Anda di halaman 1dari 17

MODUL

PREDIABETES DAN PERILAKU


PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO

Disusun oleh :
Novita Setyowati S.Kep., Ns., M.Kep
Elfi Quyumi S.Kep., Ns., M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA


KEDIRI, 2018
1

PEDOMAN PELAKSANAAN
SELF BEHAVIOUR MANAGEMENT
“………………………………….”

A. Pengertian Self Behaviour Management


Self Behaviour Management untuk Prediabetes suatu proses tindakan
pencegahan dimana mencakup informasi dan ketrampilan yang diperlukan
untuk mengontrol perilaku dan meningkatkan hasil klinis, status kesehatan
dan kualitas hidup sehingga kelompok prediabetes tidak menjadi Diabetes
Melitus. ( Funnel, et al, 2009; Hass, et al, 2012).

B. Tujuan SBM untuk prediabetes


Tujuan SBM untuk prediabetes menurut (Bandura, 1994; Funnel et al, 2009;
Hass, et al, 2012) adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh informasi secara lengkap
b. Meningkatkan perilaku perawatan diri
c. Meningkatkan kualitas hidup
d. Merubah perilaku hidup sehat

C. Indikasi SBM untuk prediabetes


ditentukan dari nilai Impaired Fasting Glucose (IFG) dengan nilai 100-125
mg/dl atau 5.6-6.9 mmol/L dan Impaired Glucose Tolerance (IGT) dengan
nilai 140-199 mg/dl atau 7.8-11 mmol/L (Prediabetes Consensus Statement,
2008 dan ADA, 2012).

D. Metode & Pelaksanaan SBM untuk Prediabetes


Metode SBM untuk prediabetes mengacu kepada Frayner & Geringer (1992) ;
Bandura (1994) dalam Kondang B (2012) teknik dalam manajemen diri terdiri
dari assessment diri (self assessment), penetapan tujuan (goal-setting),
pemantauan diri (self monitoring), evaluasi diri (self evaluation) dan
penguatan diri (self reinforcement).
2

1. Pertemuan pertama berisi perkenalan, penjelasan penetapan tujuan,


penjelasan SBM terkait prediabetes, assessment & evaluasi diri.
2. Pertemuan kedua berisi tentang pembahasan assessment diri, Pemantauan
diri.
3. Pertemuan ketiga berisi penguatan diri.

E. Tempat SBM
Balai desa atau rumah warga sebagai tempat posyandu lansia di area
Puskesmas Sukorame Kediri.

F. Media dalam SBM


Media yang digunakan adalah Timbangan, Midline, Lembar observasi, LCD,
modul.
3

PROSEDUR PELAKSANAAN
SELF MANAGEMENT BEHAVIOUR UNTUK PREDIABETES

PERTEMUAN PERTAMA
1. Perkenalan
2. Penetapan tujuan SBM untuk prediabetes
a. Memperoleh informasi secara lengkap terkait prediabetes
b. Meningkatkan perilaku perawatan diri
c. Merubah perilaku hidup sehat
d. Mencegah terjadinya DM
3. Penjelasan terkait SBM untuk prediabetes
Bentuk metode pendampingan kepada prediabetes yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya DM dan meningkatkan pengetahuan, kualitas hidup
dengan mengubah perilaku hidup sehat.
a. Definisi Kadar Gula darah
Kadar gula darah mengacu pada tingkat glukosa dalam darah. Konsentrasi
glukosa darah atau tingkat glukosa serum diatur dalam tubuh. Umumnya
tingkat gula darah bertahan pada batas yang sempit sepanjang hari (70-150
mg/dl) dan biasanya meningkat setelah makan dan berada pada level
terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson J, et al, 2009).
Terdapat beberapa tipe pengukuran kadar gula darah. Pengukuran kadar
gula darah puasa digunakan untuk mengetahui kadar glukosa darah selepas
tidak makan setidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah postprandial
digunakan untuk mengetahui kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam
makan. Pemeriksaan gula darah random mengukur kadar gula darah tanpa
mengambil waktu makan terakhir (Henrikson J, et al, 2009). Pemeriksaan
kadar gula darah tepat dilakukan maksimal 1 bulan sekali pada penderita
prediabetes.
b. Definisi Prediabetes
Prediabetes merupakan kondisi dimana kadar gula lebih tinggi dari normal
tetapi belum cukup tinggi dikatakan diabetes menurut Heikes, et al (2008).
4

Prediabetes tidak selalu memiliki gejala tetapi dapat terdiagnosa dari


pemeriksaan gula darah. Prediabetes ditandai dengan kadar glukosa darah
puasa pagi antara 90-99 mg/dl, atau kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan antara 100-199 mg/dl, atau keduanya pada pemeriksaan darah
perifer (Depkes, 2008; Soegondo, 2008). American Diabetes Association
(ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai keadaan dimana subek dengan
toleransi glukosa darah terganggu (TGT) dan atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) (Nasrul & Sofitri, 2012).
c. Kriteria Prediabetes
Kriteria prediabetes ditentukan dari nilai Impaired Fasting Glucose (IFG)
dengan nilai 100-125 mg/dl atau 5.6-6.9 mmol/L dan Impaired Glucose
Tolerance (IGT) dengan nilai 140-199 mg/dl atau 7.8-11 mmol/L
(Prediabetes Consensus Statement, 2008 dan ADA, 2012).
d. Factor resiko prediabetes
1) Umur. Secara fisiologis pada usia lebih dari 25 tahun akan terjadi
kenaikan glukosa darah sekitar 1-2 mg/dl per tahun dan glukosa darah
setelah makan sekitar 5,6 – 13 mg per tahun (WHO dalam Wulandari,
2014).
2) Riwayat Keluarga DM
3) Berat Badan (IMT)
Pengukuran Index masa tubuh (IMT) atau indeks Quetelet merupakan
perhitungan berat badan berdasarkan seseorang dan tinggi. IMT ini
benar-benar mengukur persentase lemak tubuh.
4) Pola makan
5) Aktivitas (periode tidak beraktivitas aktif seperti menonton televisi
sepanjang sore).
e. Penatalaksanaan Prediabetes
a.
4. Assessment & Evaluasi perawatan diri
a.
5

LEMBAR TAMBAHAN
a. IMT

IMT = Berat badan (kg) / Tinggi² (m²)

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

b. Pola Makan
Pengaturan Makanan
6) Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal.
7) Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total.
8) Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total
9) Serat dianjurkan 25 gr / hari
Jenis Dianjurkan Dibatasi Dihindari
Karbohidrat Semua sumber
karbohidrat
dibatasi: nasi,
bubur, roti, mie,
kentang, singkong,
ubi, sagu, gandum,
pasta, jagung,
talas, havermout,
sereal, ketan,
makaroni
Potein Hewani Ayam tanpa kulit, hewani tinggi Keju, abon,
ikan, telur lemak jenuh dendeng, susu full
rendah kolesterol (kornet, sosis, cream,
atau putih telur, sarden, otak,
6

daging tidak jeroan, kuning


berlemak telur)
Protein Nabati tempe, tahu,
kacang hijau,
kacang merah,
kacang tanah,
kacang kedelai
Sayuran Sayur tinggi bayam, buncis,
serat: kangkung, daun melinjo, labu
daun kacang, siam, daun
oyong, ketimun, singkong, daun k
tomat, labu air, etela, jagung
kembang kol, muda, kapri,
lobak, sawi, kacang panjang,
selada, seledri, pare, wortel, daun
terong katuk
Buah-buahan jeruk, apel, nanas, anggur, Buah-buahan yang
pepaya, jambu mangga, sirsak, manis dan
air, salak, pisang, alpukat, diawetkan: durian,
belimbing (se sawo, semangka, nangka, alpukat,
suai kebutuhan) nangka masak kurma, manisan
buah.
Minuman Minuman yang
mengandung
alkohol, susu
kental manis, soft
drink, es krim,
yoghurt, susu
Lain-lain makanan yang Gula pasir, gula
digoreng dan yang mer ah, gula batu,
menggunakan madu Makanan/
santan kental, minuman yang
kecap, saus tir am manis: cake, kue-
kue manis, dodol,
tarcis, sirup, selai
manis, c oklat,
permen, tape,
mayonaise,
7

LEMBAR OBSERVASI :
1. IMT :
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

2. Makanan
Hari /tanggal Jadwal & Jenis Jumlah Keterangan
Sarapan Pagi :
Nasi :
Lauk:
Buah :
Lain :
Makan Siang
Nasi :
Lauk:
Buah :
Lain :
Makan Sore:
Nasi :
Lauk:
Buah :
Lain :

3. Aktivitas Sehari-hari :
Tanggal Waktu Aktivitas Lama (menit)
(jam/menit)
8

PERTEMUAN KEDUA

A. EVALUASI
Evaluasi mengenai ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
keaktifan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Evaluasi kemampuan saat melaksanakan kegiatan sesi 3 (tiga) dalam kelompok
Tanggal : Kelompok :
Nilai peserta
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6
1 Menyampaikan pengalaman menyenangkan
dan tidak menyenangkan masa dewasa
2 Mengungkapkan perasaan tentang
pengalaman menyenangkan dan tidak
menyenangkan masa dewasa
3 Menyebutkan pengalaman yang paling
berarti tentang keberhasilan mengatasi
konflik dewasa
4 Menjelaskan makna pengalaman
keberhasilan mengatasi konflik masa
dewasa
5 Menyebutkan cara mengingat keberhasilan
masa dewasa
6 Mempraktekkan cara mengingat
keberhasilan masa dewasa
Petunjuk penilaian :
1. Nilai 1 jika dilakukan
2. Nilai 0 jika tidak dilakukan
3. Skor akhir untuk melanjutkan sesi selanjutnya adalah > 4
9

4. Apabila ada peserta memiliki skor akhir < 4 maka mengulang terapi
Terapi kelompok life review sesi 3 sebelum lanjut sesi berikutnya.
SESI 4: PENGALAMAN MASA LANSIA
Tahap terakhir dari seluruh sesi yaitu adanya kesimpulan dari semua life review
serta dilanjutkan komitmen untuk perubahan ke arah positif. Hal yang mendasari
sesi ini adalah tugas berkembangan pada lansia terkait integritas diri versus putus
asa dengan nilai moral kebikajsanaan, menerima tanggungjawab diri dan
kehidupan (Videbeck, 2008; Keliat, 2011).
A. TUJUAN
Peserta dapat :
1. Mengevaluasi keseluruhan memori yang disampaikan secara berurutan
2. Menyampaikan hal positif yang paling efektif mengatasi masalah dan cara
mudah mengingatnya
3. Memberikan umpan balik positif terhadap peserta lain
4. Menyampaikan manfaat yang dirasakan selama terapi kelompok life review
berlangsung.

B. SETTING TEMPAT
Peserta terapi kelompok life review secara berkelompok berjumlah 4 – 6
orang, terapis bersama lansia duduk bersama membentuk lingkaran.
C. ALAT
Buku kerja, alat tulis,tissue, tape recorder/Handycam, alat arisan dengan nama
lansia, name tag
D. METODE
Diskusi dan tanya jawab
E. LANGKAH KERJA
1. Persiapan
a) Mengingatkan lansia 15 menit sebelum pelaksanaan terapi.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
10

Terapis mengucapkan salam kepada semua peserta.


2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan lansia.
b) Menanyakan apakah peserta mendapatkan memori
menyenangkan / tidak menyenangkan masa dewasa yang belum
dituliskan pada sesi 4
c) Apakah lansia sudah mempraktekkan latihan mengingat memori
positif masa dewasa
d) Melakukan cek pada buku kerja
e) Beri pujian bila peserta telah melakukannya.
3) Kontrak
a) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
b) Menjelaskan tujuan sesi 4 yaitu review masa lansia
c) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
(1) Lama kegiatan 45-60 menit
(2) Lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
(3) Lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran,
perasaan, perilaku.
b. Fase kerja
1) Anjurkan lansia menutup mata dan menarik napas dalam 3 kali
supaya lebih rileks.
2) Lansia dipilih berdasarkan kocokan arisan. Nama lansia yang terpilih
akan mendapat kesempatan menceritakan pengalaman (demikian
seterusnya untuk giliran selanjutnya).
Terapis memberikan pertanyaan tentang rangkuman life review
sebagai berikut:
a) Secara keseluruhan. kamu pikir kehidupan seperti apa yang
telah kamu dapatkan ?
b) Jika kamu akan diberikan kcsempatan untuk merubah hidup. apa
yang akan kamu ubah ? Apa yang akan kamu pertahankan ?
c) Kita sudah membicarakan tentang kehidupanmu beberapa saat
tadi. Mari kita diskusikan semua perasaan dan ide-idemu serta
11

kehidupanmu. Apa yang ingin kamu katakan tentang tujuan


hidup ? (coba sebutkan 3 tujuan dan mengapa ? ).
d) Setiap orang pernah merasa kecewa. Hal apa yang masih
membuat kamu merasa kecewa dalam hidup ?
e) Hal apa yang paling berat dalam hidupmu ? Coba ceritakan
dengan jelas.
f) Dalam periode yang mana, kejadian yang membuat hidupmu
bahagia ?
g) Dalam periode yang mana. kejadian yang tidak membuatmu
tidak bahagia ? Mengapa hidupmu lebih bahagia sekarang ?
h) Apa yang membuatmu merasa bangga dalam hidupmu ?
i) Jika kamu dapat tinggal dalam satu usia sepanjang hidupmu,
kamu pilih saat usia apa ? Mengapa ?
j) Apakah kamu pikir sudah berbuat suatu hal dalam hidupmu ?
Lebih baik atau lebih buruk dari apa yang kamu harapkan ?
k) Mari kita bicarakan tentang dirimu sekarang ini. Hal apa yang
terbaik di usiamu sekarang ini ?
l) Hal apa yang membuatmu khawatir di usia sekarang ini ?
m)Hal apa yang sangat penting bagimu pada kehidupanmu
sekarang ini ?
n) Apa yang kamu harapkan akan terjadi pada dirimu sepanjang
bertambahnya usiamu ?
o) Apa yang kamu takutkan akan terjadi sepanjang bcrtambahnya
usiamu ?
p) Apakah kamu santai / rileks selama menjalani terapi life review?
Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut dan tanyakan efek
pengalaman pada kehidupan sekarang.
3. Nama lansia dikocok lagi dengan alat arisan untuk menetukan giliran.
a. Selanjutnya bercerita tentang pengalaman keberhasilan
mengatasi konflik masa anak-anak dan maknanya.
b. Menyebutkan cara mudah mengingat kemampuan positif yang
dapat diaplikasikan dan mempraktekkannya.
12

4. Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut


5. Beri kesempatan lansia menyampaikan manfaat yang dirasakan
selama terapi kelompok life review berlangsung dan harapan ke
depan.
b. Fase terminasi
1. Evaluasi subjektif / objektif
a) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan peserta mengenal temannya.
c) Mengevaluasi kemampuan mengingat memori tentang
keluarga dan rumah serta kemampuan positif yang dimiliki.
2. Rencana tindak lanjut
Memberi semangat menggunakan cara efektif terapi kelompok life
review untuk mengatasi masalah minimal 1- 2 kali seminggu atau
sesuai kebutuhan lansia.
3. Kontrak yang akan datang
Melakukan kegiatan selanjutnya di Panti.
3. Evaluasi
Evaluasi mengenai ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
keaktifan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
13

Evaluasi kemampuan saat melaksanakan kegiatan sesi 4 (empat) dalam kelompok


Tanggal : Kelompok :
Nilai peserta
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6
1 Menyampaikan perasaan tentang seluruh
pengalaman sepanjang hidup lansia
2 Mengungkapkan pengalaman yang tidak
terlupakan
3 Mengungkapkan hal terbaik dalam hidup
4 Menyampaikan manfaat yang dirasakan selama
terapi kelompok life review berlangsung
5 Mempraktekkan cara positif yang dianggap
paling bermanfaat dalam life review.
Petunjuk penilaian :
1. Nilai 1 jika dilakukan
2. Nilai 0 jika tidak dilakukan
3. Skor akhir untuk melanjutkan sesi selanjutnya adalah > 3
4. Apabila ada peserta memiliki skor akhir < 3 maka mengulang terapi terapi
kelompok life review sesi 4.

BAB IV
PENUTUP
14

A. Kesimpulan
Perkembangan psikososial lansia,berdasarkan teori Erikson yaitu berada
pada tahap integiritas ego vs putus asa (maturitas). Perkembangan ini
terkait dengan perkembangan sebelumnya, apabila ada masalah pada tahap
sebelumnya dapat mempengaruhi integritas lansia. Keberhasilan lansia
mencapai integritas diri dengan belajar memaknai pengalaman di masa
lalu dan mengeskpresikannya menjadi energi positif di saat sekarang.

Upaya meningkatkan integritas lansia sehingga terjaminnya kesejahteraan


di masa tua yaitu dengan perawatan yang tepat dan berkualitas. Perawat
memiliki peran penting dalam hal tersebut, terlebih dengan adanya
berbagai ancaman kesehatan seperti terjadinya gangguan mental emosional
depresi. Terapi Kelompok Life Review merupakan salah satu pilihan yang
tepat untuk dikembangkan sebagai terapi spesialis keperawatan jiwa
karena terbukti mampu mengatasi masalah depresi, meningkatkan
kepuasan hidup serta mengatasi masalah keperawatan pada lansia seperti
harga diri rendah, keputusasaan, ketidakberdayaan dan isolasi sosial.

B. Saran
Perawat spesialis keperawatan jiwa dapat mengaplikasikan Terapi
Kelompok Life Review sebagai salah satu terapi meningkat integritas diri
lansia dan mengatasi masalah keperawatan pada lansia sebagai respon
terhadap penyakit gangguan mental emosional seperti depresi di
masyarakat Indonesia, wilayah kerja Puskesmas dan Khususnya ruang
lingkup Panti Sosial Tresna Werdha.

DAFTAR PUSTAKA
15

Blazer, Dan G. (2003). Depression In Late Life : Review And Commentary. The
Journal of Gerontology; Mar 2003; 58A,3. http://proquest.umi.com,
diperoleh 20 Desember 2012.

Collins, C.J. (2006). Life Review And Remniscence Group Therapy Among Senior
Adult. http://etd.lib.ttu/theses/available/etd-4182006223851/unrestricted/
Collin_ Cassondra-Diss pdf diperoleh 17 Januari 2013.

Copel, L.C. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) Tahun 2007. Jakarta : Depkes R.I

Ham, R.J et al. (2008). Interpersonal Psychotherapy As A Treatment For


Depression In Later Life. Hinrichsen, Gregory A.. Professional Psychology:
Research and Practice 39. 3 (Jun 2008): 306-312. Primary care Geriatrics A
case-Base Approach Fifth edition. Philadelphia : Mosby Elsevier.

Haber, D. (2006). Life Review: Implementation, Theory, Research And


Therapy.Int’l J. Aging and Human Development, Vol. 63 (2) 153-171,2006.
http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012.

Herkov, M. (2006). What Is Psychotherapy?. Psych Central. Retrieved on


February 1, 2013, from http://psychcentral.com/lib/2006/what-is-
psychotherapy/ diperoleh 20 Desember 2012.

Keliat, B.A., dkk (1995). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa usia lanjut.
Jakarta : Departemen Kesehatan R.I Direktorat Pelayanan Medik Direktorat
Kesehatan Jiwa.

Keliat, B.A dkk (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader


Kesehatan CMHN (Intermediate course). Jakarta : EGC.

Korte,J., Bohlmeijer, T.,Cappeliez, P., Smit, F., & Westerhof. (2012). Life
Review Therapy For Older Adults With Moderate Depressive
Symptomatlogy: A Pragmatic Randomized Controlled Trial. Psychological
Medicine Journal 2012,42, 1163-1173.http://proquest.umi.com, diperoleh 20
Desember 2012.
16

Lestari, D.R., Hamid,A.Y.,Wardani, I.Y. (2012). Pengaruh Terapi Telaah


Pengalaman Hidup Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti
Werdha Martapura Dan Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2012.
Tesis. Jakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

McCann, J.A. et all. Elder Care Strategies Expert Care Plans For Older Adults.
Philadelphia : Lipincott Wiliams & Wilkins.

Miller, C.A. (2004). Nursing For Wellness In Older Adults Theory And Practice.
Philadelphia : Lipincott Wiliams & Wilkins.

Mitchell, S.F. (2009). Life Review Theraphy: A Prevention Program For Elderly
Who Are Expereiencing Life Transitions. Proquest Dissertation & Theses
(PQDT). http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012.

Serrano, J.P., Latorre,J.M., Gatz, M., Montanes, J. (2004). Life Review Therapy
Using Autobiographical Retrieval Practice For Older Adults With
Depressive Symptomatology. Psychology and Aging vol 19, no.2, 272-277.
http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of care in


Evidance-based Practice. Philadelphia :F.A Davis Company.

Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd edition).


Philadhelpia: Lippincott. Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai