Anda di halaman 1dari 18

Kepada Yth :

Rencana baca:
Tempat :
TUTORIAL KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN SENDIMEN URIN DENGAN


METODE SHIH-YUNG
Nur Azni.M.L, Sulina yanti wibawa, Fitri mangerangi
Departemen Ilmu Patologi Klinik FKUNHAS /RSUP dr Wahidin Sudirohusodo
Makassar

I. PENDAHULUAN
Sendimen urin adalah unsur yang tidak larut didalam urin yang
berasal dari darah, ginjal dan saluran kemih, sehingga pemeriksaan sendiment
urin sangat penting dalam membantu menegakan diagnosis dan mengikuti
perjalanan penyakit pada kelaianan ginjal dan saluran kemih. (1)

Gambar 1. Sistem saluran kemih


(Sumber:http://www.nvasi.com)
Unsur – unsur dalam sendimen urin dibagi atas 2 golongan yaitu
unsur organik dan unsur anorganik.
Unsur Organik
1. Epitel
Sel ini berinti satu, ukurannya lebih besar dari leukosit, bentuknya berbeda
menurut tempat asalnya. Sel epitel gepeng (skuamous) lebih banyak dilihat
di dalam urin wanita daripada didal urin pria, berasal dari vulva atau uretra
bagian distal.Sel epitel skuamous mempunyai bentuk yang berbeda- beda,
besarnya sering 2 – 3 kali leukosit, sedangkan sitoplasma biasanya tanpa
struktur tertentu. Sel – sel epitel yang berasal dari kandung kencing sering

Tutorial kimia klinik 1


mempunyai tonjolan dan kadang – kadang diberi nama sel sel transisional.
Sel – sel yang berasal dari pelvis ginjal dan tubuli ginjal lebih bulat dan
lebih kecil dari sel epitel skuamous. (2)

A B
Gambar 2. Gambaran sel Epitel pada sedimen urine
A. Sel epitel tubular ginjal B. Sel epitel skuamous (c)

2. Leukosit
Sel leukosit yang terdapat dalam darah secara teori dapat ditemukan dalam
sedimen urine. Netrofil merupakan jenis leukosit yang paling banyak
ditemukan, adanya netrofil dalam sedimen urine mengindikasikan
terjadinya inflamasi pada satu titik di saluran urinarius. Adanya limfosit
dan eosinofil kemungkinan mempunyai makna klinis. (d)
Leukosit tampak seperti benda bulat yang biasanya berbutir halus. Intinya
lebih jelas bila sendiment diberikan setetes larutan asam asetat 10%.

Gambar 3. Sel Leukosit (netrofil) pada sedimen urine (c)


3. Eritrosit

Tutorial kimia klinik 2


Ertrosit dapat ditemukan dalam urine orang normal <5 per LPB. Adanya
eritrosit dalam urine dapat disebabkan oleh pendarahan pada berbagai titik
mulai dari glomerulus hingga ureter. (d)
Bentuknya berbeda menurut lingkungannya, didalam urin pekat eritrosit
akan mengerut (creaneted),didalam urin yang encer eritrosit akan
membengkak dan hampir tidak berwarna, sedangkan dalam urin yang
alkailolis eritrosit akan mengecil. Eritrosit sering terlihat sebagai benda
bulat tanpa struktur yang mempunyai warna kehijauan.

Gambar 3. Eritrosit pada sedimen urine (c)


4. Silinder
Silinder urin merupakan strukrur mukoprotein yang terbentuk pada bagian
distal nefron dan keluar melaui urin. Jenis dari silinder tergantung dari
kandungan nefron distal baik komponen seluler maupun a seluler.(b)
Pembentukan silinder terjadi bila pH urin asam, mengandung kadar garam
tinggi (urin pekat) dan terdapat stasis. ada bermacam – macam yang harus
dibedakan antara lain :
a. Silinder Hialin
Tampak sebagai silinder dengan kedua sisi paralel dengan ujung –
ujung membulat, homogen (tanpa struktur) dan tidak berwarna/
transparant. Karena ciri – ciri tersebut, silinder hialin sulit untuk
dilihat.
b. Silinder eritrosit
Pada permukaan silinder ini terdapat eritrosit. Adakalanya
eritrosit – eritrosit tidak jelas kelihatan, tapi silinder eritrosit masih

Tutorial kimia klinik 3


memperlihatkan bekas – bekas eritrosit karena ada warna
kemerah – merahan.

c. Silinder leukosit
Pada permukaan silinder terdapat leukosit atau yang permukaan
dilapisi leukosit.
d. Silinder epitel
Pada permukaan silinder terdapat epitel
e. Silinder berbutir (silinder granular)
Pada permukaan silinder terdapat granula (butir – butir). Terdiri
dari 2 bentuk, yaitub berbutir halus dan berbutir kasar. Yang
berbutir halus mempunyai bentuk seperti silinder hialin. Yang
berbutir kasar sering lebih pendek dan lebih tebal
f. Silinder lilin
Silinder tidak berwarna atau sedikit abu – abu. Ukuran lebih lebar
dari silinder hialin, bagian pinggir tidak rata karena dapat lekukan
– lekukan sedangkan ujungnya – ujungnya sering bersudut.
g. Silinder lemak
Silinder yang mengadung butir – butir lemak

Tutorial kimia klinik 4


A B

C D

E F

G
Gambar 4. Silinder Urine. A.Silinder hialin, B.Silinder eritrosit, C. Silinder
leukosit, D. Silinder epitel, E. Silinder berbutir, F.Silinder lilin, G. Silinder lemak

Tutorial kimia klinik 5


Sumber......!!!!!!!!!!!

5. Oval fat bodies


Sel epitel yang megalami degenerasi lemak
6. Benang Lendir
Bentuk panjang dan berombak – ombak. Dapat ditemukan bila terjadi
iritasi permukaan selaput lendir traktus urogenitalis bagian distal
7. Silindroid
Hampir serupa dengan silinder tetapi salah satu ujungnya mengecil sampai
menjadi halus seperti benang.
8. Spermatozoa
9. Potongan jaringan
Bila ditemukan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
10.Mikroorganisme
- Bakteri –bakteri :
 Bakteriuria
 Kontaminasi

Gambar 5. Bakteri
- Sel Yeast dan Kandida

Tutorial kimia klinik 6


A B
Gambar 6. Sel Yest, B. Jamur Candida albikans
- Parasit
 Trichomonas Vaginalis
 Schistosoma hematobium
 Enterobius vermicularis

Gambar 7. Trichomonas Vaginalis


Unsur Anorganik
1. Bahan amorf
Urat – urat dalam urin asam dan fosfat – fosfat dalam urin alkali
2. Kristal
 Pada urin normal yang asam (pH < 7,0) dapat dijumpai kristal : asam
urat (berwarna kuning), natrium urat, kalsium sulfat
 Pada urin normal yang asam, netral atau sedikit alkali dapat dijumpai
kristal kalsium oksalat, asam hipurat
 Pada urin normal yang netral dan alkalidapat dijumpai kristal tripel
fosfat (amonium magnesium fosfat) dan dikalsium fosfat
 Pada urin normal yang alkali dapat dijumpai kristal kalsium karbonat,
amonium biurat dan kalsium fosfat
 Pada keadaan abnormal, dalam urin yang asam dapat dijumpai kristal
sistin, leusin, tirosin, dan kolesterol
 Kristal yang berasal dari obat seperti sulfonamida juga dapat dijumpai
pada urin yang asam
3. Zat Lemak

Tutorial kimia klinik 7


Pada lipiduria dapat ditemukan butir – butir lemak bebas yang dapat
berupa trigliserida atau kolesterol.
TUJUAN PEMERIKSAAN SENDIMEN URIN :
1. Mengintifikasi jenis sendimen yang dipakai untuk mendeteksi kelainan
ginjal dan saluran kemih
2. Memantau perjalanan penyakit ginjal dan saluran kemih setelah
pengobatan
3. Konfirmasi pemeriksaan kimia urin

Saat ini telah dikembangkan suatu cara manual pemeriksaan sendimen urin
menggunakan metode Shih-Yung. Pada metode ini urin disentrifus ,
kemudian sendiment yang diperoleh dimasukan kedalam kamar hitung dan
jumlah sendiment dilaporkan secara kuantitatif per mikroliter urin.
Pada tutorial ini akan dibahas mengenai tes sendimen urin dengan metode Shih –
Yung.
II.METODE
1. Pra anlitik
a. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel
1. Sebaiknya urin yang digunakan adalah urin pagi yang segar
2. Wadah penampung urin sebaiknya bersih dan kering
c. Alat dan Bahan
Alat
 Kamar hitung Shih yung
 Pipet tetes plastik berukuran 1 ml
 Mikroskop
 Entrifus swing bucket rotor
 Rak tabung
 Penampung urin
Bahan

Tutorial kimia klinik 8


 Urin pagi dan segar, sebaiknya tidak kurang dari setengah
wadah penampung urin
 Pewarnaan sendiment yaitu : Sternheimer – Malbin yang terdiri
dari cristal violet dan safrafin O.

Gambar 8
(Sumber : www fuzing.com)
2.ANALITIK
a. Prinsip
Urin disentrifus kemudian sendimen yang diperoleh dimasukan kedalam
kamar hitung dan jumlah unsur sendimen dilaporkan secara kuantitatif per mikro
urin.
b. Cara Kerja
1. Masukan urin sebanyak 12 ml kedalam tabung plastik dan ditutup
dengan penutupnya
2. Lakukan sentrifuse 1500 rpm selama 5 menit
3. Buang supernatan denagn cara membalikkan tabung dengan secara
otomatis urin tersisa 0,6 ml sendimen
4. Lakukan penambahan 1 tetes pewarna sendimen kemudian dilakukan
resuspensi sendimen urin dengan cara mengetukkan jari perlahan pada
di dinding tabung

Tutorial kimia klinik 9


5. Teteskan 1 tetes sendimen dengan menuggunakan pipet penetes
kedalam kamar hitung.lakukan penetesan secara hati – hati. Setiap kali
akan melakukan pemeriksaan dilakukan resuspensi sendimen urin
6. Periksa sendimen dibawah mikroskop. Unsur sendimen dihitung pada 4
bidang sedang dengan menuggunakan pembesaran 10 x untuk
menghitung silinder dan pembesaran 40 x untuk menghitung sel
Cara Pelaporan sendimen urin
a. Tanpa Pewarnaan :
o Volume = 4 x 0,05 mm3 = 0,20 mm3
o Pemekatan 12/0,6 ml = 20x
o Faktor = N x 1/0,20 x 1/20 = 0,25 N
b. Dengan Pewarnaan :
o Volume zat warna 1 tetes = 30 µL
o Pengenceran sendimen 20/21 x 20 = 19,05 x
o Pemekaan sendimen 12/0,6 ml = 20 x
o Faktor = N x 1/19,05 x 1/20 = 0,26 N
Nilai Rujukan Eritrosit dan Leukosit dengan metode shih – Yung :
o Eritrosit : Normal : < 3/ µL
o Suspek : 4 – 8 /µL
o Leukosit : Normal : <10/µL
Suspek : 10 – 20/µL
Abnormal : > 20/µL
Interpretasi Klinik
Renal
1. Acute Glomerulonephiritis: Silinder eritrosit, eritrosit, leukosit, campuran
silinder, sel epitel ginjal
2. Nephrotic Syndrome: Silinder lemak, silinder lilin, oval fat bodies, sel
epitel ginjal
3. Choronic Glomelurulopnephiritis: Silinder patologik

Tutorial kimia klinik 10


4. Acute tubular Necrosis: Sel epitel ginjal utuh dan nekrotik, fragmen epitel
ginjal, silinder patologik
5. Acute Pyelonephritis: Silinder leukosit, leukosit, bakteri, silinder lilin, sel
epitel ginjal
6. Diabetes Mellitus : Silinder lemak, silinder lilin,
oval fat bodies, sel epitel ginjal, leukosit
7. Systemic Lupus Erythematosus : Silinder patologik, sel epitel
ginjal, leukosit, eritrosit
8. Cystinosis : Kristal sistin
9. Acute Allograft rejection : Sel epitel ginjal, silinder
epitel ginjal, leukosit, silinder patologik
Lower Urinary Tracts
1. Bacterial UTI : Bakteri, leukosit, sel epitel
trensisional, bentuk silinder negatif
2. Fungal UTI : Jamur, leukosit, sel epietl
transisional
3. Viral UTI : Viral inclusion bodies,
leukosit, sel epitel transisional
4. Transitional Cell Carcinoma : Sel epitel transisional
maglinant

No Penyakit Gambaran Sedimen


Renal
1 Acute Silinder eritrosit, eritrosit, leukosit,
Glomerulonephiritis campuran silinder, sel epitel ginjal
2 Nephrotic Syndrome Silinder lemak, silinder lilin, oval fat
bodies, sel epitel ginjal
3 Choronic Silinder patologik
Glomelurulopnephiritis
4 Acute tubular Necrosis Sel epitel ginjal utuh dan nekrotik,

Tutorial kimia klinik 11


fragmen epitel ginjal, silinder patologik
5 Acute Pyelonephritis Silinder leukosit, leukosit, bakteri, silinder
lilin, sel epitel ginjal
6 Diabetes Mellitus Silinder lemak, silinder lilin, oval fat
bodies, sel epitel ginjal, leukosit
7 Systemic Lupus Silinder patologik, sel epitel ginjal,
Erythematosus leukosit, eritrosit
8 Cystinosis Kristal sistin
9 Acute Allograft Sel epitel ginjal, silinder epitel ginjal,
rejection leukosit, silinder patologik
Lower Urinary Tracts
1 Bacterial UTI Bakteri, leukosit, sel epitel trensisional,
bentuk silinder negatif
2 Fungal UTI Jamur, leukosit, sel epitel transisional
3 Viral UTI Viral inclusion bodies, leukosit, sel epitel
transisional
4 Transitional Cell Sel epitel transisional maglinan
Carcinoma

Tutorial kimia klinik 12


a. Swab alkohol
b. Larutan buffer (pH 7,2)
c. Larutan Giemsa
B. Analitik
1. Prinsip
Prinsip pemeriksaan sedian apus ini adalah dengan mengedintifikasi
parasit pada sedian apus darah diatas objek glass yang diwarnai dan
diperiksa dibawah mikroskop.

2. Cara kerja
Untuk membuat sediaan darah malaria dibuat 2 jenis sediaan darah,
yaitu sediaan darah tebal dan sedian darah tipis.
Cara pembuatan :
a. Teteskan 1 tetes darah di bagian tengah object glass untuk sedian
darah tipis. Selanjutnya 2 – 3 tetes darah yang lebih besar untuk
sediaan darah tebal.
b. Untuk membuat sedian darah tipis, ambil object glass baru
( object glass kedua) tapi bukan cover glass. Tempelkan ujungnya
pada tetes darah kecil sampai darah tersebut menyebar sepanjang
object glass.
c. Dengan sudut 450 geser object glass tersebut dengan cepat kearah
yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga didapatkan
sedian apus seperti ( bentuk lidah) .
d. Untuk sedian apus tebal, ujung object glass kedua ditempelkan
pada ke tiga tetes darah tebal. Darah dibuat homogen dengan cara
memutar ujung object glass searah jarum jam, sehingga terbentuk
bulatan dengan diameter 1 cm.

Tutorial kimia klinik 13


e. Pemberian label / etiket dilakukan pada bagian pangkal sedian
darah tipis yang sudah kering dengan pulpen. Tulis nama
penderita, nomor dan tanggal pembuatan.
f. Proses pengeringan sedian darah harus dilakukan secara perlahan
– lahan ditempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunakan
lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat
menyebabkan sedian apus menjadi retak – retak sehingga
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat didapat
digunakan untuk mengeringkan sedian apus.
g. Selama proses pengeringan, sedian apus harus dihindarkan dari
gangguan serangga, debu, panas, kelembaban yang tinggi dan
getaran.
h. Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada
keadaan tidak memungkinkan selambat – lambatnya dalam waktu
24 jam sedian apus harus sudah diwarna
Pewarnaan Sediaan Darah :
a. Letakkan sedian apus pada dua batang gelas di atas bak tempat
pewarnaan.
b. Fiksasi sedian apus tipis dengan metanol absolut 2 – 3 menit
c. Genangi sedian apus dengan zat warna Giemsa yang baru
diencerkan. Larutan Giemsa yang dipakai adalah 5%, diencerkan
dulu dengan larutan buffer. Biarkan 20 – 30 menit.
d. Bilas dengan air ledeng, mula – mula dengan aliran lambat
kemudian lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua
kelebihan zat warna. Letakkan sedian hapus dalam rak dalam
posisi tegak dan biarkan mengering.

3. Nilai rujukan
Tidak ditemukan parasit malaria pada sediaan darah.

Tutorial kimia klinik 14


C. Pasca analitik
Interpretasi
1. Sediaan darah tebal
Identifikasi parasit pada sediaan darah tebal lebih sensitif karena
kepadatan parasit 40x lebih besar, tetapi tidak dapat menentukan
spesies dari parasit.
2. Sediaan darah tipis
Identifikasi parasit malaria sediaan darah tipis dapat ditentukan
berdasarkan morfologi parasit malaria.
a. Pengenalan parasit malaria
Parasit malaria terdiri dari inti/kromatin, bentuknya bulat dan
berwarna merah. Sitoplasma parasit malaria bentuknya seperti
cincin sampai bentuk yang tidak beraturan.
b. Stadium parasit malaria
1) Stadium Trofozoit
Stadium trofozoit merupakan yang paling umum ditemukan,
seringkali disebut stadium cincin. Meskipun tidak terlalu terlihat
berbentuk cincin yang sempurna. Trofozoit merupakan stadium
pertumbuhan, sehingga dapat ditemukan dalam berbagai ukuran
dari kecil sampai besar. Pigmen nmerupakan hasil pertumbuhan
atau metabolisme parasit, warnanya bervariasi dari kuning pucat
sampai coklat kehitaman atau hitam.
2) Stadium Skizon
Pada stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual
menjadi 2, 4, 8, dst secara aseksual tanpa melibatkan sel kelamin
jantan dan betina. Stadium sizon mempunyai beberapa fase
mulai dari parasit dengan inti dua sampai parasit dengan banyak
inti yang masing – masing intinya disertai dengan sitoplasma.
3) Stadium Gametosit
Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung
spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat digunakan untuk

Tutorial kimia klinik 15


membedakan sel kelamin jantan (mikrogametosit) dan sel
kelamin betina (makrogametosit).
c. Pelaporan parasit malaria
1) Semi kuantitatif
(-) : Negatif (Tidak ditemukan parasit dalam 100
LPB/lapangan pandang besar)
(+) : Positif 1 (Ditemukan 1 – 10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : Positif 2 (Ditemukan 11 – 100 parasit dalam 100
LPB)
(+++) : Positif 3 (Ditemukan 1 – 10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : Positif 4 (Ditemukan > 10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas
yaitu :
a) Kepadatan parasit < 100.000 / ul, maka mortalitas < 1%
b) Kepadatan parasit > 100.000 / ul, maka mortalitas > 1%
c) Kepadatan parasit > 500.000 / ul, maka mortalitas > 50%
2) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan
darah tebal atau sediaan darah tipis.
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah
leukosit 8000 / uL maka hitung parasit = 8.000 / 200 x 1500
parasit = 60.000 parasit / uL
Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah
eritrosit 4.500.000 / uL maka hitung parasit 4.500.000 /1000 x
50 = 225.000 parasit / uL.
D. Keterbatasan pemeriksaan apusan darah pada penyakit malaria
Artefak merupakan sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya
menyerupai parasit. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan dalam diagnosis
parasit malaria. Gambaran yang dapat terlihat antara lain jamur.

Tutorial kimia klinik 16


Kontaminan lain dapat berasal dari lingkungan, seperti debu yang
bertebangan dan menempel pada sediaan darah pada waktu pengeringan.

Tutorial kimia klinik 17


DAFTAR PUSTAKA

1. Kasper, Fauci, Martin, Wilson, Braunwald, Isselbacher, Penyakit Malaria


dan Babesiosis. Penyakit Infeksi. Prinsip – prinsip Ilmu Penyakit Dalam
Harrison. Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC 2002. 1000-1010
2. Prof. Dr. Soedarto. DTM&H, PhD, Protozoa, Buku Ajar Parasitology
Kedokteran. Penerbit Sagung Seto 2011.87-98
3. Adelberg, Melnick, Jawetz, Plasmodium SP, Mikrobiologi Kedokteran
Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC 2002.708-713
4. Dr., DTM&H., Ph.D. SpParK, Prof Soedarto, Protozoa malaria,
Parasitologi Klinik. Penerbit Sagung Seto 2008.193-208
5. Prof. Dr. Ridad Agoes, MPH, Djaenudin Natadisastra, dr, Sp.Park. (Alm),
Penyakit Sprozoa dalam jaringan, Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari
Organ Tubuh Yang Diserang. Penerbit Buku Kedoteran EGC 2009.209-
220
6. Prof.dr. Wita Pribadi, Drs. H.Herry. D. Llahude DAP&E, Prof.dr. Srisasi
Gandahusada, Parasit Malaria, Parasitologi Kedoteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia edisi ketiga tahun 2000.171-208
7. Joyce LeFever Kee, MSN, RN, Malaria (darah), Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium & Diagnostig. Penerbit Buku Kedokteran EGC Edisi 6 .322
8. Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE,
Gebrak malaria, Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria tahun
2009.1-39

Tutorial kimia klinik 18

Anda mungkin juga menyukai