Anda di halaman 1dari 19

HASIL PEMELIHARAAN

MOTOR LISTRIK

A. TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta mampu mengetahui jenis-jenis

kerusakan atau gangguan yang umumnya timbul pada komponen-komponen motor

listrik.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta mampu :

1. Mengidentifikasi macam-macam kerusakan pada motor listrik

2. Menguraikan teknik atau cara penanganan kerusakan yang timbul pada motor

listrik

C. TEORI

4.1. ANALISA GANGGUAN BANTALAN

Bantalan berfungsi sebagai peluncur gerak putar poros, mengurangi

gesekan dan penstabilan posisi rotor terhadap gaya horizontal dan vertikal, dapat

mengalami gangguan berupa :

Pelumasan terhadap bantalan tidak tepat, karena kekentalan

pelumasannya tidak tepat, pelumasan kurang, pelumasan tercemar. Akibat

gesekan meningkat, getaran meningkat, temperatur meningkat, yang

berakibat beban motor bertambah.

Diameter peluru (ball atau roller) bantalan menjadi kecil karena gesekan

seiring proses waktu, akan mengakibatkan gesekan, temperatur dan

getaran motor bertambah.


Apabila proses ini berlangsung lama, dapat mengakibatkan peluru bantalan

lepas dari rumahnya, dan pada kondisi ini motor tidak dapat berputar sama

sekali. Karena tidak dilindungi dengan baik, bantalan tercemar kotoran sehingga

menghambat putaran motor. Bantalan tidak berfungsi lagi karena peluru ( boll atau

roller ) macet tidak mau berputar dan kemungkinan rivet peluru bantalan tidak

berfungsi. Kalau sudah pada kondisi demikian motor tidak boleh dioperasikan, dan

bantalannya harus diganti.

4.2. ANALISA GANGGUAN PADA BAGIAN PENDINGIN

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pendingin berfungsi untuk

melepaskan energi yang timbul pada motor keudara bebas. Apabila sistem

pendingin tidak berfungsi dengan baik, maka kinerja operasi motor terganggu.

Adapun gangguan yang dialami motor akibat sistem pendingin tidak berfungsi

dengan baik adalah :

Kipas pendingin berputar slip terhadap poros karena baut pengikat posisi

kipas tidak baik, maka terjadi gesekan antara kipas dengan poros yang

menimbulkan panas dan udara yang diekspansikan ke sirip pendingin

berkurang.

Kipas bersentuhan dengan tutupnya, maka saat berputar, terjadi gesekan

antara kipas dengan tutupnya, yang mengakibatkan kipas terkikis dan

menimbulkan panas.

Hal ini terjadi karena baut pengikat tutup longgar atau posisi tutup longgar

atau posisi tutup tidak tepat pada tempatnya. Sirip pendingin tercemar kotoran,

maka udara yang diekspansikan keluar badan motor terhambat.


Untuk motor kapasitas besar, sistem pendinginnya tidak cukup dengan

kipas sendiri, maka harus dibantu oleh peralatan pendingin. Gangguan sistem

pendinginnya lebih kompleks, seperti motor penggeraknya tidak berfungsi atau

saluran sirkulasi fluida atau sirkulasi udara terhalang atau tersumbat.

4.3. ANALISA GANGGUAN PADA KOPLING

Motor yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik,

dalam keadaan terpasang, motor selalu terkopel dengan bebannya, dapat dibagi

dalam bentuk :

Terkopel melalui transmisi belt/rantai.

Terkopel melalui transmisi roda gigi.

Terkopel langsung.

Dalam bahasan ini yang dibicarakan adalah yang terkopel langsung,

dimana sumbu poros motor satu garis dengan sumbu poros beban. Pasangan

kopling harus terpasang tegak lurus terhadap poros motor maupun terhadap

poros beban, dan titik pusat ( center ) pasangan kopling harus berada dalam satu

garis dengan sumbu poros motor dan beban. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi

akan mengganggu gerak putar poros, ganguan yang terjadi pada kopling motor

antara lain :

Posisi pasangan kopling tidak tepat satu sama lainnya secara Vertikal

Posisi pasangan kopling tidak tepat satu sama lainnya secara horizontal
Disamping kondisi tersebut diatas, posisi kopling dapat bergeser karena :

Baut pengikat pondasi motor atau beban longgar, sehingga posisinya

berubah, akibatnya posisi koplingpun turut berubah.

Baut pengikat pasangan kopling tidak terikat kencang sehingga

menimbulkan getaran pada pasangan kopling.

Akibat posisi kopling tidak tepat akan memberi pengaruh kepada peningkatan

beban motor karena gesekan meningkat dan memberi efek bantalan cepat rusak.

4.4. ANALISA GANGGUAN KEDUDUKAN MOTOR

Dalam kondisi normal, posisi bagian-bagian motor berada dalam keadaan

baik dan tepat pada posisinya masing-masing. Apabila bagian-bagian motor tidak

tepat posisi, mungkin karena terjadi pergeseran posisi atau tidak tepat posisi saat

proses bongkar pasang, operasi motor akan terganggu.

Adapau gangguan posisi kedudukan motor tidak tepat adalah :

Dudukan rotor tidak tepat pada pusat magnetnya. Dapat mengakibatkan

gesekan poros dengan bantalan naik dan kinerja interaksi kumparan stator

dan rotor berkurang.

Apabila sisi kumparan stator telah disentuh oleh bagian mekanik rotor. Dalam

kondisi demikian motor tidak boleh berputar sama sekali, karena akan merusak

kumparan statornya.
Rotor tidak seimbang (unbalance), karena fight balance (penyeimbangan

bobot) rotor tidak tepat atau terlepas. Akibatnya saat motor berputar akan

mengeluarkan getaran yang berlebihan. Hal ini dapat mempercepat

kerusakan bantalan dan untuk motor DC dan universal akan terjadi

percikan api pada komutator atau sikatnya.

Posisi dudukan motor pada pondasinya yang tidak tepat, atau ikatan baut

pondasinya yang longgar atau kurang kencang, akan mengakibatkan operasi motor

akan bergetar dan motor dapat bergeser posisinya dari seharusnya. Peristiwa ini

akan membawa pengaruh kepada sistem pengkopelan motor terhadap beban.

4.5. ANALISA GANGGUAN KELISTRIKAN STATOR

4.5.1. Motor Induksi.

Gangguan yang mungkin terjadi terhadap kumparan stator, antara lain

yaitu : Tahanan isolasi kumparan menurun, dimana besar tahanan

isolasi minimum 2000 Ω / V. Tahanan isolasi menurun disebabkan

antara lain yaitu :

1) Kumparan pernah mengalami kenaikan temperatur berlebih hingga

menurunkan kualitas tahanan isolasi

2) Kualitas isolasinya menurun karena faktor usia / waktu.

Hubung singkat antara kumparan dengan bodi, kemungkinan

penyebabnya antara lain:


Isolasi kumparan terlepas dari kawatnya akibat temperatur kumparan

melampaui nominalnya

a. Isolasi kumparan terluka akibat sentuhan mekanik

b. Kualitas kumparan menurun dibawah standar

Tahanan kawat kumparan antara fasa tidak sama, kemungkinan

penyebabnya antara lain :

a. Salah satu kumparan pernah mengalami panas berlebih sehingga struktur

logamnya berubah, mengakibatkan tahanan bertambah besar, tetapi

tidak sampai merusak bahan isolasinya.

b. Hubung singkat antara lilitan kumparan, sehingga jumlah lilitan aktif

berkurang, akibatnya arus yang mengalir akan naik dari nominalnya.

c. Kawat kumparan putus, umumnya terjadi karena menerima arus yang

terlampu besar atau terjadi hubung singkat dalam kumparan itu

sendiri.

Kumparan terbakar karena mengkonsumsi arus terlalu besar karena

beban berlebih atau gangguan mekanik, dimana alat proteksi tidak

berfungsi sempurna.
4.5.2. Motor DC dan Universal

Untuk motor DC dan Universal, konstruksi kumparan statornya lebih

sederhana dibandingkan dengan kumparan stator motor induksi, dimana

pada motor DC pada stator ditempatkan kumparan medan magnit. Gangguan

yang dialaminya hampir sama seperti pada kumparan stator induksi, adapun

gangguan yang mungkin dialaminya hampir sama seperti pada kumparan

stator motor induksi, adapun gangguan yang mungkin terjadi padanya

adalah :

1. Hubung singkat kumparan dengan bodi

2. Jumlah kumparan aktif menurun karena hubung singkat antar lilitan

kumparan

3. Tahanan kumparan lebih besar dari nominalnya, hal ini akibat kumparan

pernah mengalami panas berlebihan.

Tetapi secara umum kumparan medan magnit jarang mengalami

gangguan, untuk motor DC yang sering mengalami gangguan adalah

kumparan jangkarnya.

Selain kumparan, bagian kelistrikan stator lainnya adalah terminal yang

berfungsi sebagai penghubung motor ke sumber tegangan. Gangguan yang

mungkin terjadi pada terminal motor adalah :

1. Ikatan sambungan kabel pada terminal longgar dapat menyebabkan

terjadinya percikan api akibat hubungan kontak yang tidak sempurna,

yang mengakibatkan tegangan dan arus antar fasa tidak seimbang.


2. Baut sambungan terminal hubung singkat dengan bodi.

3. Kabel sambungan kumparan ke terminal putus atau hubung singkat

dengan bodi.

4.6. ANALISA GANGGUAN KELISTRIKAN ROTOR

4.6.1. Rotor Sangkar.

Rotor sangkar adalah bentuk rotor suatu motor yang konstruksinya

paling sederhana, kokoh dan jarang sekali mengalami gangguan. Kumparan

rotor sangkar terdiri dari batang kawat tidak berisolasi dan ujungnya

disatukan sama yang lainnya dengan baut pengikat.

Gangguan yang dialami kumparan rotor sangkar adalah ikatan baut

sambungan ujung-ujung kumparan longgar atau terlepas. Efek dari

gangguan ikatan sambungan kumparan longgar , akan berakibat memberi

umpan balik ke kelistrikan kumparan stator. Dimana gangguan kumparan

rotor sangkar akan mempengaruhi kerja motor, berupa yaitu :

1. Arus fasa tidak seimbang

2. Motor tidak berputar normal atau tidak berputar sama sekali

3. Motor menjadi panas dan mengeluarkan suara berisik.

4.6.2. Rotor belitan

Rotor lilit mempunyai kumparan, dimana ujung-ujung kumparan

fasanya disatukan menjadi titik bintang dan ujung-ujung lainnya

disambungkan ke slip ring (cincin seret).


Gangguan kelistrikan yang dialami rotor lilit hampir sama dengan

gangguan yang terjadi pada stator seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, perbedaannya adalah rotor berputar sedangkan stator diam,

sehingga ada sedikit perbedaan permasalahan kelistrikan yang dihadapi.

Adapun gangguan kelistrikan yang mungkin dihadapi rotor lilit

adalah :

1. Tahanan isolasi kumparan menurun, sehingga arus bocor kumparan

bertambah besar

2. Hubungan singkat kumparan dengan bodi

3. Jumlah kumparan aktif menurun karena hubung singkat antara lilitan

kumparan

4. Tahanan kumparan lebih besar dari nominalnya, hal ini akibat

kumparan pernah mengalami panas berlebih.

5. Sambungan titik bintang kumparan longgar atau lepas

6. Kabel sambungan kumparan dengan slip ring longgar atau terlepas

7. Hubungan singkat antar slip ring

8. Terjadi pengotoran dipermukaan slip ring oleh serbuk sikat arang

sehingga menimbulkan percikan api.


4.6.3. Rotor Motor DC / Universal.

Sebagaimana diketahui pada toror motor DC ditempatkan kumparan

jangkar yang dilengkapi dengan lamel-lamel sebagai terminal kumparan-

kumparan jangkar.

Adapun gangguan kelistrikan yang mungkin dihadapi rotor motor DC

adalah:

4.6.3.1. Kumparan Jangkar.


Kumparan jangkar hubung singkat akan menimbulkan percikan api

diantara dua segmen kumparannya. Kumparan jangkar terbuka akan

menimbulkan percikan api diantara dua segmen, sebelum segmen

kumparan yang terbuka terjadi hal sebagai berikut :

o Tahanan isolasi kumparan menurun.

o Hubung singkat kumparan dengan bodi.

o Sambungan ujung-ujung kumparan pada komutator longgar lalu

terlepas.

4.6.3.2. Kommutator.
Terjadi pengotoran dipergunakan kommutator oleh serbuk sikat

arang sehingga menimbulkan percikan api, karena terjadi hubung

singkat antar lamel oleh serbuk tersebut.


Permukaan kommutator tidak merata akibat terlampau sering

menerima percikan api. Biasanya terjadi karena motor menerima

beban lebih, pengaruh sikat atau posisi mekanik rotor tidak tepat.

Permukaan kommutator terkikis karena waktu atau pemilihan sikat

pasangannya tidak tepat karena terlampau keras. Proses ini akan

menyebabkan mika penyekan lamel kommutator.

4.6.3.3. Sikat arang / Brushes.


Hampir semua motor-motor listrik mempunyai sikat (brostel), seperti

motor DC, motor universal, motor slip ring (rotor lilit) dan motor

sinkron seperti telah diutarakan pada topik sebelumnya kecuali

motor induksi rotor sangkar. Karena sikat berfungsi sebagai

penghantar antara bagian yang diam dengan bagian yang bergerak,

maka motor-motor tersebut diatas, yang palingsering timbul gangguan

adalah pada sikatnya. Kinerja sikat pada suatu motor sangat

terkait dengan kommutator seperti telah dijelaskan diatas, dimana

kondisi sikat tidak baik secara langsung akan mempengaruhi kondisi

kommutator, demikian sebaliknya. Adapun gangguan yang dihadapi

motor karena sikatnya tidak berfungsi dengan baik adalah :

o Kabel penghubung sikat terikat kencang (longgar) pada terminalnya

sehingga mengalirnya arus terganggu.

o Permukaan sikat tidak sama bentuk lengkungnya dengan lengkung

permukaan kommutator, sehingga ada permukaan kosong antara sikat

dan kommutator, akibatnya timbul percikan bunga api pada

permukaannya.
o Pegas penekan sikat tekanannya melemah, tidak cukup menekan sikat

pada permukaan kommutator, sehingga akan menimbulkan percikan

bunga api pada permukaan sikat.

o Selain gangguan terhadap sikat tersebut diatas, gangguan sikat juga

dapat dipengaruhi oleh gangguan mekanik, seperti dudukan rotor tidak

tepat, akibat getaran rotor dan lain sebagainya.

4.7. ANALISA GANGGUAN STARTING DAN SUMBER TEGANGAN

MOTOR.

4.7.1. Gangguan Starting.

Motor-motor ukuran kecil seperti mesin power tool dapat dioperasikan

langsung ke sumber tegangan (DOL) tidak memerlukan peralatan starting.

Untuk motor ukuran besar atau karena sifat bebannya, membutuhkan peralatan

starting untuk mengoperasikannya. Dalam menjalankan motor sangat

bergantung kepada karakteristik dan sifat bebannya. Maka sangat banyak

variasi jenis peralatan starting motor, antara lain :

• Peralatan Starting Bintang (Y) atau Delta .

• Peralatan Starting primary resistance

• Peralatan Starting Secondary resistance, dan lain sebagainya.

Dalam menganalisa gangguan peralatan starting suatu motor, sangat

bergantung kepada sistem rangkaian kontrolnya, dimana digunakan motor

tersebut.

Jadi untuk menganalisanya diperlukan gambar rangkaian kontrol starting dan

manual book (buku petunjuk) motor.


Secara sederhana berikut ini akan dianalisa gangguan starting secondar

resistance motor lilit seperti terlihat pada gambar.

Gangguan starting yang mungkin terjadi pada motor adalah :

• Sambungan kabel penghubung pada terminal rotor dan pada terminal

rheostat tidak terikat dengan baik atau terlepas.

• Kotak point step pada rheostat tidak kontak dengan baik atau bila

asutan rheostat dengan sikat mungkin tidak terhubung dengan baik.

• Titik bintang rheostat tidak tersambung dengan baik atau terlepas

• Salah satu tahanan rheostat putus atau terbakar

• Tidak bekerja (apabila sistem dikontrol otomatis).

4.7.2. Gangguan Sumber Tegangan Motor.

Sering terjadi motor listrik terganggu kerjanya akibat penyuplaian sumber

tegangannya terganggu seperti :

Drop tegangan sumber terlalu besar, dimana tegangan drop maksimum

yang diperbolehkan secara umum adalah 10% (tergantung kepada

spesifikasi motor dari pabrik pembuat dan keinginan sistem jaringan,

dimana motor terpasang).

Untuk sumber tegangabn tiga fasa, salah satu fasanya terganggu

Ada penyambungan kabel pada sumber tegangan tidak tersambung

dengan baik.

Peralatan seperti saklar, MCB dan alat proteksi pada sumber tegangan,

kontak pointnya tidak sempurna.


Untuk memastikan bahwa sumber tegangan siap menyuplai tegangan kepada

motor lakukan pengukuran tegangan. Pastikan pada saat pengukuran,

penyetelan alat ukur telah tepat dan faktor keselamatan kerja, karena

bekerja didaerah bertegangan.

Apabila tegangan diukur sesuai dengan ketentuan, tetapi saat motor diberi

tegangan, terjadi drop tegangan yang besar, berarti ada sambungan yang

longgar

4.8. PENGUJIAN MEKANIK MOTOR.

4.8.1. Pengujian Putaran Motor.

Motor beroperasi normal, lakukan pengukuran. Jumlah putaran yang ditunjukan

techometer harus sama dengan putaran nominal motor yang tertera pada pelat

nama motor.

4.8.2. Pengujian posisi kopling dan transmisi.

Kopling harus duduk tegak lurus pada poros. Untuk memastikan kopling tepat

pada posisinya, lakukan pengujian. Pastikan motor tepat posisi terhadap

bebannya, baik secara vertikal maupun secara horizontal, dimana sumbu

poros beban, lakukan pengukuran untuk menghindari posisi transmisi poros

yang tidak tepat.

4.8.3. Pengujian Dudukan poros/rotor.

Posisi rotor/poros didalam stator yang tepat secara mekanik dan listrik. Dan

posisi rotor yang salah harus dihindari. Untuk memastikan posisi rotor tepat

dudukannya, lakukan pengukuran. Apabila posisi rotor telah tepat, poros

akan berputar ringan.


4.9. PENGUJIAN KELISTRIKAN MOTOR.

4.9.1. Pengujian Tahanan Kumparan Jangkar.

Pengujian tahanan kumparan jangkar (stator) dapat dilakukan menggunakan

OHM meter. Bagian yang diukur adalah tahanan kumparan jangkar dan

dicatat seperti pada chek list berikut :

No. Dok : 07092653


PENGUJIAN MOTOR LISTRIK No. Revisi : 00
Halaman : 01 dari 01

Nama Motor :
Unit :
Hari / tanggal :

No Check list

1 Check / bersihkan motor


2 Tambah / ganti minyak pelumas bila perlu ( jenis minyak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )
3 Tambah / ganti grease bila perlu ( jenis grease . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
4 Check / ganti bearing bila perlu ( No. / Merk bearing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
5 Bersihkan / revarnishing belitan
6 Check heater
7 Check grounding
8 Check connection
9 Ukur harga isolasi Phase : A - Ground = M / G Ohm
: B - Ground = M / G Ohm
: C - Ground = M / G Ohm

Ukur tahanan belitan Phase :A-B = Ohm


:A-C = Ohm
:B-C = Ohm

10 Test motor tanpa Arus : Start = Amper


beban : Normal = Amper
Phase :A = Amper
:B = Amper
:C = Amper

11 Test motor dengan Arus : Start = Amper


beban : Normal = Amper
Phase :A = Amper
:B = Amper
:C = Amper

12 Check vibrasi tanpa / : Horiz = : Horiz =


dengan beban : Vert = : Vert =
: Axial = : Axial =

13 Bersihkan korosi / cat body motor / cat ulang bila perlu


14 Check kelainan suara

Mengetahui Petugas :

1 ………………………….

2 ………………………….
( Nama )
Jabatan 3 ………………………….

Gambar 4.1 Check list pengujian motor


Nilai tahanan masing-masing fasa sama besar berarti baik dari segi pengukuran

tahanan, demikian juga nilai tahanan antara fasa dengan bodi, OHM meter

menunjuk tak terhingga.

Tetapi bila nilai tahanan kumparan fasa tidak sama besar berarti kondisi

kumparan tidak baik (tidak seibang). Hal ini kemungkinan jumlah lilit masing-

masing kumparan tidak sama. Atau salah satu kumparan fasa pernah

mengalami temperatur berlebih, sehingga struktur logamnya berubah,

akibatnya tahanan jenisnya pun berubah.

4.9.2. Pengujian operasi.

Sebelum motor listrik dioperasikan (distart) lakukan pemeriksaan dan

pengukuran kembali meliputi :

a. Baut-baut yang kendor.

Breaket / cover motor

Rangka motor

Kipas

Penutup kipas

Pulley / kopling

b. Bearing.

Putar poros : kelainan suara

Kebebasan gerak dari poros


Sistem pelumasan

Kotoran yang melekat

c. Belitan rotor dan stator.

Gesekan

Kotoran yang menempel

Sambungan terminal

Ukuran tahanan isolasi dan tahanan kontinuitasnya

d. Sikat arang. ( Motor DC dan AC rotor belitan atau universal motor 1 Ph )

Daerah sikat arang yang menyentuh komuntator harus lebih besar 80

Kabel sikat arang tidak boleh menyentuh bagian yang berputar.

Jarak antara sikat arang dan gagangnya harus tepat/pas

e. Comutator.

Celah, apakah terdapat partikel tembaga, kotoran karbon dan lain-lain

Jarak dengan gagang sikat 2 - 3 mm.

Khusus pengukuran tahanan isolasi motor, hasil pengukuran

dibandingkan dengan data performance sebelum atau hasil

pengukuran/data pengukuran dari pabrik, apakah sudah memenuhi

dalam range yang diijinkan.


f. Pengujian tanpa beban/ dan saat berbeban :

Amper start

Amper nominal masing-masing fasa

RPM

Temperatur

Vibration

Kelainan suara

4.9.3. Pengetesan Tahanan Isolasi Dan Putaran.

Setelah belitan motor selesai dirakit atau dipasang, maka lakukan pengujian

dan pengetesan baik tahanan isolasi, tahanan kumparan, putaran, tegangan

serta ukur amper start up dan amper nominal masing – masing fasa. Pengujian

yang dilakukan adalah operasi motor tidak berbeban / no load dan berbeban

(loading).

4.9.4. Prosedur Pengujian Tahanan Isolasi Belitan Stator Motor.

1. Lakukan pengukuran ujung – ujung belitan dengan mengunakan multi-

tester untuk mengetahui bahwa belitan tidak putus, catat hasil

pengukuran tahanan kumparan.

2. Lakukan pengujian tahanan isolasi belitan dengan menggunakan

megger dan catat hasilnya dengan prosedur sebagai berikut :

Pengukuran antar belitan fasa dan pengukuran antara masing – masing

belitan dengan body.


3. Apabila hasil pengukuran baik, maka hubungkan belitan motor

bintang atau delta.

4. Catatan : penggunaan megger 500 Volt tegangan rendah,

1000 Volt dan 500 Volt untuk peralatan tegangan

menengah.

5. Sambungkan kabel keterminal motor, dan lakukan operasi

motor dalam keadaan tidak berbeban dan ukur arus

startnya.

6. Periksa temperatur motor, baik secara visual


(memegang) maupun

dengan memasang thermometer.

7. Cek putaran motor, apakah sesuai dengan perencanaan atau

spesifikasinya dengan menggunakan tacho-meter atau

strobacope dan catat hasil putarannya.

8. Monitor selalu temperatur motor dan kelainan – kelainan


yang terjadi.

9. Setelah normal lakukan test berbeban (loading) dengan

melakukan pengukuran Arus start, Arus nominal pada beban

tertentu, dan putaranya pada beban tertentu.

Bandingkan hasil pengujian dengan referensi yang ada dan

motor siap dioperasikan

Anda mungkin juga menyukai