Anda di halaman 1dari 8

Adverbia

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian


Adverbia atau kata keterangan (Bahasa Latin: ad, "untuk" dan verbum, "kata") adalah kelas kata yang
memberikan keterangan kepada kata lain, seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat), yang
bukan nomina (kata benda). Contoh adverbia misalnya sangat, amat, tidak.

Jenis adverbia[sunting | sunting sumber]


Cara penggolongan kata keterangan keterangan bermacam-macam tergantung dari sumber rujukan
yang digunakan. Berikut salah satu cara pembagian kata keterangan.

1. Kata keterangan alat. Misalnya: dengan (preposisi?)


2. Kata keterangan cara. Misalnya:dengan
3. Kata keterangan kesertaan. Misalnya: bersama
4. Kata keterangan perlawanan. Misalnya: meskipun
5. Kata keterangan tujuan. Misalnya: untuk (preposisi?)
6. Kata keterangan sebab. Misalnya: karena (subjungsi?)
7. Kata keterangan akibat. Misalnya: maka.
8. Kata keterangan waktu. Misalnya: kemarin, besok
9. Kata keterangan tempat. Misalnya: sana, sini
10. Kata keterangan syarat. Misalnya: jika (subjungsi?)
11. Kata keterangan derajat dan keterangan kuantitatif. Misalnya: sedikit, banyak
12. Kata keterangan keadaan. Misalnya: sungguh-sungguh
13. Kata keterangan kepastian. Misalnya: mungkin
14. Kata keterangan atributif. Misalnya:yang
15. Kata keterangan perbandingan. Misalnya:sebagaimana

Dalam komunikasi kita sering dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita untuk
menunjukkan sikap pembicara terhadap suatu keadaan atau peristiwa, apakah itu berupa
kemungkinan, izin, kemampuan, dan sebagainya. Peranti kebahasaan yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah modalitas (modality).    
Dalam Dictionary of Language Teaching and Appplied Linguistics yang disusun oleh
Richard, J.C & Schmidt  (2002: 335), istilah modal, modal verb, modal auxiliary,
dan modality merujuk pada hal yang sama. Disebutkan bahwa modal verb adalah verba
bantu yang menunjukkan sikap pembicara atau penulis terhadap keadaan atau peristiwa
yang diungkapkan oleh verba lainnya.  Dalam bahasa Inggris, misalnya, yang termasuk
dalam verba bantu adalah may, might, can, could, must, have to, will, would, shall,
dan should. Verba bantu tersebut dapat berfungsi untuk menunjukkan kemungkinan,
prediksi, izin, atau kemampuan.
Alwi (1990) menggunakan istilah modalitas untuk modal verb ‘verba modal’. Dalam
disertasinya “Modalitas dalam Bahasa Indonesia”, ia membagi modalitas ke dalam empat
kelompok, yaitu intensional, epistemik, deontik, dan dinamik.
 
Modalitas Intensional
Modalitas ini berkaitan dengan keinginan, harapan, ajakan dan pembiaran, serta
permintaan. Keinginan terdiri atas empat kadar, yaitu keinginan, kemauan, maksud,
dan keakanan. Kadar keinginan dapat diungkapkan oleh verba ingin dan berhasrat,
seperti dalam kalimat berikut.
 Kami ingin menyelesaikan masalah itu.
 Ia berhasrat bertemu dengan ayah kandungnya.
Kadar kemauan dapat diungkapkan oleh verba mau, hendak, akan, bertekad,
dan berketetapan, seperti dalam kalimat ini.
 Ia mau berangkat ke Surabaya.
 Mereka bertekad belajar sebaik-baiknya.
Kadar maksud dapat diungkapkan oleh verba mau, hendak, akan, dan bermaksud, seperti
dalam kalimat berikut.
 Para pekerja hendak menemui pemimpin mereka.
 Kami bermaksud mempererat persahabatan.
Sementara itu, kadar keakanan dapat diungkapkan oleh verba-verba yang digunakan
dalam kadar kemauan dan kadar maksud, seperti dalam kalimat berikut.
 Dia akan menghadiri rapat itu.
 Ibu hendak menyiapkan makan siang.
Harapan dapat diungkapkan oleh verba harap dan berdoa, seperti dalam contoh berikut.
 Saya harap lulus ujian.
 Sebelum berangkat,  mereka berdoa memohon keselamatan.
Ajakan dapat diungkapkan oleh verba ajak, mari, dan ayo, sedangkan pembiaran dapat
diungkapkan oleh verba biar(lah) dan biarkan(lah). Kedua makna tersebut dapat dilihat
dalam contoh berikut.
 Jangan diam saja, ajak makan teman-temanmu!
 Mari bergabung bersama kami.
 Yang lalu biarlah berlalu, jangan diungkit-ungkit lagi.
Permintaan dapat diungkapkan dengan verba silakan, coba, sudilah, mohon, dan tolong.
Contoh pemakaian verba tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut.
  Coba tebak isi kotak ini!
 Mohon cantumkan nama dan alamat yang jelas.
 Silakan hubungi narahubung kami.
Modalitas Epistemik
Modalitas ini berkaitan dengan kemungkinan, keteramalan, keharusan, dan kepastian.
Makna kemungkinan dapat diungkapkan oleh verba dapat, bisa, bisa saja, bisa
jadi, boleh, boleh saja, dan boleh jadi, seperti dalam contoh berikut.
 Dia bisa saja menolak undangan itu.
 Anak itu bisa meninggal jika tidak segera ditolong.
 Mereka boleh jadi menutupi kejadian itu.
Keteramalan dapat diungkapkan oleh verba akan, diduga, dan dikira, seperti yang terlihat
dalam contoh berikut.
 Mereka tidak akan datang hari ini.
 Peninggalan itu diduga berasal dari zaman prasejarah.
 Saya dikira mengada-ada.
Keharusan dapat diungkapkan oleh verba harus, mesti, wajib, perlu, dan patut, seperti
dalam kalimat di bawah ini.
 Dia harus mengganti barang yang hilang  itu.
 Kami perlu mengetahui kejadian yang sebenarnya.
 Para pegawai patut mendapat penghargaan atas pengabdiannya.
Kepastian dapat diungkapkan oleh verba pasti, dipastikan, dan tentu, seperti dalam
kalimat berikut.
 Saya pasti mengirimkan pesanan itu tepat waktu.
 Presiden dipastikan hadir dalam peresmian itu.
 Dia tentu memerlukan dana itu sekarang.
Modalitas Deontik
Modalitas ini berkaitan dengan izin dan perintah. Modalitas yang mengandung
makna izin dapat diungkapkan oleh verba boleh, dapat, dan bisa. Contoh penggunaan
verba tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut.
 Kalian boleh beristirahat sejenak.
 Siapa pun bisa datang ke acara ini.
 Ia dapat masuk ke ruangan itu sekarang.
Perintah dapat diungkapkan oleh verba wajib, mesti, harus, dan dilarang, seperti yang
disajikan dalam contoh di bawah ini.
 Pengendara sepeda motor wajib mengenakan helm.
 Mereka mesti bertanggung jawab atas perbuatan itu.
 Pengunjung dilarang merokok di ruangan ini.
Modalitas Dinamik
Modalitas ini berkaitan dengan kemampuan, biasanya diungkapkan dengan
verba dapat, bisa, mampu, dan sanggup. Berikut ini adalah contoh pemakaian verba
tersebut.
 Saya tidak sanggup bekerja lagi.
 Dia mampu menahan serangan lawan.
 Mereka dapat membaca gerak tubuh.
1. Pengertian kritik dan esai sastra

Kritik yang akan kita bahas yaitu kritik sastra. Kritik sastra merupakan analisis
terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau menilai baik-buruknya
suatu karya secara objektif. Sedangkan esai merupakan karangan singkat
yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulisnya. Masalah
yang dibahas dalam esai merupakan masalah yang aktual dari berbagai bidang
seperti kesusastraan, kebudayaan, iptek, atau politik. RG Squad pastinya sudah
tahu dong ya tentang sejarah esai.

Lebih luasnya, Widyamartaya dan Sudiati berpendapat bahwa kritik sastra


adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan pertimbangan
yang adil terhadap baik-buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra.
Memberikan kritik dan esai dapat bermanfaat dalam memberikan  panduan yang
memadai kepada pembaca  tentang kualitas sebuah karya. Di samping itu,
penulis karya tersebut akan memperoleh masukan, terutama tentang
kelemahannya.

(sumber:
gentaandalas.com)

2. Prinsip dalam menyusun kritik dan esai

a. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas. Hasil ulasannya pun
harus memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab-musabab yang
berkaitan dengan suatu peristiwa yang nyata. Jadi, yang terpenting bukan apa
yang diulas, tetapi bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.
b. Pendekatan yang digunakan harus jelas,  apakah persoalan  didekati dengan
pendekatan faktual atau imajinatif.

c. Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukung oleh fakta


yang nyata dan objektif. Penulis tidak boleh mengubah fakta untuk mendukung
pandangannya. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, tidak samar-samar,
harus dapat dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan
kebenarannya.

d. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, jangan samar-samar, harus dapat


dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan
kebenarannya.

3. Ciri-Ciri Kritik Sastra dan Esai

a. Ciri-ciri Kritik Sastra yaitu:

- Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.

- Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan)


sebuah karya sastra.

- Pertimbangan bersifat obyektif.

- Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra.

- Memberikan alternatif perbaikan atau penyempurnaan.

- Tidak berprasangka.
- Tidak terpengaruh siapa penulisnya.

b. Ciri-ciri Esai yaitu :

- Berbentuk prosa.

- Singkat, dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.

- Memiliki gaya pembeda.

- Selalu tidak utuh.

- Memenuhi keutuhan penulisan.

- Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal.

 Deskriptif

Deskriptif adalah jenis esai yang mendeskripsikan seseorang atau benda (subjek maupun objek) yang menarik perhatian
pengarang. Objek yang dideskripsikan pada jenis esai ini dapat dalam bentuk rumah, hewan, dan lain sebagainya. Inti
dalam esai ini yaitu penulis mendeskripsikan objek yang menarik perhatiannya.

 Esai Argumentatif

Esai jenis ini memiliki tujuan untuk meyakinkan pembaca menerima ide, pandangan, sikap, maupun kepercayaan
penulis terhadap isu atau permasalahan.

 Tajuk

Tajuk adalah jenis esai yang biasa dimuat dalam surat kabar. Jenis esai ini membahas tentang isu yang sedang
berkembang di masyarakat seperti politik, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Esai tajuk sering dimuat dalam
kolom pendapat atau opini.
Tidak hanya itu, isi esai tajuk ini bisa dalam bentuk lain sesuai dengan jenis surat kabar seperti koran, majalah otomotif,
fashion dan lain sebagainya.

 Esai Cerita

Esai cerita merupakan esai yang bertujuan untuk melukiskan atau menghadirkan baik barang, seseorang maupun hal
lainnya agar mampu dibayangkan oleh pembaca.

 Cukilan Watak

Dalam esai jenis ini memungkinkan penulis menjelaskan cukilan atau cuplikan watak seseorang terkait isu kepada
pembaca. Dalam esai ini tidak menulis kisah seseorang atau biografi, penulis hanya mengungkapkan sepenggal watak
tokoh yang terkait dalam cerita atau isu dalam esai tersebut.

 Esai Paparan
Jenis esai ini bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan lebih rinci sebuah hal pada pembaca. Tujuan utama esai
ini yaitu untuk mengedukasi atau memberikan informasi kepada pembaca.

 Pribadi

Dalam jenis esai ini, penulis bercerita tentang dirinya sendiri, penulis mengungkapkan pendapatnya tentang isu yang
menarik perhatiannya.

 Reflektif

Reflektif adalah esai yang ditulis untuk merenungkan isu politik, kebijakan pemerintah, dan isu penting lain yang sering
ditulis oleh cendekiawan dalam menanggapi isu yang ada.

 Kritik

Kritik adalah jenis esai yang berisi sebuah kritikan kepada suatu karya seni.

 Artikel Penelitian

Artikel penelitian merupakan jenis esai yang berisi tentang hasil hasil yang didapatkan dari sebuah penelitian. Artikel ini
umumnya akan menambah pengetahuan baru di bidangnya atau mencek ulang penelitian yang ada sebelumnya dengan
kondisi riil saat ini.

 Esai Lukisan

Esai lukisan merupakan karangan yang menggambarkan sesuatu dengan tujuan untuk membantu pembaca memahami
hal yang ingin disampaikan.

 Esai Ajakan

Esai ajakan bertujuan untuk mengajak pembaca mengikuti penulis dalam melakukan suatu atau sebaliknya mengajak
pembaca untuk menghentikan melakukan suatu hal.

Struktur Teks Esai

 Pendahuluan

Dalam pendahuluan, kita bisa mengungkapkan atau membahas topik atau tema yang akan dibahas dalam keseluruhan
esai. Unsur yang ada dalam pendahuluan yaitu latar belakang dan pendapat pribadi penulis tentang tema yang akan
dibahas secara lebih jelas dan detail pada bagian selanjutnya. Pendahuluan ini akan menjadi pengantar pembaca untuk
memahami topik pembahasan sehingga pembaca lebih mudah memahami isi esai.

 Isi atau Pembahasan

Isi atau pembahasan merupakan bagian esai yang menjelaskan tema atau topik tulisan secara lebih detail. Dalam isi,
penulis menjabarkan pendapatnya secara kronologis atau berurut sesuai dengan ide yang disusun dalam kerangka
sehingga esai menjadi koheren.

 Kesimpulan/Penutup

Kesimpulan merupakan bagian terakhir esai. Pada bagian ini berisi kalimat yang merangkum atau menyimpulkan apa
yang telah disampaikan pada pendahuluan dan pembahasan. Kesimpulan tidak boleh melebar ke topik yang lainnya.
Ciri-Ciri Teks Esai

1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan
figur.
2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang
membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4. Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang
hendak ditulis,
5. Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan,
dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran.
6. Mempunyai nada pribadi atau bersifat individu, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra adalah ciri
personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang pandangannya,
sikapnya, pikirannya, dan kepada pembaca.

Contoh Esai Sastra

Sastra Penyindir Pemerintah


     Novel adalah salah satu jenis sastra yang semua orang dapat membuatnya, asalkan ada ide dan cerita yang akan
dibuatkan novel.
     Novel terkadang isinya diambil dari realitas kehidupan manusia sehari-hari. Novel merupakan suatu imajinasi dari
penulisnya kemudian dituangkan dalam kata-kata. tidak jarang juga isi dari sastra novel itu berasal dari curahan hati si
penulis contohnya seperti percintaan, pendidikan bahkan ada juga novel yang bertema menyindir pemerintah.
     Salah satu novel penyindir pemerintah yaitu Nyanyi Sunyi dari Indragiri, memang tema novel seperti itu tidak banyak
peminatnya tidak seperti novel percintaan yang lain. Akibatnya novel seperti harus dikemas dengan baik agar banyak
manusia yang ingin membaca nya.
     Tapi zaman sekaran banyak penulis yang menerbitkan novel penyindir pemerintah karena para penulis ingin
menceritakan dan menyuarakan suaranya kepada pemerintah lewat sastra seperti ini.
     Mereka ingin pemerintah mendengar apa yang mereka tulis tentan bencana akibat keserakahan pemerintah yang pada
akhirnya membuat masyarakat resah dan susah. Faktanya di  Indonesia banyak desa-desa terpencil yang tidak tahu apa-
apa dan dibawah garis kemiskinan hanya bergantung pada alam. Tetapi alam yang mereka punya diambil begitu saja atas
nama pemerintah.
     Jika sastra novel ini terus dikembangkan dalam pembelajaran akan membantu para calon penulis untuk terus
menyuarakan isi hati mereka, agar pemerintah bisa membaca dan memikirkan semua tindakan yang akan diambil.

Contoh Kritik Esai

Masa-Masa Sekolah Menengah Atas


     Pada zaman sekarang memang banyak karya sastra yang berupa novel yang bertemakan percintaan sebut saja salah
satu novel yang pupoler di kalangan masyarakat khususnya remaja Bandung yaitu Dilan 1990, yang ditulis oleh Pidi
Baiq. Quotes yang ada di novel Dilan 1990 sangat tenar contohnya "Milea, kamu cantik, tapi akau belum mencintaimu,
enggak tau kalau sore. Tunggu aja." (Dilan 1990).
     Quotes tersebut merupakan sepenggal ucapan Dilan kepada Milea yang tertera pada cover belakang novel itu. Cover
depan dari novel Dilan sangat sederhana tetapi menarik karena da sesosok gambar dengan motor CB kesayangannya,
dan ada beberapa quotes  ynag ditulis dalam cover depan dan belakang. Contoh quotes yang ada di cover depan "Cinta
itu indah. ika bagimu tidak, mungkin karena salah milih pasangan" (Dilan 1990).
     Kelebihan novel ini ada pada gaya bahsanya. Bahsanya yang santai, enak dibaca dan mudah dimengerti. Dengan
menggunakan sudut pandang orang pertama, membuat pembaca hanyut ke dalam cerita. Selain itu percakapan antar
tokoh yang terasa natural dan tidak dibuat-buat. Penambahan gambar pada novel itu membuat ilustrasi novel menjadi
lengkap dan semakin terasa, seperti gambar rumah Milea di Bandung.
     Kekurangan novel Dilan yaitu tidak konsisten dalam menggunakan kata tidak, enggak dan gak dalam narasi. Serta
terdapat beberapa bahasa yang tidak pantas contohnya kata kasar yang diucapkan seorang anak geng motor kepada
Dilaan. Selain itu banyak dialog yang terlalu singkat dan kebanyakan dialog "hahaha" atau "hehehe".
Banyak tokoh yang tidak di deskripsikan tentang fisik tokoh maupun karakter di dalam novel Dilan 1990.

* Intinya novel Dilan 1990 sangat bagus dan dapat membawa hanyut pembaca ke dalam certa. Sifat yang dibuat Pidi Baiq
tentang Dilan yang romantis, humoris dan bandel membuat pembaca penasaran dengan sosok Dilan. Tetapi ada baiknya
kata-kata yang kasar diganti dengan kata-kata yang lebih baik sehingga pembaca dapat mengambil sisi positif dari Dilan.

Anda mungkin juga menyukai