PIO ( Keilmuan )
PIO PSIKOLOGI KLINIS PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
1. Diagnosis Individual 1. Observasi dan Wawancara (disesuaikan 1. Observasi, Wawancara
2. Diagnosis Efektifitas Kelompok dengan klien yang ditangani), 2. Tes Intelegensi (SB)
3. Diagnosis Organisasi 2. Tes Inteligensi (Weschler: 3. Tes Kepribadian (SSCT)
4. Coaching WPPSI/WISC/WB hingga analisis klinis; 4. Pengukuran Minat (Preferences
5. Training SB; Raven: PMC/SPM/APM) Inventory)
6. Intervensi Organisasi 3. Tes Kepribadian (Rorschach/CAT/ TAT) 5. Metode asesmen lain (Frostig/NST)
(HP/HRM/Techno Structural/ 4. Metode asesmen lain yang digunakan 6. Psikoedukasi/ Training
Strategic lebih mendalam sesuai peminatan 7. Behavior Modification
7. Kasus Rekruitmen dan Seleksi Psikologi Klinis 8. Penjurusan dalam Bidang
8. Training Intervensi Organisasi 5. Psikoterapi Individual Pendidikan
(HP/HRM/Techno- 6. Psikoterapi Kelompok: Family Therapy / 9. Sesuai dengan variasi kasus di SK.
Structural/Strategic) Group Therapy
7. Stres, Kecemasan, Depresi Ringan (satu
kasus anak dan satu kasus dewasa)
8. Jenis kasus disesuaikan dengan yang
tercantum di Pasal 12 ayat 2 – Diagnosis
menggunakan DSM IV-TR dan/atau DSM
V, PPDGJ III
19 Perguruan Tinggi Penyelenggara
Program Studi Magister Psikologi Profesi
1. Universitas Indonesia 11. Universitas Kristen Maranatha
2. Universitas Gadjah Mada 12. Universitas Islam Indonesia
3. Universitas Padjadjaran 13. Universitas Mercu Buana Yogyakarta
4. Universitas Airlangga 14. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
5. Universitas Sumatera Utara 15. Universitas Muhammadiyah Surakarta
6. Universitas Guna Darma 16. Universitas Katholik Soegiyopranoto
7. Universitas Tarumanegara Semarang
8. Universitas Atma Jaya Jakarta 17. Uniersitas 17 Agustus 1945 Surabaya
9. Universitas UPI-YAI 18. Universitas Surabaya
10. Universitas Islam Bandung 19. Universitas Muhammadiyah Malang
Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

• Profesi adalah jenis pekerjaan yang membutuhkan


pengetahuan/pendidikan khusus dan keterampilan khusus dari
suatu badan pembelajaran yang diakui oleh publik.
• Suatu profesi dipersiapkan untuk menerapkan pengetahuan di
bidang tertentu dan melatih keterampilan tersebut untuk
kepentingan orang lain.
• Seseorang yang memiliki profesi di bidang tertentu disebut
dengan profesional atau orang yang ahli di bidang tertentu.
Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan
Pendidikan minimal untuk menjadi Psikolog Klinis
di manca negara

• USA – Doktor  Master


• Australia – Master
• Eropa – Master
• Filipina – Master
• Singapura – Master
• Malaysia - Master
OP berbasis standar dari
PT
KKNI
KTKI PK

Psikolog 9
Spesialis Klinis
AHLI
S2 - PK 8
Profesi 7
6
5
S1
4

SMU PENDIDIKAN 3 PENGEMBANGAN


KARIR BERBASIS
BERBASIS KEAHLIAN PELATIHAN KERJA
PENDIDIKAN 2
BERBASIS
KEILMUAN 1
Aspek-aspek penting pada penyusunan Capaian
Pembelajaran Pendidikan Keprofesian Psikolog
Klinis

INTERNASIONAL
STANDARDS
STANDAR NASIONAL
USA, AUSTRALIA, GREAT STANDAR KTKI KEMENKES
PENDIDIKAN TINGGI BRITAIN, CANADA, ASEAN
PSIKOLOGI KLINIS: STANDAR DAN
(CAPAIAN
1. KODE ETIKA ETIKA PROFESI
PEMBELAJARAN
2. STANDAR PROFESI
MAGISTER, LEVEL 8)
3. STANDAR KOMPETENSI KERJA

CAPAIAN
PEMBELAJARAN
MAGISTER
PSIKOLOGI KLINIS

IJAZAH dan
SERTIFIKAT
PROFESI
KERANGKA PENDIDIKAN PROFESI PSIKOLOG KLINIS
SESUAI UU NO. 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI
(EMBEDED PROGRAM)

PASAL 24
1) Program profesi merupakan pendidikan
keahlian khusus yang diperuntukkan bagi
lulusan program sarjana atau sederajat
untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan memperoleh kecakapan yang
Program Studi Profesi diperlukan dalam dunia kerja.
Masa studi UKOM oleh Psikolog Klinis 2) Program profesi sebagaimana dimaksud
Psikolog
3 semester IPK Pratama pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh
(Peminatan Psikologi Klinis) Perguruan Tinggi yang bekerja sama
dengan Kementerian, Kementerian lain,
LPNK, dan/atau organisasi profesi yang
bertanggung jawab atas mutu layanan
profesi.
3) Program profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menyiapkan profesional.
Masa studi Program Studi Sarjana
8 semester Psikologi (S1)
ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2

Program Pendidikan
UKOM oleh Psikolog Klinis Program Studi Magister UKOM oleh Psikolog Klinis
Psikolog Spesialis
IPK Muda Psikolog Klinis (M.Psi) IPK Muda
(Psikolog Klinis)

Program Studi Profesi


Psikolog Klinis UKOM oleh Psikolog Klinis
IPK Pratama

Catatan:
Program Studi Sarjana Sesuai dengan UU Nakes dan Kepmendikbud
Psikologi (S1)
Semoga Psikolog Klinis bersama dengan Tenaga
Kesehatan lainnya dapat mengantarkan bangsa
Indonesia dalam meningkatkan derajad
Kesehatan Masyarakat

- Sehat Sejahtera Psikologis Masyarakat Indonesia -

Anda mungkin juga menyukai