Anda di halaman 1dari 182

PART 1

“ANDWEE. Sunbae, kumohon jangan.”

Dengan terisak, Song Eunso berusaha keras melawan tangan kekar dan menuntut yang
sedang mencoba membuka paksa celana jeans-nya. Tubuh bagian atasnya sudah terekspos
tepat di depan wajah namja yang dia panggil Sunbae itu. Kausnya telah menjadi korban
besarnya kekuatannya. Dan dengan lancangnya, namja itu meraup dadanya dengan kasar
setelah ia berhasil membebaskannya.

“Jebal, Sunbae.”

Eunso terus meminta belas kasihan dari namja itu. Tangannya yang mencengkeram erat
celana jeans-nya ditarik secara paksa dan diangkat ke atas kepalanya. Namja itu mengikat
kedua tangan Eunso di tiang penyangga tempat tidur dengan menggunakan jas lab yang
tadinya ia pakai. Lalu, ia menarik jeans serta celana dalam Eunso dengan paksa.

Eunso meneteskan air matanya. Haruskah ia kehilangan keperawanannya di sini? Di tempat


tidur kecil yang berada di ruang kesehatan di kampusnya?

Eunso tidak pernah tahu ketika ia bersedia menjadi petugas kesehatan di kampusnya, ia akan
menerima nasib seperti ini. Meskipun memang ia memiliki nasib yang buruk, tapi hal ini
adalah hal yang sama sekali tidak pernah ia khawatirkan. Berakhir di tempat tidur kecil dan
diperkosa.

Eunso sudah diperingati untuk tidak berurusan dengan namja ini. Tapi apa yang harus ia
lakukan? Ketika melihat namja ini terluka sudah menjadi tugasnya untuk merawat seseorang
yang terluka. Ia tidak pernah tahu namja yang ditolongnya benar-benar seseorang yang tidak
manusiawi.

“Jebal. Hentikan, Sunbae”

Sebagai usaha terakhir, Eunso mengucapkan permohonanya. Ia merasakan sesuatu menusuk


daerah intimnya. Eunso memejamkan mata membuat air matanya semakin mengalir deras di
pipinya.

“Andwee.”

Ia meringis perih merasakan benda itu menusuk masuk ke dalam dirinya.

“ini pelajaran untukmu, Song Eunso. Jangan pernah bermain-main dengan Cho Kyuhyun.”

***

Satu bulan yang lalu…


Hari itu, Eunso sedang berdiri terpaku melihat ada banyak orang yang sedang berkerumun
di depan pintu ruang kesehatan. Ia baru saja keluar dari kelas ekonomi yang diambilnya di
semester keempatnya.

Eunso hanyalah seorang mahasiswi biasa yang kuliah dengan mengandalkan beasiswa.
Karena itu, ia pun mati-matian belajar lebih keras agar nilainya tetap tinggi dan
beasiswanya terus berlanjut. Selain itu, ia juga menyempatkan diri menjadi petugas
kesehatan di kampusnya. Tidak banyak uang yang ia dapatkan, tapi dengan membantu
menjadi petugas kesehatan memberikanya waktu lebih banyak untuk belajar. Tidak banyak
mahasiswa yang datang karena sakit atau terluka.

Song Eunso memang seperti gadis kebanyakan. Hanya satu yang membuatnya berbeda yaitu
wajahnya yang memesona. Ibunya yang cantik mewariskan parasnya kepada putrinya.
Banyak namja yang terpikat oleh Eunso dan banyak pula gadis yang membenci Eunso
karena iri padanya.

“Kalian sedang apa?”

Eunso mengagetkan kerumunan orang-orang di depan pintu itu. Setelah melirik Eunso,
mereka kembali mengalihkan pandangan ke dalam ruangan sambil berbisik-bisik.

“Hyemi,” panggil Eunso kepada salah satu rekannya di ruang kesehatan. “Ada apa
sebenarnya?”

“Cho Kyuhyun di dalam dan dia terluka,” jawab temannya yang ia panggil Hyemi itu

“Oo? Lalu, kenapa tidak kau obati?”

“Aku takut. Tatapan matanya menatapku seolah-olah ingin membunuhku”

Hyemi bergidik ngeri mengingat tatapan mata yang menusuk ketika namja itu masuk ke
dalam ruangan kesehatan itu tadi.

“Lalu, kau akan membiarkanya terluka seperti itu saja?” tanya Eunso.

Ia melirik ke dalam dan melebarkan matanya terkejut melihat namja itu sedang duduk di
kursi dengan tangan menggantung di lututnya. Eunso bisa melihat tetesan darah mengalir
dari pergelangan tangannya hingga ke ujung jari telunjuknya.

“Sudah biar aku saja.”

“Andwe, Eunso.” Hyemi menahan Eunso.

“Wae?”

“Kita tunggu Ibu Kepala saja. Kau bisa celaka jika berurusan dengannya.”

Eunso melirik jam tanganya lalu, menoleh kepada Hyemi “Masih lama menunggu Ibu
Kepala. Dia bisa kena infeksi dan kehabisan darah”
Eunso melepaskan tangan Hyemi yang memegangnya.

“Ya Tuhan, selamatkan dia.”

Hyemi mengepalkan kedua tangannya dan berdoa untuk Eunso yang saat ini sedang berjalan
melewati kerumunan orang itu menuju ruang kesehatan.

Eunso masuk dengan langkah yang cepat. Ia berjalan ke arah lemari yang menyimpan
alkohol, kain kasa dan perban. Lalu, meletakkan semua itu di atas nampan plastik dan
berjalan mendekati Kyuhyun. Eunso berhenti ketika namja itu menatapnya dengan penuh
minat. Hyemi benar tatapan namja itu seakan-akan bisa membunuhnya kapan saja. Ia ragu
sejenak namun melihat darah itu sudah hampir menggenang di lantai ia pun kembali
berjalan mendekati Kyuhyun.

Eunso meletakkan nampan itu di atas meja lalu berbalik ke arah Kyuhyun.

“Aku akan mengobatimu,” ujarnya.

Ia menunggu izin dari namja itu tapi sepertinya namja itu bisu atau semacamnya karena ia
sama sekali tidak menjawab Eunso. Tanpa pikir panjang lagi, Eunso mengulurkan tangannya
ke lengan namja itu.

Lukanya berasal dari lengan atas yang melintang dan besar dari sana. Eunso harus
menggunting kemeja yang dipakai oleh namja itu untuk bisa melihat lukanya lebih jelas.

Eunso sedang mencari-cari gunting dan baru menemukannya di atas meja ketika ia
mendengar suara robekan baju di belakangnya. Ia berputar dan terkejut melihat namja itu
sudah merobek bagian lengan dari kemejanya. Merasa malu karena itu, Eunso pun bergerak
cepat mengambil alkohol dan menuangkanya ke kapas putih.

“Aku harus membersihkan kotoran yang menempel. Ini akan terasa perih sedikit,” bisik
Eunso.

Eunso mengambil kursi dan duduk di sebelah Kyuhyun. Ia mulai menempelkan kapas
beralkohol itu lalu membersihkan lukanya. Ia mengharapkan ada suara ringisan atau
rintihan dari namja itu, tapi Kyuhyun tetap bergeming, tidak mengeluarkan suara sama
sekali. Karena rasa penasaran, Eunso pun menaikkan pandanganya ke arah Kyuhyun.
Matanya bertemu dengan mata Kyuhyun. Namja itu sedang memperhatikan wajah Eunso
bukannya memperhatikan lukanya. Tiba-tiba saja, Eunso didera rasa malu karena ditatap
seperti itu. Biasanya, para namja memang akan menatapnya kagum karena ia adalah gadis
yang sangat cantik. Tapi, kali ini tatapan yang didapatinya berbeda dan itu membuat
jantungnya berpacu cepat.

“Eh, tidak sakit?”

Eunso kembali menoleh ke arah luka di lengan itu, tidak ingin berlama-lama menatap mata
elang itu.

Lagi-lagi, Kyuhyun diam, tidak menjawab Eunso.


Setelah selesai membersihkan darah dan bagian yang kotor, Eunso bisa melihat luka itu
dengan jelas sekarang. Luka tersayat sepanjang sepuluh senti dan kulitnya terkoyak
memperlihatkan dagingnya.

“Ini harus dijahit. Bagaimana kau bisa dapat luka seperti ini?” tanya eunso lagi.

Ia tahu namja itu tidak akan menjawab pertanyaanya lagi, tapi dengan banyak berbicara
membantunya mengurangi rasa gugupnya karena tatapan namja itu

“Goresan pisau.”

Eunso menaikkan pandangannya mendengar suara namja itu. Seperti wajahnya yang dingin
suara namja itu pun terkesan sinis.

“Ke…kenapa kau kau bisa terkena goresan pisau?” tanya Eunso lagi.

Ia menyalakan api lilin dan memanaskan jarum agar steril kemudian memasukkan benang ke
jarum itu.

“Banyak yang tidak menyukaiku,” jawab namja itu lagi.

“Kau tidak seharusnya berkelahi,” sambung Eunso.

Ia lalu menutup bibirnya, sadar karena telah lancang menasehati namja itu. Ia ingat pesan
Hyemi agar tidak berurusan dengan Kyuhyun.

“Berkelahi sudah menjadi takdirku. Itu sudah mendarah daging.”

Eunso meringis mendengar hal itu. Sadar bahwa ia memang tidak boleh berurusan dengan
namja ini.

Setelahnya, Eunso menjahit luka itu dalam diam. Matanya terlalu fokus menjahit untuk
menyadari tatapan menyelidik dari wajah Kyuhyun.

Kyuhyun bukanlah namja yang biasanya melihat seseorang seintens ini. Tapi, sesuatu dari
Eunso menariknya. Ia ingin terus memandangi wajah Eunso. Gadis yang cantik, itu yang ada
di pikirannya pertama kali ia melihat Eunso. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah
gadis ini satu-satunya yang berani mendekatinya dan mengobati lukanya. Ia tahu semua
orang tidak mau dekat-dekat denganya karena reputasinya yang buruk, sering berkelahi,
sering mengancam orang dan ia memang ditakuti. Ia bahkan yakin kepala petugas kesehatan
pun tidak akan berani mengobati lukanya.

“Siapa namamu?” tanya Kyuhyun.

“Eunso. Song Eunso,” jawab Eunso, masih fokus menjahit.

“Jurusan apa dan tingkat berapa?”

“Bisnis. Aku tingkat dua tahun ini.”


“Itu artinya kau juniorku.”

Eunso melirik Kyuhyun sejenak. “Tapi, aku tidak pernah melihatmu.”

“Aku jarang ke kampus selama dua tahun ini.”

“Kau tingkat berapa?”

“Lima.”

“Oo. Itu artinya kau sebentar lagi lulus, bukan?”

“Begitulah.”

Eunso mengambil gunting dan memotong benang sebagai hasil akhir menjahitnya. “Sudah
selesai,” ujarnya.

Kyuhyun melihat hasil jahitan Eunso dengan cermat. “Kau pintar menjahit luka orang.”

“Oo. Ibuku sering terluka karena pekerjaannya.”

“Apa tepatnya pekerjaan ibumu?”

Eunso diam. Ia tidak melanjutkan lagi kalimatnya. Bagaimana mungkin ia mengatakan pada
namja ini apa pekerjaan ibunya?

“Bukan apa-apa,” jawabnya.

Kyuhyun menatap lekat wajah Eunso.

Merasa salah tingkah karena ditatap seperti itu, Eunso pun memalingkan wajahnya.
Kebisuan dan kecanggungan pun terjadi selama beberapa detik.

Kyuhyun memutuskan untuk segera pergi dari ruang kesehatan itu. Orang-orang yang
berkumpul di pintu menyebar sebelum Kyuhyun mencapai pintu dan menghilang.

Eunso merapikan peralatan medisnya dan berniat mengepel lantai yang terkena tetesan
darah Kyuhyun ketika Hyemi dan Ibu Kepala masuk.

“Kau benar-benar berani,” puji Hyemi sekaligus takut.

“Kau seharusnya tidak melakukan itu. Kau bisa menungguku,” ujar ibu kepala.

Ada sedikit nada penuh kelegaan di suaranya karena ia tidak harus mengobati Kyuhyun di
bawah tatapan mengerikan namja itu

“Gwencana. Sekarang sudah selesai.”

Hyemi dan Ibu Kepala menganggukkan kepalanya bersamaan.


“Aku benar-benar takut tadi.” Hyemi mengusap dadanya.

“Kau masih beruntung hari ini dia tidak memegang samurainya,” jawab Ibu Kepala.

“Samurai?” Eunso menghentikan gerakanya dari mengepel lantai karena nama benda yang
langka untuk dimiliki oleh seseorang di zaman sekarang “Kenapa dia punya samurai?
Memangnya siapa dia?”

“Kau pikir siapa?” bisik Hyemi takut-takut.

Eunso berpikir sejenak, melihat luka di lenganya dan kata-kata Kyuhyun tentang berkelahi
sudah mendarah daging di tubuhnya Eunso menyimpulkan, “Berandalan?”

“Kyaa. Eunso, dia bukan cuma berandalan. Dia putra seorang mafia.”

Eunso menarik napasnya tercekat. Mafia? Di zaman seperti ini? Dan di kota seperti ini?
Masih ada mafia?

“Tapi, bagaimana mungkin dia berada di kampus kita?” bisik Eunso takut.

“Ayahnya salah satu pendonasi di kampus kita. Kau tidak tahu? Keluarga Cho terkenal
karena kekayaanya dan juga kekejamannya. Ayahnya sudah menjadi bos mafia ketika muda.
Dan aku dengar Kyuhyun akan segera mewarisi gelar itu. Bos mafia termuda.”

Eunso sekali lagi menahan napasnya. Bagaimana mungkin tadi ia bisa mengobati luka dan
berbincang-bincang dengan seorang mafia?

Eunso kembali pada kegiatanya mengepel lantai sambil terus berdoa. Semoga saja itu kali
pertama dan terakhir ia bertemu dengan Cho Kyuhyun.

***

Tuhan memang tidak pernah mendengar doanya. Doa dari gadis yang terlahir karena dosa.
Doa dari gadis yang ibunya memiliki dosa. Karena itu, Eunso selalu berpikir bahwa ia
memang pantas mendapatkan perlakuan buruk apa pun.

Setelah mengobati luka Cho Kyuhyun hari itu, Kyuhyun terus mendatanginya. Tidak penting
kapan saja, di kelas, di halaman kampus, di ruang kesehatan, bahkan di sekitar
apartemennya. Cho kyuhyun selalu muncul secara tiba-tiba.

Awalnya, Eunso benar-benar merasa takut akan hal itu. Tapi lambat laun, Cho Kyuhyun
benar-benar mengganggu kegiatannya. Ia tidak bisa tenang karena harus diikuti terus oleh
namja itu.

“Sunbae, apa kau tidak punya kegiatan lain selain mengikutiku ke mana saja?”

Eunso memberikan tatapan tidak sukanya pada namja itu. Sebelumnya, ia memang sering
diikuti oleh para namja, tapi Eunso bisa mengatasi itu dengan mengusir mereka secara
halus. Ia pernah mencoba hal itu kepada Kyuhyun kemarin. Namun, namja itu sepertinya
tidak terpengaruh oleh penolakannya sama sekali.
“Tidak, sampai kau mau ikut makan malam bersamaku,” jawab Kyuhyun acuh.

“Aku harus berada di rumah malam hari karena Eomma harus bekerja.”

“Kerja apa?”

“Bukan urusanmu,” jawab Eunso sinis.

Entah kenapa perasaan takutnya di awal karena tahu namja ini adalah seorang mafia
menghilang begitu saja. Yang ia tahu sekarang adalah Cho Kyuhyun hanyalah seorang
namja yang egois. Mungkin jika Eunso tidak mencintai namja lain dia akan menerima ajakan
Kyuhyun karena sebenarnya Cho Kyuhyun adalah namja yang tampan. Hanya saja karena
pembawaan dan jati dirinyalah yang membuat orang-orang tidak berani mendekatinya. Jika
saja dia bukan seorang mafia, akan ada banyak gadis yang mengantri untuk menjadi
kekasihnya.

“Ahaa. Aku suka sekali rahasia.” Bukanya merasa tersinggung, Kyuhyun malah semakin
senang. “Makan siang saja kalau begitu,” tawarnya.

“Aku benar-benar tidak bisa.”

“Waeyo?”

“Kau tidak lihat? Aku sedang sibuk.”

Eunso mengangkat buku-buku yang sedang dipegangnya. Ia harus belajar untuk ujian akhir
semester yang sebentar lagi akan berlangsung. Ia harus mendapat nilai tinggi untuk
mempertahankan beasiswanya.

Kyuhyun diam melihat buku-buku itu.

Melihat diamnya Kyuhyun, Eunso pun kembali melangkah menjauhi namja itu.

Tapi, bukan Cho Kyuhyun jika ia menyerah. “Yaaa, Song Eunso,” panggilnya.

Eunso berhenti dan berbalik. Jarak mereka cukup jauh sekitar 5 meter, tapi Eunso bisa
melihat tatapan mematikan dari matanya.

“Sudah kuputuskan kau adalah milikku. Temui aku besok pagi di kafe yang berada di depan
kampus. Pesankan aku Americano panas. Aku akan menemuimu di sana besok pagi.”

“Shireo,” jawab Eunso.

“Tunggu aku.” Nada tegas terdengar jelas dari suara Kyuhyun. Tidak bisa dibantah.

“Jika aku tidak mau?” tantang Eunso.

“Beasiswamu akan dicabut.”

DEG.
Eunso menatap punggung Kyuhyun yang menjauh. Cho Kyuhyun tahu dia adalah mahasiswa
beasiswa. Dan dia memanfaatkan hal itu untuk mengancam Eunso. Apa ini salah satu
kekuasaan dari namja itu? Eunso menelan salivanya pelan. Sekarang ia tidak bisa lari lagi
jika ia tidak mau kehilangan beasiswanya.

***

Keesokan paginya, Eunso datang pagi-pagi sekali. Eunso melaksanakan permintaan


Kyuhyun kemarin, memesankan Americano untuknya. Ia menunggu dengan sabar sambil
terus menatap kosong keluar jendela hingga namja itu tiba.

Namja itu hari ini memakai celana jeans hitam dan jaket kulit berwarna cokelat dibalik kaus
putihnya. Keren. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan oleh semua gadis ketika pertama
kali melihat penampilan Kyuhyun. Dan ketika mereka tahu siapa Cho Kyuhyun. Mereka akan
mengundurkan diri karena takut.

Kyuhyun duduk di hadapan Eunso. Ia mengambil gelas Americano di meja dan


menyeruputnya pelan.

“Kau tidak memesan sesuatu untukmu?” tanya Kyuhyun, melihat tidak ada apa pun yang
diminum oleh Eunso.

“Sunbae, tidakkah ini keterlaluan?” tanya Eunso

“Apanya yang keterlaluan?”

“Ini semua? Kelakuanmu yang tidak masuk akal dan ancamanmu itu.”

“Oh, ini tidak keterlaluan. Aku harus membuatmu patuh padaku.”

“Wae? Untuk apa? Apa yang kau inginkan dariku?”

Hilang sudah rasa takutnya kepada Cho Kyuhyun. Saat ini yang ada hanyalah perasaan
ingin membela dirinya.

“Bukankah kemarin sudah kukatakan padamu? Kau milikku. Aku menginginkanmu.”

Eunso mengerjapkan matanya berkali-kali. Ini bukan hal pertama yang ia dengar dari
seseorang. Karena wajahnya yang cantik banyak namja yang mengatakan hal itu secara
gamblang. Mereka menginginkan Eunso bukan hanya untuk menjadi kekasih, tapi juga untuk
dimiliki secara utuh.

“Ini tidak masuk akal. Aku tidak akan menjadi milikmu. Tidak akan pernah.”

Eunso berdiri dan berjalan dengan langkah cepat keluar dari kafe.

Eunso keluar dengan perasaan terhina. Kenapa ia selalu mengalami hal seperti ini? Kenapa
ia harus begitu mirip dengan ibunya? Cantik dan memiliki tubuh yang seksi. Eunso sudah
berusaha menutupi dirinya dengan berpakaian biasa—celana jeans dan kaos kebesaran—
tapi hal itu tetap tidak bisa menutupi kemolekan tubuhnya. Eunso tidak pernah merutuki
kecantikanya seperti hari ini.

GREEEEPPPP.

Seseorang menarik tanganya dan memutar tubuhnya. Untuk sesaat, Eunso terhuyung ke
depan namun dengan cepat, ia bisa mengendalikan diri dan melihat orang yang menariknya.
Cho Kyuhyun. Tidak bisakah namja ini melepaskannya?

“Dua hal yang harus kau pikirkan ketika menolakku, Song Eunso. Satu, beasiswamu dicabut.
Dua, semua orang tahu apa pekerjaan ibumu.”

Eunso melebarkan matanya terkejut. Jangan bilang namja ini tahu.

“Aahh, dan tiga. Semua orang tahu bahwa kau adalah anak haram?”

PLAAAAAKKK.

Tamparan itu keras. Kyuhyun hanya bisa diam merasakan tamparan itu, malah terkesan
tidak merasa sakit sama sekali.

Eunso menggigit bibir bawahnya yang bergetar hebat. Tangannya yang tadi menampar
Kyuhyun perih. Haruskah namja ini mengingatkannya bahwa ia terlahir karena dosa
ibunya?

“Pilihanya ada pada dirimu,” bisiknya dingin.

Kyuhyun menangkup tengkuk Eunso dan mencium paksa gadis itu

Eunso menekan dada Kyuhyun menjauh, tapi tenaganya tidak cukup besar untuk menjauhkan
namja itu. Kyuhyun terus menciumnya dengan kasar. Sebagai usaha penolakannya, Eunso
hanya bisa mengatupkan rapat bibirnya.

Kyuhyun menarik kepalanya dan melepaskan Eunso secara tiba-tiba. “Temui aku lagi besok
di sini ketika jam makan siang.”

Setelah mengucapkan hal itu, namja itu pun pergi meninggalkan Eunso dalam
keterkejutanya.

***

Selama tiga minggu, Eunso harus menuruti semua perintah Kyuhyun. Tidak banyak yang
diinginkan oleh namja itu sebenarnya. Ia hanya meminta Eunso menemaninya di mana pun
dan kapan pun ia inginkan. Dia harus menemani Kyuhyun memilih baju resmi yang Eunso
tidak tahu akan dipakai untuk apa baju-baju resmi itu. Ia juga harus menemani Kyuhyun
makan siang di sebuah restoran. Ia harus menemani Kyuhyun berlatih pedang dengan
beberapa namja bertubuh kekar di sebuah dojo yang Eunso pikir itu adalah dojo milik
keluarga Cho. Dan yang lebih membuat Eunso bingung adalah Kyuhyun memintanya
menemaninya tidur. Eunso harus duduk diam di bangku halaman kampusnya dengan kepala
Kyuhyun terbaring di pangkuannya.
Selama mengikuti permintaan aneh itu, Eunso tidak pernah protes atau pun menolak karena
semua perintah dari Kyuhyun tidak pernah melewati batas. Meskipun begitu, Euno masih
belum bisa memahami seperti apa sifat Kyuhyun yang sebenarnya. Baginya, Kyuhyun
tetaplah namja egois dan menakutkan.

“Eunso, kau benar-benar dikutuk.”

Hyemi memanggil Eunso ketika gadis itu sedang merapikan mejanya.

“Apa maksudmu?” tanya Eunso bingung.

“Cho Kyuhyun. Kau pikir seisi kampus tidak tahu? Dia membuatmu menjadi budaknya.”

“Sebenarnya, tidak seperti itu” jawab Eunso sedikit membela Kyuhyun.

Ia memang benar. Kyuhyun tidak pernah menyuruhnya melakukan hal-hal yang diluar nalar.
Dan entah kenapa ia ingin menjelaskan hal itu kepada Hyemi.

“Sudahlah, Eunso-ya. Aku tahu, semua juga tahu. Aku sudah merasakan feeling yang aneh
ketika ia datang ke ruang kesehatan hari itu.”

Eunso hanya bisa diam. Jadi, semua orang tahu ia harus mengikuti semua kemauan
Kyuhyun?

“Apa maksudmu?”

“Aku rasa dia memang sengaja mendatangi ruang kesehatan hari itu. Kau tahu, dia kan
seorang mafia yang kaya raya ia bisa mendapatkan pengobatan langsung dari dokter
daripada dari kita yang hanya kebetulan menjaga ruang kesehatan.”

“Jadi, maksudmu dia memang sengaja datang ke sana hari itu? Kenapa?”

“Molla. Mungkin sudah menjadi kutukanmu,” jawab Hyemi terkesan mengejek.

Eunso tidak tahu kenapa Hyemi terdengar tidak suka.

Dddrrrrttt. Ddddrrrttt.

Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Eunso membaca pesan itu cepat, takut jika itu
dari Kyuhyun namun tiba-tiba gadis itu tersenyum.

“Dia pulang,” pekiknya riang.

“Nugu?”

“Cinta pertamaku,” jawab Eunso cepat.

Iapun berlari keluar ruangan dengan langkah yang terburu-buru. Ia sudah menunggu hari
ini. Donghae pulang dari perjalanan bisnisnya selama satu bulan di luar kota.
Eunso bergegas menaiki bus dan pulang ke apartemenya sendiri. Seperti pesan dari
Donghae, namja itu sudah sedang menuju ke rumahnya dan bermaksud untuk menemui.

Ponselnya bergetar lagi dan kali ini benar-benar panggilan dari Kyuhyun.

“Nee, Sunbae?”

“Eodi? Aku ingin bertemu.” Tanpa basa basi, namja itu langsung memerintahnya.

“Aku tidak bisa,” jawab Eunso cepat.

“Waeyo?”

Eunso ragu sesaat. Haruskah ia berkata jujur? Tapi, jika ia jujur, ia takut Kyuhyun akan
marah dan langsung mengancamnya begitu saja.

“Eeehh, aku sedang tidak enak badan.”

“Kau sakit?” Suara itu terdengar sedikit khawatir.

“Oo.”

“Sudah ke dokter?”

“Aaa. Tidak perlu. Aku hanya harus tidur.” Eunso menggigit bibir bawahnya karena tahu ia
terlalu banyak berbohong. Berbohong bukanlah kebiasaannya, tapi ia sangat ingin bertemu
dengan Donghae saat ini.

“Ya sudah, beristirahatlah.”

“Oo.”

Setelah menutup teleponnya, Eunso menarik napas panjang. Ada perasaan aneh di dadanya
saat ini. Ia merasa sangat berdosa karena sudah membohongi Kyuhyun. Rasanya seperti ia
sedang berselingkuh dari Kyuhyun. Aaah, tidak. Eunso menggelengkan kepalanya.
Bagaimana mungkin ini bisa disebut selingkuh jika namja yang selalu ia cintai adalah
Donghae, bukan Kyuhyun.

Eunso tiba di apartemennya berbarengan dengan Donghae.

Namja itu keluar dari mobilnya sambil membawa kantung-kantung bungkusan oleh-oleh
untuk Eunso.

“Oppa.”

Eunso langsung menghamburkan dirinya di dalam pelukan Donghae. Ia sangat merindukan


namja ini setelah dua bulan tidak bertemu.
Donghae adalah namja yang paling sopan dan perhatian yang pernah Eunso kenal. Walauun
ia tahu apa pekerjaan ibunya dan bahwa Eunso adalah anak haram, namja itu tetap mau
berteman denganya.

“Eunso, sudah lama sekali.”

Donghae memeluk Eunso dengan sangat erat.

“Oppa bawa apa?”

“Ada banyak oleh-oleh untukmu. Kajja, masuk ke apartemenmu. Ibumu di rumah, ‘kan?”

“Nee. Akhir-akhir ini, Eomma pergi sedikit lebih lama.”

Eunso mengajak Donghae masuk ke dalam gedung apartemennya. Tidak menyadari adanya
sebuah mobil sport hitam yang terparkir tidak jauh dari sana. Cho Kyuhyun menatap geram
Eunso yang tersenyum kepada Donghae. Tangannya terkepal erat karena emosi yang ia
rasakan saat ini.

Tadinya, ia sedang menunggu kepulangan Eunso dan menelepon gadis itu agar mereka bisa
bertemu di depan apartemen gadis itu. Tapi, apa yang saat ini ia lihat membuatnya marah.
Terlebih lagi, Eunso berbohong padanya.

***

Setelah bertemu dengan Donghae kemarin, Eunso merasa ia bisa menjalani hari-harinya
dengan lebih bersemangat. Ia pun belajar dengan lebih ringan di dalam ruang kesehatan
hingga ia tidak menyadari matahari sudah hampir tenggelam. Eunso menaikkan
pandangannya dari meja dan menatap jendela dengan terkejut. Ia melirik jamnya yang
menunjukkan bahwa hari sudah pukul lima sore hari.

“Oo? Aku sudah harus pulang.”

Eunso merapikan meja dari buku-bukunya dan merapikannya di dalam tasnya. Ia melirik
ponselnya dan mengerutkan alisnya bingung. Hari ini, Kyuhyun tidak meneleponnya atau
mengiriminya pesan. Sepertinya, namja itu masih menganggap Eunso sakit sehingga ia tidak
ingin mengganggu Eunso. Aneh. Eunso merasa sedikit kehilangan.

“Aah. Mwoyaa? Sehari tanpa namja itu adalah hari terbaikku.” Eunso menggelengkan
kepalanya membuang pikiran aneh itu.

CEKELEEEEKK.

Pintu ruangan itu terbuka. Seseorang masuk . Eunso melirik ke arah pintu dan terkejut
melihat siapa yang baru saja masuk.

“Sunbae?”

Kyuhyun berdiri tegap dengan tatapan yang membuat Eunso ngeri.


“Kau sakit?” tanyanya sedikit khawatir.

Tidak menjawab Eunso, Kyuhyun menutup pintu dan memutar kunci yang tergantung di
lubang kunci itu.

Eunso melebarkan matanya terkejut. Kenapa Kyuhyun mengunci pintunya? Dan kenapa
kyuhyun terlihat sangat marah?

“Sunbae?” bisik Eunso takut-takut.

“Siapa namja yang kau temui kemarin?” tanya Kyuhyun tiba-tiba.

Sejenak, Eunso bingung dari maksud pertanyaan itu. Kemudian, ia mengerti siapa yang
Kyuhyun maksud.

“Aa. Mianhae, Sunbae. Aku berbohong padamu. Aku ingin mengatakan yang sebenarnya,
tapi aku takut kau tidak mengizinkan aku,” jelas Eunso.

“Memang. Aku tidak mengizinkan kau bertemu dengan namja mana pun di dunia ini. Kau
milikku. Aku sudah jelas mengatakan hal itu sebulan yang lalu.” Suara Kyuhyun terdengar
lebih bengis dan dingin dari biasanya.

“Aku bukan milikmu. Aku tidak mau menjadi milikmu. Aku…aku mencintai namja lain.”

Kyuhyun mengeraskan rahangnya marah. Gadis ini tidak boleh mencintai namja lain. Gadis
ini miliknya. Kyuhyun berjalan cepat, menangkap pergelangan tangan Eunso dan
menariknya ke arah tempat tidur kecil yang berada di ruang kesehatan itu.

Eunso terhempas di tempat tidur yang agak keras itu. Punggungnya merasa panas karena
membentur permukaan kasur. Matanya menatap ngeri Kyuhyun yang duduk di atasnya.

“Sunbaaee?”

Eunso menahan napasnya ketika tangan Kyuhyun meraba permukaan kausnya dan mulai
merobeknya.

“Aku bersabar denganmu, Song Eunso. Aku bersikap baik yang sama sekali tidak pernah aku
lakukan sebelum ini dan kau dengan seenaknya membuat kesabaranku habis.”

“Andwee. Ampun. Maafkan aku, Sunbae.”

Eunso menggeliat di bawah Kyuhyun, mencoba untuk melarikan diri dari kurungan kaki
Kyuhyun.

“Toloong,” teriak Eunso, berharap siapa aja akan datang menolongnya saat ini. “Tolong
aku.”

“Berteriaklah. Tidak akan ada yang datang. Aku sudah memastikan kampus ini kosong.
Hanya ada kita berdua. Jika saja kau mau menurutiku, kau tidak akan diperlakukan seperti
ini. Kau dengar aku?” teriak Kyuhyun.
Eunso membangkitkan iblis yang selama sebulan ini tertidur. Setelah bertemu dengan Eunso,
Cho Kyuhyun menjadi sedikit jinak. Tapi sejak kemarin sore, iblis itu terbangun karena rasa
cemburu yang memuncak. Dan, Song Eunso harus menanggung akibatnya.

***

“Lihat aku, Song Eunso.” Kyuhyun memegang dagu Eunso dengan tangan kanannya. “Aku
bilang lihat aku. Buka matamu.”

Eunso membuka matanya perlahan. Matanya masih mengeluarkan air mata.

“Sunbae, jebal,” pintanya lagi.

Kyuhyun berhasil masuk dengan sekali hentakan menembus lapisan tipis yang
menghalanginya. Sesuatu mengalir membasahi miliknya. Kyuhyun menoleh ke bawah dan ia
tidak terkejut melihat darah keluar dari sana. Kyuhyun tersenyum dan kembali menoleh ke
arah Eunso. Gadis itu sudah menutup matanya lagi.

“Lihat siapa yang sekarang memilikimu. Sialan. Berhenti menangis.”

Kyuhyun menghapus air mata yang jatuh di pipi Eunso. Ia ingin Eunso melihatnya saat namja
itu berada di dalam diri Eunso.

Kyuhyun menggenggam sejumput rambut Eunso ketika ia berusaha menggerakkan dirinya di


dalam Eunso. Matanya menatap lekat Eunso yang menahan perih.

“Buka matamu,” perintah Kyuhyun lagi.

Eunso membuka matanya. Ia sudah tidak bisa memohon belas kasihan Kyuhyun lagi.
Keperawananya sudah diambil. Hal yang dijaganya selama ini untuk suaminya nanti. Ia
berharap Donghae-lah yang akan menjadi suaminya. Dan, semua itu hilang begitu saja di
ruang kesehatan yang kecil ini.

“Kau lihat siapa yang memilikimu sekarang?” ulang Kyuhyun. “Kau milik siapa sekarang?”

Kyuhyun bergerak makin intens di dalam Eunso. Untuk sesaat, Eunso masih meringis perih.
Namun, setelahnya ia merasakan sesuatu yang baru, rasa geli dan nikmat.

Eunso melenguh pelan. Ia menahan desahannya yang hendak muncul. Ia tidak ingin terdengar
menikmati hal ini. Ia sedang diperkosa seharusnya ia merasa jijik, tapi tubuhnya bereaksi
berbeda dengan yang diharapkanya.

“Katakan kau milik siapa sekarang?” desak Kyuhyun menarik paksa kepala Eunso agar
mendongak dengan menggenggam erat rambut gadis itu.

“Milikmu,” jawab Eunso sedikit mendesah setelahnya

“Sebut namaku,” desak Kyuhyun lagi.

“Milik Cho Kyuhyun. Aku milik Cho kyuhyun.”


Eunso memang merasa dirinya telah menjadi milik Cho Kyuhyun saat ini juga. Berada di
bawah tubuh kekar Kyuhyun yang menguasainya membuat otaknya perlahan-lahan menerima
hal itu. Ia melupakan cintanya pada Donghae. Saat ini, pikiran dan tubuhnya terisi oleh
Kyuhyun.

“Itu baru gadisku.”

Kyuhyun memejamkan matanya saat merasakan kedutan di miliknya. Ia akan mendapatkan


pelepasannya. Kyuhyun bergerak lebih cepat. Ia melebarkan paha Eunso agar lebih terbuka
dan tersenyum penuh kemenangan ketika Eunso mengerang nikmat sesudahnya.

Kyuhyun mendapatkan pelepasannya setelah Eunso mencapainya terlebih dahulu.

Eunso terengah-engah di bawahnya. Gadis itu tidak pernah tahu ia bisa merasakan hal seperti
yang baru saja ia rasakan. Tadinya, ia mengira akan merasa tidak nyaman, sakit dan jijik tapi
tiba-tiba itu semua berubah menjadi lebih nikmat dan Eunso menyukainya.

Kyuhyun melepaskan tubuhnya dari diri Eunso yang membuat Eunso harus merasakan perih
sekali lagi karenanya.

Kyuhyun memakai lagi celananya. Ia membuka kemeja putih yang dipakainya dan
memberikanya kepada Eunso sebelum ia membuka ikatan di tangan Eunso.

“Pakai kemejaku.”

Eunso memutar tubuhnya dan berbaring menelungkup. Ia meredam tangisannya di bawah


bantal. Jadi, ini semua sudah terjadi. Melihat ekspresi tidak bersalah Kyuhyun membuatnya
muak, aah tidak, ia muak karena di saat terakhir ia juga menikmatinya. Bukannya ia merasa
sedih kehilangan karena keperawananya telah diambil secara paksa, tapi ia malah menangis
karena ia menikmati rasa itu. Ia merasakan pelepasan pertamanya tadi.

Kyuhyun membungkuk di atasnya dan menepis rambutnya yang menutupi wajahnya.

“Tidak ada gunanya menangis. Semua sudah terjadi,” bisik Kyuhyun kasar. “Aku akan
menemuimu lagi besok dan ingat kata-kataku ini, Song Eunso. Jika kau masih menemui
namja itu setelah ini, kau akan melihat mayatnya tergantung di depan kampus. Aku tidak
main-main dengan ini.”

Eunso mengangguk mengerti. Ia tahu semua yang dikatakan oleh Kyuhyun tidak pernah
main-main. Kyuhyun sangat mampu untuk melakukan semua ancaman yang baru saja
diucapkannya.

“Gadis pintar.”

Kyuhyun mencium kepala Eunso sebelum ia pergi meninggalkan gadis itu sendirian dan
menangis.

***
Setelah Kyuhyun meninggalkannya dan ia merasa tenang seusai puas menangis, ia bergegas
pulang. Ia terkejut saat tahu ternyata di kampus memang tidak ada orang sama sekali sore itu.
Biasanya, masih ada beberapa mahasiswa yang berada di kampus. Tapi, Kyuhyun benar-
benar tidak main-main. Ia benar-benar membuat semua orang pulang lebih cepat sore itu.

Berada di bawah guyuran air dingin yang berasal dari pancuran tidak membuat perasaan
Eunso lebih baik. Eunso sudah hampir menggigil kedinginan ketika akhirnya ia memutuskan
untuk keluar dari pancuran itu. Ia memakai baju dan membiarkan rambutnya yang basah tetap
basah.

“Eunso, kenapa wajahmu seperti itu?”

Eunso menoleh kepada ibunya. Ibunya sudah siap untuk berangkat kerja, memakai baju
onepiece yang hanya menutupi sedikit sekali dari bagian tubuhnya. Baju itu pun sangat ketat,
menunjukkan kemolekan tubuh ibunya. Meskipun ia telah memiliki anak yang berusia 20
tahun, ibunya tetap terlihat masih muda. Eunso memperhatikan wajah ibunya yang disapu
oleh make up tebal serta lipstik warna merah.

“Tidak bisakah Eomma berhenti dari pekerjaan itu?”

Tiba-tiba, Eunso merasa muak dengan kehidupanya. Karena ibunya, dia harus menerima
nasib seperti ini. Karena ibunya juga yang mewariskan paras cantiknya lengkap dengan tubuh
indahnya, Eunso harus menerima takdirnya diperkosa di ruang kesehatan hari ini.

“Apa yang kau bicarakan? Ini satu-satunya pekerjaan yang bisa Eomma lakukan”

“Ada banyak, Eomma, tidak harus menjadi pelayan di kelab malam.”

“Ini lebih baik daripada pekerjaan Eomma yang dulu!” teriak ibunya membuat Eunso
berhenti membantah.

“Eomma berhenti melacurkan diri karena kau. Pekerjaan itu dulunya membuat Eomma
menghasilkan lebih banyak uang. Eomma berhenti karena memikirkan dirimu. Eomma mau
saja mencari pekerjaan lain tapi, tidak ada yang mau menerima mantan pelacur sepertiku.”

Air mata merebak begitu saja di pipi pucat Eunso. Ia tahu ibunya juga menjalani hari-harinya
dengan sulit.

“Mianhae, Eomma,” bisik Eunso lirih.

Ibunya mengembuskan napasnya pasrah. Ia memeluk putrinya dengan sayang. Ia dulu


memang wanita nakal, tapi memiliki seorang anak membuatnya menjadi lebih manusiawi.

“Seandainya saja ayahmu mau menikahi Eomma, semua ini tidak akan mungkin terjadi.
Maafkan Eomma, kau terpaksa harus lahir dari rahimku.”

Eunso mengusap air matanya dan melingkarkan tangannya di pinggang ibunya. “Anniya. Aku
yang seharusnya meminta maaf. Aku bersyukur telah lahir ke dunia ini. Eomma bukanlah ibu
yang buruk. Eomma merawatku dengan penuh kasih sayang. Karena itu, biarkan aku bekerja
membantu biaya kehidupan kita.”
“Andwee. Kau fokus saja belajar agar bisa lulus dengan cepat. Eomma ingin kau menjadi
seseorang yang sukses. Jangan berakhir seperti Eomma. Buktikan pada orang-orang bahwa
memiliki wajah kelewat cantik seperti kita tidak harus berakhir menjadi seorang pelacur.
Arraso?”

Eunso hendak menggelengkan kepalanya, tapi ia tidak sanggup. Semua sudah terlambat.
Keperawananya sudah direnggut dari dirinya.

“Nee, Eomma.” Eunso hanya bisa mematuhi ibunya saat ini.

“Eomma berangkat. Kau belajarlah.”

Eunso mengembuskan napasnya panjang. Hidup memang mempermainkan mereka berdua.


Ibunya dulu adalah gadis baik-baik yang harus menerima nasib karena dijual oleh ayahnya
sendiri. Selama bertahun-tahun, ia harus menjadi pelacur. Suatu hari, ibunya jatuh cinta pada
seorang namja. Cinta itu berkembang hingga akhirnya ibunya hamil. Ayah Eunso
menghilang sebelum tahu ibunya tengah hamil. Ibunya tidak mau membuang satu-satunya
hadiah yang ditinggalkan oleh laki-laki itu di dalam rahimnya. Dan lahirlah dia, seorang
gadis yang memiliki wajah serupa dengan ibunya. Karena tidak ingin bos ditempatnya
bekerja memanfaatkan kemolekan Eunso, ibunya keluar dari kelab malam itu mencari
pekerjaan lain.

Tidak ada yang mau menerima ibunya karena dandanan ibunya sangat menjelaskan siapa
dirinya. Para istri tidak ingin suami mereka tergoda karena pegawai seperti ibunya. Karena
itu ibunya tidak diterima di mana pun.

Ibunya mendapatkan pekerjaan menjadi seorang pelayan di kelab malam karena bantuan
seorang temannya. Hanya seorang pelayan karena ibunya berhenti menjadi pelacur begitu
Eunso lahir. Dan Eunso tahu tidak mudah bagi ibunya bekerja di sana. Ada banyak pria
mesum yang suka mengganggu ibunya dan dengan kurang ajar menyentuh ibunya.
Untungnya, pemilik kelab malam itu adalah pria yang menyukai ibunya. Dan ibunya aman di
bawah perlindungan namja pemilik kelab itu.

TOK. TOK. TOK.

Eunso menoleh ke arah pintu dengan alis berkerut. Siapa yang datang malam-malam begini?
Apa ibunya melupakan sesuatu?

Eunso membuka pintu itu cepat karena mengira ibunya kembali lagi. Namun, ia
membelalakkan matanya melihat namja evil itu berdiri di depan pintunya.

Eunso mundur dan memeluk tubuhnya cepat.

“Sunbae?” ujarnya takut-takut.

Kyuhyun menatap Eunso dingin. Ia mendorong Eunso lebih masuk ke dalam rumahnya, lalu
melangkah melewati pintu. Ia menutup dan mengunci pintu rumah itu cepat.

Eunso berjalan mundur dengan takut-takut. Kejadian yang baru terjadi beberapa jam lalu
terlintas di dalam kepalanya. Apa Kyuhyun datang untuk melakukanya lagi?
“Sunbae, kenapa di sini?” tanya Eunso, masih dengan nada takut-takut.

Kyuhyun mendudukkan dirinya di sofa yang menghadap televisi.

“Eomma akan pulang sebentar lagi”

“Ibumu pulang besok pagi,” tegas Kyuhyun, jelas namja itu memang tahu pekerjaan ibunya.

“Duduk,” perintahnya

Eunso berjalan mendekati sofa yang berbeda dengan Kyuhyun.

“Duduk di sini,” Kyuhyun menepuk sofa tepat di sebelahnya.

Eunso ragu sejenak. Haruskah ia duduk di sana?

“Kau mau duduk sendiri atau kupaksa?”

Eunso bergidik mendengar kalimat itu. Ia pun mendekati sofa panjang yang diduduki
Kyuhyun itu dan duduk di paling ujung sofa itu, membuat jarak satu meter dengan Kyuhyun.

“Ck.” Kyuhyun berdecak kesal. Ia pun bergeser mendekati Eunso dan menyambar pinggang
gadis itu.

Jeritan kecil keluar dari bibir indah Eunso ketika tubuhnya menempel dengan tubuh
Kyuhyun. Bayangan betapa keras dan kuatnya tubuh Kyuhyun menindihnya tadi kembali
masuk ke dalam kepalanya. Eunso menelan salivanya bukan karena takut, tapi sesuatu
mengalir di dalam darahnya, desiran panas yang membuat jantungnya berpacu.

Kyuhyun menempelkan bibirnya di telinga Eunso, mengembuskan napas panasnya di sana.


Tangan Eunso yang berada di dada Kyuhyun meremas pakaian Kyuhyun. Desiran lain
muncul. Membuat kakinya meremang karena tiba-tiba ia terangsang.

Kyuhyun menggerakkan bibirnya melewati pipi Eunso dan berhenti di permukaan bibir
Eunso yang tercetak sempurna.

“Aku selalu ingin mencium bibir indah ini.”

Kyuhyum mencium Eunso dengan penuh minat dan tekanan yang keras. Ia menjilati bibir
bawah Eunso dan mengigitnya pelan, membuat Eunso terpaksa merintih dan membuka
mulutnya. Kyuhyun menelusupkan lidahnya masuk ke dalam mulut Eunso dan mulai
menjelajah isi mulut itu.

Suara decapan bibir yang saling memagut itu berlomba dengan suara degupan jantung Eunso.
Tangan Kyuhyun bergerak turun ke paha Eunso yang telanjang. Eunso memakai kaus
kebesaran yang menutupi sebagian pahanya. Ia sengaja tidak memakai celana karena daerah
kewanitaannya masih sangat perih. Eunso meringis sakit ketika merasakan tangan Kyuhyun
membuka pahanya lebar dan menyentuh daerah kewanitaanya.

“Sunbae.”
Eunso mencengkeram kuat baju Kyuhyun ketika tangan itu menelusup di balik celana
dalamnya dan berusaha menurunkan celana dalamnya.

“Jebaal. Jangan lagi,” pintanya.

Kyuhyun tidak mendengarkan Eunso. Jari-jarinya masih bermain di bawah sana hingga jari
itu menemukan celah hangatnya dan jari itu menelusup masuk ke sana.

Eunso meringis sakit saat jari itu masuk.

Kyuhyun memutar jarinya di dalam sana, membuat Eunso harus menahan perih karena itu.
Tapi, perih itu tidak berlangsung lama karena jari Kyuhyun sudah tidak berada di dalamnya
lagi.

Eunso bisa merasakan hawa dingin dan menyejukkan di dalam area intimnya. Apa yang
namja ini masukkan tadi?

“Apa…apaa yang….”

“Itu membantumu agar tidak merasa perih lagi.”

“Tapi, apaa….”

Eunso terdiam. Apa mungkin Kyuhyun mengoleskan obat untuknya?

“Aku pergi.” Kyuhyun berdiri dan meletakkan sebuah botol kecil di atas meja “Oleskan itu
setiap pagi dan malam.”

Eunso masih terkejut menatap botol salep di atas meja itu. Ia memanggil Kyuhyun sebelum
namja itu memutar kunci rumahnya.

“Sunbae,” Eunso berdiri dan berjalan pelan mendekati Kyuhyun. “Gomawo.”

Kyuhyun menaikkan alisnya tidak mengerti. “Song Eunso, kau mengucapkan terima kasih
pada namja yang baru saja memerkosamu?”

Eunso juga merasa bingung kenapa dia mengucapkan terima kasih kepada Kyuhyun. Tapi,
perlakuan Kyuhyun padanya barusan membuatnya terkejut dan sudah sepantasnya ia
mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah memberikanya obat bukan?

“Aaanuu…Ituu….”

“Jangan berterima kasih. Aku tidak pantas mendapatkanya,” jawab Kyuhyun dingin.

Eunso bisa melihat ekspresi kebingungan di wajah namja itu.

“Aku benar-benar tidak bermaksud memerkosamu tadi. Aku terlalu marah dan di luar
kendali. Aku kembali ke ruang kesehatan itu untuk membersikan tempat tidur dan
melihat….” Kyuhyun mengumpat sekali sebelum melanjutkan, “kau pasti sangat kesakitan.
Darah yang keluar…. sangat banyak.”
“Tentu saja karena aku masih perawan sebelumnya”

“Ya, tapi tidak sebanyak itu seharusnya yang keluar,” jawab Kyuhyun lagi, mengingat jelas
noda merah di seprai tempat tidur itu.

“Mungkin karena kau memasukiku terlalu bersemangat.” Eunso merasa bingung kenapa dia
harus membuat namja ini tenang?

Kyuhyun melangkah maju dan mendekati Eunso. Ia menunduk dan menempelkan pipinya di
pipi Eunso yang memerah karena panas yang tiba-tiba saja menjalar di wajahnya.

“Masih perih?” tanya Kyuhyun.

Eunso bisa mendengar nada khawatir dan bersalah di sana.

“Tidak begitu. Karena salepnya. Gomawo untuk salepnya.”

Kyuhyun memejamkan matanya. Melingkarkan lengannya di pinggang Eunso dan memeluk


tubuh Eunso erat.

Eunso diam. Tiba-tiba saja, dia tidak ingin menolak ata pun melawan Kyuhyun lagi.

“Aku menyesal.”

Eunso menganggukkan kepalanya menerima penyesalan Kyuhyun.

“Tapi, bukan berarti aku akan berhenti.”

Eunso terdiam.

“Karena kau milikku, kau harus mematuhiku. Kau mengerti?”

Entah apa yang merasukinya, Eunso menganggukkan kepalanya patuh.

“Good girl.”

Kyuhyun mencium Eunso sekali lagi sebelum akhirnya ia benar-benar pergi dari rumah
Eunso.

Eunso menatap pintu itu dengan bingung. Tiba-tiba, ia tersadar dengan apa yang baru saja ia
sepakati dengan Kyuhyun. Ia mengakui bahwa dirinya adalah milik namja itu dan ia
mematuhi semua perkataannya. Pengaruh Kyuhyun membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
Ada yang merasukinya jika ia berhadapan dengan Kyuhyun hingga tidak bisa menolak namja
itu.
PART 2

Tap… tap… tap…

Suara langkah kaki anak dari pemilik rumah yang mantap terdengar menggema di dalam
rumah yang besar itu. Cho Kyuhyun sedang berjalan memasuki rumahnya. Ekspresinya tak
terbaca seperti biasanya. Ia menggenggam erat gumpalan kain putih di tangannya.

Rumah itu terlihat sepi meski ada beberapa penjaga yang berdiri di depan pintu. Tidak ada
tawa atau suara apa pun yang terdengar menghiasi rumah itu. Pria itu melirik ke arah kanan
dan mendapati adik ibunya—Kim Seungmi—sedang berlari menghampirinya.

“Kau sudah pulang?” sapa imo kesayangannya.

“Ya.”

“Apa yang kau bawa?” Seungmi melirik gumpalan kain putih yang digenggam oleh
Kyuhyun.

“Ini… Imo bisa membantuku? Suruh pelayan mencucinya.” Kyuhyun menyerahkan kain
putih itu kepada imo-nya.

“Wae? beli saja yang baru. Kain ini terlihat sudah usang.”

Seungmi meneliti kain yang sudah tidak begitu putih itu. Warnanya memudar dan ada
beberapa noda yang tercetak jelas di sana sini. Tapi, ada noda yang sangat mencolok di kain
itu. Terlihat seperti noda darah. Ia mengerutkan keningnya dan menarik napas panjang
melihat noda darah yang cukup lebar di kain itu.

“Kau terluka, Kyu?”

“Tidak,” jawab Kyuhyun tak acuh. Ia terus berjalan menuju kamarnya sendiri.

“Lalu? Ya Tuhan, kau membunuh seseorang dan bermaksud menghilangkan bukti?” tebak
Seungmi.

“Tidak. Aku baru saja memerkosa seorang gadis dan bermaksud menghilangkan bukti,”
jawab Kyuhyun terus terang.

Langkah Seungmi terhenti. Ia menatap kaget keponakan tersayangnya itu. “Cho Kyuhyun!
Apa yang kau lakukan? Memerkosa seorang gadis? Kau… kenapa sifatmu jadi semakin mirip
dengan ayahmu, hah?”

Kyuhyun mengusap telinganya beberapa kali karena teriakan dari imo-nya cukup
memekakkan telinga. “Imo, kau semakin tua, tapi suaramu sama sekali tidak menua.”
“Yak… Cho Kyuhyun. Kau… apa yang sudah aku ajarkan padamu tentang menghormati
seorang wanita? Kau memperlakukan mereka dengan tidak hormat sama saja dengan kau
tidak menghormatiku dan mendiang ibumu….”

“Imo,” potong Kyuhyun, “aku sedang tidak ingin mendengar ceramahmu malam ini.”

“Kau….” Seungmi mulai terisak, “mendiang ibumu memintaku merawatmu agar aku bisa
memastikan kau tumbuh menjadi pria yang baik. Bukannya malah semakin mirip dengan
ayahmu. Sia-sia sudah pelajaran berbudi yang kuajarkan padamu selama ini. Aku tahu
ayahmu pasti sudah meracunimu dengan pelajaran-pelajaran tidak manusiawi. Kalian sering
pergi secara diam-diam bersama, ‘kan? Kau berlatih untuk menjadi tidak manusiawi, ‘kan?
Hanya untuk meneruskan…. ”

“Imo, jika Appa mendengarmu, aku yakin dia akan langsung mengeluarkanmu dari rumah ini.
Tidak peduli kau adik istrinya,” ujar Kyuhyun santai.

“Pria tua berotak udang dan angkuh itu tidak akan berani melakukanya. Aku yang
membesarkanmu sejak ibumu meninggal ketika melahirkanmu.”

“Siapa yang kau sebut pria berotak udang dan angkuh?”

Seungmi terdiam dan langsung membalikkan tubuhnya. Pria tua yang baru saja ia sebutkan
berdiri tepat di belakangnya sedang menatapnya dengan tatapan membunuh.

“Kau benar-benar ingin kuusir dari sini ya?”

Suara garang dari pria itu membuat Seungmi bergidik ngeri. Ia pun berlari ke belakang
Kyuhyun, meminta perlindungan keponakannya.

“Appa.” Kyuhyun membungkukkan badan memberi salam kepada ayahnya.

“Kau sudah pulang? Bersihkan dirimu dan temui Appa di ruang kerja”

“Arraso.” Kyuhyun membungkuk lagi sebelum ayahnya berbalik dan pergi meninggalkannya
bersama imo-nya yang sedang berdecak mengatai ayahnya. “Imo, Appa benar-benar akan
mengusirmu jika kau terus seperti itu.”

“Ibumu berpesan padaku untuk menjauhkanmu dari appa-mu. Tapi….” Seungmi menarik
napas panjang. “sepertinya sudah terlambat,” lanjutnya lirih.

Ia menatap sedih noda darah di kain putih itu, lalu melirik ke arah keponakannya. Ah, tidak.
Bisa dibilang juga Kyuhyun sudah seperti anaknya sendiri karena dia rela menghabiskan
masa mudanya hanya untuk merawatnya. Ia bahkan rela menjadi gadis tua untuk itu. Tentu
saja karena tidak ada yang mau berurusan dengan adik ipar dari keluarga Cho.

“Kau tidak bisa terus-terusan menjagaku. Aku tahu apa yang kulakukan,” jawab Kyuhyun
memecahkan lamunan Seungmi itu.
Seungmi menoleh ke arah keponakannya yang sudah pergi menuju kamarnya. Tidak
menyerah untuk mendapatkan jawabannya, wanita itu pun mengejar keponakannya. “Siapa
dia? Kenapa kau sampai memerkosanya?”

Kyuhyun menoleh ke arah imo-nya dengan alis saling bertaut. Rasa penasaran imo–nya tidak
pernah mengejutkannya. “Bukan urusanmu.”

“Yak, Cho Kyuhyun! Aku harus memastikan gadis itu tidak bunuh diri setelah diperkosa
makhluk buas sepertimu atau… atau… ia mungkin nanti akan melaporkanmu ke polisi”

Kyuhyun menatap imo–nya dengan tatapan meremehkan. “Tidak, aku akan mengurusnya
nanti.”

“Kau akan membunuhnya?” tanya Seungmi takut-takut.

“Tidak,” jawab Kyuhyun malas.

“Lalu apa?” desak Seungmi.

“Ck.” Kyuhyun membuka pintu kamarnya dan berbalik ke arah imo–nya dengan tatapan
mematikan. “Aku sudah membuatnya menjadi milikku. Karena itu, aku tidak akan pernah
mengizinkannya membunuh dirinya sendiri atau melaporkan itu ke polisi. Dia adalah
milikku. Imo mengerti?”

Seungmi mengerjapkan matanya berkali-kali mendengar penuturan keponakannya. Melihat


diamnya Seungmi, Kyuhyun pun lantas menutup pintu kamarnya. Seungmi masih terkejut
dengan gumpalan kain putih yang masih tergenggam erat di tangannya.

Apa ini bukan dejavu? pikirnya. Sepertinya kejadian seperti ini pernah terjadi. Yaa… terjadi
kepada ibu Kyuhyun. Ayahnya melakukan hal yang serupa kepada ibu Kyuhyun. Dan
sekarang kejadian itu terjadi pada putra si pria tak berhati itu.

Seungmi memutar tubuhnya dan berjalan dalam kebingungan yang terpancar jelas di
wajahnya. Harus ia akui ayah Kyuhyun memang sangat mencintai kakaknya saat melakukan
itu. Ia merebut paksa calon istri orang lain dan menjadikan kakaknya sebagai milik Cho
Hyunjin hingga akhirnya kakaknya meninggal ketika melahirkan Kyuhyun.

Kejadiannya serupa, bukan? Yang membedakannya hanyalah dulu Cho Hyunjin langsung
menikahi kakaknya. Tapi, Kyuhyun? Apa alasannya ia melakukan itu? Semua orang tahu
Kyuhyun sudah memiliki seorang tunangan.

***

Selesai mandi dan berganti pakaian, Kyuhyun langsung berjalan menyusuri rumahnya yang
besar untuk menemui ayahnya. Selama dalam perjalanan menuju ruang kerja ayahnya,
Kyuhyun terus memikirkan perkataan imo–nya.

“Aku harus memastikan gadis itu tidak bunuh diri setelah diperkosa makhluk buas sepertimu
atau... atau... ia mungkin nanti akan melaporkanmu ke polisi”
Tidak masalah jika Eunso melaporkan dirinya ke polisi namun jika gadis itu bunuh diri?
Kyuhyun mengerutkan hidungnya tidak suka dengan pemikiran itu. Dia harus memastikan
sendiri gadis itu tidak akan melakukan hal sebodoh itu.

Kyuhyun mengetuk pintu ruang kerja dan membukanya setelah mendengar izin dari ayahnya.

Cho Hyunjin sedang duduk di belakang meja besar berwarna cokelat tua yang terbuat dari
kayu kualitas terbaik. Ia menatap putranya sekilas, lalu kembali fokus pada suara di balik
telepon.

Kyuhyun duduk tepat di kursi di hadapan ayahnya. Ia mengambil ponselnya dan mencari-cari
sesuatu di sana sambil menunggu ayahnya selesai menelepon.

“Kyu.”

Kyuhyun menoleh ke arah ayahnya dan meletakkan ponselnya di atas pangkuannya. Ayahnya
sudah siap berbicara dengannya sekarang.

“Ya, Appa,” jawab Kyuhyun dengan kesopanan yang tinggi.

“Kenapa kau terus bermain-main?” Hyunjin menyandarkan punggungnya di sandaran kursi


dan menatap intens putranya.

“Aku tidak mengerti,” jawab Kyuhyun santai, sama sekali tidak terpengaruh oleh aura kejam
ayahnya.

Ayahnya mengembuskan napasnya kasar. “Berhenti bermain-main. Kau sudah lulus kuliah
dua tahun yang lalu. Kenapa masih mengunjungi kampusmu? Apa yang kau temui di sana?
Atau lebih tepatnya siapa yang kau temui?”

“Tidak ada. Aku hanya sedang bernostalgia….”

“Siapa gadis itu?” potong ayahnya.

Kyuhyun mengeraskan rahangnya. Ia bergeming. Ia tahu cepat atau lambat ayahnya pasti
tahu apa saja yang ia lakukan belakangan ini.

Kyuhyun membalas tatapan menyelidik ayahnya dengan tatapan keras kepalanya. Tidak ada
perlunya mengatakan kepada ayahnya siapa Eunso.

“Ck. Cho Kyuhyun, kau semakin mirip saja denganku.”

“Appa mendidikku dengan baik.”

Ayahnya tersenyum bangga. Walaupun ia tidak suka dengan kekeraskepalaan putranya tadi ia
tetap bangga karena putranya sendiri tidak pernah takut padanya. Satu hal yang selalu ia
ajarkan sejak Kyuhyun masih kecil, untuk menjadi seorang mafia jangan pernah takut pada
apa pun atau pada siapa pun termasuk ayahmu sendiri.

“Jadi, siapa gadis itu?” tanya ayahnya lagi.


Kyuhyun mengembuskan napasnya. Ia menoleh ke arah rak buku yang berada di sebelahnya.

“Song Eunso,” jawabnya

“Kau hanya akan memberikanku namanya saja?”

Kyuhyun menaikkan bahunya sebagai jawaban.

“Terserah jika kau mau menyewa pelacur tapi kau harus ingat dengan pernikahanmu sebulan
lagi.”

Kyuhyun menatap ayahnya galak. “Dia bukan pelacur!” desisnya marah.

“Lalu, apa yang kalian lakukan di klinik kampus itu?”

“Aku hanya ingin menjadikannya milikku.”

Ayahnya menatap Kyuhyun lama. Ia hafal sifat seperti ini. Dulu juga dia dikuasai oleh emosi
seperti itu.

“Baiklah. Terserah. Miliki dia selama yang kau inginkan. Tapi kau tetap akan menikah
dengan anak gadis keluarga Shin. Kau tahu ini untuk menghindari perang dari kedua
keluarga.”

“Aku mengerti.”

“Bagus jika kau mengerti. Sekarang keluarlah.”

Kyuhyun berdiri dari kursinya dan membungkukkan badannya hormat. Ia selalu


menghormati ayahnya. Meskipun dia adalah pria berengsek, tapi dia tetaplah ayah yang
hebat.

Kyuhyun berjalan sambil memainkan ponselnya. Menekan satu nama di layar touchscreen-
nya, lalu menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga. Terdengar nada
sambung untuk beberapa saat hingga akhirnya gadis yang diteleponnya menjawab
panggilannya.

“Yeobboseyo?” Terdengar suara serak dari gadis itu.

“Kau tidur?” tanyanya bodoh. Tentu saja gadis itu sedang tidur. “Baguslah kalau begitu.
Lanjutkan tidurmu.”

Lalu, ia pun menutup teleponnya dan mengembuskan napas lega. Syukurlah, dia tidak bunuh
diri.

***

Eunso meletakkan ponselnya dengan alis bertaut. Ia menoleh ke arah jam. Pukul dua dini
hari. Untuk apa pria itu meneleponnya, lalu menutup teleponnya begitu saja? Dasar aneh.
Eunso kembali membaringkan tubuhnya. Ia memeluk erat boneka beruangnya dan
memejamkan lagi matanya. Tiba-tiba, bayangan yang terjadi di klinik kampus masuk lagi.
Eunso membuka matanya lebar, membuang jauh bayangan itu. Anehnya, ia bukannya merasa
jijik atau terluka. Seharusnya, itu yang ia rasakan saat ini, tapi rasa itu berubah setelah
kedatangan Kyuhyun ke rumahnya hanya untuk memberikan krim pereda nyeri.

Eunso memejamkan matanya dan lagi-lagi terbayang oleh kuatnya tangan Kyuhyun di
seputar pinggangnya dan ciuman yang menggoda itu. Ya Tuhan, bibirnya sungguh lembut
dan basah. Eunso spontan membuka matanya.

“Tidak. Song Eunso, apa yang kau pikirkan? Kau seharusnya merasa jijik dicium seperti itu.
Ya Tuhan, kau baru saja diperkosa. Berhentilah memikirkan pria arogan, pemaksa, dan
dingin itu,” omel Eunso pada dirinya sendiri. “Tapi, ciumannya memabukkan,” lirihnya.

“Jinjja. Ada apa denganku?” Eunso menutup kepalanya dengan selimut dan berusaha untuk
menghilangkan bayangan itu lagi. Butuh waktu lama untuk Eunso menghapus bayangan itu
sampai akhirnya ia pun bisa tidur lagi dengan lelap.

***

Mobil limosin itu ternyata memang panjang dan luas. Eunso mengerjapkan matanya berkali-
kali menatap kagum mobil itu. Tadinya, ia sedang berjalan keluar dari jalanan apartemennya
ketika mobil itu mendadak berhenti di hadapannya. Selama beberapa saat, Eunso memang
terpesona namun keterpesonaan itu berubah menjadi rasa gugup sekaligus takut.

Jendela kursi penumpang turun dan menampilkan wajah tampan Cho Kyuhyun. “Masuk!”
perintahnya tak terbantahkan.

Eunso membuka pelan pintu mobil itu, lalu ia duduk tepat di sebelah Kyuhyun. Pria itu
tengah sibuk mengutak-atik tab-nya. Entah apa yang dilihatnya di sana.

Kyuhyun meletakkan tab-nya ke samping, lalu menoleh ke arah Eunso secara tiba-tiba.
Eunso yang ditatap menjadi gugup dan memalingkan wajahnya keluar jendela.

“Sudah sarapan?”

Suara bariton itu terdengar biasa namun membuat degupan jantung Eunso tidak beraturan. Ia
menganggukkan kepalanya sekilas agar tidak perlu mengeluarkan suaranya yang tersekat.

“Aku belum,” lanjut Kyuhyun. “Temani aku sarapan.”

“Tapi,” Eunso memutar kepalanya dan menoleh kepada Kyuhyun. “aku ada kelas pagi ini.”

“Libur saja,” titah Kyuhyun.

“Kuliah ini penting,” jawab Eunso bersikeras.

Mereka saling menatap dalam diam. Eunso tersadar mereka sudah bertatapan begitu lama. Ia
menurunkan pandangannya ke arah kerah dasi biru yang dipakai oleh Kyuhyun. Eunso pun
menurunkan matanya dan melihat setelan Kyuhyun hari ini.
Dasi? Kenapa pria ini berpakaian rapi sekali hari ini?

Eunso sudah ingin menanyakan hal itu ketika menaikkan pandangannya lagi ke wajah
Kyuhyun yang sudah menunduk ke arahnya. Lalu, detik berikutnya bibirnya disentuh oleh
bibir lembut Kyuhyun. Eunso mengulurkan tangannya dan memegang dada Kyuhyun. Ia
memalingkan wajahnya ke samping dan mendorong dada itu.

Tidak terpengaruh sama sekali dengan penolakan itu, Kyuhyun merangkulkan tangannya di
pinggang Eunso dan menarik kuat Eunso hingga gadis itu duduk di pangkuan Kyuhyun.

“Jangan menolakku.”

Lengannya yang kuat menopang kepala Eunso. Tangannya yang bebas menangkup wajah
Eunso agar menghadap padanya. Kyuhyun mencium Eunso dengan nafsu yang tidak ditutup-
tutupi.

“Heeummpp. Sunbae…” Eunso menahan dada Kyuhyun dengan tangannya. Tapi, hasilnya
tetap sama seperti kemarin. Kekuatannya tidak ada apa-apanya jika kyuhyun sudah memaksa.

Bibirnya dicium dengan membabi buta. Kyuhyun menggigit dan menyesap bibir bawahnya
dengan sedikit tekanan. Membuat bibir itu merah dan bengkak sesudahnya. “Sunbae.”

“Berhenti bicara. Nikmati saja.”

Kyuhyun diam untuk beberapa detik di atas bibir Eunso yang sudah memerah. Lidahnya
terjulur keluar menyapu permukaan tebal bibir bawah Eunso. Gadis itu memejamkan
matanya menerima sapuan lidah itu. Darahnya berdesir nikmat. Mulutnya otomatis terbuka
ketika lidah Kyuhyun menelusup masuk melalui celah bibirnya. Kyuhyun menjelajah
mulutnya dengan sabar. Pria itu membuatnya ikut berperang melawan lidahnya.

“Heemmpppttt.” Lenguhan nikmat terdengar dari sela decapan bibir mereka.

Kyuhyun tidak lagi menangkup wajah Eunso. Tangan itu bergerak turun melalui leher Eunso
hingga ke pinggang gadis itu melalui kaus bagian bawahnya. Tangannya menelusup masuk
ke dalam kausnya. Dengan lihai, ia menarik bra Eunso ke bawah dan menyentuh dada kanan
Eunso.

“Aakh, Sunbae.” Eunso mencengkeram tangan Kyuhyun. Ciuman Kyuhyun memang


memabukkan, tapi ia masih takut untuk menerima sentuhan tangan itu.

“Sst, diamlah,” bisik Kyuhyun. Bibirnya turun ke leher putih Eunso dan mengisapnya.

Eunso menggigit bibir bawahnya menahan erangan nikmat karena perbuatan Kyuhyun.
Tangan Kyuhyun memainkan puncak dada Eunso dengan cepat, membuat jari-jari kakinya
gemetar karena sengatan yang nikmat. Entahlah, setiap sentuhan dan sapuan Kyuhyun saat ini
terasa nikmat, berbeda dengan kemarin ketika pria itu memaksakan dirinya.

Kyuhyun menundukkan kepalanya di atas dada kiri Eunso. Ia mulai mencium, mengulum,
dan mengisap puncak dada itu.
Eunso menjerit tertahan. Tangannya meremas kuat rambut Kyuhyun, menahan kepala
Kyuhyun untuk tetap di sana. “Aah, Sunbae.”

Eunso menahan erangan nikmatnya ketika lidah Kyuhyun bermain di puncaknya. Tangan
Kyuhyun berhenti meremas dada kanannya dan beralih turun menyentuh paha Eunso, lalu
naik ke bagian paha dalamnya melalui rok pendek yang dipakai oleh Eunso.

“Kenapa kau memakai rok?” bisik Kyuhyun di telinganya.

“Ahh, terlalu sakit memakai jeans,” jawab Eunso sedikit malu mengingat apa yang
membuatnya sakit.

Tangan Kyuhyun bergerak lihai di bagian dalam pahanya, lalu menyentuh kewanitaan Eunso
di balik celana dalamnya. Gadis itu sudah lembap di bawah sana. Kyuhyun tersenyum di
leher Eunso. Gadis ini sudah mulai terangsang.

“Apa hari ini masih sakit?” tanyanya lagi.

Seharusnya Eunso menjawab iya untuk menghindari kejadian yang lebih lanjut. “Tidak
terlalu,” jawabnya.

Matanya terpejam nikmat merasakan jari-jari Kyuhyun menelusup masuk melalui celana
dalamnya dan menurunkannya dengan mulus melalui kaki-kakinya.

“Lebarkan sedikit kakimu,” perintah Kyuhyun tegas.

Di saat seperti ini, pria itu pun tidak bisa dibantah. Dengan rona wajah memerah karena malu
dan mata masih terpejam, Eunso melebarkan sedikit kakinya sehingga Kyuhyun bisa
menyentuh kewanitaannya yang terbuka dengan bebas. Kyuhyun menyentuh pusat sensitif
Eunso dan tersenyum mendengar suara desahan tertahan gadis itu.

“Mendesahlah. Tidak akan ada yang mendengarmu.”

“Tapi… oh… Sunbae.”

Kyuhyun menyentuh bagian lembap itu dan mulai mencari sesuatu yang hangat di sana. Saat
menemukannya, jarinya menelusup masuk secara perlahan. Kyuhyun memperhatikan wajah
Eunso selagi jarinya masuk. Eunso sedikit mengerutkan wajahnya karena sakit namun
setelahnya mengernyit nikmat. Lagi-lagi, Kyuhyun tersenyum puas. Obat itu memang
mujarab untuk menyembuhkan.

Setelah memastikan gadis itu tidak lagi merasa sakit, ia menarik keluar jarinya yang
mendapat protes dari Eunso. Ia membaringkan gadis itu di sofa panjang dalam limosin itu.
Beruntung, dia membawa mobil ini. Kyuhyun menekan tombol untuk mengunci pintu, lalu
tombol interkom agar bisa berbicara pada sopirnya.

“Apapun yang terjadi jangan ganggu aku sampai aku yang memanggilmu. Mengerti?”
perintahnya

“Baik, Bos,” jawab sopir itu patuh.


Eunso terbaring dalam diam memperhatikan Kyuhyun. Peluh sudah membasahi dahinya.
Napasnya tersengal-sengal dan jantungnya berdegup kencang. Ya Tuhan, apa yang ia
lakukan? Ia berbaring pasrah di tempat duduk di dalam limosin mewah menunggu pria ini
meneruskan apa yang sudah ia mulai.

Matanya menatap Kyuhyun penuh minat. Kyuhyun yang melepaskan ikat pinggangnya,
membuka kancing celananya, lalu menurunkan celana itu. Benda yang sudah kaku itu
terbebas. Eunso menelan salivanya pelan.

“Sunbae, aku rasa aku masih kesakitan,” ujar Eunso serak.

Ia sudah hendak memutar tubuhnya ketika tangan Kyuhyun menahan lututnya dan membuka
lebar kedua kakinya, lalu menarik Eunso mendekat pada selangkangannya.

“Tidak, kau sudah sembuh.”

Ujung milik Kyuhyun menyentuh kewanitaan Eunso yang hangat. Eunso menarik napasnya
merasakan benda itu menusuknya.

“Tapi, kuliahku… aku akan terlambat,” protes Eunso lagi.

Kyuhyun tidak peduli. Ia terus memasukkan miliknya ke dalam diri Eunso. Gadis itu
meringis pelan merasakan desakan keras itu.

“Itu kuliah penting,” sahutnya lagi.

“Aku akan menjelaskan padamu isi kuliahnya. Setiap tahun pria tua botak itu selalu
menyampaikan kata-kata yang sama.”

Kyuhyun masuk dengan perlahan. Eunso masih sangat sempit.

“Tapi… Sunbae… oh….” Eunso mendesah di akhir katanya. Bagian bawahnya terasa penuh.

“Diamlah. Aku sudah masuk.”

Kyuhyun meraih paha Eunso yang terjulur di lantai mobil, lalu melingkarkan kakinya di
seputar pinggangnya.

“Sudah kubilang, libur kuliah dan temani aku sarapan.”

Kyuhyun menarik miliknya hingga mencapai ujung sensitif Eunso, lalu mendorong masuk
kembali dengan pelan.

“Iya… tapi…”

“Kubilang diam! Aku sedang menikmati sarapanku,” desis Kyuhyun nikmat di atas bibir
Eunso.

Pria itu terus menggerakkan pinggulnya keluar masuk sambil menjelajah mulut Eunso
dengan lidahnya. Air mata Eunso jatuh, bukan karena ia menangis seperti pertama kali, tapi
karena milik Kyuhyun menusuknya terlalu dalam, membuat tubuhnya berguncang keras
mengikuti irama goyangan pinggul Kyuhyun.

Kyuhyun melepaskan bibir Eunso kemudian meraup dada kanan Eunso. Pinggulnya terus
bergerak semakin cepat, membuat air mata Eunso keluar semakin banyak. Terasa begitu
nikmat dan menusuknya.

Eunso menjerit keras ketika Kyuhyun berhasil menusuk titik paling sensitifnya dalam dirinya.
“Sunbaeee,” teriaknya.

Tangan Eunso meraih lengan Kyuhyun berusaha mencari pegangan. Naluri membawa
tangannya naik ke atas dan memeluk Kyuhyun. Kedua kakinya mengapit pinggul Kyuhyun
agar bisa merasakan lebih. Kyuhyun tersenyum puas. Ia pun semakin cepat bergerak.

Tubuh gadis itu mencengkeram kencang miliknya. Gadis itu sudah akan keluar. Kyuhyun
terus bergerak cepat sambil mengisap leher putih Eunso.

“Sunbaeee… akuu… aaakkkhhh…” Gadis itu sampai lebih dulu sebelum dirinya.

Kyuhyun bergerak semakin leluasa setelah cairan gadis itu keluar. Ia menunduk ke bahu
Eunso, memejamkan matanya saat merasakan dirinya juga akan sampai.

Teriakan pria itu terdengar jelas di telinga Eunso saat ia sampai. Napas panas Kyuhyun
menerpa lehernya. Pria itu terbaring lemas di atasnya. Di bagian bawah, cairan Kyuhyun
keluar memenuhi kewanitaan Eunso, terlalu banyak hingga cairan itu keluar dan mengotori
kursi mewah limosin itu.

Napas Eunso pun tersengal-sengal namun tubuh berat Kyuhyun tidak membuatnya semakin
sesak. Ia menikmati rasa ini, berat Kyuhyun menimpanya dan napas Kyuhyun yang terdengar
di telinganya menggelitik lehernya. Kaki Eunso terjatuh lelah ke bawah membuat Kyuhyun
tersadar dari kepuasannya dan bangkit dari atas Eunso. Ia mengeluarkan miliknya dari Eunso
dan duduk bersandar di sofa.

Eunso masih mengatur napasnya untuk bergerak menjauh dan menutupi dirinya. Matanya
terpejam lelah dengan posisi yang masih sama.

Kyuhyun menoleh ke arah Eunso yang terpejam sambil membuka ikatan dasinya dan melepas
jasnya. Ia melempar jas itu ke sebelahnya, lalu membungkuk lagi di atas Eunso. Limosin itu
sudah berhenti, entah sudah berapa lama mereka tiba di depan kampus. Sopirnya
mematuhinya dengan tidak menginterupsi Kyuhyun.

“Lelah?” tanya Kyuhyun di atas Eunso.

Eunso membuka matanya dan menatap wajah Kyuhyun di atasnya. Ia menganggukkan


kepalanya.

Kyuhyun tersenyum. Tangannya mengelus paha Eunso. “Kalau begitu, istirahatlah dulu,”
bisiknya.
Ia mengecup puncak kepala Eunso, lalu kembali duduk bersandar. Eunso bangkit dan duduk
di sebelah Kyuhyun. Matanya mencari-cari celana dalamnya yang dibuang Kyuhyun. Tapi, ia
tidak menemukan benda itu.

“Aku harus masuk kuliah,” ujarnya lagi.

“Sudah kubilang, aku akan menggantikan dosen itu mengajarimu,” jawab Kyuhyun ketus. Ia
menaikkan lagi celananya menutup dirinya.

Eunso masih mencari-cari benda kecil itu, tapi sepertinya Kyuhyun melemparnya di luar
jangkauan matanya.

“Ituku…”

“Apa?”

“Ehm…” Eunso diam. Apa dia harus menyebutkan benda itu?

Kyuhyun tersenyum simpul, tahu apa yang dicari gadis itu. Ia mengulurkan tangannya ke
bawah pantatnya dan menarik celana dalam Eunso. “Ini,” ujarnya sambil melemparkan benda
itu ke arah Eunso.

Dengan sigap, Eunso menangkap benda itu. Ia memunggungi Kyuhyun, lalu memakainya
dengan cepat agar Kyuhyun tidak bisa melihatnya.

Kyuhyun mengabaikan Eunso yang terlihat malu-malu itu dan menekan interkom lagi. “Antar
kami pulang.” ujarnya

“Tapi, bagaimana dengan pertemuan antar pewaris?” Supir itu terdengar ragu-ragu
mengingatkan bosnya.

“Pulang dulu,” jawab Kyuhyun tegas.

Mau tidak mau, supir itu mengikuti kemauan bosnya.

“Ahh… kuliahku. Sunbae…” protes Eunso ketika mobil itu sudah kembali melaju.

“Ya Tuhan, berhenti melawanku,” geram kyuhyun “Sudah kubilang berulang kali. Aku yang
akan menggantikannya. Sekarang duduk manis saja.”

Eunso hanya bisa duduk pasrah di kursi limosin itu. Matanya menatap Kyuhyun bingung.
Tadi, Kyuhyun terlihat lembut. Ia juga berbisik dengan suara yang lembut, tapi sekarang
kelembutan itu menghilang digantikan oleh suara dingin dan bengis.

***

Eunso dibawa ke sebuah rumah megah namun tradisional. Ia tidak tahu rumah ini milik siapa.
Setelah mengenal Kyuhyun, Hyemi sering memberitahukan kekayaan-kekayaan yang
dimiliki oleh keluarga Cho, salah satunya rumah mewah bergaya eropa. Tapi, Hyemi tidak
pernah menyebutkan rumah ini─rumah yang mungkin ditinggali oleh para bangsawan di
zaman Juseon dulu. Mungkin ini salah satu aset milik Kyuhyun.

Beberapa pelayan wanita dengan seragam berwarna hitam menghampirinya dan Kyuhyun.
Eunso membungkukkan badannya membalas para pelayan itu. Ini pertama kalinya ia melihat
orang-orang membungkuk hormat padanya.

“Mandi dan ganti pakaianmu!” perintah Kyuhyun.

“Apa? Tapi, kenapa? Pakaianku masih layak dipakai,” protes Eunso.

“Mereka akan membantumu menemukan beberapa pakaian yang bisa kau pakai.” Kyuhyun
tidak menghiraukan protes Eunso

“Tidak. Aku akan tetap memakai bajuku.”

“Ya Tuhan, tidak bisakah kau menuruti perintahku langsung tanpa protes lebih dulu?” tanya
Kyuhyun geram.

“Tidak,” jawab Eunso menaikkan dagunya tinggi.

Entah keberanian apa yang dia dapat dengan melawan Kyuhyun seperti itu. Eunso merasa
setelah pria itu mengambil sesuatu yang berharga miliknya, ia berhak mempertahankan harga
dirinya yang lain. Ia tidak ingin diperintah di depan banyak orang.

“Lihatlah dirimu di cermin, Song Eunso. Penampilanmu terlihat seperti habis bercinta. Jelas
kau memang bercinta denganku tadi. Noda cairan kita ada di mana-mana dan wajahmu kusut
setelah mendapatkan kenikmatanmu.”

Eunso menganga lebar mendengar penuturan Kyuhyun. Pelayan wanita yang berada di dekat
mereka menutup mulut terkejut, tapi tidak berani berkomentar apa pun atas apa yang bos
mereka katakan.

“Kau… benar-benar… pria yang… ahh.” Eunso tidak bisa menyelesaikan umpatannya. Ia
hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dan menggeram putus asa.

“Cepat mandi sana.” Kyuhyun memutar tubuhnya dan meninggalkan gadis itu dengan wajah
yang memerah karena marah.

“Memangnya siapa yang membuatku seperti ini, hah?” teriak Eunso. Hilang sudah
kesabarannya.

“Song Eunso!” teriak Kyuhyun. “Masuk dan mandi!” Kyuhyun berbalik dan menunjuk ke
arah kamar yang akan ditempati Eunso

“Tidak, biar saja aku seperti ini,” jawab Eunso bersikeras. “Kau membuatku tidak masuk
kuliah penting, meniduriku di dalam limosin, dan sekarang menyuruhku untuk mandi?
Tidak.”

“Kau mau aku yang memandikanmu?” Kyuhyun berjalan cepat menghampiri Eunso.
Eunso menangkupkan kedua tangannya di depan dada karena tatapan nanar Kyuhyun yang
berjalan cepat menghampirinya. Dengan sigap, ia memutar tubuhnya dan menarik salah satu
pelayan yang ada di sana. “Ayo!” teriaknya kesal.

Kyuhyun mengembuskan napasnya kasar. Gadis ini. benar-benar membuatnya hampir


kehilangan kesabaran. Kenapa ia selalu saja melawannya? Kyuhyun memutar lagi tubuhnya
dan bergegas ke kamarnya bersiap untuk mandi lagi.

***

Eunso menatap kagum rumah itu. Seumur hidupnya, baru kali ini ia menginjakkan kakinya di
rumah tradisional seperti ini. Semua terbuat dari kayu dengan pintu yang harus digeser agar
tebuka. Ia juga telah merasakan nikmatnya berendam air panas di bak mandi yang terbuat
dari kayu dengan ditaburi bunga-bunga mawar dan melati.

Selama beberapa saat, Eunso menikmati kegiatan mandi itu sampai akhirnya Kyuhyun berdiri
di luar pintu kamar dan berteriak menyuruhnya bergegas. Eunso merutuki Kyuhyun sambil
keluar dari bak kayu itu, lalu memakai handuknya. Ia berdiri di depan cermin. Ia terperangah
melihat tubuhnya dipenuhi bercak-bercak merah dari sekitar leher hingga… Eunso
menurunkan sedikit lilitan handuknya dan sekali lagi terkejut melihat bercak merah itu begitu
banyak di bagian dadanya. Jadi, ini alasan para pelayan itu tertawa geli ketika Eunso mulai
membuka bajunya.

“Cho Kyuhyun sialaaannn…”

Selesai berganti pakaian dengan dress selutut berwarna putih, Eunso keluar dengan
canggung. Bercak merah bekas kiss mark yang dibuat Kyuhyun di lehernya sulit untuk ia
tutupi karena potongan dress itu cukup rendah. Eunso mengakali hal itu dengan melilitkan
selendang putih yang ia temukan di salah satu lemari.

“Ah, akhirnya kau keluar.”

Eunso mengerutkan alisnya tidak suka harus mendengar suara pria itu lagi. Kyuhyun sedang
berdiri di tengah-tengah ruangan yang dikelilingi oleh tembok-tembok kayu dan jendela yang
terbuat dari kertas. Pria itu kembali memakai setelan resminya dengan jas berwarna hitam di
baliknya dan kemeja berwarna putih menyelimuti dada bagian depannya, lalu dasinya sudah
berganti menjadi warna merah marun. Sungguh, ini benar-benar pemandangan yang tidak
pernah ia bayangkan akan ia lihat.

“Aku ingin mengajukan penawaran.” Kyuhyun membuka pembicaraan.

“Penawaran?”

“Penawaran yang pasti menguntungkanku dan juga dirimu.”

“Apa itu?”

“Menikah denganku.”
“Apa? Menikah denganmu? Dan kau bilang itu menguntungkanku? Yang benar saja,”
ujarnya dengan nada sinis dan meremehkan.

Tapi, hal itu tidak memengaruhi Kyuhyun. Pria itu menatap Eunso dengan mantap. “Tentu
saja, kau tidak perlu lagi harus mati-matian belajar karena mengejar beasiswa, tidak perlu
bekerja sambilan di klinik kampus lagi dan juga….”

“Aku tidak pernah mengeluh akan hal itu,” potong Eunso.

“Dan juga…” sambung Kyuhyun. “ibumu tidak perlu bekerja di klub malam lagi. Kau ingin
ibumu berhenti bekerja dari sana, ‘kan?”

Tepat sasaran. Eunso terdiam dan sejenak ia tergiur oleh penawaran itu. Namun, pemikiran
itu ditepisnya cepat-cepat. Menikah dengan pewaris gangster atau mafia di Korea? Setiap hari
harus melihat suaminya membunuh orang atau berkelahi atau… atau… ia bisa saja dibunuh
karena statusnya sebagai istri dari Cho Kyuhyun. Eunso sering mendengar itu dari cerita-
cerita horor Hyemi. Ibu Kyuhyun pun mati karena dibunuh oleh salah satu musuh ayahnya.
Ya Tuhan. Tidak, ia tidak mau.

“Tidak.”

“Aku tidak mau mendengar kata tidak”

“Kau bilang ini penawaran, ‘kan? Tentu saja aku bisa menolaknya.” tegas Eunso.

“Penawaran dalam kamusku adalah mendapati persetujuan langsung tanpa berdebat.”

“Aku tidak melihat adanya keuntungan dengan menikah denganmu. Malah… mungkin… aku
akan mendapat celaka,” jawabnya, merinding dengan pemikirannya yang terakhir.

“Dengar, kau dan ibumu bisa tinggal bersamaku. Di bawah perlindungan keluargaku dan
dengan uang yang melimpah.”

Eunso menelan ludahnya. Itu artinya ia bisa hidup sedikit mewah? Naik limosin lagi?
Tunggu. Kenapa dirinya jadi sedikit gila harta seperti ini?

“Aku tetap tidak mau.”

“Dengan imbalan uang yang banyak?” tanya Kyuhyun lagi.

Eunso mengeraskan rahangnya marah. “Dengar, Cho Kyuhyun. Aku tidak bisa dibeli. Aku
bukan pelacur.” Eunso meringis mengucapkan sebutan itu. Seperti kata ibunya, apa pun yang
terjadi dia tidak akan mau menjual dirinya. Itu sama artinya dengan ia menjadi seorang
pelacur.

“Ya Tuhan. Ingin rasanya aku mematahkan lehermu,” desis Kyuhyun marah “Aku tidak
bilang kau seorang pelacur!” teriaknya.

“Lalu, apa namanya ini? Membeliku agar kau bisa menikmati tubuhku semaumu, ‘kan? Itu
yang kau pikirkan, bukan?” tebak Eunso dengan kepercayaan diri yang tinggi.
“Jika hanya untuk memiliki tubuhmu, bisa kudapatkan kapan saja tanpa harus menikahimu.
Kau lupa apa yang terjadi di mobil tadi? Jangan bilang kau tidak menikmatinya, Song
Eunso.”

Eunso terdiam. Kyuhyun benar. Pertama kalinya ia memang tidak nyaman karena dia
dipaksa, tapi kali kedua, di dalam mobil itu tadi, ia hanya berbaring pasrah di bawah
Kyuhyun, bahkan menikmatinya.

“Ya Tuhan, aku seorang pelacur. Bagaimana ini, Eommaaa?” Eunso jatuh terduduk dengan
memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

Hei!” Kyuhyun mendekati Eunso dan duduk bersila di hadapan Eunso. Kedua tangannya
terulur ke atas dan menangkup pipi Eunso. “Kau bukan pelacur.”

“Lalu, aku apa? Bercinta dengan seorang laki-laki sebelum menikah… itu….”

“Itu tidak disebut melacurkan diri. Dengarkan aku, tidak apa-apa jika kau melakukannya
hanya dengan satu pria seumur hidupmu.”

“Benarkah?”

“Begini,” Kyuhyun menurunkan tangannya memeluk pinggang Eunso dan menarik gadis itu
agar duduk di pangkuannya. Terkejut karena gerakan yang tiba-tiba itu, Eunso menumpukan
kedua tangannya di bahu Kyuhyun. Wajah Kyuhyun berada begitu dekat di hadapannya. “dua
kali cairanku keluar dan masuk ke tubuhmu. Apa kau tidak khawatir akan resikonya?”

Eunso memandang kosong wajah Kyuhyun. “Hamil?”

“Gadis pintar. Kau tidak ingin anakmu menjadi anak haram juga, ‘kan?” Eunso menatap mata
Kyuhyun sambil mengedipkan matanya beberapa kali, lalu ia menggelengkan kepalanya.
Kyuhyun mengusap rambut Eunso yang beraroma melati dan mawar. “Benar. Jangan biarkan
anakmu menjadi anak haram juga. Karena itu, kita akan menikah.”

Eunso merasa terhanyut oleh tatapan mata Kyuhyun dan usapan lembut tangan Kyuhyun di
seputar pinggang dan pahanya. Ia tidak bisa berpikir jernih.

“Aku… sepertinya aku sedang dibodohi,” ujarnya sadar akan ketidakmampuannya menolak
Kyuhyun.

“Tidak, kau hanya sedang diberikan pencerahan agar mengambil keputusan yang benar,”
jawab Kyuhyun.

“Aku tidak mau menjadi istri seorang mafia. Aku ingin menikah dengan pria yang bekerja
kantoran saja,” jawabnya lagi.

“Mafia hanya pekerjaan sampingan, Eunso. Aku punya kantor sendiri jika kau ingin tahu.”

“Aku tetap tidak suka pekerjaan sampinganmu itu.”


“Song Eunso.” Kyuhyun menggeram marah. Batas kesabarannya hampir habis. Ia bisa saja
memaksa Eunso menikah dengannya, tapi hakim tidak akan mau menikahkan mereka jika
Eunso menolak keras. “Pikirkan ibumu dan bayi yang mungkin saja nanti akan ada.”

“Tapi, aku belum hamil.”

“Kau mau menunggu sampai perutmu membuncit dan orang-orang bergunjing karenanya?”

Eunso terdiam lagi. Kepalanya menunduk ke arah dasi Kyuhyun. Dengan sabar, Kyuhyun
menunggu pergulatan hati Eunso. Ia terus mengusap dan makin mendekatkan Eunso hingga
bagian bawah pusat tubuh mereka bersentuhan. Eunso mengerang tertahan merasakan sesuatu
yang mengeras di balik celana itu ketika menyentuh daerah paling sensitifnya.

“Aku harus berpikir dulu,” ujarnya gelagapan.

“Sekarang atau kau tidak punya waktu untuk berpikir lagi.”

“Sunbae…”

“Aku butuh persetujuanmu sekarang.”

“Aku tidak bisa didesak.”

“Pikirkan ibumu, dia tidak perlu bekerja di klub malam lagi, dan anak haram di perutmu.
Ayo, cepatlah berpikir.”

“Sialan kau, Cho Kyuhyun. Sialan kau!” maki Eunso. Kesabaranya sudah habis. Ia didesak
untuk mengambil keputusan yang mungkin akan ia sesali di kemudian hari.

“Ahh, kau memang pintar,” bisik Kyuhyun menerima makian itu sebagai persetujuan Eunso.
Dengan mudah, ia bangkit membawa serta Eunso yang masih menempel erat dalam
pelukannya. “Sebelum kau berubah pikiran, kita menikah sekarang.” Kyuhyun menarik
lengan Eunso dan membawanya keluar dari rumah itu

“Apa? Sekarang? Sunbae?”

***

“Baiklah, sekarang kalian sudah menjadi pasangan suami istri. Selamat.”

Eunso merasa pusing ketika disalami oleh hakim yang menikahkannya barusan. Ia
menyambut tangan itu dengan tatapan kosong. Ia tidak benar-benar sadar kenapa bisa berada
di ruangan kerja ini dan menandatangani surat nikahnya. Kyuhyun dengan sangat sabar
membimbing tangan Eunso untuk menandatangani dokumen itu.

Dan inilah dia seorang wanita yang tadinya hanya ingin berangkat sepagi mungkin agar bisa
masuk ke dalam kelas perkuliahanya dan sekarang berakhir di kantor catatan sipil dengan
dokumen dan berkas-berkas yang menyatakan dirinya adalah Nyonya Cho.
“Astaga, aku sudah gila.” Tanpa disadarinya, ia mengucapkan kata itu dengan keras hingga
didengar oleh Sang Hakim.

“Apa?”

“Dia gila karena terlalu bahagia,” jawab Kyuhyun. “Tutup mulutmu yang menganga itu,
Sayang.”

Eunso tidak sempat menutup mulutnya karena Kyuhyun sudah membantunya menutup
mulutnya dengan ciuman yang memabukkan. Eunso memejamkan matanya sekali lagi
terhanyut oleh ciuman itu. Ia mencengkeram lengan baju kyuhyun. Agar tidak terjatuh karena
tiba-tiba saja kakinya berubah seperti lilin yang akan meleleh karena panas.

“Hahaha. Suami istri muda yang berbahagia.”

Eunso mendengar suara Sang Hakim di hadapan mereka. Kyuhyun masih belum melepaskan
ciumannya hingga menit ke dua. Eunso bernapas tersengal-sengal setelah Kyuhyun
melepaskan bibirnya. Pria itu mengusap sudut bibirnya yang basah.

Masih dengan sedikit bingung, ia berjalan keluar dari gedung itu. Tangannya digenggam erat
oleh Kyuhyun dan pria itulah yang membimbingnya keluar dari sana. Jika saja Kyuhyun
tidak menariknya, mungkin Eunso masih diam terpaku di ruangan hakim itu.

“Sunbae,” panggilnya ragu-ragu.

“Hmm?”

“Apa alasanmu menikahiku? Untukmu… maksudku… bagi kalian yang melakukan suatu
kejahatan atau hanya bisa berkelahi saja tidak mungkin menikahi seorang gadis hanya karena
khawatir gadis itu hamil.” Sejak di dalam ruangan itu, pikiran seperti ini sudah masuk ke
benaknya. Hanya saja ia tidak bisa bertanya karena terlalu terkejut dengan yang terjadi.

“Karena aku tidak mau menikah.”

“Apa?” Eunso mengerutkan alisnya bingung. Tidak mau menikah? Tapi pria ini baru saja
menikahinya.

“Aku ditunangkan dengan seorang pewaris lain sejak aku kecil.”

“Ck! Kenapa tidak kau nikahi saja tunanganmu itu?” teriak Eunso. Ia tidak perlu repot-repot
menikah dengan Kyuhyun jika ia sudah memiliki tunangan.

“Dan kau ingin berakhir menjadi wanita simpananku?”

“Apa? Kau… kenapa percaya diri sekali? Untuk apa aku mau menjadi wanita simpananmu?”

“Karena itu aku menikahimu. Aku juga tidak mau kau menjadi wanita simpanan dan
membiarkan wanita itu menjadi istriku.”
“Cho Kyuhyun!” Eunso masih bingung dengan jawaban Kyuhyun. Sebenarnya, apa maksud
pria ini?

“Aku sudah menginginkanmu sejak pertama kali kita bertemu. Dan bertekad menjadikanmu
istriku. Tadinya aku ingin kita bercinta setelah kita menikah, tapi di tengah-tengah
pendekatanku kau membuatku marah karena berbohong demi menemui pria lain dan…
akhirnya aku memaksamu.”

“Cih! Apa kau baru saja bilang kau sudah terpikat padaku pada pandangan pertama di klinik
kampus itu?”

Eunso terdiam. Ahh, tentu saja karena wajah inilah semua orang begitu menginginkannya.
Hanya saja Cho Kyuhyun terlalu berkuasa hingga akhirnya bisa mendapatkan dirinya dengan
mudah.

Kyuhyun menghentikan langkahnya, lalu menatap Eunso dalam. “Terpikat pada pandangan
pertamanya benar, tapi di klinik kampusnya salah.”

“Apa?”

“Kita pernah bertemu sebelum itu, Eunso. Aku yakin kau tidak mengingatnya.”

“Kita? Pernah bertemu? Kapan?”

Kyuhyun tersenyum, senyum yang baru dilihat oleh Eunso. “Tidak akan kuberitahu sampai
kau mengingatnya sendiri.”

Kyuhyun memutar tubuhnya dan melangkah masuk ke dalam mobilnya. Kali ini, pria itu
membawa jaguar merahnya dan mengemudikannya sendiri.

“Sunbae, katakan padaku. Aku penasaran.” Eunso membuka pintu mobil dan duduk di
sebelah Kyuhyun. Matanya menatap Kyuhyun lekat. “Di mana dan kapan kita pernah
bertemu? Aku tidak mungkin melupakannya jika itu kau.”

“Lalu, kenapa kau lupa?” tanya Kyuhyun “Pakai sabuk pengamannya, Eunso.” Kyuhyun
melajukan mobilnya keluar dari area parkir.

“Coba ingatkan aku lagi,” desak Eunso sambil memakai sabuk pengaman dengan cepat

“Tidak.”

“Ahh, Sunbae.”

Eunso mengerutkan alisnya. Ia benar-benar penasaran. Matanya menatap lurus ke depan


mengingat-ingat tahun-tahun pertamanya di kampus. Mungkin saja mereka pernah bertemu di
sana. Tapi, Eunso memang memiliki memori yang pendek. Karena itu, ia mati-matian belajar
dan mengulang-ulang pelajarannya. Jika tidak, ia akan mudah melupakan segalanya.

“Ahh, kau membuatku penasaran,” rutuk Eunso.


Di sebelahnya, Kyuhyun tersenyum lucu. Baru kali ini, ia melihat Eunso berbicara sebanyak
itu. Selama sebulan ia meminta Eunso menemaninya, gadis itu hanya membisu dan
menatapnya garang. Tapi hari ini, gadis itu menunjukkan satu sisi yang menggemaskan dan
Kyuhyun menyukai hal itu.

Eunso menoleh ke luar jendela kemudian menegakkan tubuhnya melihat pilihan jalan yang
jarang ia lalui. “Kita mau ke mana?”

“Pulang ke rumahku.”

“Apa? Rumah yang tadi?”

“Bukan. Rumah ayahku.”

“Apa? Lalu, kita akan bertemu ayahmu? Kenapa membawaku ke sana? Aku tidak mau. Aku
tidak mau mati.”

“Eunso! Kau istriku, sudah seharusnya aku membawamu tinggal bersamaku.”

“Dan tinggal serumah dengan ayahmu? Ya Tuhan, aku pasti cepat mati karena ketakutan.”
Kyuhyun hanya diam mendengar Eunso terus berbicara hal-hal yang tidak penting. “Kau
bilang kau punya tunangan, ‘kan? Ya Tuhan, ayahmu pasti marah besar kalau tahu kau
menikahiku. Ayo kembali lagi ke sana dan batalkan pernikahan kita”

“Tidak,” jawab Kyuhyun tegas.

“Sunbae.”

“Aku bilang tidak.”

“Ayahmu pasti marah besar dan membunuhku. Ya Tuhan.”

“Appa pasti marah. Tapi, dia tidak akan membunuhmu.”

“Kenapa kau yakin sekali?”

“Karena dia harus membunuhku dulu untuk melakukan itu. Sekarang diam dan duduk manis
saja di sana.”

Eunso menggelengkan kepalanya frustrasi. Satu hari, ia bisa gila hanya dalam satu hari ini.

“Tunggu, aku tidak bisa pergi ke rumahmu dan meninggalkan eomma sendirian. Eomma pasti
kebingungan karena aku tidak pulang. Jadi, bawa aku pulang cepat. Cepat,” desak Eunso.

Kyuhyun melirikkan matanya ke arah eunso dan menatapnya dengan remeh. “Ibumu akan
dijemput anak buahku. Tidak perlu cari-cari alasan lagi, Song Eunso. Diam dan duduk manis
saja.”

Eunso menggigit bibir bawahnya. Ingin rasanya ia meneriaki pria ini. Ya Tuhan. Ia benar-
benar akan cepat mati karena serangan jantung mendadak.
PART 3

Kyuhyun menghentikan mobilnya di pekarangan luas sebuah rumah. Dari kejauhan, Eunso
bisa melihat besarnya rumah yang sedang dituju Kyuhyun. Jantungnya berdetak cepat karena
sebentar lagi akan menginjak rumah itu.

Eunso melirik Kyuhyun yang memasang ekspresi santai sambil mengambil sesuatu dari jok
belakang. Kyuhyun mengangkat benda panjang dari sana yang terlihat seperti sebuah tongkat.
Meskipun Eunso belum pernah melihat benda itu sebelumnya, ia tahu itu apa. Ia sering
melihat benda itu di film-film ninja.

“Pedang samurai? Untuk apa kau membawanya?” tanya Eunso ngeri melihat benda itu.

“Zaman sekarang orang-orang sudah memakai pistol sebagai senjata. Tapi, aku dan Appa
masih sering menggunakan pedang samurai untuk membela diri,” jawab Kyuhyun sambil
membuka pintu mobil, lalu melangkah keluar.

“Kenapa kau memegangnya sekarang?”

Kyuhyun tidak mengacuhkan pertanyaan Eunso. Pria itu berlari-lari kecil menuju pintu di
kursi penumpang. Eunso masih terlalu kaget dan refleks mengunci pintunya karena ia tidak
ingin turun.

“Ayo, turun,” ujar Kyuhyun dengan nada memerintah.

“Tidak.” Eunso bersikeras tidak mau keluar. Ia memegang erat sabuk pengaman yang masih
ia kenakan.

Kyuhyun menunduk dan melongokkan kepalanya melalu jendela pintu mobil yang terbuka. Ia
membuka sabuk pengaman itu dan menyentakkannya terlepas.

“Eunso, jangan takut. Ayo.” Ditariknya pergelangan tangan Eunso dengan hati-hati sampai
akhirnya gadis itu keluar dari mobil.

“Sunbae, aku rasa… ini semua salah.” Eunso menarik-narik pergelangan tangannya dari
cengkeraman Kyuhyun. Namun, ia tidak berhasil melepaskan tangannya dan berakhir
berjalan terseret mengikuti Kyuhyun.

Kyuhyun membawa Eunso masuk ke dalam rumah mewah bergaya eropa itu dengan
perabotan mewah menghiasi setiap sudutnya. Beberapa pelayan wanita muncul dari balik
pintu dan beberapa pelayan pria juga berdiri di dekat pintu menyambut mereka.

Eunso mengalihkan pandangannya ke arah tangga besar yang melingkar. Kyuhyun


membawanya menaiki tangga itu. Ini seperti mimpi. Sesaat Eunso merasa dirinya seperti
menjadi seorang Cinderella karena berada di istana yang sangat mewah.
“Kyu, kau pulang?” Eunso menoleh ke tangga teratas. Seorang wanita paruh baya sedang
menatap Kyuhyun dengan alis mengerut. “Siapa gadis itu?”

“Di mana Appa?” tanya Kyuhyun tidak menghiraukan pertanyaan wanita itu sama sekali
seraya terus berjalan memasuki rumah mencari ayahnya.

“Di ruang kerjanya,” jawab wanita itu. “Ada apa? Siapa gadis ini dan kenapa kau membawa
pedang samuraimu, Kyu?”

Eunso menoleh ke belakang, ke arah wanita itu. “Bisakah kau menolongku?” pinta Eunso
kepadanya.

“Ya Tuhan, ada apa ini?” Wanita itu berlari-lari kecil mengejar Kyuhyun dan Eunso.

Eunso menolehkan kepalanya ke depan lagi, kearah pintu yang sebentar lagi mereka capai.
Kyuhyun berhenti di depan pintu itu dan mengetuknya beberapa kali.

“Sunbae, aku rasa aku belum siap bertemu dengan ayahmu.”

Kyuhyun tidak menanggapi Eunso. Setelah mendengar suara ayahnya yang mengizinkannya
masuk, Kyuhyun membuka pintu itu lebar. Ia melangkah masuk sambil menarik tangan
Eunso.

“Tuhan, selamatkanlah aku.” Eunso berdoa dalam bisikannya selagi ia melangkah masuk
mengekori Kyuhyun.

Mereka berhenti di tengah-tengah ruangan. Eunso bersembunyi di belakang Kyuhyun tidak


berani sama sekali untuk melihat mertuanya saat ini. Ia menoleh ke belakang melihat wanita
tadi yang berdiri di ambang pintu menatap dengan penuh minat.

“Oh, Kyu? Ada apa?”

Cho Hyunjin menatap putranya penasaran. Ia melihat sekilas gadis yang bersembunyi di
belakang Kyuhyun. Tangan Kyuhyun menggenggam tangan gadis itu, lalu tangan yang
satunya lagi memegang pedang samurainya.

“Aku punya kabar gembira untukmu, Appa,” jawab Kyuhyun tegas.

“Apa itu?”

Eunso melongokkan kepalanya sedikit dari balik punggung Kyuhyun. Bagaimanapun, ia


juga penasaran seperti apa wajah ayah mertuanya. Namun, sedetik kemudian ia menarik lagi
kepalanya setelah melihatnya sekilas.

“Aku sudah menikah tadi siang.”

Eunso menelan ludahnya takut-takut.

Hyunjin melirik gadis yang berada di belakang Kyuhyun. Ia mengembuskan napasnya. “Biar
kutebak. Kau menikah dengan gadis itu? Apa dia yang bernama Song Eunso?”
Eunso tertegun. Ayah Kyuhyun tahu namanya? Kyuhyun menceritakan perihal dirinya pada
ayahnya?

“Ya,” jawab Kyuhyun tegas.

“Cho Kyuhyun, kita baru saja membicarakan masalah ini kemarin, bukan? Kau bilang kau
mengerti dengan situasimu.”

“Aku mengerti, Appa.”

“Jika kau mengerti dengan situasimu, kenapa kau menikahi wanita selain tunanganmu?” desis
Hyunjin.

Suara itu membuat Eunso refleks memegang tengkuknya karena merinding.

“Aku mengerti dan tahu aku memiliki tunangan, tapi bukan berarti aku mau menikahi wanita
itu.”

Eunso kagum karena Kyuhyun menjawab dengan ketenangan yang luar biasa.

BRAK.

Eunso tersentak mendengar suara gebrakan meja itu. Ia semakin menyembunyikan dirinya di
belakang Kyuhyun dengan perasaan takut. Ia berdoa di dalam hati semoga ia bisa selamat
keluar dari kandang mafia ini. Ingin sekali rasanya ia menghindari pertengkaran ayah dan
anak ini.

“Cho Kyuhyun, kau tahu apa yang akan terjadi akibat perbuatanmu ini?”

“Aku tahu.”

“Lalu, kenapa kau melanggar janji yang sudah dibuat bertahun-tahun lalu?”

“Appa, masalahnya adalah, aku tidak ingin melanjutkan genjatan senjata kita bersama
keluarga Shin. Jika kita sudah bermusuhan sejak dulu, kenapa tidak tetap menjalani peran
sebagai musuh saja untuk selamanya?”

“Apa kau berniat membuat kedua keluarga berperang dingin kembali?”

“Aku tidak takut, Appa. Tidak pernah takut.”

Hyunjin berusaha keras untuk tidak tersenyum. Putranya memang membanggakan. Tidak
takut sama sekali untuk berperang.

“Ini permintaan terakhir ibumu, Nak, berdamai dengan keluarga Shin.”

“Anggap saja aku bukan anak yang berbakti,” jawab Kyuhyun membela diri

Hyunjin menarik napas panjang. Ia berdiri dari kursinya, lalu berjalan memutari meja
kerjanya dan berhenti di hadapan Kyuhyun.
“Dengan melanggar janji ini, kau akan membuat keluarga Shin semakin mendendam kepada
kita. Satu-satunya cara untuk berdamai adalah dengan menikahkanmu dengan putri mereka.”

“Aku tidak ingin menjadi alatmu untuk menebus rasa bersalahmu,” jawab Kyuhyun sinis.

Hyunjin menaikkan alisnya. “Sialan. Aku tidak pernah merasa bersalah dengan keluarga itu.
Astaga. Aku hanya ingin mengabulkan permintaan terakhir ibumu. Ibumu terlalu sering
mengalami mimpi buruk karena takut keluarga itu akan membunuhku.”

“Appa,” potong Kyuhyun. “Eomma sudah lama meninggal dan kau tidak pernah bisa
dibunuh. Begitu pun aku.”

Kyuhyun menatap ayahnya penuh dengan keyakinan. “Jika mereka harus mengerahkan
semua usaha untuk membunuhku, aku tidak akan takut. Aku sudah bisa melindungi diriku
sendiri.”

“Bagaimana dengan gadis itu?” tunjuk Hyunjin pada Eunso “Kau bisa melindunginya dari
para musuhmu?”

Kyuhyun menolehkan kepalanya ke belakang. Eunso mendongakkan kepalanya membalas


tatapan Kyuhyun dengan tatapan ngerinya. Kyuhyun tersenyum sinis. “Tentu saja aku bisa.”

Hyunjin mengembuskan napasnya lagi. “Coba kulihat gadis itu.”

Eunso menahan napasnya. Ia memegang erat baju bagian belakang Kyuhyun dan bertahan
bersembunyi di balik punggung Kyuhyun. Namun, usahanya sia-sia karena Kyuhyun menarik
Eunso dengan kuat dari persembunyiannya. Eunso menarik napas panjang sekali lagi
kemudian menahanya lama. Matanya bertemu dengan mata yang serupa dengan yang dimiliki
oleh Kyuhyun. Ia seperti melihat duplikat Hyunjin dalam diri Kyuhyun. Hanya saja, pria itu
lebih tua dari pria yang berdiri di sebelahnya saat ini.

Hyunjin tertawa lepas. Setelah melihat Eunso, ia mengerti kenapa putranya bisa tergila-gila
padanya. Gadis itu memang di luar perkiraanya. Ia pikir gadis yang diminati oleh putranya
adalah gadis yang bergaya glamor dan hobi bersolek. Berbeda dengan gadis yang ia lihat saat
ini. Meskipun wajahnya sangatlah cantik, gadis itu tetaplah gadis yang sederhana tanpa
makeup.

Eunso mengerutkan alisnya bingung. Kenapa ayah Kyuhyun tertawa seperti itu? apa
penampilannya sangat memalukan? Apa ada sesuatu yang memalukan di wajahnya?

“Kemarilah, Nak.” Pria itu mengulurkan tangannya kepada Eunso.

Eunso terdiam melihat uluran tangan itu. Ia menoleh ke arah Kyuhyun, lalu terkejut karena
Kyuhyun menganggukkan kepalanya. Ragu-ragu, ia melangkah maju dan menyambut uluran
tangan itu. Tuhan, jika saat ini juga dia harus mati di tangan pria ini, izinkanlah dia
mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya kepada eomma-nya dan Donghae,
cinta pertamanya.

“Apa pendapatmu tentang anak laki-lakiku?” Pria itu terdengar lebih menakutkan dari jarak
sedekat ini.
“Dia….” Eunso menoleh ke belakang. Ia menatap Kyuhyun sejenak, lalu menoleh lagi ke
depan, bingung.

“Jawablah dengan sejujurnya, Nak.”

Eunso merasakan aura mengerikan dari suara itu. Tuhan, selamatkanlah aku. “Maafkan aku,
Ahjussi. Tapi, aku rasa putra Anda adalah pria yang egois, arogan, dan tukang perintah.”

“Hahaha. Aku suka dia. Aku suka dia.” Hyunjin tertawa lepas mendengar jawaban Eunso.

Eunso menatap kaget ayah mertuanya itu. Kenapa pria itu malah tertawa mendengar putranya
dikatai seperti itu?

“Aku suka pilihanmu.” Pria itu melepaskan tangan Eunso, lalu menyuruhnya kembali kepada
Kyuhyun.

Cepat-cepat, Eunso berlari dan bersembunyi lagi di balik punggung Kyuhyun.

“Sebenarnya, jauh di lubuk hatiku aku tidak pernah setuju kau menikah dengan putri keluarga
Shin. Kau benar, sekali musuh tetaplah musuh. Tidak ada jalan untuk berdamai. Tapi, karena
ini permintaan terakhir ibumu, maka aku….” Hyunjin menarik napasnya. “tidak bisa
memberikan izin semudah itu.”

Ia melirik ke arah pedang samurai di tangan putranya. “Temui aku di ruang latihan. Jika kau
berhasil mengalahkanku dalam waktu sepuluh menit, aku akan merestuimu.”

“Astaga. Tidak! Jangan bertarung!” Suara Seungmi yang dari tadi hanya membisu di pintu
terdengar menginterupsi mereka. “Eonni juga bilang, kau jangan sampai membunuh anakmu.
Kalian ayah dan anak. Jangan saling membunuh.”

“Ya Tuhan, Seungmi. Pertarungan kami tidak akan berakhir dengan kematian,” desah
Hyunjin kesal. “Kau bawa saja gadis itu ke kamarnya. Dan jangan ganggu kami berdua.”

Seungmi menggerutu sambil berjalan mendekati Eunso. “Ayo,” ajaknya.

“Tapi, apa yang akan kalian lakukan?” tanya Eunso khawatir. “Sunbae?”

Kyuhyun menoleh ke arah Eunso, lalu menaikkan dagunya keluar pintu “Pergilah bersama
Imo.”

“Kau tidak akan mati, ‘kan?” tanya Eunso lagi.

“Tidak, Eunso. Pergilah.”

Dengan hati sedikit berat, Eunso membiarkan dirinya ditarik keluar oleh wanita yang
Kyuhyun panggil imo itu. Sesekali, ia menoleh kearah Kyuhyun yang berjalan berlainan arah,
entah ke mana, disusul oleh ayahnya.

“Apa yang akan mereka lakukan?” tanya Eunso takut-takut.


“Aku tidak tahu,” jawab wanita yang berada di sebelahnya. “Tidak perlu cemas, Mereka akan
baik-baik saja.”

Wanita itu mengusap lengan Eunso, menenangkan gadis yang baru saja menjadi istri
keponakannya itu. Sekarang ia tahu kenapa Kyuhyun sampai tega memerkosa gadis ini.
Hanya dalam sekali lihat, Kim Seungmi sudah bisa menilai gadis ini. Selain cantik, ia juga
memiliki hati yang lembut.

***

Eunso dibawa ke sebuah kamar yang sangat besar. Menurut wanita yang membawanya ke
sana, kamar ini adalah kamar milik Kyuhyun. Eunso bisa melihat hal itu ketika mereka
masuk. Ada aroma khas Kyuhyun di sini. Barang-barang di kamar ini juga mengingatkannya
akan kepribadian Kyuhyun.

“Kau ingin kubawakan sesuatu?” Seungmi berusaha untuk membuat gadis itu nyaman.

Eunso menoleh ke arah Seungmi dan menggelengkan kepalanya. “Kurasa aku ingin pulang,”
jawabnya.

“Sepertinya itu bukan keputusan yang baik karena Kyuhyun akan sangat marah jika tidak
menemukanmu di sini.” Seungmi mengusap pelipisnya. “Meskipun aku tidak tahu apa
sebenarnya yang terjadi, aku tahu Kyuhyun pasti ingin kau berada di sini ketika ia selesai
berurusan dengan ayahnya.”

“Apa yang akan mereka lakukan?” tanya Eunso penasaran.

“Bertarung hingga salah satu dari mereka merasa kalah.”

“Mereka tidak akan saling membunuh, ‘kan?”

“Hahaha. Tidak, sepertinya tidak,” jawab Seungmi ragu-ragu. Ini kali pertama Kyuhyun
membelot dari perintah ayahnya. Tapi melihat dari sikap Hyunjin tadi, Seungmi tahu pria itu
sebenarnya juga ingin sekali mengakhiri perjanjian pernikahan itu.

“Ehm, maafkan aku.” Hati-hati, Eunso menyadarkan Seungmi dari lamunannya. “Jika saya
boleh tahu, Anda siapa? Sunbae memanggil Anda imo tadi.”

“Aku memang imo-nya. Aku adik ibunya. Kau juga boleh memanggilku imo. Jangan bersikap
formal denganku karena kita sudah menjadi keluarga.”

Eunso mengangguk mengerti. Jadi, wanita ini adik ibunya Kyuhyun. Tiba-tiba, Eunso
teringat akan gosip yang beredar bahwa ibu Kyuhyun meninggal karena dibunuh oleh salah
satu musuh dari keluarga Cho.

“Ehm, apa gosip itu benar?” tanya Eunso ragu-ragu.

“Gosip? Gosip apa?”

“Gosip meninggalnya ibu Sunbae.”


“Ada gosip tentang itu? Memangnya gosip seperti apa?” tanya Seungmi penasaran.

“Ibunya meninggal karena terbunuh?”

Seungmi menaikkan alisnya terkejut. Benarkah ada gosip seperti itu? “Kau terlalu banyak
mendengar gosip, Nak. Kemarilah biar kuceritakan padamu keseluruhan ceritanya.”

Seungmi menarik Eunso ke sebuah sofa di kamar itu. Setelah mereka duduk, Seungmi mulai
menceritakan cerita bagaimana semua itu bermula.

“Saat itu, kakakku akan menikah dengan keluarga Shin, tapi Cho Hyunjin membawa kabur
kakakku lima menit sebelum pernikahan itu berlangsung. Keluarga Shin tentu saja sangat
marah. Mereka mulai mencari cara untuk membunuh Hyunjin. Tapi, sayangnya tidak pernah
bisa. Kakakku harus selalu hidup dalam ketakutan selama sisa hidupnya. Ia takut jika
suaminya kapan saja bisa mati dan itu mempengaruhi kehamilanya. Tubuhnya sangat lemah
ketika proses melahirkan dan tidak bisa bertahan. Kakakku meninggal setelah Kyuhyun
lahir.”

“Ya Tuhan, kasihan sekali.”

Seungmi tersenyum. “Permintaan terakhir kakakku adalah agar keluarga Cho berdamai
dengan keluarga Shin. Ia tidak ingin putranya mengalami teror yang sama dengannya. Karena
itu, perjanjian pernikahan pun diadakan untuk menyatukan kedua keluarga. Yah, sayangnya
anak itu tumbuh persis seperti ayahnya, membangkang dan susah untuk diatur”

Eunso mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

Tatapan mata Seungmi tidak lepas dari wajah Eunso. “Mungkin kau bisa
mengendalikannya.”

“Apa? Aku? Imo, Ayah Sunbae dan Imo saja tidak bisa mengendalikanya, apalagi aku?”
Eunso menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Seungmi.

Seungmi menaikkan bahunya. “Kakakku saja bisa membuat seorang Cho Hyunjin tunduk,
bahkan memintanya berdamai dengan keluarga Shin.”

“Apa maksud Imo aku harus mati dulu untuk melakukan itu?” tanya Eunso takut-takut.

“Bukan begitu.” Seungmi menggelengkan kepalanya. “Kyuhyun melanggar janji antara


kedua keluarga untuk perdamaian dengan menikahimu. Pasti ada alasannya kenapa dia
melakukan itu. Kau akan mengerti nanti.”

Eunso ingin sekali membantah Seungmi, tapi sepertinya percuma. Bakat keras kepala juga
melekat padanya.

***

Ruang latihan. Tiga puluh menit setelah pertarungan yang disepakati.


Suara deru napas tersengal-sengal menghiasi ruangan itu. Hyunjin duduk bertumpu lutut
kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang pedang. Peluh membasahi seluruh tubuhnya.
Rambutnya pun sudah basah karena keringat. Ia menatap putranya dengan tatapan membunuh
sekaligus bangga.

“Appa tadi bilang hanya sepuluh menit.”

Tidak jauh berbeda dengan ayahnya, Kyuhyun sedang duduk dengan dua lututnya sebagai
tumpuan. Pedangnya jatuh terlentang di hadapannya. Ia membalas tatapan membunuh
ayahnya dengan tatapan penuh kemenangan. “Kau sudah berapa kali kalah dalam waktu
sepuluh menit itu dan sepuluh menit berikutnya.”

Hyunjin mengangkat bibir kirinya ke atas. Ia tersenyum sinis pada putranya. Seandainya dia
lebih muda, dia akan menang dengan mudah. Ah, tidak. Jika dia semuda Kyuhyun pun, ia
tetap tidak akan bisa mengalahkan putranya ini. Di luar dugaannya, putranya sudah menjadi
lebih hebat dari dirinya sendiri.

“Baiklah, Appa menyerah.” Hyunjin duduk bersila dan meletakkan pedangnya di sisi
kanannya. “Apa ini pelajaran yang kau dapatkan selama kau menghilang beberapa tahun
yang lalu?”

Kyuhyun masih duduk berlutut dengan kedua tangan memegang lututnya. “Banyak tempat
yang kudatangi.”

“Cih, dasar anak muda.” Hyunjin berdecak keras. Matanya menatap lekat putranya dengan
penuh kebanggaan. Ia tidak pernah mengira putranya akan menjadi sosok yang akan ia
kagumi seperti ini.

Kyuhyun dulu adalah anak yang penurut, manja, dan sangat penakut. Namun, setelah satu
kejadian yang hampir membuatnya terbunuh, Kyuhyun mulai berubah. Ia pergi dari rumah
sepuluh tahun yang lalu dengan alasan ingin menemukan jati dirinya dengan berpetualang.
Meskipun begitu, Kyuhyun masih sempat menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Lalu, dua
bulan yang lalu Kyuhyun kembali ke rumah dengan sosok yang berbeda dengan yang terakhir
ia lihat. Inilah alasan kenapa semua pelajaran berbudi yang diajarkan oleh imo-nya
menghilang begitu saja. Semua kepatuhan, ketakutan, dan sikap manjanya menghilang.

Hidup dengan dibesarkan oleh seorang bibi yang sangat protektif membuatnya tumbuh
menjadi anak yang manja dan penakut. Saat itu, ayahnya terlalu sibuk dengan duka
kehilangan ibunya sehingga mencurahkan seluruh perhatiannya pada pekerjaan. Hingga
akhirnya, ia tersadar ia sudah menelantarkan putranya dan terlambat mendidiknya menjadi
penerus yang ditakuti seperti dirinya. Kyuhyun sering dicemooh di sekolah atau pun dalam
lingkungan para ahli waris geng mafia.

Ketika itu, Kyuhyun baru saja pulang dari sekolahnya. Ada beberapa murid yang sengaja
menghadang jalannya dan memukulnya. Entah karena apa murid-murid itu melakukanya,
yang pasti saat itu Kyuhyun hampir saja mati jika tidak ada seorang malaikat yang
menolongnya. Kyuhyun tersenyum mengingat kejadian itu.

“Kenapa kau tersenyum?” tanya Hyunjin.


“Tidak. Aku hanya teringat pertemuan pertamaku dengan Eunso,” jawab Kyuhyun. Ia lalu
menutup mulutnya rapat.

“Ehem,” Hyunjin berdeham. “aku bukan tempat yang cocok untuk kau ajak curhat masalah
percintaan.”

“Jika tidak ada yang bisa kulakukan lagi, aku permisi.” Kyuhyun membungkuk sopan ke arah
ayahnya kemudian berdiri dengan membawa serta pedang samurainya.

Sudah lama ia tidak pernah mengenang hari itu lagi. Ia selalu mengenang hari itu sebagai
penyemangatnya. Namun, setelah bertemu dengan Eunso lagi, kenangan itu menghilang dan
digantikan oleh kenangan baru.

“Song Eunso.” Kyuhyun menyebutkan nama itu selagi ia berjalan menuju ke kamarnya.
“Jelas dia tidak mengingat kejadian itu.”

***

BUK. BUK. BUK.

Kyuhyun terbatuk mengeluarkan darah saat menerima pukulan terakhir. Ia sedang dalam
perjalanan pulang ketika beberapa murid menghadangnya dan memukulnya. Alasan dari
para murid ini tidak jelas.

“Hah! Aku benar-benar ingin tahu bagaimana rasanya memukul salah satu keluarga Cho.”

“Apa kita bunuh saja dia?”

“Jangan. Kau bisa dipenjara.”

BUK.

“Uhuk.”

Kyuhyun sudah terbaring lemah. Darah keluar lagi dari mulutnya. Seluruh tubuhnya sakit
dan lemah. Ia tidak sanggup hanya untuk bernapas sekalipun. Ia sudah berteriak minta
tolong. Tapi, gudang tempatnya diseret begitu saja tadi terletak sangat jauh dari keramaian.
Tidak ada seorang pun yang datang menolongnya.

“Dia sudah tidak berdaya. Sekarang bagaimana?”

“Kita tinggalkan saja di sini. Jika dia beruntung, dia akan bertahan hidup.”

“Ayo.”

Kyuhyun melihat dengan pandangan kabur karena darah yang mengalir dari pelipisnya
menghalangi pandanganya. Ketiga pemuda itu pergi begitu saja meninggalkannya. Kyuhyun
menarik napas panjang kemudian merintih merasakan sakit di tulang rusuknya. Ia terluka
parah dan akan segera mati jika tidak ada yang menolongnya.
“Imo.” bisiknya lirih memanggil satu-satunya ibu yang dimilikinya. Ia membutuhkan
pelukan dan sentuhan lembut dari wanita itu. Mata Kyuhyun pun terpejam karena tidak bisa
lagi melawan kegelapan yang menghampirinya.

***

Sentuhan lembut di wajahnya membangunkan Kyuhyun. Ia merintih sakit ketika sekali lagi
sentuhan itu mengenai pelipisnya yang terluka. Tangan kecil itu menjauh dari wajahnya dan
kembali lagi ketika Kyuhyun sudah tidak merasa sakit. Namun, Kyuhyun kembali merintih
ketika tangan itu menyentuhnya lagi.

“Imo,” panggilnya.

Kyuhyun membuka matanya perlahan, lalu mengerjapkanya beberapa kali hingga


pandangannya menjadi jelas. Ia masih berada di dalam gudang itu, gudang yang berdebu
dan berbau tak sedap. Kyuhyun berusaha menarik napas kembali namun lagi-lagi ia merasa
kesakitan.

“Kau tidak apa-apa?” Suara seorang gadis kecil terdengar dari sebelahnya.

Kyuhyun menoleh ke samping, ke pemilik suara itu. Gadis itu duduk di sebelahnya dengan
tangan memegang sapu tangan yang terkena noda darah. Apa gadis ini baru saja
membersihkan lukanya?

Merasa sedikit lebih baik, Kyuhyun berusaha untuk duduk namun mengurungkan niatnya
ketika tulang rusuknya terasa sakit lagi. Mungkin salah satu tulang rusuknya patah.

“Sebaiknya, kau jangan bangun dulu.” Suara gadis kecil itu menasehatinya.

Kyuhyun menoleh ke arah gadis itu dengan alis bertautan. “Kau bisa tolong aku?” tanya
Kyuhyun.

“Aku sedang menolongmu sekarang,” jawab gadis itu sambil mengulurkan tangannya dan
mengelap pelipis Kyuhyun yang penuh darah. Ia menarik tangannya ketika Kyuhyun merintih
sakit. “Apakah sakit?” tanyanya polos.

“Ya, sakit sekali.”

“Ah, jika saja aku membawa obat merah dan perban,” tutur gadis itu menyesal.

Kyuhyun tersenyum. Meskipun gadis itu membawanya keluar dari gudang ini, ia tetap tidak
akan bisa membantu meringankan sakit yang saat ini dirasakan oleh Kyuhyun. Kyuhyun
menatap gadis itu dengan seksama. Wajah gadis itu sangat cantik untuk usia semuda itu.
Kyuhyun yakin gadis ini akan menjadi gadis yang banyak dipuja pria ketika ia sudah
dewasa.

“Kau tidak takut melihat darah?”

“Tidak. Eomma sering terluka jadi aku sudah terbiasa.”


Kyuhyun mengangguk pelan mengerti. Gadis ini cukup pemberani. Sesuatu menghangat di
hatinya. Ia menyukai gadis ini. “Siapa namamu?”

“Eunso.”

“Baiklah, Eunso. Kau bisa menolongku lagi?”

“Apa?”

Kyuhyun menarik secarik kertas dari dalam tasnya dengan susah payah kemudian
menuliskan sebuah nomor telepon di sana. “Bisakah kau menelepon nomor ini? Katakan
pada wanita yang mengangkat teleponmu bahwa keponakannya terluka dan minta beberapa
orang untuk menjemputku.”

“Aku mengerti. Aku akan pergi. Kau tidak apa-apa di sini sendirian?”

“Aku tidak apa-apa.”

***

Setelah gadis itu menelepon di telpon umum, ia kembali dengan membawa sebotol air untuk
Kyuhyun. Lalu, ia mengucapkan permintaan maafnya karena tidak bisa menemani Kyuhyun
lebih lama. Dengan mengingat nama gadis itu, Kyuhyun berjanji akan menemui gadis itu lagi
setelah ia dewasa dan lebih kuat dari hari ini. Imo-nya menangis semalaman karena luka-luka
yang didapati oleh Kyuhyun. Ayahnya sudah menawarkan diri untuk memberi pelajaran pada
tiga murid yang memukulnya, tapi Kyuhyun menolak keras.

“Aku sendiri yang akan melakukanya appa” jawabnya kala itu dan Kyuhyun memang
melakukanya. Lima tahun kemudian, Kyuhyun menghajar habis ketiga pria itu hingga salah
satu di antara mereka harus cacat seumur hidupnya.

“Tuan Muda.”

Kyuhyun menoleh ke belakang. Seorang pria bertubuh besar datang menghampirinya.

“Kau sudah membawanya ke sini?” tanya Kyuhyun.

“Ya, Tuan Muda, sesuai permintaan Anda. Saya sudah mempertemukannya dengan
putrinya,” jawab pria itu.

“Baguslah. Terima kasih.”

“Saya mohon diri, Tuan Muda,” ujarna sambil membungkukkan badan.

Kyuhyun menganggukkan kepalanya memerintahkan pria itu untuk pergi. Sesuai janjinya
kepada Eunso, ia meminta salah satu orang kepercayaannya untuk menjemput ibu gadis itu.
Tapi saat ini, Kyuhyun lebih memilih untuk mandi terlebih dahulu, membersihkan keringat di
badannya sebelum menyapa ibu mertuanya.

***
“Eomma.” Eunso menghampiri ibunya di ruang pribadi yang khusus disediakan oleh
Seungmi.

“Eunso, apa yang sebenarnya terjadi?” Song Jieun memeluk putrinya, lalu mengajaknya
duduk di sofa. “Mereka bilang kau sudah menikah? Benarkah?”

Eunso menggigit pipi bagian dalamnya. Haruskah ia jujur pada ibunya? Ibunya pasti akan
sangat shock jika tahu kebenarannya. Eunso tidak bisa membuat ibunya cemas. Ibunya sudah
banyak menderita seumur hidupnya. Ia tidak ingin ibunya ikut merasakan beban yang
ditanggungnya dengan menikah secara tidak sengaja dengan seorang mafia.

“Maafkan aku, Eomma. Itu benar,” jawab Eunso sedikit menundukkan kepalanya.

“Eunso, Eomma tidak pernah tahu kau memiliki pacar. Kenapa dia? Kenapa anak dari
keluarga yang terkenal sebagai mafia?”

Eunso memejamkan matanya lagi. Mau tak mau, ia harus berbohong. “Ini terjadi di luar
kendaliku, Eomma. Kami harus menikah.”

Ibunya menarik napas saat Eunso menjelaskannya. “Jangan bilang kau hamil? Eunso, apa
pesan Eomma tentang menjaga dirimu?”

“Tidak. Tidak. Bukan begitu, Eomma. Aku tidak hamil,” jawab Eunso cepat. “Mungkin
nanti,’ sambungnya dalam hati.

“Ini karena aku….” Eunso diam sejanak. Ia terpaksa harus berbohong. “karena aku begitu
mencintainya.”

“Eomma pikir kau mencintai Donghae?” tanya ibunya bingung.

“Aku juga berpikir begitu dulu, tapi setelah bertemu dengan Sunbae, kurasa aku sudah jatuh
cinta pada pandangan pertama,” jawab Eunso sebisa mungkin terdengar meyakinkan.

Ibunya menatap Eunso lama. Ia masih belum yakin dengan pilihan putrinya. “Eomma, setelah
aku menikah, Eomma tidak perlu bekerja di klub malam lagi. Sunbae bilang kau bisa tinggal
bersama kami.”

“Kau yakin kau menikah bukan karena ingin Eomma berhenti bekerja?” tanya ibunya tajam.
“Eomma ingat kita bertengkar kemarin malam karena masalah ini.”

“Tidak. Sungguh. Ini semua karena aku mencintai Sunbae. Percayalah padaku.”

“Lalu, kenapa kau masih memanggilnya sunbae?”

“Aku… aku masih malu memanggilnya dengan namanya atau yang lain.”

Ibunya mengembuskan napas panjang. “Baiklah, Eomma percaya padamu. Tapi jika kau
tidak terlihat bahagia sedikit pun, kita bisa pergi. Belum terlambat untuk kabur.”
Eunso sempat memikirkan perkataan ibunya. Kabur saat ini adalah hal yang mungkin. Tapi,
sepertinya ia tidak akan bisa kabur kemana pun jika Kyuhyun yang mengejarnya. “Eomma
akan melihat aku bahagia. Percayalah.”

***

Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya, Kyuhyun berganti dengan pakaian rumah.
Celana kain berwarna hitam dan kaos putih menjadi pilihannya untuk menemui ibu Eunso.

Kyuhyun diberitahu imo-nya bahwa Eunso dan ibunya sudah berpindah tempat ke kamar
tamu. Karena itu, saat ini Kyuhyun berjalan santai menuju salah satu kamar tamu yang
ditempati Eunso di rumah yang mewah ini.

Kyuhyun mengetuk pintu kamar tamu itu dan menunggu hingga detik kesepuluh sampai
akhirnya pintu itu terbuka. Ia melihat seorang wanita yang sudah berumur berdiri di
hadapannya. Kyuhyun tersenyum karena melihat kemiripan di antara ibu dan anak itu.
Meskipun begitu, bentuk bibir dan hidung yang dimiliki Eunso berbeda dengan milik ibunya.

“Selamat malam, Eomeoni.” Kyuhyun membungkukkan badannya memberi hormat kepada


wanita yang sekarang menjadi ibu mertuanya.

“Kau pasti Cho Kyuhyun,” ujar wanita itu.

“Ya, Eomeoni”

“Wah, pantas putriku berpaling padamu. Kau memang tampan.”

Song Jieun melemparkan senyum paling ramah yang tidak pernah ia berikan kepada orang
lain. Ia selalu memberikan senyum palsu untuk para tamu di klub malam. Tapi kali ini,
senyum tulus keluar begitu saja. Entah kenapa ia merasa tenang setelah tahu pria seperti apa
pilihan putrinya.

Kyuhyun tersenyum. “Aku minta maaf karena ini semua terlalu mendadak dan dengan tidak
sopan menyuruh seseorang membawamu ke sini.”

“Tidak apa-apa selama tujuanku adalah putriku.”

“Di mana Eunso?”

“Oh,” Jieun tersadar kemudian mundur menyuruh Kyuhyun masuk. “Dia sedang tidur. Aku
sudah menyuruhnya kembali ke kamarnya sendiri, tapi ia bersikeras ingin tidur bersamaku
malam ini.”

Kyuhyun bisa melihat Eunso tidur di ranjang kamar itu. Wajahnya terlihat sangat lelah. “Jika
boleh, aku ingin membawanya bersamaku.” Kyuhyun meminta izin kepada ibu Eunso.
Sesuatu yang jarang ia lakukan ke orang lain

“Tentu saja. Kau kan suaminya sekarang,” jawab Jieun.


Setelah mendapatkan izin, Kyuhyun mendekati Eunso. Ia menyibakkan selimut yang
menutupi Eunso, lalu mengulurkan tangannya ke bawah kepala Eunso dan lututnya. Dengan
mudah, ia bisa mengangkat Eunso ke dalam gendongannya.

“Kalau begitu, aku permisi, Eomeoni. Selamat malam.”

“Selamat malam, Kyuhyun.”

Kyuhyun menggendong Eunso menuju kamarnya sendiri. Dengan hati-hati, ia membaringkan


Eunso di ranjang, lalu menyelimuti Eunso. Ia pun membaringkan tubuhnya di sebelah Eunso.
Tangannya terulur menyibakkan rambut hitam bergelombang yang menutupi wajah Eunso.

Kyuhyun selalu membayangkan hal ini di masa-masa ia berada di jalanan untuk mencari jati
dirinya. Ia membayangkan berbaring di ranjang dengan memandangi wajah Eunso yang
sedang tidur di sebelahnya. Sekarang, hal ini benar-benar terjadi dan ia berhasil menjadikan
Eunso miliknya.

Kyuhyun menyentuhkan jari telunjuknya di lekukan bibir Eunso yang menebal sisa-sisa dari
ciuman panas mereka tadi pagi. Sejak hari itu, bayangan Eunso tidak lepas dari kepalanya.
Meskipun saat itu Eunso masih kecil. Kyuhyun sudah sangat terpikat pada pandangan
pertama. Ia membuat janji pada dirinya sendiri akan menjadikan Eunso miliknya. Bagaimana
pun caranya.

Kyuhyun menyelipkan tangannya ke bawah kepala Eunso, menjadikan tangannya bantal


untuk Eunso. Lalu, ia menarik pinggang Eunso dan membawa gadis itu ke pelukannya.
Dengan mata terpejam, ia menarik napas panjang seraya menghirup aroma rambut Eunso.
Detik berikutnya, Kyuhyun pun ikut tertidur.

***

Matahari mulai bersinar pagi ini. Eunso biasanya akan terbangun sebelum matahari terbit.
Tapi hari ini, ia merasa nyaman dan malas untuk bangun. Eunso memeluk erat seseorang
yang berada di sampingnya. Semula Eunso berpikir itu adalah ibunya namun seseorang yang
dipeluknya memiliki tubuh yang lebih besar dan keras. Ia juga memiliki aroma maskulin khas
seorang pria. Aneh, kenapa ibunya jadi berubah?

Masih dengan mata yang terpejam, Eunso mengendus aroma orang yang sedang balik
memeluknya erat itu. Ia menaikkan kepalanya dan mengendus lama aroma maskulin yang
menyeruak dari leher orang tersebuh. Eunso sudah hendak membuka matanya ketika bibirnya
disentuh sesuatu yang lunak dan lembut. Bibirnya dicicipi dan dicecap dengan tekanan yang
memabukkan. Tahu siapa yang sedang menciumnya, Eunso masih memejamkan matanya dan
berdiam diri dicium seperti itu, berpura-pura masih tidur. Satu-satunya cara menghindari
ciuman pagi ini.

“Aku tahu kau sudah bangun, Song Eunso.”

Bibir itu berbisik di telinganya kemudian turun ke lehernya, Kyuhyun mencium permukaan
lehernya dan mengisapnya dengan kuat. Darah berdesir di sekujur tubuhnya, geli dan rasa
meremang bercampur menjadi satu. Desahan lembut keluar dari bibir manis Eunso ketika
tangan cekatan milik Kyuhyun menekan payudaranya.
“Sunbae, ke… kenapa kau ada di kamar Eomma?” Eunso ingat ia tidur bersama ibunya
semalam.

“Jika kau buka matamu, kau akan sadar kau sedang berada di kamar yang mana.”

Kyuhyun meremas payudara Eunso yang tertutupi baju tidur gadis itu. Lalu, wajahnya turun
menemukan puncak dada Eunso dan menciumnya dari balik kain linen.

Eunso membuka matanya terkejut menerima serangan tiba-tiba itu. Tangannya


mencengkeram kuat rambut Kyuhyun, menahan kepalanya tetap di sana.

Apakah mereka harus melakukan “itu” sepagi ini?

Selagi ia bingung kenapa bisa berada di kamar Kyuhyun lagi, Eunso menoleh ke arah jendela
dan mendapati matahari sudah masuk melalui celah-celah tirai yang tertutup.

“Sunbae, aku rasa hari sudah mulai terang.”

“Lalu?”

Kyuhyun menurunkan selimut bergerak ke atas Eunso yang terbaring telentang di bawah
Kyuhyun. Tidak seperti kemarin, ia tidak bisa menolak Kyuhyun lagi karena setiap ciuman
atau sentuhan pria ini membuatnya ketagihan.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bilang hari sudah pagi,” jawab Eunso, mengizinkan pria
yang sudah menjadi suaminya itu meneruskan apa yang sedang ia lakukan. “Mungkin orang-
orang sudah bangun dan mencari kita.”

“Hmm.” Kyuhyun berguman pelan, menyahuti Eunso. Pikirannya sedang fokus pada apa
yang ia kerjakan saat ini.

Eunso memakai baju tidur yang aneh. Celana itu memiliki tali yang terikat di pinggangnya.
Namun, ketika tali itu ia buka ikatannya, celananya tetap menempel erat di sana.

“Bagaimana caranya membuka ini?”

Eunso melirik ke arah celananya, lalu terdiam. Haruskah ia memberitahunya? Kerutan di


wajah Kyuhyun membuatnya memilih untuk menjawab, “Celananya memakai karet. Talinya
hanya hiasan.”

Mengerti, Kyuhyun pun menarik celana itu lepas dengan sekali tarikan. Ia melempar celana
itu ke sembarang tempat kemudian ia fokus untuk membuka baju yang melekat di tubuhnya
sendiri.

Eunso berbaring dalam diam, hanya memperhatikan Kyuhyun menarik kaus putihnya lepas
dari tubuhnya. Eunso sadar ia masih memakai kausnya. Apakah ia harus melepaskannya
juga? Namun, pikiran itu menghilang ketika Kyuhyun mengambil alih melepaskan kaus
longgar yang dipakai Eunso. Ia mengangkat sedikit badannya agar Kyuhyun bisa
melepaskannya. Kyuhyun melepaskan kaitan bra-nya dan melemparkannya juga.
Kyuhyun kembali mendaratkan ciumannya di bibir Eunso. Ia menyecap bibir bawah Eunso
lama, lalu menyatukan lidah mereka dan saling menjelajah mulut masing-masing. Tangannya
terus memainkan dada Eunso. Sesaat kemudian, Kyuhyun melepaskan ciumannya dan
bergerak turun mencium leher Eunso lagi. Ia mengecup kedua dada gadis itu, lalu turun ke
pusar dan semakin ke bawah.

“Sunbae?” Eunso bingung dengan apa yang hendak Kyuhyun lakukan. Pria itu menarik turun
celana dalamnya, lalu menunduk semakin dalam ke pangkal pahanya.

“Sunbae, apa yang ingin kau… oh….” Eunso mendesah nikmat. Ia merasakan bibir Kyuhyun
di bagian tubuhnya yang lembab dan basah. Pria itu menyecapnya. Tidak lupa, ia memainkan
titik sensitif Eunso dengan lidahnya.

“Sunbaeee… aaahh… kumohon. Hentikan.”

Eunso mencengkeram seprai dengan erat. Kakinya bergetar karena apa yang dilakukan
Kyuhyun. Sesuatu mendatanginya, mendesak untuk dikeluarkan saat itu juga. Eunso menjerit
tertahan ketika pelepasan itu datang.

Kyuhyun menjilat cairan Eunso untuk terakhir kalinya, lalu menegakkan badan dan berlutut
di antara kedua kaki Eunso. Ia membuka celananya sendiri. Sekarang, mereka berdua sama-
sama tidak memakai sehelai benang pun.

Dengan napas tersengal-sengal, Eunso melirik Kyuhyun. Ini pertama kalinya ia melihat tubuh
polos Kyuhyun. Tubuh pria itu kekar. Bentuk kotak-kotak di perutnya menandakan pria itu
sering melakukan olahraga. Eunso bisa melihat parut bekas seperti tergores pedang di perut
bagian kanannya. Penasaran, Eunso duduk dan mengulurkan tangan menyentuhnya. Mata
Kyuhyun tidak lepas menatap wajah Eunso saat gadis itu menyentuh bekas lukanya.
Kyuhyun bersyukur karena Eunso tidak merasa jijik.

Mata Eunso meneliti luka yang memanjang itu sampai ke ujung tepat di atas perut Kyuhyun.
Tangannya berhenti ketika hampir saja menyenggol bagian tubuh Kyuhyun yang mengeras
dan tegang. Eunso ragu hendak menyentuhnya namun memberanikan diri mengulurkan
tangannya kembali ke arah pusat tubuh tegang Kyuhyun dan terkejut ketika Kyuhyun
mengerang saat itu juga.

“Apa itu sakit?” tanya Eunso khawatir.

“Tidak.” Kyuhyun menatap Eunso tajam. “Sentuh lagi.”

Eunso memegangnya. “Begini?” tanyanya.

“Genggam dengan tanganmu,” perintah Kyuhyun.

Menurut, Eunso pun menggenggam milik Kyuhyun erat. Kyuhyun memejamkan matanya dan
mengerang nikmat sekali lagi. Melihat Kyuhyun merasa senikmat itu, Eunso pun mulai
menjelajahkan tangannya di pusat tubuh Kyuhyun. Ia mengusap bagian pangkalnya dan
tersenyum lagi saat mendengar Kyuhyun mendesah nikmat.

“Eunso,” Kyuhyun menarik tangan Eunso lepas dari miliknya. “sudah cukup.”
“Kenapa?”

“Aku ingin pelepasan di dalam dirimu bukan di tanganmu. Berbaringlah lagi.” Kyuhyun
mendorong lembut Eunso agar berbaring lagi di tempat tidur. Eunso pun menurut dengan
berbaring telentang di bawah Kyuhyun. “Berbaring menelungkup.”

“Apa?” Eunso menelungkup sesuai perintah Kyuhyun.

“Menelungkup dan,” Kyuhyun menarik bokong Eunso mendekat ke miliknya. “seperti ini”

Kemudian dengan pelan ia masuk ke dalam eunso dari belakang. Eunso menenggelamkan
wajahnya di bantal dengan bokong menungging. Ia memejamkan matanya merasakan
Kyuhyun masuk secara perlahan. Merasa penuh di bagian bawahnya, Kyuhyun mulai
menggerakkan pinggulnya. Eunso mencengkeram semakin kuat bantalnya. Jeritan nikmatnya
teredam oleh bantal.

“Sunbae.” Eunso mendesah lagi. Ia merasa lemas karena terus bergerak mengikuti irama
Kyuhyun. Ia sudah hampir sampai ketika Kyuhyun tiba-tiba berhenti dan membalikkan
tubuhnya. “Sunbae? Kenapa?” protesnya.

“Aku ingin menciummu.” Kyuhyun kembali bergerak cepat sambil menjelajahi mulut Eunso
dengan lidahnya.

Eunso memeluk punggung Kyuhyun dan melingkarkan kedua kakinya di pinggangnya. Lagi-
lagi, ia merasa akan mendapatkan pelepasannya dan Kyuhyun tahu itu. Kyuhyun bergerak
semakin cepat dan keras, membuat gadis itu mendesah lagi dan akhirnya mereka menjerit
nikmat bersamaan ketika mendapatkan pelepasan.

Dengan napas tersengal-sengal, Kyuhyun mencium kening Eunso. Butuh beberapa menit bagi
Eunso dan Kyuhyun untuk meredakan napas mereka. Setelah merasa tenang, Kyuhyun
melepaskan dirinya dari Eunso. Ia duduk dan menarik Eunso ikut berdiri bersamanya.

“Kenapa?” tanya Eunso bingung

“Mandi, lalu sarapan.” Kyuhyun menarik Eunso bersamanya masuk ke kamar mandi.

“Apa kita akan mandi berdua?”

***

Pancuran air panas mengalir di sisi tubuh mereka. Eunso dengan patuh duduk di pinggiran
bath up. Kedua tangannya menutupi tubuh telanjangnya, satu di dada dan satu di bagian
sensitifnya. Ia malu tentu saja. Ini pertama kalinya Eunso harus rela dimandikan oleh seorang
pria meskipun ia sudah berstatus suaminya, tapi ia tetaplah merasa malu. Saat ini, Kyuhyun
sedang tekun mencuci rambut Eunso dengan sampo.

“Ehm… Sunbae?” panggil Eunso.

“Hmm?” sahut Kyuhyun sambil memijat kulit kepala Eunso.


“Apa aku bisa minta tolong?”

“Apa?”

“Ehm, begini. Aku harus berbohong pada Eomma. Aku bilang aku menikah denganmu
karena aku mencintaimu dan kita saling mencintai.”

“Lalu?”

“Apa kau mau berpura-pura kita saling mencintai di depan Eomma?” Eunso memberanikan
dirinya untuk meminta bantuan Kyuhyun.

“Baiklah,” jawab Kyuhyun cepat.

“Baiklah?” Eunso membeo.

“Ya. Baiklah. Kita akan berpura-pura saling mencintai, tidak di depan ibumu saja, tapi di
depan semua orang. Bagaimana?”

Eunso menganggukkan kepalanya. “Baiklah,” sahutnya juga.

Tanpa disadari Eunso, Kyuhyun tersenyum di belakangnya.

“Tutup matamu.” Ia menyirami kepala Eunso dengan air hangat, membilas rambut hitam
lebat itu sampai bersih.

***

“Akhirnya pengantin baru turun juga.”

Hyunjin tersenyum lebar melihat Kyuhyun turun bersama Eunso dengan tangan saling
bergandengan. Sesuai kesepakatan mereka tadi, mereka akan berpura-pura saling mencintai
di depan semua orang, termasuk orang yang berada di rumah itu.

Pagi itu datang dengan sangat canggung karena kehadiran orang baru di rumah itu. Eunso dan
ibunya, Jieun. Hyunjin sebenarnya tidak suka menerima orang baru di rumahnya, tapi dengan
besar hati ia menyambut wanita yang sekarang menjadi besannya. Apa pun latar belakang
wanita itu, ya… Hyunjin tentu saja tahu persis siapa dan apa dulu pekerjaan ibu Eunso. Tapi,
dia lebih memilih tidak peduli akan hal itu karena ini adalah pilihan Kyuhyun.

“Kalian lama sekali?” tegur Seungmi.

“Maafkan kami, Imo.” Wajah Eunso memerah malu. Benar dugaanya tadi, semua orang
mencari mereka berdua

“Kau tidak perlu meminta maaf pada wanita cerewet itu,” tegur Kyuhyun.

“CHO KYUHYUN!” teriak Seungmi, “Kau… berani-beraninya….”


“Kim Seungmi” tegur Hyunjin. “Jangan berteriak di meja makan dan ingat, kita sedang ada
tamu.” Ia mengingatkan Seungmi akan kehadiran Ibu Eunso.

Kyuhyun membawa Eunso duduk di sebelah ibunya dan ia duduk di sebelah Eunso. Setelah
teguran dari sang kepala keluarga, meja makan itu pun menjadi hening. Dan hanya terdengar
suara mengunyah atau dentingan piring dan garpu.

“Hari ini kita ada pertemuan dengan keluarga Shin,” ujar ayahnya setelah ia selesai dengan
makanannya.

“Aku tahu.”

“Kita akan memberitahukan pembatalan pernikahan itu nanti.” Ayahnya terseyum licik. “Aku
tidak sabar menunggu reaksinya.”

Eunso yang tadinya sedang mengobrol dengan ibunya teralihkan perhatiannya dengan
pembicaraan Kyuhyun juga ayahnya.

“Sunbae, kau mau ke mana?” tanyanya hati-hati.

“Sst, bukan urusanmu,” bisik Kyuhyun, mengedipkan sebelah matanya kepada Eunso.

Eunso memberengut. Kyuhyun sudah menjadikannya istrinya, tapi masih tidak mau terbuka
padanya. Kemarin Kyuhyun tidak mau menceritakan perihal pertemuan pertama mereka yang
tidak Eunso ingat, lalu hari ini Kyuhyun tidak mau mengatakan padanya ke mana ia akan
pergi

“Huh. Aku juga tidak mau peduli. Aku juga sibuk kuliah,” dengus Eunso.

“Ah, masalah itu sebaiknya kau tidak perlu pergi kuliah lagi.”

“Kenapa?”

“Aku sudah bilang, ‘kan? Aku yang mengajarimu. Kau hanya perlu datang jika waktu ujian
sudah tiba.”

“Tapi, bagaimana aku bisa menjawab soal-soal jika aku tidak mengerti?”

“Kan ada aku.”

“Memangnya kau bisa ap….”

Kyuhyun menghentikan ocehan Eunso dengan memasukkan sepotong jeruk ke dalam


mulutnya.

“Patuhi aku, Sayang. Jangan membantah, mengerti?” Kyuhyun berbisik tepat di telinga
Eunso.

Eunso mengunyah jeruk yang Kyuhyun berikan dalam diam. Adakalanya, Eunso sadar kapan
ia harus membantah Kyuhyun dan kapan ia harus patuh pada Kyuhyun.
“Baiklah, sebelumnya kita lihat perkembangan di kantor. Ayo, Kyu,” perintah Hyunjin.

“Ya.” Kyuhyun berdiri dari kursinya, membuat tiga kepala perempuan di sana ikut menoleh
padanya. Kyuhyun melirik Eunso yang menatapnya sambil berkedip. Ia membungkukkan
badannya dan memberikan ciuman di bibir lembut Eunso. “Aku pergi dulu.”

Wajah Eunso memerah setelah ciuman dan bisikan lembut itu. Ia menoleh ke arah ibu dan
imo dengan malu. Ia tertawa canggung. Memang mereka tadi berjanji akan terlihat saling
mencintai, tapi ciuman mendadak di depan ibu dan imo Kyuhyun membuatnya malu.

“Aigoo, pengantin baru,” decak Seungmi tersenyum geli.

Jieun pun tersenyum menyaksikan adegan romantis itu. Mungkin benar, mereka saling
mencintai.

Eunso tidak tahu ke mana tepatnya pria itu pergi, mendengar pembicaraan dengan ayah
mertuanya tadi. Kyuhyun akan memberitahukan tentang pembatalan pernikahan. Apa yang
akan dilakukan oleh keluarga Shin setelah tahu Kyuhyun menikahinya? Apa mereka akan
langsung menyerang Kyuhyun saat itu juga? Tiba-tiba, Eunso dilanda rasa panik dan
khawatir. Ia lalu berdoa didalam hati untuk keselamatan pria itu. Tunggu. Kenapa ia harus
merasa khawatir? Tentu saja karena ia tidak mau menjadi janda dalam kurun waktu satu hari
saja. Pergolakan batin Eunso terus berlanjut, memikirkan harus menghawatirkan Kyuhyun
atau tidak, hingga ibu dan imo memanggilnya.

***

PRAAANGG

Suasana makan siang yang tadinya tenang dan canggung itu berubah sengit ketika pihak
keluarga Cho mengumumkan pembatalan pernikahannya. Piring-piring berjatuhan karena
kemarahan Shin Daewon, membuat anak buahnya siaga di tempat memegang senjata masing-
masing.

“Pembatalan pernikahan? Kalian mau mempermainkanku, hah?”

“Tidak ada yang bisa kulakukan ini karena putraku Kyuhyun sudah memilih gadisnya
sendiri.”

Daewon melirik ke arah Kyuhyun yang memasang ekspresi tidak terpengaruh sama sekali
dengan kemarahannya. “Apa maksudmu kau lebih memilih gadis lain dibanding putriku?”

“Maafkan aku, tapi aku tidak mencintai putri Anda,” jawab Kyuhyun santai.

“Apa? Apakah cinta di zaman sekarang ini masih dibutuhkan? Asal kau tahu putriku juga
tidak mau menikah dengan laki-laki lemah, penakut, dan manja sepertimu.”

Kyuhyun menaikkan alisnya menoleh pada gadis yang duduk di hadapannya, Shin Jiyeon.
Gadis yang selama ini menjadi tunangannya. Ia tahu gadis itu tidak pernah menyukainya
karena Kyuhyun yang dulu adalah pria yang penakut, manja, dan lemah. Gadis itu membalas
tatapannya dengan senyum sinis.
“Kalau begitu, tidak ada masalah, bukan? Kedua belah pihak tidak menginginkan pernikahan
ini terus berlangsung,” ujar Kyuhyun.

“Tentu saja. Tapi, ini penghinaan untukku. Aku harus mengorbankan perasaanku bertahun-
tahun hanya karena aku ingin memenuhi janjiku kepada Appa, tapi kau seenaknya
membatalkan pernikahan ini,” ujar Jiyeon.

“Kami tidak akan terima dihina seperti ini.” Shin Daewon berdiri dari tempatnya.
“Permusuhan kita tetap akan berlangsung. Perjanjian kerja kita pun batal.”

Tuan Shin dan putrinya bergegas meninggalkan ruang makan itu dengan kemarahan yang
memuncak, entah apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Dulu memang mereka sempat
melakukan gencatan senjata karena Shin Daewon tahu ia tidak bisa merebut kembali ibu
Kyuhyun. Namun, hal ini lagi-lagi diperkeruh oleh hal lain, pembatalan pernikahan.

“Kau tahu dia tidak akan melakukan apa-apa padamu karena ini,” ujar Hyunjin.

“Kenapa Appa begitu yakin?”

“Karena kami sudah tua, Nak. Dendam itu pun sudah mereda dengan sendirinya.”

Kyuhyun menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang ayahnya katakan. Ayahnya pun
saat ini juga sudah berubah menjadi lebih bijaksana. Mungkin Kyuhyun bisa bernapas sedikit
lega saat ini, tapi ia juga tetap harus waspada
PART 4

“Sunbae, kau memanggilku?”

Eunso berdiri ragu di pintu yang terbuka itu. Tadinya, ia sedang mengulang materi kuliahnya
di kamar ketika seorang pelayan mengatakan padanya bahwa Kyuhyun mencarinya.

Kyuhyun sedang duduk di sofa besar berwarna putih. Ia menoleh ke arah pintu kemudian
tersenyum melihat istrinya sudah tiba.

“Ya. Kemarilah,” panggil Kyuhyun.

Ragu-ragu, Eunso masuk ke ruangan yang dipenuhi oleh lemari-lemari tinggi berisikan buku-
buku yang berjejer rapi. Ini seperti perpustakaan yang pernah dikunjunginya di kampus.
Hanya bedanya, ukurannya lebih kecil dari perpustakaan umum.

“Duduk di sini.” Kyuhyun menepuk tempat kosong di sebelahnya.

“Ada apa, Sunbae?”

Eunso ragu untuk duduk bersebelahan dengan Kyuhyun dalam satu sofa. Sejak kali terakhir
mereka ‘melakukannya’ di hari pertama Eunso tinggal di rumah itu, Kyuhyun tidak pernah
menyentuhnya lagi. Eunso bisa melihat kesibukan Kyuhyun setelah kepulangannya dari
pertemuan dengan keluarga Shin. Eunso sangat penasaran dengan hasil pertemuan itu, tetapi
waktunya untuk bertemu dengan Kyuhyun itu sangat minim. Kyuhyun pulang larut malam
dan bangun pagi-pagi sekali. Entah apa yang membuat pria itu sibuk. Terhitung sudah hampir
seminggu Eunso tidak bertemu dengan Kyuhyun.

“Aku bilang duduk. Duduklah.”

Mengikuti perintah itu, Eunso pun duduk di sebelah Kyuhyun.

“Kau bawa bukumu?” tanya Kyuhyun.

“Ya. Pelayan Kang bilang aku harus membawa serta buku-bukuku,” Eunso meletakkan
tumpukan bukunya di atas pangkuannya, menatap Kyuhyun bingung.

“Baiklah, sekarang kau mau belajar materi yang mana dulu?” Kyuhyun mengambil satu buku
di atas pangkuan Eunso dan membukanya.

“Sunbae benar-benar akan membantuku belajar? Kau tidak berbohong akan hal ini?” seru
Eunso terkejut. Ia tidak mengira Kyuhyun akan benar-benar mengajarinya.

“Aku sudah janji, kan?”

Eunso masih terkejut tetapi tangannya mencari-cari sebuah buku dan menariknya keluar,
“Aku lemah di mata kuliah ini,” ujarnya.
Kyuhyun mengambil buku itu dan membaca judulnya. “Ekonomi Teknik?” Lalu, ia
membuka buku itu. “Bagian mana yang kau tidak mengerti?”

Eunso menyebutkan halaman yang tidak ia mengerti. Ia sudah pasrah ketika Kyuhyun
memaksanya untuk tidak masuk kuliah hari itu. Selain ia memang kurang begitu mengerti
mata kuliah yang diajarkan, dosen yang mengajar juga tidak mudah dipahami. Ia harus
membolak-balik bukunya agar bisa mengerti, tetapi tetap saja ia membenci pelajaran ini.

Satu jam berlalu, Eunso sedang duduk di bawah dan serius mengerjakan contoh soal yang
diberikan oleh Kyuhyun padanya tadi. Ia menggunakan rumus yang diberikan oleh Kyuhyun
serta teknik-teknik agar ia bisa mengerti apa yang dimaksud di dalam soal dengan mudah.
Eunso melirik sedikit ke arah Kyuhyun yang saat ini sedang berbaring di sofa panjang,
kepalanya bersandar di tangan sofa sambil membaca serius sebuah buku.

Kyuhyun tidak main-main dengan apa yang dikatakannya, dia memang sangat mampu untuk
mengajari Eunso. Kyuhyun bahkan bisa menjadi seorang dosen karena apa yang
diarahkannya tadi sangat mudah Eunso pahami, dan dengan cepat Eunso bisa menjadi ahli
dalam pelajaran ini.

“Aku sudah selesai.”

Kyuhyun menurunkan buku yang dibacanya, lalu menoleh ke arah Eunso. Ia mengulurkan
tangannya meminta buku coretan Eunso untuk menjawab soal darinya. Eunso menyerahkan
buku itu dan menanti dalam diam selama Kyuhyun memeriksa jawabannya.

“Bagus. Kau memang pintar.” Kyuhyun mengusap kepala Eunso, penghargaan untuk Eunso
yang bisa menjawab soal yang ia berikan.

“Sekarang, coba yang ini.” Kyuhyun mengambil pensil yang tadi dipakai Eunso, lalu
membuat soal baru di atas kertas itu.

Eunso menerima uluran buku itu dan mulai mengerjakan soal yang diberikan Kyuhyun.
Setelah lima menit, ia berhasil menjawabnya.”Sudah.”

“Berapa?” tanya Kyuhyun tidak mengalihkan pandangannya dari bukunya seperti tadi.

“Bunganya naik setiap dua minggu,” jawab Eunso.

“Kau sudah memahaminya dengan mudah sekarang.”

“Sunbae tidak akan memeriksanya? Barangkali aku salah.”

“Tidak. Jawabanya sama seperti yang aku inginkan.”

Eunso terdiam. Pria ini memang luar biasa pintar. “Ternyata kau tidak membual tentang bisa
mengajariku mata kuliah ini, ya?”

“Aku tidak pernah membual, Eunso,” jawab Kyuhyun dari balik bukunya. Pria itu masih
serius membaca.
“Sunbae?” Panggil Eunso

“Heum?”

“Apa yang terjadi setelah pertemuan hari itu?” tanya Eunso hati-hati.

“Pertemuan?” Kyuhyun membeo.

“Dengan keluarga Shin,” Eunso mengingatkan.

Kyuhyun meletakkan bukunya di atas meja, lalu menoleh ke arah Eunso. “Kau penasaran?”
senyum mengembang di wajahnya.

Melihat senyum itu membuat jantung Eunso berdetak lebih cepat. “Te… tentu saja. Jika
mereka marah, lalu berusaha membunuhmu dan kau mati, aku akan menjadi janda,”
jawabnya dengan mata menunduk ke bawah. Tidak berani menatap mata Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum sinis. “Jangan khawatir. Aku tidak akan mati dengan mudah meski dulu
aku pernah hampir mati.”

“Benarkah?” Eunso membelalakkan matanya terkejut.

“Ya. Tapi, untunglah seseorang menolongku saat itu.”

“Siapa?” tanya Eunso penasaran.

“Seorang bidadari.” Kyuhyun tersenyum.

“Oh.” Eunso terdiam.

Ia ingin sekali mengatakan sesuatu yang sinis untuk menanggapi Kyuhyun, tetapi
mengurungkan niatnya. Entah kenapa rasa tidak suka masuk ke dadanya begitu melihat
Kyuhyun tersenyum menyebutkan perihal bidadari itu.

Melihat cibiran di bibir merah Eunso Kyuhyun tersenyum. “Kemarilah.”

Kyuhyun meraih tangan Eunso dan menariknya mendekat. Eunso yang ditarik secara tiba-tiba
itu hanya bisa bangun dari duduknya dan menyeret lututnya mendekati Kyuhyun.

Masih berbaring di sofa panjang itu, Kyuhyun melingkarkan tanganya di pinggang Eunso
membuat gadis itu harus menempel di dadanya. Eunso menempelkan tangannya di dada pria
itu, kakinya masih berlutut di lantai tapi sepertinya akan goyah jika terus menempel seperti
ini.

“Sunbae?” Eunso melebarkan matanya terkejut karena kontak fisik yang mendadak itu,
wajahnya berada tidak jauh dari wajah Kyuhyun. Sudah lama ia tidak sedekat ini dengan
Kyuhyun. Rasanya begitu canggung dan mendebarkan.

“Mana ucapan terima kasihmu karena aku sudah mengajarimu tadi?”


“Ooh… itu… terima kasih.” Eunso mengucapkan rasa terima kasihnya dengan sungguh-
sungguh.

“Ucapkan dengan cara lain.” Kyuhyun mengusap pipi Eunso dengan jari telunjuknya.

“Ehm… xiexie? Thank you.” Eunso mencoba mengucapkan kata terima kasih dengan bahasa
lain.

Kyuhyun menurunkan jarinya ke bibir Eunso dan mengusap lembut permukaan bibir itu.
Eunso memejamkan matanya, menerima sentuhan itu. Jantungnya berdebar lebih cepat dari
yang tadi. “Bibir ini bisa melakukan yang lebih baik dari ucapan terima kasih,” bisik
Kyuhyun. “Kiss.”

Eunso membuka matanya terkejut. Mereka bertatapan dalam diam cukup lama. Eunso harus
menelan ludahnya pelan karena tatapan Kyuhyun menguncinya. Darah berdesir di tubuhnya
hanya mendengar kata cium itu. Entah apa yang dipikirkan olehnya, Eunso menundukkan
kepalanya di atas Kyuhyun. Senyum tersungging di wajah Kyuhyun sedetik sebelum bibir
Eunso menyentuh bibirnya.

Eunso memberikannya sebuah kecupan. Ia menaikkan lagi kepalanya tapi tertahan tangan
Kyuhyun yang dengan cepat langsung memegang tengkuknya.

“Cium aku lebih dalam, Manis.”

Eunso terkejut dengan panggilan “Manis” itu. Ia menelan ludahnya, lalu menunduk lagi. Kali
ini, ia tidak hanya menempelkan bibirnya, ia mencium bibir itu seperti cara Kyuhyun
menciumnya. Kyuhyun mengambil alih kecanggungan Eunso. Ia mulai mengeluarkan
lidahnya, menyentuh bibir bawah Eunso dan menjilatinya. Dengan mudah, ia menelusup
masuk ke rongga mulut Eunso dan mulai penjelajahannya di sana.

Eunso mendesah merasakan manisnya lidah Kyuhyun. seperti rasa anggur. Apa Kyuhyun
baru saja meminum wine?

Kyuhyun melepaskan ciumannya, lalu beralih pada leher jenjang Eunso. Eunso
menengadahkan kepalanya menerima ciuman itu. Ia harus berpegangan kuat pada dada
Kyuhyun agar tidak terjatuh. Namun kegiatan itu berubah menjadi lebih intim ketika
Kyuhyun menemukan celah di antara dada mereka dan meremas payudara Eunso

“Sunbae… aku… rasa… aku….” Eunso berpegangan kuat pada dada Kyuhyn, merasakan
getaran hebat di kakinya.

“Eunso, kenapa kau selalu banyak bicara di saat seperti ini?” Kyuhyun menempelkan
bibirnya di telinga Eunso. Membuat gadis itu semakin tidak bisa menahan dirinya lagi.

“Tapi….”

“Diamlah. Oh.”

Tubuh Eunso merosot ke lantai membuat Kyuhyun tersentak kaget karena Eunso jatuh
terduduk. “Kakiku lemas,” ujar Eunso dengan wajah memerah malu.
Kyuhyun tertawa, lalu duduk menarik pinggang Eunso lagi kemudian mendudukkan Eunso di
pangkuannya.

“Aku sudah mau bilang tadi.” Eunso masih mengoceh karena malu. “Kau saja yang tidak
mau mendengarkanku.”

Kyuhyun membaringkan Eunso di tempatnya berbaring tadi. “Kalau begitu, kau berbaring
saja.”

***

“Sunbae, kita mau ke mana?”

“Membeli baju untukmu.”

Hari ini, Kyuhyun mengajak Eunso memilih baju pesta untuk sebuah acara pesta ulang tahun
pemilik salah satu perusahaan besar di Korea. Kyuhyun bermaksud untuk mengenalkan
Eunso ke dunia. Meskipun ada resiko keluarga Shin akan marah besar, Kyuhyun tetap
berkeinginan memberi tahu seluruh dunia bahwa Eunso adalah istrinya.

Kyuhyun membawa Eunso ke beberapa butik mewah. Seperti yang dibayangkan olehnya,
semua baju yang dicoba oleh Eunso sangat pas dan membuat gadis itu semakin cantik dengan
kemolekan tubuhnya. Hampir saja Kyuhyun membelikan semua baju yang ada di semua
butik yang ia kunjungi jika Eunso tidak menahannya.

“Kita sudah beli banyak tadi. Bukankah aku seharusnya membeli baju pesta saja?” Eunso
menggerutu karena lelah seharian mencoba baju dan berjalan ke sana kemari

“Kenapa? Kau lelah?”

Kyuhyun menghentikan langkahnya, menoleh ke wajah Eunso yang memerah karena


kepanasan dan peluh yang sudah hampir jatuh di kepalanya. Kyuhyun mengeluarkan sapu
tangannya dan mengelap keringat di pelipis Eunso.

“Kau lelah, ya? Maaf.”

Eunso menatap wajah Kyuhyun di hadapannya. Terkadang, ia bisa merasakan kelembutan


dari setiap sentuhan atau perhatian Kyuhyun. Sebelum ini, yang Eunso tahu Kyuhyun adalah
pria yang selalu egois dan arogan. Apa lagi kejadian di klinik kampus itu membuat Eunso
mengecap Kyuhyun sebagai pria yang kasar dan pemaksa. Namun, setiap hari berada di
rumah yang sama, dipeluk, dicium, dan dibelai dengan lembut membuat Eunso menyadari
bahwa Kyuhyun adalah pria yang penuh dengan kelembutan. Tetapi, Eunso hanya melihat itu
jika mereka sedang berdua. Bahkan ketika di hadapan imo-nya, Kyuhyun sering bersikap
dingin dan suka memerintah seenaknya. Aneh memang, tetapi itulah yang Eunso lihat.

“Ayo, duduk di sana” Kyuhyun menarik tangan Eunso menghampiri sebuah bangku yang
terletak di sebuah taman kecil. “Kau mau jus jeruk atau apel?”

“Euhm… apel.”
“Apel. Tunggu di sini, ya?”

Eunso mengangguk.

Setelah ditinggalkan oleh Kyuhyun, Eunso mengipas-ngipas dirinya dengan tangan. Hari ini
memang terasa lebih terik dari biasanya. Eunso menggulung rambutnya menjadi satu, lalu
mengikatnya membentuk ekor kuda. Eunso terlalu sibuk mendinginkan dirinya tanpa
menyadari beberapa pria yang berjalan mendekatinya.

“Hei, Nona Manis, apa yang kau lakukan di sini sendirian?”

Eunso menoleh ke arah pria yang memanggilnya. Alisnya bertautan bingung melihat tiga pria
berjalan mendekatinya. Pria yang memakai kaus hitam tersenyum menjijikkan padanya.

“Aku sedang menunggu suamiku,” jawab Eunso tegas, mengangkat dagunya tinggi
memberikan kesan sinis kepada pria-pria itu.

“Suami? Kau sudah menikah? Di usia semuda ini?” tanya pria berjaket hitam.

“Kau bukannya sedang menunggu seorang pelanggan?” Pria berbaju hijau ikut berbicara.

“Aku benar-benar sedang menunggu suamiku. Cho Kyuhyun.” Eunso berdiri dari tempatnya
duduk dan berjalan mundur, menghindari orang-orang itu

“Bwahahah. Kau bilang siapa? Cho Kyohyun?” Ketiga pria itu tertawa bersama-sama.

“Jangan menggertak kami, Nona. Cho Kyuhyun adalah anak manja yang tidak bisa apa-apa,”
ujar pria yang berjaket hitam.

Apa yang mereka katakan? Mereka pasti membicarakan Cho Kyuhyun yang berbeda.

“Ayolah, sebelum pelangganmu datang, bermain-main dulu dengan kami,”

“Tinggalkan aku. Aku benar-benar sedang menunggu suamiku.”

“Jangan mengatakan hal-hal bodoh. Kami tahu dari tubuhmu yang molek itu kau pasti wanita
dari klub malam, kan?”

“Apa? Aku bukan wanita seperti itu!” teriak Eunso.

Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Baru kali ini ada pria yang jelas-jelas
menghinanya dengan mengira dia adalah seorang pelacur.

“Jangan mengelak, dasar wanita jalang. Dari bentuk tubuhmu kami tahu kau sudah sering
mengalami masturbasi.”

Eunso menarik napasnya tertahan. Pria-pria ini bukan saja menghinanya tapi dengan lancang
mengatakan hal-hal kotor kepadanya. Eunso memutar tubuhnya hendak berlari menjauh, tapi
tangannya ditahan salah satu dari mereka.
“Lepaskan aku.” Eunso menggeliatkan tangannya, meronta minta dilepaskan, tetapi kekuatan
pria tetaplah lebih besar dari kekuatannya.

Sebuah tangan yang lebih kuat mencengkeram tangan pria yang menarik tangan Eunso. Pria
itu merintih sakit, karena cengkraman tangan Kyuhyun yang tiba-tiba sudah berada di antara
mereka, sangat kuat.

“Jangan sentuh istriku,” desis Kyuhyun marah.

Eunso bisa melihat kerasnya ekspresi Kyuhyun. Eunso pernah melihat Kyuhyun marah
sebelum ini dan Eunso harus kehilangan keperawanannya karena kemarahan itu. Tapi,
kemarahan yang saat ini dilhatnya berbeda, begitu menakutkan dan kejam.

Dengan tangan kosong, Kyuhyun meninjukan kepalan tanganya di rahang pria itu. Pria
berbaju hitam itu terjungkal ke belakang sambil merintih kesakitan. Tangannya menutup
hidungnya yang mengeluarkan darah.

“Berani-beraninya kau memukulnya? Kau tidak tahu siapa kami? Kami ketua geng di sini.”

“Dan aku adalah Cho Kyuhyun,” geram Kyuhyun.

Ketiga pria itu membelalakkan matanya, lalu menoleh ke arah Eunso, menyadari bahwa
Eunso tidak berbohong. Mereka juga mengenal wajah Kyuhyun setelah berdiri begitu lama di
hadapan mereka. Tidak percaya bahwa pria itu adalah Cho Kyuhyun yang lemah, mereka
satu per satu mulai menerjang Kyuhyun. Kyuhyun bergerak lebih cepat dan lebih gesit dari
mereka. Bukannya memukul, mereka malah terjerembap lebih jauh ke tanah karena pukulan-
pukulan Kyuhyun.

Eunso menjerit tertahan melihat satu per satu dari mereka merintih kesakitan di tanah.
Kyuhyun menghabisi mereka dengan mudah dan tanpa berkeringat sedikit pun. Kyuhyun
menginjakkan kakinya ke kepala salah satu dari mereka dan menekan kakinya keras,
membuat pria itu berteriak lebih sakit lagi.

“Ini pelajaran karena kau berani melihat tubuh istriku, menghinanya, dan berani berpikiran
kotor tentangnya. Jika kau sayang nyawamu, jangan pernah muncul di hadapanku lagi.”
Kyuhyun menarik kakinya, lalu berbalik ke arah Eunso.

“Kau tidak apa-apa?” Kyuhyun menarik tangan Eunso kemudian mengusap pergelangan
tangan Eunso yang memerah karena digenggam terlalu kencang tadi.

“Tidak apa-apa.”

Eunso memandang wajah Kyuhyun yang sama sekali tidak berkeringat ataupun kelelahan.
Sekarang ia sadar. Kyuhyun memang seorang mafia yang kuat, dan menakutkan. Tetapi di
balik itu semua, Kyuhyun memiliki sisi lembutnya sendiri.

“Terima kasih,” Eunso memeluk pinggang kyuhyun. menyembunyikan kepalanya di dada


pria itu. “Oppa.”
Entah sejak kapan Eunso menyadarinya. Ia selalu merasa nyaman berada di pelukan
Kyuhyun.

Kyuhyun mengusap punggung Eunso, menenangkan. “Ayo, kita pulang.”

***

“Appa, sudah kuputuskan, aku tidak ingin pernikahan ini batal. Aku menginginkan Cho
Kyuhyun.” Shin Jeyeon mengagetkan ayahnya yang sedang duduk di balik meja kerjanya.

“Apa maksudmu? Kau bilang kau tidak menyukainya? Kau juga setuju untuk tidak
memperpanjang masalah ini,” tanya Daewon bingung.

“Memang ketika dia masih menjadi pria yang lemah. Aku melihatnya tadi. Dia melumpuhkan
tiga berandalan dengan mudah. Appa tahu memukul serangga saja dulu dia tidak bisa.
Sekarang dia berbeda, keren dan menggairahkan. Melihatnya memukul berandalan itu
membuatku bergairah.”

“Shin Jeyeon, jaga bicaramu.”

“Pokoknya, aku tetap menginginkan Cho Kyuhyun, bagaimanapun caranya.”

“Tidak akan mudah,” jawab Daewon cepat.

“Kenapa?”

“Mereka tidak bisa dikalahkan dengan mudah. Aku sudah mencobanya bertahun-tahun ini.”

“Jika Appa tidak mau, aku akan melakukanya sendiri. Membunuh istrinya sekalipun.”

Daewon menatap putrinya sambil tersenyum. Semangatnya sama seperti dirinya dulu.

“Terserah kau saja,” jawabnya akhirnya.

“Aku akan membutuhkan beberapa anak buahmu.”

Jeyeon bergegas keluar ruangan dan menutup pintu ruang kerja ayahnya. Banyak rencana
yang akan ia lakukan untuk menarik perhatian Kyuhyun dan menyingkirkan istrinya.

***

“Imo, di mana Kyuhyun Oppa?”

Seungmi sedang merapikan meja makan bersama dengan Jieun. Setelah hidup bersama dalam
satu rumah membuat Seungmi dan Jieun menjadi lebih akrab. Mereka memasak bersama,
berbelanja bersama, bahkan bergosip bersama. Khas ibu-ibu.

“Kau sudah memanggilnya oppa, ya?” tanya Seungmi tersenyum senang.

“Eeuuhh…”
Eunso mengusap pipinya yang merona karena malu. Ia tidak ingat kapan tepatnya ia mulai
terbiasa memanggil Kyuhyun dengan sebutan oppa. Eunso hanya ingat ia mulai memanggil
Kyuhyun Oppa ketika beberapa berandalan mengganggunya dan Kyuhyun menolongnya.
Eunso tidak mengganti panggilan itu karena Kyuhyun pun tidak protes karena dipanggil
oppa.

Seungmi tersenyum geli melihat ekspresi wajah Eunso. “Dia ada di ruang latihan.”

Eunso berjalan menuju ruang berlatih pedang di rumah itu. Ia melewati lorong-lorong
panjang yang temboknya dikelilingin beberapa foto. Selama hampir sebulan ia di rumah ini,
baru sekarang Eunso berjalan melewati lorong-lorong itu. Eunso melihat satu per satu foto-
foto itu, dari foto ayah Kyuhyun dan ibu Kyuhyun berdua hingga foto masa-masa kecil
Kyuhyun.

Eunso tersenyum kecil melihat foto-foto yang menurutnya lucu. Kyuhyun kecil sangat
tampan, lucu, dan menggemaskan. Eunso mengerutkan alisnya selagi mengamati foto ketika
Kyuhyun berusia remaja, Kyuhyun terlihat sama persis seperti layaknya murid-murid yang
rajin dan rapi. Tidak ada guratan kekejaman ataupun kebengisan di wajah mudanya. Eunso
berhenti di foto terakhir, mengingat seragam yang dipakai oleh Kyuhyun di foto itu.

Itu seragam yang sama yang dipakai Donghae. Apa mereka berada di satu sekolah yang
sama?

Eunso memperhatikan wajah Kyuhyun lebih seksama. Ia sepertinya mengingat wajah ini.
Seandainya saja pelipisnya robek dan mengeluarkan darah pasti Kyuhyun akan terlihat
seperti…. Eunso tersentak atas pemikiranya sendiri. Apa mungkin? Tapi….

Eunso membuka pintu ruang latihan itu perlahan dan berdiri diam, menyaksikan Kyuhyun
sedang berlatih dengan mengayunkan beberapa kali pedang kayu di tangannya. Kyuhyun
memakai kimono yang sering dipakai oleh orang-orang Jepang. Di mata Eunso saat ini
Kyuhyun terlihat sangat keren. Merasakan kehadiran seseorang, Kyuhyun pun menoleh ke
arah pintu.

Kyuhyun berdiri tegap, mengusap keringat di kepalanya dan tersenyum kepada Eunso

“Ada apa? Kenapa ke sini?”

Eunso tersadar dari lamunanya. Kenapa ia ke sini? Eunso juga bingung. Tadinya, ia hanya
merasa kesepian dan bermaksud untuk untuk melihat Kyuhyun, hanya melihatnya. Karena
seperti biasa, Kyuhyun sangat sibuk. Mereka hanya bisa bertemu di malam hari dan Kyuhyun
memanfaatkan waktu itu dengan mengajak Eunso bercinta. Tidak ada waktu banyak untuk
mereka mengobrol. Hanya di hari-hari tertentu saja jika Kyuhyun sedang libur. Eunso selalu
menanti-nantikan hari libur itu.

“Tidak ada apa-apa. Makanan sebentar lagi akan siap,” jawab Eunso, memberikan alasannya.

“Ah, kemarilah,” panggil Kyuhyun.

“Kenapa?”
Ia merasa senang karena dipanggil dan itu artinya Eunso bisa lebih lama bersama Kyuhyun.
Ia pun berjalan menghampiri Kyuhyun.

“Belajar pedang bersamaku.”

Kyuhyun memberikan pedang kayunya kepada Eunso, lalu berjalan memutari Eunso hingga
ia berada di belakang Eunso. Tangannya terulur ke depan membenarkan pegangan Eunso
pada pedang itu.

“Ayunkan menyamping seperti ini.” Kyuhyun menggerakkan tangan Eunso mengayun


menyamping. “Gunakan kekuatan otot tubuh jangan otot tangan, mengerti?”

Eunso menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mengerti.”

“Gunakan otot tubuh dari sini” Kyuhyun menyentuhkan tangannya di bagian perut Eunso.
“Lalu, ayunkan seperti ini, lalu ayunkan lagi berlainan arah.”

Eunso mulai tertarik dengan apa yang saat ini Kyuhyun ajarkan padanya. Kyuhyun tidak
hanya mengajarinya cara mengayunkan pedang, tetapi juga cara bertahan dengan tangan
kosong atau memukul dengan tangan kosong. Intinya gunakan otot dari tubuh, jangan
menggunakan otot tangan. Dan Eunso merasa puas karena Kyuhyun memuji kecepatan Eunso
menangkap setiap yang ia ajarkan.

“Aku lelah.” Eunso membaringkan dirinya di lantai kayu itu dengan kedua tangan terentang
ke atas, napasnya tersengal-sengal. Ini lebih menghabiskan tenaga daripada bergulat dengan
Kyuhyun di kamar.

“Besok kita akan melakukan pemanasan dulu sebelum memulai latihan lagi.” Kyuhyun
mendudukkan dirinya di sebelah Eunso. Tangannya bersandar ke belakang dengan deru napas
yang sama.

“Kita akan berlatih lagi besok?”

“Tentu saja. Kenapa? Tidak mau?”

“Tidak.” Eunso duduk bersila agar bisa melihat wajah Kyuhyun “Aku hanya penasaran,
kenapa Oppa ingin aku berlatih bela diri?”

“Aku ingin kau bisa melindungi dirimu jika aku tidak berada di sampingmu. Eomma sering
mengalami teror yang luar biasa membuatnya terguncang. Ia diculik, disekap, dan sempat
hampir terbunuh ketika ia sedang hamil aku.” Kyuhyun menoleh ke arah Eunso. “Eomma
memang wanita yang pemberani karena menikah dengan Appa, tapi ia tetaplah seorang
wanita yang lemah. Tidak bisa melindungi dirinya. Karena itu, aku ingin istriku bisa
melindungi dirinya. Setidaknya, itu membuatmu tidak terguncang seperti Eomma.”

“Aku akan mengalami hal yang sama?” tanya Eunso, perasaan takut tiba-tiba
menghampirinya.

“Kemungkinan,” jawab Kyuhyun.


Eunso mengerutkan alisnya takut membayangkan hal-hal yang dialami oleh ibu Kyuhyun.

“Dan Oppa tidak akan berada di sampingku?”

“Tidak. aku akan berusaha sebisa mungkin menjagamu di sisiku. Aku hanya berandai jika
suatu kondisi yang mengharuskan kita terpisah dan kau jauh dariku,” Kyuhyun melihat
kerutan rasa takut di wajah Eunso “Tentu saja aku akan sekuat mungkin membuat kau tidak
berada jauh dari sisiku,” Kyuhyun mengusap pipi Eunso.

“Kau janji tidak akan jauh-jauh dariku?” Eunso mengulurkan tangannya ke baju Kyuhyun
dan menggenggam baju itu kuat.

“Aku janji,” Kyuhyun memegang tengkuk Eunso, lalu memijat pelan saraf-saraf Eunso yang
menegang “Aku tahu kau gadis yang kuat, Eunso. Sejak pertama kita bertemu, aku sudah
tahu kau gadis pemberani juga kuat. Karena itu, aku yakin kau bisa mengatasi ini lebih baik
dari Eomma.”

Mendengar hal itu, Eunso merasa percaya diri. Dipercaya seperti ini adalah hal pertama yang
dihadapinya. Eunso sangat tahu ia mampu menghadapi hal ini.

Selama ini, Eunso selalu dibayang-bayangi oleh dosa ibunya, menanggung nama anak haram
dan menanggung malu karena pekerjaan ibunya. Bukannya ia malu kepada ibunya, tetapi
teman-temannya banyak yang mencomooh ibunya. Karena itu, Eunso tidak pernah menyukai
pekerjaan ibunya. Dan sejauh ini, Eunso bisa menghadapinya. Mungkin jika ia gadis yang
lemah, Eunso akan melakukan hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang, bunuh diri karena
beratnya beban hidup.

Bahkan ketika Kyuhyun memerkosanya, Eunso masih bertahan dan berpikir waras dengan
tidak menyerah pada hidupnya. Dan ia beruntung saat ini ia masih bernapas.

Eunso memandang Kyuhyun dengan pandangan yang berubah. Saat ini, di hadapannya ada
seorang pria yang jauh lebih mengenalnya dari dirinya sendiri.

“Tentang pertemuan pertama itu,” ujar Eunso, mengingat apa yang Kyuhyun ucapkan tiap
katanya. “Apa 10 tahun yang lalu Oppa pernah terluka di sebuah gudang yang sudah lama
tidak terpakai?”

Kyuhyun tersenyum penuh arti. “Pernah.”

Eunso menahan napasnya. Jadi benar Pria yang sempat ia rawat dulu adalah Kyuhyun dan
bukan Donghae? Saat itu, Eunso tidak mengingat dengan jelas wajah pemuda yang
dirawatnya itu karena wajahnya terluka dan memar di mana-mana. Eunso hanya mengingat
seragam yang dipakai pemuda itu. Dengan giat, ia mencari pemuda itu dan berhasil
menemukannya atau menyimpulkan bahwa pemuda itu adalah Donghae. Jadi, ini alasanya
kenapa Donghae tidak pernah ingat kejadian itu jika ia bertanya?

Eunso mengulurkan kedua tangannya ke wajah Kyuhyun dan mengusap kedua pipi Kyuhyun.
Eunso meneliti pelipis Kyuhyun lebih seksama, memang ada bekas yang mencokelat di dekat
pelipisnya. Eunso tidak menyadarinya selama ini. Namun, jelas bekas luka itu berada di
tempat yang sama di wajah pemuda yang ditolongnya dulu. Jadi, cinta pertamanya adalah
Kyuhyun, bukan Donghae? Ia mencintai pria yang salah selama ini?

“Kau sudah sembuh,” bisik Eunso.

Kyuhyun tertawa pelan. “Tentu saja, Manisku, itu sudah 10 tahun yang lalu.”

“Kenapa Oppa tidak bilang itu adalah kau?”

“Aku sudah pernah bilang kan kau harus mengingatnya sendiri”

Eunso mengerutkan alisnya kesal. “Kau memang menyebalkan.”

“Tapi, kau mengingatnya, kan?”

“Yaa… tapi….”

“Tapi apa?” Kyuhyun menunduk dan menyurukkan hidungnya di leher Eunso.

‘Aku jadi berpikir bahwa aku mencintai Donghae selama ini,’ bisiknya dalam hati

“Tapi apa, Eunso?” Kyuhyun mengecup pundak Eunso, lalu naik ke lehernya dan berpindah
ke pundak yang lain.

“Tapi, aku berkeringat, Oppa. Berhenti menciumku.” Eunso mendorong Kyuhyun menjauh,
membuat pria itu tertawa lagi.

“Kau benar. Kau terasa asin. Ayo, mandi lalu kita makan malam. Imo pasti mengomel lagi
karena kita terlambat makan.”

***

Kyuhyun menahan kemarahannya sendiri ketika menerima surat dari keluarga Shin yang
menjelaskan bahwa pernikahan itu tidak akan pernah batal dan Kyuhyun diharuskan
menikahi Jeyeon secepatnya. Di dalam surat itu pun tertulis jelas bahwa Jeyeon akan
menerima Eunso sebagai wanita simpanan Kyuhyun.

Kyuhyun melempar surat itu ke sembarang tempat. Bukan kekeraskepalaan keluarga Shin
yang membuatnya marah, tetapi cara Jeyeong yang menghina Eunso-lah yang membuat
Kyuhyun naik darah. Setelah kejadian siang itu di mana Eunso dihina oleh tiga berandalan,
Kyuhyun memutuskan untuk menunda pengumuman pernikahan mereka karena ia sangat
yakin banyak pria yang akan melirik istrinya yang cantik. Tapi setelah menerima surat ini,
mau tidak mau Kyuhyun harus mengumumkan segera bahwa ia sudah menikah dengan
Eunso. Apa pun resikonya.

***

Jeyeon memukul meja dengan kasar. Amplop yang berisi undangan pesta di rumah keluarga
Cho membuatnya marah. Cho Kyuhyun mengabaikan suratnya dan sekarang malah akan
mengadakan pesta pengumuman bahwa ia sudah menikah?
“Cho Kyuhyun, kau memang sudah banyak berubah.” Bukannya kesal, Jeyeon malah
tersenyum. “Kita lihat saja apa yang bisa kulakukan di pestamu malam ini.”

***

Eunso menjulurkan kepalanya lebih maju agar bisa melihat para tamu yang datang. Ia sudah
didandani dan memakai gaun berwarna hijau toska, gaun ini sebatas lutut dan mengembang
di bagian roknya. Potongan lehernya juga tidak terlalu terbuka. Eunso merasa nyaman dengan
pilihan gaun Kyuhyun karena tidak terlalu mengekspos bagian tubuhnya yang lain.

“Aku gugup sekali.”

Eunso mendesahkan napasnya melihat beberapa pria ditemani pasangan wanitanya. Mereka
terlihat elegan dan memesona dengan cara mereka masing-masing. Semuanya terlihat kaya,
tetapi ada juga beberapa orang yang terlihat menyeramkan.

“Apa mereka semua adalah mafia?” desah Eunso lagi. “Aku takut.”

Eunso memutar tubuhnya dan berjalan cepat dengan heels-nya. Ia harus segera menemui
Kyuhyun yang sekarang entah berada di mana. Pesta ini dibuat secara mendadak. Ia pun
terkejut karena tiba-tiba Kyuhyun memberitahukan seisi rumah bahwa akan ada pesta di
rumah ini. Pesta pengumuman kepada semua orang bahwa ia adalah istri dari seorang Cho
Kyuhyun.

“Entahlah.”

Eunso menggelengkan kepalanya pelan-pelan karena tidak ingin mengacaukan tatanan


rambutnya yang sudah susah payah digelung dan dihias oleh seorang perias yang sengaja
dipanggil Seungmi tadi.

Eunso berhenti di depan pintu kerja, mungkin Kyuhyun berada di sana. Ia mengetuk pelan
pintu itu. Tidak ada jawaban. Eunso memutar kenop pintu, lalu membuka pintu itu perlahan.
Matanya terbelalak kaget melihat sosok ayah mertuanya sedang meringkuk di lantai.

“Abeonim?” Eunso berlari menghampiri Hyunjin. “Abeonim tidak apa-apa? Imo.”

“Jangan, Eunso.” Hyunjin mencengkeram lengan Eunso menyuruh gadis itu untuk berhenti
memanggil orang. “Aku hanya butuh meminum obatku.”

“Obat? Obat apa? Di mana?” tanya Eunso panik. Ia menoleh ke kiri dan kanan.

Hyunjin mengeratkan pegangannya di lengan Eunso. “Bantu aku duduk di sofa.”

Eunso membantu Hyunjin berdiri dan membawanya duduk di sofa yang tidak jauh dari
mereka.

“Ada obat di laci mejaku,” tunjuk Hyunjin.


Eunso-pun bergegas ke arah meja dan mencari apa pun yang berbentuk obat. Eunso
menemukan botol yang berisikan kapsul-kapsul obat. Ia lalu bergegas ke atas meja yang lain
menuangkan air putih ke dalam gelas dan memberikannya kepada Hyunjin.

Hyunjin meminum obat itu dengan sekali teguk. Ia memejamkan matanya dan menarik napas
panjang, merasa sedikit lebih baik setelah meminum obat itu.

“Abeonim sakit apa?” tanya Eunso, memperhatikan peluh yang jatuh di pelipis Hyunjin.

“Kau berjanji tidak akan mengatakannya kepada Seungmi jika kuberitahu?” tanya Hyunjin.

Eunso menganggukkan kepalanya.

“Penyakit ini sudah lama datang, tapi baru terasa lebih berat sekarang,” Eunso menunggu
dengan sabar ayah mertuanya bercerita. “Aku memiliki penyakit jantung”

“Jantung? Abeonim? Tapi, Abeonim terlihat sangat sehat dan kuat,”

“Semua yang terlihat sehat tetaplah tidak sekuat yang terlihat, Eunso.”

“Apa Kyuhyun Oppa tahu?”

Hyunjin menganggukkan kepalanya “Kyuhyun yang pertama kali tahu. Karena itu, ia yang
mengatasi semua pekerjaanku sekarang.”

Eunso mengerti. Jadi, ini alasan Kyuhyun tiba-tiba menjadi sangat sibuk.

“Abeonim harus banyak beristirahat.”

“Dan membuat Seungmi curiga? Tidak.”

“Tapi.. Imo juga pasti merasa khawatir jika Abeonim tidak mau beristirahat.”

“Karena itu, jangan beritahu dia. Kau tahu sendiri kan dia begitu cerewet.”

Eunso diam. Ia tidak bisa mengatakan hal yang lain lagi. Jika ini sudah menjadi keputusan
ayah mertuanya, maka Eunso hanya bisa menurutinya.

“Kau pergilah. pestanya akan dimulai sebentar lagi.”

“Tapi, Abeonim bagaimana?”

Hyunjin tersenyum mendengar nada khawatir di suara Eunso. Inilah alasanya ia tidak mau
memberitahukan perihal penyakitnya pada siapa pun, apa lagi Seungmi. Ia tidak ingin
mendengar orang-orang mengkhawatirkannya.

“Aku akan menyusul kalian nanti. Pergilah.”

Eunso keluar dari ruang kerja itu dengan sedikit khawatir. Apakah ayah mertuanya akan baik-
baik saja?
“Eunso, akhirnya aku menemukanmu.”

“Oppa.”

Kyuhyun datang dari arah kamar mereka. Ia memeluk pinggang Eunso, lalu mengecup dahi
Eunso.

“Kau cantik sekali,” puji Kyuhyun.

“Benarkah? Semua orang sering memujiku cantik.”

Eunso tersenyum mendengar pujian itu. Memang semua orang sering memujinya cantik dan
itu terdengar biasa saja. Tetapi, berbeda jika Kyuhyun yang mengatakannya.

“Hari ini terlihat lebih cantik dari biasanya,” Kyuhyun menundukkan kepalanya, tetapi
dihentikan oleh Eunso. “Kenapa?”

“Jangan, Oppa. Nanti lisptiknya rusak.”

“Dasar. Ayo, kita selesaikan pesta ini dengan cepat.”

***

Eunso berjalan di sebelah Kyuhyun, dengan tangannya ia tautkan melingkar di lengan


Kyuhyun. Mereka menuruni tangga dalam diam. Semua mata tertuju pada mereka. Eunso
menarik napas panjang menerima semua perhatian itu. Para tamu berbisik-bisik melihat
mereka berdua.

Kyuhyun berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Matanya menatap satu tamu yang
sebenarnya tidak ia harapkan hadir di sini.

“Shin Jeyeon” desisnya.

Eunso menoleh ke arah Kyuhyun saat mendengar desisannya. Ia mengenal nama itu sebagai
nama tunangan Kyuhyun dulu. Apa gadis itu datang? Ia ingin sekali bertanya kepada
Kyuhyun tapi mereka sudah berada di tangga terbawah dan orang-orang mulai berdatangan
menghampirinya dan Kyuhyun.

Kyuhyun memperkenalkan Eunso pada satu per satu tamu-tamu yang datang. Eunso harus
memasang senyum yang sedikit canggung karena tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang
yang menyalaminya.

“Hahaha. Aku mengerti kenapa kau membatalkan pernikahanmu dengan keluarga Shin.
Istrimu memang sangat cantik,” ujar salah satu tamu yang Kyuhyun perkenalkan pada Eunso
yang Eunso sendiri pun tidak ingat namanya.

“Terima kasih,” jawab Kyuhyun sedikit dingin.

Pria itu memang memuji istrinya, tetapi Kyuhyun tidak suka melihat tatapsn penuh minat pria
itu kepada Eunso. Seharusnya, ia memang tidak memperkenalkan Eunso pada dunia. Semua
mata laki-laki di ruangan ini tidak bisa lepas memandang istrinya. Namun, pengumuman ini
harus dilakukan agar semua orang tahu ia sudah menikah dengan wanita pilihannya sendiri.

Kyuhyun memeluk pinggang Eunso sepanjang perkenalan itu. Berbeda dengan Kyuhyun
yang terlihat sedikit kesal, Eunso malah terlihat lebih santai karena Kyuhyun terus berada di
sisinya. Semua tamu memandangnya dengan berbeda-beda dan itu membuatnya sedikit salah
tingkah. Beruntung, ia masih bisa mengatasinya karena Kyuhyun memeluknya erat.

“Apa kau tidak akan memperkenalkannya padaku?”

Suara lembut seorang wanita menginterupsi. Eunso dan Kyuhyun, bahkan semua mata
menoleh pada wanita yang memakai gaun panjang hitam dengan belahan panjang di kakinya
hingga ke paha dan potongan dada yang rendah.

“Tidakkah kau akan memperkenalkan padaku wanita yang akan menjadi simpananmu?”

Eunso bisa mendengar geraman marah dari Kyuhyun. Gadis itu memiliki wajah yang cantik,
tetapi Eunso bisa melihat wajah wanita itu yang penuh kelicikan.

“Pernikahan kita sudah batal, Shin Jeyeon.”

“Tidak sampai aku menyetujuinya. Aku akan berhasil membuatmu menikah denganku.”
wanita itu melirik Eunso dengan tatapan tidak suka “Lalu menyingkirkan gundikmu ini,”

Eunso mengerutkan alisnya. Gundik? Yang benar saja, kami menikah secara sah. Teriak
Eunso dalam hatinya.

“Aku tidak bisa dipaksa,” geram Kyuhyun.

“Tapi kau bisa digoda.”

Wanita itu berjalan mendekati Kyuhyun dan Eunso. Matanya menatap lekat Kyuhyun dengan
senyum menggoda.

“Dia mungkin memang cantik. Tapi, aku ragu dia bisa memuaskanmu di atas ranjang. Aku
yakin aku bisa lebih membuatmu puas.”

Wanita itu semakin dekat dan mengulurkan tangannya ke depan hendak menyentuh dada
bidang Kyuhyun. Namun, sentuhan itu tertahan oleh tangan seseorang. Bukan tangan
Kyuhyun, melainkan tangan Eunso.

“Jangan berani-berani menyentuh suamiku, Nona.”

Jeyeon menoleh ke arah Eunso terkejut .“Haa… kau berani juga, Nona Muda?”

“Tentu saja. Aku tidak suka melihat wanita lain dengan lancang menyentuh suamiku.”

“Benarkah?” Jeyeon menoleh ke arah Kyuhyun. “Aku rasa istrimu ini takut kau akan tergoda
padaku.”
“Siapa bilang?” potong Eunso. “Dengan kau berdiri di hadapannya tanpa sehelai benang pun,
aku ragu Kyuhyun Oppa akan tertarik.”

Merasa terhina, Jeyeon menyipitkan matanya menatap Eunso geram. “Kau ingin
mengujinya?”

Eunso melebarkan matanya terkejut. Mengujinya? Membiarkan Kyuhyun melihat tubuh


polos wanita ini? Eunso menelan ludahnya pelan. TIDAK! teriaknya dalam hati.

“Selama ini, tidak ada yang tidak jatuh ke dalam pesonaku, Nona Manis,” ujar Jeyeon lagi.

Eunso menyipitkan matanya marah. “Apa kau menggoda pria-pria itu dengan pakaian seperti
itu?” tunjuk Eunso pada baju Jeyeon.

“Apa?” Jeyeon berkerut bingung.

“Aku tidak perlu memakai baju seksi agar Kyuhyun Oppa mau meniduriku. Bahkan, aku
sedang memakai kaus oblong lusuh dan celana jins belel serta jas lab kotor ketika Kyuhyun
Oppa mengambil keperawananku.”

Eunso terdiam, lalu menutup rapat mulutnya. Apa yang baru saja dia katakan? Kenapa dia
mempermalukan dirinya sendiri di depan semua orang? Semua menatapnya dengan tatapan
geli.

Ya Tuhan, aku membuat malu Kyuhyun Oppa.

“Hahaha.”

Eunso terkejut mendengar gelak tawa dari pria yang berdiri di belakangnya. Tawa menghibur
Kyuhyun. Kyuhyun memeluk Eunso erat.

“Bahkan dengan pakaian tebal sekali pun, kau tetap menggairahkan.”

Detik berikutnya, Kyuhyun mencium Eunso dengan nafsu yang tidak ditutup-tutupi.

Melihat itu, Jeyeon pun semakin meradang. Dia tidak hanya dipermalukan oleh hinaan
Eunso, ia juga dipermalukan dengan melihat ciuman menggebu-gebu dari kedua orang di
hadapannya itu.

Tidak ingin berlama-lama lagi, Jeyeon pun memutuskan untuk meninggalkan pesta itu.
Sekarang, tidak akan ada ampun lagi untuk wanita yang berani menghinanya. Jeyeon
menajamkan matanya kepada Eunso sebelum akhirnya memutar tubuhnya dan menjauh dari
keramaian.

Napas Eunso tersengal-sengal setelah Kyuhyun melepaskan ciumannya. Semua mata sudah
tidak lagi memandang mereka. Terlalu malu untuk melihat adegan yang begitu intim itu.

“Oppa.”
“Kau memang istri yang mengagumkan,” bisik Kyuhyun seraya mencium telinga Eunso, lalu
turun mengecup pundaknya.

“Oppa tidak marah?”

“Kenapa aku harus marah?”

“Aku mempermalukan dirimu.”

“Tidak, Manis, kau membuatku bangga. Membela suamimu dengan begitu bersemangat.”
Kyuhyun menaikkan kepalanya, lalu tersenyum.

Eunso menghapus jejak lipstiknya yang menempel di bibir Kyuhyun. “Lihat, lipstikku
belepotan,” Lalu, menoleh ke sekeliling mereka. “dan semua orang melihat kita.”

“Itu tadi tontonan yang menarik, kecuali adegan ciumannya.”

Eunso menoleh ke belakang punggung Kyuhyun, lalu menunduk malu melihat ayah
mertuanya.

“Appa.”

“Bagaimana mungkin wanita itu berani datang?” tanya Hyunjin.

“Aku tidak tahu dan kenapa dia begitu ngotot ingin menikah denganku? Seingatku dia
membenciku sama seperti aku membencinya.”

“Karena harga dirinya terlalu tinggi untuk dihina dengan pembatalan pernikahan ini,” jawab
Hyunjin.

“Tidak, dia tipe wanita yang tidak peduli dengan itu. Baginya, kesenangan adalah yang
terpenting.” Kyuhyun menyangkal jawaban ayahnya.

“Mungkin dia menyukaimu,” jawab Eunso.

“Tidak, dia tidak suka pria lemah.” Kyuhyun menggelengkan kepalanya.

“Kau tidak lemah, kau kuat.”

“Aku yang dulu adalah pria yang lemah, Manis, dan aku tidak melakukan apa pun untuk
mengubah tanggapan itu.”

“Kecuali, dia melihatmu yang berubah.”

Kyuhyun terdiam. Eunso benar. Apa ada situasi yang membuat Jeyeon melihat Kyuhyun
berubah? Kapan? Kyuhyun menggelengkan kepalanya. Itu tidak penting, yang penting
sekarang adalah ia harus waspada dengan apa pun yang sedang direncanakan wanita itu.
Eunso sudah menghinanya tadi. Kyuhyun yakin Jeyeon akan membalas hinaan itu pada
Eunso. Dan Kyuhyun harus memastikan sendiri, Jeyeon tidak akan menyentuh Eunso sedikit
pun.
Kyuhyun melirik ayahnya yang terlihat sedikit pucat dan berkeringat, Banyak hal yang harus
ia pikirkan. Meyakinkan ayahnya untuk beristirahat di rumah peristirahatan, memastikan
keluarga Shin tidak akan mengganggu bisnisnya, dan memastikan keselamatan Eunso. Tetapi
pertama-tama, ia harus kembali berbaur pada pesta yang ia buat malam ini.
PART 5

Hari ini merupakan salah satu hari yang tenang di rumah keluarga Cho. Hubungan Eunso dan
Kyuhyun semakin berkembang dengan membawa serta perasaan masing-masing. Setelah
mengetahui bahwa Kyuhyun adalah pria yang tidak sengaja ia temukan sedang terluka di
sebuah gudang yang tidak terpakai, Eunso menjadi lebih bisa terbuka dengan perasaannya
sendiri. Eunso tahu, alasan kenapa ia tidak mengalami kekecewaan yang sangat besar setelah
Kyuhyun memperkosanya, karena jauh di lubuk hatinya ia sadar siapa Kyuhyun sebenarnya.

Seperti hari-hari biasa yang membosankan, Eunso menghabiskan waktunya dengan


berkeliling melihat isi rumah yang besar itu. Meskipun ia sudah mendatangi setiap sudutnya
tetap saja ada tempat yang membuatnya terpesona.

Eunso membuka satu pintu yang sangat besar dengan ukiran yang tidak bisa Eunso artikan, ia
masuk dan melebarkan matanya melihat ayah mertuanya sedang duduk di depan piano hitam
di tengah-tengah ruangan itu. Apa ini adalah ruang piano?

Eunso sudah ingin mengundurkan dirinya ketika Hyunjin menoleh dan memanggilnya.
“Eunso-ya..”

“Nee.. Aboenim?”

“Masuklah”.

“Aaah.., aku tidak bermaksud untuk mengganggumu, aku tidak tahu ini ruangan apa. Aku
sedang melihat-lihat isi rumah,” Eunso masih berdiri di depan pintu menjelaskan kepada ayah
mertuanya kenapa ia bisa sampai di ruangan yang terlihat sangat pribadi itu.

“Gwencana Eunso-ya.. masuklah. temani aku” Hyunjin memberikan senyum teramah yang
pernah ia berikan kepada siapa pun. Melihat Senyum itu Eunso-pun mulai melangkah
mendekati ayah mertuanya. Hyunjin menggeser dudukknya di kursi piano itu dan menyuruh
Eunso duduk di sebelahnya.

“Aboenim bisa bermain piano?” tanya Eunso penasaran, kenapa ayah mertuanya hanya duduk
saja dan tidak memainkan pianonya?

“Anni, Kyuhyun eomma yang bisa bermain piano,” Hyunjin menyentuh satu tuts piano
dengan pandangan kosong. “aku merindukannya,”

“Aboenim pasti sangat mencintainya” Eunso tersentuh mendengar ayah mertuanya


merindukan istrinya, setelah 26 tahun, pria itu masih merindukan istrinya.

“Inilah kutukan bagi kami yang menyandang nama Cho. Selain menjunjung tinggi kesetiaan
kami memiliki cinta yang sangat besar hanya pada satu orang seumur hidup,”

Di luar dugaan Eunso, Hyunjin menjawab dengan sangat terbuka. Ayah mertuanya itu
semakin hari menjadi semakin sering menunjukkan sisi kelembutanya, Kyuhyun memang
mirip ayahnya, tidak hanya kejam tapi memiliki sisi kelembutan juga.
“Aku jadi ingin bertemu dengan eomonim”

“Kau melihatnya pada Seungmi”

“Nee..?”

“Jika kau ingin melihat wajahnya, mereka mirip. Mereka kembar”

“Oo..? Aku tidak tahu jika mereka kembar” Eunso memang pernah melihat foto ibu
Kyuhyun, dan memang mirip dengan Seungmi. Hanya saja wanita yang di foto lebih terlihat
muda karena itu Eunso tidak menyadari kemiripan mereka.

“Terkadang, aku ingin sekali membunuhnya karena ia terus mengingatkanku akan mendiang
istriku” Hyunjin menerawang jauh melihat keluar jendela. “Dan terkadang, aku ingin sekali
memeluknya hanya untuk melepaskan rasa rinduku pada mendiang istriku”

Eunso terdiam lama, menyadari sesuatu dari kalimat itu. Apa mungkin ayah mertuanya
sebenarnya mencintai Seungmi? Mungkin tanpa disadari oleh Hyunjin sendiri, ia sudah jatuh
cinta pada Seungmi. Tapi ia berusaha keras menyangkal hal itu.

“Jinjja, aku terlalu banyak mengatakan hal yang tidak-tidak padamu” Hyunjin menoleh ke
arah Eunso sambil tersenyum. “Kau mau menjaga rahasiaku lagi ‘kan?”

“Nee, Aboenim”

“Dan ingat jangan beritahu perihal penyakitku pada wanita cerewet itu”

Eunso menggerakkan tanganya di dekat bibirnya seperti mengunci lalu tersenyum. “Jangan
beritahu imo.. aku mengerti,”

“Haah.. kau sudah jauh-jauh ke sini, menemukan ruang bermain piano tapi mian aku tidak
bisa bermain piano, keahlianku adalah bermain pedang bukan piano”

Eunso tertawa. “Gwencana, Aboenim”

“Tapi Kyuhyun bisa, kau bisa memintanya untuk memainkan sebuah musik”

“Oo jinjja?” Eunso terkejut mendengar hal itu.

“Kuberi satu rahasia lagi. Kyuhyun dulu adalah anak yang manja, rajin, dan penurut”

Eunso melebarkan matanya terkejut. “Jinjja?” ia ingat malam itu Kyuhyun mengatakan
perihal dirinya yang lemah. “Lalu kenapa sekarang Kyuhyun Oppa berubah?”

“Masalah itu.. aku hanya tahu dia mulai berubah setelah dikeroyok oleh beberapa pria.
Selebihnya aku tidak tahu, dia memutuskan untuk keluar dari rumah dan mulai berpetualang.
Ia baru kembali tiga bulan yang lalu”

“Kyuhyun Oppa ke mana saja?”


Hyunjin tersenyum kepada Eunso “Aku tidak tahu, Nak, kenapa tidak kau tanyakan saja
padanya?”

“Aku ragu Kyuhyun Oppa akan menceritakanya padaku,” jawab Eunso, sedikit kecewa
karena Hyunjin tidak bisa menjelaskan ke mana saja Kyuhyun selama pergi dari rumah.

“Dia akan menceritakanya padamu, Nak, kau tinggal bertanya”

Eunso ingin sekali membantah ayah mertuanya tapi ia memutuskan untuk diam. Memang
Kyuhyun sering bersikap lembut padanya tapi terkadang Kyuhyun jarang sekali menjawab
pertanyaanya.

Eunso memutuskan untuk meninggalkan Hyunjin tetap sendirian di ruang piano itu lagi.
Banyak hal baru yang ia ketahui tentang keluarga ini, dan Eunso bingung bagaimana
mungkin keluarga yang begitu menjunjung tinggi kesetiaan dan rasa cinta ini bisa menjadi
seorang mafia?

Menjauh dari ruang piano itu Eunso melangkahkan kakinya menuju ke pintu yang tertutup
rapat sejak pagi. Pintu yang menghalanginya untuk bertemu dengan Kyuhyun. Kyuhyun
sedang mengadakan pertemuan rapat penting dengan para anak buah yang setia kepada
keluarga Cho. Entah apa yang mereka bicarakan Eunso tidak mau tahu dan tidak tertarik
sama sekali, ia hanya ingin bertemu dengan Kyuhyun secepat mungkin.

Eunso duduk di sebelah pintu dengan lutut ditekuk ke atas agar ia bisa menyandarkan
dagunya di sana, dilirknya jam tanganya kemudian mengembuskan napasnya pasrah. Sudah
hampir 6 jam, mereka berada di ruangan itu.

“Mereka secara terang-terangan membelot dan memihak keluarga Shin, bagi mereka Anda
sudah berkhianat dengan memutuskan pertunangan itu,” Pria bertubuh besar dengan wajah
yang tegas memberikan informasinya kepada Kyuhyun. Pria yang usianya tidak berbeda jauh
dengan usia Kyuhyun itu adalah pria yang bersumpah akan setia kepada Kyuhyun seumur
hidupnya.

“Sebagian dari mereka memang tidak pernah suka pada appa. Aku tidak terkejut,” Kyuhyun
memang tidak terkejut, karena selama ini ia tahu sebagian dari orang-orang yang bersekutu
pada mereka hanya takut kepada Hyunjin. Kyuhyun tahu, di saat yang tepat mereka pasti
akan berpindah pihak hanya untuk menjatuhkan ayahnya.

“Kemungkinan mereka akan menggunakan cara licik untuk menghancurkan bisnis keluarga
Cho”

Kyuhyun tersenyum “Mereka hanya orang-orang kecil yang pengecut, tidak perlu
dikhawatirkan. Yang harus kita khawatirkan adalah keluarga Kisaragi,”

“Hiroki Kisaragi sepertinya tidak terlalu gencar lagi,”


“Itu justru lebih mengerikan. Kita harus tetap waspada,” ujar Kyuhyun kepada anak buahnya.
Rapat selesai dengan kalimat itu. Kyuhyun berdiri dari tempatnya duduk membuat anak
buahnya pun ikut berdiri. Seorang pria membukakan pintu untuk Kyuhyun namun ia berhenti
karena sesuatu menahan pintu itu.

“Wae..?” tanya Kyuhyun bingung

“Pintunya jadi berat, sesuatu menghadangnya,” pria itu mendorong pelan dengan kekuatanya,
sampai akhirnya berhasil membuka pintu itu lebar, mereka keluar dan bermaksud melihat apa
yang menghadang pintu itu.

Beberapa anak buahnya terkejut melihat apa yang menghadang pintu. Berkerut, Kyuhyun-
pun menoleh ke bawah. Kyuhyun melebarkan matanya terkejut melihat Eunso sedang duduk
di belakang pintu dan hampir saja terjepit pintu.

“Eunso-yaa..” Kyuhyun berjongkok dan meraih Eunso ke dalam pelukanya. Hal pertama
yang dipikirkanya melihat Eunso seperti ini adalah Eunso sedang sakit, namun
kekhawatiranya memudar ketika mendengar napas beraturan Eunso. Gadis itu hanya tertidur
di balik pintu. “kenapa kau tidur di sini?” bisik Kyuhyun, ia mengulurkan sebelah tanganya di
bawah lutut Eunso dan mengangkat gadis itu dalam gendonganya.

Di dalam tidurnya Eunso merasakan tubuhnya dibawa dalam sebuah pelukan yang kokoh.
Eunso membuka matanya dan tersenyum ketika melihat wajah Kyuhyun tidak jauh dari
wajahnya. Senyumnya semakin merekah ketika Kyuhyun menunduk dan ikut tersenyum
bersama Eunso.

“Kau sudah bangun?” tanya Kyuhyun, masih melangkahkan kakinya menuju kamar mereka.

“Oo.. Oppa sudah selesai?”

“Oo.. kenapa tidur di depan pintu seperti itu? kau bisa masuk angin”

“Aku tidak bermaksud tidur, aku hanya ingin menunggumu selesai”

Kyuhyun menempelkan bibirnya di atas kepala Eunso “Wae..? kenapa mencariku?”

“Aku ingin membicarakan sesuatu tentang aboenim,” Eunso melirik ke kanan dan ke kiri,
mencari-cari Seungmi, kemudian bernapas lega karena wanita itu tidak ada di sekitar mereka.

Kyuhyun mengerutkan alisnya penasaran, ia memantapkan gendonganya pada Eunso lalu


melangkah cepat menaiki tangga. “Mouya? Kenapa dengan appa?”.

“Masalah penyakitnya,” bisik Eunso ragu-ragu.

“Kau tahu?” Kyuhyun terkejut.

“Oo.. aboenim yang menceritakanya padaku”


Mereka tiba di depan kamar, entah dengan cara seperti apa Kyuhyun berhasil membuka pintu
itu, lalu menutup pintu itu dengan kakinya. “Appa yang menceritakanya padamu?”

“Oo..”

Kyuhyun merebahkan Eunso di atas tempat tidur, lalu duduk di hadapan Eunso. Eunso duduk
agar mereka bisa berbicara lebih dekat lagi “Euhmm.. aku terkejut. Appa bukan tipe orang
yang senang menceritakan perihal dirinya pada siapa pun”

“Kami juga tadi berbicara di ruang piano, dan aboenim bilang ia merindukan eomonim,” jelas
Eunso

“Jinjja?”

“Oo.. aboenim juga bilang, kau bisa bermain piano,” ujar Eunso ragu-ragu

Kyuhyun tersenyum canggung. Selama ia tumbuh, ayahnya jarang sekali memerhatikan


Kyuhyun, karena itu ia terkejut ketika mendengar ayahnya mengetahui keahlianya bermain
piano. Jadi selama ini ayahnya bukanlah ayah yang tidak peduli padanya karena terlalu
berduka atas kematian istrinya.

“Appa sangat mencintai eomma, ketika eomma meninggal, appa sama sekali tidak pernah
mencurahkan perhatianya padaku. Sampai akhirnya aku berusia 12 tahun, appa menyadari
kesalahanya karena telah menyerahkan segala kebutuhanku kepada imo. Aku tumbuh
menjadi anak yang manja, penakut, dan tidak bisa apa-apa. Appa berusaha keras mengubah
itu semua. Ia berusaha keras mengajariku cara memegang samurai, cara menjadi berani, dan
cara untuk menjadi keji. Tapi sayangnya tidak pernah berhasil,”

Eunso mendengarkan dengan perhatian penuh semua yang Kyuhyun ceritakan padanya. Ini
pertama kalinya Kyuhyun menceritakan masa lalunya pada Eunso “Sekarang kau berubah,”
ujar Eunso

“Itu semua karena dirimu,” Kyuhyun menatap langsung mata Eunso ketika mengatakan hal
itu

“Aku..?”

Kyuhyun menggelengkan kepalanya, menyadari sesuatu “Ya Tuhan, kenapa kau


menceritakanya padamu?”

“Oo wae..?” Eunso memegang baju Kyuhyun “Aku ingin dengar, kenapa karena aku?” ia
sudah penasaran ketika Hyunjin menceritakan hal ini di ruang piano tadi

“Lupakanlah” Kyuhyun menggelengkan kepalanya, benar-benar tidak ingin meneruskan


ceritanya lagi. Eunso sudah ingin protes ketika Kyuhyun mengubah topik pembicaraan
mereka “Masalah appa, aku akan memintanya untuk melakukan pengobatan. Tapi, aku ingin
seseorang menemaninya. Dan appa, benar-benar tidak ingin imo tahu masalah penyakitnya,”
Kyuhyun mengembuskan napasnya “Satu-satunya yang kuharapkan untuk menjaga appa
adalah imo,”
Eunso menganggukkan kepalanya “Entah kenapa, aku merasa aboenim menyukai imo,”

“Jinjja..?” Kyuhyun menaikkan alisnya terkejut “aku merasa imo-lah yang menyukai appa,”

“Oo..? Jinjja?”

“Oo.., kau pikir kenapa imo tidak pernah menikah?. Karena tanpa bisa dikendalikan ia jatuh
cinta pada suami kakaknya sendiri. Sadar akan posisinya sebagai adik ipar, imo tidak berani
mengungkapkan perasaanya. Kau tahu, Ia hanya bisa mencintai appa secara diam-diam
selama hampir 25 tahun ini,”

“Benarkah?” Eunso menundukkan pandanganya “Kalau begitu kemungkinan mereka saling


mencintai,”

“Mungkin,” jawab Kyuhyun

“Mungkin kita bisa membuat mereka saling terbuka satu sama lain, tidak ada salahnya,
bukan? Belum terlambat untuk mereka berdua bersatu,” Eunso mengutarakan pemikirannya.
“Bagaimana jika idemu tadi benar-benar dilakukan? Biarkan imo yang merawat aboenim”

Kyuhyun tersenyum geli “Kau bermaksud menjadi mak comblang?”

“Jika perlu, aboenim sudah terlalu lama berduka, bukan? Sudah saatnya dia berbahagia”

Kyuhyun menganggukan kepalanya beberapa kali. “Kau benar, aku akan mengaturnya”

Eunso ikut menganggukkan kepalanya “Aah.., aku hampir lupa,” seru Eunso tiba-tiba

“Wae..?”

“Minggu depan ada ujian akhir semester, aku harus ke kampus”

“Aku mengerti” Kyuhyun menganggukan kepalanya.

“Aku penasaran” seru Eunso lagi “Kau bilang sudah tingkat 5, dari caramu mengajariku aku
tahu kau orang yang pintar bahkan genius. Tapi, kau tidak terlihat sibuk menyelesaikan
kuliahmu. Kau malah sibuk membuntutiku”

Kyuhyun tertawa “kau tahu, aku sudah lulus kuliah dua tahun yang lalu,”

“Nee..?” Eunso mengerjabkan matanya berkali-kali “Kenapa kau bilang kau masih tingkat
lima saat itu?”

Kyuhyun menaikkan bahunya “Akan terdengar aneh jika kukatakan aku sudah lulus dua
tahun yang lalu tapi berkeliaran di kampus”

“Memang.. kau aneh..” dengus Eunso.

“Aneh..? Song Eunso. Kau mengataiku aneh?” Kyuhyun memicingkan matanya menatap
Eunso.
Merasakan adanya bahaya, Eunso bergerak ke samping menjauhi Kyuhyu. Tapi terlambat,
dengan cepat Kyuhyun bisa menangkap pinggang Eunso lalu menggelitik istrinya

“kyaaa.., ampun.. aku tidak tahan geli..” Eunso menjerit di sela gelak tawanya. “Oppa..”.

“kau harus dihukum karena mengatai suamimu aneh” Kyuhyun masih terus menggelitik
Eunso, meskipun gadis itu sudah menggeliat kegelian.

“Kau memang aneh” meskipun ia tidak tahan terus digelitik Eunso tetap mengatai suaminya.
“Hahaha… ampun. Oppa..”

Gelak tawa Eunso berhenti ketika tangan Kyuhyun yang tadinya menggelitik pinggangnya
bergerak masuk ke balik hotpants-nya lalu menurunkan celana itu beserta celana dalamnya.
Tatapan mata Kyuhyun tidak lepas dari wajah Eunso yang terkejut karena perubahan situasi.
Setelah berhasil menurunkan celana Eunso Kyuhyun pun menurunkan celananya, ia bergerak
di antara kedua kaki Eunso lalu memasukkan kejantanannya ke dalam diri Eunso pelan.

Kyuhyun dan Eunso mendesah pelan setelah Kyuhyun masuk sepenuhnya. Kyuhyun mulai
menggerakkan pinggulnya dengan tangan yang juga tidak tinggal diam, ia melepaskan
kancing baju Eunso, membebaskan kedua payudara Eunso dari kurungannya. Tanganya
meraup payudara kanan Eunso, membuat jerit nikmat keluar begitu saja dari bibir indah
Eunso.

Kyuhyun menunduk dan mencium leher putih Eunso lalu bibirnya naik ke atas, berbisik di
telinga Eunso “Payudaramu membesar,”

“Jinjja..?” Eunso memejamkan matanya ketika gerakan pinggul Kyuhyun berubah cepat,

“Oo..” Kyuhyun meraupkan tangannya yang bebas ke payudara Eunso yang satu lagi
“Keduanya membesar”

“Jadi itu alasanya kenapa bra-ku terasa sempit” Eunso mendesah nikmat. Ini aneh, obrolan
vulgar seperti ini malah semakin membuatnya terangsang. “bagaimana Oppa bisa tahu?”

“Tentu saja aku tahu” Kyuhyun menaikkan kaki Eunso ke atas pinggulnya, dan bergerak
semakin cepat “Karena tubuhmu ini milikku dan aku hapal semua yang kumiliki. Bibirmu
semakin menggoda, payudaramu membesar, dan tubuhmu semakin terbiasa menerimaku”

Eunso menelan salivanya pelan, ia sudah tidak bisa berpikir lagi ketika Kyuhyun menyentuh
titik rangsanganya “Oppa memerhatikanya?”

“Oo..” Kyuhyun menempelkan bibirnya di bibir Eunso “Sekarang diamlah” lalu ia mencium
Eunso disertai gerakan pinggulnya dengan sama menggebu-gebunya. Mereka larut dalam
kegiatan, dan selanjutnya yang hanya terdengar desahan dari keduannya sampai akhir
pelepasan mereka.

.
.

Eunso turun dari mobil Sport hitam yang terparkir di halaman parkiran kampusnya. Matanya
menatap gedung kampus yang hampir dua bulan ini tidak ia datangi. Apa yang akan
dikatakan oleh teman-temannya? Eunso melangkahkan kakinya menuju gedung kampusnya
kemudian berhenti dan menoleh ke belakang, ke sosok seorang pria bertubuh besar
berpakaian necis dengan jaket kulit berwarna abu serta jeans berwarna hitam.

“Woobin-ssi, apa kau harus mengikutiku sepanjang hari?”

“Kyuhyun menyuruhku menjagamu, karena itu aku akan menemanimu ke mana pun kau
pergi,” jawab pria itu

“Tapi..,” Eunso menoleh ke arah kampusnya, kemudian menundukkan kepalanya karena


tatapan beberapa orang. Tentu saja mereka bingung karena kehadiran Woobin. Salah seorang
kaki tangan Kyuhyun. Entah apa yang membuat pria ini tunduk pada Kyuhyun, yang Eunso
ketahui adalah pria ini menyerahkan seluruh hidupnya untuk setia kepada Kyuhyun.

Beberapa orang memandang dirinya dan Woobin lagi, Eunso mengembuskan napasnya
frustrasi, harus ia akui, Woobin memang pria yang sangat tampan dan keren, ia juga tidak
habis pikir, jika ingin melindunginya seharusnya Kyuhyun lebih cerdas dengan meminta pria
yang wajahnya biasa-biasa saja daripada yang wajahnya bak model ternama seperti Woobin.
Tentu saja, hal ini menarik semua mata agar tertuju padanya, bukan?

Eunso menggelengkan kepalanya dan berbalik lagi ke arah Woobin “Kau boleh mengikutiku
asal jangan terlalu dekat,” pintanya.

“Aku mengerti,” Woobin mengangguk mengerti.

Setelah memastikan Woobin berada cukup jauh darinya, Eunso pun melangkah masuk
menuju ruang ujian yang sudah dijadwalkan. Semua mata tertuju padanya ketika Eunso
melangkah masuk ke dalam ruangan kelas, namun pandangan mereka teralihkan pada
Woobin yang ikut masuk.

“Yaak.., Eunso-yaa..” Eunso menaikkan pandanganya kemudian tersenyum melihat


temannya. “Kau masih hidup?” tanya Hyemi, jelas terlihat temanya itu sangat terkejut
melihat penampilan Eunso saat ini. Eunso memang terlihat berbeda dengan kali terakhir
Hyemi melihatnya. Bukan hanya pakaian Eunso yang terlihat lebih feminim tapi wajah Eunso
yang juga terlihat berseri-seri.

“Tentu saja aku masih hidup, kenapa kau berpikir aku sudah mati?” Eunso duduk di sebelah
Hyemi.

“Banyak gosip yang beredar, ada yang bilang. Kyuhyun menculikmu dan menjualmu. Ada
juga yang bilang, Kyuhyun menjadikanmu budak sex, dan ada juga yang bilang Kyuhyun
membunuhmu setelah memerkosamu”
Eunso melebarkan matanya terkejut, ia tidak tahu ada banyak gosip yang beredar setelah ia
menghilang dari apartemenya dan tidak pernah datang ke kampus. Sebenarnya Eunso tahu
akan ada gosip tapi ia tidak tahu akan ada banyak dan semua gosip yang beredar adalah gosip
buruk tentang Kyuhyun.

“Anniya, aku tidak diculik, tidak dijadikan budak sex, dan tidak dibunuh” matanya menunduk
ke bawah, menatap jari-jarinya yang saat ini sedang bertautan. “Sebenarnya, aku sudah
menikah dengan Cho Kyuhyun”

“MWOOO…” Eunso tersentak kaget, bukan hanya suara Hyemi yang terkejut tapi seluruh
temanya di dalam kelas pun ikut terkejut. Eunso tidak menyadari bahwa semua teman-
temannya memasang telinga ganda untuk mendengarkan pembicaraanya dengan Hyemi.

“Kau benar-benar sudah dikutuk, bagaimana mungkin kau menikah dengan pria itu?” tanya
Hyemi

Eunso menatap Hyemi kemudian tersenyum, membuat Hyemi mengerutkan alisnya bingung
karena senyum itu. “Kyuhyun tidak seburuk yang kalian pikirkan, dia pria yang lembut dan
penuh perhatian, menyayangi keluarganya dan dia seseorang yang dihormati”

“Song Eunso. Apa kau sudah tidak waras lagi?” tanya Hyemi bingung

“Aku sangat-sangat waras Hyemi-ya. Kyuhyun tidak seburuk yang kalian bicarakan”

Hyemi berdecak kemudian menggelengkan kepalanya. “Kalau begitu aku bingung harus
bilang kau gadis yang dikutuk atau gadis yang beruntung?” terdengar nada kesal dari suara
itu.

“Kenapa kau terlihat kesal?”.

“Tidak.. aku tidak kesal” Hyemi mengembuskan napasnya pasrah. “Sebenarnya aku iri
padamu, kau wanita yang cantik dan pintar dalam hal pelajaran, dan yang membuatmu lebih
menarik lagi adalah kepolosanmu itu. semua pria menyukai gadis yang polos. Termasuk Cho
Kyuhyun”

“Hyemi-ya..”

“Sebenarnya aku mendengar dua berita mengenai Cho Kyuhyun. ada yang bilang dia adalah
pria yang lemah dan tidak bisa apa-apa, dan ada juga yang bilang Cho Kyuhyun adalah pria
yang kejam. Tentu saja yang kita lihat dan percayai adalah kabar yang kedua, bukan? Banyak
yang berharap gosip pertamalah yang benar, karena dia bisa menjadi pria yang dikejar-kejar
oleh banyak wanita karena ketampanannya”

“Kau tahu, semua bilang Cho Kyuhyun sedikit berbeda jika berada di dekatmu. Banyak yang
bilang kau adalah dewi yang bisa menjinakkan iblis” Hyemi tersenyum kecut. “Karena itulah
aku iri padamu”.

Eunso terdiam, ia menyimpulkan bahwa Hyemi menyukai Kyuhyun meskipun tau Kyuhyun
adalah seorang anak mafia. Mungkin bukan hanya Hyemi, mungkin ada banyak lagi gadis
yang diam-diam menyukai Kyuhyun tapi mereka tidak berani untuk mendekati Kyuhyun.
Tiba-tiba saja Eunso tersenyum penuh kebanggaan, ia tidak tahu bahwa suaminya diam-diam
begitu diminati oleh banyak yeoja.

“Dia siapa sih?” tunjuk Hyemi pada Woobin yang berdiri tegak di sebelah pintu.

“Aahh.., salah satu anak buah Kyuhyun”.

“Woaah.. dia tampan sekali. Apa ada banyak anak buah yang setampan itu?. Eunso-ya, jinjja
kau benar-benar beruntung, menikah dan dijaga oleh pria-pria tampan dan keren”

Eunso tersenyum lagi, Woobin memang tampan dan keren tapi baginya ada yang lebih dari
itu, dan Eunso tahu di mana hatinya berlabuh saat ini.

Selesai ujian Eunso berjalan sendirian di ikuti oleh Woobin, hari ini jadwal ujianya hanya ada
dua. Eunso sedang dalam perjalanan menuju kelas kedua ketika ia melihat seorang pria
berdiri tidak jauh darinya.

“Donghae Oppa?” Eunso terdiam ditempatnya.

“Eunso-yaa.. kau ke mana saja? Aku mencari-carimu ke mana-mana, kau dan ibumu
menghilang dari apartemen dan ponselmu tidak aktif lagi” Donghae berjalan cepat
menghampiri Eunso. Memegang kedua bahu Eunso. “Gwencana?”

“Oo.. oppa.. aku baik-baik saja. Mianhae, membuatmu khawatir”

“Eeey.. kau ke mana saja?”

Eunso diam, lalu diam-diam ia melirik kearah Woobin, “ceritanya panjang, kau mau
menungguku sampai selesai ujian?” tanya Eunso ragu-ragu

Donghae melirik ke arah Woobin kemudian menganggukkan kepalanya. “aku tunggu di


taman”

Eunso berlari-lari cepat menuju taman kampus, bertemu dengan Donghae lagi membuatnya
tidak bisa fokus menjawab soal-soal tadi. Meskipun begitu tidak ada satu soal pun yang tidak
terjawab olehnya. Ia harus memberikan penjelasan kepada Donghae, memang hubungan
mereka bukanlah sepasang kekasih tapi Eunso merasa harus menjelaskan situasinya sekarang
pada pria itu. karena sekarang Eunso sadar kehadiran Donghae di hidupnya lebih seperti
seorang kakak yang selalu menjaganya.

“Oppa..” Eunso memelankan langkahnya mendekati Donghae, ia menoleh ke belakang


dengan alis berkerut karena Woobin benar-benar mengikutinya ke mana saja.
“Eunso-ya..” Donghae berdiri dari bangku taman yang sudah ia duduki selama hampir dua
jam itu,

“Aku tidak bisa lama-lama, aku tidak ingin kau celaka” hati-hati Eunso menjelaskan kepada
Donghae, ia ingat bahwa Kyuhyun pernah mengancam akan membunuh Donghae jika ia
terlihat bersama Donghae lagi,ia tidak ingin Kyuhyun melihat kebersamaan mereka. tapi
Eunso harus membuat Donghae tenang, meyakinkan pria itu dia baik-baik saja.

“Apa yang kau bicarakan?” Donghae mengerutkan alisnya

“Aku sudah menikah, Oppa”

“MWO..? dengan siapa?” ekspresi terkejut terlihat jelas dari wajah Donghae

“Cho Kyuhyun”

“Cho.. Kyuhyun..?” Donghae semakin melebarkan matanya terkejut.

“Apa kau tahu dia siapa?” tanya Eunso.

“Tentu saja aku tahu dia siapa, kami pernah satu sekolah dulu” jawab Donghae cepat “Tapi,
bagaiamana mungkin?”

“Kejadiannya begitu cepat dan tidak terduga. Tapi, Oppa tenang saja, aku baik-baik saja dan
aku bahagia. Eomma juga bersamaku”

Donghae menyipitkan matanya tidak percaya “Kau mencintainya?” geram Donghae

Eunso menatap Donghae dengan tatapan yang terisi penuh dengan cinta, cinta untuk
Kyuhyun.

“Nee..” kata mengiyakan itu keluar begitu saja dari mulut Eunso, dan ia tidak merasa sesuatu
yang aneh atau perasaan bersalah mengatakanya. Ia memang mencintai Kyuhyun, dari sejak
ia tidak sengaja menemukan Kyuhyun terluka di gudang 10 tahun yang lalu itu. Selama ini ia
mengira Donghaelah orangnya ternyata Kyuhyunlah pria yang ia tolong. Donghae
mengulurkan tanganya dan menangkup wajah Eunso dengan kedua tanganya “Song Eunso,
kau benar-benar mencintainya? Pria itu anak seorang mafia”

“Arraya..”

“Hidupmu akan terus dalam bahaya jika menikah dengannya”

“Aku tahu, tapi aku bisa menjaga diriku sendiri”

“Kau tidak bisa”

“Aku bisa, Oppa, percayalah padaku”


Donghae bisa mendengar nada penuh keyakinan dari suara Eunso. Donghae memejamkan
matanya dan mengatupkan giginya keras. Haruskah ia melepaskan Eunso kepada pria seperti
Kyuhyun? pikirnya. “Eunso-ya, kau tahu.. sebenarnya aku..”

Ddrrrtt…ddrrrttt.. Eunso tersentak kaget merasakan getar ponsel di tanganya. Eunso melirik
ke layar ponsel lalu mengerutkan alisnya melihat siapa yang meneleponya. “Oppa, aku benar-
benar tidak bisa berlama-lama bersamamu. Mianhae, ini semua demi kebaikanmu. Kau
tenang saja, aku baik-baik saja bersamanya. Eoh? Annyeong, Oppa”

Eunso memutar tubuhnya dan berlari menjauh dari Donghae dan mengangkat teleponnya
yang terus bergetar. Meninggalkan Donghae dalam kebingungan yang besar. Menikah?
Eunso dengan Kyuhyun? Maldo andwe.

“Oo Oppa, aku sudah dalam perjalanan pulang bersama Woobin-ssi”

“…..”

“Oo.. sampai bertemu dirumah. Keuno” Eunso menjauhkan ponsel-nya dari telinganya dan
mengembuskan napasnya lega. Pertemuan dengan Donghae membuat jantungnya berdegup
kencang, bukan karena ia berdebar karena mencintai pria itu, tapi karena ia dilanda rasa
khawatir jika terlalu lama berdekatan dengan Donghae. Eunso yakin, bahkan sangat Yakin.
Kyuhyun akan benar-benar melakukan ancamannya pada Eunso tempo hari.

“Woobin-ssi” Eunso memanggil Woobin yang duduk di sebelah supir

“Nee.. Eunso-ssi?”

“Kau bisa menolongku?”

“Eehhmm? Katakan saja”

“Bisakah kau merahasiakan pertemuaku tadi dengan Donghae oppa dari Kyuhyun oppa?”
tanya Eunso ragu-ragu.

Woobin diam sejenak. Ini permintaan sulit, kesetiaanya ada pada Kyuhyun bukan istri
Kyuhyun. “Aku tidak akan mengatakanya jika Kyuhyun tidak bertanya”

“Aku tidak ingin Kyuhyun melakukan hal yang keji dengan membunuh Donghae oppa”

“Dia tidak akan melakukan hal itu” jawab Woobin

“Nee..? bagaimana kau bisa yakin?”

“Karena kyuhyun bukanlah orang yang sembarangan membunuh orang. Kau tenang saja”
“Tapi kau akan menceritakanya jika Kyuhyun oppa bertanya ‘kan?” Eunso terlihat benar-
benar khawatir

“Jika Kyuhyun bertanya apakah kau bertemu dengan Donghae hari ini? aku akan menjawab
dengan jujur”

Eunso mengembuskan napasnya, sedikit lega mendengar pernyataan itu. Kyuhyun tidak
mungkin bertanya seperti itu, bukan?

Kyuhyun sedang menandatangani beberapa dokumen kontrak kerja jual beli barang-barang
antik di ruang tamu, ketika Eunso masuk bersamaan dengan Woobin. Kyuhyun menoleh ke
arah Eunso lalu tersenyum. Eunso mendekati Kyuhyun dengan ekspresi yang sedikit aneh.

“Waeyo..?” tanya Kyuhyun

“Aa.. anniya..” Eunso menggelengkan kepalanya

“Wajahmu terlihat aneh. waeyo?, Ada yang mengganggumu?” Kyuhyun menoleh ke arah
Woobin. “Ada yang mengganggunya?” tanyanya pada Woobin.

Eunso menoleh ke arah Woobin, takut-takut mendengar jawaban Woobin, “Tidak ada” jawab
pria itu. memang benar, hari ini tidak ada yang mengganggu Eunso sama sekali.

“Lalu kenapa wajahmu seperti itu, Manis?” Kyuhyun mengusap pipi Eunso dengan punggung
jari telunjuknya.

“Hari ini aku mendengar banyak gosip tidak bagus tentang kita,” jawab Eunso akhirnya.
Eunso memang benar, gosip-gosip yang dibicarakan oleh Hyemi tadi benar-benar
mengganggunya.

“Gosip seperti apa?” Kyuhyun mengulurkan tanganya di seputar pinggang Eunso dan
menarik Eunso ke dalam pelukanya. Melihat keintiman itu para bawahan termasuk Woobin
mengundurkan diri dari ruangan itu

“Mereka menyebar berita bahwa kau membunuhku setelah memerkosaku, menculikku untuk
dijual lalu menjadi budak sex.. aaah.., gosip menyebalkan” Eunso mengerutkan alisnya kesal,
marah karena ia tidak suka mendengar berita yang menjelek-jelekan Kyuhyun.

“Well, beritanya memang benar” Kyuhyun tersenyum geli

“Apanya yang benar?” Eunso memicingkan matanya menatap Kyuhyun

“Aku memang memerkosamu, lalu menculikmu dan mengurungmu di rumah ini, menjadikan
istriku itu sama saja dengan menjualmu dalam pernikahan, aku membunuhmu dengan semua
kegiatan bercinta kita dan itu artinya kau memang budak sex-ku”

“Oppa..!!” tegur Eunso marah


“Wae..?” Kyuhyun masih memasang senyum geli

“Itu semua tidak benar, diawal kau memang memperkosaku tapi setelahnya..” Eunso berhenti

“Setelahnya?” desak Kyuhyun

Eunso menggelengkan kepalanya “Kita menikah, itu janji suci bukan seperti perjanjian jual
beli barang. Dan aku tidak mati karena semua sentuhanmu aku masih bisa bertahan. Aku juga
bukan budak sex-mu… jangan sebut itu sex, itu lebih dari sekedar sex.. kita bercinta”

Kyuhyun mengeratkan pelukanya karena tiba-tiba ia menjadi sangat-sangat tertarik dengan


pembicaraan ini “Memang apa bedanya Eunso-ya?”

Eunso mengalungkan kedua lenganya di leher kyuhyun.“Itu bukan sex jika kita melakukanya
karena sama-sama menginginkanya, bukan?”

“Nee.. kau benar” Kyuhyun menunduk di atas bibis merah Eunso “Aku menginginkanmu”
kyuhyun mencium bibir Eunso lembut “Sekarang”

“Euhm..” Eunso pun membuka mulutnya ketika lidah kyuhyun mendesak masuk meminta
lebih dari sekedar ciuman.

“Kyu-aa.. sudah seminggu aku tidak melihat ayahmu. Di mana dia?”.

Suara Seungmi menginterupsi kegiatan kyuhyun yang sedang duduk dibalik meja kerja
ayahnya. Kyuhyun melirik ke arah Seungmi lalu berdiri dari kursinya, ia berjalan memutar
menghampiri Seungmi yang berdiri di depan pintu. Imo-nya tidak pernah berani masuk lebih
dalam ke dalam ruang kerja itu.

“Appa sedang dalam perjalanan bisnis” jawab Kyuhyun begitu tiba di depan Seungmi.

“Aaa..” Seungmi menganggukkan kepalanya. “Tidak biasanya dia pergi tanpa berpamitan”
Seungmi sedikit memberengutkan wajahnya tidak suka.

Tersenyum Kyuhyun pun menarik tangan Seungmi dan membawanya masuk ke dalam ruang
kerja itu. “Imo, ada yang ingin aku katakan padamu”.

“Mouya?”. Seungmi duduk di sofa hitam dan duduk bersebelahan dnegan kyuhyun yang
masih menggenggam tangannya.

“Appa.. sedang sakit”

Seungmi melebarkan matanya terkejut. “Sakit? Wooah.. Appamu tidak pernah sakit
sebelumnya”
“Yaa.. appa memang tidak pernah sakit, dan sekalinya sakit bukan sakit biasa”

“Apa maksudmu?” Seungmi meremas jemari Kyuhyun tegang

“Sebenarnya appa sekarang berada di Jerman untuk mengobati penyakit jantungnya”

“Nee..?”

Kyuhyun menarik napas panjang sebelum melanjutkan. “Appa sudah mengidap penyakit ini
selama 3 tahun, tapi baru kali ini ia bersedia melakukan pengobatan ke Jerman”

“Tapi.., tidak mungkin. Dia.. pria yang angkuh, sombong, pemarah dan egois, tidak mungkin
dia bisa terserang penyakit jantung” Seungmi menggeleng-gelengkan kepalanya tidak
percaya. “Kau pasti bercanda”

“Imo..” panggil Kyuhyun. “Meskipun begitu appa tetaplah manusia”

Seungmi melepaskan tanganya dari genggaman Kyuhyun dan meremas tanganya sendiri.
Perasaannya bercampur aduk saat ini. Ia tidak bisa percaya pria sekuat Hyunjin bisa sakit,
tapi Kyuhyun benar Hyunjin tetaplah manusia. Pikirannya bercampur aduk saat ini. Apa
Hyunjin baik-baik saja sekarang? Apa pengobatanya berjalan lancar? Apa ada yang
menjaganya disana?

Kyuhyun bisa melihat kegelisahaan dan kecemasan di mata Seungmi, tersenyum Kyuhyun
pun berdeham lembut. “Imo.. appa di sana sedirian, tadinya aku tidak ingin mengatakanya
padamu karena appa memintaku berjanji untuk tidak memberitahukan hal ini padamu. Tapi,
aku tidak bisa tidak peduli mengetahui appa di sana sendirian”

Seungmi menoleh ke arah Kyuhyun dengan mata yang basah. “Apa yang ingin kau katakan?”

“Jika imo bersedia, maukah kau menjaga appa?”

Seungmi menggigit bibir bawahnya menahan airmata yang memaksa untuk keluar. “Kyu-aa..
aku tidak berhak untuk melakukan itu, baginya aku hanyalah adik ipar yang menyebalkan,
cerewet, mengganggu, dan tidak bisa diusir dari rumah ini”. Airmata berhasil jatuh dari pipi
yeoja yang menurut Kyuhyun masih terlihat cantik itu. Meskipun Kyuhyun tidak pernah
memiliki memori akan wajah ibunya tapi berkat Seungmi ia bisa melihat seperti apa wajah
ibunya jika ibunya masih hidup.

“Imo.. setelah selama ini aku yakin appa menganggapmu lebih dari itu” Kyuhyun masih
berusaha membujuk Seungmi.

“Tapi..”

“Appa membutuhkanmu”

“Tidak.. dia pasti mengusirku langsung begitu melihatku”

“Appa tidak akan tega”


“Dia selalu tega padaku”

Kyuhyun diam sejenak. Kenapa sepertinya ia pernah mengalami hal seperti ini? begitu sulit
membujuk wanita. Eunso juga begitu sulit untuk dibujuk, apa semua wanita memang seperti
ini? pikirnya. “selama ini, Imo selalu dibentak, diusir, dan dimaki tapi kau tetap bertahan di
rumah ini. aku yakin kau pasti kebal dengan semua kata-kata kasaranya nanti”.

“Kyuu-aa..”.

“Imo.. tolonglah aku. Jaga appa untukku”.

Seungmi menghapus jejak airmata di pipinya kemudian menunduk, berpikir sejenak.


Haruskah ia mengambil langkah ini? ia memang mencintai Hyunjin tapi sama seperti
biasanya ia tidak cukup berani untuk menyatakan perasaanya atau pun mendekati Hyunjin.
“Baiklah” bisik Seungmi. Apa pun yang terjadi, Seungmi memutuskan akan memberikan
semua perhatian untuk Hyunjin di sisa hidupnya ini.

.
PART 6

Pagi yang cerah datang menghampiri rumah besar milik keluarga Cho. Isi rumah itu terlihat
ceria seperti biasanya namun terlihat sedikit lebih sepi karena ketidakhadiran Hyunjin dan
Seungmi. Seungmi berangkat ke Jerman malam harinya tanpa sepengetahuan siapa pun
setelah Kyuhyun meminta bibinya itu menjaga ayahnya. Paginya, Eunso dan Jieun
kebingungan mencari-cari wanita yang sudah seperti nyonya rumah dirumah itu.

Eunso menyambut baik cerita Kyuhyun yang menyatakan bibinya sudah berangkat menyusul
ayahnya. Wanita itu bahkan terdengar lebih dari sekedar senang. Ia begitu riang mendengar
berita itu.

“Aku yakin mereka bisa saling terbuka nantinya. Kau benar-benar hebat, Oppa.”

Kyuhyun tersenyum mengingat ekspresi riang Eunso saat itu. Matanya menatap lembaran-
lembaran kertas laporan yang diserahkan sekretarisnya, tetapi pikiranya dipenuhi wajah
Eunso. Sepertinya, Eunso sudah bisa menerima dirinya dengan begitu baik. Wanita itu tidak
pernah membantahnya lagi, bahkan lebih penurut. Ditambah lagi, kesepakatan untuk berpura-
pura saling mencintai itu terlupakan begitu saja. Sekarang, mereka terlihat seperti pasangan
mesra seperti yang lainya.

“Bos,” Sekretarisnya menginterupsi lamunan Kyuhyun. Kyuhyun melirik ke arah sekretaris


yang berdiri di pintu. “ada seseorang yang ingin bertemu.”

“Siapa?” Kyuhyun mengerutkan alisnya penasaran.

“Dia….”

“Ini aku.” Seorang wanita menyerobot masuk ke kantornya. Kyuhyun menghela napasnya
kesal begitu melihatnya. “Kenapa? Kau tidak senang melihatku?”

“Apa maumu, Shin Jeyeon?” geram Kyuhyun.

“Aku? Aku hanya merindukan calon suamiku. Memangnya kau tidak merindukanku?”

Dengan santai, Jeyeon berjalan mendekati meja kerja Kyuhyun. Jeyeon datang dengan
dandanan yang ia yakini bisa menarik perhatian semua pria hari ini. Meskipun tujuannya
adalah gudang besar di sebuah pelabuhan yang berbau amis lautan, tidak memudarkan niat
Jeyeon menemui Kyuhyun.

“Kau tahu hal terakhir yang aku inginkan darimu adalah melihatmu menjauh dari hidupku,”
Kyuhyun berdiri dari balik meja kerjanya dan berjalan memutar menghadap Jeyeon. “atau
melihatmu mati.”

Jeyeon tersenyum mendengar nada penuh kebencian itu. “Ya Tuhan, aku tidak tahu jika kau
bisa sangat-sangat menggairahkan seperti ini, Cho Kyuhyun” Jeyeon mendekat secara
perlahan dengan mengulurkan tangannya ke depan menyentuh permukaan dada Kyuhyun.
Kyuhyun diam menatap wajah Jeyeon yang tersenyum menjijikkan kepadanya. Wajah wanita
itu mendekati wajahnya.

Jeyeon semakin tersenyum ketika bibirnya hampir menyentuh permukaan bibir Kyuhyun,
namun tertahan tangan Kyuhyun yang memegang wajahnya, lalu mendorongnya.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Kyuhyun lagi, mendorong jauh Jeyeon dari hadapannya.

“Cih. Merusak kesenanganku saja.” Jeyeon berdecih kesal. Ia lalu berjalan menelusuri isi
ruang kerja Kyuhyun.

“Aku lihat istri manismu itu bermain di belakangmu,” lanjutnya. Dengan hati-hati, Jeyeon
melirik ke arah Kyuhyun, menunggu reaksi dari pria itu. “Kau tahu? Ia bertemu secara diam-
diam dengan pria lain,” sambungnya.

“Jika kau hanya akan mengatakan omong kosong, sebaiknya kau pulang sekarang, Shin
Jeyeon. Kau tidak sadar? Datang ke markas musuh itu merupakan kesalahan besar,” ancam
Kyuhyun.

“Oh, tenang saja. Aku tidak akan membuat keributan. Aku hanya ingin mengadukan istrimu
yang menyeleweng.” Jeyeon melipat kedua tanganya di depan dada. “Kau pasti tidak tahu
itu, kan? Kasihan sekali kau?”.

Kyuhyun menggeram kesal. “Pergi sekarang juga, Jeyeon.”

Jeyeon tersenyum penuh kemenangan. Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya kemudian
melemparkan beberapa lembar foto di atas meja. “Itu buktinya.” Senyumnya semakin lebar
melihat ekspresi terkejut Kyuhyun ketika menatap sebagian foto yang tergeletak itu.
“Baiklah, aku pergi sekarang.”

Kyuhyun masih menatap satu lembar foto yang tergeletak di atas meja dengan garang. Ia bisa
melihat Eunso sedang berbincang dengan seorang pria. Pria yang ia tahu bernama Lee
Donghae. Rahangnya mengeras menahan marah. Istri cantiknya melanggar perintahnya.

***

Eunso turun dari mobil setelah Woobin membukakan pintu untuknya. Matanya menatap
bingung mobil Kyuhyun yang terparkir di area tempat parkir rumah. Eunso kemudian
tersenyum mengetahui Kyuhyun sudah berada di rumah sore ini. Dengan cepat, ia berjalan
memasuki rumah. Senyumnya semakin merekah ketika melihat suaminya berdiri memandang
ke luar jendela dengan kedua tangan terlipat di dadanya.

“Oppa, kau sudah pulang? Bukankah kau bilang kau akan berada di pelabuhan selama dua
hari?” Eunso berjalan cepat menghampiri Kyuhyun, namun langkahnya melambat, lalu
berhenti di pertengahan jalan ketika melihat tatapan membunuh di mata Kyuhyun. “Oppa?”

“Bukankah sudah pernah kubilang untuk tidak menemui Lee Donghae lagi?” ujar Kyuhyun
langsung pada inti masalah yang membuatnya marah.
Eunso melebarkan matanya terkejut. Ia lalu menoleh ke belakang, ke arah Woobin yang juga
sepertinya terkejut. Eunso mengerutkan alisnya, siapa yang memberitahu Kyuhyun jika
bukan Woobin?

“Itu tidak seperti apa yang kau pikirkan. Kami hanya berbincang-bincang.”

“Tidak penting apa yang kalian lakukan. Kau sudah melanggar janjimu,” desis Kyuhyun
marah.

“Oppa, aku tidak bisa menghindari Donghae Oppa begitu saja. Dia mencari-cari
keberadaanku dan Eomma setelah kami pindah ke sini. Aku harus membuatnya merasa
tenang dan tidak harus mencari-cariku lagi.”

Kyuhyun tetap diam di tempatnya dengan tatapan penuh amarah. Ia melirik Woobin.
“Kenapa kau tidak bilang padaku saat istriku menemui pria lain?”

“Maaf, Kyuhyun. Tapi, kau tidak bertanya,” jawab Woobin dengan rasa hormat yang tinggi.

“Persetan dengan aku yang bertanya. Kau seharusnya memberiku informasi apa pun tentang
kegiatan Eunso.” Kyuhyun berteriak marah.

“Ini bukan salah Woobin. Aku yang memintanya untuk tidak mengatakannya.” Eunso
berusaha sebisa mungkin membela Woobin.

Kyuhyun balik menatap Eunso. “Kau bermaksud merahasiakannya dariku? Bagus sekali,
Song Eunso”

“Oppa.” Eunso mengerang frustrasi. “Aku harus. Kau sendiri yang bilang akan membunuh
Donghae Oppa jika kami bertemu lagi. Pertemuan itu tidak bisa dihindari dan aku tidak ingin
kau benar-benar membunuhnya.”

“Sekarang aku benar-benar akan membunuhnya”.

Eunso terdiam. Matanya perih karena menahan desakan air mata yang akan keluar. “Kau
tidak bisa seperti ini, Oppa. Kau tidak bisa melarangku bertemu dengan siapa pun. Aku dan
Donghae Oppa sudah bersahabat sejak lama. Aku tidak mungkin menghindarinya begitu saja.
Tidak mungkin melukai perasaannya yang mengkhawatirkanku.”

“Dia tidak perlu mengkhawatirkanmu lagi karena aku akan membunuhnya,” desis Kyuhyun
marah. Kyuhyun memutar tubuhnya dan melangkah menjauh dari Eunso.

Eunso menatap punggung Kyuhyun yang menjauh dengan bingung. Bagaimana ini? Apa
Kyuhyun benar-benar akan membunuh Donghae?

“Oppa,” panggilnya. “jika kau melakukannya, aku akan membencimu seumur hidupku,”
teriaknya.

Kyuhyun menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Eunso nanar. “Jangan


memancingku, Song Eunso.”
“Oppa, kumohon jangan lakukan itu.”

Permohonan Eunso membuat Kyuhyun semakin memanas. “Kau masih mencintai pria itu?”
tanyanya garang.

Eunso menatap Kyuhyun takut-takut. “Apa jika kukatakan tidak, kau tidak akan
membunuhnya?” jawab Eunso hati-hati.

Mendengar jawaban ambigu itu membuat Kyuhyun semakin marah. Eunso terdiam dengan
kedua tangan terkepal di depan dadanya menunggu luapan emosi dari Kyuhyun. Tapi tidak,
Kyuhyun tidak meluapkan kemarahannya lagi kepada Eunso. Pria itu memutar tubuhnya dan
berjalan cepat meninggalkan Eunso.

“Oppa,” panggil Eunso lirih.

***

Langkah kaki Kyuhyun terdengar berderap memasuki gedung apartemen di salah satu kota
Seoul. Ekspresinya sama sekali tidak terbaca, begitu dingin dan datar. Ia berhenti di salah
satu pintu yang bernomor 2020, lalu menekan bel yang terletak di sisi kanan sebelah pintu.
Terdengar suara pria yang menyahut dari balik pintu. Tidak lama kemudian, pintu itu pun
terbuka, menampilkan sosok pria dengan wajah yang sudah ia hafal.

Kyuhyun mengepalkan tangannya begitu melihat ekspresi terkejut pria itu. “Cho Kyuhyun?”
Pria itu menaikkan alisnya terkejut.

“Lee Donghae,” balas kyuhyun dengan tatapan nanar.

“Aku bertanya-tanya. Kapan tepatnya kau ak….” Suara pria itu terhenti ketika kerah bajunya
ditarik Kyuhyun.

“Aku benar-benar akan membunuhmu,” desis Kyuhyun.

“Benarkah?” Donghae pun balas menarik kerah baju Kyuhyun. “Aku yang seharusnya
membunuhmu. Kau menghilang selama dua tahun dan sekarang datang dengan menikahi
wanitaku.”

“Dia milikku,” geram Kyuhyun.

“Sejak kapan dia menjadi milikmu? Selama ini, aku yang menjaganya, menjamin
keselamatannya, dan membuatnya nyaman.”

Tidak kalah geram, Donghae menarik Kyuhyun mendekat. Wajah mereka berada sangat
dekat dengan napas yang sama-sama memburu karena marah.

“Sialan. Aku benar-benar akan membunuhmu” Napas Kyuhyun memburu dengan cepat. Ia
tidak bisa menahan amarahnya lagi, tidak peduli bahwa pria yang sedang berada di
hadapannya ini adalah sahabatnya sendiri.
“Lakukanlah sebelum aku yang membunuhmu terlebih dahulu.” Donghae mencengkeram
kuat kerah baju Kyuhyun. Ia sudah sangat marah pada Kyuhyun. Bukan hanya karena
Kyuhyun tidak memberitahukan kepulangannya setelah menghilang, juga karena Kyuhyun
menikahi Eunso.

Kyuhyun melepaskan cengkeraman tangannya di kerah Donghae dengan mendorongnya,


membuat Donghae terpaksa harus melepaskan cengkeramannya juga. Donghae mundur
lebih ke dalam agar Kyuhyun bisa masuk ke apartemennya kemudian dengan cepat ia
menutup pintu.

“Setelah lulus kuliah, kau menghilang dan sekarang kembali dengan berita yang
mengejutkanku. Untuk apa kau menikahi Eunso? Aku menceritakan rahasia besar ini padamu
hanya agar kau menjauh dari Eunso, tapi kau malah menikahinya. Apa tujuanmu sebenarnya,
Kyuhyun?” dengan tangan berada di pinggang, Donghae berjalan mendekati Kyuhyun yang
berada di tengah-tengah ruang tamu.

“Aku hanya ingin memastikan dia aman berada di bawah perlindunganku,” jawab Kyuhyun
santai.

“Persetan dengan kau mampu menjaganya. Ini bukan masalah kecil seperti kau melanggar
perjanjian pernikahan dengan keluarga Shin. Ini masalah karena siapa yang kau nikahi.”

“Tidak ada yang perlu tahu siapa Eunso. Hanya kita berdua yang tahu siapa dia sebenarnya.”

“Yaakk. Cho Kyuhyun, kenapa kau begitu naif? Kau pikir mereka tidak akan mencari tahu
asal usul istrimu? Dengan cepat, mereka akan menemukan siapa sebenarnya Eunso. Hiroki
Kisaragi bisa membunuh Eunso!” teriak Donghae marah.

“Sial. Donghae, karena itu aku menikahinya. Aku akan menjaganya, melindunginya!”
Kyuhyun balas meneriaki Donghae. Ia lalu berjalan mondar-mandir sambil mengusap
wajahnya. “Selama dua tahun ini, aku menyusup masuk ke markas Kisaragi. Mereka terus
melacak kalian. Mereka hampir menemukannya. Aku tidak sanggup melihatnya jauh dariku.
Aku akan bisa memastikan keselamatannya dengan menjaganya tetap berada di sisiku.”

Donghae mengembuskan napasnya frustrasi. Ia tahu jika Kyuhyun sudah mengambil


keputusan, tidak bisa dibantah lagi. Ia juga tahu bagaimana teguhnya perjuangan Kyuhyun
untuk berubah menjadi kuat hanya untuk memastikan keselamatan Eunso. Benar, Donghae-
lah saksi bagaimana kerasnya Kyuhyun berusaha untuk menjadi lebih kuat dari siapa pun. Ia
tidak bisa berpura-pura tidak mengetahui bahwa Kyuhyun sangat mencintai Eunso.

Sepuluh tahun yang lalu setelah Kyuhyun menceritakan kepada Donghae bahwa ia menyukai
seseorang bernama Song Eunso, Donghae dilanda kebimbangan yang amat besar. Ia tidak
bisa membiarkan Kyuhyun mendekati Eunso karena Kyuhyun adalah seseorang yang
menyandang nama besar dalam dunia mafia sehingga identitas Eunso pun akan terungkap
jika berdekatan dengannya. Karena itulah, Donghae memutuskan memberitahukan rahasia
besar yang ia jaga sesuai amanat dari ayahnya.

Donghae tidak menyangka ketakutannya benar-benar akan terjadi. Donghae hanya bisa
pasrah. Satu-satunya jalan sekarang adalah sebisa mungkin menjauhkan Eunso dari bahaya.
“Sudahlah. Sekarang aku hanya bisa berharap kau benar-benar bisa menjaganya.”

“Aku akan menjaganya,” jawab Kyuhyun cepat.

“Termasuk dari wanita menjijikkan itu? Shin Jeyeon? Aku yakin dia akan melakukan hal-hal
licik untuk menyakiti Eunso.” Donghae mengingatkan.

“Jangan mengkhawatirkan wanita itu. Yang ia tahu hanyalah bersikap arogan, manja, dan
hobi berpesta pora.”

Donghae menaikkan bahunya, tahu bahwa apa yang dikatakan Kyuhyun memang benar.
Jeyeon bukanlah masalah besar. Yang harus mereka khawatirkan adalah Hiroki Kisaragi.

“Bagaimana kabar mereka?” tanya Donghae datar. Sejak Kyuhyun membawa Jieun dan
Eunso diam-diam , Donghae tidak punya kesempatan bertemu dengan kedua wanita itu.

“Mereka baik-baik saja.”

“Kau membuatku mati ketakutan karena tidak menemukan mereka di mana-mana. Aku juga
tidak bisa menghubungi mereka. Kenapa kau tidak memberitahuku terlebih dahulu?”

“Jika kuberitahu, apakah kau akan mengizinkanku membawa mereka?”

“Tentu saja tidak. Sialan kau.”

“Kalau begitu, tidak perlu kujawab lagi.” Kyuhyun melirik Donghae hati-hati. “Sebaiknya,
kita memberi tahu Eunso kebenarannya.”

Donghae menaikkan sebelah alisnya sambil berjalan ke lemari es dan mengeluarkan sekaleng
bir. Ia menyerahkanya kepada Kyuhyun sebelum mengambil sekaleng lagi untuk dirinya
sendiri. Kyuhyun mengambil bir itu dari tangan Donghae, lalu meletakkannya di atas meja. Ia
tidak ingin meminum bir saat ini.

“Dengar, Kyuhyun. Kau tidak punya hak untuk mengambil keputusan itu.”

“Karena adikmu itu mencintaimu?”

Tangan Donghae terhenti dari kegiatannya membuka penutup kaleng bir itu matanya melirik
ke arah Kyuhyun dengan kedua alis bertaut. “Ah, kau cemburu padaku?”

Kyuhyun menaikkan bahunya. “Dia tidak akan mencintaimu jika tahu kau adalah kakak
kandungnya.”

“Eunso bilang padaku dia mencintaimu. Karena itu, dia menikah denganmu,” ujar Donghae
teringat akan perkataan Eunso ketika wanita itu mengatakan dia sudah menikah dengan
Kyuhyun.

Kyuhyun diam membisu. Ingin sekali rasanya ia mengatakan bahwa itu hanyalah akting,
kesepakatan pura-pura saling mencintai masih dilakoni Eunso.
“Hanya ada satu hal yang membuatku bingung. Kalimat Eunso yang mengatakan aku akan
dalam masalah besar jika kau tahu dia menemuiku. Apa maksudnya itu?” tanya Donghae
penasaran.

“Aku bilang padanya aku akan membunuhmu jika dia menemuimu lagi,” jawab Kyuhyun
santai.

“Dasar iblis,” dengus Donghae.

“Sudahlah. Aku tidak boleh terlihat begitu lama berdua denganmu, kan?”

“Ya. Tolong jaga mereka untukku di saat aku melacak keberadaan Appa.”

“Baiklah.”

***

“Eunso, minumlah ini.” Jieun mengulurkan mug yang berisikan cokelat panas kepada Eunso.

Setelah ditinggal Kyuhyun kemarin, Eunso terlihat sedih dan merenung. Kyuhyun tidak
pulang ke rumah setelah pertengkaran hebat itu. Siapa pun tahu mengapa mereka bertengkar,
termasuk Jieun.

“Terima kasih, Eomma.” Eunso mengambil uluran mug itu, lalu menggenggam mug itu
dengan kedua tangannya.

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” tanya Jieun hati-hati.

Eunso menggelengkan kepalanya, tidak ingin membahas masalah ini lagi.

“Jujurlah pada Eomma. Siapa yang kau cintai?” tanya Jieun lagi, tidak menyerah membuat
putrinya jadi lebih terbuka padanya. “Di awal pernikahan ini, kau mengatakan padaku bahwa
kau mencintai Kyuhyun bukan Donghae.”

“Eomma, Eomma tahu kan ceritaku tentang seorang pria yang terluka di gudang dekat rumah
kita yang dulu?”

“Ya. Kau bilang pria itu Donghae, kan?” jawab ibunya.

“Pria itu bukan Donghae,” ujar Eunso. Jieun menaikkan alisnya bingung “tapi Kyuhyun
Oppa.”

“Apa? Kyuhyun?”

“Ya. Selama ini, orang yang menjadi cinta pertamaku itu Kyuhyun Oppa bukan Donghae
Oppa.”

Jieun mengembuskan napasnya pasrah. Ia menatap putrinya dengan iba. Awalnya, ia


khawatir karena Eunso mencintai Donghae yang memang adalah kakak kandungnya sendiri,
tetapi sekarang mengetahui Eunso mencintai Kyuhyun lebih membuatnya khawatir. Sejak
beberapa hari yang lalu, ia mengalami mimpi buruk yang membuatnya resah. Tidak, bukan
mimpi buruk, lebih tepatnya memori yang sudah lama tidak mendatanginya. Apakah itu
pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi? Jieun merasa kejadian yang dialaminya akan
menghampiri putrinya cepat atau lambat.

“Eunso,” panggil Jieun ragu-ragu. Eunso melirik ibunya bingung mendengar suara yang
sedikit bergetar itu. “Ada sesuatu yang harus kau ketahui.”

Eunso mengerutkan alisnya. “Apa itu, Eomma?”

Jieun menarik napas panjang sambil menatap putrinya lekat-lekat. Diraihnya tangan Eunso
yang memegang mug, lalu meletakkan mug itu di atas meja. “Dengarkan Eomma. Eomma
melakukan ini hanya karena Eomma menyayangimu dan karena perintah dari ayahmu”

Kedua alis Eunso menyatu karena semakin bingung ibunya menyebut ayahnya. “Apa maksud
Eomma?”

“Eomma… sebenarnya Eomma dulu bukan pelacur,” ujar Jieun hati-hati.

“Apa?”

“Eomma dulu hanyalah seorang wanita yang hidup dengan orangtua yang sangat kejam. Ibu
Eomma tidak menganggap Eomma ada, lalu ia meninggalkan Eomma yang masih bayi
bersama dengan suaminya yang mabuk-mabukan dan suka berjudi. Karena banyaknya utang
ayah Eomma, ayah memutuskan untuk menjual Eomma pada rentenir agar utangnya terbayar
lunas.” Jieun memejamkan matanya ketika sekelebat memori itu masuk ke pikirannya.

“Eomma pikir Eomma akan berakhir menjadi seorang pelacur. Tapi, tidak. Ternyata mereka
bukan hanya rentenir, mereka adalah yakuza.”

“Yakuza?” potong Eunso.

Jieun menganggukkan kepalanya. “Eomma diberikan sebagai hadiah kepada seorang pria
yang sudah sangat berjasa kepada pemimpin yakuza itu. Saat itu, Eomma benar-benar takut.
Eomma tahu para yakuza lebih kejam dari penjahat paling keji sekalipun. Tapi, tidak
untuknya. Dia adalah pria yang paling lembut dan penuh kasih yang pernah Eomma temui.”

“Dia ayahku?” Eunso melebarkan matanya.

“Ya. Eomma sangat mencintai ayahmu. Eomma akan melakukan apa pun untuknya. Sampai
suatu hari, Eomma tahu siapa sebenarnya ayahmu.”

Eunso menahan napasnya takut mendengar kelanjutan cerita itu. “Siapa?”

“Ayahmu adalah pembunuh bayaran yang bertugas membunuh pemimpin yakuza itu, tapi
sayangnya pria itu terlalu kuat untuk dibunuh. Malam itu, ayahmu tidak berhasil membunuh
pria itu. Ayahmu malah tidak sengaja membunuh satu-satunya anak laki-laki yang dimiliki
oleh pemimpin yakuza itu. Pria itu sangat murka kepada ayahmu. Dia menyuruh dan
membayar siapa pun untuk kepala ayahmu.”
“Apa yang terjadi padanya? Apa mereka membunuhnya?”

Jieun menggelengkan kepalanya. “Eomma tidak tahu keberadaannya lagi sampai lima tahun
yang lalu.”

“Kalian masih berhubungan? Eomma, lalu kenapa kau bilang padaku bahwa aku adalah anak
haram? Aku bahkan berpikir ayahku adalah pria yang kejam karena meninggalkanmu.
Selama ini, aku pikir aku benar-benar anak haram.” Semburat kemarahan keluar begitu saja.
Eunso menatap ibunya dengan garang.

“Ini demi kebaikan kita. Itu kenapa Eomma mati-matian bertahan bekerja di klub malam.
Mereka tidak akan mencari kita di sana. Mereka tidak akan berpikir Eomma akan bekerja di
sana. Itu yang ayahmu katakan pada Eomma. Eunso, maafkan Eomma. Eomma tahu
bagaimana perasaanmu, tapi ini demi kebaikanmu.”

Jieun menggenggam erat tangan Eunso. Air matanya jatuh membasahi pipinya karena merasa
bersalah. Selama ini, ia sudah merasa sangat bersalah karena harus berbohong kepada Eunso.
Ditambah lagi, ia juga tidak sanggup melihat putrinya selalu dicemooh teman-temannya atau
para tetangga.

Eunso menatap nanar jemarinya yang digenggam Jieun. “Ceritakan semuanya padaku,
Eomma, semua yang tidak kuketahui.”

Jieun menarik napas kemudian mengembuskannya kasar. Ia sudah tidak bisa merahasiakan
apa pun lagi dari Eunso saat ini. Eunso memang sudah harus tahu tentang semuanya.

“Baiklah. Kau harus tahu, Sayang, bahwa kau adalah wanita yang berdarah setengah Jepang.”

“Apa?”

“Nama Eomma yang sebenarnya adalah Takagi Mariko. Ayahmu bernama Lee Taewa adalah
pembunuh bayaran dari Korea yang menyamar menjadi seorang yakuza. Malam itu, setelah
kejadian pembunuhan itu, ayahmu membawa kabur kita semua. Selama lima tahun dalam
masa persembunyian, banyak kejadian yang membuat ayahmu memutuskan untuk
mengakhiri pelarian itu dengan menuntaskan tugasnya membunuh Hiroki Kisaragi. Dan
akhirnya, ayahmu meninggalkan Eomma yang sedang mengandungmu di sini, lalu membawa
serta kakakmu bersamanya.”

“Tunggu,” potong Eunso. “aku punya seorang kakak?”

“Ya.” Jieun menundukkan kepalanya sedih. “Seorang kakak laki-laki.”

“Di mana dia sekarang? Apa masih bersama Appa? Apa Eomma tidak pernah bertemu
dengannya lagi? Sekali pun?”

Jieun menggelengkan kepalanya. “Sepuluh tahun yang lalu, Eomma bertemu dengan
kakakmu… tidak… sebenarnya kakakmulah yang berhasil menemukan kita. Dari dialah,
Eomma tahu bahwa ayahmu masih hidup. Kau juga sering bertemu dengannya.”

“Siapa?” Eunso terdiam. “Tidak mungkin.”


Jieun menatap putrinya lama. “Kau mengenal kakakmu dengan nama Lee Donghae.”

Eunso menarik lepas tangannya dari genggaman Jieun. Darah mendidih di dadanya.
Bagaimana mungkin rahasia sebesar ini disembunyikan darinya? Pertama, ia tahu bahwa
dirinya ternyata bukanlah anak haram. Dari cerita ibunya, Eunso yakin kedua orangtuanya
saling mencintai. Dan setelahnya, ia tahu bahwa pria yang selalu berada di dekatnya,
menjaganya, yang dianggapnya sebagai cinta pertamanya adalah kakak kandungnya sendiri.

“Eunso,” panggil Jieun ketika Eunso berdiri dari sofa ruang tamu itu.

“Aku butuh waktu untuk menerima ini semua, Eomma,” ujar Eunso sambil berlalu
meninggalkan ibunya yang berusaha sebisa mungkin menahan air mata yang hendak jatuh
lagi ke pipinya.

“Maafkan Eomma,” bisik Jieun sedih.

Ia tahu apa yang dirasakan Eunso saat ini, kecewa karena telah dibohongi. Namun, Jieun
tidak menyesal telah menceritakan rahasia besar ini kepada Eunso. Cepat atau lambat, Eunso
memang harus tahu. Sesuai janji suaminya, setelah ia berhasil membunuh Hiroki Kisaragi
mereka akan kembali berkumpul menjadi satu keluarga.

Air mata berhasil jatuh di pipinya. Ini sudah lebih dari 20 tahun dan selama lima tahun
terakhir ini, Taehwa menghilang. Bahkan, Donghae tidak tahu di mana keberadaan ayahnya.
Banyak kemungkinan yang terjadi padanya, namun Jieun tidak berani mengambil kesimpulan
terburuk dari kemugkinan-kemungkinan itu. Ia hanya bisa berharap seseorang bisa
membunuh Hiroki Kisaragi agar ia bisa kembali pada suaminya lagi, agar mereka bisa
berkumpul lagi bersama-sama.

***

Eunso terbangun di pertengahan malam dengan melirik ke sisi tempat tidur yang kosong.
Kyuhyun tidak pulang lagi atau Kyuhyun pulang, tapi tidak tidur bersamanya? Banyak yang
ingin ia katakan kepada suaminya itu, tentang rahasia siapa sebenarnya dirinya. Rahasia
bahwa Donghae adalah kakak kandungnya sendiri agar Kyuhyun tidak perlu marah terlalu
lama lagi padanya. Sungguh, Eunso sangat-sangat membutuhkan Kyuhyun saat ini. Ia ingin
berbagi kesedihannya karena telah dibohongi selama ini oleh ibunya. Kenyataan bahwa
ayahnya adalah seorang pembunuh bayaran.

Eunso harus menelan kekecewaannya sendiri ketika hari sudah menjelang pagi dan Kyuhyun
sama sekali tidak terlihat di mana pun di sisi rumah itu. Eunso berjalan dengan pelan-pelan
menghampiri ibunya yang sedang membantu pelayan merapikan meja makan. Setelah
menangis semalaman karena kenyataan bahwa selama ini dirinya menjalani hidup dengan
kebohongan, Eunso sadar bahwa ibunya benar. Mungkin itu semua yang terbaik untuknya.
Dan Eunso tahu yang paling menderita dari ini semua pastilah ibunya. Berpura-pura menjadi
mantan seorang pelacur tidaklah mudah. Ibunya harus berkorban karena selalu dicemooh dan
diperlakukan tidak senonoh.

“Eomma.” Eunso memeluk pinggang ibunya dari belakang.


Jieun terdiam dengan tangan memegang piring. Ia memutar tubuhnya dan berhadapan dengan
wajah putrinya. “Eunso, kau sudah tidak marah lagi?”

Eunso menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Tidak apa-apa, Eomma. Aku mengerti
alasan kenapa Eomma melakukannya.”

Jieun harus menahan air mata harunya mendengar kebesaran hati Eunso. Putrinya selalu bisa
membuatnya terkejut.

“Ayo, kita sarapan.” Jieun melepaskan pelukannya dan menarik Eunso untuk duduk di kursi
yang biasanya ditempatinya.

“Di mana Kyuhyun Oppa?” tanya Eunso kepada pelayan yang sedang berjalan membawa
sepiring ayam goreng.

“Tuan muda berada di ruang kerjanya sejak malam tadi, Nyonya.”

“Benarkah?” Eunso berdiri dengan semangat mendengar hal itu, membuat kepalanya sedikit
berkunang-kunang karena berdiri secara mendadak. Eunso memegang tepian meja dengan
sebelah tangan mengusap pelipisnya.

“Kau tidak apa-apa? Eunso?” tanya Jieun cemas.

“Tidak. Aku tidak apa-apa, Eomma. Hanya sedikit pusing.” Eunso menggelengkan kepalanya
sedikit sebelum akhirnya berjalan menuju ruang kerja yang biasa digunakan oleh Kyuhyun
akhir-akhir ini.

Eunso menghentikan langkahnya ketika melihat Woobin sedang berdiri di depan pintu ruang
kerja itu. Alisnya tertaut bingung mendekati pria itu.

“Apa Kyuhyun Oppa ada di dalam?”

“Ya.”

Eunso tersenyum senang mendekati pintu, tetapi langsung dihadang Woobin. “Woobin?”

“Kyuhyun sedang tidak ingin diganggu,” jawab Woobin.

Eunso mengerutkan alisnya bingung. “Tidak ingin diganggu? Bahkan dariku?”

“Katanya siapa pun,” jawab Woobin lagi.

“Apa dia masih marah padaku?”

“Aku tidak tahu, Eunso.”

“Katakan padanya aku ingin bertemu,” rengek Eunso.

Woobin menggelengkan kepalanya menyesal. “Ini perintah.”


“Katakan dulu padanya aku ingin bertemu. Kumohon.” Eunso mengusapkan tangannya di
depan wajah seperti memohon kepada Woobin.

Woobin mengembuskan napasnya kemudian membukakan pintu. “Tunggu di sini.”

Eunso tersenyum lega karena Woobin mau membantunya bertemu dengan Kyuhyun, tetapi
senyumnya langsung runtuh ketika Woobin keluar sambil menggelengkan kepalanya.

Eunso harus menahan kekecewaannya lagi. Ia berjalan dengan sedih ke ruang makan di mana
ibunya masih menunggunya dengan setia.

“Kenapa? Kyuhyun tidak ingin makan?”

Eunso menggelengkan kepalanya. “Dia masih marah padaku. Dia tidak ingin menemuiku.
Padahal aku ingin mengatakan padanya bahwa Donghae Oppa adalah kakak kandungku.”

“Tidak,” potong Jieun. “jangan beritahu siapa pun tentang itu, Eunso.”

“Kenapa?”

“Ini rahasia kita. Akan ada masalah jika ada yang tahu.”

“Tapi, ini Kyuhyun Oppa. Tidak akan ada masalah jika kuberi tahu dia.”

“Tidak siapa pun. Bahkan jika itu adalah Kyuhyun. Terlalu berbahaya.” Jieun meremas
lengan Eunso, memberikan penekanan pada setiap katanya.

Eunso bisa melihat keseriusan dari wajah Jieun. Ia pun mengerti, lalu menganggukkan
kepalanya. Mungkin ia harus mencari jalan lain agar bisa berbaikan dengan Kyuhyun.

***

“Sudah seminggu Kyuhyun Oppa menghindariku.” Eunso mengutarakan keresahannya


kepada ibunya ketika mereka sedang menyantap makan malam mereka.

“Mungkin Kyuhyun sedang sibuk,” jawab Jieun.

“Tidak. Kemarin Kyuhyun Oppa sedang bersantai di perpustakaan. Aku tahu itu. Dia sengaja
menghindariku,” protes Eunso kesal.

Mungkin kemarin Eunso memang merasa bersalah kepada Kyuhyun dan berpikir bahwa ia
memang layak untuk itu. Tetapi, diamnya Kyuhyun membuatnya kesal dan marah. Kenapa
Kyuhyun harus mendiamkannya selama ini? Sebegitu marahnyakah?

“Sudahlah, Eunso. Makan saja dulu. Ini Eomma buatkan sup kepiting untukmu.” Jieun
menyerahkan mangkuk berisi sup kepada Eunso.

Eunso mengerutkan alisnya, masih kesal sambil menyendokkan kuah sup itu. Tangannya
berhenti di udara ketika dirasanya sesuatu tiba-tiba bergejolak di dalam perutnya. Eunso
meletakkan lagi sendok itu dengan cepatdan menutup mulutnya.
“Kenapa?” tanya Jieun bingung.

“Tidak. Bau supnya membuatku mual.”

Eunso menepuk-nepuk dadanya pelan bermaksud meredakan rasa penuh di perutnya. Namun,
sepertinya perutnya sedang bermasalah karena sekali lagi Eunso merasakan desakan yang
memaksanya untuk mengeluarkan sesuatu dari perutnya. Eunso berdiri, lalu berlari ke kamar
mandi dengan cepat sebelum semuanya keluar di atas meja makan.

Jieun yang ditinggalkan menatap kepergian putrinya dengan alis terangkat ke atas. “Jangan-
jangan….”

***

Eunso tahu kondisi tubuhnya sedang tidak fit dua hari belakangan ini. Ia selalu merasa mual
di pagi hari dan berakhir dengan memuntahkan sarapan paginya setelah ia menyantap
sesuatu. Tetapi, sakit yang menyerangnya malam ini membuatnya harus berbaring di tempat
tidur selama seharian. Ia bukan hanya merasa mual, tapi juga tubuhnya lemas dan kepalanya
selalu terasa berputar-putar.

“Eunso, minum ini.” Jieun mengguncang tubuh Eunso, membangunkan wanita itu dari
tidurnya.

Eunso menggelengkan kepalanya mendengar suara ibunya. Ia tahu apa pun yang ia minum
saat ini pasti akan keluar lagi.

“Ayolah. Ini membantu meredakan mualmu.”

Mau tidak mau, Eunso menuruti perintah ibunya. Ia duduk dan mengambil cangkir yang
diberikan oleh ibunya. Ibunya membuat teh hangat yang dicampur dengan daun mint,
membuat tenggorokan sekaligus perut yang bergejolak kembali hangat dan tenang. Eunso
mengembuskan napasnya lega, merasa lebih baik.

“Terima kasih, Eomma. ”

Jieun mengambil cangkir teh dari tangan Eunso, lalu duduk di tepi tempat tidur. “Kau harus
ke dokter.”

“Ya.” Eunso menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur dengan mata terpejam.

“Mungkin kau sedang hamil.” Eunso membuka matanya terkejut, lalu bertatapan dengan
ibunya. “Gejalanya sama persis dengan yang Eomma alami saat hamil Donghae dan kau.
Kapan terakhir kau datang bulan?”

Eunso menarik tubuhnya ke depan dengan tatapan terpana menatap ibunya. Jika ibunya
benar, berarti saat ini di dalam perutnya sedang tumbuh anaknya dan Kyuhyun?

Eunso menghitung dengan perlahan siklus bulanannya. Ia ingin segera mengetahui apakah ia
benar-benar hamil atau tidak.
“Aku terlambat dua minggu,” ujarnya pelan.

Jieun tersenyum. “Kau tidak pernah terlambat datang bulan, bukan?”

“Ya.”

Eunso menatap kosong ke depan kemudian tersenyum. Mungkin ini salah satu alasan
untuknya agar bisa berbicara dengan Kyuhyun. “Aku harus memberitahukan berita ini pada
Kyuhyun Oppa.”

Eunso menyibakkan selimut, lalu menurunkan kakinya ke tepi ranjang. Dengan cepat, ia
berjalan keluar kamar diikuti oleh ibunya.

Beruntung bagi Eunso ketika ia keluar dari kamarnya, ia melihat Kyuhyun baru saja keluar
dari ruang rapat bersama beberapa anak buahnya. Eunso berlari mengejar Kyuhyun, tidak
mengindahkan teriakan khawatir ibunya. Saat ini, tujuannya hanya satu, menemui Kyuhyun
selagi ia bisa melihatnya.

“Oppa.”

Kyuhyun menoleh ke arah Eunso sekilas tanpa menghentikan langkahnya sama sekali.

“Oppa.” Sekali lagi, Eunso memanggil Kyuhyun, tetapi pria itu tetap tidak menghentikan
langkahnya.

“OPPA, BERHENTI!” Teriakan Eunso membuat semua orang menoleh padanya termasuk
Kyuhyun. Kyuhyun menghentikan langkahnya kemudian berbalik ke arah Eunso.

“Ada apa?” tanyanya dingin.

Eunso bergidik mendengar nada suara yang dingin itu. “Ada yang ingin kubicarakan
denganmu.”

“Nanti saja aku sedang sibuk,” jawab Kyuhyun ketus, lalu memutar tubuhnya lagi dan
berjalan menjauh.

Eunso mengepalkan tangannya kesal. Kenapa Kyuhyun begitu ingin menjauh darinya? Eunso
menoleh pada bantal yang berada di sofa, lalu mengambilnya dan melemparkannya ke arah
Kyuhyun.

Bantal itu sukses mendarat di kepala Kyuhyun, membuat anak buahnya dan Jieun terkejut
karena reaksi spontan Eunso itu. Kyuhyun pun melebarkan matanya tak kalah terkejut, lalu
berbalik dengan ekspresi tidak terbaca.

“Song Eunso, apa yang kau lakukan?” bentak Kyuhyun.

Bukannya takut mendengar bentakan itu, Eunso semakin menggila. Ia mengambil satu bantal
lagi, lalu melemparkannya ke arah Kyuhyun.
“Kau menyebalkan.” Ia mengambil satu bantal lagi. “Benar-benar menyebalkan.” Lalu,
melemparkanya lagi pada Kyuhyun.

Dengan sigap, Kyuhyun menangkap bantal-bantal yang dilempar Eunso. “Hei, ada apa
denganmu?” teriak Kyuhyun marah.

Kali ini, suaranya terdengar lebih keras dan membuat semua orang bergidik termasuk Eunso
sehingga membuat gerakan tangannya yang hendak mengambil benda keras selain bantal
terhenti. Ia menatap Kyuhyun dengan napas memburu.

Eunso menggigit bibir bawahnya menahan isak tangisnya. “Kenapa kau melakukan ini
padaku? Jika kau memang tidak ingin menemuiku lagi, keluarkan saja aku dari rumah ini! Itu
lebih baik daripada kau mendiamkanku seperti ini!” Eunso mengusap air mata yang jatuh di
pipinya. “Tapi, jika kau melakukannya, aku bersumpah kau tidak akan pernah melihat bayi
ini!” Eunso memutar tubuhnya, lalu berlari cepat masuk ke kamarnya.

Setelah meninggalkan Kyuhyun dengan kalimat mengejutkan tersebut, pria itu terdiam
sejenak.

“Bayi?”

Matanya menoleh ke arah Jieun. Jieun menatap Kyuhyun sambil menganggukkan kepalanya.
Tanpa pikir panjang lagi, Kyuhyun berlari menyusuri tangga menyusul Eunso.

Tangannya membuka pintu kamar dengan cepat dan melihat Eunso sedang berbaring
menelungkup di atas tempat tidur menyembunyikan tangisannya di atas bantal. Eunso terisak
sangat keras ketika Kyuhyun berjalan menghampirinya. Kyuhyun mengerutkan alisnya,
menyesal telah membuat wanitanya menangis seperti ini.

“Eunso.”

Kyuhyun berlutut di atas tempat tidur, lalu merangkak naik ke atas tubuh Eunso. Tangannya
terulur menyibakkan rambut Eunso yang menutupi wajahnya. “Maaf. Maafkan aku.”

Eunso semakin keras menangis di atas bantal. Redaman suara tangis Eunso terdengar
memilukan untuk Kyuhyun.

“Ya Tuhan, apa yang sudah kulakukan?” Kyuhyun berbaring di sebelah Eunso, bertumpu
pada sikunya, lalu menarik paksa tubuh Eunso agar berbalik menghadapnya. “Kumohon
jangan menangis. Maafkan aku.” Kyuhyun menghapus air mata yang jatuh di pipi Eunso.

Eunso menoleh menatap Kyuhyun. Air mata masih keluar membasahi pipinya dan berulang
kali Kyuhyun harus menghapus air mata itu.

“Maafkan aku,” bisik Kyuhyun, mengusap lembut wajah Eunso. “Aku tahu aku salah. Jangan
menangis lagi, Sayang. Maafkan aku.”

“Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa menghindariku?” isak Eunso.

“Aku sibuk,” jawab Kyuhyun


“Bohong.” Eunso mengerutkan alisnya tidak percaya.

Kyuhyun mengusap alis yang berkerut itu lembut. “Baiklah, aku memang berbohong.
Maafkan aku. Memang banyak hal yang harus kuurus, tapi aku memang sengaja
menjauhimu. Ini karena….”

“Aku dan Donghae Oppa benar-benar tidak ada hubungan apa-apa,” potong Eunso.
Tangannya mencengkeram kemeja bagian depan Kyuhyun. “Sungguh, Oppa. Aku tidak
mencintai Donghae Oppa,”

Kyuhyun menatap lama wajah Eunso. Ia bisa melihat kejujuran dari suara dan ekspresi
Eunso. Kyuhyun tersenyum, lalu menarik Eunso ke dalam pelukannya, menyerap semua
energi dari tubuh Eunso. Betapa ia merindukan istrinya ini. Kyuhyun masih belum terima
bahwa Eunso masih mencintai Donghae. Karena itulah, ia menghindari Eunso. Namun,
ternyata tindakan itu malah membuat Eunso lebih jujur kepadanya.

“Aku membentakmu tadi. Maaf.”

“Tidak apa-apa.” Eunso mengulurkan tangannya di punggung Kyuhyun membalas pelukan


Kyuhyun, lalu menelusupkan kepalanya di dada Kyuhyun.

Kyuhyun menarik dirinya sedikit lebih jauh, lalu menunduk agar bisa melihat wajah Eunso.

“Apa yang ingin kau bicarakan tadi?” tanya Kyuhyun lembut. Tangannya terulur ke bawah,
lalu mengusap perut Eunso. “Bayi apa? Apa kau sedang hamil?”

Tiba-tiba, Eunso dilanda rasa malu yang besar. Tindakannya tadi benar-benar sangat berani.
Melempar sesuatu kepada seorang mafia, lalu berteriak perihal bayi di depan orang banyak.

“Aku baru mengira-ngira. Eomma bilang gejala yang aku alami seperti sedang hamil. Dan
aku memang terlambat datang bulan selama dua minggu,” jawabnya dengan wajah memerah.

Kyuhyun tersenyum mengerti. “Kau harus ke dokter.”

“Oppa mau menemaniku?”

Kyuhyun menunduk di atas Eunso. “Tentu saja, Manis, tapi nanti. Sekarang, aku ingin
menciummu. Aku merindukanmu.”

Lalu, Kyuhyun mendaratkan ciuman yang sarat akan nafsu.

***

Rumah Sin Daewon

“Lihat, apa yang kudapatkan?” seruan kegembiraan Jeyeon menginterupsi kegiatan Daewon
yang sedang duduk di balik meja kerjanya.
“Ada apa?”

“Ini.” Jeyeon meletakkan beberapa foto dan tumpukan kertas di atas meja ayahnya. “Aku
menemukan ini ketika sedang mencari tahu seluk beluk wanita jalang itu. Appa tahu? Wanita
itu dan ibunya adalah istri dan anak dari pria yang selama ini dicari-cari oleh Hiroki
Kisaragi.”

Daewon menaikkan alisnya terkejut. Ia pun mengambil foto-foto itu, lalu menatapnya dengan
teliti. Sebuah foto usang menampilkan seorang wanita muda sambil menggendong seorang
bayi laki-laki, lalu sebuah foto yang baru diambil oleh Jeyeon sendiri. Foto wanita yang saat
ini menyandang gelar istri Cho Kyuhyun.

“Kita bisa mengadukan hal ini kepada Kisaragi, lalu biarkan dia yang mengurus wanita jalang
itu dan akhirnya aku akan mendapatkan Cho Kyuhyun.”

“Jangan,” potong Daewon

“Kenapa?” tanya Jeyeon terkejut.

“Jangan berurusan dengan Kisaragi, Jeyeon. Laki-laki itu menakutkan. Kami hanyalah
segelintir mafia yang hanya bekerja dengan memeras orang, merampok pajak, dan melakukan
bisnis kotor. Tapi, Kisaragi adalah yakuza yang benar-benar keji. Ia bahkan membunuh
istrinya sendiri setelah berhasil melahirkan seorang anak laki-laki untuknya. Pria itu tidak
memiliki hati.”

“Tepat seperti yang kuinginkan. Aku tidak bisa membuat anak buahmu membunuh wanita itu
untukku. Kau juga tidak mau melakukannya, tapi dia pasti bisa.”

“Shin Jeyeon. Kubilang jangan!”

“Appa takut padanya?”

“Semua mafia tidak ada yang mau berurusan dengannya. Walaupun kau memberikan
informasi ini untuknya, tidak menjamin dia akan menganggapmu berjasa.”

“Appa, kenapa kau begitu pengecut?” Jeyeon berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

“Shin Jeyeon, memangnya kenapa kau pikir pria bernama Lee Taehwa itu berniat
membunuhnya? Dia musuh bagi semua orang. Tidak hanya bagi para mafia, tapi juga bagi
pemerintah. Aku melarangmu dan aku sendiri yang akan mematahkan lehermu jika kau
berani melaporkan hal ini.”

Jeyeon menatap ayahnya geram. “Baiklah,” jawabnya patuh, tapi tidak di dalam hatinya.

Mungkin ayahnya memang takut pada Kisaragi, tapi tidak baginya. Shin Jeyeon tidak takut
pada siapa pun. Dan ia akan melakukan apa saja agar keinginannya bisa terpenuhi.

***
Eunso membuka matanya lebar di dalam kegelapan. Matanya menatap jam digital di atas
meja yang terletak di atas nakas di sebelah tempat tidurnya, lalu menoleh kepada Kyuhyun
yang tidur di sebelahnya. Sudah satu jam berlalu sejak ia terbangun malam ini. Perutnya
meminta diisi, tapi ia terlalu malas untuk pergi ke dapur sendirian.

Eunso berguling mendekati Kyuhyun, lalu menatap lekat wajah suaminya. Ia beranjak naik
ke atas dada Kyuhyun, lalu tersenyum merasakan deru napas tubuh Kyuhyun yang naik turun
di dadanya. Pria itu tidak terbangun sedikit pun meskipun Eunso berbaring menelungkup di
atas dadanya. Sejak hari di mana Eunso dinyatakan positif hamil, Kyuhyun berlaku lebih
protektif dari biasanya terhadap Eunso. Dari sikap Kyuhyun, Eunso bisa menyimpulkan
bahwa Kyuhyun tidak hanya senang, pria itu sangat-sangat gembira menyambut berita baik
itu.

Eunso mengerucutkan bibirnya sambil mengulurkan tangannya ke wajah tidur Kyuhyun, lalu
menjepit hidung mancung suaminya. Kyuhyun bergumam tidak jelas memalingkan wajahnya
dari tangan Eunso kemudian membuka matanya menoleh kepada Eunso yang sedang
memandangnya serius.

Tidak terkejut melihat Eunso berada di atas dadanya, Kyuhyun malah memeluk pinggang
Eunso.

“Kenapa?”.

“Aku lapar,” jawab Eunso manja.

“Kau lapar?” Kyuhyun menoleh ke arah jam, pukul dua dini hari. “Baiklah, ayo kita
bangunkan Bibi Han,” ujar Kyuhyun, merujuk kepada koki di rumah itu.

“Tidak mau,” protes Eunso.

“Kenapa?”

“Aku ingin Oppa yang memasak.”

“Apa? Eunso, aku tidak pernah memasak.” Kyuhyun mengerutkan alisnya mendengar
permintaan Eunso.

Eunso menggembungkan pipinya sambil menatap Kyuhyun dengan tatapan memohon, yang
terlihat di mata Kyuhyun seperti mata kucing yang memelas minta makan. Kyuhyun
menggigit pipi bagian dalamnya melihat sisi menggemaskan Eunso itu.

“Tapi, aku ingin. Aku ingin… aku ingin… Oppa.”

Kyuhyun membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Ya Tuhan, apa ini? Kenapa ia sama
sekali tidak bisa menolak Eunso? Memasak? Memegang penggorengan saja Kyuhyun tidak
pernah.

“Ya? Ya?” pinta Eunso lagi. “Bayinya juga ingin.”


Kyuhyun memejamkan matanya sejenak sebelum menggeser Eunso menjauh dari dadanya.
“Baiklah. Kau ingin makan apa?” Lalu, duduk di tepi tempat tidur.

Eunso menjerit kegirangan, lalu berdiri dengan cepat dari tempat tidur. “Nasi goreng kimchi,”
ujarnya riang, menarik tangan Kyuhyun agar berdiri, lalu keluar sambil bersenandung
bersama Kyuhyun yang berjalan dengan mengusap tengkuknya mengantuk.

***

Kyuhyun menatap serius tablet di atas meja, membaca dengan detail setiap kata per kata yang
tertera di layarnya. Dengan tangan memegang mangkuk nasi, ia membaca dengan seksama
resep nasi goreng kimchi yang ia dapatkan dari internet. Meski sedikit canggung, tadi ia
berhasil memasak telur mata sapi dan sekarang tiba saatnya ia memasak nasi goreng kimchi.

Eunso yang duduk dalam diam hanya bisa memperhatikan Kyuhyun yang terus mengerutkan
alisnya bingung. Sesekali, Eunso tertawa geli melihat kebingungan Kyuhyun, tetapi hal itu
tidak membuat Kyuhyun berhenti mencoba. Ia langsung mengerti apa yang harus ia kerjakan
setiap kali membaca instruksi dari resep itu. Dan hasilnya, tanpa dibantu Eunso sedikit pun,
Kyuhyun berhasil memasak nasi goreng kimchi.

Kyuhyun meletakkan piring yang berisikan nasi goreng kimchi dengan telur mata sapi di
atasnya. Eunso bertepuk tangan melihat hasil masakan Kyuhyun.

“Makanlah,” ujar Kyuhyun, menyerahkan sendok kepada Eunso.

“Selamat makan.”

Eunso menyendok nasi goreng itu, lalu menyuapkannya ke dalam mulutnya. Rasanya benar-
benar luar biasa untuk seseorang yang baru pertama kali memasak. Eunso menatap Kyuhyun
takjub setelahnya.

“Kenapa? Tidak enak?” tanya Kyuhyun penasaran.

“Tidak. Ini benar-benar sangat enak, bahkan lebih enak dari buatan Eomma.” Eunso tidak
bisa menutupi kekagumannya dan dia memang benar, nasi itu rasanya sangat lezat. “Oppa
memang diberkahi bakat yang luar biasa. Memasak ini untuk pertama kalinya, tapi rasanya
sudah mengalahkan koki terhebat sekalipun.” Eunso mengulurkan jempolnya kepada
Kyuhyun.

Kyuhyun mengusap kepala Eunso lembut. “Itu gampang. Kau hanya harus mengikuti semua
instruksi di dalam resep dengan benar.”

“Kau memang benar-benar mengagumkan.” Eunso kembali menyendokkan nasi goreng itu
kemudian mengunyahnya pelan.

Kyuhyun tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di tumpuan tangannya di atas meja. Ia


memandang Eunso yang selesai memakan nasi goreng kimchi buatannya.

“Kau lebih suka mana, pantai atau pegunungan?” tanyanya tiba-tiba.


“Pantai,” jawab Eunso cepat.

“Baiklah, kita akan ke pantai.”

Eunso menyatukan alisnya bingung. “Pantai? Kenapa ke sana?”

Kyuhyun meraih tangan Eunso, lalu menarik wanita itu berdiri dari kursinya dan
membawanya duduk di atas pangkuan Kyuhyun. “Kau tidak ingin liburan?”

“Liburan?”

“Ya. Ke pantai. Kau dan aku,” Kyuhyun menyibakkan rambut yang jatuh di pipi Eunso.

“Hanya berdua?” Eunso mengalungkan tangannya di seputar leher Kyuhyun.

“Hanya berdua.” Kyuhyun mengecup pelan hidung Eunso.

“Tidak ada Woobin?” tanya Eunso lagi.

“Tidak ada Woobin,” jawab Kyuhyun.

“Pasti menyenangkan.”
PART 7

Sesuai janjinya, Kyuhyun membawa Eunso ke rumah yang letaknya berada di pinggir pantai,
jauh dari kota Seoul. Perjalanan yang memakan waktu empat jam itu tidak terasa melelahkan
bagi Eunso karena ada Kyuhyun bersamanya. Selama perjalanan itu pun, Kyuhyun
menunjukkan satu sisi lain lagi kepada Eunso. Pria itu ternyata bisa menggoda sekaligus
menghiburnya. Kyuhyun sering terlihat melontarkan beberapa lelucon kepada Eunso. Eunso
pun merasa senang karena mengetahui hal ini. Entahlah Kyuhyun banyak berubah dari kali
pertama mereka bertemu.

Mereka berhenti di sebuah rumah yang tidak terlalu mewah, tetapi terlihat begitu indah.
Rumah yang sangat sederhana dan nyaman. Eunso tidak berhenti bergumam kagum, bahkan
setelah mereka berada di dalam rumah.

“Rumah ini benar-benar sangat indah!” seru Eunso setelah ia berada di beranda rumah itu.
Pemandangan laut yang indah menyambutnya saat ini.

“Rumah ini Appa bangun karena Eomma begitu menyukai laut,” sahut Kyuhyun yang berdiri
di sebelah Eunso dengan tangan melingkar di pinggang istrinya.

“Kalian benar-benar kaya.” Eunso melirik Kyuhyun yang hanya dijawabnya dengan
menaikkan bahu. “Sebenarnya, apa yang kalian lakukan hingga sekaya ini? Memeras orang?
Merampok orang? Atau mendapatkan bayaran besar setelah membunuh orang?” tanya Eunso
tidak dengan sungguh-sungguh.

Ia tahu pekerjaan keluarga Cho adalah menyewakan jasa peminjaman kapal untuk
mengangkut barang-barang ekspor impor. Karena itu, Kyuhyun selalu bau laut setiap kali
pulang dari pelabuhan. Eunso tahu harga sewa satu kapal bisa sampai beratus-ratus juta
pemasukan yang didapat.

“Seperti itulah. Tidak jauh berbeda,” jawab Kyuhyun acuh.

“Kau berbohong.” Eunso mengerutkan hidungnya.

Kyuhyun memberikan sebuah senyuman sebagai jawaban. Lihatlah, pria ini sekali lagi tidak
menunjukkan satu sisi dirinya bahwa dia adalah seorang mafia. Ia tersenyum begitu manis
yang membuat Eunso terpesona karenanya.

“Oppa, jangan tambah keahlianmu dengan pandai berbohong.”

Eunso memutar tubuhnya, lalu berjalan masuk ke rumah. Pura-pura merajuk, itulah yang
sering Eunso lakukan belakangan ini. Sungguh menyenangkan jika ia sudah melakukan hal
ini karena Kyuhyun akan langsung mengejarnya dan membujuknya.

Kyuhyun menahan Eunso dengan sekali lagi melingkarkan lengannya di pinggang Eunso
hingga punggungnya menyentuh dada Kyuhyun.

“Kau merajuk, Sayang?”


Eunso menyembunyikan senyumnya sambil menelengkan kepalanya ke samping agar
Kyuhyun tidak bisa melihat wajahnya yang sedang menahan senyum.

“Kau tahu, kau begitu menggemaskan ketika merajuk, tapi aku tidak suka tidak melihat
wajahmu begitu lama.” Kyuhyun menarik dagu Eunso menghadapnya, lalu mengerutkan
alisnya melihat Eunso tersenyum jahil. “Kau ini. Kau berpura-pura, ya?”

“Oppa pikir Oppa saja yang bisa menggodaku?”

Eunso menjulurkan lidahnya dan melepaskan tangan Kyuhyun yang melingkar di


pinggangnya. Ia berlari menjauhi Kyuhyun yang berteriak memanggil Eunso.

“Hei, Song Eunso, berhenti di sana!”

Teriakan peringatan itu tidak digubris Eunso. Ia terus menjauh dari kejaran Kyuhyun.
Bukannya merasa takut, Eunso malah tertawa karena berhasil membuat Kyuhyun kesal.

“Song Eunso, jangan berlari. Kau sedang hamil.”

Peringatan itu baru saja keluar sesaat sebelum Eunso menabrak sofa dan terjatuh berguling di
atas sofa hingga terempas ke atas lantai.

“Eunso!”

Kyuhyun berlari cepat menghampiri Eunso. Ia berlutut di sebelah Eunso yang berbaring
tertelungkup. Getaran tubuh Eunso membuat Kyuhyun menegang takut. Apa Eunso terluka?

“Sayang, kau tidak apa-apa?” Kyuhyun menarik Eunso pelan agar berbalik dan menghadap
padanya.

Eunso bukan bergetar menangis karena sakit, tetapi sedang bergetar karena tertawa hingga
tidak bersuara.

“Ini sungguh menghibur. Aku jarang sekali tertawa seperti ini seumur hidupku.”

Eunso menghapus air mata yang keluar dari pelupuk matanya, lalu tiba-tiba berhenti karena
menyadari kebisuan Kyuhyun. Perlahan, Eunso menoleh ke arah Kyuhyun. Tawanya
langsung sepenuhnya berhenti melihat ekspresi Kyuhyun saat ini.

“Oppa, maafkan aku,” ujarnya, merasa bersalah pada sesuatu yang tidak ia ketahui kenapa.

Kyuhyun mengembuskan napasnya keras. Ia sangat takut melihat Eunso terjatuh. Sesuatu
yang buruk bisa saja terjadi karena saat ini Eunso sedang hamil muda. Keguguran bisa
terjadi dengan mudah.

“Jangan berlari seperti itu lagi,” geramnya.

Eunso memegang baju bagian depan Kyuhyun. “Baiklah. Maafkan aku.”


Kyuhyun tidak mengacuhkan permintaan maaf itu dengan memeriksa tubuh Eunso. “Kau
tidak apa-apa?”

“Ehm.” Eunso mengangguk cepat. “Tidak apa-apa. Oppa tidak perlu cemas.”

“Bayinya?” tanyanya lagi, memeriksa persendian kaki Eunso.

“Dia juga tidak apa-apa,” jawab Eunso. Ia menarik kepala Kyuhyun agar menghadap
padanya. “Bayinya tidak apa-apa, Oppa, dia sekuat aku dan dirimu.”

Eunso memberikan senyum menenangkan Kyuhyun agar tidak perlu merasa cemas lagi,
tetapi usahanya tidak berhasil dengan baik. Eunso masih bisa melihat kerutan khawatir di
wajah suaminya.

“Oppa, maafkan aku. Aku tidak akan lari lagi, aku akan menjaga bayi kita dengan baik.
Jangan khawatir.”

Kerutan di dahi Kyuhyun berkurang. Akhirnya, Kyuhyun bisa sedikit merasa lega. “Aku
membawamu ke sini bukan untuk berlari-lari seperti tadi. Jangan pernah berlari, terjatuh, atau
apa pun yang bisa membahayakan dirimu dan bayi kita.”

“Aku mengerti.”

Kyuhyun menarik Eunso ke dalam pelukannya sebagai tanda ia sudah merasa tenang.
“Sekarang, bersihkan dirimu dan pikirkan kau mau makan apa malam ini. Aku akan
membuatkannya untukmu.”

Selagi Eunso membersihkan diri, Kyuhyun beranjak ke beranda hanya untuk menelepon
seseorang. Sayangnya, ia tetap tidak bisa menghubungi siapa pun, tidak ayahnya tidak juga
imo-nya. Kyuhyun mematikan ponselnya, lalu mengembuskan napas frustrasi. Sejak
seminggu yang lalu setelah berita kehamilan Eunso, Kyuhyun berusaha menelepon ayahnya.
Dan entah kenapa teleponnya tidak pernah tersambung.

Kyuhyun sudah memerintah seseorang yang berada di Jerman untuk melihat ayahnya. Dan
saat ini, ia benar-benar khawatir akan menerima berita buruk. Tidak masalah jika ayahnya
memang tidak mau diganggu, tetapi kenapa ia juga tidak bisa menghubungi imo-nya?

“Di mana mereka?” bisiknya lirih.

Kyuhyun mengusap wajahnya lelah, lalu menoleh ke belakang, ke istrinya yang saat ini
sedang mengerutkan alisnya membaca halaman internet yang dibukanya di tablet. Kyuhyun
mengantungi ponselnya di saku celana. Ia memutuskan akan menemani istrinya. Haruskah ia
menceritakan tentang kekhawatirannya saat ini kepada Eunso?

“Kau mau yang mana, Baby? Cruncy chocolate pancake atau beef lasagna?”

Eunso sedang memilih satu dari dua menu yang berbeda di antara menu-menu makanan yang
dicarinya di internet. Sejak tidak lagi mengalami mual-mual dan muntah-muntah, nafsu
makan gadis itu meningkat pesat dan Eunso selalu ingin mencoba jenis-jenis makanan yang
berbeda. Minggu lalu, ia meminta Kyuhyun memasakkannya masakan Thailand dan dengan
sukses lagi Kyuhyun berhasil membuat makanan itu sama lezatnya seperti yang dibuat koki
restoran Thailand.

“Baiklah, kita putuskan untuk mencoba pancake-nya. Appa pasti bisa memasaknya untuk
kita. Benar, kan? Appa-mu selalu bisa memasak apa pun saat ini.”

Eunso meletakkan tabletnya kemudian mengusap perutnya yang masih rata. Kyuhyun yang
berdiri di ambang pintu tersenyum melihat Eunso tengah berbicara pada si jabang bayi.
Dengan semangat, Eunso memang mengatakan padanya mengajak si jabang bayi mengobrol
adalah hal yang sangat bagus untuk meningkatkan ikatan ibu dan bayi. Karena itu, Eunso
juga memaksa Kyuhyun untuk ikut berbicara dengan bayi mereka agar Kyuhyun bisa
merasakan ikatan yang kuat juga dengan bayi mereka. Meskipun Kyuhyun tahu hal seperti itu
seharusnya dilakukan setelah kandungan si bayi berusia lima bulan, Kyuhyun tetap mengikuti
keinginan istrinya mengajak si jabang bayi mengobrol.

“Apa bayinya ingin makan pancake?” tanya Kyuhyun tiba-tiba, mengejutkan Eunso yang
sedang asyik mengusap perutnya.

“Ah, appa-mu datang,” seru Eunso kepada perutnya.

Kyuhyun tertawa sambil menghampiri Eunso yang sedang duduk bersandar di sofa empuk.

“Sepertinya, aku harus mengubah profesiku menjadi seorang chef sekarang juga hanya untuk
membuat istri dan anakku terus merasa kenyang.” Kyuhyun duduk di samping Eunso dengan
tangan memeluk pinggang istrinya itu.

“Bagus. Buang profesimu sebagai mafia.” Eunso menyetujui.

Kyuhyun tertawa lagi sambil mengecup pelan pipi Eunso, lalu mengembuskan napasnya.

Melihat keresahan di mata Kyuhyun membuat Eunso terdiam. Tangannya mengusap pelipis
Kyuhyun yang berkerut. Meskipun Kyuhyun saat ini tertawa, Eunso bisa melihat ada yang
tidak beres dari mata Kyuhyun.

“Ada apa?” tanya Eunso serius.

Kyuhyun menatap lama ke dalam mata Eunso. “Tidak ada apa-apa,” jawab Kyuhyun.

“Oppa yakin?”

“Aku yakin” jawab Kyuhyun cepat, lalu terdiam sejenak dan menarik napas panjang. “Hanya
saja, aku masih tidak suka melihatmu berlari dan terjatuh seperti tadi.”

“Oppa, aku kan sudah minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Lagi pula, aku kan
jatuhnya di atas sofa.”

“Tetap saja itu membuatku jantungan.”

“Aaa, seorang mafia juga bisa jantungan?” Eunso tersenyum menggoda bermaksud agar
Kyuhyun tidak terlalu serius memikirkan kecelakaan kecil yang terjadi tadi.
“Hanya satu permintaanku padamu, Manis, kalian berdua harus selalu sehat,” ujar Kyuhyun
serius, mengingat ibunya yang lemah ketika mengandungnya karena terlalu banyak tekanan
saat itu membuat Kyuhyun khawatir akan kesehatan Eunso.

Tahu apa yang saat ini Kyuhyun pikirkan, Eunso pun memutuskan untuk tidak mendebat
Kyuhyun lagi. Eunso tahu seberapa takutnya Kyuhyun akan kondisi Eunso saat ini. Kyuhyun
tidak ingin Eunso mengalami kejadian yang sama seperti ibunya.

“Aku mengerti. Aku tidak akan berbuat bodoh lagi dan aku akan makan yang banyak sampai
aku gendut dan kau tidak mau lagi melihatku karena aku tidak cantik lagi,” ujar Eunso
menambahkan bumbu-bumbu lelucon dalam kalimatnya.

Kyuhyun tertawa pelan. Ia berbaring di sofa dengan menyandarkan kepalanya di paha Eunso
kemudian mengecup pelan perut Eunso.

“Aku ragu akan hal itu, Sayang. Tapi jika kau penasaran, coba saja,” tantang Kyuhyun.

“Hei, lalu kau akan mencari istri baru? Jangan harap, Cho Kyuhyun. Aku akan membuatmu
terikat denganku seumur hidupmu.”

Kyuhyun tersenyum seraya menengadah ke atas, menatap wajah cantik istrinya itu. “Kau
tahu? Kami yang menyandang nama Cho memiliki prinsip hanya mencintai satu wanita
seumur hidupnya,” jawab Kyuhyun serius.

Eunso terdiam. Matanya tidak lepas dari wajah Kyuhyun yang berada di pangkuannya. Ia
ingat Hyunjin pernah menyebutkan hal itu di ruang piano saat itu. Apa arti dari kalimat itu?
Apa baru saja Kyuhyun mengatakan bahwa ia mencintai Eunso? Sudah lama Eunso menduga
bahwa Kyuhyun mencintainya, tetapi pria itu tidak pernah sekali pun mengatakan kata ajaib
itu padanya.

“Oppa.”

“Heum?”

“Tidak.” Eunso menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum. Tangannya bermain di rambut


Kyuhyun, mengusap dan membelai rambut kecokelatan Kyuhyun yang berada di
pangkuannya. “Kau ingin anak laki-laki atau perempuan?”

Kyuhyun menoleh ke arah Eunso sambil tersenyum. “Perempuan.”

“Kau ingin perempuan? Bukan laki-laki?”

“Ya. kenapa memangnya jika aku ingin anak perempuan?” Kyuhyun mengerutkan alisnya
bingung.

“Biasanya, para pria menginginkan anak laki-laki sebagai anak pertama, bukan? Agar bisa
meneruskan pekerjaan mereka.” Eunso terdiam. “Ah, tidak. Perempuan saja. Aku tidak mau
anakku juga menjadi mafia.” Tiba-tiba, Eunso mengubah pikirannya tentang memiliki anak
laki-laki.
“Siapa bilang perempuan tidak bisa meneruskan pekerjaanku?” jawab Kyuhyun.

Eunso melebarkan matanya tidak percaya. “Benarkah? Kau ingin membuat anak
perempuanmu menjadi seorang mafia? Tidak, aku tidak setuju.”

“Dia anak pertamaku, kan? Jadi, sudah menjadi kewajibannya untuk meneruskan nama dan
pekerjaanku.” Kyuhyun menjawab dengan ekspresi santai, terkesan tidak terlalu peduli akan
ketidaksukaan Eunso.

“Dia juga anakku. Tidak, aku tidak mau anak perempuanku menjadi mafia. Dia harus jadi
gadis baik-baik yang cantik, anggun, dan memesona semua pria.”

“Jika dia gadis yang kuat akan lebih sempurna lagi,” tambah Kyuhyun.

“Tidak, aku tidak mengizinkannya.”

“Apa hakmu melarangnya?”

“Aku ibunya.”

“Aku ayahnya.”

“Oppa…”

“Kenapa?”

Eunso membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Tidak, ia tidak ingin anak perempuannya
menjadi seorang mafia. Membayangkan putrinya menjadi seorang gadis yang kejam dan
tidak punya hati membuat Eunso merinding.

Melihat kerutan di dahi Eunso membuat Kyuhyun tersenyum. “Begini saja, yang ini biarkan
perempuan. Dia akan menjadi gadis seperti yang kau inginkan. Tapi, aku tetap ingin dia
belajar bertarung agar bisa membela dirinya dari bahaya. Bagaimana?”

Eunso berhenti mengerutkan alisnya, baru terpikir olehnya bahwa anaknya nanti adalah anak
dari seorang mafia. Pasti akan ada banyak bahaya yang mungkin mengancam
keselamatannya.

“Baiklah,” jawabnya setuju.

“Lalu, anak kedua laki-laki agar bisa meneruskan pekerjaanku.” Kyuhyun diam sejenak.
“Anak ketiga juga laki-laki dan anak keempat perempuan lagi,” lanjutnya sambil tersenyum.

Wajah Eunso berubah merah mendengar hal itu. “Kau bicara seolah-olah ingin memiliki
empat anak.”

Kyuhyun menarik kepala Eunso turun agar mendekat padanya. Ia mencium Eunso. “Memang
kau sanggup melahirkan empat anak untukku, kan?” tantang Kyuhyun.
“Tentu saja aku sanggup. Kau meragukan kemampuanku, ya?” jawab Eunso, tidak suka
karena Kyuhyun menantangnya.

Kyuhyun tertawa renyah. Ia bangkit dari tempatnya berbaring dan duduk bersebelahan
dengan Eunso, membawa gadis itu ke dalam dekapannya.

“Tapi, kan kita belum tahu bayi ini perempuan atau laki-laki bagaimana jika dia laki-laki?”

Tiba-tiba, Eunso kembali membahas jenis kelamin bayi yang saat ini sama sekali belum
terlihat bentuknya itu.

“Tidak masalah. Perempuan atau laki-laki, aku ingin bayi kita sehat.”

“Jawaban khas orangtua,” bisik Eunso ringan, merasa nyaman karena berada di dalam
pelukan Kyuhyun.

***

Kyuhyun membuka matanya lebar, menatap wajah Eunso yang saat ini sedang tidur di
sebelahnya. Selesai makan malam, Eunso langsung tertidur di sofa ruang televisi. Kyuhyun
menggendong Eunso dengan mudah dan membawanya ke kamar. Selama satu jam terakhir, ia
hanya berbaring menyamping dengan kepala bertopang pada tangannya dan memandangi
wajah Eunso. Perasaan damai dan tentram selalu menghampirinya hanya dengan
memandangi wajah tidur Eunso. Selelah apa pun pikirannya karena masalah Kisaragi akan
hilang jika ia bisa melihat wajah damai tertidur istrinya.

Kyuhyun mengulurkan tangannya dan menyentuh lembut pipi Eunso. Kyuhyun kembali
tersenyum melihat pipi itu sedikit membesar.

Suara gemerisik dari luar membuat Kyuhyun menolehkan kepalanya ke arah jendela. Dengan
perlahan, ia bangun dan beranjak ke arah jendela untuk melihat seseorang yang sejak tadi
membuntuti mereka. Kyuhyun menyadari hal itu ketika ia keluar dari mobil, seseorang
sedang mengawasinya. Namun, Kyuhyun tidak mengacuhkannya karena sadar bahwa
seseorang yang mengawasinya hanyalah seorang pemuda yang tidak berbahaya.

Satu jam ia berdiri di balik tembok mengawasi ke luar jendela. Kyuhyun menghitung ada
sekitar tujuh orang yang mengitari rumahnya. Selagi memasak tadi, Kyuhyun bisa merasakan
kehadiran adanya orang lain di rumah ini. Kyuhyun tahu ada yang bersembunyi di atap
rumah. Ia juga melihat ada empat orang yang berada di beranda, dan tiga orang lagi berada di
persembunyian semak-semak pohon.

“Shin Jeyeon, kau pikir bisa melumpuhkanku hanya dengan tujuh orang?” dengus Kyuhyun.
“Baiklah, selesaikan ini dengan cepat.”

Kyuhyun hendak berbalik dan mengambil samurainya ketika sebuah benda berkilat menarik
perhatianya, sebuah kunai. Kyuhyun kembali berdiri di balik jendelanya dan menyipitkan
matanya melihat ke arah beranda.

Kyuhyun berdiri membeku. Yang dilihatnya bukanlah yang dipikirkannya tadi. Bukan
beberapa anak buah amatir yang mengunjunginya kali ini, tetapi beberapa ninja.
“Sial.” Kyuhyun bergerak cepat menghampiri Eunso. “Eunso, bangunlah.”

Eunso yang baru saja terhanyut ke dalam mimpinya terganggu karena panggilan Kyuhyun.
Eunso membuka matanya yang masih mengantuk, lalu menoleh kepada Kyuhyun yang
membungkuk di atasnya.

“Ada apa, Oppa?”

“Bangunlah, Sayang.” Kyuhyun menarik pelan lengan atas Eunso.

“Kenapa?” tanya Eunso bingung.

“Ssstt.” Kyuhyun menempelkan jari telunjuknya pada bibir Eunso, menyuruhnya diam.
Eunso akhirnya tetap mengikuti perintah Kyuhyun.

Kyuhyun meraih samurainya dari bawah tempat tidur, lalu membawa Eunso pelan keluar dari
kamar. Eunso bisa merasakan kuatnya tangan Kyuhyun memeluknya, betapa tegangnya
wajah Kyuhyun. Samurai yang dipegang oleh Kyuhyun mengatakan jelas padanya bahwa
sesuatu sedang terjadi saat ini. Karena itu, Eunso tetap membisu selagi Kyuhyun
membimbingnya keluar dari kamar.

Eunso menelan ludahnya pelan. Ia mencengkeram kuat baju Kyuhyun seraya berjalan di
antara kegelapan malam keluar melalui jalan kecil yang berada di sebelah dapur.

Kyuhyun membuka pintu lemari besar dan menarik Eunso masuk ke lemari tersebut. “Diam
di sini sampai aku kembali. Mengerti?” bisik Kyuhyun.

“Kau mau ke mana, Oppa?” Eunso balas berbisik.

“Aku akan melihat keadaan luar. Kau pegang ini.” Kyuhyun menyerahkan samurainya pada
Eunso.

“Tidak. Oppa bawa saja.” Eunso langsung menolak uluran samurai itu. Ia tidak ingin
Kyuhyun kalah jika tidak memegang samurainya.

“Dengarkan kata-kataku,” ujar Kyuhyun tegas. Eunso menatap Kyuhyun lama sebelum
mengulurkan tangannya yang bergetar karena takut mengambil samurai itu. “Kau ingat
pelajaran memakai pedang, kan?” Eunso mengangguk menjawab pertanyaan Kyuhyun.

“Baiklah, tunggu di sini. Aku akan segera kembali.” Kyuhyun memberikan kecupan ringan
sebelum menutup lemari besar itu.

Kyuhyun berbalik dengan tatapan serius menghadap rumah yang hanya diterangi cahaya dari
teras depan. Kyuhyun berjalan ke dapur dan mengambil beberapa sumpit. Ia berjalan
menyusuri tembok. Saat menangkap sebuah bayangan berjalan memasuki dapur, Kyuhyun
mengambil satu sumpit dan melemparkanya hingga menancap tepat di leher pria itu.

“Satu,” desis Kyuhyun.


Kyuhyun menunduk dibalik tembok ketika dua ninja berderap masuk. Kyuhyun mengambil
dua sumpit sekaligus dan melemparkannya cepat kepada kedua ninja tersebut. Ia mengenai
sasaran dengan tepat sekali lagi dan kedua ninja itu pun terjatuh.

“Tinggal empat,” bisik Kyuhyun sambil berjalan ke arah ninja-ninja tersebut.

Kyuhyun mengambil salah satu pedang dari salah satu ninja dan beberapa kunai yang berada
di kantung para ninja. Tidak sia-sia Kyuhyun belajar ilmu bela diri ninja juga selama dua
tahun terakhir. Ketika menyadari ia akan berhadapan dengan para penjahat besar yang berasal
dari Jepang, Kyuhyun pun berusaha keras untuk bisa mempelajari ilmu bela diri itu dari
seorang guru yang tidak sengaja ia temui dan bersedia mengajarinya dengan cuma-cuma.

Langkah kaki keempat ninja itu masuk mengelilingi Kyuhyun. Kyuhyun memasang kuda-
kuda dengan memegang samurai yang diambilnya tadi dan bersiap menyambut tantangan
para ninja tersebut.

***

Suara dentingan bertemunya benda tajam itu terdengar jelas dari dalam lemari. Eunso
memeluk samurai yang diberikan Kyuhyun dengan erat di dadanya. Apa yang terjadi? Apa
Kyuhyun benar-benar sedang bertarung? Pikiran itu terus berkelebat di pikiran Eunso. Entah
sudah berapa lama waktu berlalu, Eunso ingin sekali keluar dari persembunyianya dan
melihat sendiri apa yang sedang terjadi. Ia ingin memastikan bahwa Kyuhyun baik-baik saja.
Namun, ia mengurungkan niatnya saat mengingat perintah Kyuhyun.

Eunso terkesiap kaget ketika pintu lemari terbuka dengan tiba-tiba kemudian ia bernapas lega
melihat Kyuhyun-lah yang membuka pintu itu.

“Ayo.”

“Apa yang terjadi?” tanya Eunso, menoleh ke arah dapur, lalu menarik napasnya terkejut
ketika melihat beberapa pria dengan pakaian hitam dan bertopeng terbaring di lantai
bergelimang darah.

“Jangan melihat ke sana, Eunso” Kyuhyun menutup mata Eunso dengan sebelah tangannya.
“Ayo.” Kyuhyun menarik Eunso ke dalam pelukannya keluar dari rumah itu.

Dalam perjalanan menuju mobil yang terparkir di halaman rumah, Kyuhyun dikejutkan oleh
kehadiran beberapa ninja lagi.

“Ternyata tidak hanya bertujuh,” desis Kyuhyun kesal.

Kyuhyun salah mempertimbangkan instingnya. Seharusnya, ia tahu bahwa keluarga Shin


tidak akan senekat ini. Seharusnya, ia langsung membawa Eunso pulang begitu merasakan
ada beberapa orang yang mengintainya pagi tadi.

“Oppa.” Eunso mencengkeram kuat baju depan Kyuhyun, ngeri melihat banyaknya pria
berpakaian serta bertopeng hitam.
“Ssstt, jangan takut. Ada aku,” bisik Kyuhyun pelan. “Jangan pernah lepaskan pelukanmu.
Mengerti?”

Eunso menganggukkan kepalanya kemudian memejamkan matanya dan memekik pelan


ketika tubuhnya dibawa berputar oleh Kyuhyun.

Suara bertemunya kedua samurai memekakkan telinga Eunso. Tubuhnya terus terseret dan
terayun mengikuti gerakan tubuh Kyuhyun yang saat ini sedang berusaha keras melawan para
ninja. Sesekali, Eunso harus merasakan tekanan tangan Kyuhyun mengencang di pundaknya.
Eunso membuka matanya sebelah mengintip, tetapi ia segera menutup matanya lagi ketika
seseorang berlari cepat ke arahnya.

Selagi Eunso menutup matanya dan Kyuhyun sibuk melawan serangan samurai-samurai yang
terus menyerangnya, seseorang berjalan dengan perlahan dan meraih pergelangan tangan
Eunso.

“Kyaaaa.”

Eunso ditarik secara paksa oleh pria yang memegang pergelangan tangannya. Eunso
membuka matanya terkejut, tetapi dalam hitungan detik ketika wajahnya berhadapan dengan
pria bertopeng itu terhenti karena samurai Kyuhyun menancap tepat di dada pria itu. Darah
keluar dengan cepat ketika samurai itu ditarik, mengenai wajah Eunso yang masih
terperangah kaget. Detik berikutnya, Eunso sudah berada di dalam pelukan Kyuhyun lagi.

Napas Eunso memburu dengan cepat. Ia mendongakkan kepalanya, ke wajah serius Kyuhyun
yang berkeringat. Suara dentingan samurai terdengar samar-samar digantikan oleh deru
napasnya yang memburu dan detak jantungnya yang memacu cepat. Ini bukan adegan di
drama atau film. Kejadian ini benar-benar terjadi di depan matanya.

Saat ini, ia berada di pelukan pria yang sedang bertarung. Ia melihat sendiri bagaimana
orang-orang itu berusaha keras melukai Kyuhyun dan dirinya. Melihat dengan jelas
bagaimana Kyuhyun baru saja menusuk seorang pria di depan wajahnya sendiri.

***

Napas Kyuhyun terengah lelah, ia menatap satu persatu mayat yang sudah terbaring di lantai.
Hampir saja mereka berhasil menarik Eunso darinya. Beruntung baginya masih bisa
bertarung dengan sebelah tangan Dengan cepat ia bisa menusukkan samurainya pada satu
ninja yang menarik Eunso tadi.

Kyuhyun menoleh ke arah Eunso yang bergetar hebat di pelukannya. “Eunso?”

Kyuhyun menjatuhkan samurainya, menengadahkan wajah Eunso. Gadis itu membalas


tatapanya dengan mata yang melebar ngeri. Air mata jatuh membasahi pipi mulusnya. Eunso
menangis tanpa suara.

“Sayang, sudah aman. jangan takut,” bisik Kyuhyun dengan alis berkerut. Ia tidak suka
melihat ekspresi ngeri di wajah Eunso.

Kyuhyun menghapus noda darah yang mengotori wajah Eunso. “Kau aman.”
Eunso masih menatap kosong ke arah Kyuhyun. Ia melirikkan matanya ke tumpukan mayat
yang tergeletak di hamparan pasir putih. Namun, gerakannya langsung terhenti oleh tangan
Kyuhyun yang menarik wajahnya kembali kepada Kyuhyun.

“Tidak. Jangan dilihat. Lihat aku saja”.

Eunso mengerjapkan matanya beberapa kali, masih dalam keterkejutannya akan apa yang
baru saja terjadi.

“Ya Tuhan, Eunso, kau baik-baik saja kan? Katakan sesuatu.”

Kyuhyun memegang wajah Eunso cemas. Ia tidak suka melihat ekspresi kosong di wajah
istrinya itu.

“Eunso,” panggil Kyuhyun lagi. “Katakan sesuatu. Kau tidak apa-apa?”

Eunso menelan ludahnya pelan kemudian menganggukkan kepalanya.

“Aku melihatmu menusuk pria itu,” bisiknya serak.

Kyuhyun menyentuhkan dahinya di kepala Eunso. “Lupakan semuanya. Lupakan. Kau tidak
melihat apa-apa.”

“Ada banyak pria yang terbunuh.”

“Aku tahu. Karena itu, pejamkan matamu dan jangan mengingatnya.”

“Ini mengerikan.”

Eunso terisak, sadar bahwa baru saja ia mengalami situasi yang memang sangat mengerikan.
Jika bukan karena Kyuhyun, mungkin Eunso-lah yang berada di posisi pria-pria tersebut.

“Aku tahu, Sayang. Maafkan aku,” ujar Kyuhyun menyesal.

Ia tahu meskipun ia mengajari Eunso cara memakai samurai, Eunso tetaplah hanya gadis
biasa yang tidak biasa pada pertarungan sesungguhnya. Tentu saja Eunso akan mengalami
shock yang sangat hebat ketika hal ini benar-benar terjadi kepadanya. Kyuhyun memejamkan
matanya merutuki dirinya sendiri karena telah membawa Eunso ke dalam bahaya.
Seharusnya, ia segera pulang begitu tahu ada yang mengintainya tadi.

“Maafkan aku,” bisik Kyuhyun lagi.

Eunso menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia sudah tidak sanggup mengatakan apa-apa


lagi. Yang bisa dilakukannya hanyalah memeluk erat Kyuhyun dan menangis di dadanya.

“Kita pulang sekarang.”

Kyuhyun menunduk mengambil samurainya kemudian membawa Eunso masuk ke mobilnya.


Dengan cepat, ia melajukan mobilnya pulang ke rumahnya yang aman.
***

Dalam perjalanan pulang dari rumah pantai itu, Kyuhyun menelpon Woobin untuk segera
menyusulnya membawa serta anak buahnya. Ia ingin merasa aman untuk Eunso. Kyuhyun
bisa saja menjaga Eunso sendirian, tetapi ia tetap ingin Eunso berada dalam perlindungan
beberapa orang lagi.

“Woobin akan menyusul kita.”

Kyuhyun mematikan ponselnya, lalu meletakkannya begitu saja. Matanya menatap lurus ke
depan untuk beberapa saat hingga akhirnya ia menyadari kebisuan Eunso. Dengan cemas,
Kyuhyun menoleh ke samping. Ia melepaskan tangan kanannya dari kemudi mobil dan
memegang tengkuk Eunso.

“Sayang, kau baik-baik saja?”

Eunso menggelengkan kepalanya cepat. Matanya masih menyorotkan pandangan kosong.


Hari ini ia hanya ingin menikmati liburannya bersama Kyuhyun. Dari selama ia mengenal
Kyuhyun, baru kali inilah Eunso merasakan betapa besar pria yang berstatuskan suaminya ini
peduli padanya atau mungkin mencintainya. Ia baru saja akan memanfaatkan liburan ini
dengan mengungkapkan isi hatinya terlebih dahulu kepada Kyuhyun. Selama ini, Kyuhyun
memang pria yang tegas dan arogan, tetapi ia juga bisa merasakan ketulusan dan besarnya
kasih sayang dari setiap perlakuan Kyuhyun kepadanya. Kyuhyun sama saja seperti manusia
lainnya, memiliki rasa kasih sayang yang tulus dan bisa memberikannya secara cuma-cuma
kepada Eunso. Namun, apa yang baru saja terjadi menyadarkannya bahwa Kyuhyun memang
pria yang sangat kuat dan pantas untuk ditakuti.

“Mereka siapa? Apa mau mereka?”

Kyuhyun memijat saraf Eunso yang menegang di tengkuk gadis itu pelan. Haruskah ia
menjawab jujur?

“Mereka ninja,” jawab Kyuhyun.

Eunso menarik napasnya cepat. “Yakuza? Mereka menginginkanku?”

Kyuhyun menghentikan laju mobilnya secara mendadak. Ia menoleh cepat ke arah Eunso.

“Eunso, apa yang sedang kau bicarakan?”

Kyuhyun tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Apa gadis itu sudah tahu tentang
siapa dirinya sebenarnya?

“Aku… aku seharusnya tidak menceritakan hal ini padamu. Eomma bilang kau tidak boleh
tahu. Tapi, jika mereka memang mengejarku dan membahayakan dirimu, aku… aku….”

Eunso tergagap dalam kebingungannya. Ia tidak bisa melanggar janjinya pada ibunya, tetapi
ia juga tidak ingin membawa Kyuhyun ke dalam bahaya. Yang ia tahu dari penjelasan
ibunya, Yakuza yang mengejarnya adalah Yakuza yang paling ditakuti dari semua kalangan.
Kyuhyun menarik Eunso ke dalam pelukannya. Ia bisa merasakan keresahan Eunso saat ini.

“Siapa yang menceritakannya padamu? Ibumu?”

“Ya. Ceritanya panjang, jadi….” Eunso menghentikan kalimatnya karena Kyuhyun


melepaskan pelukannya secara tiba-tiba.

Kyuhyun mengambil ponselnya, lalu menelepon seseorang. “Ya, Donghae. Kau ingat rencana
yang kita buat kemarin?”

“…”

“Maaf, kita harus menjalankannya saat ini juga.”

“…”

“Bawalah ibumu. Eunso aman bersamaku.”

“…”

Eunso terdiam lama, mendengarkan pembicaraan yang singkat itu. Kyuhyun telah mematikan
panggilannya dan sekali lagi menelepon Woobin menanyakan keberadaan pria itu. Dalam
waktu singkat itu, Eunso merasa pikirannya menjadi tidak bisa bekerja dengan baik. Kenapa
Kyuhyun terdengar sangat mengenal Donghae? Rencana apa yang telah mereka buat?
Bagaimana bisa mereka saling mengenal? Apa mereka sudah lama saling mengenal?
Kedengarannya mereka sangat akrab.

“Kita berangkat sekarang.”

Selesai berbicara dengan Woobin, Kyuhyun memasukkan persneling, menjalankan mobilnya.

“Kau mengenal Donghae Oppa?”

Pertanyaan itu menghentikan gerakan Kyuhyun. Sejenak Kyuhyun merasa bingung, lalu
tersadar akan maksud dari pertanyaan itu. Ia menoleh ke arah Eunso yang menatapnya marah.
Gadis itu butuh penjelasan.

“Kalian terdengar akrab.”

“Tidak ada waktu untuk menjelaskannya sekarang.”

Kyuhyun menggerakkan kemudinya melaju, tetapi dengan cepat Eunso menarik tangan
Kyuhyun, membuat laju mobil hampir tidak terkendali.

“Song Eunso, apa yang kau lakukan? Kau cari mati, hah?”

Teriakan Kyuhyun terdengar menggelegar di telinga Eunso. Namun, Eunso tidak gentar. Ia
butuh penjelasan.
“Jelaskan padaku apa hubungan kalian. Kenapa kalian terdengar seperti sudah lama saling
mengenal? Rencana? Rencana apa yang kalian buat? Apa kau tahu tentang asal usulku? Apa
kau tahu hubunganku dengan Donghae Oppa?”

Tatapan mata Eunso sangat tajam. Gadis itu tidak akan berhenti memaksa Kyuhyun
menjawabnya sampai ia mendapatkan semua jawaban dari pertanyaannya.

Kyuhyun mengusap wajahnya cepat, lalu mengadap ke arah Eunso, menatap langsung ke
dalam mata Eunso. Tidak ada waktu untuk bertengkar. Ia akan menjelaskannya secara
singkat.

“Aku dan Donghae sudah berteman sejak kami SMA. Benar, aku tahu asal-usulmu dan aku
tahu Donghae adalah kakakmu. Kau puas? Sekarang kita pergi.”

“Kau tahu dia kakakku, tapi kau tetap memerkosaku?”

Eunso bisa merasakan amarahnya saat ini. Sebenarnya, ia sudah melupakan kejadian itu,
tetapi rasanya lebih menyakitkan sekarang jika mengingat Kyuhyun melakukannya padahal ia
tahu Donghae adalah kakaknya.

“Benar,”

Jawaban Kyuhyun membuat air mata Eunso jatuh. Ia bisa bertahan dengan rasa terkejut yang
dialaminya barusan ketika para ninja menyerang mereka. Namun, kenyataan ini membuatnya
tidak bisa menahan air matanya.

“Kau tega sekali padaku.”

Desisan lirih itu membuat pertahanan Kyuhyun hancur. Ia tidak bisa mendengar nada suara
yang seperti itu dari Eunso. Kyuhyun memegang bahu Eunso memaksa Eunso yang meronta
dari peganganya agar menatapnya.

“Dengar, Sayang, aku tahu aku salah saat itu. Aku tidak bisa menahan amarah saat aku tahu
kau mencintai pria lain, bahkan jika pria itu kakakmu sendiri. Aku harus memilikimu. Apa
pun caranya, kau harus jadi milikku.”

“Dengan cara sekasar itu?”

“Aku tahu aku salah. Maafkan aku.”

“Aku membencimu. Aku membencimu karena menyembunyikan rahasia itu, karena marah
padaku padahal kau tahu kebenarannya. Aku membencimu.”

“Sayang….”

Kyuhyun menghentikan kalimatnya, lalu menoleh ke belakang karena cahaya lampu mobil
lain yang menyorot ke arah mereka dari belakang. Kyuhyun melebarkan matanya menyadari
mobil itu tidak memelan sedikit pun. Ia segera menarik Eunso ke dalam pelukannya sebelum
semuanya terlambat.
Mobil itu menabrak mobil Kyuhyun dan Eunso, membuat laju mobil mereka bergerak tidak
beraturan dan terbentur ke pepohonan yang berada tidak jauh dari mereka. Kyuhyun menoleh
keluar mobil melihat beberapa orang berjas hitam keluar dari mobil yang baru saja menabrak
mereka.

“Sial.”

Kyuhyun melepaskan pelukannya. Ia segera melepas sealtbelt-nya dan milik Eunso dengan
cepat. Setelahnya, ia keluar dan membuka pintu Eunso. Kyuhyun mendorong Eunso keluar
dari mobil. Dengan langkah cepat, ia menarik Eunso berlari ke dalam hutan menghindari
beberapa tembakan yang dilontarkan orang-orang berjas itu kemudian membawa Eunso ke
dalam semak-semak daun yang terlihat meyakinkan untuk bersembunyi.

Kepala Eunso masih berputar-putar ketika ditarik dan dipaksa berlari oleh Kyuhyun.
Kesadarannya kembali pulih ketika mendengar suara tembakan. Kyuhyun berhenti di semak-
semak dan mendudukkan Eunso di sana.

“Oppa, apa yang terjadi?”

“Yang ini orang-orang keluarga Shin. Kau diam di sini dulu.”

“Tunggu.” Eunso menarik lengan Kyuhyun. “Kepalamu berdarah.” Eunso mengulurkan


tangannya ke luka di kepala Kyuhyun. Darah segar mengalir di wajah tampan suaminya,
menutupi mata sebelah kanannya.

“Aku tidak apa-apa. Tetap di sini sampai aku kembali.”

***

Kyuhyun keluar dari persembunyian yang ia pilih untuk Eunso, lalu berlari ke arah
pepohonan. Ia memegang pistol yang sempat dikeluarkannya dari dalam mobil sesaat
sebelum ia keluar dari mobil bersama Eunso. Meskipun sudah sering berlatih tembak, ini
baru pertama kalinya Kyuhyun menembak sasaran yang hidup. Selama ini, samurai adalah
keahliannya karena berpikir lawannya adalah para yakuza. Namun, saat ini ia tidak bisa
melawan orang-orang ini dengan samurainya karena samurainya tertinggal di mobilnya.

“Sial. Shin Jeyeon, kau benar-benar cari mati denganku.”

Kyuhyun mengokang pistolnya, lalu mulai menembak. Pandangannya sedikit mengabur


karena darah yang menutupi matanya. Ia hanya bisa bergantung pada cahaya bulan untuk
melihat lokasi dari para pria berjas itu. Dengan mata yang tertutup sebelah, Kyuhyun
membidikkan pistolnya ke beberapa orang dan berhasilkan menjatuhkan sebagian dari
mereka.

Baku tembak itu berjalan cukup lama. Kyuhyun sudah berhasil menumbangkan lima orang,
tetapi itu tidak membuat banyaknya mereka berkurang. Satu per satu dari mereka terus
berdatangan. Kyuhyun sudah hampir kehabisan peluru. Satu-satunya cara untuk mengalahkan
mereka adalah mengambil samurainya di dalam mobil dan menghabisi mereka dari belakang.
Hanya saja, bagaimana caranya ia kembali ke sana ketika mobilnya berada di belakang
orang-orang itu?
“Hentikan tembakan.” Suara seorang pria membuat kegiatan baku tembak itu berhenti. “Nona
Shin menginginkan Tuan Cho dalam keadaan hidup. Kita berpencar mencari istrinya, Song
Eunso, aku yakin ia menyembunyikan istrinya di suatu tempat.”

Kyuhyun menatap tajam pria yang baru saja berbicara dari balik pohon. Ia mengenal
wajahnya. Pria itu seperti seseorang yang selalu berada di belakangnya. Salah satu anak
buahnya.

“Pengkhianat. Sekarang aku tahu siapa yang memberitahukan keberadaanku dan Eunso di
rumah pantai.”

Kyuhyun berjalan mengendap-endap di antara semak-semak menghampiri Eunso. Gadis itu


masih duduk dalam pose yang sama seperti terakhir kali Kyuhyun meninggalkannya.
Wajahnya terlihat tegang, tetapi gadis itu sudah tidak merasa takut seperti di rumah pantai
tadi.

“Oppa,” bisik Eunso ketika melihat Kyuhyun menghampirinya.

“Aku harus mengambil samuraiku, tapi mereka berada tepat di depan mobil. Kau harus
menunggu di sini untuk beberapa saat lagi.”

Eunso tidak mendengarkan Kyuhyun. Tangannya sibuk mengelap wajah Kyuhyun dari darah.
Wajahnya mengerut cemas melihat luka di kepala Kyuhyun. Mungkin Kyuhyun membentur
kaca mobil ketika berusaha melindunginya tadi.

“Sayang, kau dengar aku?” bisik Kyuhyun.

“Ya. Aku akan menunggumu,” jawab Eunso, masih sibuk mengelap wajah Kyuhyun.

Kyuhyun menarik lepas tangan Eunso. “Kau tidak takut?”

Eunso menggigit bibirnya yang bergetar. “Bagaimana aku bisa takut ketika aku merasa
hampir mati karena mengkhawatirkanmu?”

Air mata kembali jatuh di pipinya. Kali ini, air mata penuh rasa cemas untuk Kyuhyun. Ia
melupakan pertengkaran mereka di mobil tadi, melupakan rasa marahnya pada Kyuhyun.
Saat ini, ia terlalu sibuk mencemaskan Kyuhyun yang bertarung sendirian melawan
banyaknya orang-orang itu.

Kyuhyun mengusap wajah Eunso lembut. “Aku akan baik-baik saja, Sayang.”

Kyuhyun menundukkan kepalanya. Ia mencium Eunso penuh kelembutan dan


menghanyutkan. Di saat seperti ini, yang ia butuhkan adalah energi dari Eunso.

“Tunggu aku di sini. Aku akan kembali.”

Kyuhyun mengecup puncak kepala Eunso, lalu berlari sambil mengendap-endap ke arah
mobilnya.
Dengan bantuan pohon-pohon yang berdiri tinggi dan besar di sekitarnya, Kyuhyun bisa
bersembunyi dan berjalan lebih dekat ke arah mobilnya. Ia berhenti di balik pohon tidak jauh
dari mobilnya karena seorang pria terlihat berdiri diam menjaga mobilnya. Kyuhyun meraba
saku celananya dan tersenyum mendapati sebuah pulpen. Memanfaatkan bagian runcing dari
pulpen itu, Kyuhyun melemparkannya ke arah pria yang berdiri di dekat mobil.

Pulpen itu berhasil mengenai titik mematikan yang langsung membuat pria itu terjatuh ke
tanah. Dengan cepat, Kyuhyun berlari menghampiri mobilnya dan mengambil samurainya. Ia
mendapatkan kekuatannya begitu memegang samurainya. Kyuhyun berlari dengan perlahan
menghampiri para pria yang sudah membuatnya sedikit kewalahan tadi.

Kyuhyun berada dalam bayangan di kegelapan malam. Ia berhasil membunuh satu per satu
dari pria-pria berjas hitam itu. Di saat pria-pria itu mencari, mereka tidak menyadari
keberadaan Kyuhyun yang berada di dekat mereka yang langsung menusuk mereka dengan
samurainya. Tanpa memberikan sedikit pun kesempatan untuk merintih kesakitan ataupun
menjerit karena Kyuhyun langsung menusukkan samurainya tepat di bagian jantung.

Kyuhyun membuntuti satu orang lagi yang ia pikir adalah anak buahnya tadi. Kyuhyun
berdiri tepat di hadapan pria yang terkejut itu, lalu mengarahkan samurainya ke depan.

“Kau bekerja untuk siapa?”

Pria itu mengacungkan pistolnya ke arah Kyuhyun karena takut. Namun, kecakapan Kyuhyun
menghentikan aksinya. Kyuhyun bukan hanya membuat pistol itu terlepas dari tangannya,
tetapi juga membuat pergelangan tanganya terputus karena samurainya yang tajam. Pria itu
berteriak kencang karena rasa sakit dan darah terus mengalir dari lengannya yang terputus.

“Untuk siapa?” teriak Kyuhyun lagi.

Pria itu masih terus menjerit kesakitan tidak mendengar sama sekali pertanyaan Kyuhyun.
Merasa tidak akan mendapatkan jawaban apa pun, Kyuhyun langsung menghunuskan
pedangnya ke jantung pria itu.

“Sudahlah, aku tahu kau bekerja untuk siapa.”

Suara deru mobil menarik perhatian Kyuhyun. Iaa bisa melihat Woobin keluar dari mobil dan
langsung berlari ke arahnya. Ia merasa lega karena anak buah kepercayaanya sudah berada
bersamanya. Kyuhyun pun berjalan pelan ke arah semak-semak di mana ia menyembunyikan
Eunso.

“Sayang, kau aman seka….”

Kyuhyun terdiam. Ia tidak menemukan Eunso di tempat yang ia tinggalkan tadi. Gadis itu
menghilang.

“Eunso?”

Kyuhyun berdiri dan menoleh ke sekeliling. Ia memicingkan matanya mencari sosok Eunso.

“Eunso, jangan bermain-main!” teriaknya.


Napasnya memburu cepat ketika tidak mendengar jawaban apa pun dari Eunso. Suara
ataupun gerakan tubuh Eunso tidak terdengar di mana-mana. Kyuhyun menegang. Seketika
dadanya terasa sesak. Ia kehilangan Eunso. Istrinya menghilang.

“Ya Tuhan, Sayang, jangan bercanda! Keluarlah,” bisiknya lirih..

“Kyuhyun?”

Woobin muncul di belakangnya dengan kening berkerut bingung melihat Kyuhyun yang
terlihat sewaktu-waktu bisa terjatuh. Tetapi, tidak, Kyuhyun tidak terjatuh ke tanah. Kyuhyun
berlari ke arah mana pun yang menurutnya bisa membawanya ke arah Eunso.

“EUNSO!”

***

“EUNSO!”

Air mata terus mengalir di pipi Eunso. Mulutnya tertutup kain berwarna putih. Tangannya
terikat di belakang dan tubuhnya saat ini dibopong di pundak seseorang yang sangat besar.
Sesaat ketika ia bisa melihat Kyuhyun berhasil menghampiri mobil mereka, seseorang
muncul dari kegelapan di belakangnya dan membekap mulutnya. Ia berusaha menjerit, tetapi
jeritannya tertahan kain putih. Dan dengan cepat pula, para pria itu membawanya jauh dari
tempat persembunyiannya.

Sebuah mobil mini van menunggu di dekat jalan. Eunso dibawa masuk ke mobil dan terus
dipegangi dengan erat. Ia sudah lelah meronta. Tangannya sudah sakit dan tubuhnya sudah
memar karena bergesekan dengan ikatan di tubuhnya. Ia berhenti meronta bukan karena ia
pasrah, tetapi karena ia tidak ingin menyakiti dirinya dan bayinya. Ia akan mengikuti ke mana
orang-orang ini membawanya dulu. Setelahnya, ia bisa berpikir langkah apa yang harus ia
ambil setelah ini.

***

Eunso terus membuka matanya, menatap keluar jendela, dengan diapit oleh dua laki-laki
bertubuh besar di dalam mobil. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ke mana sebenarnya
mereka akan membawa Eunso? Eunso ingat Kyuhyun bilang bahwa para pria berjas itu
adalah anak buah keluarga Shin. Akan tetapi, firasatnya mengatakan ini lebih membahayakan
dari pada keluarga Shin. Apa mereka akan membawa Eunso kepada Kisaragi?

“Tuhan, selamatkan aku dan bayiku.” Eunso memejamkan matanya dan berdoa di dalam hati.

Mobil berhenti menandakan mereka telah tiba di tempat tujuan mereka. Eunso dipaksa untuk
turun dari mobil dan dibawa langsung ke dalam sebuah rumah yang telihat mewah. Eunso
menoleh ke kiri dan kanan berusaha untuk mengenali tempat itu, tetapi tetap saja ia tidak tahu
di mana ia berada saat ini.

Mereka membawa Eunso ke sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang tamu. Lengannya
digenggam erat oleh pria yang membopongnya tadi. Ikatan kain putih yang menyumpal
mulurnya ditarik lepas membuat Eunso kembali meronta dan berteriak.
“Lepaskan aku. Dasar kalian manusia tidak tahu diri.”

“Hei, kenapa kau lepas ikatannya?” teriak seorang pria yang berada tidak jauh dari Eunso.

“Ini perintah,” jawab pria yang memegang erat tangan Eunso.

“Kalian berdua tahu? Kyuhyun Oppa tidak akan pernah memaafkan kalian. Kalian akan mati
begitu ia tahu siapa yang membawaku ke sini. Lepaskan aku dan bawa aku kembali pada
suamiku.”

Entah mendapatkan keberanian dari mana, Eunso berusaha sebisa mungkin untuk terlihat
sangat-sangat mengancam kedua pria itu.

“Hahaha. Kau pikir kami takut?”

“Kalian tidak lihat bagaimana Kyuhyun Oppa mengalahkan teman-teman kalian tadi? Aku
yakinkan pada kalian berdua, kalian akan merasakan hal yang sama nantinya.”

“Hei, wanita ini banyak bicaranya!”

“Tapi, apa yang dia katakan benar.”

“Jangan terhasut ucapannya.”

“Aku tidak menghasut. Aku berkata yang sebenarnya. Sebelum Kyuhyun Oppa membunuh
kalian berdua, cepat bawa aku kembali pada suamiku.” Melihat adanya keraguan dari pria
yang memegangnya Eunso semakin bersemangat menakut-nakuti pria itu. “Hei, lepaskan aku
dan nyawamu akan selamat.”

Tamparan keras mendarat di pipi mulus Eunso. Warna kemerahan terlihat jelas dan denyut
sakit akibat tamparan itu membuat Eunso membelalakkan matanya terkejut. Ia menoleh ke
depan dan semakin terkejut melihat siapa yang telah menamparnya.

“Shin Jeyeon.”

“Kalian tidak perlu takut pada omong kosong wanita jalang ini.” Shin Jeyeon menatap tajam
Eunso sambil tersenyum meremehkan. “Wah… wah… lihat siapa yang berhasil kudapatkan
di sini?”

“Kyuhyun Oppa tidak akan pernah mengampunimu.”

“Waw… kenapa rasanya aku tidak takut sama sekali, ya?”

Jeyeon meletakkan sebelah tangannya di pinggang dan menopangkan tubuhnya pada satu
kaki. Matanya meneliti penampilan Eunso. Jeyeon mengerutkan alisnya tidak suka menyadari
sesuatu yang berbeda dari Eunso. Eunso terlihat lebih bersinar dan cantik dari terakhir kali ia
melihatnya. Apa karena terlalu bahagia membuat Eunso menjadi semakin memesona?

“Kau akan merasa takut dan memohon ampun karena telah memisahkan kami,” desis Eunso.
Ia yakin Kyuhyun tidak akan tinggal diam jika tahu Jeyeon-lah dalang di balik semua ini.

“Tidak jika kau sudah tidak ada lagi di dunia ini.” Jeyeon menyunggingkan senyum liciknya.
“Aku akan menyerahkanmu kepada Hiroki Kisaragi dan dia akan menyerahkan Kyuhyun
padaku. Begitulah perjanjiannya. Kau menjadi milik Kisaragi dan Kyuhyun menjadi
milikku.”

Jeyeon mendekati Eunso dan menyentuhkan satu jarinya pada wajah Eunso.

“Sekali menjadi gundik tetaplah seorang gundik.”

“Aaagrhh…”

Suara rintihan terdengar dari mulut berwarna merah milik Jeyeon. Ia terkejut karena tiba-tiba
merasakan sesuatu yang keras menendang perutnya. Jeyeon terhuyung ke belakang sambil
memegang perutnya. Eunso baru saja menendang perut Jeyeon.

“Kau seharusnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dasar wanita gila. Atau kau seharusnya
tidur dan bermimpi saja dan jangan bangun-bangun lagi. Wanita sinting, gila, lajang, tidak
tahu diri, kampungan, norak, serigala, dan apa pun yang pantas untukmu.”

Eunso melangkah maju mendekati ] Jeyeon sambil menendang-nendangkan kakinya yang


masih bebas ke arah Jeyeon.

Kedua pria yang berada di ruangan itu sejenak terpaku dan terkejut dengan apa yang terjadi.
Mereka berusaha menahan tawa mereka melihat anak majikan mereka terjatuh karena
ditendang seorang wanita yang tangannya sedang terikat itu. Namun, mereka berhasil
menutupi tawa mereka dengan menarik Eunso menjauh dari Jeyeon.

Jeyeon melebarkan matanya marah. Rasa skit di perutnya masih terasa ketika ia berusaha
membalas perlakuan Eunso. “Sial. Wanita ini cari mati rupanya.”

“CUKUP!”

Gerakan Jeyeon terhenti mendengar suara bariton dari belakangnya. Ia memutar tubuhnya
sambil meringis pelan.

Seorang pria berdarah Jepang bertubuh tinggi memakai jaket kulit berwarna hitam masuk ke
ruangan itu.

“Tuan kami ingin wanita itu hidup-hidup.”

Jeyeon mendelikkan matanya pada pria berdarah Jepang itu.

“Aku harus membalasnya dulu karena telah menghinaku dengan menendangku.”

“Aku tidak akan mengizinkanmu. Bawa dia!”


Jelas pria itu adalah pemimpin dari proses penjemputan Eunso saat ini. Pria itu
memerintahkan beberapa anak buahnya untuk membawa Eunso. Dengan cepat, Eunso
berpindah pada orang-orang Jepang itu.

Eunso menoleh ke belakang ke arah Jeyeon. Ia tahu ia akan dibawa ke siapa sekarang, tetapi
ia tidak akan dengan sukarela dibawa begitu saja.

“Jeyeon-ssi, kumohon, jangan serahkan aku pada mereka.”

Jeyeon melihat Eunso dengan perasaan sedikit bersalah. Entah kenapa perasaan itu tiba-tiba
saja muncul. Jeyeon menggelengkan kepalanya, membuang perasaan itu jauh-jauh.
Selangkah lagi ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan.

“Tunggu, kau tidak bisa membawanya begitu saja. Kita harus barter. Kalian berjanji akan
memberikan Kyuhyun padaku sebagai imbalannya.”

Pria itu menatap Jeyeon dengan senyum dingin. “Nona Shin, apa kau pikir kami akan
memenuhi perjanjian itu? Sudah lama kami bekerja dengan tidak menepati janji.”

“Lalu, kalian akan pergi begitu saja? Tanpa memberikan imbalan padaku? Jika begitu, aku
tidak akan mengizinkan kalian membawa wanita itu.” Jeyeon berlari menghadang pria-pria
yang membawa Eunso. “Berikan padaku wanita itu.”

Jeyeon hendak merebut Eunso, tetapi gerakan tangannya terhenti dan tiba-tiba saja diputar
mengarah ke atas. “Aaarghh, sakiiitt!” teriaknya keras.

“Kau tidak akan mendapatkan apa pun. Tapi, jika kau terus menghalangi kami, hanya
kesakitan yang akan kau dapatkan.” Pria berjaket hitam itu mendorong Jeyeon hingga wanita
itu terjatuh dan membentur tembok.

Melihat majikan mereka diperlakukan dengan kasar, kedua pria yang membawa Eunso tadi
bereaksi cepat. Namun, kalah cepat dengan gerakan pria berjaket hitam itu. Ia mengarahkan
senjatanya ke arah kedua pria itu yang langsung terjatuh dan mati begitu saja. Jeyeon
menatap ngeri kedua anak buahnya yang menurutnya adalah orang-orang yang handal dalam
membela dirinya.

“Jika kau masih menghalangi kami, maka kau akan menyusul mereka berdua, Nona Manis.”

Setelah mengucapkan kalimat yang membuat bulu kuduk Jeyeon merinding, para yakuza itu
berjalan dengan menarik Eunso bersama mereka.

Eunso menoleh ke belakang sekali lagi, melihat Jeyeon yang masih memegang tangannya
yang sakit. Tidak ada harapan lagi. Jeyeon tidak akan bisa menolongnya. Ia akan dibawa
kepada Hiroki Kisaragi. Apa yang harus ia lakukan?

“Kyuhyun Oppa, bagaimana ini?”


PART 8

Matahari telah menunjukkan dirinya kepada bumi, burung-burung pun bersiul menandakan
mereka sedang bergembira menyambut hari yang cerah. Tapi berbeda dengan Kyuhyun, pria
itu sama sekali tidak terlihat bergembira pagi ini.

Woobin berdiri tidak jauh dari Kyuhyun, ia menatap lama punggung bosnya yang saat ini
sedang duduk berlutut di tanah berumput sambil menatap ke atas langit yang mulai terang.
Woobin tidak bisa menggambarkan seperti apa perasaan Kyuhyun saat ini, Bosnya telah
merasa tidak berdaya karena kehilangan istri yang sangat dijaganya selama ini, ingin rasanya
Woobin menghampiri Kyuhyun tapi ia tidak ingin membuat bosnya malu dengan
perasaannya saat ini.

Suara deru mobil yang berhenti tidak jauh dari jalanan mengalihkan perhatian Woobin, ia
bisa melihat Donghae keluar dari mobilnya dengan tergesa-gesa. Setelah kejadian
menghilangnya Eunso, Woobin menghubungi Donghae untuk mengabari situasi yang saat itu
sedang terjadi. Baginya Donghae adalah pria asing yang baru ditemuinya sebulan lalu, ketika
ia menemui Eunso di kampus waktu itu. Tapi, dua hari yang lalu Kyuhyun memperkenalkan
Donghae kepada Woobin, menjelaskan siapa sebenarnya Donghae dan rencana yang mereka
buat.

Pelarian dan persembunyian untuk Eunso dan Jieun. Itulah yang Kyuhyun dan Donghae
rencanakan, tapi sayangnya rencana itu gagal karena disaat Kyuhyun sedang
menyembunyikan Eunso di rumah pantai dengan alasan berlibur, mereka diserang oleh
beberapa ninja, seseorang telah membocorkan rahasia tersebut. Mungkin iming-iming uang
yang besar dari Shin Jeyeon membuat salah satu anak buah Kyuhyun berkhianat.

Donghae berjalan melewati Woobin begitu saja karena tujuannya adalah Kyuhyun. Tatapan
kemarahan terlihat jelas di mata Donghae, setelah mendapat kabar bahwa Eunso menghilang,
Donghae langsung melajukan mobilnya ke lokasi kejadian. Inilah yang ia takutkan jika
Kyuhyun mendekati Eunso.

“Brengsek kau.. kau bilang akan menjaganya, Kyu.” kalimat Donghae terhenti begitu pula
langkahnya, Kyuhyun menundukkan kepalanya, tangannya bergetar menutupi kepalanya,
menyembunyikan tangisnya. Donghae tidak pernah melihat Kyuhyun dalam kondisi seperti
ini, ia tahu Kyuhyun adalah pria yang kuat bahkan ketika ia dipukul hingga hampir mati
sepuluh tahun yang lalu, Kyuhyun tidak pernah menitikan airmatanya sama sekali. Tapi
sekarang, sahabatnya itu tertunduk dengan tangan menutupi kepalanya dan menangis dalam
diam.

Menghilangnya Eunso bisa mengartikan segala hal bagi Kyuhyun, Eunso seperti napas untuk
Kyuhyun. Eunso adalah segalanya, dunianya. Gadis itu kemungkinan masih bisa selamat
karena ditahan oleh Shin Jeyeon atau akan mati karena berada di tangan Hiroki Kisaragi.
Kabar buruknya adalah, Kisaragi ikut andil dalam penyerangan malam itu. Donghae tahu itu.

“Ya Tuhan..” Donghae mengembuskan napasnya sambil menatap kosong ke langit biru. Ia
tahu perasaan Kyuhyun saat ini, ia pun merasakannya, perasaan takut tidak akan pernah
melihat Eunso lagi. Donghae memutuskan untuk tetap berdiri di tempatnya seperti Woobin,
hanya memandangi punggung Kyuhyun dari kejauhan, tidak berani mendekat sedikit pun.

Airmata mengalir saat Kyuhyun sedang sibuk berada dalam pemikirannya sendiri, ia tidak
bisa membayangkan hal yang akan dihadapi Eunso saat ini. Mungkin saja istrinya sedang
dibawa ke hadapan Hiroki Kisaragi atau bahkan istrinya sudah berhadapan dengan Hiroki
Kisaragi. Kyuhyun berharap, sangat berharap Eunso masih belum bertemu dengan pemimpin
Yakuza itu. Kyuhyun memang melatih Eunso agar bisa bermain pedang, tetapi tetap saja
Eunso tidak akan bisa menang dari siapa pun saat ini, karena keahliannya memainkan
samurai tidak lebih pandai dari anak SD sekali pun.

Apa yang akan Hiroki Kisaragi lakukan pada Eunso jika pria itu telah melihat Eunso?
Ditahan sebagai sandera atau akan langsung dibunuh? Belajar dari pengamatannya selama
dua tahun mengintai Markas Yakuza itu, Eunso bisa saja langsung dibunuh, tidak.. Kyuhyun
pernah melihat Kisaragi memberikan seorang gadis kepada anak buahnya untuk dinikmati
secara bergilir lalu dibunuh. Perilaku yang sangat biadab dan tidak termaafkan.

Kyuhyun meremas rambutnya dengan kedua tangannya membayangkan hal itu bisa saja
terjadi pada Eunso. “Anniya.. jangan Eunsoku.. jangaaaann…” Bulir airmata kembali jatuh
melewati matanya, perasaan takut dan tidak berdaya pertama kali menghampirinya.
Seharusnya ia tahu kelemahan terbesarnya adalah Eunso, seharusnya ia tahu bahwa memiliki
gadis itu sama saja dengan membuat gadis itu berada dalam bahaya. Aah tidak, ia sudah tahu
itu semua, hanya saja keegoisannya lebih besar saat itu.

“Kyu-aaa..” suara Donghae memanggilnya dari belakang, Kyuhyun sama sekali tidak
bereaksi mendengar panggilan itu, bahkan ketika tangan Donghae meremas pundak Kyuhyun
erat. “Kyu-aa, kita harus pulang dan mencari jalan untuk menemukan Eunso.”

Tangan Donghae merangkul pundak Kyuhyun dan menarik Kyuhyun beridiri. “Kajja.”
dengan bantuan Woobin mereka membimbing Kyuhyun yang masih terdiam itu menuju
mobil, dan pulang ke rumah persembunyian mereka.

“Jieun-ssi?”

“Seungmi-ssi?”

Jieun dan Seungmi sama-sama terkejut ketika mereka berdua bertatapan muka. Jieun terkejut
melihat putranya Lee Donghae berada di kamarnya dan mengajaknya untuk pergi dari rumah
keluarga Cho, tanpa mengetahui penjelasan dari pelarian itu Jieun mengikuti Donghae dalam
diam, jika Donghae sudah bertindak Jieun tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi. ia
memercayai putranya sama seperti ia memercayai suaminya yang sampai saat ini tidak
diketahui keberadaannya.

“Bukan kah kau berada di Jerman?” tanya Jieun bingung, ia ingat Eunso pernah menceritakan
perihal Seungmi yang menyusul Hyunjin ke Jerman.

“Oo.. hanya saja Hyunjin Oppa ingin kembali ke Korea dan tinggal di sini untuk pemulihan
kondisinya.” Seungmi tersipu malu ketika menjelaskan alasan mereka yang tiba-tiba saja
berada di rumah peristirahatan tersembunyi milik keluarga Cho. Ditambah lagi, mereka
pulang ke Korea tanpa mengabari Kyuhyun atau siapa pun, ini seperti melarikan diri hanya
berdua saja.

Jieun menaikkan alisnya terkejut mendengar Seungmi memanggil Hyunjin dengan tambahan
oppa, lalu tersenyum menyadari situasi yang mungkin sudah terjadi di antara kedua orang itu.
Jieun menganggukkan kepalanya mengerti lalu memutar tubuhnya kembali pada
kesibukannya sebelum melihat Seungmi. Jieun sedang memandangi ponselnya, menunggu
sebuah panggilan dari seseorang yang ditunggunya selama ini ketika Seungmi masuk dengan
membawa belanjaan di tangannya.

“Jieun-ssi, apa yang membawamu ke sini? Apa kau datang sendirian?” Seungmi meletakkan
belanjaannya di atas meja dapur lalu menghampiri Jieun bingung, ia melihat adanya
kesedihan dan kecemasan dari ekspresi Jieun.

“Putraku yang membawaku ke sini, aku tidak tahu jelas apa alasannya.”

“Aku tidak tahu jika kau punya seorang putra.” Seungmi terkesiap kaget mendengar berita
itu, yang Seungmi tahu Jieun hanya memiliki satu anak, yaitu Eunso.

“Bagaimana jika kita menunggu putraku pulang dulu, agar ia bisa menjelaskan semuanya ke
kita berdua?”

Seungmi menganggukkan kepalanya mengerti. “Kau benar, kita juga harus menunggu
Hyunjin Oppa pulang, saat ini dia pasti masih asik berjalan santai menghirup udara pagi.”
Seungmi kembali tersipu.

Jieun tersenyum lagi, jelas sesuatu yang baik telah terjadi di antara Seungmi dan Hyunjin.

Seungmi dan Jieun hanya berdiri tegak di beranda rumah sambil menatap ke arah jalan,
menunggu siapa saja yang lebih dulu sampai. Hyunjin-lah yang pertama kali tiba di rumah, ia
juga sama terkejutnya seperti Seungmi ketika melihat Jieun berada di rumah
persembunyiannya. Berbeda dengan Seungmi yang selalu tersipu malu ketika matanya
bertemu dengan mata Hyunjin, Hyunjin terlihat lebih santai dan acuh. Jieun menceritakan apa
yang terjadi kepada Hyunjin. Tidak bisa menuntut apa pun dari Jieun, hyunjin pun
memutuskan untuk menunggu Donghae seperti yang Jieun katakan.

“Kau sudah memasak?” tanya Hyunjin kepada Seungmi.

“Oo..? belum,” jawab Seungmi, masih dengan wajah yang merona malu.
Hyunjin menyentuh pipi Seungmi yang merona lalu tersenyum. “Masaklah sesuatu untuk
anak-anak itu nanti, Sayang.”

BLUUUSSSHHH.. wajah yang merona itu berubah menjadi sangat kemerahan. Seungmi tidak
mengira Hyunjin akan memerlakukannya seperti itu di depan Jieun. Jieun pun tidak kalah
merona melihat adegan itu, tentu saja siapa pun pasti akan malu ketika melihat adegan penuh
cinta dari dua orang dewasa yang sudah berumur itu. Tidak salah lagi, Hyunjin dan Seunmi
memang sudah saling terbuka dengan perasaan mereka masing-masing.

Seungmi langsung melarikan dirinya dengan wajah memerah ke dapur, meninggalkan


Hyunjin dan Jieun berdua. Satu jam berlalu Hyunjin memutuskan untuk masuk ke dalam dan
membersihkan dirinya serta berganti pakaian. Jieun tetap berdiri dalam diam menunggu
kepulangan Donghae, entah ada hubungan apa antara Donghae dan Kyuhyun, kenapa
Donghae membawanya ke rumah persembunyian ini, ia berharap putranya pulang membawa
kabar yang menenangkan, meskipun ia tahu sesuatu sedang terjadi, Jieun tetap berharap
putranya membawa kabar gembira ketika ia pulang.

Setelah menunggu lama Jieun melihat mobil yang dibawa Donghae saat berangkat dan
beberapa mobil lainnya mengikuti di belakangnya. Jieun mengembuskan napasnya lega
ketika melihat mobil Kyuhyun berada di antara mobil itu, jadi benar dugaannya. Donghae
dan Kyuhyun saling mengenal.

Jieun sudah hendak berlari menghampiri Donghae namun berhenti di tengah jalan ketika ia
menyadari sesuatu yang berbeda, Donghae terlihat tidak bersemangat begitu juga Woobin.
Jantungnya berdetak kencang, Kyuhyun keluar menyusul Donghae dan Woobin, penampilan
Kyuhyun-lah yang mengejutkan Jieun, darah merembes di bajunya, kepalanya terluka dengan
noda darah masih tersisa di pelipisnya. Tanpa sadar Jieun menoleh ke belakang pintu mobil,
menunggu seseorang yang akan menyusul ketiga pria itu, namun pintu mobil itu malah
tertutup dengan keras. Seketika itu juga dada Jieun terasa sesak, napasnya memburu kencang
dan matanya perih karena desakan airmata.

“Andwee…, jangan putriku…” Jieun terperosot jatuh ke tanah, ia menangis dengan tangan
menutupi mulutnya. “ya Tuhan, Eunso-yaa..”

“Eomma..” Donghae berlari menghampiri ibunya lalu memeluknya erat. Mengusap kepala
ibunya yang menangis tersedu-sedu di dadanya.

Kyuhyun menoleh sekilas ke arah Jieun dan Donghae ketika kakinya terus melangkah
menuju teras rumah, ia menaiki undakan lalu duduk di tangga terbawah. Matanya menatap
ibu dan anak yang masih berpelukan itu, rasanya begitu kosong dan hampa saat ini. ia merasa
bersalah kepada kedua orang itu, jika bukan dirinya pasti saat ini Eunso sedang tertawa
gembira bersama ibunya. Kyuhyunlah penyebab Eunso dibawa pergi hari ini, karena
kelalaian dan terlalu percaya diri membuat Kyuhyun kehilangan Eunso.

Kyuhyun meremas rambutnya kasar, saat ini Eunso entah berada di mana. Ya Tuhan, apa
yang terjadi pada Eunso, lalu bayi mereka, apakah baik-baik saja setelah malam ini? Tiba-
tiba seseorang duduk di sebelahnya, Kyuhyun menolehkan kepalanya lalu melebarkan
matanya terkejut. “Appa..?”

“Nee.. ini aku.”


“Tapi kau, bukankah kau di Jerman? Aku tidak bisa menghubungimu dan imo.”

Hyunjin mengangguk sekilas. “Aku memutuskan untuk melanjutkan perawatan di Korea, aku
memang sengaja tidak mengabari siapa pun saat memutuskan untuk pulang ke sini.”

“Lalu imo?”

“Dia ada bersamaku.”

Kyuhyun tidak bisa bereaksi saat ini, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda lega
bahwa imo-nya baik-baik saja, sama seperti ayahnya yang sempat ia khawatirkan karena
menghilang dan tidak bisa dihubungi. Namun ia tetap tidak bisa bersyukur lega, karena satu-
satu gadis yang dicintainya telah dibawa pergi dari dirinya.

“Melihat tidak adanya Eunso, aku sedikit mengerti apa yang sebenarnya terjadi, kau
berhutang penjelasan padaku, tapi itu bisa nanti.” Hyunjin menatap langsung ke mata
putranya. “Tetapi aku tidak ingin melihatmu lemah seperti ini.” Hyunjin memegang tengkuk
Kyuhyun lalu mendekatkan wajahnya ke wajah putranya. Memberikan tatapan tegas yang
tidak pernah dilihat Kyuhyun sebelumnya. “Aku pernah lemah seperti ini karena kehilangan
ibumu, larut dalam kesedihan selama bertahun-tahun dan mengingkari perasaanku yang
sebenarnya kepada Seungmi. Kau tidak boleh mengikuti jejakku, cukup aku saja yang
melakoni hal itu.”

Hyunjin membenturkan keningnya ke kening Kyuhyun, Kyuhyun melebarkan matanya


terkejut karena tindakan ayahnya ini. “Belum terlambat bagimu untuk mengambil istrimu
bukan? Pastikan dengan mata kepalamu sendiri apakah istrimu selamat atau tidak, jangan
putus asa dan jangan menyerah. Kau anakku, kau pasti bisa,” sekali lagi Hyunjin
membenturkan kepalanya ke kepala Kyuhyun.

Kyuhyun meleberkan matanya terpana, ini kejadian langka, ia memang tidak pernah memiliki
ikatan emosi terhadap ayahnya sebelum ini, ia memang menghormati dan menyayangi
ayahnya, tetapi semangat dan dukungan seperti ini baru pertama kali ia dapatkan dari
ayahnya.

Tadinya Kyuhyun memang hampir putus asa, karena berbagai macam alasan, sulit untuk
menyerang Kisaragi, meskipun Kyuhyun membawa seluruh anak buahnya, lagi pula ia tidak
tahu Kisaragi berada di mana saat ini untuk menolong Eunso. Kyuhyun merasa dia kembali
menjadi dirinya seperti 10 tahun yang lalu, lemah dan tidak berdaya sampai ayahnya
memberikkanya semangat seperti ini.

“Aku akan menemukan Eunso dan membawanya pulang.” Kyuhyun mengeraskan rahangnya
ketika mengatakan hal itu, kekuatannya telah kembali. Tidak ada waktu untuk merasa
bersalah dan bersedih, ia akan mencari Eunso sampai ke ujung dunia sekali pun. Ia memang
gagal memenuhi janjinya karena kehilangan Eunso, tapi ia akan menebus kegagalannya itu
segera.

“Bagus, Nak, bawa menantuku pulang.”

“Aku akan membawa menantumu pulang Appa, beserta cucumu dalam keadaan hidup.”
Hyunjin menaikkan alisnya mendengar kabar gembira mengenai cucunya, ia tersenyum lalu
menatap lurus ke depan. “Percayalah pada kekuatanmu sendiri, dan kau pasti bisa membawa
mereka dalam keadaan hidup.”

Gelap.. kamar itu gelap, hanya ada penerangan dari sinar bulan malam yang membuat Eunso
bisa melihat sebagian dari isi kamar itu. Kamar itu terisi oleh tempat tidur besar dengan
seprai yang lusuh serta lemari-lemari tinggi berwarna cokelat. Eunso meringkuk di sudut
kamar dengan memeluk lututnya,entah kenapa sejak menginjakkan kakinya di dalam rumah
ini keberaniannya menghilang, tubuhnya bergetar hebat karena perasaan takut. Orang-orang
yang membawanya ke sini terlihat mengerikan, wajah mereka terlihat garang dan tidak
bersahabat, Eunso sering melihat anak buah Kyuhyun dan ia tidak pernah merasa setakut ini
sebelumnya.

KREEEEEKKK..

Pintu kamar terbuka menampilkan sebuah bayangan seorang laki-laki yang menjulang tinggi,
laki-laki memakai jaket hitam yang membawanya paksa dari tangan Jeyeon. Eunso semakin
meringkukkan tubuhnya takut ketika laki-laki itu mendekatinya.

“Kumohon, lepaskan aku,” pinta Eunso lirih.

Tidak memberikan jawaban apa pun laki-laki itu menarik paksa lengan Eunso, membuat
Eunso langsung berdiri, jika tidak, Eunso bisa terseret dan membahayakan keadaannya yang
saat ini sedang hamil. “Kau mau membawaku kemana?”

Laki-laki itu tetap bergeming dan terus menyeretnya keluar kamar. Di luar kamar keadaan
lebih terang, Eunso harus memejamkan matanya agar bisa menyesuaikan pandangannya.
Setelah penglihatannya kembali normal Eunso melihat banyaknya laki-laki yang memakai jas
dengan pedang samurai di pinggang mereka, berdiri di sisi kiri dan kanan sepanjang
perjalanan menuju sebuah ruangan yang tertutup.

Ruangan itu ditutupi oleh pintu geser, mereka masih di korea tentu saja, tetapi entah kenapa
Eunso merasa ia berada di rumah tradisional orang-orang Jepang. Mungkin karena semua
orang yang berada di belakangnya saat ini adalah orang Jepang, termasuk laki-laki yang
menariknya ini. Dan bisa dipastikan orang yang akan ditemui oleh Eunso adalah orang
Jepang juga.

“Bos.. aku membawa gadis ini bersamaku.” laki-laki itu berbicara bahasa Jepang.

“Masuklah.” suara besar seorang laki-laki dari balik pintu terdengar jelas, Eunso tiba-tiba saja
merinding hanya dnegan mendengar suaranya saja.

Pintu bergeser terbuka, dan akhirnya Eunso bisa melihat laki-laki yang berada di balik pintu
itu. laki-laki itu sudah tua, usianya lebih tua dari Hyunjin, rambutnya sebagian sudah
memutih, dan kerutan di wajahnya menjawab semua itu. Tetapi, hal itu tidak mengurangi
kekejaman yang terlihat di wajahnya. Laki-laki itu memakai kimono yang terbuka di
dadanya, menampilkan tubuh yang sudah tua namun masih tetap kekar, ditambah lagi dengan
tato seekor naga disisi kanan dadanya memanjang hingga ke lengannya.

Laki-laki itu sedang duduk di atas kursi kayu yang besar dengan kaki terangkat sebelah dan
tanganya menopang di atas lutut kaki tersebut. Gambar tato mengerikan itu terlihat jelask
ketika laki-laki itu menaikkan tangannya lebih ke atas.

Eunso menelan salivanya pelan, saat ini ia benar-benar takut, tanpa disadarinya tangannya
pun bergetar hebat.

“Putri Lee Taewa,” dengus laki-laki itu dengan menggunakan bahasa Jepang.

“Benar, kami berhasil membawanya,” jawab laki-laki yang menarik Eunso, masih dalam
bahasa Jepang.

“Koga tinggalkan kami.”

“Baik bos.”

Laki-laki yang menarik Eunso yang bernama Koga itu keluar lalu menutup pintu geser,
meninggalkan Eunso berdua saja dengan laki-laki yang lebih tua. “Kau mirip dengan ibumu.”
laki-laki tua itu akhirnya berbicara dalam bahasa Korea.

Eunso hanya bisa berdiam diri menanggapinya, ia sekarang tahu siapa laki-laki itu. sudah
pasti orang yang selama ini mencarinya karena dendam kepada ayahnya. Hiroki Kisaragi. “Di
mana ayahmu?”

Eunso menelan salivanya sekali sebelum menjawab. “Aku.. aku tidak mengerti apa yang kau
bicarakan, aku tidak punya ayah,” jawab Eunso jujur. Itu benar, selama ini yang Eunso tahu
ia memang tidak memiliki ayah.

BRAAAAAKKKK… “JANGAN BERBOHONG PADAKU.”

Eunso terlonjak kaget mendengar bentakan disertai dengan gebrakan keras itu. Eunso
mengepalkan kedua tangannya di depan dada, ia gemetar takut tapi ia tidak akan membuat
laki-laki ini mendapatkan apa yang ia inginkan. “Kalaupun aku tahu aku tidak akan pernah
memberitahukannya padamu,” jawabnya dengan sisa-sisa keberanian yang dimiliki olehnya.

“KAU.” laki-laki itu menggeram marah, dengan gerakan cepat ia berjalan menghampiri
Eunso lalu mencekik leher Eunso. “Teryata selain wajah kau memiliki sifat pembangkang
ibumu.”

Eunso memegang tangan Kisaragi yang mencekiknya, napasnya menjadi tersendat karena
pasokan udara berkurang akibat kuatnya cengkraman tangan Kisaragi di lehernya. “Aku
menyukai wanita cantik, tapi aku tidak pernah suka yang tidak mematuhiku, karena itu
kuberikan dia pada ayahmu yang ternyata adalah musuh dalam selimut.”
Kisaragi menyentakkan Eunso ke samping, membuat Eunso terjatuh sambil terbatuk-batuk
karena gerakan yang tiba-tiba itu. Eunso menarik napas panjang setelah ia kembali terbebas
dari Kisaragi.

“Baiklah, kita lihat, apa ayahmu yang pengecut itu akan muncul di hadapanku setelah ia tahu
putrinya mati ditanganku,” Kisaragi membuka pintu dengan kasar lalu memanggil laki-laki
yang tadi “KOGA.. gadis ini milikmu,” teriak Kisaragi dalam bahasa Jepang.

Eunso melebarkan matanya ngeri, ia tidak tahu apa yang dikatakan oleh Kisaragi pada laki-
laki bernama Koga itu, namun seringai puas di wajah laki-laki bernama Koga itu membuat
Eunso merinding.

“Andwee..” Eunso ditarik berdiri dan diseret dengan tarikan kencang melewati jalan yang ia
lalui tadi, Eunso sadar ia akan dibawa lagi ke dalam kamar gelap itu, dan ia tidak tahu apa
yang akan terjadi padanya setelah ini. Karena itu, Eunso melirik ke salah satu sisi kosong
yang menampilkan pemandangan di luar rumah. Eunso berdiri diam selagi menunggu
seseorang membuka pintu kamar gelap itu, ketika dirasa olehnya pegangan laki-laki bernama
Koga itu mengendur Eunso memulai aksi melarinkan dirinya. Meskipun beresiko ia akan
tetap ditangkap karena ada banyaknya orang di sana, tidak membuat Eunso berhenti berharap.

“Tangkap dia.”

Eunso berlari menuju celah yang dilihatnya tadi, namun sayang seseorang sudah menutup
jalannya, Eunso kemudian berbelok dan berlari ke lain arah, namun dengan cepat seseorang
berhasil menangkapnya. Lengan kekar dan besar melingkar di pinggangnya dan mengangkat
Eunso dengan mudah. “Gadis ini sepertinya ingin bermain-main dengan kita,” teriak
seseorang yang menangkapnya.

Eunso melirik kebagian pinggang laki-laki itu, di mana sebuah samurai tergantung beserta
sarungnya, memanfaatkan hal itu Eunso menarik lepas pedang itu lalu mengayunkannya pada
laki-laki yang memeluk pinggangnnya. “AAKKHHH” laki-laki itu merintih kesakitan.

“Sialan, wanita ini benar-benar merepotkan.”

Eunso menatap satu per satu dari laki-laki yang mengelilinginya itu, ia tidak mengerti apa
pun yang mereka katakan tapi hal itu tidak mengurangi kewaspadaan Eunso, ia akan berjuang
sampai titik darah penghabisan untuk bebas dari tempat itu. Eunso ingin segera pulang, ke
tempat di mana Kyuhyun berada. “Oppa, berikan aku kekuatanmu.”

.
TRAAAAKKK…

Layar ponsel yang dipegang oleh Kyuhyun retak, entah karena kuatnya cengkraman Kyuhyun
atau karena adanya firasat buruk. Donghae melirik ke belakang di mana saat ini Kyuhyun
sedang duduk bersama ayahnya sedangkan Woobin mengemudikan mobilnya. Hyunjin juga
melirikkan matanya pada layar ponsel yang retak itu lalu ke wajah Kyuhyun yang menegang.

Kyuhyun membalikkan ponselnya lalu menoleh ke luar jendela mengembuskan napasnya


keras. “Aku menekan layarnya terlalu keras,” ujar Kyuhyun, berusaha memberikan alasan
untuk retaknya layar ponsel itu.

“K au yakin Shin Jeyeon bisa memberikan informasi dimana beradanya Eunso?” Hyunjin
tidak memedulikan alasan kenapa layar ponsel itu bisa retak.

“Aku yakin, yang menyerang di hutan saat itu adalah orang-orang keluarga Shin,” Kyuhyun
menatap lekat rumah besar yang saat ini berada di depan mereka, rumah itu-lah tujuan
mereka saat ini, rumah keluarga Shin. Kyuhyun dan Donghae langsung menghambur keluar
begitu mobil mereka berhenti. Dengan langkah yang cepat mereka bergegas ingin menemui
pewaris satu-satunya nama keluarga Shin. Hyunjin dan Woobin mengikuti dari belakang
dengan langkah yang sedikit lebih pelan.

Kedatangan mereka membuat gempar rumah itu, termasuk pemilik rumah. Shin Daewon
tidak pernah berharap rumahnya akan didatangi oleh musuh lamanya yaitu Hyunjin, ia tidak
pernah menyukai kedatangan seperti ini, terlebih lagi kedatangan Hyunjin yang bersamaan
dengan anak laki-lakinya serta beberapa anak buah yang terlihat tangguh, membuat Daewon
sedikit waspada. Sangat jelas terlihat bahwa kedatangan ini tidaklah bersahabat.

“Ada maksud apa kalian datang kerumahku?” Shin Daewon mengeraskan rahangnya,
menatap satu per satu dari wajah keempat orang di hadapannya.

“Di mana Shin Jeyeon?” geram Kyuhyun.

Daewon menaikkan alisnya sebelah. “Kenapa kau mencari putriku?. Bukankah sudah jelas,
kau tidak menginginkan putriku?”

“Sekarang aku menginginkannya mati karena telah menculik istriku.”

“Mwo..?. yaak.. jangan sembarangan menuduh putriku.”

“Aku tidak sembarang menuduh, aku tahu pasti siapa dalang dari penculikan malam tadi. Dan
jangan berpura-pura bodoh Tuan Shin, kau juga pasti tahu rencana busuk putrimu.”

Daewon melebarkan matanya marah, ia tidak suka dituduh apa lagi tuduhan itu berasal dari
bocah ingusan yang keras kepala, pikir Daewon. “panggil Jeyeon ke sini,” teriak Daewon
pada salah seorang pelayan. “kita buktikan sendiri apakah tuduhanmu itu benar atau tidak.”

.
Back to Markas Kisaragi di Seol

Eunso mempraktekkan semua yang dipelajarinya dari Kyuhyun, meskipun terkadang sabetan
samurainya meleset, Eunso sudah cukup puas karena sejauh ini ia sudah berhasil menjauh
dari orang-orang itu. Eunso menoleh ke belakang kearah orang-orang yang mengejarnya.
Halaman rumah itu cukup luas dan ditumbuhi oleh beberapa pohon yang cukup rindang
sehingga Eunso bisa memanfaatkan pohon-pohon itu untuk bersembunyi.

Eunso duduk di balik pohon besar sambil mengatur deru napasnya. Sepertinya sudah hampir
satu jam ia berlari kesana kemari dan melawan orang-orang itu. Peluh sudah membasahi
tubuhnya dan napasnya tersendat-sendat karena kelelahan. Eunso mencengkeram kuat
samurai yang berhasil diambil olehnya dari seorang pria tadi sambil memejamkan matanya.

“AAKKHHH..” Eunso meringis sakit ketika tanganya bersentuhan dengan kulit pohon, ada
beberapa goresan benda tajam di tangan dan tubuhnya. Bajunya yang berwarna pink berubah
karena bercak-bercak darah, Eunso memang tidak memiliki pengalaman bertarung yang
sesungguhnya, pelajaran memegang samurai pun hanya dipelajarinya baru-baru ini, wajar
jika Eunso banyak mendapati luka di tubuhnya. Tapi Eunso harus berpuas diri, karena ia bisa
mengimbangi orang-orang tersebut.

“Di mana gadis itu?”

“Cari lebih teliti, dia pasti bersembunyi di suatu tempat.”

“Aaiisshh.. Bos pasti marah jika tahu gadis itu menghilang,”

Eunso merapatkan tubuhnya lebih menjorok ke dalam persembunyiannya, kepalanya


ditelengkan menyamping untuk mengawasi orang-orang yang melewatinya, tangannya yang
memegang samurai bergetar karena rasa takut. Eunso tahu jika kali ini mereka bisa
menemukan Eunso, Eunso tidak akan bisa lari lagi. Eunso sudah lelah, ia juga sudah banyak
mendapati luka, ditambah lagi Eunso sudah tidak sanggup untuk berlari, perutnya sudah
terasa sakit karena keram. Sungguh tidak masuk akal bagi seorang wanita yang sedang hamil
berlarian ke sana ke mari dan bertarung memakai samurai.

“Aegi-ya.. mianhae..” Eunso mengusap perut bawahnya, keram kembali datang di perutnya,
menandakan bahwa bayinya sudah tidak sanggup mengikuti keinginan ibunya untuk
bertarung lagi. Suara-suara yang mencarinya sudah tidak terdengar, Eunso menolehkan
kepalanya keluar dari pepohonan lalu mendesah lega, tidak ada lagi orang-orang yang
mencarinya. Eunso menaikkan alisnya bingung, tidak mungkin orang-orang itu menyerah
begitu saja. apa yang terjadi?

Menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba saja muncul sosok seorang pria bertubuh tinggi berdiri di
hadapannya. Eunso mendongakkan kepalanya ke atas melihat orang yang telah berhasil
menemukannya. Matanya bertemu dengan mata pria itu, tatapan tajam dan haus akan
kekejaman terlihat jelas di mata pria itu. ia tertangkap..???

.
@Shin Daewon House

“Mwo..? Jeyeon tidak ada?”

“Maaf, Bos, kami sudah mencarinya ke mana-mana.” suara pelayan yang bertugas
memanggil Jeyeon bergetar karena takut akan kemarahan majikannya.

“Apa dia tidak pulang malam ini?” tanya Daewon lagi kepada pelayan itu.

“Sepertinya tidak, Bos.”

PLAAAAKKK.. “Tugasmu adalah mengawasi putriku, bagaimana mungkin kau tidak yakin
seperti itu?” tanpa adanya rasa belas kasihan sedikit pun Daewon memukul pelayannya
begitu saja. Ia memang punya firasat buruk setelah Jeyeon memberitahukan perihal istri dan
putri dari pria yang dicari oleh Kisaragi, karena itu, ia meminta pelayan di rumahnya untuk
terus mengawasi Jeyeon. Tapi putrinya tetaplah putrinya, licik dan penuh tipu muslihat.
Pengawasan seperti apa pun tidak akan bisa menghentikannya.

Daewon melirik ke arah Kyuhyun dan Hyunjin dengn wajah tanpa ekspresi sedikit pun.
“Kalian dengar sendiri, kan? Putriku tidak ada di rumah.”

Kyuhyun mengeraskan rahangnya marah, ia tahu pelayan itu tidak berbohong, siapa pun bisa
melihat dengan jelas ketakutan di mata Si Pelayan. Tapi Kyuhyun tidak akan menyerah
begitu saja, sepertinya ia harus memakai kekerasan untuk menemui Jeyeon.

Sebelum Kyuhyun bertindak seseorang masuk dan berdiri terpaku di depan pintu. Kyuhyun
menatap langsung ke dalam mata Jeyeon yang melebar terkejut, dengan langkah yang lebar
dan cepat Kyuhyun berjalan menghampiri Jeyeon dengan tangan terulur ke depan dan siap
mencekik Jeyeon.

“Kyaaa…” Jeyeon terkesiap kaget ketika merasakan cengkeraman jari-jari Kyuhyun di


lehernya.

“Di mana Eunso?”

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.. aakkhhhh.. Appo.” Kyuhyun mengeratkan
cengkraman jarinya, jika saja Kyuhyun memiliki kuku yang tajam sudah pasti kukunya akan
menancap di leher Jeyeon saat ini.

“Yaakk.. apa yang kau lakukan pada putriku, lepaskan dia.” Daewon melangkah ke depan
hendak melepaskan putrinya dari Kyuhyun namun langkahnya terhenti ketika Woobin
menghalanginya dengan mengacungkan sebuah pistol langsung ke kepala Daewon.

“Aku akan membuatmu menderita sebelum aku membunuhmu, katakan di mana istriku, Shin
Jeyeon.” Jeyeon tidak bisa berteriak atau pun menjawab pertanyaan Kyuhyun, kuatnya
cengkraman Kyuhyun membuatnya sulit bernapas dan airmata kesakitan keluar begitu saja
dari matanya. Tangannya masih terasa sakit karena dipelintir oleh laki-laki bernama Koga,
sekarang lehernya serasa akan putus saat ini juga.
“Lepaskan putriku, kalian benar-benar kurang ajar. Menyerangku di rumahku sendiri, kalian
pikir, kalian sangat hebat bisa melawan anak buahku..haah?!” teriak Daewon, berusaha untuk
tetap menyelamatkan Jeyeon.

“Kau tahu, kami bisa menang dengan mudah ‘kan Daewon-aa. Tidak ada gunanya
memanggil anak buahmu.” Daewon menoleh ke arah Hyunjin dengan pandangan tidak
peduli. Sudah lama ia sadar, bahwa ia tidak akan pernah menang dari keluarga Cho, karena
itu ia tidak pernah berniat untuk melawan Hyunjin lagi, tetapi di sini, saat ini, ia merasa
dipermalukan karena putrinya disiksa di depan matanya sendiri. Daewon menoleh ke arah
Kyuhyun yang masih mencekik Jeyeon, ia masih memiliki harga diri. “Lepaskan dia Cho
Kyuhyun. Biarkan dia mengatakan yang sebenarnya padamu, jika apa yang kau katakan
memang benar, maka aku sendiri yang akan menghukum putriku.”

Kyuhyun tidak bergeming, cengkramannya masih sangat kuat, Kyuhyun tahu Jeyeon sudah
hampir kehabisan napas, tetapi tangannya tetap tidak mau beranjak dari sana.

“Kyu-aaa..” Donghae menggenggam pergelangan tangan Kyuhyun dan menariknya lepas.


“Sudahlah teman, biarkan wanita ini bernapas sejenak untuk menjawab pertanyaanmu.”

Kyuhyun melirik ke arah Donghae kemudian secara perlahan cengkramannya pun mengendur
dan terlepas dari leher Jeyeon. Jeyeon jatuh terduduk, ia terbatuk dan menarik napas panjang
setelah terbebas dari Kyuhyun.

“Sekarang jawab aku.” geram Kyuhyun.

Jeyeon mendongak ke atas, ke wajah Kyuhyun yang terlihat menakutkan karena marah, lalu
ke arah Donghae yang telah menyelamatkannya dari kebengisan Kyuhyun, lalu ke arah
ayahnya yang menganggukkan kepalanya memberikan dukungannya. “Tadinya pagi ini, aku
akan menyerahkan istrimu pada Kisaragi, tapi mereka membawanya paksa dariku malam
tadi.” Jeyeon mengusap lehernya yang saat ini memerah dan terasa perih.

“Ke mana mereka membawanya?”

“Aku tidak tahu pasti, aku pernah mendengar salah satu dari mereka mengatakan sebuah
markas, mungkin di sana.” Dengan suara lemah dan tidak bertenaga Jeyeon memberikan
alamat itu kepada Kyuhyun.

Setelah mengetahui pasti di mana rumah itu, Kyuhyun, Donghae, Hyunjin, dan Woobin pun
bergegas meninggalkan rumah keluarga Shin. meninggalkan Jeyeon dengan ayahnya yang
pasti akan menghukum putrinya karena telah tidak patuh pada perintahnya.

“Woobin-aa, samuraiku.” Woobin mengeluarkan sebuah samurai dari bagasi mobil dan
menyerahkannya kepada Kyuhyun. Kyuhyun mengambil samurainya dari tangan Woobin
namun gerakannya tertahan ketika Donghae ikut memegang samurainya. “Wae..?”

Donghae menatap takjub samurai milik Kyuhyun, “Dari mana kau mendapatkan samurai
ini?”

“Nee..?”
.

Kembali ke Eunso dan Markas Kisaragi

Eunso masih terpaku menatap mata elang milik pria yang berdiri di depannya, pandangannya
menjadi sejajar dengan pria itu ketika pria itu berjongkok di hadapannya, mata menakutkan
milik pria itu tiba-tiba melembut, warnanya yang cokelat membuat perasaan Eunso tiba-tiba
berubah menjadi damai. Eunso seperti mengenal mata itu, entah kenapa Eunso merasa ia
sering bertemu dengan pria ini melalui mata seseorang. Mungkinkah?

“Kau tumbuh menjadi gadis yang cantik.” suara itu berat namun terdengar lembut di telinga
Eunso.

“Jangan-jangan.. Appa?” bisik Eunso.

Pria itu tersenyum dan detik itu juga Eunso sadar mata siapa yang dilihatnya, tentu saja
Donghae mewarisi mata milik ayah mereka. Eunso selalu melihat mata ayahnya dari mata
Donghae. Bahkan cara ayahnya tersenyum juga mirip seperti Donghae, hanya saja pria di
hadapannya saat ini lebih tua dan berwajah lebih tegas.

“Aku yakin, Mariko sudah menjelaskan yang sebenarnya padamu, ya? Mianhae, karena
Appa, kau harus mengalami peristiwa seerti ini.” pria itu mengulurkan tanganya ke wajah
Eunso, mengusap sedikit darah yang menetes dari pipi itu karena goresan luka yang didapati
oleh Eunso ketika berusaha untuk menjauh dari pria-pria yang mengejarnya tadi.

Eunso terpaku menatap wajah pria yang berada di hadapannya, jadi seperti ini wajah
ayahnya? Seperti inilah sosok Lee Taewa. “Tapi.. tapi, kenapa kau ada di sini? Mereka
mencarimu, sebaiknya Appa pergi dari sini.” keluar dari rasa terkejutnya tiba-tiba Eunso
tersadar, di mana mereka saat ini. Eunso ditangkap hari ini karena mereka mencari ayahnya,
lalu kenapa ayahnya berada di sini saat ini.

“Mereka tiba-tiba berangkat ke Korea, aku mengira mereka sudah menemukan


keberadaanmu dan ibumu. Setelah aku menemukan tempat ini, aku menyelinap masuk dan
melihatmu berusaha melarikan diri. Kukira kau hanya seorang gadis yang bermasalah dengan
mereka, tidak kusangka mereka telah menangkap putriku.”

Taewa menolehkan kepalanya ke belakang, mendengar suara beberapa orang yang berlarian
mendekati mereka. “Kau bisa berdiri sayang?”

Eunso menggelengkan kepalanya, ia sudah kehabisan tenaga. “Kakiku lemas, perutku juga
keram.”

“Kalau begitu, kemarilah.” Taewa berputar dan Eunso dihadapkan dengan punggung lebar
milik ayahnya, apa ayahnya menyuruhnya untuk naik ke punggung itu? perlahan namun pasti
Eunso mengulurkan tangannya melewati leher Taewa dan dengan mudah Taewa
menggendong Eunso di punggungnya.
Eunso lag-lagi terdiam, perasaan damai dan nyaman menghampirinya saat itu juga. Jadi
seperti ini rasanya berada di gendongan seorang ayah. Seperti ini rasanya merasa terlindungi
karena ayahmu akan menjagamu. “Aku akan mencari tempat untukmu berlindung, selagi aku
mengurusi orang-orang ini. Sudah saatnya aku keluar dari persembunyian dan menghadapi
Kisaragi secara langsung.”

Eunso menganggukkan kepalanya, menuruti apa pun yang ayahnya katakan. Setelah menjauh
dari balik pohon tempatnya bersembunyi Eunso bisa melihat beberapa mayat dari orang-
orang yang mengejarnya. Ayahnya telah menghabisi orang-orang itu sebelum menunjukkan
dirinya pada Eunso. Eunso menyandarkan pipinya di bahu Taewa lalu memejamkan matanya,
rasanya begitu nyaman, kemudian Eunso menyerah pada rasa Lelah yang menggerogoti
seluruh tubuhnya.

Kyuhyun menaikkan alisnya bingung mendengar pertanyaan Donghae, namun Kyuhyun tetap
menjawab pertanyaan itu agar mereka bisa langsung bergegas ke tempat yang ditunjukkan
oleh Jeyeon tadi. “Kau tahu kita tidak bertemu selama lima tahun kan?” Donghae
menganggukkan kepalanya. “Aku mendalami ilmu bermain samurai dari seorang guru, dialah
yang memberikanku samurai ini. Waeyo..?”

Donghae memandangi pedang itu dengan takjub, ia pikir orang itu benar-benar menghilang
dan tidak tahu lagi keberadaannya di mana. “Samurai ini milik ayahku.” Donghae menaikkan
pandangannya ke arah Kyuhyun, “Aku rasa guru belajar pedangmu itu adalah ayahku.”

Kali ini Kyuhyun melebarkan matanya terkejut, ia tidak mengira seorang pria yang tidak
sengaja ditemuinya 5 tahun yang lalu, yang mengajarinya cara bertarung dengan samurai
adalah ayah Donghae.

Eunso tertidur selagi Taewa membawanya ke tempat yang lebih aman, di lantai paling atas
sebuah bangunan tua yang tidak berpenghuni. Taewa menurunkan Eunso secara perlahan di
lantai, meletakkan jaketnya di bawah kepala Eunso, lalu membaringkan Eunso yang sama
sekali tidak terbangun. Dengan sangat hati-hati Taewa memeriksa denyut nadi Eunso dan
bernapas lega karena tahu Eunso akan baik-baik saja setelah ini meskipun dengan beberapa
luka di tubuhnya.

Taewa berdiri dan berjalan ke arah rumah tradisional milik Kisaragi, ia tidak pernah tahu
Kisaragi memiliki rumah di daerah ini, selama 20 tahun ini, ia tidak berhenti mencari
keberadaan Kisaragi, Lee Taewa tidaklah menyembunyikan diri seperti yang selama ini
Kisaragi pikirkan. Kisaragi memang selalu memakai kekerasan untuk mencapai apa yang
diinginkannya, berbeda dengan taewa yang selalu berpikir sebelum bergerak. Karena itulah
Kisaragi tidak pernah bisa menemukan Lee Taewa.

Diam-diam Taewa meruntuhkan pertahanan Kisaragi dengan menghabisi satu per satu anak
buah terkuat yang dimiliki oleh pria itu. Sadar akan tujuan Taewa, Kisaragi pun semakin
gencar mencari Taewa, namun sayangnya ia malah mendapati bahwa orang-orang tangguh
yang dimilikinya semakin berkurang. Lalu, disaat Taewa berniat untuk bertatap muka secara
langsung dengan Kisaragi, pria itu malah bersembunyi di tempat-tempat yang tidak diketahui
oleh Taewa. meskipun begitu Kisaragi tidak diam saja, ia tetap mencari keberadaan Istri dan
anak-anaknya untuk membalas Taewa. Karena itu, Taewa berhenti mengabari keberadaanya
kepada Donghae, namun akhirnya Kisaragi tetap menemukan Eunso.

Taewa melirik ke arah Eunso lalu mengembuskan napasnya. “Akan kuakhiri ini semua.”
Dengan samurai bersarung terikat di pinggangnnya, Taewa berjalan menuruni bangunan tua
itu lalu bergegas untuk menghabisi kejayaan Hiroki Kisaragi.

Beberapa mobil berhenti tidak jauh dari rumah bergaya tradisional itu, orang-orang yang
memakai jas hitam pun keluar dengan senjata dan samurai berada di tangan mereka. Kyuhyun
dan Donghae keluar secara bersamaan, disusul Hyunjin dan Woobin.

“Di sini tempatnya?” tanya Donghae

Kyuhyun menatap tajam ke arah rumah itu dengan rahang terkatup rapat, ia bisa merasakan
aura kekejaman dari balik rumah itu. “Kajja,” ujarnya, namun langkahnya berhenti ketika
ayahnya ikut berjalan di sebelahnya. “Appa, apa yang kau lakukan?”

“Aku akan ikut bertarung, Nak,” jawab Hyunjin dengan mata yang berapi-api, sudah lama ia
tidak mengalami bertempuran besar seperti ini, tiba-tiba saja ia bersemangat untuk ikut
bertarung.

“Tapi, Appa ‘kan masih sakit.” protes Kyuhyun.

“Yaak.. kau pikir aku adalah pria lemah karena penyakit seperti itu, eoh? Aku akan
membantu membebaskan menantu dan calon cucuku.”

Kyuhyun menaikkan alisnya sebelah lalu mengangkat bahunya tidak peduli. “Terserah,
Appa.”

Mereka masuk lalu terkejut melihat pemandangan di hadapan mereka, beberapa mayat
bersimbah darah tergeletak di lantai kayu rumah dan pekarangan halaman rumah itu. Mereka
menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara adanya petarungan. Mereka berlari secara
bersama-sama menuju tempatnya pertarungan dan terdiam melihat seseorang yang bertarung
sendirian melawan banyaknya orang orang mengelilinganya.
“Appa..”

“Sajangnim?”

Kyuhyun dan Donghae saling merilik sejenak lalu berlari masuk ke dalam lingkaran
pertarungan itu. Mereka menangkis dan mengayunkan samurai ke arah orang-orang yang
menyerang Taewa.

Taewa sedikit terkejut mendapati adanya bantuan, terlebih lagi bantuan itu datang dari
Donghae dan Kyuhyun. sedangkan Woobin dan Hyunjin pun ikut ambil bagian dalam
pertempuran tersebut. Pertarungan menjadi lebih mudah pada pihak Kyuhyun, satu per satu
dari anak buah Kisaragi pun tumbang. Tapi mereka belum bisa bernapas lega karena anak
buah yang lain pun kembali berdatangan.

“Appa.. kenapa kau tiba-tiba ada disini? dalam jeda waktu yang singkat itu Donghae
menyempatkan diri menanyai ayahnya.

“Tidak ada waktu untuk menjelaskannya sekarang Hae-ya. Aku harus masuk dan menemui
Kisaragi sekarang juga.”

“Aku juga harus mencari Eunso.” sambung Kyuhyun.

“Eunso..?” Taewa menaikkan alisnya bingung, bagaimana Kyuhyun bisa mengenal Eunso?
“Dia aman di bangunan itu.” Taewa menunjuk bangunan tinggi di sebelah barat rumah itu.
“Bagaimana kau mengenal Eunso Kyuhyun-aa?”

Kyuhyun mengembuskan napasnya penuh kelegaan mendengar Eunso baik-baik saja.


“Ceritanya panjang, Sajangnim.” Kyuhyun pun bergegas melarikan dirinya menuju bangunan
tua yang ditunjuk oleh Taewa.

Eunso membuka matanya lalu mengerjapkannya beberapa kali karena sinar matahari
menyilaukan dari kejauhan, dengan perlahan ia mendudukkan dirinya dan meringis sakit
ketika merasakan perih-perih di luka goresan samurai yang didapati olehnya. Melupakan rasa
sakit itu, Eunso menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan, merasa bingung di mana ia berada
saat ini. “Appa..?” panggilnya.

Eunso bangkit dan berjalan ke arah satu-satunya sumber suara yang ada saat ini, ia
merapatkan kedua tangannya di depan dada ketika melihat dengan jelas adanya perkelahian
di sebuah halaman rumah yang luas. Rumah yang menjadi tempat perkelahian kubu kyuhyun
dan kubu Kisaragi. “Aboji.. Donghae Oppa..?” Eunso bisa melihat Hyunjin dan Donghae
berada di tengah-tengah perkelahian itu, tetapi ia tidak melihat ayahnya dan Kyuhyun di sana.
“Di mana Kyuhyun Oppa?”
“Ternyata benar dugaanku, kau berada di bangunan ini.” Eunso terkesiap kaget mendengar
suara yang tadi membuatnya merinding takut. Eunso memutar tubuhnya dan membelalakkan
matanya melihat laki-laki bernama Koga berada di belakangnya. “Instingku memang selalu
benar.” Laki-laki itu melangkah maju mendekati Eunso dan anehnya laki-laki itu berbicara
dengan menggunakan bahasa Korea.

“Kenapa kau di sini? Kenapa kau tidak ikut bertarung untuk bosmu?” dengan tangan yang
gemetar, Eunso mundur beberapa langkah menhingdari laki-laki itu.

“Aku lebih tertarik padamu daripada harus repot-repot melidungi bos-ku.” laki-laki itu
semakin mendekat dan mendekat. Eunso berhenti mundur karena telah menabrak tembok
pembatas di belakangnya, namun sekali lagi Eunso tidak akan menyerahkan dirinya begitu
saja. Eunso mengerahkan sisa tenaganya dan berlari menyamping hendak melewati laki-laki
itu, namun sayangnya lengan laki-laki itu lebih panjang dan berhasil melingkar di
pinggangnya.

“Lepaskan aku.. lepaskan aku.” Eunso menendang-nendangkan kakinya di udara. “Andwee..”


Laki-laki itu merebahkan Eunso di atas lantai dan menduduki perut Eunso agar Eunso
berhenti meronta. Rasa keram dan sakit di perutnya membuat Eunso mengeluarkan airmata
tak berdaya. “Andwee.. Kyuhyun Oppa..” Eunso menjerit merasakan tangan laki-laki itu
menyentuh kerah bajunya, berusaha merobek bajunya. “Andwee…”

Jeritan Eunso terdengar lebih kencang, namun Eunso tersadar karena tubuh laki-laki itu tidak
lagi berada di atasnya. Eunso duduk dan akhirnya ia bisa melihat apa yang baru saja terjadi.
Kyuhyun berada di sana, ia berhasil menarik laki-laki itu menjauh dari Eunso. Kyuhyun
melayangkan tinjunya berkali-kali di wajah laki-laki itu, entah kekuatan Kyuhyun memang
besar atau karena ditambah dengan kemarahan hingga pukulannya membuat laki-laki itu
sama sekali tidak bisa membalas.

Eunso menonton dari tempatnya dengan airmata berlinang di wajahnya, ia tidak menyangka
akhirnya Kyuhyun datang dan menyelamatkannya. Setelah mengalami hari yang berat, Eunso
tidak bisa mempercayai matanya sendiri. Tapi ini semua nyata, Kyuhyun benar-benar datang
dan saat ini berada di hadapannya.

“Brengsek.” Kyuhyun melayangkan satu lagi tinju yang membuat laki-laki itu akhirnya tidak
sadarkan diri. Dengan kasar Kyuhyun menendang laki-laki itu lalu berbalik menghadap ke
arah Eunso, napasnya memburu cepat ketika matanya bertatapan dengan mata Eunso.
Kyuhyun dilanda rasa takut ketika ia sedang menaiki tangga mencari keberadaan Eunso dan
mendengar jeritan Eunso. kakinya melangkah cepat menuju atap bangunan lalu napasnya
seolah-olah berhenti ketika melihat laki-laki itu mencoba untuk memerkosa istrinya.

“Eunso-yaa.. Sayang..” Kyuhyun melangkah lebar mendekati Eunso yang mengulurkan


tanganya ke arah Kyuhyun.

“Oppa..” mereka berpelukan erat, saling menyerap energi masing-masing dan melepaskan
rasa rindu. Mereka terpisah hanya dalam waktu satu malam, tetapi rasanya sudah berabad-
abad.

“Gwencana..? perlihatkan wajahmu padaku.” Kyuhyun melepaskan Eunso lalu meneliti


wajah Eunso dengan seksama, Kyuhyun menahan napasnya melihat goresan luka di pipi
putih istrinya. Ia pun memeriksa anggota tubuh Eunso yang lain dan meringis ngeri melihat
banyaknya luka goresan di sepanjang lengan Eunso.

“Aku tidak apa-apa, Oppa. Eunso memeluk Kyuhyun lagi, ia tidak peduli berapa banyak luka
yang didapatinya, ia hanya ingin berada dalam pelukan Kyuhyun. “peluk aku oppa, peluk aku
yang kuat.”

Kyuhyun mematuhi Eunso dengan kembali memeluk gadis itu, ia menyurukkan hidungnya di
leher Eunso lalu menghirup aroma parfum Eunso yang masih menempel di tubuhnya.
“Syukurlah kau selamat, aku benar-benar khawatir.”

“Aku baik-baik saja.”

“Bayinya?”

“Bayinya juga.”

“Syukurlah…” Kyuhyun mengembuskan lagi napasnya, akhirnya perasaan takut di hatinya


menghilang. Ia bisa memastikan sendiri Eunso baik-baik saja sekarang, meskipun dengan
adanya goresan luka di tubuhnya. Kyuhyun tetap bersyukur Eunso baik-baik saja.

Kyuhyun menaikkan mulutnya mencari mulut Eunso, lalu mencium gadis itu dengan
perasaan rindu. Mereka saling berpagutan dan mengecap bibir masing-masing, Eunso
mendesah ketika Kyuhyun membuka paksa mulut Eunso dan menelusupkan lidahnya ke
dalam mulut Eunso.

Kyuhyun melepaskan ciumannya lalu menempelkan bibirnya yang hangat di pelipis Eunso.
“Aku akan membawamu pulang, Sayang, sekarang juga.”

“Bagaimana dengan appa dan yang lainya? Aboji, Donghae Oppa, dan Woobin?”

“Mereka bisa mengatasinya sendiri, aku yakin itu.”

Eunso mendongak, lalu menatap wajah Kyuhyun. “Lalu Kisaragi?”

“Aku yakin ayahmu ingin menyelesaikan pertikaian ini sendiri.”

“Tapi bagaimana?”

“Dengan duel berdua saja.”

“Tidakkah kau ingin membantu appa?” tanya Eunso, khawatir akan keselamatan ayahnya.

“Appa-mu orang yang kuat, dia bisa menang dengan mudah. Lagi pula, aku yakin appa-mu
tidak ingin ada seorang pun yang membantunya mengalahkan Kisaragi.”

“Tapi.. aku tetap khawatir.”

.
Menuruti keresahan hati Eunso, Kyuhyun pun memutuskan untuk menunggu di mobil
bersama Eunso, selagi menunggu dengan piawai Kyuhyun mengobati luka-luka goresan di
tubuh Eunso. Kyuhyun harus menahan napasnya beberapa kali karena melihat banyaknya
luka yang Eunso dapati, membayangkan Eunso bertarung melawan orang-orang itu membuat
perutnya mual. “Bagaimana kau bisa mendapatkan luka seperti ini?”

“Aku berhasil mengambil satu pedang dari mereka, lalu mereka mulai menyerang dan
mengejarku.”

“Seharusnya kau tidak perlu membahayakan dirimu.”

“Tapi aku harus, jika tidak, mereka akan menangkapku dan entah apa yang akan terjadi.”

Kyuhyun menggertakkan giginya marah, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi
jika Eunso tidak berusaha mati-matian melawan orang-orang itu. Tapi, ia juga tidak bisa
membayangkan Eunso berlari ke sana ke mari, melawan benda tajam yang hendak
menghunusnya.

“Kau yang mengajariku cara memakai samurai, kan? Kau percaya padaku aku bisa menjaga
diriku bukan?”

Kyuhyun menoleh ke mata Eunso kemudian tersenyum. “Nee.. aku memang ingin kau bisa
menjaga diri, tapi aku tidak mengira kau sangat-sangat mampu melakukannya.” Kyuhyun
menangkup wajah Eunso kemudian mendaratkan satu ciuman ringat di kedua pipi Eunso.
“Tuhan, aku bersyukur karena kau adalah gadis yang benar-benar kuat.”

Eunso tersenyum cerah, “Kau tidak salah memilihku sebagai istrimu,” jawab Eunso, tertawa
bersamaan dengan Kyuhyun ketika ia selesai mengucapkan kalimat itu.

Waktu berlalu cukup lama, Kyuhyun dengan setia menemani Eunso, meskipun ada keinginan
untuk masuk ke dalam perkelahian itu lagi, Kyuhyun tetap berada di mobil bersama Eunso. ia
juga tidak ingin meninggalkan Eunso sendirian lagi, begitu juga Eunso yang tidak ingin
ditinggal oleh Kyuhyun lagi.

Mereka berdua akhirnya bisa melihat Hyunjin dan Woobin keluar dari pintu gerbang rumah
itu, Kyuhyun mengembuskan napasnya lega, ayahnya terlihat sehat dan kuat, hanya kelelahan
yang berada di wajahnya saat ini. Kemudian, di belakang mereka ada Donghae yang berjalan
dengan lengan Taewa berada di pundaknya, Eunso menegakkan bahunya khawatir melihat
Taewa terluka, namun sepertinya Eunso tidak perlu khawatir karena taewa tidak harus
dibopong, Taewa memang terluka tetapi mereka hanya berjalan dengan lengan saling
merangkul.

Eunso berlari ke arah Donghae dan Taewa, matanya berair karena haru. “Syukurlah kalian
selamat.” Eunso pun menjatuhkan dirinya dalam pelukan kedua laki-laki itu. Meskipun, ia
baru bertemu dengan ayahnya beberapa jam saja dan belum lama mengetahui bahwa
Donghae adalah kakak kandungnya, Eunso tetap merasakan adanya ikatan perasaan di antara
mereka bertiga. Taewa dan Donghae memeluk Eunso secara bersamaan, mereka berpelukan
diiringi oleh isak tangis Eunso.
** Mimpi Buruk Telah Berakhir**

Duel di antara Lee Taewa Dan Hiroki Kisaragi berlangsung cukup lama, awalnya mereka
saling menguji kekuatan masing-masing, lalu berlanjut menjadi ingin saling menjatuhkan,
mereka bisa saling melukai lawan namun duel itu berakhir dengan kemenangan di tangan
Taewa.

Mereka pulang dengan peluh dan luka di tubuh mereka, disambut dengan airmata oleh Jieun
dan Seungmi begitu mereka tiba. Eunso dipeluk dan diperiksa dengan teliti oleh Jieun,
kemudian ibunya bisa bernapas lega karena tahu konsidi Eunso baik-baik saja, selain luka-
luka yang sudah diobati dan diperban oleh Kyuhyun. Berhenti dari rasa khawatirnya pada
Eunso, Jieun menyadari adanya seseorang bersama mereka, seseorang yang berada di sebelah
Donghae. Laki-laki yang dicintainya pun ikut pulang bersama putra putrinya. Taewa dan
Jieun berpelukan lama untuk saling melepaskan rindu. Eunso dan Donghae pun ikut ditarik
dalam pelukan hangat keluarga itu.

Kyuhyun tersenyum melihat pemandangan itu lalu menoleh ke arah ayahnya yang juga
memeluk imo-nya. Kyuhyun menaikkan alisnya terkejut lalu tersenyum. Semua sudah
melewati mimpi buruk mereka masing-masing, dan akhirnya kembali menemukan
kebahagiaan mereka. Kyuhyun tidak menyangka berawal dari kejadian yang membuatnya
hampir mati di sebuah gudang akan membawanya kepada seorang dewi yang akan selalu
dicintainya sampai kapan pun juga.

Kuatnya perasaan cintanya kepada Eunso membuatnya berubah dari laki-laki yang lemah
menjadi laki-laki yang kuat, cintanya juga membawa kebahagiaan tidak hanya pada dirinya, ,
tetapi pada ayah dan bibinya serta pada keluarga Eunso . Kyuhyun memandangi wajah Eunso
yang berada dalam pelukan ibunya, lalu tersenyum ketika Eunso balas memandang dan
tersenyum kepadanya. Apakah sudah saatnya bagi kyuhyun menyatakan perasaanya pada
Eunso…??

Malam telah tiba, mereka kembali ke rumah besar dan mengistirahatkan diri, seperti
Kyuhyun dan Eunso yang saat ini hanya berdua di kamar milik mereka. Eunso duduk di
tepian tempat tidur sedangkan Kyuhyun duduk di hadapan Eunso dengan kursi dari meja rias.
Sekali lagi Kyuhyun memerika luka di tubuh Eunso. membuka perban darurat yang tadi
dibuatnya lalu membasuhkan obat dan menempelkan perban baru lagi.

Mata Eunso tidak lekat memandangi wajah Kyuhyun yang serius memasang perban. “Luka di
lenganmu sudah kuobati semua, apa ada lagi di tempat lain?” Eunso menggelengkan
kepalanya. “Kau yakin? Coba buka bajumu.”

“Shireo.” Eunso menutup dadanya dengan menyilangkan kedua tanganya di depan dada.

“Yaakk.. aku hanya ingin memeriksa luka yang lain.” Kyuhyun mengerutkan alisnya melihat
tingkah Eunso yang entah kenapa kembali menjadi pemalu.
“Lukanya hanya ada di lengan saja.” bantah Eunso

“Akan kupastikan sendiri, buka bajumu.”

“Shireo.. dasar om-om-mesum.”

“Mwo..?” Kyuhyun hendak meledak karena marah ketika Eunso memberikan seringai jailnya
kepada Kyuhyun. “Eeyy, jinjja, kau ini.” Kyuhyun menjentikkan jarinya di kepala Eunso,
membuat gadis itu langsung meringis sakit sambil memegang dahinya. “Buka bajumu.”

“Buka saja sendiri.” rajuk Eunso.

“Eeyy..” Kyuhyun mengulurkan tangannya ke belakang mencari kancing baju onepice yang
saat ini dikenakan oleh Eunso. Eunso meringis sakit ketika tangan Kyuhyun menekan bagian
punggungnya. “sakit?”

“Oo.. lukanya sedikit besar di sana, tadi sebelum mandi eomma sudah membantuku
mengobatinya.” Kyuhyun duduk di belakang Eunso lalu membuka baju Eunso lebih terbuka.
Matanya melebar terkejut melihat luka yang memang besar di sana, saat di tempat
perkelahian Kyuhyun tidak melihat adanya luka ini. perlahan-lahan, ia mengobati luka itu
lalu menutupnya lagi dengan perban.

Setelah selesai Eunso memutar lagi tubuhnya agar berhadapan dengan Kyuhyun, “Sebaiknya
tidak perlu dikancing lagi.”

“Nee..? tapi, ini dingin.” Eunso mengusap lengan dan bahunya yang sedikit terbuka.

Kyuhyun berdiri dari tempat tidur lalu berjalan ke lemari pakaiannya dan mengeluarkan
kemejanya yang berwarna putih. “Pakai baju yang longgar saja.” Kyuhyun menyerahkan
kemeja itu kepada Eunso. Eunso mengambil kemeja Kyuhyun lalu memandangi Kyuhyun
lama. “Wae…?”

“Oppa tidak mau keluar dulu atau membalikkan badan selagi aku mengganti pakaianku?”

“Yaak.. aku ini suamimu, aku sudah sering melihatmu telanjang, kan?”

“Iya, tapi rasanya tetap memalukan jika kau terus menatapku seperti itu.”

“Sudahlah, cepat ganti bajunya.” Kyuhyun mengambil alih kemeja miliknya lalu menarik
baju Eunso lepas melalui kepalannya, Eunso merinding karena merasakan udara dingin
setelah bajunya terlepas, lalu dengan cepat Kyuhyun memakaikan kemeja miliknya pada
Eunso. Eunso menatap malu-malu wajah Kyuhyun yang serius dan terlihat berhati-hati agar
tidak mengenai luka-luka Eunso.

“Ini terbalik,” ujar Eunso tiba-tiba

“Terbalik apanya?” Kyuhyun mengancingkan kemeja itu.


“Oppa, ingat pertama kali kita bertemu? Bukan yang di gudang itu, tapi di klinik kampus.
Saat itu kau terluka dan aku mengobati lukamu. Sekarang aku yang terluka dan kau
mengobati lukaku.”

“Tentu saja aku ingat.” Kyuhyun sengaja melukai dirinya dengan menusukkan pisau di
lengannya saat itu, hanya untuk mencari alasan agar bisa menemui Eunso, perbuatan yang
sungguh sangat ekstrim.

Eunso tersenyum, lalu melirik perban yang ada di kepala Kyuhyun. luka yang didapati
Kyuhyun ketika mobil mereka ditabrak. “Oppa, mianhae, sebelumnya aku mengatakan aku
membencimu. Aku sedang marah saat itu.”

Kyuhyun mengancingkan kancing terakhir lalu menatap wajah Eunso. “Tidak ada yang perlu
dimaafkan, Sayang, aku memang salah.”

“Anniya, aku tahu alasan semua orang menyembunyikan kebenaran itu, setelah hari ini aku
sadar, aku memang perlu dilindungi. Oppa tahu, aku tidak mau mengalami hal seperti ini
lagi.” Eunso mengerutkan keningnya serius, bagi Kyuhyun, Eunso terlihat menggemaskan
ketika sedang berpikir serius seperti itu.

“Aku janji, kau tidak akan mengalami hal seperti itu lagi.” Kyuhyun mengusap pipi Eunso
lembut

“Aku tidak menyangka ayahku ternyata keren sekali, tidak salah jika eomma sangat
mencintai appa.”

“Heeum..” Kyuhyun merunduk ke wajah Eunso lalu mengecup pipi Eunso.

Eunso memejamkan matanya merasakan sentuhan bibir itu,namun ia tidak berhenti berbicara
“Aku juga terkejut melihat aboji memeluk imo. Apa mereka sudah saling menyatakan
perasaan?”

“Mungkin..” Kyuhyun menurunkan kepalanya lebih ke bawah lalu mengecup leher Eunso,
lalu turun terus sampai ke bahu Eunso.

“Aku senang karena eomma sudah bertemu dengan appa lagi, dan juga, aku senang melihat
aboeji dan imo bersama-sama.”

Kyuhyun tidak menjawab Eunso, ia terlalu sibuk menyentuhkan bibirnya di seputar leher
Eunso, Kyuhyun sedang merasakan dan menghirup aroma Eunso lebih dalam, dan ia sedang
menuju ke bagian belahan payudara Eunso ketika Eunso menyuarakan protesnya. “Oppa, kau
mendengarkan aku tidak?”

Kyuhyun tertawa pelan lalu menaikkan kepalanya, menatap wajah Eunso. “Aku
mendengarmu, Sayang. Tapi, daripada membicarakan mereka lebih baik membicarakan
tentang kita berdua.”

“Kita berdua?”
“Oo..” Kyuhyun menangkup wajah Eunso dengan kedua tangannya. “Ada satu hal yang harus
kau ketahui.”

“Apa..?” Eunso menatap Kyuhyun penasaran

“Bahwa aku mencintaimu.” Akhirnya Kyuhyun mengatakannya, mengatakan hal yang


selama ini dia simpan untuk dirinya sendiri. Kyuhyun sering merasa ingin mengatakannya
sebelum ini. tetapi ia tidak pernah punya keberanian untuk mengatakannya. Ia takut cintanya
ditolak oleh Eunso, itu akan melukai perasaannya jika Eunso menolaknya.

Eunso terdiam sejenak, ia tidak pernah berharap Kyuhyun akan mengatakannya, karena ia
tahu Kyuhyun bukanlah tipe orang yang akan mengatakan cinta dengan mudah. Eunso
tersenyum, ia merasa hatinya menghangat karena perasaan bahagia. “Aku tahu,” jawabnya.

“Kau tahu?” Kyuhyun menaikkan alisnya

“Oo.. aku tahu.”

“Sejak kapan kau tahu?”

“Sejak kau membunuh orang yang menarikku di rumah pantai itu. Sejak itu, aku sadar betapa
besarnya cintamu. Orang biasa tidak akan dengan mudah membunuh hanya untuk melindungi
seseorang.”

Kyuhyun tersenyum. “Aku sudah mencintaimu jauh sebelum itu. Aku sudah jatuh cinta
padamu di gudang itu sepuluh tahun yang lalu.”

“Jinjja?”

“Oo..” Kyuhyun mengusap lembut pipi Eunso, mereka diam untuk beberapa saat. “Lalu,
bagaimana denganmu? Apa kau mencintaku?”

“Oppa ingin jawaban seperti apa?”

“Aku ingin kau mengatakan ‘aku juga mencintamu,’ katakan.”

“Apa ini perintah?” Eunso tersenyum jahil lagi.

Kyuhyun menempelkan kepalanya di kepala Eunso. “Ini permohonan, Sayang, please.. aku
tidak mau cintaku bertepuk sebelah tangan.”

Eunso memejamkan matanya, di luar dugaannya, Kyuhyun mengatakan kata permohonan


bukan perintah seperti biasanya. “Aku juga mencintaimu, Oppa, sejak kita bertemu di gudang
itu sepuluh tahun yang lalu.” Kyuhyun tersenyum lega lalu, mencari mulut Eunso untuk ia
cium. Eunso tersenyum ketika Kyuhyun berhasil menemukan bibirnya dan mendesah saat
bibir Kyuhyun menekan dan menuntut meminta lebih.

“Oppa, apa kita akan..” Kyhyun melepaskan pagutan bibir mereka lalu turun mencium leher
Eunso lagi.
“Tidak, Sayang, kau sedang terluka. Kita hanya akan bercumbu.”

“Oh.. syukurlah karena kau ingat aku sedang terluka.” Lalu, Eunso diam, menikmati
permainan bibir Kyuhyun di tubuhnya. Hari ini adalah hari yang sangat menegangkan untuk
Eunso, tubuhnya terasa kaku, perih, dan pegal, tetapi semua itu berkurang karena sekarang ia
berada dalam pelukan Kyuhyun.

Kyuhyun menjauhkan bibirnya dari Eunso secepat yang ia bisa, Kyuhyun tidak mau
mencium Eunso lebih lagi, karena Kyuhyun tahu ia tidak akan bisa menahan diri. Kyuhyun
membaringkan Eunso di tempat tidur dengan kepala Eunso berada di lengannya, ia memeluk
Eunso hati-hati agar tidak mengenai luka di punggung Eunso. Tidak memerlukan waktu
lama, mereka pun akhirnya tertidur.
PART 9

Eunso sedang memandangi dirinya di sebuah cermin besar yang terletak di kamarnya dan
Kyuhyun, saat ini, ia memakai celana hotpan miliknya dan baju kaus putih, ia menarik
kausnya hingga ke dada menampilkan perutnya yang sedikit menonjol. Bekas luka di
tubuhnya sudah memudar bahkan bisa dikatakan menghilang, berkat perawatan kecantikan
yang diberikan oleh imo Kyuhyun, tidak ada sedikit pun goresan yang berbekas di tubuhnya.

Eunso memutar tubuhnya beberapa kali dan ia memutuskan memang ada perubahan pada
tubuhnya, ini sudah bulan kelima ia mengandung tapi tubuhnya masih seramping biasanya,
hanya ada sebuah tonjolan yang membedakannya saat ini. Setahu Eunso, wanita-wanita
kebanyakan akan terlihat lebih berisi dan perutnya lebih besar, tapi kenapa ia masih terlihat
kecil? Ia mengkhawatirkan bayinya yang kemungkinan sangat kecil jika ia masih sekecil ini
ketika sudah berusia lima bulan di dalam perutnya.

Terkadang Eunso sering bertanya kepada Kyuhyun, apa benar, ia sedang hamil? kenapa ia
tidak terlihat seperti wanita yang sedang hamil? ia bahkan terlihat seperti orang-orang Afrika
yang menderita busung lapar, dengan tubuh kecil dan perut yang membesar. Kyuhyun
tertawa terbahak-bahak ketika Eunso mengatakan hal itu, baginya Eunso sedang bercanda
tapi tidak, Eunso sangat serius mengatakannya. Mungkin saja, ia memang terkena busung
lapar bukannya hamil.

Eunso mendesah kemudian menurunkan kausnya, lingkaran perutnya lebih besar dari minggu
lalu, Eunso tahu itu. Dan akhirnya Eunso bisa bernapas lega ketika ia melihat pipi dan
lengannya sedikit membesar. “Aku harus mengatakanya kepada Kyuhyun Oppa.”

Eunso berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang kerja Kyuhyun. Hyunjin dan Seungmi
memutuskan untuk menikmati waktu berdua saja di salah satu rumah miliknya beberapa
bulan yang lalu, begitu juga dengan appa dan eomma-nya. Mereka pindah ke rumah mereka
sendiri setelah memastikan keadaan benar-benar sudah aman, dan Eunso sudah lama tidak
melihat Donghae karena kakaknya itu entah memiliki pekerjaan apa yang membuatnya
sangat sibuk hingga tidak sempat untuk mengunjunginya dua bulan ini.

Itulah mengapa Eunso merasa sangat kesepian setelah semua pergi, tidak masalah jika
Kyuhyun sedang berada di rumah, Eunso tahu caranya mengisi waktu yang mereka miliki
jika hanya berdua, tapi jika Kyuhyun pergi keesokan paginya dan pulang pada malam
harinya, Eunso akan merasa sangat kesepian dan merindukan ibu dan imo-nya Kyuhyun.
Tapi, untungnya Kyuhyun tidak melarang Eunso beraktivitas lain seperti datang ke kampus
untuk menghadiri kuliah yang tentu saja ditemani oleh Woobin atau pun berjalan-jalan ke
mall bersama Hyemi. Itu membuat Eunso terhindar dari rasa bosan dan kesepian yang
berkepanjangan.

“Oppa.” Eunso memasukkan kepalanya di balik pintu ruang kerja dan tersenyum melihat
Kyuhyun sedang asyik duduk di belakang meja kerjanya.

Kyuhyun menaikkan pandangannya kemudian tersenyum kepada Eunso, Eunso melangkah


masuk, dan menutup pintu di belakangnya, matanya tidak lepas memperhatikan Kyuhyun
yang sedang berkonsentrasi pada dokumen-dokumen yang berada di hadapannya. Eunso
berjalan hingga berdiri di sebelah Kyuhyun.

Eunso tidak pernah merasa takut lagi kepada Kyuhyun, karena jelas suaminya tidak pernah
lagi menatapnya dengan tajam atau membentaknya. Dan jika Kyuhyun melakukannya karena
Eunso lalai dalam menjaga diri atau tidak makan, Eunso akan membalasnya dengan
memelototkan matanya dan mulai berteriak, “Memangnya siapa yang membuatku hamil?”
Lalu Kyuhyun akan diam dan meminta maaf sesudahnya. Eunso memang menjadi sangat
pemarah dan sensitif ketika hamil, Kyuhyun tidak terkejut melihatnya karena ia sudah
diperingatkan oleh Jieun sebelumnya.

“Apa yang sedang Oppa baca?”

“Hanya beberapa pekerjaan dari pelabuhan.” Kyuhyun bersandar di kursinya ketika Eunso
menaikkan dirinya di atas pangkuan Kyuhyun. Eunso membaca sekilas isi dokumen yang
berada di tangan Kyuhyun lalu menggelengkan kepalanya tidak mengerti apa pun yang ada di
sana.

Eunso menunggu Kyuhyun selesai membaca dokumen itu dengan sabar sambil
menyandarkan kepalanya di dada Kyuhyun, ia menikmati ini semua, mendengar detakan
jantung Kyuhyun di bawah telinganya, merasakan embusan napas teratur Kyuhyun di atas
rambutnya dan yang pasti ia selalu menikmati waktu ketika ia berada dalam pelukan atau
pangkuan Kyuhyun seperti ini.

Kyuhyun mengusap kepala Eunso yang bersandar di dadanya sambil tetap membaca
dokumen yang berisikan tentang kontrak kerjasama yang baru saja dibuat dengan keluarga
Shin, sejak kejadian itu, Shin Jeyeon tidak lagi menunjukkan tanda-tanda ia akan kembali
berulah, malahan Shin Daewon terang-terangan mengajukan perdamaian bahkan kerjasama
dalam urusan bisnis.

Selesai membaca, Kyuhyun meletakkan kertas dokumen itu di atas meja lalu menunduk ke
arah Eunso. Saatnya memberikan perhatian kepada istri tercintanya ini. “Ada apa?” tanya
Kyuhyun lembut, membelai permukaan pipi Eunso yang terlihat lebih tembam.

Eunso membuka matanya lalu mendongak ke arah Kyuhyun. “Oppa, sudah selesai?”

“Oo.”

“Apa Oppa, melihat ada yang berbeda denganku hari ini?”

Kyuhyun tersenyum geli, Eunso selalu menanyakan hal itu setiap hari. “Coba kulihat.”
Kyuhyun menarik Eunso sedikit menjauh lalu mengerutkan alisnya seolah-olah sedang
berpikir keras. “Pipimu sedikit lebih tembam, benar, kan?”

“Oo.” Eunso mengangguk dengan sangat bersemangat.

“Kau juga sedikit lebih berat hari ini.”

“Jinjja?” yang itu Eunso tidak menyadarinya.


Kyuhyun tertawa pelan mendengar nada terharu dari suara Eunso, ia menelusupkan tangan
kanannya di balik kaus putih Eunso lalu mengusap tonjolan di perut Eunso. “Dia juga sedikit
membesar.” Kyuhyun tersenyum merasakan hangatnya permukaan kulit di bawah tanganya
itu, tempat di mana anaknya bersama Eunso berada.

“Benar, kan? sepertinya aku tidak jadi terkena busung lapar, sepertinya aku benar-benar
hamil.” Kyuhyun tertawa terbahak-bahak, membuat Eunso terguncang di atas pangkuannya.
“Apa yang Oppa tertawakan?”

“Sayang, kau sudah dinyatakan hamil oleh Dokter Kim lima bulan yang lalu.” Kyuhyun tidak
menyembunyikan tawa gelinya sama sekali, membuat Eunso memberengut kesal.

“Tapi, aku tidak seperti hamil, perutku tidak lebih besar dari wanita yang hamil empat bulan,
pinggangku juga masih ramping, hanya perut saja yang membuncit ke depan.” Eunso terang-
terangan mengatakan kegusarannya kepada Kyuhyun. Siapa pun pasti merasa bingung
melihat seorang wanita masih ramping padahal sedang mengandung lima bulan, pikirnya.

“Jika kau mau, kita bisa bertanya pada Dokter Kim apakah kandunganmu baik-baik saja atau
tidak, bagaimana?” Kyuhyun mendaratkan satu ciuman di pipi Eunso.

“Apa bisa?”

“Tentu saja bisa, Sayang.” tangan Kyuhyun yang berada di perut Eunso merambat naik dan
menemukan payudara istrinya di balik bra yang ia kenakan. Kyuhyun menarik turun paksa
bra itu kemudian menangkup payudara Eunso dengan gerakan yang membuat Eunso tiba-tiba
mendesah nikmat.

Eunso terkesiap sejenak namun langsung memejamkan matanya ketika Kyuhyun


mendaratkan ciuman yang sarat akan hasrat di bibirnya, Kyuhyun menekan dan menggigit
bibir Eunso lembut. Gerakan bibir Kyuhyun turun dan menemukan leher putih Eunso, ia
mencium daerah itu sejenak lalu turun ke payudara Eunso yang sudah ia bebaskan dari
kurungan bra dan kausnya. Eunso mengerang senang, karena sekali lagi, ia merasakan
gelenyar kenikmatan ketika Kyuhyun menyentuhnya seperti itu.

Kyuhyun tidak pernah berniat untuk berhenti menyentuh Eunso sampai di situ saja, ia
menarik turun celana Eunso lalu melemparkan celana itu begitu saja setelah lepas dari kaki
Eunso. Kyuhyun kembali mencium bibir Eunso, dan tanpa melepaskan ciumannya Kyuhyun
menarik Eunso dengan melingkarkan tanganya di pinggang Eunso dan mendudukkan wanita
itu di atas meja setelah ia menyingkirkan dokumen-dokumen pekerjaanya.

Eunso menatap miris kertas-kertas yang bertebaran itu, tadinya kertas itu terlihat begitu
penting hingga Kyuhyun harus membuat Eunso menunggunya hanya untuk membaca isi
kertas-kertas itu, lalu sekarang kertas itu tidak terlihat penting lagi karena dilempar begitu
saja oleh Kyuhyun. “Oppa, bukankah kau ada jadwal sore ini?” Eunso mengingatkan.

“Persetan dengan jadwalnya.” Kyuhyun melebarkan kaki Eunso lalu berdiri di antara kedua
kaki itu, ia sama sekali tidak berhenti menyentuh Eunso di mana pun.
“Kau harus memperbaiki bahasamu di depan anakmu nanti.” Eunso meremas rambut
Kyuhyun sambil menggigit bibirnya ketika merasakan bibir Kyuhyun sedang bermain di
payudara kanannya.

Kyuhyun merentangkan tanganya di atas perut Eunso yang membuncit berhati-hati agar tidak
terlalu menekan perutnya. Sejak Eunso hamil, Kyuhyun sama sekali tidak berniat untuk
berhenti menyentuh istrinya, tetapi ia tetap berhati-hati agar tidak melukai calon bayi mereka,
Eunso diam-diam merasa lega karena Kyuhyun tidak terganggu dengan tubuhnya yang
membuncit. Ia bahkan semakin mencintai Kyuhyun karena pria itu berubah semakin manis
dan lembut.

Kyuhyun mengerang ketika jarinya menemukan lembah lembut, lembab, dan hangat di
bawah tubuh Eunso. Eunso mendesahkan nama Kyuhyun ketika satu jari pria itu menelusup
masuk ke dalam dirinya, Eunso mencari-cari ikat pinggang Kyuhyun dan membukanya
dengan tergesa-gesa, selalu seperti ini. Hanya dengan sedikit permainan panas, Eunso sudah
sangat ingin merasakan Kyuhyun di dalam dirinya. “Oppa, palli.” erang Eunso frustrasi
karena ia tidak berhasil menurunkan risleting celana Kyuhyun.

Kyuhyun tertawa pelan lalu menarik tangan Eunso menjauh dan mengalungkan lengan itu di
lehernya. Eunso mengerang lagi lalu menurunkan tanganya mencari kancing celana Kyuhyun
lagi.

“Nanti, Sayang, sabar,” ujar Kyuhyun, menahan tangan Eunso agar menjauh dari celananya.

“Ini curang, aku sudah setengah telanjang dan kau masih berpakaian lengkap,” protes Eunso.

“Nanti,” jawab Kyuhyun dengan kesabaran yang membuat Eunso kesal.

“Kau menyiksaku.” Eunso hanya bisa menarik rambut Kyuhyun karena saat ini Kyuhyun
sibuk mencium perut dan pusarnya.

“Aku memang bermaksud menyiksamu,” jawab Kyuhyun santai.

“Oppa.” airmata jatuh di pipi Eunso karena rasa frustrasi dan membutuhkan, Kyuhyun benar-
benar menyiksanya dengan tetap bertahan dan menjauh darinya.

“Kau menginginkan apa?” bisik Kyuhyun di telinga Eunso, membuat Eunso semakin
merinding dan meremang karena hasrat yang belum terpuaskan.

“Aku menginginkanmu,” jawab Eunso.

Kyuhyun menarik turun risleting celananya kemudian membebaskan dirinya dari celana kain
itu. “Kau ingin ini?” Kyuhyun memosisikan dirinya di tengah-tengah Eunso, menyentuhkan
benda tumpul itu di bagian lembab dan hangat Eunso.

“Iyaa, palli, Oppa.” Eunso mengerang frustrasi, ia sudah tidak sanggup lagi dengan
penyiksaan Kyuhyun ini. ia menggerakkan dirinya agar benda itu bisa segera masuk ke dalam
dirinya.
Kyuhyun tertawa, menikmati ini semua. “Diamlah, jangan bergerak,” bisiknya, lalu mulai
memasuki Eunso dengan pelan. “Aakh..” mereka mendesah setelah Kyuhyun masuk
sepenuhnya dan mulai bergerak dengan perlahan. Kyuhyun membaringkan Eunso di atas
meja untuk menghindari menekan perut Eunso yang membuncit. Leguhan kenikmatan Eunso
membuat Kyuhyun semakin tidak bisa menahan dirinya, ia bergerak semakin cepat dalam
kurungan kaki Eunso yang berada di pinggangnya, mereka bergerak dengan irama dan tempo
yang cepat tapi tetap berhati-hati agar tidak menyakiti bayi mereka.

“Oppa.. aku… tidak… tahan… lagii…” kaki Eunso melengkung ke atas ketika ia hampir
sampai pada pelepasannya, ia mencengkeram lengan Kyuhyun dan menjerit nikmat
setelahnya.

Kyuhyun menekan untuk yang terakhir kalinya ketika ia juga sampai. “Akkh.. Eunso-ya,
saranghae.” Kyuhyun bernapas tersengal-sengal setelahnya. Ia membungkuk di atas perut
Eunso sambil mengatur napasnya agar kembali normal. Eunso yang pertama kali bisa
bernapas normal lalu, menarik kepala Kyuhyun dari atas perutnya agar bisa menatap wajah
suaminya. “Nado saranghae, Oppa.”

Kyuhyun tersenyum lalu memberikan ciuman yang menekan sekali lagi di bibir Eunso.
Tubuh mereka masih menyatu dan Eunso bisa merasakan sekali lagi Kyuhyun menegang di
dalam dirinya. Eunso tidak terkejut, ia tahu, suaminya memang tidak pernah puas pada
dirinya.

“Kau tidak lelah, kan?” tanya kyuhyun.

“Tidak,”jawab Eunso cepat.

“Bagus.” Kyuhyun mulai menggerakkan pinggulnya lagi.

Tok..tok..tok.. Eunso membeku mendengar ketukan di pintu lalu menoleh ke arah Kyuhyun
yang menatap tajam pintu ruang kerjanya. “Kyuhyun-aa, aku membawa laporan lain dari
manajer….” itu Woobin, pikiran Eunso berkecamuk, bagaimana jika Woobin tiba-tiba masuk
dan melihat dirinya dan Kyuhyun dengan posisi seperti ini. Astaga, Eunso lupa mengunci
pintu itu sebelum masuk ke sini tadi.

“Nanti, Woobin-aa.” Kyuhyun memotong kalimat Woobin. “aku sedang sibuk.”

“Oo, apa kau melihat Eunso-ssi? Pelayan bilang ia tidak di kamarnya.”

“Sekarang dia sedang bersamaku, pergilah dan jangan ganggu kami sampai aku mencarimu.”

Suara woobin teredam oleh pintu. “Siap, Bos.”

Eunso merasa wajahnya memanas karena malu, Woobin pasti tahu kesibukan apa yang
membuat Kyuhyun tidak ingin diganggu saat ini. “Oppa, keterlaluan.”

“Wae?”

“Woobin pasti berpikir yang tidak-tidak.”


“Dia tidak perlu berpikir yang tidak-tidak, kita memang sedang melakukan yang tidak-tidak,”
jawab Kyuhyun dengan penekanan setiap katanya. Ia lalu melanjutkan kegiatan yang sempat
tertunda karena interupsi Woobin.

Eunso mencengkeram kuat lengan Kyuhyun yang memeluknya dan kembali terangsang saat
Kyuhyun dengan piawai menggerakkan pinggulnya. “Aku tidak tahu harus memasang wajah
seperti apa besok pagi ketika bertemu dengan Woobin,” erangnya.

“Kenapa harus malu, semua orang tahu apa yang kita berdua lakukan sehingga kau bisa
hamil, Sayang.”

“Iyaa, tapi, tetap saja ini memalukan, aku tidak mau Woobin-ku yang tampan melihatku
dalam kondisi yang memalukan.”

Kyuhyun berhenti bergerak dan menaikkan kepalanya lalu menatap tajam Eunso. “Mwo?
Woobin-mu yang tampan?”

Eunso membalas tatapan Kyuhyun dengan terkejut, apa ia baru saja mengatakan hal itu? Ini
semua karena Hyemi, temannya di kampus selalu memanggil Woobin dengan sebutan
Woobin-mu yang tampan. Semua iri melihat Eunso selalu ditemani oleh Woobin, dan itu
membuat Eunso sedikit berbangga hati dan ia pun menyebut Woobin sebagai Woobin-nya.
Tidak ada maksud apa-apa, ia hanya bangga memiliki pengawal pribadi, tentu saja semua
orang tahu Eunso hanya mencintai Kyuhyun.

“Aa, itu.. itu semua karena Hyemi.”

“Aku tidak suka kau menyebut Woobin seperti itu.”

“Tapi, kau memang memberikan Woobin padaku ‘kan?”

“Woobin tidak bekerja untukmu, dia bekerja untukku. Jangan menyebutnya Woobin-mu
lagi!” ketegasan Kyuhyun terdengar jelas dari nada suaranya. Selain itu Eunso juga
menangkap sedikit nada kecemburuan di sana

“Arraso,” jawab Eunso patuh. “tapi, dia memang tampan,” sambungnya, yang langsung
disesali oleh Eunso saat itu juga.

“Nyonya Cho, kau harus dihukum.” Kyuhyun bergerak dengan tekanan yang mengguncang
tubuh Eunso. Eunso menjerit tertahan karena bukan merasa sakit tapi terasa lebih nikmat dari
sebelumnya. “Aku akan membuatmu menjerit, hingga seluruh orang di rumah ini
mendengarmu,” Ujar Kyuhyun penuh dendam.

“Akkh.. Oppa.” Eunso memang menjerit, menjerit nikmat.

“Benar, sebut namaku, Sayang.” Kyuhyun bergerak semakin cepat dan bersemangat, bukan
hanya Eunso yang mendapatkan kenikmatan tapi Kyuhyun juga. Mereka bergerak dengan
lebih cepat dan menggebu-gebu, seolah-olah belum pernah merasakan pelepasan sebelum ini,
dan tidak ada waktu untuk melakukannya lagi besok. “Aahh.. Oppaaaaa.”
Eunso memang berteriak memanggil Kyuhyun, membuat semua telinga yang mendengar
teriakan itu memerah. Dan setelahnya, Eunso harus menundukkan kepalanya malu ketika
berpapasan dengan siapa pun di rumah itu.

“Kandungan istrimu baik-baik saja, hanya terjadi sedikit keram. Itu sangat biasa terjadi pada
wanita yang sedang hamil.” Kyuhyun sedang mendengarkan penjelasan Dokter Kim tentang
kondisi Eunso saat ini, setelah kegiatan di ruang kerja itu, Eunso mengalami sakit di bagian
perut dan berbaring seharian.

Eunso mengatakan pada Kyuhyun dia baik-baik saja, tetapi Kyuhyun tetap ingin mendengar
kalimat itu dari Dokter Kim, ia tidak suka melihat wajah Eunso tidak berwarna seperti saat
ini. karena itu, Kyuhyun memanggil Dokter Kim ke rumah untuk memeriksa Eunso.

“Aku bilang apa, aku baik-baik saja, Oppa, ” sahut Eunso di atas tempat tidur.

Kyuhyun menoleh ke arah Eunso lalu tersenyum.”Terima kasih, Dokter Kim.”

“Tidak perlu sungkan.” Dokter Kim merapikan peralatan kedokterannya lalu menjinjing tas
dokternya di tangan kanan. “Hanya saja, aku harus memperingatkanmu tentang satu hal.”

Kyuhyun menegang. “Apa itu?”

“Aku tahu, kalian pasangan yang baru menikah yang masih dimabuk asmara, tapi sebaiknya
hal itu dikurangi,” ujar Dokter Kim. Kyuhyun mengerjabkan matanya sekali, bingung. “Kau
tahu.. eheem.. maksudku adalah kurangi hubungan badan sampai Eunso melahirkan.”

BLUUSSSSHHH… wajah Eunso memerah seketika itu juga. Kyuhyun berdeham lalu
menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

“Baiklah, aku permisi.” Dokter Kim keluar dari kamar itu, dengan senyum geli di wajahnya.
Sungguh menyenangkan melihat pasangan muda yang saling mencintai itu, pikirnya.

Kyuhyun memandangi pintu yang tertutup itu sejenak lalu menoleh ke arah Eunso yang
masih memerah karena malu. Kyuhyun duduk di tepian tempat tidur di sebelah Eunso lalu
mengusap pipi Eunso. “Mianhae, aku terlalu bersemangat tadi.”

“Anniya.. aku yang salah, seharusnya aku tidak memancing emosimu tadi,” sanggah Eunso.

Kyuhyun menunduk lalu mengusap perut Eunso, ia benar-benar merasa bersalah pada Eunso
dan bayi mereka. Seharusnya ia bisa menahan diri, ia tahu Eunso hanya bercanda tadi. Tapi
tetap saja melakukannya. Beruntung bayi mereka kuat menerima kebrutalan ayahnya tadi.
“Tidak perlu merasa bersalah, Oppa.” Eunso tidak suka melihat ekspresi wajah Kyuhyun saat
ini. “Semua baik-baik saja, aku, dan bayi kita.”

Kyuhyun tersenyum, lalu menunduk mencium kepala Eunso. “Aku tahu, Sayang, aku tidak
akan khawatir berlebihan lagi.”

“Yang aku khawatirkan saat ini adalah Oppa.”

“Aku?”

“Oo.. masih empat bulan lagi bayi ini akan lahir, setelahnya masih butuh waktu sekitar tiga
atau empat bulan lagi sampai kau bisa menyentuhku lagi. apa kau bisa bertahan?”

Kyuhyun tertawa pelan, “Kupikir apa. Tentu saja aku bisa, ini demi kalian berdua.” Kyuhyun
membaringkan dirinya menyamping di sebelah Eunso. “Apa pun akan kulakukan untuk
kalian berdua, karena aku mencintaimu dan bayi kita.”

Eunso tersenyum, menyurukkan dirinya dalam pelukan Kyuhyun. “Aku juga mencintaimu.”

Empat bulan kemudian

“Jeyeon-ssi?” Eunso melebarkan matanya terkejut melihat kedatangan tamu yang tidak
diduga-duga itu. 6 bulan setelah kejadian itu, ia sama sekali tidak mendengar berita apa pun
tentang Jeyeon. Tapi sekarang, wanita itu berada di hadapannya.

“Oo.. Eunso-ssi. Aku datang ke sini secara khusus menemuimu untuk meminta maaf. ”
Jeyeon menatap Eunso dengan keangkuhannya namun, pandangan itu berubah tulus.
“Maafkan aku.”

Eunso tersenyum merasakan ketulusan dari suara dan ekspresi Jeyeon. “Baiklah, aku
memaafkanmu.”

Jeyeon menaikkan alisnya terkejut, ia tidak membayangkan bahwa Eunso akan


memaafkannya semudah ini. “Tapi, kenapa tiba-tiba kau meminta maaf?” tanya Eunso.

“Entahlah, Aku tidak bisa tenang melakukan apa pun, sampai akhirnya, aku menyadari harus
meminta maaf padamu.” Jeyeon mengembuskan napasnya. “dan rasanya sungguh melegakan
sekarang.”

Di luar dugaan Eunso, Jeyeon ternyata memiliki sisi yang positif, aah tidak, sebenarnya ia
sudah merasakan hal itu, ketika Jeyeon berusaha menghadang orang-orang Kisaragi yang
akan membawanya saat itu. Tidak ada orang yang benar-benar jahat di dunia ini. Bukti
nyatanya ada di hadapannya saat ini. “Apa kau ingin minum teh, Jeyeon-ssi?”

Jeyeon terkejut mendengar tawaran itu, ia pun menganggukkan kepalanya. Sebelumnya, ia


tidak pernah memiliki teman untuk minum teh atau berbincang-bincang, orang-orang selalu
takut dan menghormatinya karena ia adalah anak dari Shin Daewon. Tidak pernah ada yang
tulus berteman dengannya, begitu juga para teman prianya, tidak pernah ada yang mau
berhubungan serius dengannya karena statusnya sebagai anak dari mafia. Karena itu, ia selalu
bersenang-senang dengan cara yang salah. Mengejar Kyuhyun pun bukan karena ia benar-
benar menginginkan Kyuhyun. Semua karena, ia merasa iri kepada Eunso, hari itu di taman
ketika Kyuhyun memukul berandalan nakal yang mengganggu Eunso, Jeyeon merasakan
perasaan iri yang sangat mendalam. Ia juga ingin merasa begitu diinginkan oleh seorang laki-
laki, ia begitu ingin melihat seorang laki-laki mati-matian melindunginya. Seperti Kyuhyun
kepada Eunso, karena itu, ia berkeras ingin mendapatkan Kyuhyun. karena ia merasa hanya
Kyuhyun yang bisa melakukannya, ia ingin berada di posisi Eunso.

“Jeyeon-ssi?” Jeyeon tersentak dari lamunanya kemudian menoleh ke arah Eunso.

“Nee?”

“Kau ingin gulanya berapa sendok?”

“Oo..? dua sendok saja.” Eunso menuangkan dua sendok gula ke dalam cangkir yang
berisikan teh, lalu menyerahkan cangkir itu kepada Jeyeon. Jeyeon melihat getaran di tangan
Eunso ketika ia menerima cangkir itu, lalu menyadari ada yang tidak beres dari Eunso. “Apa
kau baik-baik saja, Eunso-ssi?” tanya Jeyeon hati-hati.

“Yaa, tidak,” jawab Eunso linglung, ia menggelengkan kepalanya mencoba untuk menahan
rasa sakit di perutnya. Apa ia mengalami kontraksi? Eunso menghitung di dalam hati sudah
berapa kali ia merasakan kontraksi hari ini, empat? Atau lima kali? jarak intervalnya?
“Aaakhh,” menjawab pertanyaan itu Eunso merasakan kontraksi berikutnya.

“Aegi-yaa.. kau sudah ingin keluar?” Eunso mengusap bagian perutnya yang terasa sakit, lalu
menarik napas panjang dan mengembuskanya secara perlahan. Dan melakukan hal itu
berkali-kali sampai rasa sakitnya mereda.

“Eunso-ssi?” Eunso menoleh ke arah Jeyeon, ia hampir melupakan kehadiran wanita itu.
“Kau baik-baik saja? apa yang terjadi?”

Eunso meringis lagi, sakitnya tidak kunjung mereda setelah kontraksi yang terakhir. Eunso
melirik ke arah jam di dinding, hari masih siang. Kyuhyun masih berada di pelabuhan untuk
mengurus beberapa pekerjaan di sana bersama dengan Hyunjin, sedangkan ibu dan imo
Kyuhyun sedang keluar untuk membeli beberapa keperluan. Seungmi dan Jieun sudah
kembali tinggal di rumah besar keluarga Cho untuk menemani Eunso melahirkan, tapi kenapa
mereka belum pulang juga ketika Eunso sudah merasakan kontraksi yang hebat. Woobin?
Woobin juga ikut bersama Kyuhyun saat ini.

“Jeyeon-ssi, kau bisa menolongku?”

“Nee? Apa yang bisa kulakukan?” Jeyeon berdiri dari sofa dan menghampiri Eunso.
“Sepertinya aku akan melahirkan. Kau bisa mengantarku ke rumah sakit?”

“Tentu saja.” Jeyeon berlari keluar dengan cepat meninggalkan Eunso, Eunso harus
melebarkan matanya terkejut karena Jeyeon pergi begitu saja. Namun, dengan cepat Jeyeon
pun kembali lagi. “Ya Tuhan, kenapa aku pergi sendirian tanpamu? Pabo-yaa.” Entah karena
panik atau memang begitulah sifat Jeyeon, Jeyeon terlihat ceroboh.

“Pakaianku, pelayanku akan membantumu menemukannya. Tolong. ” Eunso menunjuk ke


kamar atas dan dengan cepat Jeyeon pun berlari ke atas rumah dan bertemu dengan pelayan
di sana.

Eunso duduk bersandar di sofa sambil mengatur napasnya seperti yang sudah dilatih di kelas
ibu-ibu hamil. Ia menelepon Kyuhyun beberapa kali tapi suaminya tidak juga mengangkat
teleponnya. “Aaarrggghh.” kontraksi datang lagi, peluh sudah membasahi tidak hanya wajah
tapi juga pakaiannya. Eunso berkeringat dingin.

Eunso mengetikkan sebuah pesan singkat untuk Kyuhyun, lalu mengirimnya, dan mengerang
keras sekali lagi sebelum Jeyeon masuk.

“Sudah,” ujar Jeyeon.

“Kajja.” Eunso berdiri dan berjalan dengan dibantu oleh Jeyeon, mereka berjalan menuju
mobil jaguar merah milik Jeyeon dan berhenti di pintu kursi penumpang ketika sebuah
mobil berhenti tidak jauh dari mereka.

Donghae keluar dari mobil dan langsung berlari menghampiri Eunso dan Jeyeon. “Apa yang
kau lakukan di sini?” berang Donghae kepada Jeyeon, jelas kehadiran Jeyeon membuat
Donghae mengartikan Jeyeon hendak membawa Eunso dan berbuat jahat.

“Oppa.” Eunso menghentikan gerakan Donghae yang hendak menarik kerah baju Jeyeon.
“Jeyeon-ssi ke sini datang dengan baik, saat ini dia mau mengantarku ke rumah sakit.”

“Katakan padaku, kau mau membawa Eunso ke mana?” Donghae menarik Eunso dari tangan
Jeyeon, lalu menatap tajam wanita itu.

“Kau tidak dengar? Aku akan mengantarnya ke rumah sakit.”

“Heeh.. kau pikir, aku percaya padamu, Nona Shin? setelah apa yang kau lakukan pada
adikku?”

“Jika kau tidak percaya padaku, kenapa tidak kau saja yang membawanya?” teriak Jeyeon
kesal, ia sedang ingin bermaksud baik untuk menolong Eunso, tapi sialnya maksud baiknya
tidak dianggap oleh Donghae.

“Waah, kenapa terdengar seperti kau adalah wanita mulia yang hendak menolong adikku?”

“Aku memang wanita yang tidak tahu diri, tapi aku menyesali perbuatanku yang kemarin jika
kau ingin tahu. Dan maksud kedatanganku hari ini adalah untuk meminta maaf pada
adikmu.”
“Meminta maaf? Wanita sepertimu menyesal?” dengus Donghae sinis.

“KAAUUU.”

“AAARRGGGHHHH.” teriakan Eunso menginterupsi teriakan Jeyeon, Eunso bernapas


tersengal-sengal dengan tangan memegang perutnya. “SIALAN… SIAPA PUN ANTAR
AKU KE RUMAH SAKIT SEKARANG JUGA!”

“Ya Tuhan, Eunso-yaa? sudah waktunya?”

“OPPA PIKIR APA LAGI? CEPATLAAAH.”

“Arraso.. arraso.. kajja.” Donghae berjalan membimbing Eunso ke mobilnya dan


mendudukkan Eunso di kursi penumpang.

Eunso menoleh sejenak ke arah Jeyeon. “Jeyeon-ssi, gomawo.”

“Anniya, ini bukan apa-apa.” Jeyeon menyerahkan tas yang berisikan pakaian dan kebutuhan
Eunso kepada Donghae. Donghae menaikkan alisnya bingung. “Ini pakaian Eunso,” jelas
Jeyeon. Donghae mengambil tas itu, lalu melemparkannya ke belakang di bangku
penumpang, tanpa sedikit pun menoleh kepada Jeyeon, Donghae mengemudikan mobilnya
dengan cepat ke rumah sakit.

Jeyeon mendesahkan napasnya ketika melihat mobil itu pergi, “Ternyata memang sulit untuk
menjadi orang baik.” mengangkat bahunya lalu pergi dengan mobilnya.

BAYINYA.. RUMAH SAKIT.. SEKARANG.

Pesan singkat yang dikirimkan oleh Eunso membuat Kyuhyun menegang dan berhenti
bernapas sejenak, ia mengembuskan napasnya cepat-cepat, lalu menoleh ke arah ayahnya
yang berkerut bingung. “Bayinya, Eunso akan melahirkan,” ujarnya.

Hyunjin melebarkan matanya, “Well, tunggu apa lagi? Kajja, ke rumah sakit.”

Dengan pikiran kosong, Kyuhyun berjalan mengikuti ayahnya ke mobil, butuh waktu sekitar
3 jam untuk tiba ke Seol saat ini. Pikirannya dipenuhi oleh kenyataan Eunso akan melahirkan,
dan sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah.

“Hahahaha.” Kyuhyun menoleh ke arah ayahnya yang tertawa melihat ekspresinya saat ini.
“Aku juga bereaksi sama ketika ibumu akan melahirkanmu. Kau harus sadar secepatnya dari
kenyataan akan menjadi seorang ayah, Nak, karena istrimu pasti membutuhkan dukunganmu
nanti.”

Kyuhyun menganggukkan kepalanya, ia menatap lurus ke depan dan tersenyum, dia akan
menjadi seorang ayah, seorang ayah. Lalu senyumnya tiba-tiba menghilang membayangkan
rasa sakit yang saat ini dialami oleh Eunso. “Woobin-aa, cepatlah,” desak Kyuhyun, ia ingin
secepatnya berada di sisi Eunso. ia sudah berjanji kepada Eunso akan menemani Eunso
selama proses persalinan itu.
Setelah perjalanan panjang akhirnya kyuhyun dan Hyunjin pun tiba di rumah sakit, Seungmi,
Taewa, dan Donghae menyambut mereka ketika Kyuhyun dan Hyunjin tiba, mereka sedang
menunggu di lorong rumah sakit ketika Jieun keluar dari ruang bersalin.

“Oo, Kyuhyun-aa, syukurlah kau di sini, Eunso terus mencarimu.”

“Bagaimana keadaannya?”

“Kacau,” jawab Jieun, “masuklah.” Kyuhyun sudah hendak masuk ketika Jieun menahannya.
“Dengar Kyu, sebelum kau masuk. Akan ada banyak darah dan jeritan di dalam sana, kau
sanggup?”

Kyuhyun menelan salivanya pelan, “Nee,” jawabnya pasti.

“Bagus, masuklah.”

Setelah tidak ada yang menahanya lagi Kyuhyunpun masuk, dengan memakai pakaian
berwarna hijau dan topi plastik Kyuhyun diantar oleh seorang suster ke dalam ruang bersalin.
Kyuhyun bisa melihat Eunso berada di atas meja bersalin, dengan kondisi yang kacau seperti
yang Jieun katakan, peluh membasahi seluruh tubuh Eunso, napas wanita itu tersengal-sengal
dengan mata terpejam.

Kyuhyun menghampiri Eunso lalu memegang tangan Eunso. “Sayang,” bisiknya. “Ya Tuhan,
cintaku jangan menangis.” Kyuhyun menghapus airmata Eunso lembut.

“Kau dari mana saja?” tanya Eunso serak.

“Mianhae, pekerjaan di sana sedikit terganggu jadi membutuhkan waktu lama.” Kyuhyun
mengecup kepala Eunso. “Sekarang aku di sini.”

Airmata mengalir lagi di mata Eunso, ia mengerang sakit dan menggenggam jemari Kyuhyun
erat. “Kapan ini berakhir, Oppa? aku sudah lelah.”

Kyuhyun menoleh ke arah dokter yang bertugas menunggu jawaban dari pertanyaan Eunso.
“Bayinya belum mau keluar, jika dipaksakan akan membuat istri Anda mengalami
pendarahan yang hebat.”

Eunso memejamkan matanya, napasnya tersengal-sengal dengan cepat. Kyuhyun membasuh


peluh di kepala Eunso dan terus menggenggam tangan istrinya. Ia tidak sanggup melihat ini
semua, tapi ia akan bertahan di sini ketika istrinya mempertaruhkan nyawanya untuk
melahirkan bayi mereka.

“Aaarrrgghhh.” Eunso menjerit tertahan merasakan kontraksi berikutnya. Kyuhyun


mengencangkan peganganya begitu juga dengan Eunso, ia menatap wajah Eunso yang
berkerut sakit. “Baiklah Nyonya, kita akan mencoba untuk mengeluarkan bayi ini sekali lagi,
aku ingin kau mendorong dengan kuat.”

Eunso menuruti perintah dokter dan mendorong dengan kekuatan penuh, cengkramannya di
tangan Kyuhyun mengencang, membuat buku jari Kyuhyun membiru karenanya, tapi
Kyuhyun tidak peduli, matanya tidak berhenti fokus memandangi wajah Eunso.
Eunso kembali bernapas tersengal-sengal, ia memejamkan matanya mengambil napas
panjang lalu mendorong sekali lagi. Tanda-tanda munculnya bayi belum keluar setelah
dorongan ketiga, Eunso sudah hampir kehabisan tenaganya, ia pun tidak sanggup membuka
matanya lagi. Kyuhyun mengusap peluh di wajah Eunso dengan sayang. Ia tidak tahu harus
mengatakan apa saat ini.

“Aku sudah bisa melihat kepalanya, Nyonya, tinggal satu dorongan terakhir,” ujar dokter.

Kyuhyun memperhatikan wajah Eunso yang masih terpejam dengan sambil menahan
napasnya, “Sayang, satu dorongan lagi,” ujarnya.

Eunso menggelengkan kepalanya, ia sudah sangat kelelahan. “Aku.. sudah.. tidak kuat lagi,”
jawab Eunso terputus-putus oleh helaan napasnya.

Kyuhyun mencengkeram kuat tangan Eunso, lalu menempelkan kepalanya di kepala Eunso.
“Kau pasti bisa.. Ayolah, jangan menyerah.” Eunso menggelengkan kepalanya. “Aku
mohon, satu dorongan lagi, eoh?”

Airmata jatuh melalui sisi wajah Eunso ketika ia membuka matanya dan bertatapan dengan
mata Kyuhyun. Eunso menganggukkan kepalanya, lalu mengatur napasnya agar kembali
normal dan menarik napas panjang untuk terakhir kalinya siap untuk mendorong keluar
bayinya.

Kyuhyun mengusap permukaan perut Eunso dengan sayang, lalu menunduk di atasnya
berbisik kepada bayinya. “Keluarlah sayang, jangan buat ibumu tersiksa.”.

Eunso mendorong dengan sisa tenaganya dan setelah itu, rasa sakit di perutnya menghilang
dan Eunso bisa mendengar teriakan nyaring seorang bayi. Kyuhyun mendaratkan ciumanya
di kening Eunso sebagai penghargaan untuk istrinya yang telah berjuang untuk melahirkan
bayinya. Ia mencium lama kening Eunso sambil memejamkan matanya sampai akhirnya
diinterupsi oleh dokter yang membawa bayinya dan meletakkan bayinya yang masih
berlumuran sedikit darah tertelungkup di atas dada Eunso.

“Selamat, Tuan dan Nyonya, bayinya laki-laki.”

Eunso membuka matanya dan menatap terharu bayi yang berada di atas dadanya, bayi itu
sudah tidak menangis lagi, kepalanya bergerak-gerak di atas dada Eunso. airmata kembali
merebak di wajah Eunso, ini bayinya, bayinya yang mungil.

Dokter mengangkat bayi itu lagi, lalu mulai membersihkan bayi itu dan membungkusnya
dengan kain bersih. “Oppa, melihatnya? Dia kecil sekali.”

“Aku tahu,” jawab Kyuhyun ikut terharu.

“Luar biasa, aku berhasil mengeluarkannya.”

“Kau berhasil mengeluarkannya, Sayang, aku bangga padamu.” sekali lagi Kyuhyun
mencium kepala Eunso.
“Baiklah, Tuan, aku akan membersihkan Nyonya Cho terlebih dahulu, kau bisa menunggu di
luar.”

“Baiklah, aku pergi dulu.” Kyuhyun mencium Eunso untuk terakhir kalinya sebelum ia
melangkah pergi dari ruang bersalin itu. Seorang suster berjalan mengikutinya dengan
membawa bayinya di dalam gendongan. “Ini Tuan, bayimu.”

Sejenak Kyuhyun tertegun melihat bayinya terbungkus kain berwarna biru, mata kecilnya
terpejam tapi mulutnya bergerak-gerak kecil. Kyuhyun tersenyum gemas, lalu mengulurkan
tangannya menyambut bayinya. Dengan instruksi dari suster itu, Kyuhyun berhasil
menggendong bayi itu tanpa mematahkan lehernya. Ketika merasakan bayi mungil itu berada
di pelukaannya, Kyuhyun merasa takjub, Kyuhyun tadi sudah melihat bayinya di atas dada
Eunso, tapi tidak sejelas sekarang, bayi mungil ini adalah sebagian dari dirinya dan juga
Eunso.

Kyuhyun berjalan keluar ruangan bersalin menemui keluarganya dengan bayinya berada di
dalam gendongannya. Semua yang menunggu di luar langsung berdiri dan tersenyum bahagia
ketika melihat Kyuhyun menggendong sesuatu. “Laki-laki,” ujar kyuhyun tanpa perlu
ditanya.

“Seorang pewaris,” ujar Hyunjin bangga.

Setelah memakan waktu dua jam akhirnya Eunso dibawa ke ruang rawat inap, selang infus
terpasang di lengannya. Eunso terlihat lemah dan sangat kesakitan ketika Kyuhyun masuk ke
dalam kamar itu, tapi Kyuhyun bisa melihat kebahagiaan terpancar dari wajah pucat itu.
Perlahan-lahan Kyuhyun menghampiri Eunso, Kyuhyun menduga Eunso sedang tidur karena
wanita itu sedang memejamkan matanya, namun ia salah karena Eunso langsung membuka
matanya ketika Kyuhyun duduk di sisi tempat tidur.

“Hai, Sayang.” sapa Kyuhyun lembut.

Eunso tersenyum melihat wajah suaminya. “Oppa, di mana bayi kita?”

Kyuhyun menunduk dan mengecup pipi Eunso, “Sedang di ruang bayi sekarang. Suster
bilang, bayi kita harus diperiksa kesehatannya dulu lalu didata, dan bla, bla, bla.”

“Aku merindukannya,” jawab Eunso lirih, mengelus perutnya yang sudah mengempis saat
ini.

“Aku tahu, sebentar lagi mereka akan membawanya ke sini.”

“Di mana semua orang?” tanya Eunso, menyadari keadaan yang sunyi saat ini. ia melihat
keluarganya sedang berkumpul ketika ia dibawa dengan tempat tidur beroda menuju kamar
inap.

“Mereka memutuskan untuk pulang dan membiarkanmu beristirahat dulu, lalu kembali lagi
ke sini besok.”
Eunso menganggukkan kepalanya lemas.

“Bagaimana perasaanmu?” Kyuhyun mengusap kepala Eunso lembut.

“Lelah, tapi aku puas.” Kyuhyun tersenyum. “aku menang.”

Kyuhyun mengerjabkan matanya. “Menang apa?”

“Bayinya laki-laki, kau ingin perempuan dan aku laki-laki. Aku menang, kan?”

“Apa ini tentang permainan tebak-tebakan jenis kelamin bayi kita yang sempat kita bicarakan
dulu?”

“Oo, karena itu, aku tidak mau mengetahui jenis kelamin bayi kita selama masih di dalam
perut, aku ingin membuktikannya padamu bahwa tebakanku benar.”

Kyuhyun tertawa pelan, lalu mencium Eunso dengan lembut. “Tentu saja kau menang,
meskipun yang lahir perempuan kau tetap menang, Sayang. Karena perjuanganmu untuk
mengeluarkannya.”

Eunso mengulurkan tanganya yang bebas dari selang infus ke leher Kyuhyun lalu memeluk
suaminya. “Oppa, tenang saja, aku akan memberikanmu bayi perempuan setelah ini, lalu satu
perempuan, dan satu laki-laki lagi. sesuai janjiku.”

“Baiklah, aku akan menunggunya dengan sabar.”

“Ya Tuhan.” tiba-tiba Eunso melebarkan matanya terkejut.

“Wae?” Kyuhyun berubah cemas.

“Bayangkan, aku harus mengalami proses persalinan seperti tadi tiga kali lagi,” jawab Eunso
dramatis, benar-benar tidak bisa membayangkan, ia harus menahan sakit seperti itu lagi.
“Apa kau bisa memberikan waktu padaku lima tahun lagi untuk memberikan anak kedua?
Aku butuh waktu untuk menyiapkan mentalku.”

Kyuhyun tertawa terbahak-bahak. Inilah Eunso yang selalu dicintainya, mengatakan sesuatu
yang tidak akan pernah terpikirkan oleh siapa pun juga. Kyuhyun mendaratkan kecupan
hangat di kepala Eunso, sungguh ia sangat mencintai istrinya.

Eunso sedang bersandar di dada Kyuhyun ketika suster datang dan membawa bayi mereka,
Eunso menggendong bayinya dengan hati-hati dan menatap wajah mungil bayinya yang
sedang tertidur bangga. Akhirnya, ia bisa melihat bayinya, Eunso pun tersenyum melihat
adanya tanda-tanda kemiripan bayinya dengan Sang Ayah. Ia memang ingin bayi laki-lakinya
mirip Kyuhyun.

“Oppa, akan memberikan dia nama siapa?” tanya Eunso, mendongak ke samping, ke wajah
Kyuhyun yang berada di belakangnya.

“Cho Ji Gyu,” bisik Kyuhyun, menyentuhkan satu jarinya di pipi mungil bayinya.
“Ji Gyu,” bisik Eunso, “selamat datang ke dunia, Sayang.” Eunso mencium bayinya pelan.

“Eunso-yaa. Terima kasih karena telah memberikan kebahagian padaku, terima kasih karena
selalu berada di sisiku, terima kasih untuk semua cinta yang kau berikan padaku.”

Eunso mentap Kyuhyun lama sebelum menjawab Kyuhyun. “Tidak perlu berterima kasih
untuk hal yang memang pantas untuk kau dapatkan, Oppa.”

Kyuhyun tersenyum, menunduk di atas bibir lembut Eunso. “Aku mencintaimu.”

“Aku juga mincintaimu.”

Kemudian mereka berciuman lembut, tidak menuntut dan tanpa nafsu. Hanya saling
memberikan ciuman yang penuh dengan cinta.

.
EPILOG

Empat Tahun Kemudian

Seekor burung kenari berwarna kuning terang tengah berputar ke sana-ke mari di dalam
sangkar berwarna putih. Matanya yang jernih dan bersih menghanyutkan siapa saja yang
melihatnya, termasuk seorang bocah laki-laki kecil yang saat ini sedang menelungkupkan
badannya dan bertopang dagu di depan sangkar. Sungguh terpesona melihat burung itu.

“Ji Gyu-aa, nama burung ini adalah Piko, dia lucu, bukan?” Ji Gyu menoleh ke arah paman
kesayangnya, Donghae. lalu menganggukkan kepalanya bersemangat.

“Dia kenapa di dalam sana, Paman?” Ji Gyu mengubah posisinya dan duduk bersila,
menunjuk sangkar putih yang mengurung Si Burung.

“Karena, Paman tidak mau burung ini terbang,” jawab Donghae dengan sabar.

“Kenapa jika terbang?” tanya Ji Gyu lagi, rasa penasaran anak seumuran Ji Gyu sangatlah
menggemaskan.

“Jika terbang, burungnya akan hilang dan Paman akan sedih.”

“Paman, menyayangi burung itu?”

“Tentu saja, melebihi hidup Paman sendiri.” Donghae memeluk Ji Gyu dengan gemas,
kenapa anak ini bisa bertanya seperti itu? Donghae jadi sangat ingin berbohong padanya.
“Nah, Paman akan pergi sebentar, kau mau menjaganya untuk Paman?”

Ji Gyu menganggukkan kepalanya bersemangat menerima tugas yang diberikan oleh


pamannya itu. Setelah ditinggalkan sendirian di dalam kamar bermain miliknya, Ji Gyu
kembali menelungkup sambil memandangi burung itu, ia meniupkan napasnya bermaksud
untuk bersiul tapi yang keluar hanya suara tiupan angin.

“Ji Gyu-aa..?” Ji Gyu menoleh ke belakang lalu duduk ketika ibunya masuk dan
menghampirinya. “Kau sedang apa?”

“Sedang menjaga burung, ” Jawab Ji Gyu polos. Eunso tertawa pelan, lalu memeluk putranya
sambil melihat ke sangkar burung. “Namanya Piko, kapan appa pulang? Aku ingin
memperlihatkan Piko pada appa.”

“Nanti sore appa pulang, setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan.”

Ji Gyu menganggukkan kepalanya beberapa kali. “Eomma tahu, dia sangat gesit, terbang ke
sana-kemari, bertengger di sangkarnya.”

“Jinjja? jika dia bebas, dia pasti bisa terbang sangat tinggi.”

“Benarkah?”

“Oo.”
“Aku ingin melihatnya terbang,” seru Ji Gyu sedih.

Eunso tersenyum, menunduk, dan mengecup pipi putranya. “Kau berjanji pada Paman
Donghae akan menjaganya, bukan?”

“Nee.”

“Jaga baik-baik, eoh? Eomma akan ke dapur dulu untuk memasak.”

“Arraso.”

“Jangan membuka sangkarnya, apalagi dengan jendela yang terbuka, kau tidak ingin burung
itu terbang melalui jendela, kan?”

“Nee, Eomma.” Eunso mendaratkan satu kecupan terakhir untuk Ji Gyu kemudian
meninggalkan putranya sendirian lagi.

Ji Gyu bermain dengan mainannya beberapa kali, tapi perhatiannya tetap terfokus pada
burung itu, ia benar-benar ingin membuka sangkar burung itu. Rasa penasaran membuatnya
tidak bisa tenang, Ji Gyu pun duduk dengan melipat kedua kakinya dan menatap tajam
burung itu. “Seberapa tinggi kau bisa terbang?”

Kemudian Ji Gyu teringat akan pesan ibunya, “Jangan buka sangkarnya, apalagi dengan
jendela yang terbuka.”.Karena itu, Ji Gyu bergegas ke jendela dan dengan susah payah
menutup semua jendela itu lalu menguncinya. Ia berlari dengan sangat bersemangat, lalu
duduk di depan sangkar itu lagi, perlahan ia membuka kaitan kunci sangar itu lalu membuka
pintunya.

“Jja,” serunya riang. Burung itu menelengkan kepalanya ke samping beberapa kali sebelum
akhirnya melompat-lompat kecil menuju ke pintu sangkarnya, Burung itu bertengger di pintu
kecilnya lalu mulai mengepakkan sayapnya dan terbang.

Ji Gyu menepukkan tangannya gembira melihat burung itu terbang di langit-langit kamar
bermainnya, burung itu terbang berputar ke sana-ke mari membuat Ji Gyu semakin kuat
menepuk tangan. Lalu tiba-tiba burung itu menemukan suatu celah, dan Ji Gyu terdiam
melihat arah terbang burung itu. Ji Gyu lupa menutup pintu kamarnya. Dan ke sanalah
burung itu terbang.

“Andwee, kembali.” Ji Gyu mengejar burung itu keluar dari kamar bermain, burung itu
melayang tinggi hingga mencapai bagian langit-langit ruang tengah, ia berputar tinggi sampai
akhirnya menemukan celah lagi untuknya keluar menuju langit biru.

“Piko-yaaa, kembali.” Ji Gyu mengejar burung itu sampai keluar rumah, di halaman yang
luas itu, Ji Gyu terus memanggil-manggil burung itu untuk kembali. Arah terbang burung itu
pun merendah, lalu tidak sengaja menabrak tembok pembatas rumah dan terjatuh. Cepat-
cepat Ji Gyu berlari menghampiri burung itu, namun anjing besar ras Rottweiler milik
kakeknyanya yang terikat di dekat kandang yang berada di halaman rumah itu berdiri tepat di
belakang Sang Burung.

“Hektor, jangan.”
KRAAAUUUKKK.. anjing itu menangkap burung itu dengan mulutnya yang lebar dan
bergigi tajam, menoleh ke arah Ji Gyu sekilas dan berlari masuk ke dalam kandangnya.

Ji Gyu terdiam menatap anjing milik kakeknya yang besar itu memakan burung kecil tak
berdosa. Ia tidak berani mendekati anjing itu, hanya kakek dan appa-nya yang boleh
menyentuh anjing itu, karena jelas anjing itu hanya mengenal majikan mereka. Dan Ji Gyu
tidak berani mendekati anjing itu jika tidak ditemani oleh Kyuhyun.

“Ji Gyu-aa, kau sudah selesai bermain? Eomma bawakan cookies kesukanmu.” Eunso masuk
dengan membawa sepiring cookies cokelat yang baru saja keluar dari ovennya. Meletakkan
kue itu di atas meja lalu berputar menghadap ke arah Ji Gyu. Putranya sedang bermain
dengan robot Ultraman-nya dalam keadaan diam membisu.

Aneh, pikir Eunso. biasanya Ji Gyu langsung berlari menghampiri Eunso jika Eunso
membawakan kue. Sesuatu yang salah telah terjadi. Eunso mengalihkan tatapannya ke
seluruh kamar, jendela kamar tertutup rapat, dan kamar terlihat tidak ada yang salah, sampai
akhirnya ia melihat sangkar burung yang kosong.

“Ji Gyu, di mana burungnya?” tanya Eunso.

“……” Ji Gyu diam, masih memainkan robotnya.

“Cho Ji Gyu, jawab Eomma.”

“…..”

“Di mana burungnya, Sayang?”

“Hilang.” suara kecil itu akhirnya keluar dari mulut Ji Gyu.

“Nee? Bagaimana caranya bisa hilang?”

“Tadi ada pencuri,” jawab Ji Gyu cepat.

Eunso duduk di sebelah Ji Gyu dengan ekspresi tegang. “Jangan bohong pada Eomma,
katakan yang sejujurnya. Apa yang terjadi pada burungnya?”

“Burungnya dibawa monster,” jawab Ji Gyu, bersikeras pada kebohongannya.

Eunso menoleh ke arah sangkar burung, ia bisa melihat kaitan kunci di sangkar itu telah
terbuka. “Apa kau membuka sangkarnya, Sayang,” tanya Eunso lembut.

“Tidak,” jawab Ji Gyu cepat.

“Lalu kenapa burungnya bisa keluar dari sangkarnya?”

“Tadi ada pencuri, Eomma,” teriak Ji Gyu dengan mata yang basah, putranya berusaha keras
untuk tidak menangis.
“Tidak ada pencuri yang bisa masuk ke rumah kita.” nada suara Eunso berubah sedikit lebih
keras. “Katakan pada Eomma apa yang terjadi pada Piko.”

“Piko dibawa monster lauuuttt.” Ji Gyu berlari keluar dari ruang bermainnya menuju
kamarnya.

“Cho Ji Gyuuu.” Eunso memanggil Ji Gyu frustrasi. Kenapa putranya berbohong?.

“Nee? burungnya menghilang?” Donghae melebarkan matanya terkejut mendapati berita


bahwa burungnya menghilang. Ia kembali ke rumah Kyuhyun untuk membawa kembali
burung titipan dari temannya itu, ia menitipkan burung itu kepada Ji Gyu karena tahu
keponakan kesayangnya itu sangat menyukai burung. Ia tidak pernah menyangka burung itu
akan menghilang.

“Apa burung itu berharga, Oppa?” tanya Eunso khawatir.

Donghae menatap Eunso dalam diam. Burung itu, burung kesayangan temannya. Temannya
sedang pergi berlibur dan menitipkan burung itu padanya. Tentu saja burung itu berharga
untuk temannya itu, bukan? “Aah, anniya, hanya burung biasa,” jawab Donghae cepat, tidak
ingin membuat Eunso semakin memarahi putranya.

Eunso menoleh ke arah Ji Gyu yang sedang duduk dan bermain dengan balok-balok
berwarna-warni miliknya. Sudah 4 jam berlalu, tetapi Ji Gyu tetap tidak mengatakan apa
yang terjadi pada burung itu. Eunso menghampiri Ji Gyu.

“Sayang, maukah kau mengatakan hal yang sebenarnya kepada Eomma? Apa yang terjadi
pada burungnya?”

“Piko pergi bersama Pororo,” jawab Ji Gyu, ceritanya terus berubah-ubah setiap kali ditanya.

“Apa kau akan tetap seperti ini? tidak mau mengatakan kebenarannya pada Eomma? Eoh?”
nada suara Eunso meninggi. Ji Gyu menggiggit bibirnya yang bergetar, ia tidak berani
menatap wajah ibunya.

“Sudahlah Eunso-ya, burung itu tidak ada apa-apanya,” ujar Donghae, melerai pertengkaran
ibu dan anak itu.

“Tidak, Ji Gyu harus mengatakan yang sebenarnya.”

“Eunso-ya, Ji Gyu masih kecil, wajar jika dia masih nakal.” Seungmi yang sudah tahu
kejadian itu juga ikut mencoba menenangkan Eunso. “Bukankah Donghae juga bilang tidak
apa-apa?”

Eunso mengeraskan rahangnya tetap menatap putranya dengan tatapan sedih. “CHO JI
GYUUUU,” teriaknya, membuat Donghae dan Seungmi bergidik mendengar panggilan itu.

Kyuhyun berdiri di ambang pintu dengan alis yang terangkat, sudah cukup lama sebenarnya
ia berdiri di sana mendengarkan sebagian obrolan yang berada di ruang bermain itu. Ia
menatap istrinya yang sedang duduk dengan tangan terkepal di pangkuannya dan putranya
dengan kepala tertunduk takut sambil meremas balok mainannya.
Eunso dan Ji Gyu memang sering bertengkar, ini karena sifat usil putranya yang suka
menggoda ibunya, sehingga selalu membuat ibunya kesal. Tapi ada masanya Kyuhyun
merasa iri dengan kedekatan ibu dan anak itu. Ji Gyu selalu punya ide untuk menarik
perhatian Eunso, Eunso juga tidak pernah serius memarahi putranya, tentu saja. Sepertinya
sekarang pertengkaran ibu dan anak itu terlihat serius.

Kyuhyun melangkah masuk, membuat Donghae dan Seungmi menoleh padanya. “Ada apa?”
tanyanya pada Donghae.

“Eeehh, anu, aku menitipkan burung pada Ji Gyu, dan burung itu menghilang,” jawab
Donghae

“Menghilang. Bagaimana bisa?”

“Aku tidak tahu.” Donghae menggelengkan kepalanya.

“Tanya saja pada Ji Gyu,” ujar Eunso, dengan mata berapi-api menatap putranya.

“Burungnya dibawa perampok.” Ji Gyu bersikeras

“Cho Ji Gyu, kau tetap tidak mau mengatakannya?” desak Eunso

“……”

“ Sayang.” Kyuhyun menghampiri Eunso lalu berjongkok di sebelah istrinya.

“Eomma, tidak mau punya anak seorang pembohong.” airmata merebak keluar dari mata
Eunso, ia terus menatap putranya dengan mata yang sudah basah.

Ji Gyu menggigit keras bibirnya yang bergetar, matanya sudah basah, tapi ia tetap menahan
agar airmatanya tidak keluar.

Kyuhyun mengembuskan napasnya lalu menghampiri Ji Gyu. “Katakan padaku siapa


namamu?” tanyanya.

Ji Gyu menoleh kepada appa-nya bingung. “Cho Ji Gyu,” jawabnya.

“Nah, Cho Ji Gyu. Kau menyandang nama besar, dengan tanggung jawab yang besar. Tidak
ada satu pun seorang pengecut yang lahir di keluarga ini. Kau juga lahir dari rahim seorang
wanita yang pemberani. Tidak ada salahnya mengatakan yang sebenarnya. Bahkan, kau harus
bangga karena telah melakukan hal yang benar.”

Ji Gyu masih diam, karena masih kecil, ia tidak bisa benar-benar paham dengan apa yang
ayahnya katakan padanya. Kyuhyun mengembuskan napasnya, sadar bahwa putranya tidak
mengerti apa yang ia katakan, “Lihat Appa, Nak.” Ji Gyu menatap ayahnya. “Ke mana
burungnya pergi?”

Bibir Ji Gyu bergetar hebat, entah karena apa, ia mendapatkan sebuah keberanian ketika
menatap ayahnya. “Burungnya terbang lewat pintu, lalu keluar, dan jatuh, kemudian dimakan
Hektor. Huaaaa…” kemudian tangisnya pun pecah.
Kyuhyun memeluk putranya kemudian mengusap kepalanya berkali-kali. “Sssttt, tidak apa-
apa, tidak apa-apa.” Ji Gyu menangis tersedu-sedu di bahu ayahnya, membuat jas hitam yang
dikenakan Kyuhyun basah oleh airmata dan ingus Ji Gyu. Butuh waktu lama sampai tangisan
itu berhenti.

“Nah, minta maaf pada Paman Donghae.” Dengan menggendong Ji Gyu, Kyuhyun
menghapus jejak airmata Ji Gyu.

“Paman, maafkan aku.”

“Kau anak yang hebat, tentu saja Paman memaafkanmu.” Donghae mengusap kepala Ji Gyu.

“Sekarang pada eomma.” Kyuhyun membawa Ji Gyu ke arah Eunso.

“Eomma, mianhae.” Ji Gyu mengulurkan tanganya kepada Eunso dan isakan itu keluar lagi
dari mulut Ji Gyu.

Eunso merasakan airmatanya juga ikut turun, ia meraih Ji Gyu dari gendongan Kyuhyun dan
memeluk erat Ji Gyu dalam gendongannya. “Eomma bangga padamu, Sayang.” Eunso pun
mendaratkan kecupan ringan di wajah putrnya berkali-kali. “Cup,cup, sudah, tidak apa-apa.”

Kyuhyun mengembuskan napasnya lega. “Rumah menjadi tenang jika kalian selalu akur,”
bisik Kyuhyun, memeluk istri dan putranya sekaligus.

Eunso tertawa pelan lalu menyandarkan kepalanya di dada Kyuhyun. tidak ada yang tidak
bisa dilakukan oleh Kyuhyun. Semua masalah akan beres jika ada Kyuhyun. “Gomawo,
Oppa.”

“Untuk apa?”

“Karena menjadi suami dan ayah yang hebat untuk kami berdua.”

END

Anda mungkin juga menyukai