Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327248941

Komunikasi dan Pariwisata: Peran User Generated Content bagi Traveler


dalam Media Sosial

Article · March 2016

CITATIONS READS

3 953

1 author:

Nindyta Aisyah Dwityas


Universitas Mercu Buana
12 PUBLICATIONS   40 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Article View project

All content following this page was uploaded by Nindyta Aisyah Dwityas on 27 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

Komunikasi dan Pariwisata: Peran User Generated Content bagi


Traveler dalam Media Sosial

Nindyta Aisyah Dwityas


Universitas Mercu Buana Jakarta
nindyta.aisyah@gmail.com

Media sosial sebagai salah satu platform web 2.0 yang menyuguhkan interaktivitas kepada
penggunanya. Situs jejaring sosial ini adalah situs online yang paling populer di internet.
Generasi kedua dari layanan berbasis web ditandai dengan kandungan yang diciptakan oleh
konsumen atau yang disebut dengan consumer generated content (CGC) yang
memungkinkan orang untuk berbagi informasi. Penelitian ini menganalisa CGC pada salah
satu komunitas pariwisata terbesar di Indonesia yaitu Backpacker Indonesia. Para traveler
mengakses media sosial sebagai salah satu media utama yang menjadi sumber User
Generated Content untuk membantu dan “mengawal” proses pengambilan keputusan
berpariwisata yang mereka lakukan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan wawancara terhadap anggota komunitas “Backpacker Indonesia” terhadap
komunikasi dan interaksi yang dilakukan dalam situs komunitas. Seiring dengan
berubahnya bentuk kolaborasi serta model bisnis pariwisata, para traveler juga bersama-
sama membentuk citra dari destinasi wisata melalui cerita yang saling mereka bagikan
melalui berbagai platform media sosial. Informasi yang tersedia di dalam forum dan ulasan
yang diberikan oleh pengguna atau konsumen dalam menyediakan data yang relevan sangat
membatu para traveler lain dalam kegiatan pariwisatanya.

Kata kunci: pariwisata, media social, consumer generated content (CGC)

Abstract
Web 2.0 is one of the platforms that provides interactivity to users; and social networking
sites are the most popular online sites on the internet. This second generation of web-based
services is characterized by consumer-generated content (CGC), which allows people to
share information. This study analyzes the CGC on one of the largest tourism community in
Indonesia, Backpacker Indonesia. The traveler accessing social media as one of the major
source of User Generated Content for help and guide the process of travel decision-making
they did. Data was collected through interviews with community members "Backpacker
Indonesia" specifically about communication and interaction in community sites. Along
with the changing of collaboration and business models in tourism, the travelers together
form the image of destinations through the shared stories in various social media platforms.
The information available in forums and reviews given by users or consumers in providing
relevant data so petrified the other traveler in tourism activities.

Key words: tourism, social media and consumer generated content (CGC).

PENDAHULUAN

Jaringan sosial adalah komunitas online untuk partisipasi dalam blog dan kelompok
yang terdiri dari orang-orang yang berbagi diskusi.
minat dan aktivitas umum. Mereka Pemanfaatan Internet juga semakin
menyediakan pengguna dengan berbagai meluas didorong oleh evolusi situs-situs
koleksi, mulai dari obrolan sederhana, dunia maya yang berkembang dari situs
konferensi video, dan pertukaran email tradisional berbentuk statis (Web 1.0),
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

menjadi situs-situs berbasis interaktif (Web diakibatkan oleh karakter produk yang
2.0). Melalui situs-situs berbasis interaktif bersifat kompleks (Buhalis, dalam
ini, manusia sebagai mahluk sosial Rodriguez, 2009:3).
menggunakan teknologi Internet untuk Penerapan teknologi pada industri
mengekspresikan diri dalam sebuah bentuk pariwisata memicu munculnya suatu istilah
baru berkomunikasi, yaitu yang disebut yang disebut sebagai konsep Travel 2.0.
dengan komunikasi online (Funk, 2009, Poin utama dari konsep Travel 2.0 ini
hal.xv). Mark Poster (1995), melalui adalah penggambaran bahwa industri
bukunya The Second Media Age, menandai pariwisata tengah dan akan terus
periode baru dimana teknologi interaktif menghadapi “konsumen-konsumen baru”,
dan komunikasi jaringan khususnya dunia yaitu para konsumen yang “melek”
maya akan mengubah masyarakat. Media informasi karena kemudahan mengakses
baru ini lebih interaktif dan menciptakan berbagai pengalaman nyata yang telah di
sebuah pemahaman baru tentang rasakan oleh konsumen lain sebelumnya.
komunikasi yang dipersonalisasi (Littlejohn Bisnis pariwisata pada khususnya dikatakan
dan Foss, 2008, hal.291-292). telah mengalami perubahan, yang
Web 2.0 ditandai dengan kemudahan sebelumnya berbentuk bisnis yang
yang belum pernah terjadi sebelumnya dijalankan oleh perusahaan kepada
dengan interaktivitas yang meningkatkan konsumen (business to consumer) menjadi
pembentukan masyarakat dan generasi model komunikasi rekan kepada rekan
konten-driven pengguna. Difusi sangat (peer-to-peer) (Miguéns, Baggio, dan
cepat dan luas, sampai hari ini, misalnya, Costa, 2008:2).
blog dihitung dalam miliaran. Hal ini kemudian tidak
Interaktifitas yang difasilitasi oleh mengherankan untuk diketahui bahwa topik
Web 2.0 tidak hanya berbicara mengenai perjalanan dan pariwisata adalah salah satu
fitur berkirim pesan, secara lebih jauh fitur- masalah yang paling populer pada saat ini.
fitur interaktifitas dalam Web 2.0 kini Rencana perjalanan, tujuan dan hotel
memfasilitasi penggunanya untuk dapat ulasan, pemandu wisata, saran untuk
menuliskan komentar maupun opini, restoran atau pameran menjadi subyek
mengunggah dan menandai (tagging) foto, diskusi yang berkembang dan jangka wisata
membuat video, mendengarkan suara, 2.0 telah mulai menunjukkan tren ini.
melakukan konferensi online, Bukan sesuatu yang mengejutkan
berkolaborasi, hingga mendatangi dunia jika ditemukan bahwa perjalanan,
maya tiga dimensi dalam permainan- pariwisata, dan topik-topik yang terkait
permainan online (Funk, 2009:2). menjadi isu yang sangat populer terutama di
Fitur-fitur yang tersedia dari masa perkembangan teknologi komunikasi
perkembangan teknologi tersebut juga dan informasi seperti sekarang ini.
digunakan pada industri pariwisata. Hal ini Rencana-rencana perjalanan, ulasan hotel
berkaitan dengan luasnya kebutuhan dan destinasi wisata, panduan wisatawan,
informasi yang digunakan dalam lingkup hingga saran mengenai restoran dan eksibisi
industri tersebut. Para turis sangatlah menjadi topik diskusi yang terus
membutuhkan sumber-sumber informasi berkembang, dimana hal ini ditandai
yang dapat dipercaya mengenai suatu dengan semakin dikenalnya istilah ‘Travel
produk pariwisata sebelum mengevaluasi 2.0’. Perbincangan mengenai pariwisata di
hingga menentukan keputusan pembelian Internet juga telah menjadi salah satu
untuk meminimalisasi resiko yang ‘pemain utama’, dan pasar pariwisata online
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

terus berkembang secara konsisten. termasuk dalam kategori social networking


Sebagai sebuah konsekuensi, ini memberikan berbagai fasilitas dan fitur
wisatawan melakukan pencarian serta sosial yang cukup beragam, diantaranya
pengumpulan informasi yang berkualitas adalah “forum” yang memungkinkan para
dan dengan akses yang mudah mengenai anggotanya untuk melakukan diskusi
produk-produk pariwisata. Terlebih lagi dengan anggota-anggota lain, “gallery”
dengan munculnya berbagai social media sebagai fitur untuk mengunggah gambar,
(media sosial) sebagai sekumpulan aplikasi “private message” untuk berkomunikasi
berbasis Internet yang dibangun secara personal, juga disediakan tautan
berdasarkan landasan ideologis dan untuk informasi tiket dan hotel, serta blog
teknologis dari Web 2.0 (Kaplan dan yang dapat digunakan oleh para anggota
Haenlin, 2010:61) memungkinkan para komunitas tersebut.
wisatawan dari seluruh penjuru dunia untuk Dengan berbagai kelebihan yang
berinteraksi, berkolaborasi, dan membagi dimiliki oleh komunitas “Backpacker
konten yang berupa kata-kata, gambar, Indonesia”, maka peneliti melihat bahwa
video, atau suara yang memaparkan ide, komunitas tersebut menarik untuk diteliti,
opini, maupun testimonial, mengenai khususnya mengenai User Generated
pengalaman mereka dalam berpariwisata. Content yang dipertukarkan oleh para
Berdasarkan pengamatan yang anggota komunitas disepanjang aktivitas
dilakukan oleh peneliti terhadap situs-situs pariwisata yang dilakukan.
komunitas traveler di Indonesia, ditemukan Teori mengenai komunikasi dan
bahwa, komunitas online “Backpacker interaksi dalam kelompok digagas oleh
Indonesia” merupakan komunitas dengan Fisher dan Hawes (1971), dalam teori ini
anggota yang paling banyak dengan yang Fisher dan Hawes mengacu pada
tersebar dari seluruh Indonesia, dan dalam pendekatan model sistem manusia (system
tiga bulan terakhir situs komunitas ini juga human model). Pendekatan ini lebih
telah dikunjungi sebanyak 3.675.554 kali memandang perilaku manusia dalam proses
(www.backpackerindonesia.com, 2016). interaksi kelompok. Interaksi adalah
Dalam komunitas online ini, pelaku tindakan seseorang yang diikuti dengan
perjalanan dapat bergabung menjadi tindakan yang lain. Sebagai contoh, tanya-
anggota untuk berinteraksi, berkolaborasi jawab, pernyataan-pernyataan, dan sapa-
dan berbagi informasi dengan anggota menyapa. Disini, unit analisis tidak pada
komunitas lainnya. Kegiatan-kegiatan pesan seseorang seperti memberi saran,
tersebut dapat dilakukan melalui forum tetapi bagian dari tindakan yang
diskusi dan blog. Melalui situs berkesinambungan, seperti memberi saran
backpackerindonesia.com para traveler dan meresponnya (Littlejohn dan Foss,
dapat saling bertukar informasi mengenai 2009:333).
kegiatan berpariwisata, tujuan wisata, serta Konsep komunitas pada dasarnya
mengenai akomodasi dan transportasi. merupakan pengembangan dari pemahaman
Kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh mengenai konsep kelompok, yang
semua komunitas traveler online di definisinya adalah sekelompok orang yang
Indonesia adalah bahwa pada komunitas ini, anggotanya mempunyai kesadaran akan
anggota diberikan peringkat sesuai dengan ikatan yang sama yang mempersatukan
keaktifannya berinteraksi, yaitu frekuensi mereka, mempunyai tujuan dan organisasi
dalam melakukan posting pada forum yang (tidak selalu formal), dan melibatkan
tersedia. Selain itu situs komunitas yang interaksi antar anggotanya. Jadi, terdapat
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

dua indikator psikologis dalam kelompok, Munculnya konsep “web-partisipatif”


yaitu sense of belonging sebagai bagian dipengaruhi oleh layanan situs pintar yang
dari kelompok dan interdependensi antar memberikan kemampuan bagi penggunanya
anggota kelompok di mana perilaku antar untuk berkontribusi dalam membangun,
anggota saling terkait ( Baron & Byrne, memberi penilaian, serta mendistribusikan
1979 dalam Rakhmat, 2004:141-142). Dari konten internet juga untuk mengubah
berbagai pemahaman yang berkembang aplikasi internet sesuai dengan kebutuhan.
diseputar konsep mengenai kelompok, nilai Seiring dengan semakin melekatnya
utama yang diteruskan dalam konsep internet serta perangkat lunak dan keras
komunitas adalah “kebersamaan” lainnya dalam kehidupan manusia, user
(togetherness), yang dalam konsep ini, generated content memungkinkan para
kebersamaan dijelaskan melalui perangkat- pengguna internet tersebut untuk
perangkat retoris (Thurlow, Lengel, dan mengekspresikan dirinya dengan cara-cara
Tomic, 2004:109). yang baru.
Salah satu teori komunikasi yang Pada dasarnya tidak ada definisi yang
menjelaskan mengenai fenomena pasti mengenai user generated content yang
penggunaan media, yaitu dengan sudut kemudian dapat diterima oleh semua orang
pandang bahwa audiens merupakan pihak hingga saat ini. Namun dalm konteks
yang aktif dikenal dengan Teori Media Baru penelitian ini dengan mengacu pada definisi
(New Media Theory). Disini Internet yang dikemukakan oleh Organisation for
dipandang sebagai faktor pendorong Economic Co-Operation and Development
terjadinya perubahan komunikasi (OECD), maka UGC didefinisikan sebagai;
masyarakat, termasuk komunikasi dalam 1) konten yang dipublikasi dan dapat
komunitas. Konsep media baru atau yang diakses melalui internet, 2) yang
biasa juga disebut sebagai era media kedua merefleksikan usaha kreatif
ini menarik perhatian kita pada bentuk- pengunggahnya, dan 3) diciptakan diluar
bentuk penggunaan media yang baru yang rutinitas dan konteks professional.
dapat berkisar dari informasi individu dan Dalam rantai nilai UGC, konten
kepemilikan pengetahuan hingga interaksi secara lansung diciptakan dan diunggah
(Littlejohn, Foss, 2009:413). untuk atau dalam berbagai UGC platform,
Komunitas online, sebagai sebuah menggunakan berbagai perangkat (misalnya
bukti terjadinya interaksi serta integrasi kamera digital), aplikasi (seperti perangkat
sosial melalui jaringan Internet, seringkali penggubah video), serta dengan
dijelaskan oleh para peneliti berdasarkan menggunakan jasa penyedia layanan
pada satu atau beberapa variabel yang internet.
sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu Terdapat banyak pencipta aktif
mereka masing-masing terkait dengan dengan persediaan konten yang sangat
keberagaman dimensi yang digunakan besar yang dapat menarik perhatian
untuk mengkategorisasi tipologi komunitas pengunjung situs, meskipun dengan kualitas
online tersebut. Selanjutnya, diferensisasi konten yang tidak selalu baik. Para
dan pengklasifikasian menjadi semakin pengguna internet juga terinspirasi dan
sulit untuk dilakukan seiring dengan berkarya berdasarkan karya-karya lain yang
meningkatnya jumlah dan kompleksitas sebelumnya telah tersedia dan dapat diakses
komunitas online saat ini (Porter 2004 dengan mudah. Para pengguna ini memilih
dalam Beck, 2009:8). diantara berbagai konten yang tersedia.
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

Sebagian besar situs yang fenomena tertentu, dan mengenai hakekat


menyediakan UGC adalah digagas oleh fenomenanya sendiri (Creswell, 2002:140).
para pemula (start-ups) atau perusahaan
non-komersil. Namun saat ini, berbagai Data Primer
perusahaan komersil telah memberikan Data primer dalam penelitian ini dilakukan
perhatian lebih dalam mendukung, dengan mewawancara informan dan
menyelenggarakan, mencari, interaksi populasi (anggota komunitas
mengumpulkan, menyaring, dan “Backpacker Indonesia”). Teknik
menyebarkan kembali UGC yang terdapat pengumpulan yang digunakan adalah
di internet. dengan dua cara, yaitu: melakukan
Kebanyakan model masih dalam wawancara open-ended, dan observasi.
aliran dan memberikan pendapatan bagi Alasan pemilihan bentuk wawancara ini
generasi pencipta konten atau perusahaan adalah peran informan yang dinilai penting
komersial (misalnya perusahaan-perusahaan dalam penelitian, informan tidak hanya bisa
media). Berbagai jenis UGC (seperti blog, memberi keterangan mengenai sesuatu, tapi
konten video, dsb) memiliki pendekatan juga bisa memberi saran tentang sumber-
yang berbeda (meskipun mirip) dalam sumber bukti lain yang mendukung, serta
usahanya untuk “menguangkan” UGC. Ada menciptakan akses terhadap sumber yang
lima model dasar UGC, yaitu: i) kontribusi bersangkutan.
sukarela; ii) layanan berbayar bagi Teknik pengumpulan data yang
pengunjung situs, misalnya pay-per-item kedua akan dilakukan dengan melakukan
atau model berlangganan, termasuk observasi langsung dan observasi
bundling dengan langganan yang ada; iii) partisipan. Secara spesifik pelaksanaan
berbasis model iklan; iv) lisensi konten dan observasi langsung dan partisipan dalam
teknologi kepada pihak ketiga; dan v) penelitian ini dilakukan dengan;
menjual barang dan jasa kepada masyarakat  Observasi langsung, yaitu dengan
("menguangkan” penonton melalui mengamati interaksi para anggota
penjualan online). Model ini juga bisa komunitas pada media sosial,
memberikan pendapatan bagi pencipta, baik khususnya di situs “Backpacker
melalui berbagi pendapatan atau dengan Indonesia”, observasi disini dilakukan
pembayaran langsung dari pengguna lain. dengan mengakses situs komunitas
Backpacker Indonesia dan
memanfaatkan fitur “tracking” untuk
METODOLOGI PENELITIAN masing-masing informan.; dan
 Observasi partisipan, yaitu dengan
Pendekatan kualitatif dipilih untuk tergabungnya peneliti dalam komunitas
digunakan dalam penelitian ini terkait “Backpacker Indonesia” dan melakukan
dengan kebutuhan untuk mendalami dan interaksi dengan para anggota.
menjelaskan fenomena dan untuk
mengembangkan teori. Sesuai dengan yang Subjek Penelitian
dikemukakan Morse (1991) bahwa masalah Subjek dalam penelitian ini adalah anggota
dalam penelitian kualitatif berkisar pada komunitas traveler “Backpacker
karakteristik ketidakmatangan konsep, Indonesia”. Adapun kategori pemilihan
adanya usaha untuk memperbaiki teori yang subjek dalam penelitian ini yaitu: 1)
dianggap tidak memadai, usaha pengguna media baru, 2) pelaku kegiatan
mengembangkan teori pada fenomena-
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

berpariwisata, 3) New Tourist, dan 4) 1. merespon (responding)


anggota komunitas traveler aktif di 2. mengumpulkan (collecting)
Indonesia. 3. mengevaluasi (evaluating)
4. meneguhkan (confirming)
5. memperkaya (enriching)
HASIL DAN PEMBAHASAN
6. mempertukarkan (exchanging)
Sesuai dengan analisis hasil wawancara 7. membagikan (sharing)
yang dilakukan kepada informan yang
merupakan anggota komunitas traveler Pada tahapan awal pre-trip, yaitu
“Backpacker Indonesia” mengenai peran pada tahapan pengenalan
UGC bagi traveller dalam media sosial, kebutuhan/keinginan berpariwisata, para
ditemukan bahwa media sosial berperan informan merespon (responding) UGC
sebagai sumber informasi utama dalam yang terdapat pada media sosial sebagai
setiap tahapan pengambilan keputusan stimuli yang membantu mereka dalam
berpariwisata yang masing-masing mengenali kebutuhan atau keinginan untuk
informan alami. Proses tersebut mencakup melakukan kegiatan berpariwisata. Para
perencanaan, penggunaan, dan pengulasan informan mengakses konten pada media
produk-produk pariwisata yang digunakan sosial sebagai sebuah kegiatan sehari-hari,
disepanjang kegiatan berpariwisata. Karena dan saat mengakses media sosial dengan
terkait dengan karakteristik produk konten mengenai pariwisata, para informan
pariwisata, tahapan-tahapan pengambilan melakukan respon terhadap konten-konten
keputusan ini merupakan suatu proses tersebut dengan melihat gambar, menonton
dimana informasi merupakan salah satu video, atau membaca teks. Kegiatan-
elemen utama yang terdapat didalamnya kegiatan tersebut membantu para informan
(Gretzel, et al. dalam Buhalis & Costa, untuk mengenali atau menyadari kebutuhan
2006, hal. 10). maupun keinginan untuk berpariwisata, dan
Peranan informasi dalam proses juga secara spesifik untuk berpariwisata ke
pengambilan keputusan berpariwisata pada daerah-daerah tertentu.
anggota komunitas traveler “Backpacker Pada tahapan selanjutnya yaitu
Indonesia” tidak hanya muncul pada tahap setelah melakukan respon (responding)
pengumpulan informasi semata. Informasi terhadap UGC dengan melakukan
ada dan memerankan bagian penting dalam pengenalan terhadap kebutuhan atau
setiap tahapan. Informasi yang dimaksud keinginannya berpariwisata, tahap
disini merupakan informasi yang diciptakan pengambilan keputusan masuk pada
serta diunggah oleh para pengguna lain, tahapan pengumpulan informasi. Disini
yang disebut sebagai User Generated para informan mengumpulkan (collecting)
Content (UGC). informasi untuk dapat memenuhi
Untuk memberikan gambaran yang kebutuhan/keinginannya tersebut.
lebih memadai, dalam hasil penelitian ini Pengumpulan informasi adalah suatu proses
ditunjukkan bagaimana para traveler dimana konsumen melakukan survey
memanfaatkan informasi yang terdapat terhadap lingkungannya dengan tujuan
dalam media sosial. Yaitu ditemukan bahwa memperoleh data yang tepat sebagai dasar
pada tahapan pre-trip traveler untuk membuat keputusan yang sesuai.
memanfaatkan UGC pada media sosial Berdasarkan hasil penelitian
melalui beberapa bentuk tahapan; diketahui bahwa pada tahapan during trip,
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

informan memanfaatkan UGC pada media dalam industri pariwisata untuk


sosial melalui kegiatan memperkaya menjalankan strategi pemasaran yang lebih
(enriching) informasi dan mempertukarkan berfokus pada konsumen. Kompleksitas
(exchange) konten. perilaku perjalanan (traveler) mendesak
Pada tahapan during trip, kegiatan pemasar untuk dapat membangun serta
yang dilakukan oleh informan adalah mengembangkan strategi pemasaran yang
melakukan persiapan tambahan dan juga dilandaskan pada pemahaman mengenai
pengalaman berpariwisata. Pada tahapan perilaku konsumen yang berkembang.
persiapan tambahan para informan Penelitian ini secara khusus dapat
memperkaya (enriching) informasi menjadi masukan bagi industri pariwisata,
mengenai produk-produk pariwisata yang dan industri lain yang berangkat dari
dibutuhkan di daerah tujuan wisata melalui pemahaman mengenai perilaku konsumen
media sosial. Karena kebutuhan informasi di era informasi seperti sekarang.
pada tahapan during-trip ini merupakan Perkembangan Teknologi Komunikasi dan
kebutuhan yang bersifat “segera” sehingga Informasi telah mendorong para pelaku
pencarian sumber informasi yang dilakukan perjalanan untuk memiliki kendali yang
oleh informan mengarah kepada sumber lebih besar terhadap proses pemenuhan
informasi interaktif, atau sumber informasi kebutuhannya, konsumen saat ini telah
yang langsung dapat memberikan jawaban berubah dari konsumen pasif menjadi jauh
bagi kebutuhan-kebutuhan informasi para lebih aktif. Mereka melakukan pencarian
informan tersebut, misalnya dengan informasi untuk memenuhi kebutuhannya
menggunakan kata kunci spesifik dalam dengan sumber-sumber yang lebih luas
pencariannya. dibandingkan sebelumnya.
Selain itu pada tahapan during trip, Media sosial menjadi salah satu
para informan juga mempertukarkan media yang menjanjikan bagi strategi
(exchange) UGC kepada orang lain, komunikasi pemasaran saat ini, selain
kegiatan ini termasuk dalam tahapan karena media tersebut telah menjadi bagian
pengalaman berpariwisata yang dilakukan tidak terpisahkan dalam hidup masyarakat
oleh para informan. Mempertukarkan modern, juga karena konsumen saat ini
informasi dilakukan dengan berkomunikasi menilai bahwa User Created Content
dengan teman seperjalanan maupun orang merupakan konten yang lebih terpercaya
yang tidak ikut dalam kegiatan pariwisata dibandingkan dengan konten yang
tersebut. Konten yang dipertukaran oleh disampaikan oleh pemasar atau perusahaan.
para informan pada tahap ini berisikan
informasi mengenai “laporan pandangan
mata” mengenai kegiatan berpariwisata DAFTAR PUSTAKA
yang tengah dilakukan. Secara umum para
informan melakukan posting status, Abdallat, M.M.A., dan Emmam, H.S.,
mengunggah dan menandai foto atau lokasi (2001). Consumer Behavior Models
serta menerima feedback secara real time. In Tourism. Riyahd: King Saud
University. Diakses pada 15 April
2012 dari
KESIMPULAN http://faculty.ksu.edu.sa/73944/DocLi
b/Consumer%20Behavior%20Model
Media sosial sebagai sebuah platform baru s%20and%20Consumer%20Behavior
memberikan peluang bagi para pemasar %20in%20Tourism.PDF
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

Fletcher, J., Fyall, A., Gilbert, D. and


Arsal, I., (2008). The Influence of Wanhill, S., 2008. Tourism Principles
Electronic Word-of-Mouth in an and Practice. 4th edition. Essex,
Online Travel Community on Travel Pearson Education Limited.
Decision : A Case Study. Miami: Creswell, J. W., (2002). Research Design:
ProQuest LLC. Qualitative & Quantitative
Babbie, E., (2010). The Practice of Social Approaches. Jakarta : KIK Press.
Research, Twelve Edition. Belmont: Daymon, C., Holloway, I., (2008). Riset
Wadsworth Cengage Learning. Kualitatif dalam Public Relations &
Basuki, A., (2005). Independent Traveling. Marketing Communications.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta: Bentang.
Beck, T., (2009). Web 2.0 : User-Generated Denzin, N., dan Lincoln, Y, S., (2009).
Content in Online Communities, a Handbook of Qualitative Research.
Theoretical and Empirical Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Investigation of Its Determinant. Díaz, S.A., Burbano, A.M., Barbero, B.E.,
Santa Cruz: Grin Publishing. Puñales, B.J., Margalina, V.M.,
Belk, R., (2006). Handbook of Qualitative Salazar, E.P., Serrano, S., Rodríguez,
Research Methods in Marketing. J.M., (2009). The New Tourist and
Glos: Edward Elgar Publishing. Co-Creation : A 2.0 Travel Through
Bornheim, S., (2000). The Organizational Spanish Destinations. Spain : Rey
Form of Family Business. Juan Carlos University.
Massachusetts : Kluwer Academic Dunne, G., (2009). Motivation and
Publisher. Decision Making in City Break
Bray, J. P., (2008). Consumer Behaviour Travel, Dublin: Dublin Institute of
Theory: Approaches and Models. Technology.
Bournemouth: Bournemouth Faria, W.L., Elliot, S., (2012).
University. Diakses pada 12 April Understanding The Role Of Social
2012 dari Media In Destination Marketing.
http://eprints.bournemouth.ac.uk/101 Tourismos: An International
07/ Multidisciplinary Journal Of Tourism
Buhalis, D., and Costa, C., (2006). Tourism Volume 7, Number 1. University of
Business Frontiers Consumers, the Aegean.
Products And Industry. Oxford : Flick, U. (2009). An Introduction to
Butterworth-Heinemann. Qualitative Research. London:
Chilisa, B., (2012). Indigenous Research SAGE Publications Ltd.
Methodologies. London: Sage Fuchs, M., Ricci, F., Cantoni, L. (2012).
Publications. Information and Communication
Christhoper, M., (Jan 2010). Innovation Technologies in Tourism 2012,
Picks Up Static: Customer Proceedings of the International
Relationship Management. Diakses Conference in Helsingborg Sweden.
pada 17 April 2012 dari Germany: Springer-Verlag/Wien.
http://search.proquest.com/business/d Funk, T. (2009). Web 2.0 and beyond :
ocview/222773835/1371D5DB21059 Understanding The New Online
A29C9B/5?accountid=34643 Business Models, Trends, And
Cooper, C. and Gilbert, D. (2008). Tourism Technologies. Westport: Greenwood
Consumer Behaviour. In: Cooper, C., Publishing Group.
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

Goeldner, C.R., Ritchie, J.R.B., (2012). Qualitative Methods in Evaluation.


Tourism : Principles, Practises, London: SAGE Publications.
Philosophies, 12th Edition. New Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi
Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Hawkins, Mothersbaugh, (2010). Consumer Peter, J., Paul Olson, Jerry C. (1999).
Behavior : Building Marketing Consumer Behavior: Perilaku
Strategy, 11th Edition. McGraw-Hill Konsumen dan Strategi Pemasaran.
International Edition. Jakarta: Erlangga.
Husein, U. (2003). Metode Riset Perilaku Poon, A. (2000). Tourism, Technology and
Konsumen Jasa, Jakarta: Ghalia Competitive Strategies.
Indonesia. Diterjemahkan menjadi Pariwisata,
James, N., dan Busher, H. (2009). Online Teknologi, dan Strategi-Strategi
Interviewing. London: SAGE Persaingan. Jakarta: Departemen
Publications Ltd. Kebudayaan dan Pariwisata.
Littlejohn,S. W., and Foss, K. A. (2008). Ritchie, J., and Lewis, J. (2003).
Theories of Human Communication Qualitative Research Practice, A
9th Edition. Belmont: Thomson Guide for Social Science Students
Wadsworth. and Researchers. London: Sage
Malhotra, N. K. (2007). Marketing Publications.
Research An Applied Orientation 5th Rodriguez, I.L. (2009). Social Media in
Edition. New Jersey: Pearson Tourism Behavior. Bournemouth:
Education Inc. Bournemouth University. Université
Mathieson, A., & Wall, G. (1982). Tourism: de Savoie.
economic, physical and social Scheyvens, R. (2001). Backpacker Tourism
impacts. London: Logman. and Third World Development:
McCabe, S., (2009). Marketing Annals of Tourism Research, Vol. 29,
Communications in Tourism and No. 1. Great Britain.
Hospitality Concepts, Strategies and Solomon, M., Bamossy, G., Askegaard, S.,
Cases. Oxford: Butterworth- Hogg, M.K. (2006). Consumer
Heinemann. Behaviour: A European
Miguéns, J., Baggio, R., and Costa, C., Perspective, 3rd Edition. London :
(2008). Social media and Tourism Prentice Hall.
Destinations: TripAdvisor Case Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
Study. Portugal: IASK ATR2008. Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Milano, R., Baggio, R., Piatelli, R. (2011). Bandung: Alfabeta.
The Effects Of Online Social Media Suryani, T., (2008). Perilaku Konsumen :
On Tourism Websites. Austria: 18th Implikasi Pada Strategi Pemasaran.
International Conference on Yogyakarta : Graha Ilmu.
Information Technology and Travel Swarbrooke, J., Horner, S. (2001). Business
& Tourism. Travel and Tourism. Oxford:
Moleong, L. J. (2001). Metode Penelitian Butterworth-Heinemann.
Kualitatif. Bandung : Rosdakarya. Thurlow, C., Lengel, L., and Tomic, A.
Parse, R. R., (2001). Qualitative Inquiry: (2004). Computer Mediated
The Path of Sciencing. Sudbury: Communication, Social Interaction
Jones an Bartlett Publishers. and The Internet. London: Sage
Patton, M. Q. (1991). How to Use Publications.
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

Umar, H. (2003). Metode Riset Perilaku


Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Universal McCANN2. (2008). Power to the
people Social media tracker: Wave.
3. New York: Universal McCANN.
Diakses dari
http://www.universalmccann.com/As
sets/wave_3_ 20080403093750.pdf
Wiid, J. and Diggines, C. (2009). Marketing
Research. Cape Town: Juta and
Company.
Wright, S., and Zdinak, J. (2012). New
Communication Behaviours In A Web
2.0 World — Changes, Challenges
And Opportunities In The Era Of The
Information Revolution. Alcatel –
Lucent Strategic White Paper.
Diakses pada 5 Agustus 202 dari
http://www.alcatel-lucent.com.
Yin, R. K. (2011). Qualitative Research
From Start to Finish. New York: The
Guilford Press.
Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor 1/Maret 2016

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai