Kel. 5 - Kesehatan Spiritual
Kel. 5 - Kesehatan Spiritual
KESEHATAN SPIRITUAL
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikososial dan
Budaya Dalam Keperawatan
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah case study mata kuliah Psikososial dan Budaya
Dalam Keperawatan.
Adapun makalah case study tentang “Kesehatan Spritual” ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segilainnya. Oleh
Karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah case study tentang “Kesehatan
spritual” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I ........................................................................................................... 1
KASUS ......................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
1. Tn. Idris mengatakan “……. saya tidak terlalu religius.” Apakah itu artinya Tn.
Idris bukan orang yang beragama?............................................................ 2
2. Apakah perbedaan antara spiritualitas atau keyakinan spiritual, kepercayaan,
dan agama? .............................................................................................. 3
3. Berdasarkan kasus, data manakah yang menunjukkan bahwa Tn. Idris
mengalami distress spiritual? .................................................................... 4
4. Bagaimanakah perkembangan spiritual individu dalam setiap fase kehidupan
(bayi dan toddler, prasekolah, usia sekolah, dewasa, lansia)? .................... 6
5. Bagaimana penyakit mampu memengaruhi spiritualitas atau agama seseorang?
Apakah ada faktor lain yang dapat memengaruhi spiritualitas seseorang? . 9
6. Sebagai seorang perawat, apa yang mungkin Anda katakan kepada Tn. Idris
untuk menunjukkan bahwa Anda berempati dengan kondisinya? .............. 10
7. Proses keperawatan dan kesehatan spiritual: metode pengkajian kesehatan
spiritual yang perawat gunakan serta merencanakan tindakan keperawatan yang
sesuai ....................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ....................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 18
iii
BAB I
KASUS
KASUS 1
Tn. Idris, 40 tahun, bercerai, dirawat dengan infark miokardial, agama Islam. Tn.
Idris sering tidak bisa tidur pada malam hari dan berkata kepada perawat yang
bertugas dinas malam “Apakah Anda sering mempertanyakan keberadaan
Tuhan?” Memahami bahwa pertanyaan ini mempunyai banyak arti bagi klien,
maka perawat mengajukan pertanyaan spesifik untuk menetapkan apakah klien
mempunyai kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi.
Dua hari kemudian, klien tetap tidak bisa tidur dan terus membahas tentang
Tuhan. Ketika harus masuk rumah sakit, Tn. Idris tidak bisa lagi aktif dalam
kegiatan agama dan mengikuti pengajian rutin seperti biasa. Ia berkata, “Ketika
saya berpikir tentang kematian dan tidak tahu apa yang terjadi setelah
kematian…, saya merasa sangat takut.” “Apakah orang lain juga merasakan hal
yang sama seperti saya?” “Mungkin Tuhan menghukum saya karena saya tidak
terlalu religius.” Tn. Idris ingin menggali keyakinan agamanya yang selama ini
tidak terlalu dihayatinya dan berkata ingin dikunjungi oleh pemuka agama Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS 1
Diskusikan mengenai:
1. Tn. Idris mengatakan “……. saya tidak terlalu religius.” Apakah itu
artinya Tn. Idris bukan orang yang beragama?
Menurut kami, Tn. Idris adalah orang yang mempunyai agama, hanya saja
mungkin karena pasien merasa belum maksimal dalam melakukan ibadahnya
sehingga merasa cemas dan merasa bahwa apa yang sedang dialami pasien
merupakan hukuman dari Tuhan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, telah
diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Kita terkadang tidak
menjalankan secara maksimal atau khusyuk karena sangat lemah iman, merasa
waktu kita terbatas dan bahkan menyalahkan situasi yang tidak mendukung
(Hidaayah,2018).
2
2. Apakah perbedaan antara spiritualitas atau keyakinan spiritual,
kepercayaan, dan agama?
3
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara
spiritualitas atau keyakinan spiritual, kepercayaan, dan agama yaitu Spiritualitas
merupakan hubungan yang memiliki dua dimensi, yaitu antara dirinya, orang lain
dan lingkungannya, serta dirinya dengan Tuhannya. Kemudian Kepercayaan
merupakan sikap percaya kepada Tuhan atau suatu aliran kepercayaan yang ada
pada suatu wilayah, bersifat abstrak dan tidak memiliki kitab suci, ritual, tempat
ibadah dan lain-lain. Sedangkan Agama merupakan keyakinan yang memiliki
kitab suci, tempat-tempat suci, kegiatan ritual, khotbah, peringatan, pemujaan dan
pengorbanan. Di Indonesia hanya ada 6 agama yang sudah diakui.
4
pada Tuhan, kekacauan dalam Universitas Sumatera Utara 17 perasaan atau
perilaku (marah, menangis, menarik diri, cemas, apatis dan sebagainya), dan
untuk yang terakhir menghindari humor (Naftali, A. R dkk,2017)
10. Meminta bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam sistem keyakinan.
5
dan tidak tahu apa yang terjadi setelah kematian…, saya merasa sangat takut.”
“Apakah orang lain juga merasakan hal yang sama seperti saya?”
6
mereka mulai terbuka terhadap berbagai kemungkinan baru. Benar dan salah
dilihat menurut konsekuensi bagi dirinya. Anak-anak mulai percaya akan adanya
malaikat dan hal-hal gaib.
7
Tahap 4. Iman individuatif-reflektif atau individuative-reflectivefaith
(transisi antara masa remaja dan masa dewasa, dewasa awal).
Menurut Fowler, jumlah orang dewasa yang memasuki tahap ini hanya
sedikit. Tahap ini lebih terbuka terhadap paradox dan mengandung berbagai sudut
pandang yang saling bertolak-belakang Keterbukaan ini beranjak dari kesadaran
seseorang mengenai keterbatasan mereka. Salah seorang perempuan yang berada
di tahap ini mengungkapkan pemahaman religius yang kompleks sebagai berikut,
“Tidak peduli apakah kamu menyebutnya sebagai Tuhan atau Yesus atau Aliran
Kosmik atau Realitas atau Cinta, tidak peduli bagaimana Anda menyebutnya, Ia
ada”
8
yang memecahbelah orang-orang di planet ini. Peristiwa-peristiwa yang
menimbulkan konflik tidak lagi dipandang sebagai paradoks. Menurut Fowler,
hanya sangat sedikit orang yang berhasil mencapai tahap perkembangan iman
yang tertinggi ini. Tiga orang yang menurut Fowler berhasil mencapai tahap ini
adalah Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Jr., dan Bunda Teresa (Carpenito,
L. J. 2013).
6. Sebagai seorang perawat, apa yang mungkin Anda katakan kepada Tn.
Idris untuk menunjukkan bahwa Anda berempati dengan kondisinya?
9
Empati merupakan kemampuan menempatkan diri ke dalam diri orang lain
untuk memahami pandangan dan perasaan orang tersebut, sesuai dengan latar
belakang pendidikan, sosial, budaya, agama, ekonomi, etnik dan lain-lain.
Perasaan iba merupakan sesuatu yang penting untuk membantu kondisi pasien
dalam masa akut maupun kronis. Compassion care terdiri atas empat kriteria
essensial, antara lain (Yusuf, A dkk, 2016):
1. Hubungan berbasis empati, dukungan emosional, upaya untuk memahami
dan meringankan penderitaan pasien
2. Komunikasi yang efektif dalam interaksi dari waktu ke waktu
3. Menghormati dan memfasilitasi pasien dan keluarga dalam keputusan dan
pelayanan
4. Memandang pasien sebagai individu dengan hubungan di rumah dan di
masyarakat.
Enam tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem menurut Bylund (The
Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels), antara lain:
10
6. Level 5 Kita berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and
experience) dengan pasien, seperti : “Ya, saya mengerti hal ini dapat
mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi
spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,
khawatir”.
Respon empati yang dapat diaplikasikan dalam praktik kedokteran, antara lain :
11
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 40 Tahun
Agama : Islam
Keluhan saat ini : Pasien sering tidak bisa tidur pada malam hari dan
berkata kepada perawat yang bertugas dinas malam “Apakah Anda sering
mempertanyakan keberadaan Tuhan?” 2 hari kemudian, klien tetap tidak bisa
tidur dan terus membahas tentang Tuhan. Ia berkata, “Ketika saya berpikir
tentang kematian dan tidak tahu apa yang terjadi setelah kematian…, saya
merasa sangat takut.” “Apakah orang lain juga merasakan hal yang sama
seperti saya?” “Mungkin Tuhan menghukum saya karena saya tidak terlalu
religius.”
2. Pengkajian Spiritual
a. Alifiasi Nilai
• Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif
atau tidak
• Jenis partisipasi dalam kegiatan agama (misalkan yasinan rutin antar
RT/RW)
b. Keyakinan Agama dan Spititual
12
• Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara
agama
• Strategi koping
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui pola spiritual seseorang seperti:
13
Intervensi Keperawatan Rasional Evaluasi
Bantu klien untuk: Pengalaman hidup Sebagai tujuan tercapai.
1. Mengidentifikasi mungkin mengancam klien menyatakan
keyakinan spiritual keyakinan agama yang bahwa ia mempunyai
yang dimilikinya tidak dapat diatasi konsep yang jelas
ketika masih kanak- ketika masih kanak- tentang Tuhan dan
kanak dan akar dari kanak. tidak lagi merasa tidak
keyakinan tersebut. akan ditolak oleh
2. mengevaluasi Tuhan karena telah
keyakinan tersebut mengabaikan Tuhan
dalam bentuk untuk waktu yang
pengalaman hidupnya. cukup lama, tetapi juga
3. Menegaskan kembali, merasa bahwa masih
modifikasi, atau tolak banyak lagi yang harus
keyakinan tersebut atau dipelajarinya.
Bina keyakinan
spiritual yang baru
(jika diperlukan).
Intervensi Keperawatan Rasional Evaluasi
Bantu klien mengkaji Karena keyakinan
Apakah keyakinan spiritual
spiritual yang baru dapat memberi
menambah semangat pengaruh positif (life-
atau mengingkari dan affirming) dan negatif
seberapa jauh (life-denying), individu
keyakinan tersebut seharusnya mempunyai
memenuhi kebutuhan kriteria yang digunakan
klien untuk ketika mengevaluasi
mendapatkan arti dan keyakinan mereka.
14
mencapai tujuan
hidupnya, mencintai,
keterikatan, dan
mengampuni,
Klien mungkin
Rujuk lain kepada merasakan
pemuka agama untuk manfaat berbicara
mendapatkan bantuan dengan pemuka agama.
sebagai mana
diperlukan
Jelaskan kepada klien Gambaran tentang Tuhan Tujuan terpenuhi.
bahwa banyak orang yang kokoh dan siap "Pemuka
yang dalam kehidupan untuk menghukum agama sangat
sehari-harinya lupa orang yang berdosa membantu saya Andai
tentang Tuhan dan ada dapat menimbulkan di saja saya sudah
yang meyakini bahwa stres spiritual dalam berbicara dengannya
Tuhan menggunakan klien. beberapa waktu yang
penyakit stresor lain lalu, saya tidak perlu
untuk mengingatkan merasa bersalah
manusia agar kembali dengan perceraian
pada keyakinan saya. Saya tadinya
spritualnya. mengira Tuhan tidak
Rujuk lain kepada Rasa bersalah sering kali akan pernah
pemuka agama untuk menghambat orang mengampuni saya.
membantu klien untuk mendapatkan Sekarang saya merasa
mengatasi rasa maaf dan pengampunan sangat tenang
bersalah (jika yang diinginkannya.
diekspresikan lain).
Intervensi Keperawatan Rasional Evaluasi
Komunikasikan kepada Banyak orang
15
klien pentingnya bagi mempunyai
manusia untuk harapan yang tidak
menerima diri mereka realistik.
sendiri dengan semua
kekuatan dan
kelemahan yang
dimilikinya.
Anjurkan klien untuk Garis besar peran Tujuan tercapai."baik
membandingkan peran keyakinan spiritual baik sekali mampu
keyakinan spiritual yang positif maupun merasakan perasaan
dalam kehidupan negatif akan sangat tentram damai tentang
sebelumnya selama menentukan titik ini apapun yang akan
dan sesudah dirawat di dapat memotivasi klien terjadi kelak. " saya
rumah sakit untuk terus mencari merasa cemas pulang
ketika ia mengkaji ke rumah menyadari
pengalaman sekarang. banyak sekali yang
ingin saya lakukan
dengan bantuan Tuhan
sepulang Saya dari
rumah sakit.
Perawat dinas malam pada Pengawasan perawat Tujuan tercapai klien
awal jam dinasnya terhadap klien pada jam semalam tidur dari
memeriksa klien untuk tidur untuk memastikan tengah malam hingga
memastikan bahwa faktor lain yang pukul jam 6.
klien merasa nyaman memungkinkan
dan siap untuk tidur. mengganggu tidur
Yakinkan klien untuk klien.
tidur" Saran yang meyakinkan
Saya yakin, pada saat mempunyai efek
saya kembali lagi ke terapeutik terhadap
16
sini anda sudah intervensi lain.
tertidur. " Dengan menurunnya
Jika masih ada gangguan Ansietas spiritual,
tidur cobalah untuk kemampuan untuk tidur
melakukan latihan akan meningkat, jika
relaksasi atau imajinasi tetap terganggu perawat
terbimbing (guided perlu menggali dan
imagery). melakukan intervensi
terhadap faktor lain.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan utama klien yang dirawat di rumah sakit sangat
rentan mengalami rasa cemas dan cenderung mengalami rasa tertekan
hingga depresi. Kondisi kritis ini dapat berpengaruh terhadap penurunan
imunitas tubuh yang kemudian meningkatkan penderitaan yang berdampak
menurunnya proses adaptasi dan penyembuhan penyakitnya.
B. Saran
Perlu banyak pembelajaran tentang spiritualitas karena spiritual
sangat penting bagi manusia dalam berbagai hal. Dalam ilmu kesehatan
juga perlu ditingkatkan agar seorang tenaga kesehatan tidak salah
mengambil sikap atau tindakan dalam menghadapi klien dengan gangguan
spiritualitas. Perhatian spiritualitas dapat menjadi dorongan yang kuat bagi
klien kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan
perhatian spiritualitas. Untuk itu seorang perawat tidak boleh
mangesampingkan masalah spiritualitas klien.
18
DAFTAR PUSTAKA
19