Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN

HASIL DISKUSI KELOMPOK PEMICU 1


MODUL RISET

OLEH :
KELOMPOK 4
Edmond Daniel Beltsazar I1011201011
Jeremy Justine Vallerio I1011201027
Jusinta Giovany I1011201037
Qarina Khairunnisa I1011201041
Natasya I1011201065
Prisma Annisa I1011201069
Vira Rizky Fitriani I1011201073
Nabila Anggraini I1011201076
Ananda Putra Anugerah I1011201078
Gusti M. Taufiq Chaerullah I1011201098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Dasar Penelitian Kesehatan - Filsafat Penelitian - Etika Penelitian
Pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai masalah di kehidupan
manusia. Berbagai perubahan harus dilakukan agar kita mampu beradaptasi
dengan pandemi tersebut. Keadaan ini pun dialami oleh mahasiswa
kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Bunga, sebagai
mahasiswa semester 4 di FK UNTAN, mulai memikirkan mekanisme
pelaksanaan penelitian yang telah diajukannya pada seminar proposal
penelitian minggu lalu. Bunga sangat tertarik untuk melakukan penelitian
eksperimental di laboratorium. Saat semester 2 ia pun telah menjalani modul
riset, dan mendapatkan pemahaman mengenai filsafat penelitian serta desain
penelitian kesehatan. Ia memilih penelitian kuantitatif eksperimental dengan
menggunakan hewan coba mengenai efektivitas antimikroba bunga
karimunting. Judul penelitian ini dianggap sudah memenuhi kriteria FINER
yakni Feasibility, Interesting, Novel, Ethical, dan Relevant.
Setelah dilakukan kajian terhadap protokol penelitian Bunga, Komite Etik
Penelitian Kesehatan FK UNTAN, menyarankan agar Bunga mengubah
desain penelitiannya menjadi kajian literatur (literature review),
mempertimbangkan kondisi pandemi yang tidak memungkinkan Ia
melaksanakan penelitian. Pertimbangan lain dari Komite Etik adalah
penggunaan hewan coba yang direncanakan sebanyak 150 ekor tikus putih
galur wistar, akan menimbulkan masalah yang kemungkinan akan sulit diatasi
oleh Bunga.

1.2 Klarifikasi dan Definisi


1. Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan
mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.1
Definisi lain menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah
penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada
sehingga perlu dilakukan proses manipulasi melalui pemberian
treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian yang kemudian
diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang). Penelitian
eksperimen juga merupakan penelitian yang dilakukan secara sengaja
oleh peneliti dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu
terhadap subjek penelitian guna membangkitkan sesuatu
kejadian/keadaan yang akan diteliti bagaimana akibatnya.2

2. Hewan Coba 3
Hewan coba adalah hewan yang sengaja dipelihara untuk
digunakan sebagai hewan model yang berkaitan untuk pembelajaran dan
pengembangan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau
pengamatan laboratorium.

3. Kriteria FINER 4
Kriteria FINER merupakan kriteria yang harus dicapai agar suatu
masalah dapat dikatakan menjadi masalah penelitian. FINER merupakan
singkatan dari Feasible, Interesting, Novel, Ethical, Relevant.

4. Kajian Literatur 5
Kajian literatur adalah satu penelusuran dan penelitian kepustakaan
dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan terbitan terbitan lain yang
berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan
berkenaan dengan satu topik atau isu tertentu.

5. Filsafat Penelitian6
Filsafat penelitian ilmiah adalah sistem pemikiran peneliti, berikut
pengetahuan baru yang dapat diandalkan tentang objek penelitian
diperoleh. Dengan kata lain menjadi dasar penelitian yang meliputi
pemilihan strategi penelitian, rumusan masalah, pengumpulan data,
pengolahan, dan analisis.

6. Etik Penelitian7
Etik penelitian adalah prinsip-prinsip etis yang diterapkan peneliti
pada saat melakukan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti,
pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan
memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.

7. Galur Wistar
Galur merupakan garis keturunan8. Wistar merupakan salah satu
galur tikus putih, homozigot di sebagian besar lokus, diproduksi oleh
perkawinan antar saudara yang ketat selama beberapa generasi untuk
mengembangkan hewan untuk penelitian dengan komposisi genetik
umum yang sama.9

1.3 Kata Kunci


1. Filsafat penelitian
2. Desain penelitian
3. Etika penelitian
4. Kriteria FINER
5. Penelitian eksperimental
6. Kajian literature
7. Populasi dan sampel

1.4 Rumusan Masalah


Desain penelitian kuantitatif eksperimental milik Bunga disarankan oleh
Komite Etik Penelitian Kesehatan FK UNTAN untuk diubah menjadi
kajian literatur dengan pertimbangan bahwa kondisi pandemic serta
banyaknya hewan coba yang diperlukan akan menimbulkan masalah
dalam pelaksanaan penelitian.
1.5 Analisis Masalah

1.6 Hipotesis
Bunga akan merevisi desain penelitian eksperimentalnya sesuai saran dari
Komite Etik Penelitian Kesehatan FK UNTAN dikarenakan pelaksanaan
penelitian di tengah pandemic COVID-19 serta banyaknya penggunaan
hewan coba yang direncanakan akan menimbulkan masalah.

1.7 Pertanyaan Diskusi


1. Penelitian kesehatan
a. Alur
b. Jenis
c. Desain
d. Tujuan
e. Populasi dan sampel
f. Data
g. Penulisan rujukan
2. Filsafat penelitian
a. Definisi
b. Klasifikasi
3. Etika penelitian
a. Pengertian dan peran Komite Etik Penelitian Kesehatan
b. Etika penelitian pada manusia
c. Etika penelitian pada hewan
d. Etika penelitian pada Bahan Biologik Tersimpan (BBT)
4. Metode penelitian
a. Definisi
b. Klasifikasi
5. Bagaimana sistematika penulisan proposal penelitian yang baik?
6. Bagaimana cara identifikasi masalah dan penentuan variable penelitian
melalui kriteria FINER (Feasibility, Interesting, Noveltym Ethical, dan
Relevant)?
7. Bagaimana cara penentuan jumlah sampel yang tepat untuk hewan uji?
8. Bagaimana cara menulis suatu penelitian dalam bentuk kajian literatur
(literature review) yang baik?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penelitian Kesehatan


2.1.1 Alur10
Alur dari penelitian Kesehatan berbentuk sistematis, terkontrol,
empiris dan kritis tentang fenomena-fenomena alami dengan dipandu
oleh teori dan hipotesis tentang hubungan yang diduga terdapat dalam
suatu fenomena. Alurnya yaitu:
a. Sistematis
b. Mengikuti langkah-langkah:
• Mengidentifikasi masalah
• Menghubungkan masalah dengan teori yang ada
• Mengumpulkan data
• Menganalisis dan menginterpretasikan data
• Menarik kesimpulan
• Menghubungkan kesimpulan dengan khasanah
pengetahuan
Gambar 2.1 Alur Penelitian Kesehatan

2.1.2 Jenis

Gambar 2.2 Klasifikasi Jenis Penelitian


Klasifikasi jenis desain penelitian sangat beragam, secara garis besar
klasifikasi jenis penelitian terdiri dari dua yaitu penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif.
a. Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara-cara mengikuti
kaidah keilmuan yaitu konkrit/empiris, objektif terukur, rasional dan
sistematis, dengan data hasil penelitian yang diperoleh yang berupa
angka-angka serta analisis menggunakan metode statistika.
Klasifikasi desain penelitian kuantitatif terbagi menjadi
observasional dan Eksperimen/Intervensi.
1. Observasional
Jumlah sampel yang diperlukan cukup banyak. Hasil
penelitian yang diperoleh dari sampel tersebut kemudian dapat
digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas. Observasional
terbagi lagi menjadi dua kelompok yaitu:
a) Desain Penelitian Deskriptif
Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian
untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam
suatu populasi tertentu. Di bidang kesehatan, penelitian
deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat atau di dalam komunitas tertentu, termasuk di
bidang rekam medis dan informasi kesehatan.
b) Desain Penelitian Analitik
Desain penelitian analitik merupakan suatu penelitian
untuk mengetahui bagaimana dan mengapa suatu fenomena
terjadi melalui sebuah analisis statistik seperti korelasi
antara sebab dan akibat atau faktor risiko dengan efek serta
kemudian dapat dilanjutkan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi dari sebab atau faktor risiko tersebut
terhadap akibat atau efek. Secara garis besar penelitian
analitik dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu:
• Rancangan atau Desain Cross Sectional
Desain penelitian cross sectional merupakan suatu
penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan
atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek
(dependen), dengan pengumpulan data dilakukan
bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara
faktor risiko dengan efeknya (point time approach),
artinya semua variabel baik variabel independen
maupun variabel dependen diobservasi pada waktu
yang sama.
• Rancangan atau Desain Case Control
Desain penelitian cross case control merupakan
suatu penelitian analitik yang mempelajari sebab –
sebab kejadian atau peristiwa secara retrospektif.
Dalam bidang kesehatan suatu kejadian penyakit
diidentifikasi saat ini kemudian paparan atau
penyebabnya diidentifikasi pada waktu yang lalu.
• Rancangan atau Desain Cohort
Desain penelitian kohort merupakan suatu
penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor
risiko dengan efek, yang dilakukan secara prospektif
atau ke depan sebelum terjadinya efek. Subjek
penelitian diikuti dan diamati secara terus menerus
sampai jangka waktu tertentu. Secara alamiah, pada
perjalanannya dari subyek tersebut ada yang terpapar
faktor risiko ada yang tidak. Subyek yang terpapar oleh
faktor risiko menjadi kelompok yang diteliti dan
subyek yang tidak terpapar menjadi kelompok kontrol,
karena berangkat dari populasi yang sama maka kedua
kelompok tersebut dikatakan sebanding. Kemudian
ditentukan apakah telah terjadi efek atau suatu kasus
yang diteliti11
2. Eksperimen/Intervensi
Desain penelitian eksperimen merupakan penelitian dengan
adanya perlakuan atau intervensi yang bertujuan untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan setelah dilakukan
intervensi kepada satu atau lebih kelompok. Kemudian, hasil
intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan intervensi (kontrol). Penelitian eksperimen terdapat
tiga macam yaitu12:
a) Pra-Eksperimental (Pre-Experimental Design)
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
eksperimental pada umumnya, namun tidak menggunakan
kelompok kontrol. Desain yang termasuk pra-eksperimental
adalah Studi Kasus Satu Tembakan (The One Shot Case
Study), Satu Kelompok Prates-Postes (The One Group Pre
Test-Post Test), dan Perbandingan Kelompok Statis (The
Static Group Comparison).
b) Eksperimental Sebenarnya (True Experimental Design)
Ada beberapa jenis desain penelitian dalam kategori ini,
antara lain: (1) The Pretest-Posttest Control Group Design,
(2) The Posttest Only Control Group Design, dan (3) The
Solomon Four-Group Design.
c) Eksperimental Semu (Quasi-Experimental Design)
Eksperimental semu lebih baik dengan pra-
eksperimental karena dalam eksperimental semu masih
menggunakan perbandingan kelompok, namun
kelemahannya ada pada randomisasi. Dengan kata lain,
penelitian semu tidak menerapkan randomisasi kelompok
baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
b. Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan
penemuan–penemuan tanpa menggunakan prosedur statistik.
Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang–orang diamati. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam terhadap suatu fenomena
atau gejala sosial secara lengkap sehingga selanjutnya diharapkan
akan dapat menghasilkan sebuah teori. Hasil data utama yang
diperoleh dalam penelitian kualitatif adalah kata–kata dan tindakan
yang didukung dengan data tambahan berupa data tertulis,
dokumentasi berupa foto dan statistik. Jenis penelitian kualitatif
yaitu ada13:
1. Etnografi
Etnografi merupakan penelitian mengenai kebudayaan pada
suatu populasi atau kelompok masyarakat tertentu dalam kurun
waktu yang cukup intensif dan berkelanjutan.
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian etnografi, peneliti melakukan observasi/pen
gamatan dan secara aktif terlibat dalam kehidupan dan
kegiatan kelompok yang diamati, dan juga wawancara
mendalam dengan beberapa informan kunci dalam kelompok
masyarakat tersebut.
Penelitian etnografi pada dasarnya bertujuan untuk
memahami atau menggali kehidupan, perilaku tertentu
dalam sekelompok masyarakat. Desain penelitian ini
membutuhkan
waktu lama dan biaya yang relatif tinggi serta menuntut
kemampuan peneliti untuk masuk dalam kehidupan kelompok
masyarakat yang diteliti agar mendapatkan informasi yang
mendalam dan dapat memahami perilaku, budaya atau
kebiasaan tertentu.
2. Grounded Research
Penelitian grounded research atau
disebut juga grounded theory bertujuan menemukan teori ba
ru dari data atau
bukti yang ada ataupun bisa diartikan penelitian yang bersif
at induktif.
3. Fenomenologi
Penelitian fenomenologis bertujuan
untuk memahami atau menggali kenyataan yang dialami atau
perilaku tertentu individu maupun
kelompok individu serta aspek-aspek yang mendasari suatu
perasaan, pendapat, kejadian, hubungan, dan lain-lain.
Desain ini sering digunakan pada penelitian tentang filosofi
suatu perilaku atau kejadian tertentu.
4. Studi Kasus
Dalam studi kasus penelitian kualitatif, kasus
dapat berupa individu, suatu program, kejadian proses,
institusi, organisasi, kelompok sosial, yang diteliti dalam kurun
waktu tertentu melalui berbagai metode pengumpulan data
kualitatif. Studi kasus kualitatif sering dilakukan dalam ilmu
kedokteran dan kesehatan, hukum dan bisnis.
5. Penelitian Sejarah (Historical Research)
Penelitian “historical research” merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan data catatan, buku harian,
cerita sejarah, foto atau gambar dan artefak sejarah lainnya
untuk bisa menggambarkan, menganalisis, dan menjelaskan
suatu kejadian, prinsip filsafat tertentu, atau perilaku tertentu
pada individu ataupun kelompok individu tertentu. Desain ini
lebih sering digunakan pada penelitian ilmu sosial, budaya,
dan antropologi.

2.1.3 Desain14
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Dalam
pengertian yang lebih luas desain penelitian mencakup pelbagai hal
yang dilakukan peneliti, mulai dari identifikasi masalah, rumusan
hipotesis, operasionalisasi hipotesis, cara pengumpulan data sampai
akhirnya pada analisis data. Dalam pengertian yang sempit desain
penelitian mengacu pada jenis penelitian yang digunakan untuk
mencapai tujuan penelitian; karena itu desain berguna sebagai
pedoman untuk mencapai tujuan penelitian.
Dengan demikian maka pada hakekatnya desain penelitian
merupakan suatu wahana untuk mencapai tujuan penelitian, yang juga
berperan sebagai rambu-rambu yang akan menuntun peneliti dalam
seluruh proses penelitian. Dalam garis besar, desain penelitian
mempunyai dua kegunaan yang amat penting dalam keseluruhan
proses penelitian yakni:

• Merupakan sarana bagi peneliti untuk memperoleh jawaban


terhadap pertanyaan penelitian.
• Merupakan alat bagi peneliti untuk dapat mengendalikan atau
mengontrol pelbagai variabel yang berpengaruh atau berperan
dalam suatu penelitian.
Desain merupakan kerangka acuan bagi pengkajian hubungan
antar-variabel. Dalam pengertian tertentu desain mengatakan jenis
observasi atau pengukuran apa yang harus dilakukan, bagaimana cara
melakukan pengukuran, serta bagaimana melakukan analisis terhadap
hasil pengukuran. Jadi desain mengacu pada pengukuran dan analisis;
misalnya manakah yang termasuk variabel bebas (variabel
independen, predictor, risiko, atau kausa) dan mana yang merupakan
variable tergantung (variabel dependen, variabel efek, outcome,
event). Dari variabel bebas dapat dilihat mana yang termasuk dalam
variable aktif (misalnya kebiasaan merokok), dan mana yang
merupakan variabel atribut (misalnya jenis kelamin).
Terdapat beberapa hal penting yang perlu dikaji sebelum jenis
desain ditentukan. Pertama, sejak awal peneliti harus menentukan
apakah akan melakukan intervensi, yaitu studi intervensional
(eksperimental), atau hanya akan melaksanakan pengamatan saja
tanpa intervensi, yaitu melaksanakan studi observasional. Kedua,
apabila dipilih penelitian observasional, harus ditentukan apakah akan
dilakukan pengamatan sewaktu (yaitu studi cross-sectional) atau
dilakukan follow-up dalam kurun waktu tertentu (studi longitudinal).
Hal. ketiga adalah apakah akan dilakukan studi retrospektif, yaitu
mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung ataukah studi
prospektif yaitu dengan mengikuti subjek untuk meneliti peristiwa
yang belum terjadi.
Perlu dikemukakan bahwa desain penelitian yang satu tidak lebih
unggul daripada yang lain, oleh karena desain yang dipilih
berhubungan erat dengan tujuan dan pertanyaan penelitian. Dengan
kata lain, pemilihan desain bertujuan untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan penelitian dengan cara yang paling efisien dan dengan
hasil yang memuaskan. Selain itu, satu jenis penelitian dapat
menunjang jenis penelitian yang lain.
Klasifikasi jenis penelitian medis sangat beragam, bergantung pada
dasar pembuatan klasifikasi. Berikut ini adalah klasifikasi desain
penelitian kedokteran/kesehatan secara umum :
a. Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian
• Penelitian klinis
• Penelitian lapangan
• Penelitian laboratorium
b. Berdasarkan pada waktu
• Penelitian transversal (cross sectional) : prospektif atau
retrospektif
• Penelitian longitudinal : prospektif atau retrospektif
c. Berdasarkan pada substansi
• Penelitian dasar
• Penelitian terapan
d. Berdasarkan pada ada atau tidaknya analisis hubungan antar
variabel
• Penelitian deskriptif
• Penelitian analitik
e. Desain khusus
• Uji diagnostik
• Analisis kesintasan (survival analysis)Meta analisis
Secara sederhana, desain penelitian dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
2.1.4 Tujuan

Tujuan penelitian merupakan jawaban atas berbagai pertanyaan


yang muncul dalam penelitian secara jelas dan eksplisit. Tujuan
penelitian mencakup tujuan umum serta tujuan khusus.14

Di dalam tujuan umum (ultimate objective) dinyatakan tujuan akhir


penelitian. Tujuan umum biasanya mengacu pada aspek yang lebih
luas atau tujuan jangka panjang penelitian, tidak terbatas pada hal-hal
yang langsung diteliti atau diukur. Dalam tujuan khusus (specific
objectives) disebutkan secara jelas dan tajam hal-hal yang akan
langsung diukur, dinilai, atau diperoleh dari penelitian, Tujuan umum
dan khusus yang hanya terdiri atas satu atau dua butir saja mungkin
cukup ditulis secara naratif dalam satu kalimat. Tetapi apabila terdapat
banyak butir dan sub-butir maka tujuan umum dan khusus perlu
dipisahkan, agar lebih jelas dan mudah dimengerti pembaca.14

Penelitian dilakukan sejalan dengan sifat dasar manusia yang selalu


ingin tahu terhadap pelbagai fenomena di sekelilingnya. Tujuan
seseorang melakukan penelitian pada umumnya adalah:
1. Untuk mengetahui deskripsi pelbagai fenomena alam.
2. Untuk menerangkan hubungan antara pelbagai kejadian.
3. Untuk memecahkan pelbagai masalah yang ditemukan dalam
kehidupan.
4. Untuk memperlihatkan efek tertentu.

Tujuan penelitian kesehatan/kedokteran erat hubungannya dngan


penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian penjelajahan berbeda
dengan penelitian pengembangan, bebeda pila penelitian verifikatif.
Demikian pula penelitian dasar, akan lain pula tujuannya dengan
penelitian terapan. Tetapi secara umum, tujuan semua jenis penelitian
kesehatan/kedokteran itu antara lain: 14

1. Menemukan atau mengkaji fakta baru maupun fakta lama


sehubungan dengan bidang kesehatan/kedokteran.
2. Mengadakan analisis terhadap hubungan atau interaksi antara
fakta-fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan teori-teori
yang ada.
3. Mengembangkan alat, teori atau konsep baru dalam bidang
kesehatan/kedokteran yang memberi kemungkinan bagi
peningkatan kesehatan masyarakat khususnya dan peningkatan
kesehjateraan manusia pada umumnya.

Pendapat lain mengelompokkan tujuan penelitian


kesehatan/kedokteran itu menjadi tiga, yaitu15:

1. Untuk merumuskan teori, konsep dan atau generalisasi baru


tentang penelitian kesehatan/kedokteran.
2. Untuk memperbaiki atau modifikasi teori, sistem atau program
pelayanan penelitian kesehatan/kedokteran.
3. Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem atau generalisasi yang
sudah ada

2.1.5 Populasi dan sampel 11


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik
kesimpulannya (sintesis). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga
objek dan benda-benda alam yang lain, misalnya: orang, benda,
lembaga, organisasi, dan lain- lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang
diteliti itu. Yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota
populasi. Anggota populasi yang terdiri dari orang-orang biasa disebut
dengan subjek penelitian, sedangkan anggota penelitian yang terdiri
dari benda-benda atau bukan orang sering disebut dengan objek
penelitian.

Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur-unsur yang


diambil sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling frame) adalah
daftar semua unsur sampling dalam populasi sampling. Unsur
sampling ini diambil dengan menggunakan kerangka sampling
(sampling frame).

Populasi diartikan sebagai seluruh unsur atau elemen yang


menjadi objek penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan
satuan analisis dalam penelitian. Populasi merupakan himpunan
semua hal yang ingin diketahui, sebagai contoh seluruh pegawai
perusahaan, himpunan pekerja, dan seluruh anggota organisasi.
Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan
unit analisis yang karakteristiknya akan diteliti. Unit analisis adalah
unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Berikut ini beberapa
pengertian tentang populasi.

a. Pengertian Populasi menurut para ahli


● Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).
● Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran, baik
kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu
mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas
(Usman, 2006)
b. Populasi Berdasarkan Jenisnya
● Populasi terbatas
Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas
batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung
jumlahnya. Contoh: Jumlah pasien rawat jalan RS A pada
tahun 2017 adalah 457.924 orang.

● Populasi tak Terbatas (tak Terhingga)


Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat
ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk jumlah.Contoh: Jumlah penduduk
Indonesia yang mengalami pemutusan hubungan kerja pada
tahun 2017. Dalam hal ini jumlah penduduk Indonesia yang
mengalami pemutusan hubungan kerja merupakan populasi
tak terbatas karena tidak semua perusahaan melaporkan
kejadian tersebut.

c. Populasi Berdasarkan Sifatnya


● Populasi homogen
Sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama
dan tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara
kuantitatif. Contoh: populasi pasien rawat jalan dengan
jenis asuransi yaitu BPJS Kesehatan kelas 3 di RS A pada
tahun 2017.

● Populasi heterogen
Sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan
yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas -
batasnya secara kualitatif dan kuantitatif. Contoh: populasi
pasien pasien rawat inap di RS A pada tahun 2017.

Menentukan Populasi dapat juga diidentifikasi oleh 4


faktor, yaitu: isi, satuan, cakupan (scope), dan waktu.
Contoh: Suatu penelitian tentang distribusi penyakit yang
pada pasien rawat inap di rumah sakit tingkat Provinsi DKI
Jakarta tahun 2017, maka populasinya dapat ditetapkan
dengan 4 faktor sebagai berikut:

Isi→Semua pasien rawat inap

Satuan→Rumah Sakit

Cakupan→Provinsi DKI Jakarta

Waktu→Tahun 2017

d. Populasi Berdasarkan Kelompoknya


● Populasi Umum
Populasi umum adalah dimana sumber datanya seluruh
objek pada lokasi penelitian

● Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran
dalam menggeneralisasi sebagai kesimpulan sebuah
penelitian.

Contoh:

- Populasi umum adalah seluruh pasien rawat jalan


Rumah Sakit X.
- Populasi targetnya adalah seluruh pasien rawat jalan
dengan kepesertaan BPJS di
Rumah Sakit X.Maka hasil penelitian kita tidak
berlaku bagi pasien rawat jalan dengan kepesertaan
BPJS di Rumah Sakit X.

e. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik
kesimpulan. Penelitian dengan menggunakan sampel lebih
menguntungkan dibandingkan dengan penelitian menggunakan
populasi karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih
menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Dalam menentukan sampel,
langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi
atau menentukan populasi target.

Dalam menentukan sampel juga diukur besaran sampel yang


harus terpenuhi menggunakan perhitungan besaran sampel yang
akan dibahas pada topik selanjutnya. Untuk menilai suatu besaran
sampel dari perhitungan itu terpenuhi jumlahnya, maka beberapa
kriteria yang diperlukan antara lain:

● Derajat keseragaman (degree of homogeneity)


Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat
diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely
homogeneous), maka satu elemen saja dari seluruh populasi itu
sudah cukup representatif untuk diteliti. Berbeda kalau populasi
adalah tidak seragam secara sempurna (completely
heterogeneous), maka hanya pembuatan kerangka sampel
(sampling frame) lengkaplah yang dapat memberikan gambaran
yang representatif.

● Presisi yang dikehendaki dalam penelitian.


Tingkat ketepatan ditentukan oleh perbedaan hasil yang
diperoleh dari sampel dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
dari sampling frame yang lengkap, dengan menggunakan asumsi
instrumen (alat ukur), metode penelitian, kualitas peneliti, dan
yang sama. Secara kuantitatif presisi diukur dari standar error.
Makin kecil kesalahan baku maka makin besar tingkat
presisinya.

f. Rencana Analisis
Rencana analisis data dengan teknik analisis tertentu sangat
menentukan besarnya sampel yang harus diambil. Teknik analisis
dengan tabel silang dan analisis lanjutan dengan Chi-Square
misalnya mensyaratkan pentingnya sampel minimal yang tersedia
dalam setiap sel dalam tabel silang. Untuk tabel ukuran 2x2
diperlukan sampel minimal sebanyak 30. Itupun apabila frekuensi
sampel menyebar secara merata pada masing- masing sel. Untuk
keperluan analisis yang lebih baik, diperlukan sampel yang lebih
banyak. Teknik analisis regresi, misalnya mengasumsikan sampel
berdistribusi normal. Asumsi normalitas umumnya dapat dicapai
pada sampel ukuran besar yaitu minimal 30.

Penentuan sampel juga menggunakan kriteria pemilihan sampel,


yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

● Kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring
anggota populasi menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara
teori yang sesuai dan terkait dengan topik dan kondisi
penelitian. Atau dengan kata lain, kriteria inklusi merupakan
ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang
dapat diambil sebagai sampel.

● Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang dapat digunakan untuk
mengeluarkan anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengan
kata lain ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel.

Sebagai contoh:
Kita ingin meneliti “Analisis Kepuasan Pasien Rawat Jalan
BPJS terhadap pelayanan di RS X”. Populasi pada penelitian ini
adalah pasien BPJS di RS X. Dalam penentuan sampel, maka kita
menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

● Kriteria inklusi.
➢ Pasien BPJS di RS X pada saat saya melakukan penelitian
merupakan pasien yang telah memanfaatkan pelayanan
rawat jalan minimal 1 tahun.
➢ Usia pasien 18-55 tahun.
● Kriteria eksklusi
Setelah didapatkan kriteria inklusi seperti diatas maka kita
dapat menentukan kriteria eksklusi jika sampel telah memenuhi
kriteria inklusi. Namun ketika sampel tidak dapat berkomunikasi
dengan baik, maka akan kita keluarkan sebagai sampel dalam
penelitian. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena alasan tertentu.

2.1.6 Data
Data didefinisikan sebagai bahan keterangan tentang kejadian
nyata atau fakta-fatkat yang dirumuskan dalam sekelompok lambang
tertentu yang tidak acak yang menunjukan jumlah, tindakan, atau
hal. Data dapat berupa catatan-catatan dalam kertas, buku, atau
tersimpan sebagai file dalam basis data.16

a. Data Berdasarkan Sumbernya


Data jika diklasifikasikan berdasarkan sumbernya maka
data dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu data primer dan
data sekunder 17

● Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari sumber datanya.
Jadi untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Data primer biasanya
diperoleh dari observasi, wawancara, Focus Group
Discussion (FGD), dan penyebaran kuesioner.

● Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi-
studi sebelumnya. Data sekunder dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti jurnal, laporan, buku, dan
sebagainya.

b. Data Berdasarkan Sifatnya


Berdasarkan sifatnya, data dibedakan menjadi dua jenis
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.18

● Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk
selain angka. Data kualitatif dapat dikumpulkan dengan
cara wawancara, analisis dokumen, FGD, observasi,
pemotretan gambar atau perekaman video. Umumnya data
kualitatif pada akhirnya dituangkan dalam bentuk kata
per-kata. Sekalipun data kualitatif tidak berbentuk angka
namun bukan berarti data itu tidak dapat digunakan pada
analisis statistik.

● Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka
atau bilangan. Data kuantitatif biasanya dijadikan sebagai
bahan dasar bagi setiap permasalahan yang bersifat
statistik. Data ini umumnya diolah memakai teknik
perhitungan matematika. Data kuantitatif diklasifikasikan
menjadi dua yaitu data kuantitatif berdasarkan proses atau
cara mendapatkannya dan data kuantitatif berdasarkan tipe
skala pengukuran yang digunakan.

c. Data Berdasarkan Waktu Pengumpulannya


Data dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu
pengumpulannya yaitu sebagai berikut:

● Data Berkala (Time Series) merupakan data yang


dikumpulkan secara berkala dari waktu ke waktu.
Pengambilan data ini biasanya digunakan untuk melihat
perkembangan dari waktu ke waktu.
● Data Cross Section merupakan data yang diperoleh pada
waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan gambaran
keadaan atau kegiatan pada saat itu juga.
d. Data Berdasarkan Skala Pengukurannya
Data yang merupakan hasil pengukuran variabel memiliki
jenis skala pengukuran sebagaimana yang terdapat pada
variabel. Dengan demikian berdasarkan tinjauan ini, data dapat
dibedakan sebagai berikut.19

● Data nominal
● Data ordinal
● Data interval
● Data rasio

2.1.7 Penulisan rujukan14

Dalam merumuskan permasalahan penelitian (biasanya dituliskan


dalam Pendahuluan) dan mendiskusikan hasil penemuan (di dalam
Pembahasan) harus disertakan dasar yang mengacu pada kepustakaan.
Kutipan pustaka juga mungkin diperlukan dalam Metode. Karena apa
yang diuraikan dalam makalah tersebut bukan merupakan pendapat
pribadi, melainkan hasil penelitian orang lain, maka pernyataan-
pernyataan dalam makalah tersebut harus mencantumkan rujukan
dengan akurat. Rujukan ini kemudian harus dituliskan di dalam Daftar
Pustaka yang merupakan bagian terakhir suatu makalah ilmiah.

a. Sumber Rujukan
Sumber informasi atau rujukan dapat berupa makalah ilmiah
dalam majalah ilmiah, buku (baik secara keseluruhan atau hanya
sebagian atau bab dari buku tersebut), laporan atau dokumen
resmi dari suatu instansi pemerintah (misalnya Departemen
Kesehatan, BKKBN) atau dari suatu badan internasional
(misalnya WHO). Laporan hasil penelitian yang tidak
dipublikasikan akan tetapi di dokumentasi di perpustakaan
instansi yang bersangkutan kadang-kadang dapat pula dijadikan
sumber informasi. Yang terakhir ini di dalam daftar rujukan
sering ditulis dengan kata-kata "komunikasi pribadi" (personal
communication), "hubungan pribadi", "unpublished data", dan
sebagainya. Bila tidak terpaksa hal tersebut sebaiknya
dihindarkan karena kesahihannya kurang. Bahkan tesis atau
disertasi yang belum dipublikasi dalam jurnal dianggap sebagai
"unpublished material" bukan sebagai rujukan yang baku.

Sumber informasi yang digunakan seyogyanya berasal dari


jurnal ilmiah atau buku yang benar-benar dibaca, dan bukan
hanya dari suatu abstrak atau hanya kutipan dari penulis lain.
Rujukan yang dicantumkan harus yang relevan dan yang benar-
benar penting saja. Penulisan rujukan juga jangan dengan cara
menyalin seluruh paragraf, melainkan harus dirangkum dalam
suatu kalimat dengan kata-kata sendiri, kecuali apabila hal
tersebut memang tidak dapat diartikan lain misalnya kalimat-
kalimat dalam Undang-Undang Dasar 1945, Garis-garis Besar
Haluan Negara, suatu pernyataan dari pakar, pejabat atau instansi
resmi, dan lain sebagainya.

Rujukan untuk makalah ilmiah sebaiknya dari publikasi


resmi, dari majalah-majalah ilmiah dan buku-buku ilmiah jangan
berasal dari majalah popular, surat kabar, poster, pamflet, dan
sebagainya. Dianjurkan agar rujukan cukup mutakhir, misalnya
yang dipublikasi dalam kurun waktu 5-7 tahun terakhir. Namun
demikian tidak berarti bahwa rujukan yang ditulis sebelum 5
tahun tidak boleh dilakukan. Sumber yang sangat lama mungkin
masih diperlukan terutama untuk penyakit-penyakit kronik.
Sumber lama juga dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa
masalah yang dibahas dalam makalah tersebut sebenarnya bukan
masalah baru karena sudah pernah diteliti, misalnya sebelum
Kemerdekaan RI, bahkan sebelum abad ke-20. Kutipan dari
naskah asli bertarikh abad ke-19, bila relevan dengan masalah,
justru mempunyai nilai lebih.

b. Bagian-Bagian dalam Penulisan Rujukan


Suatu rujukan yang lengkap minimal harus terdiri dari 3
unsur ialah nama atau nama-nama penulis, judul tulisan, dan
informasi penerbitan. Nama penulis suatu makalah atau sumber
informasi tidak selalu berupa nama orang melainkan dapat pula
merupakan nama instansi, organisasi, atau badan internasional,
misalnya Departemen Kesehatan, BKKBN, LIPI, WHO,
UNICEF, USAID, FAO, dan sebagainya. Penulisan nama penulis
ini mempunyai aturan sendiri. Nama penulis harus ditulis mulai
dengan nama keluarga atau yang disamakan dengan nama
keluarga misalnya nama tua (pada orang Jawa), nama marga
(orang Batak), nama suami, dan sebagainya. Di bawah ini
diberikan contoh penulisan beberapa nama tertentu:

● Nama Jawa: Sudjono Djuned Pusponegoro ditulis


Pusponegoro SD, Aryatmo Tjokronegoro ditulis
Tjokronegoro A.
● Nama marga: Andi Hakim Nasution ditulis Nasution AH,
Lebrien Agustin Tamaela ditulis Tamaela LA.
● Nama suami: Aswitha Damayanti Budiarso ditulis Budiarso
AD, Julie Sulianti Saroso ditulis Saroso JS.
● Nama tunggal: Soekarno ditulis Soekarno, Suharto ditulis
Suharto.
● Nama China: Chen Xiao Fen ditulis Chen XF, Hu Xin Yin
ditulis Hu XY.
● Nama Arab: Husein Alatas ditulis Alatas H, Abdullah Thalib
ditulis Thalib A.
● Nama Barat: Michael Samuel Gracey ditulis Gracey MS,
John Eliot Rohde ditulis Rohde JE.

Judul mencakup judul dan subjudul di dalam suatu majalah,


buku atau bagian atau bab dari suatu buku, ditulis selengkapnya
yang mencakup nama majalah, volume, halaman pertama dan
terakhir, dan tahun penerbitan. Apabila kutipan berasal dari buku
harus ditulis nama buku, penulis, edisi (kecuali yang pertama),
halaman pertama dan terakhir, penerbit, kota tempat penerbitan,
serta tahun penerbitan. Penulisan singkatan nama majalah dan
penerbit harus ditulis menurut aturan yang telah dibakukan (Index
Medicus atau Internasional List of Publication, UNESCO Paris
1970). Nama kota penerbit bila lebih dari satu hanya ditulis nama
kota pertama atau nama kota pertama dan terakhir, jangan
dituliskan semua nama kota penerbit yang tercantum.

Contoh yang salah:

Cooke RE. The pathophysiology of body fluids. In: Nelson's


textbook of pediatrics. 13th ed.
Philadelphia/London/Toronto/Sydney: WB Saunders; 1990.
p.567-99.

Contoh yang benar:

Cooke RE. The pathophysiology of body fluids. In: Nelson's


textbook of Pediatrics. 13th ed. Philadelphia/Sydney: WB
Saunders; 1-990. p. 567-99.

atau

Cooke RE. The pathophysiology of body fluids. In: Nelson's


textbook of Pediatrics. 13th ed. Philadelphia: WB Saunders;
1990. p. 567-99.
c. Cara Penulisan Rujukan Sistem Vancouver
Cara ini disepakati oleh para editor majalah ilmiah berbahasa
Inggris yang terkenal dalam pertemuan di Vancouver, British
Columbia, USA, Januari 1978. Tujuannya menyeragamkan atau
membakukan tata cara penulisan makalah ilmiah di seluruh dunia.
Cara ini telah mengalami revisi beberapa kali, dan yang terakhir
adalah revisi bulan Oktober 2010, yang diterbitkan oleh
International Committee of Medical Journal Editors dengan judul
"Uniform requirements for manuscript submitted to biomedical
journal" . Di bawah ini diberikan beberapa contoh penulisan
dengan menggunakan cara Vancouver tersebut. Perlu dicatat
bahwa meskipun suatu jurnal menyatakan menggunakan sistem
Vancouver ini, namun tidak melaksanakannya dengan tepat,
sesuai dengan in-house style masing-masing jurnal; namun semua
menuliskannya dengan konsisten (taat asas).

● Label Sitasi
Referensi diberi nomor secara berurutan dalam urutan
kemunculannya dalam teks − mereka diidentifikasi dengan
angka Hindu-Arab dalam tanda kurung (1), tanda kurung siku
[1], superskrip1, atau kombinasi[1]. Nomor biasanya muncul
di akhir materi yang didukungnya, dan entri dalam daftar
referensi akan memberikan informasi bibliografi lengkap
untuk sumbernya. Contoh pengacuan di dalam teks:

Kehilangan darah dan jumlah pasien yang membutuhkan


transfusi darah pasca operasi secara signifikan lebih besar,
tetapi waktu operasi dan fluoroskopi secara signifikan lebih
pendek, untuk DHS dibandingkan kelompok PFNA.[1]

Dan entri dalam daftar referensi adalah:


1. Xu YZ, Geng DC, Mao HQ, Zhu XS, Yang HL. A
comparison of the proximal femoral nail antirotation
device and dynamic hip screw in the treatment of
unstable pertrochanteric fracture. J Int Med Res.
2010;38(4): 1266–1275.
● Artikel dari Jurnal Ilmiah
Untuk artikel dengan jumlah pengarang kurang atau
sama dengan 6 orang, nama pengarang ditulis semuanya.
Contoh:

Halpern SD, Ubel PA, Caplan AL. Solid-organ


transplantation in HIV-infected patients. N Engl J Med. 2002
Jul 25;347(4):284-7.

Bila jumlah pengarang lebih dari 6 orang, nama-nama


pengarang hanya ditulis 6 orang, sedang sisanya ditulis
dengan dkk. atau et al. Contoh:

Colditz GA, Brewer TF, Berkey CS, Wilson ME, Burdick E,


Fineberg HV, et al. Efficacy of BCG vaccine in the
prevention of tuberculosis. Meta analysis or the published
literature. JAMA. 1994;271:698−702.

● Buku atau Monograf


Elsen HN. Immunology: an introduction to molecular
and cellular principles of the immune response. 5th ed. New
York: Harper and Row; 1974. p. 406.

● Bab pada Buku yang Ada Penyuntingnya


Oxman AD, Flottorp S. An overview of strategies to
promote implementation of evidence-based health care. In:
Silagy C, Haines A, editors. Evidence based practice.
London: BMJ Books;1998. p. 91-109.

● Disertasi atau Tesis


Cairns RB. Infrared spectroscopic studies of solid
oxygen [dissertation]. Barkley: University of California;
1965.

● Tanpa Pengarang
Anonymous. Coffee drinking and cancer of the pancreas
(Editorial). BMJ. 1981; 283:628.

● Prosiding suatu Pertemuan Ilmiah


DuPont B. Bone marrow transplantation in severe
combined immunodeficiency with an unrelated MLC
compatible donor. In: White Hf, Smith R, editors.
Proceedings of the third annual meeting of the international
Society for Experimental Hematology. Houston: International
Society for Experimental Hematology, 1974:44-6.

● Materi Elektronik
1. Kuwar Chhetri P, M Das J. Neuroanatomy, neural tube
development and stages. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 [cited
2021 Apr 13]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557414/
2. Radlowski EC, Johnson RW. Perinatal iron deficiency
and neurocognitive development. Front Hum Neurosci
[Internet]. 2013 [cited 2021 Apr 13];7. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC377984
3/
3. National Institute of Biomedical Imaging and
Bioengineering. Computed Tomography (CT) [Internet].
NIBIB. 2021 [cited 2021 Apr 15]. Available from:
https://www.nibib.nih.gov/science-education/science
topics/computed-tomography-ct
Keuntungan sistem ini adalah cara penulisannya menjadi
lebih ringkas, karena:

● Nama penulis dan tahun tulisan tidak disertakan dalam


nas (teks), kecuali yang dianggap amat penting.
● Penggunaan titik di belakang inisial nama penulis, titik
koma di belakang titik setelah pengarang terakhir, titik
dua setelah semua nama pengarang, titik setelah
singkatan nama jurnal ditiadakan.
● Pembaca lebih mudah menelusuri sumber rujukan dari
kutipan dalam teks.
Kekurangannya adalah penulis harus mencocokkan
kembali nomor dan urutannya apabila ia menyisipkan rujukan
baru dalam proses penulisan makalahnya. Dengan adanya
pelbagai perangkat lunak program komputer untuk penulisan
rujukan, kesulitan ini dapat dikurangi dan jauh dipermudah.

2.2 Filsafat penelitian


2.2.1 Definisi

Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya


epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu
20
.Dalam filsafat ilmu terdapat pembagian filsafat ilmu menjadi
filsafat ilmu umum dan filsafat ilmu khusus21. Filsafat ilmu
pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat
pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan
komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.
Adapun cabang” dari filsafat ilmu yaitu :
• Metafisika (ontologi). Metafisika adalah cabang filsafat yang
mempelajari hakekat realitas terdalam dari segala sesuatu, baik
yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik.
• Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan
tentang hakekat pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam
epistemologi dilakukan kajian-kajian yang mendalam tentang
hakekat terjadinya perbuatan mengetahui, sumber pengetahuan,
tingkat-tingkat pengetahuan, metode untuk memperoleh
pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
• Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai.
Berdasarkan pada pokok penekanannya, aksiologi dapat dibagi
menjadi etika (filsafat tentang baik buruk perilaku manusia) atau
filsafat moral dan estetika atau filsafat keindahan.
2.2.2 Klasifikasi
1. Prapositivisme
Pada era prapositvisme seorang peneliti melihat masalah
penelitian sebagai realitas alamiah. Era ini terjadi sejak
perkembangan filsafat pada zaman Yunani sampai awal abad ke 19.
Peneliti hanya melakukan deskripsi secara kualitatif terhadap
fenomena yang diamatinya. Peneliti bersikap pasif dan hanya
berfungsi sebagai pengumpul data dan menyajikan data tanpa
memberikan makna terhadap data yang dianalisis. Tugas peneliti
hanya mendeskripsikan data tanpa melakukan penafsiran. Hasil-
hasil penemuan penelitian selalu disajikan dalam bentuk narasi.
Bentuk-bentuk penelitian yang banyak dilakukan studi kasus,
analisis isi, studi kepustakaan, dan studi sejarah. Tujuan penelitian
adalah untuk membuat catatan peristiwa dari satu tempat sebagai
dokumen agar dapat dibaca di tempat lain.
2. Positivisme
Pada era positivisme seorang peneliti melihat masalah penelitian
sebagai realitas yang teramati, bersifat tunggal, dapat
diklasifikasikan, memiliki sebab akibat (determinasi), bebas nilai,
relatif tetap, dan terukur. Metode penelitian yang digunakan
metode kuantitatif dengan logika berpikir deduktif. Jenis penelitian
yang banyak dilakukan pada era ini adalah eksprimen, korelasi,
atau ex post facto. Penelitian Eksprimen dilakukan tidak hanya
pada benda-benda alam tetapi juga pada binatang. Penelitian yang
menggunakan binatang sebagai subjek penelitian dalam bidang
psikologi kemudian ditransfer hasilnya terhadap prediksi
kemampuan manusia dalam belajar.
3. Postpositivisme
Pada era postpositivisme seorang peneliti melihat masalah
penelitian sebagai realitas yang bersifat holistik (utuh), dinamis,
kompleks, saling mempengaruhi penuh makna, dan terikat nilai.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif dengan logika induktif. Tujuan penelitian adalah
memahami makna realitas yang kompleks dan mengkonstruksi
fenomena. Metode penelitian kualitatif menjadi primadona pada era
ini dari tahun 1980-an sampai tahun 1990-an. Tetapi setelah tahun
1990-an pertarungan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif
mengendur.

2.3 Etika penelitian


2.3.1 Pengertian dan perat Komite Etik Penelitian Kesehatan

Komite Etik Penelitian Kesehatan adalah badan independen yang


dibentuk untuk mengawasi agar penelitian pada manusia, hewan coba,
maupun bahan biologi tersimpan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip ICH-GCP (International Convention on Harmonization of
Good Clinical Trial Practice). Badan ini berfungsi menilai proposal
penelitian yang akan dilakukan. Selain menilai aspek etik, badan ini
juga menilai aspek ilmiah dan metodologi suatu proposal, karena
penelitian yang tidak benar secara ilmiah atau dijalankan dengan
metode yang tidak tepat akan menghasilkan kesimpulan yang salah,
dan dengan sendirinya bersifat tidak etis.22

Berikut ini adalah peran dan fungsi Komite Etik Penelitian


Kesehatan yang diatur dalam Pedoman Nasional Etik Penelitian
Kesehatan tahun 2011:23

a. Menjamin bahwa relawan manusia yang diikutsertakan sebagai


subjek penelitian dihormati dan dilindungi martabat (dignity),
keleluasaan pribadi (privacy), hak-hak, kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraannya.
b. Menjamin bahwa keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
subjek penelitian tidak pernah akan dikalahkan (override) oleh
upaya pencapaian tujuan penelitian bagaimanapun pentingnya.
c. Menjamin kesejahteraan dan penanganan manusiawi hewan coba
yang digunakan dalam penelitian kesehatan.
d. Menegaskan bahwa etik penelitian akan dilaksanakan atas dasar
tiga prinsip etik umum, yaitu menghormati harkat martabat
manusia, berbuat baik, dan keadilan. Dalam pelaksanaan peran
dan fungsinya KEPK memakai sebagai dasar Deklarasi Helsinki
dan buku Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
e. KEPK tidak berwenang memberi sanksi, tetapi dapat
mengusulkan pemberian sanksi kepada pimpinan lembaga. KEPK
berhak menarik kembali/membatalkan persetujuan etik yang telah
diberikan kalau di kemudian hari ditemukan pelanggaran selama
pelaksanaan penelitian atau terjadi kondisi yang membahayakan
keselamatan subyek selama berlangsungnya penelitian. Pada
prinsipnya KEPK mengutamakan mengembangkan suasana
keterbukaan dan saling percaya (mutual trust) untuk melakukan
pembinaan.
f. KEPK bukan komisi penguji atau penilai ilmiah (akademis),
tetapi merupakan komisi penilai dan pengambil keputusan yang
berkaitan dengan kelayakan etis suatu penelitian kesehatan guna
mendukung terlaksananya penelitian kesehatan yang bermutu.
Penelitian yang metodologinya buruk menjadi tidak etis karena
menyia-nyiakan pengorbanan subyek manusia

2.3.2 Etika penelitian pada manusia23

Setiap penelitian kesehatan yang mengikutsertakan relawan


manusia sebagai subjek penelitian wajib didasarkan pada tiga prinsip
etik (kaidah dasar moral), yaitu: Respect for persons, Beneficence and
Nonmaleficence, serta Justice.

a. Respect for persons


Secara mendasar bertujuan menghormati otonomi untuk
mengambil keputusan mandiri (self determination) dan
melindungi kelompok-kelompok tergantung (dependent) atau
rentan (vulnerable), dari penyalahgunaan (harm and abuse).

b. Beneficence and Nonmaleficence


Prinsip berbuat baik, memberikan manfaat yang maksimal
dan risiko yang minimal, sebagai contoh kalau ada risiko harus
yang wajar (reasonable), dengan desain penelitian yang ilmiah,
peneliti ada kemampuan melaksanakan dengan baik, diikuti
prinsip do no harm (tidak merugikan, non-maleficence).

c. Prinsip etika keadilan (Justice)


Prinsip ini menekankan setiap orang layak mendapatkan
sesuatu sesuai dengan haknya menyangkut keadilan distributif
dan pembagian yang seimbang (equitable). Jangan sampai terjadi
kelompok kelompok yang rentan mendapatkan problem yang
tidak adil. Sponsor dan peneliti umumnya tidak bertanggung
jawab atas perlakuan yang kurang adil ini. Tidak dibiarkan
mengambil keuntungan/kesempatan dari ketidak mampuan,
terutama pada negara-negara, atau daerah-daerah dengan
penghasilan rendah.Keadilan mensyaratkan bahwa penelitian
harus peka terhadap keadaan kesehatan dan kebutuhan subjek
yang rentan.

2.3.3 Etika penelitian pada hewan

Hewan coba memiliki peran penting dalam penelitian dan


pengujian untuk meningkatkan kesehatan manusia dan hewan.
Perlakuan terhadap hewan percobaan perlu dituangkan secara rinci
dalam protokol penelitian sebagai pengganti informed consent pada
subjek manusia.

Hewan dapat digunakan dalam penelitian maupun pengujian


namun harus diperlakukan sesuai dengan kaidah kesejahteraan hewan
dengan pertimbangan sebagai berikut:24

● Penelitian relevan untuk kepentingan kesehatan manusia atau


hewan dan dapat memajukan pengetahuan ilmiah, atau untuk
kebaikan masyarakat.
● Tidak ada alternatif lain pengganti hewan dalam penelitian, misal
belum ada model in vitro yang tersedia seperti pengaturan
hormonal pada manusia dan hewan, perjalanan suatu penyakit,
bagaimana penyebarannya dan pengaruhnya terhadap kekebalan
tubuh, penelitian pada organ usus maupun otak.
● Tidak dapat menduplikasi penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, misal karena heterogenitas dan kompleksitas
biologis serta penggunaan metode atau teknologi yang tidak
standar sehingga harus dilakukan penelitian lagi dengan
menggunakan hewan lainnya.

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian akan


mengalami penderitaan, yaitu: ketidaknyamanan, ketidaksenangan,
kesusahan, rasa nyeri, dan terkadang berakhir dengan kematian.
Berdasarkan hal tersebut, hewan yang dikorbankan dalam penelitian
yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh manusia patut dihormati,
mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara dengan baik, dan
diusahakan agar bisa disesuaikan pola kehidupannya seperti di alam.
Peneliti yang akan memanfaatkan hewan percobaan pada penelitian
kesehatan harus mengkaji kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan
dengan mempertimbangkan penderitaan yang akan dialami oleh
hewan percobaan dan manfaat yang akan diperoleh untuk manusia.
Pemanfaatan hewan dalam penelitian harus seimbang antara ilmu
pengetahuan dengan nilai-nilai etika kesejahteraan hewan. Persyaratan
kesejahteraan hewan yang harus dipenuhi adalah penerapan prinsip
etika penelitian: Respect (hormat), Beneficiary (bermanfaat), dan
justice (adil) terhadap hewan; prinsip 3R: Replacement (penggantian),
Reduction (pengurangan), Refinement (perbaikan) dan 5F/freedom:
kebebasan dari rasa lapar dan haus, rasa panas dan tidak nyaman, rasa
nyeri, trauma dan penyakit, ketakutan dan stres serta mengekspresikan
perilaku alami.

Prinsip 3R (Replacement, Reduction, Refinement) terdiri dari:25

a. Replacement
Replacement adalah keperluan memanfaatkan hewan
percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari
pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk
hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. Replacement terbagi
menjadi dua bagian, yaitu: relatif (mengganti hewan percobaan
dengan memakai organ/jaringan hewan dari rumah potong, hewan
dari ordo lebih rendah) dan absolut (mengganti hewan percobaan
dengan kultur sel, jaringan, atau program komputer).

b. Reduction
Reduction mengacu pada metode yang meminimalkan
penggunaan hewan dan memungkinkan peneliti untuk
memperoleh jumlah informasi yang sebanding dari lebih sedikit
hewan atau untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari
jumlah hewan yang sama tanpa meningkatkan rasa sakit atau
kesusahan. Beberapa metode untuk mengurangi jumlah hewan
dalam penelitian dapat dilakukan dengan menetapkan group size
yang rasional, melalui penelitian pendahuluan, perhitungan
statistik untuk menentukan jumlah populasi hewan termasuk
power analisis yang merujuk kepada literatur yang berkualitas
baik dan/atau pedoman yang berlaku.

c. Refinement
Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan secara
manusiawi (humane), memelihara hewan dengan baik, tidak
menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang
menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba
sampai akhir penelitian. Pada dasarnya prinsip refinement berarti
membebaskan hewan coba dari beberapa kondisi. Prinsip
refinement ini berkaitan erat dengan penerapan asas kesejahteraan
hewan, yaitu 5F yang terdiri atas:23

● Freedom from hunger and thirst


● Freedom from pain
● Freedom from distress and feeling discomfort
● Freedom from injury and diseases
● Freedom to express their normal behavior

Yang pertama adalah bebas dari rasa lapar dan haus, dengan
memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dengan
jumlah yang memadai baik jumlah dan komposisi nutrisi untuk
kesehatannya. Kemudian, hewan percobaan bebas dari
ketidaknyamanan, disediakan lingkungan bersih dan paling sesuai
dengan biologi hewan percobaan yang dipilih, dengan perhatian
terhadap: siklus cahaya, suhu, kelembaban lingkungan, dan
fasilitas fisik seperti ukuran kandang untuk kebebasan bergerak,
kebiasaan hewan untuk mengelompok atau menyendiri.
Berikutnya, hewan coba harus bebas dari nyeri dan penyakit
dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan
pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika
diperlukan. Penyakit dapat diobati dengan catatan tidak
mengganggu penelitian yang sedang dijalankan. Bebas dari nyeri
diusahakan dengan memilih prosedur yang meminimalisir nyeri
saat melakukan tindakan invasif, yaitu dengan menggunakan
analgesia dan anestesi ketika diperlukan. Euthanasia dilakukan
dengan metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih untuk
meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan
coba. Hewan juga harus bebas dari ketakutan dan stress jangka
panjang, dengan menciptakan lingkungan yang dapat mencegah
stress, misalnya memberikan masa adaptasi/aklimatisasi,
memberikan latihan prosedur penelitian untuk hewan. Semua
prosedur dilakukan oleh tenaga yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman dalam merawat/memperlakukan hewan percobaan
untuk meminimalisasi stres. Hewan diperbolehkan
mengekspresikan tingkah laku alami dengan memberikan ruang
dan fasilitas yang sesuai dengan kehidupan biologi dan tingkah
laku spesies hewan percobaan. Hal tersebut dilakukan dengan
memberikan sarana untuk kontak sosial (bagi spesies yang
bersifat sosial), termasuk kontak sosial dengan peneliti;
menempatkan hewan dalam kandang secara individual,
berpasangan atau berkelompok; memberikan kesempatan dan
kebebasan untuk berlari dan bermain23

Di dalam protokol penelitian harus dijelaskan secara rinci


berbagai hal berikut: pemilihan, strain, asal hewan, aklimatisasi,
pemeliharaan, tindakan yang direncanakan, (termasuk tindakan
untuk meringankan/mengurangi rasa nyeri dan meniadakan
penderitaan hewan), pihak yang bertanggung jawab terhadap
perawatan hewan, dan cara menewaskan, serta cara membuang
kadaver. Uraian perlakuan pada hewan percobaan dapat
dianalogikan sebagai informed consent bagi hewan dan menjadi
penilaian dalam etika penelitian yang menggunakan hewan
coba.23

2.3.4 Etika penelitian pada Bahan Biologik Tersimpan (BBT)


Bahan Biologik Tersimpan (BBT) adalah bahan biologik yang
tersisa dan disimpan sesudah kegiatan pengumpulan dan pemeriksaan
selesai. BBT dapat berupa sisa kegiatan penelitian (leftover samples)
atau sisa dalam pelayanan kesehatan berupa sisa tindakan diagnostik
(biopsi), tindakan pengobatan (operasi), atau autopsi. Pada penelitian
dengan BBT, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti
menghormati manusia sumber BBT yang masih hidup atau telah
meninggal dan keluarganya, memahami informed consent, serta
keanekaragaman tekanan budaya. Dikatakan dalam pedoman etik
pemanfaatan BBT bahwa semua BBT yang dikumpulkan untuk
penelitian kesehatan adalah milik lembaga pelayanan atau penelitian26.
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta
transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia, maka diatur
tentang pemeriksaan bedah mayat klinis, anatomis, alat tubuh
manusia, jaringan, transplantasi dan donor. Peraturan pemerintah
tersebut mengatur bahwa pemanfaatan BBT harus dengan persetujuan
penderita atau keluarga setelah penderita meninggal. 27

a. Pemanfaatan BBT
Terdapat empat alternatif pemanfaatan BBT yang secara etis
dapat dipertanggungjawabkan, yaitu: 27

● Menghormati BBT sebagai bagian tubuh manusia dan


menguburnya atau memusnahkannya dengan dibakar
(incineration) seperti yang lazim dilakukan di rumah sakit.
Pemusnahan BBT tersebut tidak memberi keuntungan apapun
kepada umat manusia. BBT akan lebih tepat dan lebih baik
bila dapat dimanfaatkan untuk pengajaran dan penelitian
kesehatan.
● BBT yang anonim atau dianonimkan dapat dimanfaatkan
untuk pengajaran dengan tujuan yang jelas.
● BBT dapat dimanfaatkan untuk penelitian kesehatan yang
dipilih dengan tepat hingga dapat menghasilkan pengetahuan
baru yang bermakna tentang segi klinis suatu penyakit.
Bahkan bila memungkinkan, pengetahuan baru tersebut akan
bermanfaat untuk pengobatan penderita lain di kemudian
hari.
● BBT yang termasuk materi biologik yaitu bahan biologi yang
terkandung dalam spesimen klinik, spesimen hewan, tumbuh-
tumbuhan, isolat virus, bakteri, jamur dan jasad renik lain,
parasit, vektor dan sumber daya alam lain yang bagiannya
dan atau derivatnya serta produk dari bagian dan atau derivat
tersebut termasuk yang mengandung materi dan informasi
sekuens genetik, seperti urutan nukleotida dalam molekul
RNA dan atau cDNA diatur dalam Peraturan Menkes RI
Nomor 657/Menkes/PER/VIII/2009 untuk pengiriman dan
penggunaannya.
● Perlu diperingatkan bahwa pengambilan, penggunaan dan
penyimpanan BBT memerlukan pembenaran etis, dan
dilakukan mengikuti peraturan etik. BBT disimpan dengan
harapan bahwa di kemudian hari bisa digunakan untuk
penelitian kesehatan yang tentu saja harus memenuhi
persyaratan ilmiah dan etik.
b. Persetujuan Ilmiah dan Etik
Penilaian (review) protokol penelitian dan pemberian
persetujuan ilmiah dan etik (scientific and ethical approval) untuk
penelitian kesehatan yang memanfaatkan BBT dilakukan dengan
prosedur sebagai lazim digunakan dengan beberapa tambahan.27

● Penelitian yang memanfaatkan BBT baru boleh dimulai jika


telah mendapat persetujuan dari komisi ilmiah dan etik yang
berwenang untuk memperhatikan keabsahan ilmiah dan
pembenaran etiknya.
● Persetujuan terdiri atas dua unsur, yaitu persetujuan ilmiah
dan persetujuan etik.
● Melaksanakan penelitian yang tidak memenuhi persyaratan
ilmiah ipso facto tidak etis karena memaparkan subyek
penelitian (subyek manusia sumber BBT) pada risiko tanpa
kejelasan akan memperoleh manfaat.
● Penelitian yang memanfaatkan BBT hanya boleh
dilaksanakan kalau ia akan menghasilkan informasi yang
tidak mungkin dapat diperoleh dengan cara lain.
● Metode penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian dan
bidang ilmu pengetahuan terkait.
● Peneliti utama dan seluruh tim peneliti harus kompeten dan
memenuhi persyaratan kemampuan yang dinilai latar
belakang pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja dan track
record-nya, serta harus mampu menjamin bahwa etik
penelitian akan dihormati dan dilaksanakan.
● Penelitian harus didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai supaya penelitian dapat dilaksanakan dengan baik
dan aman.
● Penilaian protokol penelitian dan persetujuan etik dimaksud
untuk menjamin kehidupan (life), kesehatan (health),
kesejahteraan (welfare), keleluasaan pribadi (privacy), dan
martabat (dignity) manusia sumber BBT.
● Perlu dijamin bahwa kepentingan dan kesejahteraan manusia
sumber BBT tidak pernah dikalahkan (override) oleh
kepentingan dan tujuan penelitian bagaimanapun pentingnya.
c. Kepemilikan dan Pengelolaan BBT
BBT harus dihargai sebagai suatu pemberian dari seorang
dermawan yang masih hidup atau sudah meninggal untuk
dimanfaatkan demi kebaikan sesama manusia. Oleh karena itu
BBT adalah bahan yang sangat berharga dan perlu diperlakukan
dengan hormat sebagai layaknya seorang subyek manusia.
Kepemilikan dan pengelolaannya BBT yang baik adalah:23
● Semua bahan biologik yang dikumpulkan untuk penelitian
kesehatan adalah milik lembaga pelayanan atau penelitian.
● Kepala lembaga bertanggung jawab tentang penyimpanan,
pemanfaatan, dan pemusnahan BBT.
● BBT tidak boleh diperjual-belikan.
● Peneliti utama yang pertama mengumpulkan bahan biologik
mempunyai hak pertama menggunakannya. Bahan biologik
yang tersisa sesudah penelitian selesai perlu disimpan sebagai
BBT. Pemanfaatan BBT selanjutnya memerlukan izin kepala
lembaga penelitian.
● BBT hanya boleh digunakan untuk penelitian kesehatan yang
telah mendapat persetujuan ilmiah dan etik dari komisi yang
berwenang.
● Lembaga perlu mengangkat seorang pemelihara atau
pelindung (custodian) yang memenuhi persyaratan dengan
tanggung jawab memelihara dan mengadministrasikan
koleksi BBT.

2.4 Metode penelitian


2.4.1 Definisi 2

Metode penelitian adalah rancangan yang dibuat oleh peneliti


sebagai estimasi kegiatan yang dilaksanakan selama melakukan
penelitian. Penelitian secara umum diartikan sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan
logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan
analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Pengumpulan dan analisis data
menggunakan metode-metode ilmiah baik yang bersifat kuantitatif ,
kualitatif.
2.4.2 Klasifikasi
Terdapat dua metode penelitian yang digunakan para peneliti
yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Di antara dua metode
penelitian tersebut, metode kuantitatif merupakan metode yang lebih
awal digunakan namun seiring perkembang dalam penelitian yang
dipandang memiliki keterbatasan dalam menjangkau permasalahan
yang diteliti. Dengan keterbatasan tersebut dibandingkan dengan
metode kualitatif. Dengan kata lain, metode penelitian kuantitatif lebih
populer dibandingkan dengan metode penelitian kualitatif. Pengertian
dan perbedaan dari kedua pendekatan penelitian tersebut secara
mendasar adalah sebagai berikut 2:

a. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan untuk menguji
teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel.
Variabel variabel ini diukur biasanya dengan instrumen penelitian
seperti, tes, angket, wawancara terstruktur sehingga data yang
terdiri dari angka angka dapat dianalisis berdasarkan perhitungan
statistik. Laporan akhir untuk penelitian ini pada umumnya
memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari
pendahuluan, tinjauan hasil penelitian terkait sebelumnya
(previous studies) landasan teori, metode penelitian, hasil
penelitian, dan pembahasan. Peneliti kuantitatif memiliki asumsi-
asumsi untuk menguji teori secara deduktif, mencegah munculnya
bias-bias, mengontrol penjelasan-penjelasan yang bersifat
alternatif, dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali
penemuan-penemuannya. Penelitian kuantitatif lebih menekankan
pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial.
Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial
dijabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variabel dan
indikator. Setiap variabel yang ditentukan di ukur dengan
memberikan simbol angka yang berbeda beda sesuai dengan
kategori informasi yang berkaitan dengan variabel tersebut.
Dengan menggunakan simbol simbol angka tersebut, teknik
perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang berlaku umum di dalam
suatu parameter. Tujuan utama pendekatan kuantitatif untuk
menjelaskan suatu masalah dengan menghasilkan generalisasi.
Generalisasi adalah suatu pola, keteraturan yang terjadi dalam
suatu realitas tentang suatu masalah yang diperkirakan akan
berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat
dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi
yang umum berlaku di dalam statistika deduktif. Metode estimasi
itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan
nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut
“sampel” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam
penelitian sebenarnya adalah bagian kecil dari populasi atau
sering disebut “sampel data”. Sampel data adalah contoh nyata
dari kenyataan yang dapat diprediksikan keberlakuannya ke
tingkat realitas kelompok yang lebih besar. Penelitian kuantitatif
melakukan eksplorasi mendalam serta menemukan fakta dan
menguji teori, model, strategi dan pendekatan pembelajaran.

b. Penelitian Kualitatif
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang
paling sering digunakan adalah wawancara. Meskipun
kelihatannya mudah dilakukan" namun cara melakukan teknik
wawancara merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan mengumpulkan data. Faktor yang penting dan
sekaligus kunci sukses dalam organisasi penelitian kualitatif
adalah komunikasi dengan mengedepankan kerahasiaan.
Responden survei dan wawancara mendalam dan focus group
sering diminta untuk memberikan informasi secara terbuka jujur
dan pribadi tanggapan tentang isu-isu sensitif, kekhawatiran,
persepsi dan pendapat tentang berbagai topik. Untuk
mendapatkan kebenaran peneliti harus benar-benar menjamin,
bahwa identitas peserta penelitian akan dirahasiakan dan
dilindungi sepenuhnya.

Ada banyak macam teknik pengumpulan data pada penelitian


kualitatif, namun secara garis besar terdapat 3 metode utama,
yaitu28:

● Diskusi kelompok terarah (focus group discussion)


Pada metode ini peneliti membentuk kelompok kecil
yang terdiri atas beberapa responden untuk mendiskusikan
suatu topik. Kelompok kecil ini membuat responden merasa
nyaman, tidak terintimidasi sehingga dapat mengemukakan
pendapat secara bebas. Panduan topik diskusi biasanya telah
disiapkan oleh peneliti yang biasanya sekaligus menjadi
pemimpin kelompok agar dapat memastikan bahwa seluruh
aspek yang berkaitan dengan topik sudah didiskusikan.
Jalannya diskusi seringkali direkam untuk kemudian dibuat
transkripnya untuk kemudian dianalisis.

● Observasi langsung (direct observation)


Pada metode ini peneliti berusaha untuk tidak terlihat
sebagai seorang pengamat tetapi justru menjadi bagian dari
populasi yang diteliti. Ini dimaksudkan agar mereka dapat
menjalin pengertian tentang nilai-nilai dan kepercayaan-
kepercayaan anggota populasi tersebut. Data dapat
dikumpulkan oleh pengamat eksternal yang tidak ikut dalam
proses diskusi. Pada proses ini peneliti kadang menyiapkan
daftar apa yang ingin diobservasi sebelumnya, namun
bisa.juga peneliti membuat catatan-catatan hasil pengamatan
setelah selesai dilakukan observasi.

● Wawancara mendalam (in-depth interviews)


Pada jenis wawancara ini peneliti menggali data seperti
halnya pada diskusi terarah, namun subyek diwawancara
secara individual. Wawancara ini biasanya mencakup data
secara luas namun mengarah pada masalah tertentu secara
detail. Peneliti jarang menggunakan daftar pertanyaan yang
sudah menjurus seperti yang sering digunakan pada
penelitian kuantitatif. Peneliti mendorong subyek untuk
mengekspresikan pandangan secara panjang-lebar. Salah satu
teknik disebut dengan "the critical incident study" yaitu
subyek diminta memberikan komentar terhadap suatu
kejadian nyata. Teknik ini memberikan gambaran lebih
dalam tentang kepercayaan, sikap dan perilaku subjek.

Metode lainnya yang juga sering digunakan adalah


metode catatan harian (diary methods), role-play and
stimulation, serta studi kasus (case study). Tujuan dari
metode ini bukan untuk melakukan generalisasi tetapi untuk
pemahaman secara mendalam terhadap suatu fenomena.
Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substansi.

Perbedaan antara metode kuantitatif dan metode


kualitatif disajikan dalam tabel berikut ini 14:

No. Metode Kuantitatif Metode Kualitatif

1 Hipotesis dirumuskan sejak Hipotesis dikembangkan sejalan dengan


sebelum penelitian penelitian

2 Definisi yang jelas dinyatakan Definisi sesuai konteks atau saat


sejak awal penelitian berlangsung
3 Reduksi data menjadi angka Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan
atau pernyataan

4 Menekankan reliabilitas skor Lebih suka menganggap cukup dengan


melalui instrumen penelitian reliabilitas penyimpulan

5 Penilaian validitas dengan Penilaian validitas melalui pengecekan


berbagai prosedur yang silang atas sumber informasi
mengandalkan hitungan statistik

6 Menggunakan deskripsi prosedur Menggunakan deskripsi prosedur secara


yang jelas dan terinci naratif

7 Pengambilan sampel secara acak Pengambilan sampel sesuai tujuan


(random sampling) (purposive sampling)

8 Desain/kontrol statistik atas Analisis logis digunakan untuk


eksternal mengontrol variabel eksternal

9 Menggunakan desain khusus Mengandalkan peneliti dalam


untuk mengontrol bias prosedur mengontrol bias

10 Menyimpulkan hasil Menyimpulkan hasil secara naratif


menggunakan statistik
11 Memecah gejala-gejala menjadi Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam
bagian-bagian untuk dianalisis perspektif keseluruhan

12 Memanipulasi aspek, situasi atau Tidak merusak gejala-gejala yang


kondisi dalam mempelajari gejala terjadi secara alamiah / membiarkan
yang kompleks keadaan aslinya

2.5 Bagaimana sistematika penulisan proposal penelitian yang baik?14

Rancangan penelitian tertulis yang bersifat formal dinamakan sebagai


usulan penelitian (research proposal, study protocol). Usulan penelitian
mungkin dapat diperlukan oleh (calon) peneliti untuk memenuhi persyaratan
pendidikan, untuk memperoleh persetujuan penelitian dari institut tempat
penelitian akan dilakukan atau untuk permintaan dana. Namun secara esensial
usulan penelitian dimaksudkan sebagai penuntun bagi peneliti dalam seluruh
rangkaian proses penelitian. Usulan penelitian yang baik akan mempermudah
peneliti dalam melaksanakan seluruh proses penelitian.

Sistematika usulan penelitian sangat bervariasi dari lembaga yang satu ke


lembaga yang lain, meski substansinya sama. Berikut ini diuraikan hal-hal
yang pada umumnya diperlukan dalam protokol.

2.5.1 Judul Usulan Penelitian


Membuat judul usulan penelitian bukan hal yang mudah.
Judul penelitian memerlukan beberapa persyaratan, yakni:

● Harus menggambarkan keseluruhan isi rencana penelitian.


● Ditulis dalam kalimat atau frase yang sederhana dan tidak
terlalu panjang, meski tidak dapat ditentukan batas jumlah
katanya. Mungkin sifat atau isi penelitian memerlukan judul
panjang; apabila perlu dapat disertakan subjudul.
● Tidak menggunakan singkatan kecuali yang baku.
● Judul seringkali bukan berupa kalimat lengkap, namun hanya
merupakan label saja.
Seringkali dipertanyakan apakah judul usulan penelitian
dalam kalimat tanya dibenarkan. Meskipun hal tersebut tidak mutlak
salah, namun lebih disarankan untuk tidak menulis judul dalam
kalimat tanya atau interogatif. Judul usulan dalam kalimat positif
yang netral dan ringkas lebih berterima (acceptable). Demikian pula
tidak jarang terdapat judul usulan penelitian yang memberi kesan
bahwa judul tersebut dibuat setelah penelitian selesai. Dengan
asumsi bahwa sebelum penelitian selesai dilakukan hasilnya tidak
diketahui, maka seharusnya judul usulan penelitian dirumuskan
dalam "kalimat" yang netral.

Hal lain yang sering ditanyakan adalah apakah nama tempat


serta waktu penelitian harus disertakan dalam judul usulan. Apabila
hasil penelitian diharapkan dapat diterapkan di populasi secara luas,
penyebutan tempat dan waktu penelitian dalam judul sama saja
dengan mempersempit ranah penelitian. Lain halnya apabila peneliti
ingin mengetahui hal yang memang khas atau spesifik untuk tempat
dan periode waktu tertentu, maka hasil tersebut adalah khas untuk
tempat dan periode tersebut, dan tidak dapat dianggap mewakili
keadaan di tempat dan periode lain dimanapun.

2.5.2 Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan bagian yang paling
penting dari setiap usulan penelitian karena ia merupakan dasar
utama suatu usulan. Pada bagian ini peneliti harus dapat
memperlihatkan pemahaman serta pengetahuannya mengenai
substansi penelitian yang dirancang, merumuskan alasan
mengapa penelitian harus dilakukan dan garis besar bagaimana
penelitian akan dilaksanakan.
Uraian dalam latar belakang masalah hendaknya mencakup
4 hal yang lebih mudah diikuti bila disusun dalam urutan
sebagai berikut:

● Masalah dan Besaran Masalah


Masalah kesehatan terjadi bila terdapat kesenjangan
antara apa yang seharusnya ada (Das Sollen) dengan yang
sekarang ada (Das Sein). Masalah penelitian harus dapat
dipecahkan sebagian atau seluruhnya dengan penelitian, dan
kemungkinan jawabannya harus lebih dari satu. Misalnya,
masalah kesehatan yang cukup besar bahwa "sebagian besar
pasien anak dengan penyakit jantung bawaan di Indonesia
tidak ditangani dengan memadai" bukanlah merupakan
masalah penelitian, oleh karena jawabannya sudah ada dan
hanya ada satu, yakni kekurangan uang dan fasilitas yang
diperlukan.

Selain jenis masalah, besaran masalah (magnitude of


the problem) juga harus diuraikan. Pengetahuan tentang
epidemiologi penyakit atau masalah kesehatan diperlukan
agar pembaca dapat diyakinkan bahwa masalah tersebut
memang penting untuk dicari pemecahannya melalui
penelitian. Insidensi atau prevalensi suatu penyakit yang
tinggi merupakan masalah kesehatan bila menyebabkan
kesakitan atau kematian yang tinggi. Namun insidens
penyakit yang rendah, bila menyebabkan kematian atau
kecacatan yang bermakna juga merupakan masalah yang
perlu diteliti. Dimensi waktu, apakah masalah tersebut
sekarang masih berlangsung, serta area geografi dan
demografi perlu dikemukakan untuk mempertegas betapa
pentingnya masalah.

Agar suatu masalah kesehatan layak untuk diangkat


menjadi masalah penelitian diperlukan beberapa syarat. Di
antara syarat yang diajukan oleh para ahli, rumusan Hulley
dan Cummings cukup komprehensif, informatif dan mudah
untuk diingat yakni: mampu laksana, menarik, memberikan
sesuatu yang baru, selaras dengan etika, serta relevan. Ini
dirumuskan dengan baik sebagai FINER (Feasible,
Interesting, Novel, Ethical, dan Relevant). Masalah
penelitian dapat dikembangkan dari pelbagai sumber,
termasuk kepustakaan, bahan diskusi, pengalaman sehari-
hari, pendapat pakar yang masih spekulatif, dan sumber
non-ilmiah.

● Apa yang Sudah Diketahui


Setiap masalah kedokteran atau kesehatan hampir pasti
sudah ada upaya pemecahan, baik dengan dasar bukti yang
sahih melalui penelitian (evidence-based) maupun langsung
dilaksanakan oleh para praktisi. Dengan studi literatur yang
komprehensif dapat dijelaskan hal-hal apa saja yang telah
dilakukan orang, khususnya penelitian yang bermaksud
mengatasi masalah tersebut. Pemilihan literatur yang
relevan dan cukup mutakhir diperlukan agar batas-batas
yang sudah diketahui menjadi jelas.

Uraian tentang apa yang sudah diketahui ini harus


ringkas, namun lengkap dan kritis. Semua sumber pustaka
yang dirujuk harus telah ditelaah dengan kritis. Hal-hal
yang memerlukan uraian lebih lanjut dapat dikemukakan
dalam Bab 2 usulan penelitian yakni Bab Tinjauan Pustaka.

● Apa yang Belum Diketahui


Hal yang belum diketahui dalam pemecahan masalah
merupakan kesenjangan pengetahuan (knowledge gap) yang
seyogyanya ditutup dengan penelitian. Identifikasi apa yang
sudah diketahui dalam juga sekaligus dapat
mengidentifikasi yang belum diketahui. Mungkin terdapat
laporan penelitian yang sudah dipublikasi, namun hasilnya
kontroversial atau tidak konsisten; ini menandakan bahwa
penelitian sejenis layak dan harus dilakukan kembali,
dengan catatan kualitasnya harus lebih baik daripada yang
sudah dipublikasi.

Di lain sisi mungkin sudah cukup banyak penelitian


dianggap dapat menjawab pertanyaan sejenis di negara
maju, namun data di negara berkembang atau di Indonesia
belum ada, padahal cukup alasan untuk menduga bahwa
situasinya besar kemungkinan berbeda. Keadaan yang
sering ditemukan adalah kebiasaan untuk mengekstrapolasi
hasil penelitian ke dalam populasi yang berbeda. Misalnya
evidence untuk pasien dewasa tersedia, namun untuk anak
tidak tersedia sehingga para dokter anak menggunakan
evidence pada orang dewasa tersebut untuk populasi anak.

● Apa yang Diharap dari Penelitian


Ketiga uraian di atas (masalah dan besarnya masalah, apa
yang sudah diketahui, dan apa yang belum diketahui)
kemudian diakhiri dengan pernyataan pentingnya penelitian
dilakukan, bagaimana penelitian akan dilakukan, serta hasil
apa yang dapat diharapkan dari penelitian yang
direncanakan. Apabila disusun dengan baik, maka latar
belakang masalah akan mengawali "benang merah" yang
kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, pertanyaan
penelitian, hipotesis, tujuan, serta manfaat penelitian.

b. Identifikasi dan Rumusan Masalah


Identifikasi masalah pada umumnya merupakan ringkasan
uraian dalam Latar Belakang yang dibuat secara padat, tajam,
spesifik. Dengan ringkasan ini maka masalah penelitian menjadi
jelas dan terlokalisasi, yang sekaligus menjadi dasar bagi
Rumusan Masalah atau Pertanyaan Penelitian. Rumusan masalah
penelitian ini mempunyai syarat sebagai berikut:

● Rumusan masalah hendaknya disusun dalam kalimat tanya


(interogatif). Rumusan masalah dalam kalimat tanya ini
sangat dianjurkan karena dapat lebih bersifat khas dan
tajam; karena itu rumusan masalah disebut pula sebagai
pertanyaan penelitian (research question). Dengan rumusan
dalam bentuk kalimat tanya, masalah penelitian lebih
terfokus, spesifik, dan tajam.
● Substansi yang dimaksud hendaknya bersifat khas, tidak
bermakna ganda.
● Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian maka masing-
masing pertanyaan harus diformulasikan terpisah, agar tiap
pertanyaan dapat dijawab secara terpisah pula.
c. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris.
Jadi hipotesis tidak dinilai benar atau salah, melainkan diuji dengan
data empiris apakah sahih (valid) atau tidak.

Tidak semua jenis penelitian memerlukan hipotesis. Survei


ataupun studi eksploratif yang tidak mencari hubungan antar
variabel, jadi hanya bersifat deskriptif, tidak memerlukan hipotesis.
Perlu atau tidaknya hipotesis dapat dilihat dari pertanyaan penelitian;
apabila dalam pertanyaan penelitian terdapat kata-kata: lebih besar,
lebih kecil, berhubungan dengan, dibandingkan, menyebabkan,
terdapat korelasi, dan sejenisnya, maka diperlukan (satu atau lebih)
hipotesis.

Formulasi hipotesis yang baik harus memenuhi persyaratan


berikut:

● Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana,


tidak bermakna ganda.
● Mempunyai landasan teori yang kuat.
● Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan
satu atau lebih variabel bebas.
● Hipotesis memungkinkan diuji secara empiris.
● Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan
variabel-variabel yang diukur.
● Dikemukakan secara a priori. Hipotesis harus dikemukakan
sebelum penelitian dimulai, sebelum data terkumpul.
d. Tujuan Penelitian
Didalam tujuan umum (ultimate objective) dinyatakan tujuan
akhir penelitian. Tujuan umum biasanya mengacu pada aspek yang
lebih luas atau tujuan jangka panjang penelitian, tidak terbatas pada
hal-hal yang langsung diteliti atau diukur. Dalam tujuan khusus
(specific objectives) disebutkan secara jelas dan tajam hal-hal yang
akan langsung diukur, dinilai, atau diperoleh dari penelitian. Tujuan
umum dan khusus yang hanya terdiri atas satu atau dua butir saja
mungkin cukup ditulis secara naratif dalam satu kalimat. Tetapi
apabila terdapat banyak butir dan sub-butir maka tujuan umum dan
khusus perlu dipisahkan, agar lebih jelas dan mudah dimengerti
pembaca.

e. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini perlu diuraikan manfaat apa yang diharapkan
dari penelitian yang akan dilakukan. Biasanya disebutkan manfaat
dalam bidang akademik atau ilmiah, bidang pelayanan masyarakat,
serta pengembangan penelitian itu sendiri.

2.5.3 Tinjauan Pustaka


Dalam bab tinjauan pustaka ini harus diuraikan dengan
mendalam pelbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian. Hal
yang telah ditulis dalam Latar Belakang Masalah perlu dirinci, dan
hubungan antar-variabel dibahas. Meskipun tampaknya tinjauan
pustaka 'hanya' merupakan ramuan pendapat orang, namun nyatanya
tidak mudah untuk membuat tinjauan pustaka yang baik. Tidak
jarang tinjauan pustaka hanya merupakan mosaik pernyataan atau
hasil penelitian terdahulu, tanpa lebih dahulu dicerna, tanpa
interpretasi yang memadai.

Dalam Tinjauan Pustaka tidak perlu seluruh aspek yang diteliti


dibahas dengan proporsi yang seimbang, bak membuat suatu buku
ajar, seperti yang sering dilakukan oleh pemula. Yang diperlukan
adalah tinjauan komprehensif terhadap aspek yang diteliti, dengan
penekanan utama pada hubungan antar variabel yang diteliti dan
variabel lain yang mungkin berperan. Beberapa pengertian dasar
yang esensial tentu perlu dikemukakan, namun uraian panjang lebar
dengan sistematika seperti menulis buku ajar tidak diperlukan.

Sumber pustaka seyogyanya cukup 'baru', mungkin 3-5 tahun


terakhir, agar informasi yang disampaikan tidak kadaluarsa. Buku
ajar memberikan informasi yang terlambat beberapa tahun; artikel
(baik artikel asli atau tinjauan pustaka) di dalam jurnal kedokteran
merupakan sumber informasi yang cukup baru.

Teknik penulisan akademik harus diperhatikan benar. Kalimat


yang terlalu panjang, kalimat tanpa subjek, atau ejaan yang tidak
benar atau tidak taat-asas harus dihindarkan, sementara alur pikiran
yang logis harus tetap dijaga. Penulisan paragraf yang tidak tepat
akan dapat mengurangi kejelasan informasi yang disampaikan.
Penulisan rujukan harus amat diperhatikan, karena hal tersebut
merupakan salah satu kriteria tinjauan pustaka yang baik.

a. Kerangka Konseptual
Dalam pustaka metodologi penelitian, istilah kerangka teori
dan kerangka konseptual cukup kontroversial. Meski concept,
construct, dan theory memiliki makna yang berbeda, namun
sebagian ahli menganggap istilah kerangka teori sama saja
dengan kerangka konsep, jadi merupakan sinonim. Di lain sisi
sebagian ahli lainnya membedakan keduanya. Menurut paham
kedua, setelah pelbagai aspek disajikan secara rinci namun
terfokus dalam Tinjauan Pustaka (menggambarkan kerangka
teori), selanjutnya dibuat rangkuman sebagai dasar untuk
membuat Kerangka Konseptual.

Lazimnya kerangka konseptual ini dibuat dalam bentuk


diagram yang menunjukkan jenis serta hubungan antar-variabel
yang diteliti dan variabel lainnya yang terkait. Karena tidak
semua variabel akan diukur dalam penelitian yang direncanakan,
pada diagram perlu digambarkan pula batas-batas lingkup
penelitian. Diagram kerangka konseptual harus menunjukkan
keterkaitan antar-variabel. Kerangka konseptual yang disusun
dengan baik dapat memberikan informasi yang jelas dan akan
mempermudah pemilihan desain penelitian.

2.5.4 Metodologi Penelitian


Bab ini harus dibuat dengan sangat rinci, yang bermanfaat untuk
menuntun peneliti dalam pelaksanaan, analisis, interpretasi hasil
penelitian. Berikut diuraikan hal-hal yang harus disertakan dalam
bab Metodologi tersebut.

a. Desain Penelitian
Desain penelitian pada esensinya merupakan wadah untuk
menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji kesahihan
hipotesis. Dalam usulan penelitian perlu dituliskan secara
eksplisit dengan satu kalimat, desain dipergunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Dalam satu penelitian dapat
diperlukan dua atau lebih desain; misalnya bagian pertama
dilakukan studi untuk menentukan prevalensi penyakit,
kemudian terhadap subyek yang menderita penyakit dilakukan
penelitian intervensi. Untuk ini harus dinyatakan desain apa
yang digunakan untuk bagian penelitian yang mana.

b. Tempat dan Waktu Penelitian


Pada bagian ini, disebutkan rencana tempat dan waktu
dilakukannya penelitian.
c. Populasi Penelitian
Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian
adalah sekelompok subjek dengan karakteristik tertentu.
Populasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

● Populasi target (target population) ditandai oleh


karakteristik klinis dan demografis tertentu.
● Populasi terjangkau (accessible population, source
population) yakni bagian dari populasi target yang dibatasi
oleh tempat dan waktu.
d. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
Sampel adalah subset (bagian) populasi yang diteliti. Cara
pemilihan sampel bermacam-macam, misalnya pemilihan secara
random atau acak, sistematik berurutan (consecutive sampling),
cluster, convenience, dan seterusnya.

e. Estimasi Besar Sampel


Usulan penelitian yang baik harus memuat perkiraan besar
sampel (bukan jumlah sampel) yang diperlukan. Estimasi besar
sampel selalu diperlukan, dengan maksud:

● Agar simpulan penelitian yang diperoleh mempunyai


tingkat kepercayaan yang dikehendaki.
● Bila digunakan uji hipotesis, agar kemaknaan statistik juga
berarti kemaknaan klinis.
Rumus besar sampel sebaiknya disertakan, namun bila
rumus yang sama dipakai untuk menetapkan dua atau lebih
besar sampel, tidak perlu diulang. Penghitungan matematika
sebaiknya disertakan. Bila besar sampel diperkiraan dengan
menggunakan tabel tertentu, harus disertakan rujukan yang
sesuai.

f. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
pada populasi target dan pada populasi terjangkau. Peneliti harus
berhati-hati agar kriteria tersebut relevan dengan masalah
penelitian.

Sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi harus


dikeluarkan dari studi oleh karena pelbagai sebab. Keadaan yang
biasanya menjadi kriteria eksklusi pada studi klinis antara lain:

● Terdapat keadaan atau penyakit lain yang dapat


mengganggu pengukuran atau interpretasi
● Terdapat keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan
● Hambatan etis
● Subyek menolak berpartisipasi
g. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP, Informed Consent)
Semua penelitian dengan subyek manusia baru dapat
dilaksanakan apabila telah diperoleh persetujuan setelah
penjelasan (PSP) atau informed consent dari calon subjek
penelitian atau keluarga. Formulir persetujuan penelitian harus
disertakan pada Lampiran suatu usulan penelitian.

h. Cara Kerja
● Alokasi Subjek
Dalam setiap penelitian yang membandingkan variabel
harus disebutkan dengan jelas subjek mana yang menjadi
kelompok yang diteliti, mana yang menjadi kelompok
kontrol. Pada penelitian observasional peneliti tidak
mengalokasikan subyek yang terpajan dan tidak terpajan,
melainkan hanya mengobservasi pajanan yang terjadi secara
alamiah. Pada studi intervensional peneliti mengalokasi
subjek yang akan mendapat perlakuan dan yang tidak. Cara
alokasi ini harus disebutkan dengan eksplisit.

● Pengukuran dan Intervensi


Dalam bagian ini diuraikan secara rinci dengan bahasa
teknis semua metode pengukuran yang digunakan. Teknik
pengukuran yang sudah lazim tidak perlu dirinci, cukup
disebut teknik yang digunakan. Cara pengukuran yang baru
atau relatif baru perlu diuraikan atau diberikan rujukannya.
Bila uraian dianggap cukup penting namun terlalu panjang
bila dituliskan dalam badan usulan, dapat disertakan dalam
Lampiran. Setiap alat yang dipergunakan harus disebutkan
dengan jelas, termasuk nama, tipe, dan perusahaan
pembuatnya, demikian pula pelbagai reagen atau kit untuk
pemeriksaan laboratorium. Obat-obat yang digunakan, baik
yang diteliti atau tidak, perlu disebut nama generik, nama
dagang serta pembuatnya. Hal-hal teknis yang memakan
banyak tempat, seperti formulir, rumus, kuesioner, tabel,
nomogram, dan lain-lain dapat ditulis pada Lampiran.

● Kriteria Penghentian Penelitian


Dalam uji klinis perlu diperhitungkan masak-masak
apakah akan dilakukan analisis interim, yakni analisis yang
dilakukan sebelum semua subjek yang direncanakan masuk
dalam penelitian. Hal ini kadang diperlukan oleh pelbagai
sebab, seperti kendala biaya, waktu, ataupun jumlah subyek,
namun yang paling penting ialah untuk menghindarkan
kemungkinan terdapatnya perbedaan yang amat mencolok
antara dua kelompok yang dibandingkan.

i. Identifikasi Variabel
Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi, variabel
apa saja yang termasuk variabel bebas, variabel tergantung, dan
perancu (confounding). Identifikasi variabel adalah hal yang
amat penting dan menyangkut seluruh bagian penelitian,
terutama dalam manajemen serta analisis data penelitian.

j. Definisi Operasional
Semua konsep dan variabel yang digunakan harus
didefinisikan dengan jelas sehingga kemungkinan untuk
terjadinya kerancuan dalam pengukuran variabel, analisis data,
interpretasi hasil serta simpulan dapat dihindarkan. Dalam
banyak hal definisi operasional ini mengacu pada pustaka yang
ada, akan tetapi tidak diharamkan untuk membuat definisi
sendiri asalkan dapat dipertanggungjawabkan.

k. Rencana Pengolahan dan Analisis Data


Pada bagian ini disebutkan secara ringkas bagaimana data
yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan. Sebutkan
jenis analisis statistika yang akan dipergunakan. Bila terdapat
beberapa set variabel yang akan dianalisis, dirinci cara analisis
yang akan dipakai untuk tiap set variabel. Demikian pula bila
terdapat lebih dari satu desain. Ditentukan pula batas kemaknaan
yang dipakai, apakah interval kepercayaan (confidence interval)
akan disertakan, dan tingkat kemaknaan statistika yang dipilih.

Rumus uji hipotesis yang telah lazim digunakan, seperti x2


atau uji-t tidak perlu disertakan, namun untuk rumus-rumus
yang lebih kompleks dianjurkan untuk ditulis lampiran, atau
dicantumkan rujukannya. Program komputer yang direncanakan
untuk analisis perlu disebut namun perlu diperhatikan relevansi
program dengan data yang ada.

2.5.5 Daftar Pustaka dan Lampiran


Daftar pustaka harus disertakan dengan sistem yang dipilih, dan
dilakukan secara taat asas; pada umumnya sistem yang digunakan
sekarang adalah sistem Vancouver. Penulisan daftar pustaka harus
cermat, termasuk memperhatikan spasi dan tanda baca (koma, titik-
koma, titik), huruf biasa atau kapital, huruf miring (italic) dan
seterusnya. Perhatikan kesesuaian antara kutipan dalam nas dan
dalam daftar pustaka. Dalam usulan penelitian, daftar pustaka yang
harus dicantumkan tidak hanya yang bersangkutan dengan substansi
yang diteliti, tetapi juga mencakup pustaka yang berkaitan dengan
metodologi dan teknik statistika yang digunakan.
Dalam Lampiran disertakan semua hal yang relevan namun
tidak ditulis dalam badan usulan. Aspek logistik dan administrasi
juga dapat disertakan. Hal-hal berikut sering disertakan dalam
lampiran:

● Organisasi atau susunan peneliti, bila merupakan tim


● Riwayat hidup peneliti, termasuk publikasi ilmiahnya
● Rencana anggaran penelitian dengan sumber dananya
● Jadwal pentahapan penelitian
● Naskah penjelasan kepada subjek penelitian
● Formulir persetujuan dari subjek penelitian
● Persetujuan dari Komisi Etika Penelitian Kesehatan
● Rumus-rumus statistika
● Formulir/kuesioner
● Dummy table dan lain-lain hal yang relevan

2.6 Bagaimana cara identifikasi masalah dan penentuan variable penelitian


melalui kriteria FINER (Feasibility, Interesting, Noveltym Ethical, dan
Relevant)?

Ciri perumusan masalah penelitian yang baik adalah dengan


merumuskannya berdasarkan 29:

● Orisinalitas ide, misalnya pengembangan teori, informasi atau metode


baru
● Bermanfaat untuk bidang ilmiah maupun aplikatif
● Pernyataan yang jelas tentang masalah penelitian
● Aspek kelayakan dari segi biaya, waktu, alat, keahlian, subjek penelitian

Tidak semua masalah dapat diangkat menjadi penelitian. Menurut Hulley


dan Cummings, ada 5 syarat yang harus dipenuhi, yaitu: FINER (Feasible,
Interesting, Novel, Ethical, Relevant). Atau: kemampulaksanaan, menarik,
memberikan sesuatu pengetahuan yang baru, etis serta relevan. Yang
dimaksud dengan Feasible artinya adalah masalah yang akan diteliti berada
dalam jangkauan kemampuan, tersedianya subjek penelitian, dana, waktu,
alat dan keahlian. Interesting artinya masalah yang akan diteliti hendaknya
menarik bagi peneliti. Novel artinya adalah penelitian yang akan dilakukan
dapat mengkonfirmasi, membenarkan atau membantah penelitian terdahulu,
atau melengkapi hasil penelitian sebelumnya, dan menemukan sesuatu yang
baru yang belum ada sebelumnya (orisinalitas). Ethical artinya penelitian
yang hendak dilakukan harus sejalan dengan kemajuan ilmu, dan penelitian
tersebut penting sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya, dan sesuai dengan
keadaan zaman. Relevant artinya penelitian yang hendak dilakukan harus
sejalan dengan kemajuan ilmu, dan penelitian tersebut penting sebagai dasar
bagi penelitian selanjutnya, dan sesuai dengan keadaan zaman.30

Sedangkan sumber masalah penelitian, bisa didapat dari kepustakaan,


masalah akan ada jika banyak membaca. Masalah dapat juga diperoleh dari
hasil konferensi, seminar, diskusi, simposium, lokakarya, pengalaman
pribadi, pengamatan sepintas dalam praktek sehari-hari, dapat juga dari
pendapat pakar yang masih spekulatif, tokoh ilmu senior yang dipandang
memiliki otoritas wibawa akademik dalam disiplin ilmunya, atau dapat pula
diperoleh dari sumber non ilmiah, serta perasaan intuitif.

Masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti harus dipertimbangkan


terlebih dahulu dari segi masalah, yang mana harus memberi sumbangan pada
pengembangan teori dan pemecahan masalah praktis. Pertimbangan dari segi
peneliti juga perlu dilakukan. Apakah masalah yang akan diteliti tersebut
sesuai dengan kemampuan teoritis, apakah peneliti menguasai metode yang
akan digunakan, apakah tersedia data yang cukup, biaya, waktu, alat dan
perlengkapan.

Ciri utama kriteria FINER (Feasibility, Interesting, Novelty, Ethics, dan


Relevance) untuk merumuskan pertanyaan yang baik antara lain31:

Komponen Kriteria
Feasible ● Memastikan kecukupan desain
● Biaya yang memadai
● Rekrut target populasi secara strategis
● Tujuan ukuran sampel yang dapat dicapai
● Prioritaskan hasil yang dapat diukur
● Mengoptimalkan sumber daya manusia
dan teknis

Interesting ● Menarik bagi peneliti


● Menarik perhatian pembaca
● Menunjukan perspektif masalah yang
berbeda

Novel ● Menyediakan temuan yang berbeda


● Menghasilkan hipotesis baru
● Melengkapi hasil penelitian sebelumnya
● Menyelesaikan kesenjangan dalam
literatur yang ada

Ethical ● Sesuai dengan ketentuan komite etik


penelitian kesehatan
● Menjaga prinsip utama etik penelitian
● Menjamin keamanan dan reversibilitas
efek samping

Relevant ● Menghasilkan pengetahuan baru


● Berkontribusi untuk meningkatkan
praktik klinis
● Merangsang penelitian lebih lanjut
● Memberikan jawaban yang akurat untuk
pertanyaan penelitian tertentu

2.7 Bagaimana cara penentuan jumlah sampel yang tepat untuk hewan uji?

Jumlah subyek sangat menentukan manfaat penelitian. Penelitian klinis


baru bermanfaat bila diperoleh hasil yang secara klinis penting (clinically
important) dan ditunjang dengan uji statistika yang bermakna (statistically
significant). Perbedaan hasil klinis yang kecil dapat bermakna secara statistik
apabila jumlah subjeknya sangat banyak. Sebaliknya perbedaan klinis yang
amat mencolok dapat tidak bermakna secara statistik apabila subjeknya
terlalu sedikit.14

Seperti yang disebutkan dalam Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Nasional Tahun 2017, peneliti tidak dapat
semaunya menggunakan jumlah hewan yang banyak untuk mendapatkan
power statistik yang tinggi. Jumlah hewan harus dikaji dengan menggunakan
berbagai macam perhitungan sehingga digunakan jumlah hewan yang sedikit
(reduction) tanpa menghilangkan kesahihan penelitian. Desain penelitian
harus dibuat seramping mungkin, kalau perlu dengan konsultasi pakar desain
penelitian/ahli statistik supaya jumlah hewan yang digunakan sesedikit
mungkin.27

Perkiraan banyaknya sampel untuk hewan uji dalam penelitian


eksperimental umumnya dihitung menggunakan rumus Federer. Rumusnya
sebagai berikut.32

(t - 1) (n - 1) ≥ 15

Keterangan:

t = jumlah kelompok

n = jumlah subjek per kelompok

Sebagai contoh, jika rencana penelitian Bunga dalam pemicu ini terdiri
dari lima kelompok perlakuan, maka jumlah subjek tikus per kelompok
dihitung dengan proses berikut:

(t - 1) (n - 1) ≥ 15

t = jumlah kelompok = 5

n = jumlah subjek per kelompok

(t - 1) (n - 1) ≥ 15
(5 - 1) (n - 1) ≥ 15

4n - 4 ≥ 15

4n ≥ 19

4n ≥ 19/4

n ≥ 4,75 ~ 5

Dalam banyak keadaan, peneliti telah mengantisipasi kemungkinan


subjek terpilih yang drop out. Dalam hal ini mengantisipasi hewan coba yang
digunakan mati. Bila dari awal telah ditetapkan bahwa subjek yang mati di
tengah penelitian tidak akan dianalisis, maka perlu dilakukan koreksi
terhadap besar sampel, dengan menambahkan sejumlah subjek agar besar
sampel tetap terpenuhi. Untuk ini tersedia formula sederhana:14

N = n / (1-f)

Keterangan:

N = Besar sampel koreksi

n = Besar sampel awal per kelompok

f = Perkiraan proporsi drop out sebesar 10%

Berdasarkan rumus diatas, dengan n = 5, didapatkan perkiraan jumlah


sampel pada percobaan ini:

N = n / (1-f)

N = 5 / (1-f)

N = 5 / (1-10%)

N = 5 / (1-0,1)

N = 5 / 0,9

N = 5,56 ≈ 6 ekor
Dari contoh perumusan, didapatkan bahwa jumlah total sampel yang
dibutuhkan oleh Bunga untuk 5 kelompok perlakuan adalah 30 ekor tikus
putih galur Wistar yang dibagi acak kedalam 5 kelompok perlakuan.

2.8 Bagaimana cara menulis suatu penelitian dalam bentuk kajian literatur
(literature review) yang baik? 33

Kajian literatur sangat diminati di sebagian besar bidang ilmiah.


Mengingat hasil publikasi ilmiah yang terus meningkat, para ilmuwan tidak
dapat diharapkan untuk memeriksa secara rinci setiap artikel baru yang
relevan dengan minat mereka. Dengan demikian, adalah menguntungkan dan
perlu untuk mengandalkan ringkasan reguler dari literatur terbaru. Mengkaji
literatur membutuhkan kemampuan untuk mengerjakan banyak tugas, mulai
dari menemukan dan mengevaluasi materi yang relevan hingga mensintesis
informasi dari berbagai sumber, dari berpikir kritis hingga memparafrasekan,
mengevaluasi, dan keterampilan mengutip.

2.8.1 Tentukan Topik dan Audiens


Topik setidaknya harus:

● Menarik bagi penulis (idealnya, penulis seharusnya


menemukan serangkaian artikel terbaru yang terkait dengan
bidang pekerjaan penulis yang memerlukan ringkasan
penting).
● Aspek penting dari bidang tersebut (sehingga banyak pembaca
akan tertarik dengan ulasan dan akan ada cukup bahan untuk
menulisnya).
● Masalah yang terdefinisi dengan baik (jika tidak, berpotensi
memasukkan ribuan publikasi, yang akan membuat ulasan
tidak membantu).
2.8.2 Cari dan Telusuri Kembali Literatur
Setelah memilih topik dan audiens, mulailah dengan
memeriksa literatur dan mengunduh artikel yang relevan. Cara
yang dapat digunakan antara lain:

● Mencatat item pencarian yang digunakan (sehingga pencarian


dapat direplikasi).
● Menyimpan daftar artikel yang PDF-nya tidak dapat diakses
segera (untuk diambil kembali nanti dengan strategi alternatif).
● Menggunakan sistem manajemen tulisan (misalnya, Mendeley,
Papers, Qiqqa, Sente).
● Mendefinisikan di awal proses beberapa kriteria untuk
mengecualikan artikel yang tidak relevan (kriteria ini
kemudian dapat dijelaskan dalam kajian untuk membantu
menentukan ruang lingkupnya).
● Tidak hanya mencari artikel penelitian di bidang yang ingin
diulas, tetapi juga mencari ulasan sebelumnya.

Jika sudah ada beberapa atau beberapa kajian literatur tentang


masalah yang ingin ditulis, jangan menyerah, tetapi lanjutkan
dengan kajian literatur Anda sendiri dengan cara:

● Mendiskusikan dalam tinjauan Anda pendekatan, batasan, dan


kesimpulan dari tinjauan sebelumnya.
● Mencoba menemukan sudut baru yang belum tercakup secara
memadai dalam tinjauan sebelumnya.
● Memasukkan material baru yang pasti terakumulasi sejak
kemunculan tinjauan sebelumnya.
2.8.3 Buat Catatan Saat Membaca
Apabila membaca artikel terlebih dahulu, dan baru setelah itu
mulai menulis ulasan, memerlukan ingatan yang sangat baik untuk
mengingat siapa yang menulis apa, dan apa kesan serta asosiasi
saat membaca setiap makalah. Saat membaca, mulailah menuliskan
informasi yang menarik, wawasan tentang bagaimana mengatur
ulasan, dan pemikiran tentang apa yang harus ditulis. Dengan cara
ini, pada saat membaca literatur yang dipilih, penulis sudah
memiliki draf kasar kajiannya.

Tentu saja, draf ini masih membutuhkan banyak penulisan


ulang, restrukturisasi, dan pemikiran ulang untuk mendapatkan teks
dengan argumen yang koheren, tetapi ini akan memudahkan
langkah-langkah selanjutnya. Saat membuat catatan, gunakan tanda
kutip jika menyalin kata demi kata dari literatur. Penting untuk
berhati-hati dalam mencatat referensi yang sudah ada pada tahap
ini, untuk menghindari kesalahan atribusi. Menggunakan perangkat
lunak referensi sejak awal akan menghemat waktu.

2.8.4 Pilih Jenis Review yang Ingin Ditulis


Setelah membuat catatan saat membaca literatur, akan
didapatkan gambaran kasar tentang jumlah materi yang tersedia
untuk review. Ini mungkin saat yang tepat untuk memutuskan
apakah akan melakukan ulasan singkat atau ulasan lengkap.
Beberapa jurnal sekarang mendukung publikasi ulasan yang agak
pendek yang berfokus pada beberapa tahun terakhir, dengan
batasan pada jumlah kata dan kutipan. Ulasan singkat tidak selalu
merupakan ulasan sederhana: mungkin akan menarik lebih banyak
perhatian dari pembaca yang sibuk, meskipun pasti akan
menyederhanakan beberapa masalah dan meninggalkan beberapa
materi yang relevan karena keterbatasan ruang. Ulasan lengkap
akan memiliki keuntungan karena lebih banyak kebebasan untuk
membahas secara rinci kompleksitas perkembangan ilmiah tertentu,
tetapi kemudian akan sulit untuk dibaca oleh pembaca dengan
sedikit waktu luang.

Sementara descriptive review berfokus pada metodologi,


temuan, dan interpretasi dari setiap studi yang ditinjau, integrative
review berusaha menemukan gagasan dan konsep umum dari
materi yang ditinjau. Ada perbedaan serupa antara narrative review
dan systematic review: narrative review bersifat kualitatif,
systematic review mencoba menguji hipotesis berdasarkan bukti
yang dipublikasikan, yang dikumpulkan menggunakan protokol
yang telah ditentukan untuk mengurangi bias. Ketika systematic
review menganalisis hasil kuantitatif dengan cara kuantitatif, itu
menjadi meta-analysis.

2.8.5 Jaga agar Review Tetap Terfokus, tetapi Menarik


Meskipun fokus merupakan fitur penting dari tinjauan yang
berhasil, persyaratan ini harus diimbangi dengan kebutuhan untuk
membuat kajian relevan bagi khalayak luas. Keadaan ini dapat
diatasi dengan membahas implikasi yang lebih luas dari topik yang
ditinjau untuk disiplin ilmu lain.

2.8.6 Jadilah Kritis dan Konsisten


Kajian yang baik tidak hanya merangkum literatur, tetapi juga
membahasnya secara kritis, mengidentifikasi masalah metodologis,
dan menunjukkan kesenjangan penelitian. Setelah membaca
tinjauan pustaka, pembaca harus memiliki gambaran kasar tentang:

● Pencapaian utama di bidang yang ditinjau.


● Bidang utama perdebatan.
● Pertanyaan penelitian yang mencuat.

Selain berpikir kritis, kajian literatur juga membutuhkan


konsistensi. Misalnya apabila menggunakan bahasa Inggris, tetap
konsisten dalam pemilihan tenses kalimat pasif atau aktif dan
present atau past tense.

2.8.7 Temukan Struktur Logis


Dalam literature review, pembagian artikel penelitian yang
biasa menjadi pendahuluan, metode, hasil, dan diskusi tidak atau
jarang digunakan. Namun, pengenalan umum dari konteks dan
menjelang akhir rekapitulasi poin-poin utama yang dicakup dan
pesan-pesan penting juga masuk akal dalam hal ulasan. Untuk
tinjauan sistematis, ada kecenderungan untuk memasukkan
informasi tentang bagaimana literatur itu dicari (database, kata
kunci, dan batas waktu)

Secara umum, menggambar skema konseptual dari tinjauan


tersebut, misalnya, dengan teknik mind mapping biasanya
membantu. Diagram semacam itu dapat membantu mengenali cara
logis untuk mengurutkan dan menghubungkan berbagai bagian
kajian literatur.

2.8.8 Memanfaatkan Umpan Balik (Feedback)


Kajian literatur biasanya ditinjau oleh sejawat (peer-review)
dengan cara yang sama seperti makalah penelitian, dan haruslah
demikian. Biasanya, memasukkan umpan balik dari peninjau
sangat membantu meningkatkan draf kajian. Setelah membaca
ulasan dengan pikiran segar, pengulas mungkin melihat
ketidakakuratan, ketidakkonsistenan, dan ambiguitas yang tidak
diperhatikan oleh penulis karena terlalu sering membaca ulang
naskah ketikan.

Umpan balik sangat penting untuk menulis tinjauan yang baik,


dan harus dicari dari berbagai kolega, sehingga memperoleh
keragaman pandangan tentang draf. Keragaman perspektif umpan
balik pada tinjauan pustaka dapat membantu mengidentifikasi di
mana pandangan konsensus berdiri dalam pemahaman ilmiah saat
ini dari suatu masalah

2.8.9 Sertakan Riset Anda yang Relevan, tetapi Bersikaplah Objektif


Secara umum, tinjauan pustaka tidak boleh menonjolkan
tinjauan terhadap penelitian sendiri secara tidak objektif, atau
malah tidak memasukkan hasil penelitian sendiri yang relevan
terhadap subjek kajian. Jika peninjau mampu untuk menghasilkan
tinjauan yang terorganisir dengan baik, yang mengalir dengan baik,
dan memberikan kepuasan kepada pembaca, maka seharusnya
dapat bersikap objektif dalam meninjau riset sendiri yang relevan.
Dalam tinjauan yang ditulis oleh banyak penulis, ini dapat dicapai
dengan menugaskan tinjauan hasil riset co-author yang satu ke co-
author yang berbeda.

2.8.10 Tetap Up-to-date, tetapi Jangan Lupakan Studi yang Lebih


Lama
Mengingat percepatan progresif dalam publikasi karya ilmiah,
tinjauan literatur hari ini membutuhkan kesadaran tidak hanya
tentang keseluruhan arah dan pencapaian bidang penyelidikan,
tetapi juga studi terbaru, agar tidak ketinggalan zaman sebelum
mereka dapat diterbitkan. Ini menyiratkan bahwa peninjau literatur
sebaiknya mengawasi daftar elektronik makalah yang sedang
diterbitkan, mengingat mungkin perlu waktu berbulan-bulan
sebelum makalah ini muncul di database ilmiah. Beberapa tinjauan
menyatakan bahwa mereka telah memindai literatur hingga titik
waktu tertentu, tetapi mengingat bahwa peer-review bisa menjadi
proses yang agak panjang, pencarian penuh untuk literatur yang
baru muncul pada tahap revisi mungkin bermanfaat. Menilai
kontribusi makalah yang baru saja muncul sangatlah menantang,
karena hanya ada sedikit perspektif yang dapat digunakan untuk
mengukur signifikansi dan dampaknya pada penelitian lebih lanjut
dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, hipotesis dapat diterima sebab pelaksanaan
penelitian di tengah pandemi COVID-19 serta aspek etik terkait banyaknya
penggunaan hewan coba yang direncanakan akan menimbulkan masalah bagi
Bunga. Kemungkinan Bunga akan merevisi desain penelitian
eksperimentalnya sesuai saran dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FK
UNTAN.
DAFTAR PUSTAKA

1. Payadnya IPAA, Jayantika IGANT. Panduan penelitian eksperimen beserta


analisis statistik dengan spss. Yogyakarta: Deepublish; 2018.

2. Rukminingsih, Adnan G, Latief MA. Metode penelitian pendidikan: penelitian


kuantitatif, penelitian kualitatif, penelitian tindakan kelas. Yogyakarta; Erhaka
Utama; 2020.

3. Malole MBM, Pramono CS. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan


Laboratorium. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 1989.

4. Rusdiana A. HO Teknik Penulisan Karya Ilmiah: Citasi, Rujukan Penentuan


Masalah, dan Bibliografi. Bandung: UIN Sunan Gunung Jati; 2020.

5. Marzali A. Menulis Kajian Literatur. ETNOSIA: Jurnal Etnografi Indonesia.


2017;1(2):27.

6. Žukauskas P, Vveinhardt J, Andriukaitienė R. Philosophy and Paradigm of


Scientific Research. In: Management Culture and Corporate Social
Responsibility. London: IntechOpen; 2018. p. 121-139.

7. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012..

8. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

9. Farlex Partner Medical Dictionary. Wistar rats. The Free Dictionary [Internet].
2012 [cited 23 May. 2021]. Available from: https://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/Wistar+rats

10. Gahayu SA. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Deepublish. 2019.

11. Masturoh I, Anggita NT. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


BPPSDMK Kementerian Kesehatan RI; 2018.

12. Ratminingsih NM. Penelitian Eksperimental Dalam Pembelajaran Bahasa


Kedua. PRASI. 2010;6(11).

13. Kusumawardani N, Soerachman R, Laksono AD, Indrawati L, Sari PH,


Paramita A. Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: PT
Kanisius; 2015.

14. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 4th ed.


Jakarta: Sagung Seto; 2011.

15. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.


16. Edhy S. Sistem basis data. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu; 2004.

17. Sembiring H, Nurhayati. Sistem Informasi Jumlah Angkatan Kerja


Menggunakan Visual Basic Pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Langkat. Jurnal KAPUTAMA. 2012;5(2):14.

18. Akhsan M. Jenis-Jenis Data Penelitian. Makassar: Lembaga Penelitian


Mahasiswa Penalaran Universitas Negeri Makassar; 2018

19. Shamoo A, Resnik D. Responsible Conduct of Research, New York: Oxford


University Press; 2003.

20. Hanurawan F. Filsafat Ilmu Psikologi. Psikologi: Universitas Negeri Malang.


2012.

21. Psillos, S & Curd, M. Introduction The Routledge Companion to Philosophy


of Science (xix-xxvii). 2008.

22. Komite Etik Penelitian Kesehatan FK Universitas Indonesia. Komite Etik


Penelitian Kesehatan. fk.ui.ac.id. 2021 [cited 2021 May 27]. Available from:
https://fk.ui.ac.id/riset-publikasi/komite-etik-penelitian-kesehatan.html

23. KNEPK (Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan). Pedoman Nasional Etik
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2011.

24. Ridwan, Endi. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian


kesehatan. J Indon Med Assoc. 2013; 63(3):112-6.

25. Cheluvappa R, Scowen P, Eri R. Ethics of animal research in human disease


remediation, its institutional teaching; and alternatives to animal
experimentation. Pharma Res Per. 5:e00332.

26. Ramadianto AY. Penyerahan Gigi Manusia Sebagai Bahan Biologis Tersimpan
Dalam Pendidikan Dan Penelitian Kedokteran Gigi. Aktualita (Jurnal Hukum).
2018;1(1): 31-43.

27. Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional. Pedoman dan
Standar Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.

28. Cresswell WJ. Educational research: Planning conducting and evaluating


quantitative and qualitative Research. Boston: Pearson Educational Inc;2012.
ISBN-13: 978-0-13-136739-5.

29. Surachman, Rachmat M, Supardi S. Metodologi penelitian. Jakarta:


BPPSDMK Kementerian Kesehatan; 2016.
30. Jasaputra DK, Santosa S. Metodologi penelitian biomedis. 2th ed. Bandung:
Danamartha Sejahtera Utama; 2008.

31. Cummings SR, Browner WS, Hulley SB. Designing Clinical Research. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Conceiving the research
question and developing the study plan; 2013: 14–22.

32. Federer W. Experimental Design, Theory And Application. New York:


Macmillan; 1963.

33. Pautasso M. Ten simple rules for writing a literature review. PLoS Comput
Biol. 2013;9(7):e1003149.

Anda mungkin juga menyukai