1. Mengapa miskonsepsi masih terjadi pada siswa/mahasiswa?
Jawab: Miskonsepsi dapat terjadi dikarenakan pemahaman siswa/mahasiswa itu sendiri. Setiap siswa/mahasiswa memiliki pemikirannya sendiri dan terkadang membuat kesimpulan sendiri atas apa yang telah dialaminya. Beberapa diantaranya menyimpulkan sebuah kejadian secara harfiah saja tanpa ada telaah lebih lanjut dan tidak dihubungkan dengan konsep-konsep yang lainnya. Kelemahan ini terjadi karena siswa/mahasiswa belum dapat menghubungkan atau menemukan korelasi antara konsep satu dengan konsep yang lainnya, sehingga membuat mereka menjadi bingung. Sebelum memasuki kelas pun, setiap siswa/mahasiswa memiliki konsep dan teori sendiri, kemudian informasi yang baru akan disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah ada. Oleh karena itu, siswa/mahasiswa juga memiliki pemikirannya sendiri dan apabila yang sedang dipikirkan itu adalah sebuah kebenaran menurut dirinya maka tidak ada yang bisa merubah pemikirannya. Namun berbeda lagi jika dirinya sadar dengan pemikirannya dan menyadari bahwa yang sedang dipikirkan atau dipahami itu adalah pemikiran yang salah maka miskonsepsi tersebut dapat teratasi. Miskonsepsi juga dapat terjadi karena penguasaan dan pemahaman seorang guru/dosen terhadap sebuah materi yang disampaikan kepada siswa/mahasiswa belum mendalam. Seorang guru/dosen juga dituntut agar dapat menyampaikan materi kepada siswa/mahasiswa dengan jelas serta dengan kata-kata yang terstruktur. Penggunaan kosa kata yang mudah dimengerti juga akan meminimalis terjadinya miskonsepsi. Penggunaan kata dalam menyampaikan sebuah penjelasan hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa/mahasiswa, baik dari usia ataupun penalarannya. Faktor terjadinya miskonsepsi juga dapat berasal dari buku, dimana salah satu penyebabnya adalah penggunaan bahasa yang terlalu sulit dan kompleks. Tidak semua anak dapat mencerna dengan baik apa yang tertulis dalam buku, akibatnya siswa menyalah artikan maksud dari isi buku tersebut. Selain itu, penggunaan gambar dan diagram juga dapat pula menimbulkan miskonsepsi pada diri anak. 2. Bagaimana cara guru mengatasi miskonsepsi? Jawab: Ada banyak cara untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi. Secara umum, kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa itu, mencari sebab-sebabnya, dan menemukan cara yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi tersebut. Hal pertama yang harus dilakukan guru adalah memahami kerangka berpikir siswa. Dengan memahami apa yang dipikirkan siswa dan apa gagasan siswa diharapkan guru dapat mengetahui penyebab miskonsepsi dan menemukan cara mengatasi miskonsepsi tersebut. Kemudian hal yang dapat dilakukan guru adalah: a. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan yang sedang dibicarakan secara lisan atau tertulis b. Memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara jujur. c. Mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya mengandung miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. d. Merancang pengalaman belajar yang bertolak dari prakonsepsi dengan melakukan penguatan terhadap konsep yang sudah benar dan mengevaluasi konsep yang masih salah. e. Memperbanyak melatih soal untuk melatih konsep baru siswa dan menguatkannya.
3. Carilah 5 materi IPA di SD yang berpotensi menyebabkan miskonsepsi pada siswa
No. Materi yang Menyebabkan Penjelasan Miskonsepsi 1. Perkembangbiakan vegetatif Perkembangbiakan konsepnya adalah buatan dilakukan dengan penambahan jumlah individu, dengan menyambung dan menempel dilakukannya penyambungan tidak terjadi penambahan individu, justru berkurang. 2. Tumbuhan monokotil tidak Terkadang ada beberapa guru yang memiliki cabang menyampaikan kepada muridnya bahwa ciri tumbuhan monokotil adalah akar serabut dan pohonnya tidak bercabang. Padahal tumbuhan monokotil ada yang bercabang. Contoh; rumput dan tumbuhan pandan. 3. Tumbuhan jambu mente Hanya karena “tampak” memiliki biji diluar, adalah salah satu tumbuhan bukan berarti dapat digolongkan kedalam dengan biji terbuka tumbuhan berbiji terbuka. Yang tampak sebagai biji, sebenarnya adalah buah, sedangkan yang tampak seperti buah, membesar dan berdaging itu sebenarnya adlah tangkai buah. Jadi jambu mente sebearnya adalah tipe tumbuhan bebiji tertutup. 4. Fotosintesis hanya bisa Fotosintesis itu bisa terjadi kapan saja, selama terjadi pada siang hari syarat-syarat untuk melakukan fotosintesis terpenuhi, terutama sinar matahari. Seandainya fotosintesis hanya terjadi pada siang hari, sedangkan pada suatu siang hari terjadi hujan deras dan mendung petang (tidak ada sinar matahari), apakah siang hari itu terjadi fotosintesis? Tentu saja tidak. maka konsep yang benar adalah; foto sintesis terjadi ketika ada cahaya dengan gelombang dengan intensistas yang memenuhi untuk melakukan fotosintesis. Bahkan fotosintesis bisa saja dilakukan dengan bantuan lampu jika gelombang dan intensistas dalam lampu tersebu setara dengan cahaya matahari normal. 5. Jumlah air di seluruh dunia Ini adalah kesalahan fatal. Mengapa? Jika kita berkurang dari waktu ke mau mencermati siklus hidrologi, air sebenarnya waktu tidaklah berkurang melainkan perubahan wujud. Air bisa berubah wujud menjadi awan, menjadi uap, dan menjadi es, yang paling penting adalah ketika air berubah wujud menjadi awan, dia bisa berpindah tempat dengan hembusan angin. Maka, jika di suatu kawasan mengalami kekeringan, itu bukan bearti air telah berkurang, tapi air telah berubah wujud dan berpindah ke tempat lain.