Disusun oleh :
Novita Setyowati S.Kep., Ns., M.Kep
Elfi Quyumi S.Kep., Ns., M.Kep
PEDOMAN PELAKSANAAN
SELF BEHAVIOUR MANAGEMENT
“………………………………….”
E. Tempat SBM
Balai desa atau rumah warga sebagai tempat posyandu lansia di area
Puskesmas Sukorame Kediri.
PROSEDUR PELAKSANAAN
SELF MANAGEMENT BEHAVIOUR UNTUK PREDIABETES
PERTEMUAN PERTAMA
1. Perkenalan
2. Penetapan tujuan SBM untuk prediabetes
a. Memperoleh informasi secara lengkap terkait prediabetes
b. Meningkatkan perilaku perawatan diri
c. Merubah perilaku hidup sehat
d. Mencegah terjadinya DM
3. Penjelasan terkait SBM untuk prediabetes
Bentuk metode pendampingan kepada prediabetes yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya DM dan meningkatkan pengetahuan, kualitas hidup
dengan mengubah perilaku hidup sehat.
a. Definisi Kadar Gula darah
Kadar gula darah mengacu pada tingkat glukosa dalam darah. Konsentrasi
glukosa darah atau tingkat glukosa serum diatur dalam tubuh. Umumnya
tingkat gula darah bertahan pada batas yang sempit sepanjang hari (70-150
mg/dl) dan biasanya meningkat setelah makan dan berada pada level
terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson J, et al, 2009).
Terdapat beberapa tipe pengukuran kadar gula darah. Pengukuran kadar
gula darah puasa digunakan untuk mengetahui kadar glukosa darah selepas
tidak makan setidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah postprandial
digunakan untuk mengetahui kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam
makan. Pemeriksaan gula darah random mengukur kadar gula darah tanpa
mengambil waktu makan terakhir (Henrikson J, et al, 2009). Pemeriksaan
kadar gula darah tepat dilakukan maksimal 1 bulan sekali pada penderita
prediabetes.
b. Definisi Prediabetes
Prediabetes merupakan kondisi dimana kadar gula lebih tinggi dari normal
tetapi belum cukup tinggi dikatakan diabetes menurut Heikes, et al (2008).
4
LEMBAR TAMBAHAN
a. IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
b. Pola Makan
Pengaturan Makanan
6) Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal.
7) Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total.
8) Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total
9) Serat dianjurkan 25 gr / hari
Jenis Dianjurkan Dibatasi Dihindari
Karbohidrat Semua sumber
karbohidrat
dibatasi: nasi,
bubur, roti, mie,
kentang, singkong,
ubi, sagu, gandum,
pasta, jagung,
talas, havermout,
sereal, ketan,
makaroni
Potein Hewani Ayam tanpa kulit, hewani tinggi Keju, abon,
ikan, telur lemak jenuh dendeng, susu full
rendah kolesterol (kornet, sosis, cream,
atau putih telur, sarden, otak,
6
LEMBAR OBSERVASI :
1. IMT :
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
2. Makanan
Hari /tanggal Jadwal & Jenis Jumlah Keterangan
Sarapan Pagi :
Nasi :
Lauk:
Buah :
Lain :
Makan Siang
Nasi :
Lauk:
Buah :
Lain :
Makan Sore:
Nasi :
Lauk:
Buah :
Lain :
3. Aktivitas Sehari-hari :
Tanggal Waktu Aktivitas Lama (menit)
(jam/menit)
8
PERTEMUAN KEDUA
A. EVALUASI
Evaluasi mengenai ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
keaktifan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Evaluasi kemampuan saat melaksanakan kegiatan sesi 3 (tiga) dalam kelompok
Tanggal : Kelompok :
Nilai peserta
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6
1 Menyampaikan pengalaman menyenangkan
dan tidak menyenangkan masa dewasa
2 Mengungkapkan perasaan tentang
pengalaman menyenangkan dan tidak
menyenangkan masa dewasa
3 Menyebutkan pengalaman yang paling
berarti tentang keberhasilan mengatasi
konflik dewasa
4 Menjelaskan makna pengalaman
keberhasilan mengatasi konflik masa
dewasa
5 Menyebutkan cara mengingat keberhasilan
masa dewasa
6 Mempraktekkan cara mengingat
keberhasilan masa dewasa
Petunjuk penilaian :
1. Nilai 1 jika dilakukan
2. Nilai 0 jika tidak dilakukan
3. Skor akhir untuk melanjutkan sesi selanjutnya adalah > 4
9
4. Apabila ada peserta memiliki skor akhir < 4 maka mengulang terapi
Terapi kelompok life review sesi 3 sebelum lanjut sesi berikutnya.
SESI 4: PENGALAMAN MASA LANSIA
Tahap terakhir dari seluruh sesi yaitu adanya kesimpulan dari semua life review
serta dilanjutkan komitmen untuk perubahan ke arah positif. Hal yang mendasari
sesi ini adalah tugas berkembangan pada lansia terkait integritas diri versus putus
asa dengan nilai moral kebikajsanaan, menerima tanggungjawab diri dan
kehidupan (Videbeck, 2008; Keliat, 2011).
A. TUJUAN
Peserta dapat :
1. Mengevaluasi keseluruhan memori yang disampaikan secara berurutan
2. Menyampaikan hal positif yang paling efektif mengatasi masalah dan cara
mudah mengingatnya
3. Memberikan umpan balik positif terhadap peserta lain
4. Menyampaikan manfaat yang dirasakan selama terapi kelompok life review
berlangsung.
B. SETTING TEMPAT
Peserta terapi kelompok life review secara berkelompok berjumlah 4 – 6
orang, terapis bersama lansia duduk bersama membentuk lingkaran.
C. ALAT
Buku kerja, alat tulis,tissue, tape recorder/Handycam, alat arisan dengan nama
lansia, name tag
D. METODE
Diskusi dan tanya jawab
E. LANGKAH KERJA
1. Persiapan
a) Mengingatkan lansia 15 menit sebelum pelaksanaan terapi.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
10
BAB IV
PENUTUP
14
A. Kesimpulan
Perkembangan psikososial lansia,berdasarkan teori Erikson yaitu berada
pada tahap integiritas ego vs putus asa (maturitas). Perkembangan ini
terkait dengan perkembangan sebelumnya, apabila ada masalah pada tahap
sebelumnya dapat mempengaruhi integritas lansia. Keberhasilan lansia
mencapai integritas diri dengan belajar memaknai pengalaman di masa
lalu dan mengeskpresikannya menjadi energi positif di saat sekarang.
B. Saran
Perawat spesialis keperawatan jiwa dapat mengaplikasikan Terapi
Kelompok Life Review sebagai salah satu terapi meningkat integritas diri
lansia dan mengatasi masalah keperawatan pada lansia sebagai respon
terhadap penyakit gangguan mental emosional seperti depresi di
masyarakat Indonesia, wilayah kerja Puskesmas dan Khususnya ruang
lingkup Panti Sosial Tresna Werdha.
DAFTAR PUSTAKA
15
Blazer, Dan G. (2003). Depression In Late Life : Review And Commentary. The
Journal of Gerontology; Mar 2003; 58A,3. http://proquest.umi.com,
diperoleh 20 Desember 2012.
Collins, C.J. (2006). Life Review And Remniscence Group Therapy Among Senior
Adult. http://etd.lib.ttu/theses/available/etd-4182006223851/unrestricted/
Collin_ Cassondra-Diss pdf diperoleh 17 Januari 2013.
Copel, L.C. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta : EGC.
Keliat, B.A., dkk (1995). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa usia lanjut.
Jakarta : Departemen Kesehatan R.I Direktorat Pelayanan Medik Direktorat
Kesehatan Jiwa.
Korte,J., Bohlmeijer, T.,Cappeliez, P., Smit, F., & Westerhof. (2012). Life
Review Therapy For Older Adults With Moderate Depressive
Symptomatlogy: A Pragmatic Randomized Controlled Trial. Psychological
Medicine Journal 2012,42, 1163-1173.http://proquest.umi.com, diperoleh 20
Desember 2012.
16
McCann, J.A. et all. Elder Care Strategies Expert Care Plans For Older Adults.
Philadelphia : Lipincott Wiliams & Wilkins.
Miller, C.A. (2004). Nursing For Wellness In Older Adults Theory And Practice.
Philadelphia : Lipincott Wiliams & Wilkins.
Mitchell, S.F. (2009). Life Review Theraphy: A Prevention Program For Elderly
Who Are Expereiencing Life Transitions. Proquest Dissertation & Theses
(PQDT). http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012.
Serrano, J.P., Latorre,J.M., Gatz, M., Montanes, J. (2004). Life Review Therapy
Using Autobiographical Retrieval Practice For Older Adults With
Depressive Symptomatology. Psychology and Aging vol 19, no.2, 272-277.
http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012.