Oleh :
WILSON GANDAKUSUMA HERIANTO
NRP : 120115006
menerbitkan Arrest Warrant atau yang lebih dikenal dengan nama surat
oleh Sekjen Interpol. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Arrest Warrant
Case. Arrest Warrant ini adalah surat yang berisi permohonan negara Belgia
oleh Yerodia Ndombasi yang berujung pada kematian ratusan suku Tutsi di
Kongo selama periode ke-2 Perang Kongo yang terjadi pada tahun 1998-
2003. Pemerintahan Kongo yang pada masa itu dipimpin oleh Laurent Kabila
1
2
(RCD), yang utamanya adalah suku-suku Tutsi yang berada di Kongo dengan
dibantu oleh negara Rwanda dan Uganda sebagai 2 negara utama yang
hated speeches atau ujaran kebencian yang diarahkan secara langsung kepada
suku-suku Tutsi yang berdiam diri di Kongo yang dilakukannya selama bulan
yerodia-ndombasi/)
dalam kategori war crime atau kejahatan perang yang memicu terjadinya
genosida terhadap suku Tutsi di Kongo yang telah melanggar asas-asas dan
cakupan hukum internasional terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa
orang, baik militer maupun sipil. Pelaku kejahatan perang disebut sebagai
perang yang merujuk kepada Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 yang terdiri
ini sebagai hukum humaniter internasional karena isi dari hukum perang ini
kemanusiaan.
terhadap penduduk sipil ini telah diatur secara tersendiri dalam Konvensi
berlangsung.
4
berat menurut konvensi ini, yaitu di dalam pasal 147 Konvensi Jenewa ke-4
orang atau aset-aset yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa 1949 dilarang
sebagaimana rumusan pasal tersebut. Oleh karena itu, segala perbuatan yang
sebagai korban. Namun apa yang dilakukan oleh Yerodia Ndombasi melalui
ujaran kebenciannya ini justru menjadikan penduduk sipil, dalam hal ini suku
Tutsi di Kongo yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata, sebagai sasaran
mengacau di Kongo.
Konvensi Jenewa 1949 ini, Konvensi Jenewa 1949 tidak mengatur secara
Hal ini ditegaskan dalam ketentuan pasal 146 ayat 1 Konvensi Jenewa ke-4.
bagi pelaku pelanggaran berat Konvensi Jenewa 1949, yaitu dengan membuat
for in the present Act, irrespective of where such breaches have been
committed.”
7
dalam Konvensi Jenewa 1949 yang menjadi landasan hukum bagi negara
Prinsip Yurisdiksi Universal ini ditegaskan dalam ketentuan pasal 146 ayat 2
negara Belgia telah gagal untuk menghormati hak kekebalan dari yuridiksi
pidana dan inviolability atau tidak dapat diganggu gugatnya yang dimiliki
Putusan ini pun langsung mengundang protes keras dari negara Belgia
yang dikalahkan. Belgia menganggap putusan dari ICJ ini sangatlah tidak
tepat dan telah merusak tatanan aturan hukum internasional yang berlaku yang
seperti pada kasus Augusto Pinochet Ugarte, seorang mantan kepala negara
Chile dan mantan panglima angkatan darat Chile yang dituntut dan diadili
Pinochet atau yang lebih dikenal dengan Pinochet case ini mempunyai
dimana ia juga ditangkap oleh penegak hukum Inggris dengan surat perintah
(https://trialinternational.org/latest-post/augusto-pinochet-ugarte-2/)
9
Arrest Warrant Belgia yang berdasar pada dalil prinsip Yurisdiksi Universal
tersebut sah sehingga Belgia memang dapat dikatakan mempunyai hak untuk
internasional yang berlaku sehingga memang telah sesuai dengan putusan ICJ
terhadap Belgia.
berlaku ?
berlaku atau tidak dan ingin melihat sejauh mana prinsip Yurisdiksi Universal
pelanggarannya.
a. Tujuan Akademis
b. Tujuan Praktis
Tujuan praktis dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu dan
a. Tipe penelitian
dalam penulisan ini terdiri dari berbagai cara dan kegiatan yang dilakukan
b. Pendekatan masalah
dibahas, yang dalam hal ini adalah aturan yang berkaitan dengan
Belgia.
yang sedang dihadapi, yang dalam hal ini adalah kasus-kasus yang
c. Bahan hukum
yang terkait, yaitu bahan hukum primer, dan bahan hukum sekunder; Lalu
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab dan masing-
masing-masing bab akan terdiri dari subbab-subbab yang akan diuraikan lebih
lanjut agar pembaca bisa lebih mudah memahami permasalahan yang dibahas.
Bab II Tinjauan Pustaka, akan membahas tentang asas, teori, dan prinsip-
penulisan ini yang akan diuraikan lebih lanjut dalam beberapa subbab, yaitu
Bab III Pembahasan, dalam bab ini akan dilakukan analisis terhadap
teori yang telah diuraikan dalam bab terdahulu. Penulis akan melakukan
15
kajian terhadap prinsip Yurisdiksi Universal yang menjadi dasar bagi Belgia
dari yurisdiksi negara lain sehingga nantinya dapat diketahui apakah Arrest
dalam hukum internasional yang berlaku yang juga akan dijadikan sebagai
Bab IV Penutup, pada bab ini terdapat kesimpulan dan saran dari
singkat hasil yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
yang berlaku atau tidak yang nantinya akan menunjukkan tepat tidaknya
putusan yang telah dijatuhkan oleh ICJ dan ada tidaknya hak Belgia untuk
pada bagian saran berisi harapan penulis terhadap hasil kesimpulan yang telah
dicapai.
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG YURISDIKSI KRIMINAL NEGARA,
PENGERTIAN PERJANJIAN INTERNASIONAL, IMPLEMENTASI
PERJANJIAN INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL DAN
TEORI KEKEBALAN PEJABAT DARI YURISDIKSI NEGARA LAIN
atau saling klaim yurisdiksi antara satu negara dengan negara lainnya atas
diartikan sebagai suatu kondisi yang menentukan sejauh mana suatu negara
pidananya.
17
18
yurisdiksi.
yang terdiri dari dua suku kata, yaitu yuris yang berarti kepunyaan menurut
hukum, dan diction yang berarti ucapan, sabda, sebutan, dan firman. Oleh
bahwa antar negara yang sama-sama merdeka dan berdaulat tidak bisa
bahwa prinsip hukum par in parem non habet imperium ini bukanlah
yurisdiksinya, yaitu apabila telah mendapat izin dari otoritas negara lain
Akan tetapi, secara umum prinsip kedaulatan yurisdiksi negara sangat kuat,
menjadi lebih luas dan tidak hanya terbatas dalam wilayah teritorial suatu
bahwa hukum nasional suatu negara selalu mengikuti warga negara yang
perhatian pada korban karena prinsip ini bertujuan untuk melindungi setiap
yang terancam.
server pusat komputer negara Israel untuk mencuri data yang digunakan
Serikat. Melalui prinsip perlindungan ini, negara Israel yang telah menjadi
jenis yurisdiksi baru yang mempunyai cakupan yang jauh lebih luas dari
hubungan apa pun dari perbuatan individu tersebut, baik itu tempat
sama sekali tidak mempunyai hubungan apa pun dengan peristiwa tindak
berikut:
segala hal yang berkaitan dengan laut lepas, mulai dari definisi laut
ini.
terhadap orang tersebut dan jika pelaku belum pernah diadili dan
berikut:
Lainnya
kapasitas resmi. Hal ini diatur dalam pasal 1 Konvensi PBB 1984
atau oleh negara yang merupakan negara asal korban. Hal ini
sebagai berikut:
berada. Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat 2 Konvensi PBB 1984
berikut:
berikut:
a. Eichmann trial
34
Workers' Party yang lebih dikenal dengan nama Nazi Party. Nazi
pemindahan ini.
dan Jepang).
aturan, yaitu The Law of 1950, Punishment against Nazis and Nazi
sekadar menjalankan perintah dari atasan dan oleh karena itu harus
sebagai berikut, “The first proposition. Our view that the crimes in
question must be seen today as crimes which in the past too, were
mereka karenanya.
bersifat heinous atau keji, terlepas dari siapa pun yang melakukan
(https://trialinternational.org/latest-post/adolf-eichmann/)
b. Polyukhovich vs Commonwealth
negara bagian Uni Soviet) yang lahir pada tahun 1924. Setelah
Jerman.
Undang-Undang tersebut.
atau tidak ada urusan eksternal dan kedua adalah bahwa pasal 9
(www.internationalcrimesdatabase.org/Case/1172/Polyukhovich-
v-Australia/)
“In the way in which this argument was first put by the
Commonwealth, the Act was said to be a law adapted and
appropriate to the exercise of right which international law
specially confers on each nation to try those charged with the
commission of international crimes, especially war crime.”
(Australia High Court Judgement 14-8-1991, hal. 25 para 32)
44
c. Pinochet case
Pinochet.
47
baru yang terdiri dari 5 orang hakim karena protes dari Pinochet
(https://trialinternational.org/latest-post/augusto-pinochet-ugarte-
2/)
“Treaty” dan diatur dalam Vienna Convention 1969 on the Law of Treaties
(Selanjutnya disebut sebagai Konvensi Wina 1969) yang menjadi hukum yang
diatur oleh hukum internasional, baik itu diwujudkan dalam satu atau lebih
49
instrumen. Hal ini diatur dalam pasal 2 ayat 1 (a) Konvensi Wina 1969 yang
sebagai berikut:
a. By signature (penandatanganan);
b. Exchange of instruments constituting a treaty (tukar-menukar instrumen
perjanjian internasional);
c. Ratification (ratifikasi);
d. Acceptance (penerimaan);
e. Approval or accession (persetujuan atau aksesi);
f. Any other means if so agreed (cara lain yang disetujui bersama).
accession. Hal ini diatur dalam pasal 2 ayat 1 (b) Konvensi Wina 1969 yang
50
diberikan dengan penandatanganan itu masih bersifat sementara dan masih harus
(hal. 120)
bagi negara-negara pihak dalam perjanjian atau dengan cara-cara lain yang telah
tersebut tidak mengatur kapan dan bagaimana perjanjian itu berlaku atau negara-
negara pihak juga tidak menetapkan kapan perjanjian itu berlaku, maka
51
dalam perjanjian telah menuangkan persetujuan untuk terikatnya. Hal ini diatur
dalam pasal 24 ayat 1 dan 2 Konvensi Wina 1969 yang menegaskan sebagai
berikut:
(1) “A treaty enters into force in such manner and upon such date as it may
provide or as the negotiating States may agree.
(2) Failing any such provision or agreement, a treaty enters into force as
soon as consent to be bound by the treaty has been established for all the
negotiating States.”
disetujui dengan itikad baik ini dikenal dengan nama prinsip Pacta Sunt
Servanda yang diatur dalam pasal 26 Konvensi Wina 1969 sebagai berikut,
“Every treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed by
Meskipun pada dasarnya tiap negara pihak harus menghormati dan menaati
perjanjian internasional yang telah disepakati sesuai dengan prinsip pacta sunt
b. Adanya sikap tidak jujur atau kecurangan dari salah satu negara pihak
50);
telah disepakati menjadi batal, suatu perjanjian internasional juga tidak boleh
dengan istilah jus cogens. Hal ini dikarenakan Jus cogens merupakan prinsip-
prinsip dasar dalam hukum internasional yang tidak boleh dilanggar oleh negara
bentuk apa pun. Setiap perjanjian internasional yang bertentangan dengan jus
cogens harus dinyatakan tidak berlaku. Hal ini diatur dalam pasal 53 Konvensi
prinsip dan norma-norma yang mengatur tata cara berperang yang terdiri
perbaikan kondisi orang-orang yang luka, sakit, dan anggota kapal yang
internasional. Dalam hal ini terdapat beberapa asas utama dalam hukum
berikut:
55
a. Teori Monisme
56
internasional merupakan dua aspek yang sama dari satu sistem hukum.
hakim dalam menjatuhkan putusan tanpa perlu diatur lebih lanjut dalam
Berkaitan dengan teori ini, ada 2 ajaran yang berkembang, yaitu Mashab
sebagai berikut:
kedudukan lebih tinggi dari hukum nasional. Teori ini lahir dari
363)
Kaufmann.
b. Teori Dualisme
terikat satu dengan yang lain. Ian Brownlie (1979) menjelaskan bahwa
karena status resmi yang melekat pada jabatan mereka. Kekebalan personal
negara dari yurisdiksi negara lain, akan tetapi di antara keduanya masih
selama masa jabatan mereka, dan akan berhenti apabila orang tersebut
sudah tidak lagi menjabat. Kekebalan personal ini akan melindungi orang
berlaku selama masa jabatan mereka dan masih akan berlaku setelah
dan resmi (private and official acts) dari pejabat yang bersangkutan,
interpretasi terhadap konsep official acts bisa berbeda pada tiap-tiap orang.
resmi dari pejabat tidak melekat atau terhubung pada diri pejabat yang
bersangkutan, namun hanya dan selalu melekat pada negara atau dalam
semua pejabat negara, maka hal ini berarti pejabat-pejabat tertentu yang
hanya diberikan pada orang-orang tertentu saja, yaitu kepada para agen
Konsuler. Oleh karena itu, baik agen diplomatik maupun agen konsuler
Para agen diplomatik mempunyai kekebalan yang jauh lebih luas dari
ahli waris atau penerima warisan sebagai orang pribadi dan bukan
Hal ini diatur dalam pasal 29 Konvensi Wina 1961 yang menegaskan
shall not be liable to any form of arrest or detention. The receiving state
shall treat him with due respect and shall take all appropriate steps to
Sementara itu, kekebalan yang dimiliki oleh para agen konsuler lebih
berbeda dengan kekebalan mutlak dari yurisdiksi pidana yang dimiliki oleh
seorang agen diplomatik. Para agen konsuler masih dapat ditangkap dan
diatur dalam hukum negara penerima. Hal ini diatur dalam pasal 41 ayat 1
judicial authority.”
pejabat lainnya yang menikmati kekebalan ini sangat diakui dalam praktik
penerima yang tidak diadili karena dilindungi oleh kekebalan ini. Kita
ambil contoh saja peristiwa kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh
yang baru. Peristiwa ini terjadi pada bulan Januari 2017 dimana diplomat
dalam kereta bawah tanah New York City. NYPD (New York Police
(https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/news/amp/magazine-
38576257)
kekebalan dari yurisdiksi negara lain yang diakui oleh hukum kebiasaan
Presiden.
(https://www.google.com/amp/s/amp.theguardian.com/uk/2004/jan/15/zim
babwe.world)
Fidel Castro, oleh organisasi HAM yang bernama The Foundation for
HAM. Namun sebagai seorang kepala negara Kuba saat itu, pengadilan
Spanyol merasa tidak bisa untuk mengadili karena kekebalan yang dimiliki
oleh Fidel Castro. Oleh karena itu, pengadilan Spanyol menolak tuntutan
71
post/fidel-castro/)
BAB III
PEMBAHASAN
menerbitkan Arrest Warrant atau yang lebih dikenal dengan nama surat perintah
Red Notice atau Pemberitahuan Resmi yang dikeluarkan oleh Sekjen Interpol.
Arrest Warrant ini adalah surat yang berisi permohonan negara Belgia bagi
Arrest Warrant ini diterbitkan oleh negara Belgia sehubungan dengan dugaan
72
73
Peristiwa bermula ketika Pemerintahan Kongo yang pada masa itu dipimpin
oleh Laurent Kabila tidak berhasil dalam menghentikan ketegangan etnis Tutsi
negatif dari penduduk asli Kongo terhadap orang-orang Tutsi Rwanda dan Tutsi
cukup besar atas negara mereka sendiri dan hal ini menimbulkan perasaan tidak
suka terhadap orang-orang Suku Tutsi, banyak penduduk asli Kongo yang
melihat Kabila tidak lebih dari sekadar pion yang dikendalikan oleh kekuatan
asing.
Kongo dengan penduduk asli Kongo, serta mengusir mereka bersama dengan
mereka. Akibat dari sentimen negatif dan pengusiran ini, hubungan antara Suku
Tutsi Banyamulenge yang tinggal di wilayah Kongo Timur dengan etnis lokal
Selanjutnya, Rwanda yang tidak terima dengan pengusiran ini, dan melihat
militan Hutu yang lari ke wilayahnya untuk membangun basis militer dan masih
mendorong Suku Tutsi Banyamulenge dan orang-orang lainnya yang tidak suka
pemerintahan Kabila dan benar saja pemberontakan pun akhirnya terjadi. Pada
dengan dibantu oleh negara Rwanda dan Uganda sebagai 2 negara utama yang
Meskipun negara Kongo yang dipimpin oleh Kabila saat itu juga
dilakukan oleh RCD ini sulit dihentikan oleh pasukan gabungan Kabila dan
kekayaan alam yang besar di wilayah Kongo timur dan mendirikan basis militer
75
di Goma. RCD juga segera menduduki Kota Bukavu dan Uvira di Kivu, Kongo
termasuk dengan menarik simpati dari penduduk asli Kongo dengan menyulut
1998, Kabila melalui kepala kabinetnya saat itu, Yerodia Ndombasi melakukan
orang-orang Tutsi di Kongo. Akibat dari seruan Ndombasi ini, banyak penduduk
yerodia-ndombasi/)
perintah atau perintah dari otoritas yang berwenang berdasarkan hukum yang
76
petugas atau orang lain yang berwenang untuk melakukan perbuatan tersebut.
dapat diartikan sebagai suatu dokumen atau surat perintah dari otoritas yang
secara lengkap sebagai suatu dokumen yang diterbitkan oleh hakim atau
menahan seseorang yang diduga telah melakukan kejahatan. Arrest Warrant sah
selama diterbitkan oleh pengadilan dan menyebutkan secara jelas siapa yang
hendak ditangkap.
Lebih lanjut, ex-Lord Chief Justice of England and Wales John Passmore
bersangkutan dan jika diatur, apakah telah ada bukti mula-mula yang
tersebut;
(https://justice.org.uk/arrest-warrant-international-crime/)
dalam perang dan hasutan untuk melakukan demikian sebagai suatu kejahatan
perang. Oleh karena itu, poin a sebagai salah satu syarat Arrest Warrant
pelanggaran UU ini. Oleh karena itu, dengan tidak adanya ketentutan tentang
daluarsa ini, maka bisa dikatakan tidak ada daluarsa untuk kejahatan perang.
dalam kasus ini, yaitu yurisdiksi universal yang diberikan oleh Konvensi Jenewa
1949 dan oleh karena kasus ini termasuk penerapan yurisdiksi universal maka
pada pelapor untuk mengajukan tuntutan sebab pada hakikatnya tidak perlu ada
hubungan antara pelaku dan pelapor untuk melaksanakan prinsip ini. Tindakan
poin tersebut dan oleh karena itu penerbitan Arrest Warrant terhadap Abdoulaye
aturan hukum internasional terhadap para pelaku kejahatan perang dan Belgia
memang mempunyai hak mengadili para pelaku tersebut. Hak ini merupakan
Belgia sebagai negara pihak yang telah meratifikasi konvensi ini pada tanggal 3
Humaniter Internasional atau hukum perang telah mengatur secara tegas bahwa
dalam situasi apa pun, bahkan rumusan perlindungan terhadap penduduk sipil
ini telah diatur secara tersendiri dalam Konvensi Jenewa ke-4 yang mengatur
To this end, the following acts are and shall remain prohibited at any
time and in any place whatsoever with respect to the above-mentioned
persons:
(b) Violence to life and person, in particular murder of all kinds,
mutilation, cruel treatment and torture;
yang tidak terlibat dalam permusuhan atau konflik bersenjata yang sedang
berlangsung sedangkan apa yang telah dilakukan oleh Yerodia Ndombasi justru
membuat penduduk sipil, dalam hal ini orang-orang Tutsi yang tidak terlibat
sipil ini termasuk kategori pelanggaran berat Konvensi Jenewa 1949 karena
penduduk sipil adalah orang-orang yang dilindungi oleh Konvensi. Hal ini
diatur dalam pasal 147 Konvensi Jenewa ke-4 yang menegaskan sebagai
berikut:
negara pihak dalam Konvensi untuk mencari orang yang diduga telah
yang dimiliki oleh orang tersebut. Namun demikian, negara yang telah
menunjukkan dirinya lebih layak untuk mengadili orang tersebut. Hal ini diatur
dalam pasal 146 ayat 2 Konvensi Jenewa ke-4 yang menegaskan sebagai
berikut:
“Each High Contracting Parties shall be under the obligation to search for
persons alleged to have committed, or to have ordered to be committed,
such grave breaches, and shall bring such persons, regardless of their
nationality, before its own courts. It may also, if it prefers, and in
accordance with the provisions of its own legislation, hand such persons
over for trial to another High Contracting Party concerned, provided such
High Contracting Party has made out a prima facie case.”
Seruan kepada setiap negara pihak dalam Konvensi ini merupakan
kewajiban internasional yang harus dilaksanakan dengan itikad baik oleh setiap
81
internasional yang telah disetujui dengan itikad baik ini dikenal dengan nama
prinsip Pacta Sunt Servanda yang sekaligus menjadi alas hak bagi negara
Belgia untuk mengadili Yerodia Ndombasi. Prinsip pacta sunt servanda ini
diatur dalam pasal 26 Konvensi Wina 1969 yang menegaskan bahwa, “Every
treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed by them
in good faith.”
Seruan kepada setiap negara pihak untuk mencari dan mengadili orang yang
melakukan kejahatan terlepas dari hubungan apa pun dari perbuatan individu
pelaku, sampai kebangsaan orang yang menjadi korban dari perbuatan pelaku
tersebut sama sekali tidak mempunyai hubungan apa pun dengan peristiwa
Konvensi, akan tetapi Konvensi ini tidak mengatur secara khusus tentang
diatur dalam pasal 146 ayat 1 Konvensi Jenewa ke-4 yang menegaskan sebagai
Oleh karena itu negara Belgia, dengan berlandaskan pada ketentuan pasal di
pidana bagi pelaku pelanggaran berat pada Konvensi Jenewa 1949, yaitu
Belgian courts shall be competent to deal with breaches provided for in the
dunia dan telah diterapkan pada beberapa kasus penindakan pelaku kejahatan
yurisdiksi Israel dalam kasus ini dengan menjelaskan bahwa Israel mempunyai
penuntutan terhadapnya.
universal character of the crimes in question which vests in every state the
power to try those who participated in the perpetration of such crimes and to
ini, salah satunya adalah dari pernyataan Lauterpacht yang dikutip dari
Cambridge Law Journal 1947 vol. 9, p. 348, note 61. Lauterpacht menjelaskan
bahwa dalam tidak adanya ekstradisi yang dilakukan terhadap pelaku kejahatan,
setiap negara dapat mengklaim yurisdiksi atas suatu kejahatan yang bersifat
heinous atau keji, terlepas dari siapa pun yang melakukan atau di mana pun
Atas dasar sifat universal dari kejahatan yang dilakukan oleh Eichmann
inilah sehingga pada akhir proses hukum, Supreme Court menolak upaya
1958, fakta bahwa Polyukhovich yang pada awalnya merupakan seorang warga
Australia tidak mempunyai hubungan apa pun sama sekali dengan perbuatan
yang dilakukan oleh Polyukhovich. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa
bahwa hukum internasional telah memberikan hak kepada setiap negara untuk
Polyukhovich.
which this argument was first put by the Commonwealth, the Act was said to be
a law adapted and appropriate to the exercise of right which international law
specially confers on each nation to try those charged with the commission of
punish offenders against the the law of nations whose crimes are such that their
kita diakuinya prinsip yurisdiksi universal oleh negara Australia dalam kasus
ini.
sempat lolos dari proses hukum terhadapnya karena Pengadilan Tinggi Inggris
dilakukan oleh Pinochet, serta menjelaskan bahwa kekebalan tersebut tidak lagi
berlaku setelah Inggris telah menjadi negara pihak Konvensi PBB Anti
Penyiksaan 1984.
87
Lord Millet dan Lord Philips, hakim House of Lords menyatakan bahwa
Proses hukum terhadap Pinochet ini juga menunjukkan kepada kita bahwa
sekalipun, ia tidak kebal hukum, yang berarti tidak ada pengampunan terhadap
hukum dari otoritas setempat. Hal ini sejalan dengan prinsip keadilan yang
dikemukakan oleh Grotius, aut punire aut dedere, either you punish or
extradite, yang berarti bila suatu negara tidak ingin mengadili pelaku kejahatan,
negara tersebut harus mengekstradisi pelaku kepada negara lain yang ingin
mengadilinya. Singkatnya, inti dari prinsip keadilan aut punire aut dedere ini
adalah tidak ada impunitas atau pengampunan bagi orang yang telah melakukan
bisa dibenarkan sama sekali dan oleh karena itu sudah sepatutnya apabila
saja.
Hal penting lainnya yang perlu kita ketahui adalah bahwa negara Kongo
juga merupakan negara pihak Konvensi Jenewa ke-4, sama seperti negara
Belgia. Negara Kongo meratifikasi Konvensi ini pada tanggal 4 Februari 1967
melanggar Konvensi Jenewa ke-4 ini. Namun pada kenyataannya negara Kongo
tidak mengadili Yerodia Ndombasi, maka dalam hal ini bisa dikatakan negara
prosedural, tetapi dalam praktiknya Arrest Warrant ini tetap tidak dapat
dilaksanakan karena seorang Menteri Luar Negeri diakui oleh hukum kebiasaan
oleh pengadilan negara lain atau kebal dari yurisdiksi negara lain.
karena status resmi yang melekat pada jabatan mereka. Kekebalan personal ini
89
mempunyai status tersendiri, yaitu kepada para agen diplomatik dan konsuler
yang diatur dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik dan
Selain itu, lain halnya dengan kekebalan fungsional yang hanya melindungi
termasuk official acts dan private acts atau tindakan-tindakan yang tidak
pejabat dengan kekebalannya yang tidak bisa dituntut oleh pengadilan negara
lain.
tersebut tidak bisa dituntut oleh pengadilan negara lain. Hal yang sama berlaku
Kongo yang masih menjabat pada waktu pengadilan Belgia menerbitkan Arrest
Warrant. Sama seperti seorang kepala negara, seorang Menteri Luar Negeri
yang membuatnya tidak bisa diadili oleh pengadilan negara lain, dan dalam hal
ini Yerodia Ndombasi tidak bisa diadili oleh pengadilan Belgia karena memiliki
Konsepsi tentang kekebalan ini akan membuat berlakunya salah satu prinsip
dasar dalam hubungan internasional yaitu prinsip hukum par in parem non
habet imperium. Prinsip hukum par in parem non habet imperium ini
par in parem non habet imperium ini merupakan prinsip hukum yang telah
diakui oleh bangsa-bangsa di dunia dan oleh karena itu telah menjelma menjadi
norma jus cogens atau prinsip-prinsip dalam hukum internasional yang tidak
91
boleh dilanggar. Prinsip hukum par in parem non habet imperium ini pada
lain, kecuali dalam hal-hal tertentu. Prinsip hukum par in parem non habet
imperium ini lahir dari pemahaman bahwa suatu negara harus menghormati
kedaulatan negara lain atau antar negara yang sama-sama merdeka dan
berdaulat tidak bisa memiliki yurisdiksi terhadap pihak lainnya (equal states
prinsip hukum par in parem non habet imperium ini tidak berlaku mutlak,
dalam praktiknya ada beberapa hal yang bisa membuat suatu negara bisa
tersebut menyetujuinya;
tidak dapat mengadili tindakan negara yang bukan menjadi anggota atau
Hans Kelsen menjelaskan terdapat celah bagi negara lain untuk bisa
pihaknya atau terdapat kepentingan negara yang terancam, suatu negara juga
bisa mengintervensi yurisdiksi negara lain. Akan tetapi, secara umum prinsip
kekebalan dan kedaulatan negara ini sangat kuat, sehingga sangat jarang dalam
praktiknya ada negara yang ingin kedaulatannya diintervensi oleh negara lain,
kecuali jika negara tersebut telah memutuskan untuk tunduk terhadap hukum
Berdasarkan uraian di atas tentang hal-hal yang dapat membuat suatu negara
terhadap Yerodia Ndombasi ini, negara Belgia tetap dapat melaksanakan Arrest
seorang Menteri Luar Negeri Kongo, sampai kapan pun negara Belgia tidak
93
dimiliki oleh Yerodia Ndombasi. Hal ini sejalan dengan putusan dari ICJ
terhadap kasus ini yang mengakui kekebalan personal Yerodia Ndombasi dalam
putusannya.
kekebalan dari yurisdiksi pidana dan hak tidak dapat diganggu gugat yang
“The Court found, by thirteen votes to three, that the issue against Mr.
that they failed to respect the immunity from criminal jurisdiction and the
pelaku seperti yang dilakukan oleh pengadilan Belgia. Judge Rezek, salah
seorang hakim ICJ yang memberikan suara untuk Kongo juga menjelaskan
bahwa Konvensi Jenewa 1949 tidak memuat gagasan apa pun mengenai
Opinion of Judge Rezek in ICJ’s decision on Arrest Warrant Case, hal. 217)
Terlepas dari ada tidaknya gagasan dalam Konvensi Jenewa 1949 yang
sebagaimana yang dijelaskan oleh Judge Rezek di atas, penting bagi negara-
Yerodia Ndombasi sebagai seorang Menteri Luar Negeri Kongo yang sedang
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa meskipun penerbitan Arrest Warrant oleh
pengadilan Belgia terhadap Menteri Luar Negeri Kongo, Abdoulaye Yerodia
Ndombasi tidak melanggar prinsip-prinsip hukum internasional dan sah secara
prosedural, akan tetapi dalam praktiknya pelaksanaan Arrest Warrant tersebut
tidak dapat dilakukan atau setidak-tidaknya sulit untuk dilakukan karena telah
menyinggung kekebalan pejabat negara, yaitu kekebalan personal yang
dimiliki oleh seorang Menteri Luar Negeri. Kekebalan pejabat negara ini
cukup mendapat pengakuan dari mayoritas negara sehingga membuat Yerodia
Ndombasi semakin sulit untuk dituntut di pengadilan Belgia. Oleh karena itu,
satu-satunya jalan bagi negara Belgia untuk mengadili Yerodia Ndombasi di
negaranya adalah dengan pencabutan kekebalan personal yang dimiliki oleh
Yerodia Ndombasi oleh negara Kongo sendiri atau dengan menerbitkan
Arrest Warrant baru saat Yerodia Ndombasi sudah tidak lagi menjabat
sebagai Menteri Luar Negeri sehingga tidak lagi memiliki kekebalan.
4.2. Saran
Saran dari penulis adalah apabila negara-negara sungguh-sungguh ingin
memberikan hukuman bagi pelaku kejahatan internasional serius dan
memberikan keadilan bagi para korban, maka perlu untuk dilakukan
penguatan terhadap prinsip yurisdiksi universal dalam suatu aturan tersendiri
yang mengatur secara khusus prinsip ini. Negara-negara perlu untuk duduk
bersama membahas dan merumuskan secara lebih jelas prinsip yurisdiksi
universal ini dengan fokus utama pada tidak adanya impunitas bagi para
pelaku kejahatan internasional serius ini seperti yang dilakukan oleh
kelompok peneliti dari University of Princeton, New Jersey, Unites States,
yang merumuskan kembali prinsip yurisdiksi universal dalam aturan tersendiri
yang mereka namakan The Princeton Principles on Universal Jurisdiction. Di
dalam salah satu rumusan pasalnya, yaitu pasal 7 dijelaskan bahwa amnesti
yang diberikan oleh negara kepada pelaku tidak bisa menghalangi
pelaksanaan yurisdiksi universal negara lain. Kita perlu aturan yang jelas yang
mengatur secara tegas bahwa kekebalan pelaku tidak bisa berlaku apabila
telah melakukan kejahatan-kejahatan internasional serius seperti yang
96
97