Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PERANCANGAN PERUNDANG-UNDANGAN

KAJIAN AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN
DAN PENGAWASAN TERHADAP PROFESI PSIKOLOG

DISUSUN OLEH:

1. Yucci Elfira Gestadella B1A019031


2. Wahyudi Saputra B1A019041
3. Rini Anisyah B1A019171
4. Achmad Danil Selayan B1A019181
5. Figo Bewantara B1A019321
6. Berliana Simanjuntak B1A020263

KELAS: A

DOSEN PENGAMPU
Dr. Ardilafiza, S.H., M.Hum.
Beni Kurnia Illahi, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi Psikolog sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia. Melalui
profesi Psikolog, kita dapat meneliti dan memahami tentang kejiwaan dan karakter
para manusia yang begitu beragam. Sehingga diharapkan kita dapat memperlakukan
setiap manusia dengan baik sekaligus saling menjaga (melindungi) satu sama lain.
Peran Psikolog dalam membantu seseorang mengatasi masalah yang terkadang
menganggu kesehatan mentalnya cukup penting yang dengan kompetensi yang
dimiliki dapat memberikan masukan atau sekedar menjadi tempat untuk bercerita.
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2022 tentang Pendidikan dan
Layanan Psikologi adalah Undang-Undang baru yang mengatur mengenai
penyelenggaraan Pendidikan Psikologi, Registrasi dan izin, Layanan Psikologi, hak
dan kewajiban bagi Psikolog serta Klien, organisasi profesi, pembinaan dan
pengawasan, peran serta masyarakat, serta ketentuan sanksi administratif. Boleh juga
Undang-Undang disebut sebagai UU Psikologi. Pendidikan Psikologi dan Layanan
Psikologi diselenggarakan berdasarkan Pancasila. Perguruan tinggi penyelenggara
Pendidikan Psikologi wajib mengembangkan sistem penjaminan mutu. Layanan
Psikologi dilaksanakan oleh Psikolog sesuai dengan kewenangannya, dapat
dilaksanakan secara langsung dan/atau tidak langsung.
Pemberian Layanan Psikologi dapat dilakukan oleh Psikolog secara perorangan
atau kelembagaan. Demikian ditegaskan dalam Pasal 2 UU No. 23 Tahun 2022
tentang Pendidikan dan Layanan Psikologi. Definisi Psikologi dalam UU 23 tahun
2022 tentang Pendidikan dan Layanan Psikologi adalah ilmu tentang proses mental
yang diungkapkan, diekspresikan, dan ditampilkan dalam bentuk perilaku di berbagai
bidang kehidupan manusia berdasarkan metode ilmiah dengan berbasis fakta.
Pendidikan Psikologi adalah usaha sadar dan terencana dalam pendidikan
formal yang terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi pada jenjang
pendidikan tinggi yang program studinya terakreditasi untuk menghasilkan lulusan
yang memiliki kompetensi di bidang Psikologi. Pendidikan Psikologi terdiri atas
pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pendidikan akademik Psikologi
meliputi program sarjana, program magister, dan program doktor. Pendidikan profesi
meliputi program profesi, program spesialis, dan program subspesialis. Program
profesi merupakan pendidikan keahlian yang diperuntukkan bagi lulusan Pendidikan
Psikologi program sarjana. Program spesialis adalah program lanjutan dari program
profesi. Program subspesialis yaitu program lanjutan dari program spesialis.
Layanan Psikologi adalah segala aktivitas pemberian jasa dan praktik Psikologi
yang memerlukan kompetensi sebagai Psikolog dalam rangka tindakan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau paliatif yang bertujuan untuk pengembangan
potensi diri dan peningkatan kesejahteraan psikologis. Tindakan promotif adalah
suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan penyelenggaraan pelayanan psikologis
untuk pengembangan optimalisasi potensi Klien.
Tindakan preventif adalah suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan untuk
mencegah dan mengurangi potensi terjadinya masalah psikologis sehingga tidak
berkembang menjadi gangguan psikologis Klien. Tindakan kuratif adalah suatu
kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan pemberian Layanan Psikologi untuk mengatasi
masalah psikologis dan/atau gangguan psikologis Klien. Tindakan paliatif adalah
suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan untuk memberikan Layanan Psikologi
sesuai bidangnya kepada Klien yang mengalami penyakit kronis dan/atau terminal
untuk memaksimalkan kualitas hidup yang tenang dan nyaman secara psikis, sosial,
dan spiritual dengan memfasilitasi perancangan lingkungan fisik dan pemberdayaan
lingkungan sosialnya. Tindakan rehabilitatif adalah suatu kegiatan dan/atau
rangkaian kegiatan pemberian Layanan Psikologi untuk mengatasi gangguan
psikologis serta mengembalikan dan mempertahankan fungsi psikologis Klien agar
dapat beraktivitas dan berpartisipasi dalam aspek kehidupan sosial secara mandiri.
Layanan Psikologi terdiri atas jasa Psikologi dan praktik Psikologi. Jasa
Psikologi adalah Layanan Psikologi kepada Klien yang mencakup berbagai ranah
aktivitas kehidupan individual, sosial, dan institusional Klien. Praktik Psikologi
merupakan Layanan Psikologi kepada Klien yang mengalami masalah psikologis
dan/atau gangguan psikologis dalam berbagai ranah aktivitas kehidupan individual,
sosial, dan institusional Klien.
Adapun manfaat dari ilmu psikologi yaitu :
1. Untuk memperoleh pemahaman  gejala- gejala jiwa dan pengertian yang lebih
sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada  umumnya dan anak-anak
khususnya.
2. Untuk mengetahui perbuatan- perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa  sebagai
sarana untuk mengenal tingkah laku manusia.
3. Untuk mengetahui cara penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
4. Untuk mengetahui perilaku manusia sebagai upaya menyesuaikan diri dan
berhubungan dengan orang lain, sehingga memudahkan memahami mengapa 
mereka berpikir, berperasaan dan berbuat menurut cara mereka sendiri.
5. Dalam rangka mengatasi permasalahan social, psikologi dapat mengurai
pangkal masalah, setidaknya mengurangi problem sosial.
6. Kita bisa peka terhadap perasaan orang lain.
7. Mampu mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
8. Mampu memaksimalkan potensi diri sendiri maupun orang lain dengan cara
yang tepat.
9. Hidup menjadi lebih sehat. Karena psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari jiwa tentunya tidak terpisahkan dari jasmani. Dengan bantuan
cara berfikir positif maka dapat menjadikan kita lebih sehat.
10. Dapat memperkaya gaya kepemimpinan. Tentunya dengan banyak teori yang
ada dapat kita terapkan sebagai salah satu cara memimpin yang sesuai dengan
situasi yang ada.

Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu


keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya.
Dalam manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud
agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana
atau tidak menyimpang dari hal yang telah direncanakan. Menurut Hendyat Soetopo
dan Wasty Soemanto bahwa “pembinaan adalah suatu kegiatan mempertahankan dan
menyempurnakan apa yang telah ada”.
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola
kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia
memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup
tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola
kehidupannya. Hal tersebut di atas dikaitkan dengan dengan masalah pembinaan,
yang dijelaskan oleh pendapat para ahli.
Menurut Pamudji, S (1985: 7) bahwa: Pembinaan berasal dari kata ”bina” yang
berarti sama dengan ”bangun”, jadi pembinaan dapat diartikan sebagai kegunaan
yaitu: merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang memiliki nilai-nilai yang tinggi.
Dengan demikian pembinaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu:
melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai atau cocok
dengan kebutuhan dan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
Selanjutnya, menurut Hidayat, S (1979: 10) bahwa: Pembinaan adalah suatu
usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur, dan terarah untuk
meningkatkan sikap dan keterampilan anak didik dengan tindakan-tindakan,
pengarahan, pembimbingan, pengembangan dan stimulasi dan pengawasan untuk
mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan
dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut pembaharuan dan
berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal dari sudut pembaharuan
yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan memiliki nilai-nilai lebih baik bagi
kehidupan masa yang akan datang. Sedangkan pembinaan yang berasal dari sudut
pengawasan yaitu usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang
telah direncanakan (Pengertian Pembinaan Menurut Psikologi).
Terdapat banyak peraturan yang mengatur mengenai Profesi psikolog dan
ilmu psikologi diantaranya adalah UU 23 tahun 2022 tentang Pendidikan dan
Layanan Psikologi, Permenkes 45 Tahun 2017 tentang izin dan praktik psikolog
klinis, Perpres Ri No 42 Tahun 2009 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Psikolog Klinis, Fisikawan Medis, Dan Dokter Pendidik Klinis, Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.
1112/MENKES/PB/XII/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Psikolog Klinis dan Angka Kreditnya, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/11/M.PAN/5/2008 Tentang Jabatan Fungsional
Psikolog Klinis dan Angka Kreditnya, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 60
Tahun 2015 Tentang Standar Kompetensi Manajerial Jabatan Fungsional Psikologi
Klinis, Kode Etik Tenaga Psikologi Klinis Indonesia, dan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia 2021. Namun,
diantara banyaknya peraturan yang mengatur tentang Profesi Psikolog tersebut,
belum ada Peraturan yang mengatur mengenai Pembinaan dan Pengawasan terhadap
Profesi Psikolog.
Pengaturan dan kepastian pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah kepada
organisasi profesi bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan, pelindungan
klien, pengembangan kompetensi psikolog, pelindungan psikolog, dan keterbukaan
informasi layanan psikolog kepada masyarakat.Pembentukan Peraturan Pemerintah
tentang Pembinaan dan Pengawasan terhadap Profesi Psikolog adalah Untuk
mewujudkan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila secara terencana dan
terpadu, perlu didukung oleh sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkualitas, dan memiliki
daya saing. Selain itu, untuk membantu pengembangan sumber daya manusia
Indonesia, perlu melibatkan Psikolog secara profesional dan bertanggung jawab.
Adapun untuk mewujudkan Psikolog yang profesional dan bertanggung jawab, perlu
dilakukan pembaruan dan penguatan Pendidikan Psikologi yang terencana, terarah,
dan berkesinambungan guna optimalisasi Layanan Psikologi serta diperlukan Tim
Pembinaan dan Pengawsan terhadap Profesi Psikolog tersebut. Pengaturan mengenai
Pembinaan dan Pengawasan terhadap Profesi Psikolog belum diatur secara khusus
dan komprehensif, sehingga belum memberikan pelindungan dan kepastian hukum
bagi Psikolog dan masyarakat.
Bahwa untuk mewujudkan psikolog yang professional dan bertanggung jawab
diperlukannya sebuah aturan mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap profesi
psikolog maupun organiasi psikolog. Bahwa untuk memberikan perlindungan hukum
kepada klien dari layanan psikolog yang tidak sesuai dengan standar maka
diperlukan suatu aturan khusus yang mengatur tentang pembinaan dan pengawasan
terhadap profesi psikologi. Bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
klien perlu dilakukan pembinaan terhadap profesi psikologi. Bahwa demi terciptanya
psikolog yang sesuai dengan standar seorang psikologi peril dilakukan uji
kompetensi dan kemampuan dari psikolog tersebut, karena itu perlu dilakukan
pembinaan terkait hal tersebut. Bahwa untuk memberikan perlindungan hukum
kepada seorang psikolog dalam menjalankan tugasnya perlu dilakukan pengawasan.
Bahwa dalam masyarakat, kesadaran tentang kualifikasi praktik psikologi dan
diferensiasi pelaku praktik psikologi maish rendah, pengetahuan masyarakat tentang
adanya layanan psikologi masih sangat minim sehingga perlu dilakukan pembinaan
kepada masyarakat. Bahwa dalam tubuh profesi psikologi itu sendiri masih terdapat
penyalahgunaan praktik psikologi yang dikerjakan oleh oknum yang tidak
berwenang, oleh karena itulah diperlukannya pengawasan. Bahwa perlu dibentuknya
sistem pembinaan yang sesuai bagi profesi psikolog, karena itu perlu dibentuk
peraturan mngenai sistem pembinaanya. Bahwa perlu dibentuknya sistem
pengawasan yang sesuai bagi profesi psikolog, karena itu perlu dibentuk peraturan
mngenai sistem pengawasannya.
Bahwa pada dasarnya Organisasi Profesi Himpunan Psikologi dalam banyak
bidang selalu diarahkan kepada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
psikologis manusia pada saat ini dan juga dimasa mendatang. Oleh karena itu
diperlukan suatu tim independen yang mengatur sistem pembinaan dan juga
pengawasan bagi profesi Psikolog dan Organisasi Profesi Himpunan Psikolologi.
Bahwa berdasarkan Pasal 48 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2022 tentang Pendidikan dan
Layanan Psikologi mendelegasikan untuk dibentuknya Rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap Profesi Psikolog. Oleh
karena hal inilah, kelompok kami memilih merumuskan mengenai “Rancangan
Peraturan Pemerintah mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap Profesi
Psikolog”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Adanya layanan Psikolog yang tidak sesuai dengan standar yang ada yang
disebabkan karena kurangnya kompetensi atau kemampuan serta belum adanya
peraturan yang mengatur tentang bagaimana Pembinaan dan Pengawasan
terhadap Profesi Psikolog tersebut.
2. Masih banyak Psikolog yang kurang Profesional, tidak bertanggung jawab, dan
tidak berintegritas dalam menjalankan Profesi dan Praktik Psikolog karena
belum ada Peraturan yang mengatur mengenai sanksi yang dapat diperoleh
bagi seorang Psikolog yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik.
3. Terdapat penyalahgunaan terhadap praktik Psikolog di tengah masyarakat, hal
ini terjadi karena tidak adanya tim yang membina dan mengawasi tingkah laku
dan praktik Psikolog tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat Kajian Akademik


Tujuan dari Kajian Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Profesi Psikolog ini adalah :
1. Untuk merumuskan Peraturan mengenai Pembinaan dan Pengawasan terhadap
Profesi Psikolog di Indonesia.
2. Untuk merumuskan Peraturan mengenai sanksi yang diperoleh apabila seorang
Psikolog tidak menjalankan tugasnya dengan baik.
3. Untuk merumuskan Peraturan mengenai pembentukan, Tugas, dan wewenang
dari Tim Pembinaan dan Pengawasan terhadap Profesi Psikolog.
Dengan demikian, kajian akademik ini diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut :
1. Sebagai alasan, pedoman, dan arahan dalam membentuk peraturan Perundang-
undangan, dalam hal ini Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan dan
Pengawasan Profesi Psikolog.
2. Memberikan pemahaman kepada Kepala Daerah di Indonesia mengenai
urgensi dibentuknya Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan dan Pengawasan
Profesi Psikolog.
3. Memberikan Pedoman bagi Kepala Daerah di Indonesia dalam penyusunan dan
pembahasan Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan dan Pengawasan Profesi
Psikolog.

D. Metode Analisis Kajian Akademik


Metode analisis yang digunakan dalam kajian akademik ini adalah metode

yuridis normative, artinya penyusunan kajian akademik ini dilakukan berpangkal


pada pendekatan perundang-undangan (statute approach) yaitu dengan mengkaji dan

menganalisis keterhubungan antara Rancangan Peraturan Pemerintah ini dengan

beberapa Undang-Undang yang berkaitan dan relevan dengan topik masalah yang

akan diteliti. Dalam konteks penelitian hukum, pengkajian ini dapat digolongkan

sebagai penelitian normatif-doktrinal dengan pendekatan konseptual (conseptual

approach). Melalui pendekatan konseptual, peneliti akan merujuk pada prinsip-

prinsip hukum yang dapat diketemukan dalam pandangan-pandangan sarjana atau

doktrin-doktrin hukum.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis krisis (critical

analysis) melalui pendekatan analisis komprehensif (comprehensive analysis).

Pendekatan tipe ini adalah peneliti mengungkapkan tidak hanya segi

ketidaksempurnaan, tetapi juga segi keunggulan (secara filosofis, sosiologis, dan

yuridis) dan sekaligus menawarkan solusi terhadap objek permasalahan yang dikaji.

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yang diperoleh melalui

studi pustaka. Sumber data sekunder berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tertier. Tehnik Analisis data dilakukan secara dedukatif,

semua data yang ada ditafsirkan dan dijabarkan dengan berdasarkan pada teori-teori

yang berlaku.

Secara sistematis, penyusunan naskah akademis ini meliputi tahapan-tahapan :


1) Identifikasi permasalahan terkait Pembinaan dan Pengawasan terhadap Profesi
Psikolog.
2) Inventarisasi bahan hukum yang terkait hal tersebut.
3) Sistematisasi bahan hukum.
4) Analisis bahan hukum, dan
5) Perancangan dan penulisan

Anda mungkin juga menyukai