Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

URINALISA DAN CAIRAN TUBUH

NAMA = FA’IZAH NUR NABILA S

NIM = 1201028

PROGRAM STUDI
D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
STIKES NASIONAL
Pemeriksaan
Mikroskopis Urine

Nama Pasien :

Umur :

Tanggal Pemeriksaan :

Sampel :

1. Tujuan :
Untuk mengetahui unsur-unsur organic dan anorganik dalam urine

2. Prinsip :
1. Metode Natif
Adanya bentukan-bentukan atau unsur-unsur yang tersuspensi
dalam urine akan dipresipitatkan dengan cara dicentrifuge dan dianalisa
dibawah mikroskop.

2. Metode Malbin
Adanya bentukan-bentukan atau unsur-unsur yang tersuspensi
dalam urine akan dipresipitatkan dengan cara dicentrifuge dan dianalisa di
bawah mikroskop dengan penambahan cat Sternheimer Malbin dengan
perbandingan 1:1 agar unsur sedimen urine dapat terlihat jelas.

3. Alat dan Bahan :


1. Tabung centrifuge
2. Centrifuge
3. Pipet tetes
4. Objek glass
5. Deckglass
6. Beckerglass
7. Gelas ukur
8. Mikroskop
9. Sampel urine
10. Cat Sternheimer Malbin

4. Cara Kerja :
4.1 Metode Natif:
1. Homogenkan botol penampung urine lalu ukur pH urine
2. Masukkan 7-8 ml urine kedalam tabung centrifuge
3. Putar dengan kecepatan 1500-2000 rpm dalam 5 menit
4. Buang cairan atas hingga hanya tertinggal suspensi sedimen 0,5 ml
5. Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen urine tersebut
6. Teteskan 1 teted urine diatas objek glass dan ditutup dengan deck glass
7. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x lalu dengan
perbesaran 40x

Cara melaporkan hasil pemeriksaan sediment:


1. Sel leukosit dan sel eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per-LPB
(Lapang Pandang Besar) dengan perbesaran 40x
2. Sel epitel dan silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (lapang
Pandang Kecil) dengan perbesaran 10x
3. Unsur-unsur lain dan Kristal-kristal dalam urin dilaporkan per LPK
(Lapang Pandang Kecil) dengan keterangn
(-) Tidak ada
(+) Jarang
(++) Banyak
(+++) Banyak sekali
(++++) Sangat banyak sekali
4.2 Metode Malbin:
1. Homogenkan 3 bagian larutan I dengan 97 bagian larutan II, kemudian
disaring
2. Kocok botol penampung dan ukur pH urin
3. Centrifuge 7-8 ml urine pada kecepatan 1500-2000 rpm selama 5 menit
4. Buang cairan atas hingga hanya tertinggal suspensi sedimen 0,5 ml
5. Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen urine tersebut
6. Teteskan 1 teted urine diatas objek glass dan ditutup dengan deck glass
7. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x lalu dengan
perbesaran 40x

Cara pelaporan hasil dan harga normal:


4. Sel leukosit dan sel eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per-LPB
(Lapang Pandang Besar) dengan perbesaran 40x
5. Sel epitel dan silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (lapang
Pandang Kecil) dengan perbesaran 10x
6. Unsur-unsur lain dan Kristal-kristal dalam urin dilaporkan per LPK
(Lapang Pandang Kecil) dengan keterangn
(-) Tidak ada
(+) Jarang
(++) Banyak
(+++) Banyak sekali
(++++) Sangat banyak sekali

Unsur-unsur yag tercatat sebagai berikut:


Sel epitel : Transparan sedikit ungu dengan inti sel ungu
tua
Sel-sel dan ginjal : Antara jingg dan ungu dengan inti selungu
tua
Sel eritrosit : Tidak tercatat atau sedikit merah jambu
Sel leukosit : Merah jambu dengan inti uangu tua yang
berasal dari saluran kencing bawah.
Sedangkan yang berasal dari ginjal akan
berwarna biru
Silinder hyaline : (silinder him) merah muda
Silinder berbutir : Merah muda dengan granula ungu
Siinder eritrosit : Ungu dan merah
Bakteri mati : Ungu tua
Bakteri hidup : Merah muda
Natrium, spora jamur : Bersinar berwarna ungu

5. Interpretasi Hasil:
-

6. Harga Normal:
1. Sel eritrosit 0-1 per LPB
2. Sel leukosit 1-5 LPB
3. Kristal-kristal dalam urine normal:
Urine asam : Asam urat natrium urat, kalsium sulfat
Urine asam/netral/agak basa : Ca Oxalat, asam hipurat
Urine lindi kadang dalam netral: Tripel fosfat, dikalsium sulfat
Urine lindi : Kalsium karbnat, kalsium fosfat,
ammonium biurat

7. Hasil :
Unsur yang ditemukan Keterangan
Eritrosit Ciri-ciri:
a. Berbentuk bulat bikonkaf,
b. Tidak memiliki inti
c. Lebih kecil dari leukosit
Kasus: Hematuria
Leukosit Ciri-ciri:
a. Berbentuk bulak\memiliki
inti
b. Memiliki granulla
c. Lebih besar dari eritrosit
Kasus: Infeksi Saluran Kemih

Epitel bulat/renal tubuller cell Ciri-ciri:


a. Bentuknya tunggal atau
dapat berpasangan
Kasus: Kerusakan ginjal

Epitel transisional/epitel ekor Ciri-ciri:


a. Bentuknya tidak menentu
b. Pada lapisan atas terdapat
lapisan sel yang berbentuk
payung
Kasus: Inflamasi pada saluran
kemih

Epitel squamosal/pipih Ciri-ciri:


a. Berbentuk pipih
b. Memiliki inti sel bulat
c. Memiliki sitoplasma
Kasus: Perineum
Silinder hyaline Ciri-ciri:
a. Halus, tidak bergranula
b. Dapat berpasangan
Kasus: silinder non patologis

Silinder eritrosit Ciri-ciri:


a. Warna kecoklatan
b. Hanya berisi beberapa sel
didalamnya
Kasus: Glomerulonefritis

Silinder leukosit Ciri-ciri:


a. Hanya berisi beberapaa sel
didalamnaya
Kasus: Pielonefritis

Silinder granuler Ciri-ciri:


a. Kasar, memiliki granuler
Kasus: penyakit tubular dan
glomerulus
Kristal Ca Oxalat Ciri-ciri:
a. Berbentuk seperti amplop
b. Silang menyala dibagian
dalam
Kasus: Batu ginjal

Asam urat Ciri-ciri:


a. Bentuk seperti jajargenjang
b. Tidak berwarna
Kasus: Batu ginjal

Triple phosphate Ciri-ciri:


a. Berbentuk trapezium
seperti peti mati
Kasus: Kolesterol

Jamur Ciri-ciri:
a. Memiliki spora
b. Bercabang
c. Oval
Kasus: Infeksi Saluran Kemih
Sel ragi Ciri-ciri:
a. Bergerombol
b. Bertunas
c. Oval kecil
Kasus: Infeksi saluran Sejati

Bakteri Ciri-ciri:
a. Bentuk coccus dan basil
Kasus: Bakteriuria

Amorf Ciri-ciri:
a. Putih
b. Berbentuk dari endapan
granula halus
c. Dapat hilang dengan
penambahan asam asetat
Kasus: Penyebab urin keruh

8. Kesimpulan :
Dari pemeriksaan mikroskopis sedimen urin dapat disimpulkan bahwa
unsur organik dalam urin terdiri dari sel eritrosit, sel leukosit, sel epitel,
silinder, bakteri, sel ragi, kristal, bakteri, amorf, dan jamur.
9. Pembahasan:
Sedimen urin merupakan unsur yang larut dalam urin yang berasal dari
darah, ginjal, dan saluran kemih. Sedimen urin dapat memberikan informasi
penting bagi klinis dalam membantu menegakkan diagnosis dan maelihat
perjalanan penyakit penderita kelainan ginjal dan saluran kemih (Hardjoeno &
Fitriani, 2007).
Hematuria adalah sel eritrosit yang terdapat didalam urin. Penemuan
klinis sering didapatkan pada populasi orang dewasa dengan prevalensi mulai
dari 2,5% hingga 20,0% (Aryadi, 2016).
Hematuria makroskopis adalah urin yang berwarna merah dan bisa
dilihat dengan kasat mata yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher
kandung kemih (Lestari, 2011).
Hematuria makroskopis yang berlangsung erus menerus dapat
berakibat fatal bahkan kematian karena dapat menimbulkan penyakit berupa
terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, sehingga
menimbulkan syok hipovolemik atau anemi, dan menimbulkan urosepsis
(Sjaifullah, 2005).
Hematuria mikroskopis dapat ditemukannya lebih dari 2 sel darah
merah per lapang pandang. Pasien yang beresiko tinggi untuk penyakit urologi
harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalis tunggal
menunjukan 2 atau lebih sel darah merah pada lapang pandang besar. Setiap
derajat hematuria dapat menjadi tanda dari infeksi saluran kemih (Sjaifullah,
2005).
Diferensiasi lengkap dan beberapa kondisi yang berhubungan dengan
hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau
mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan faktor resiko keganasan. Pasien
dengan hematuria mikroskopis dapat mencapai 5% sampai dengan 40% pasien
dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract
genitourinary (Sjaifullah, 2005).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyakit yang bertumbuh dan
berkembang biaknya bakteri yang menimbulkan invasi serta inflamasi jaringan
pada saluran kemih. ISK terjadi akibat peradangan bacterial saluran kemih
mulai dari korteks renalis sampai meatus uretra disertai adanya kolonisasi
bakteri di urin. Infeksi sauran kemih komplikasi yaitu infeksi saluran kemih
yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan antomi atau struktur saluran,
atau karena adanya penyakit sistemik (Rusdidjas & Ramayanti, 2002).
ISK sapat menyerang laki-laki dan perempuan, ISK simptomatik
adalah terdapat bakteri yang disertai sejala klinis. Infeksi yang menyerang
paremkin ginjal disebut pielonefritis dengan gejala utama demam dan sakit
pinggang dan infeksu yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis) dnegan
gejala utama gangguan sulit buang air kecil atau biasa disebut dengan dysuria
(Tambunan T, 2006).
Pada kelainan nefrotik dan dalam kondisi mengarah ke degenerasi
saluan kemih, jumlah sel epitel dapat meningkat. Jumlah sel tubulus yang lebih
dari atau sama dengan 13 per LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapa
menunjukan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti
nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi pada ginjal, penolakan transplantasi
ginjal, keracunan salisilat. Sel epitel ubulus dapat terisi oleh banyak tetesan
lemak yang berada dalam lumen tubulus (Aryadi, 2016).
Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang normal atau sehat.
Jika menemukan silinder hyaline dalam jumlah yang banyak, dapat dikaitkan
dengan proteinuria ginjal (misal: penyakit glomerular) atau ekstra ginjal
(misal: overfloe proteinuria seperti dalam myeloma) ((IAUI), 2003).
Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopis memperkuat
diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan
kebocoran eritrosit melekat pada matriks protein dan membentuk silinder
eritrosit ((IAUI), 2003).
Sedangkan silinder leukosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit
masuk dalam matriks silinder. Silinder leukosit paling khas untuk pielonefritis
akut karena adanya penemuan silinder leukosit bersama dengan bakteri.
Mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak
jaringan ginjal secara progresif ((IAUI), 2003).
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi.
Disintegrasi sel selama transit melalui system saluran kemih menghasilkan
perubahan membrane sel ((IAUI), 2003).
Diagnosis bacteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih
memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan
untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih
dari 100.000/ml dari satu organisme mencerminkan bacteriuria signifikan.
Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Walaupun demikian,
keberadaan setiap organisme dalam specimen kateterisasi atau suprapubic
harus dianggap signifikasn (Gandasoebrata, 2013).
Sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka
sering sulit dibeadakan dari sel darah merah dan Kristal amorf,
membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling
sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau
vagina (Gandasoebrata, 2013).
Penemuan kristal-kristal sebenarnya tidak memiliki arti klinik yang
penting. Namun, dalam jumlah banyak dan berlebih serta adanya predisposisi
antara infeksi lain, terbentuknya batu ginjal-saluran kemih disepanjang ginjal.
Pembentukan batu dapat disertai kristaluria. Namun pembentukan kristaluria
tidak harus disertai pembentukan batu (Aryadi, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

(IAUI), I. A. (2003). Panduan Penatalaksanaan (Guidlines) Benign Prostatic


Hyperplasia (PPJ) di Indonesia. Surabaya: p. 1-1.
Aryadi, R. (2016). Pengaruh Penundaan Jumlah Sel Eritrosit Pada Sedimen Urine
Hematuria. Skripsi.
Gandasoebrata, R. (2013). Penuntun Laboratorium Medik. Jakarta: Dian Rakyat.
Hardjoeno, H., & Fitriani. (2007). Substansi dan Cairan Tubuh . Makasar: Lembaga
Penerbit Universitas Hasanuddin.
Lestari, E. (2011). Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan (Vol.
2). World Health Organization.
Rusdidjas, & Ramayanti, R. (2002). Infeksi Saluran Kemih. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
Sjaifullah, M. (2005). Ilmu Kesehatan Anak XXXV. Surabaya: FK Unair.
Tambunan T. (2006). Infeksi Saluran Kemih. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai