Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2

INDONESIA

TATA TERTIB PRAKTIKUM


LABORATORIUM PTK
I. PRE-TEST
1. Pre test wajib diikuti oleh praktikan pada waktu yang ditentukan oleh asisten mata acara
praktikum yang bersangkutan.
2. Praktikan yang berhalangan dan tidak memberitahu asisten yang bersangkutan dinyatakan
inhall praktikum minggu tersebut.

II. PRAKTIKUM
1. Praktikum harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sesuai prosedur.
2. Setiap praktikum harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan. Keterlambatan
lebih dari 15 menit, praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan dinyatakan
Inhall.
3. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai jas praktikum berwarna putih
dan membawa serbet.
4. Sebelum praktikum berikutnya dilakukan, praktikan harus menyerahkan laporan lengkap
mata acara praktikum sebelumnya.
5. Praktikan harus mengecek alat-alat yang digunakan sebelum dan sesudah praktikum,
kerusakan alat harus dilaporkan kepada asisten jaga.
6. Praktikan yang memecahkan peralatan atau zat-zat kimia yang dipakai dalam praktikum,
diwajibkan untuk mengganti dengan jenis dan kualitas yang sama paling lambat 2
minggu berikutnya.
7. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan bekerja dengan tertib dan
sopan. Praktikan yang tidak sopan (memakai sandal, kaos oblong dan merokok), tidak
diperkenankan untuk mengikuti praktikum.
8. Setiap praktikan harus mengembalikan bahan-bahan kimia yang diambil ke tempat
semula dengan tutup botol tidak tertukar satu sama lain.
9. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh acara praktikum, jika tidak dapat mengikuti
praktikum harus menunjukkan surat ijin atau surat keterangan lain yang sah.
10. Praktikan dapat meninggalkan laboratorium untuk hal-hal tertentu seperti sholat, ke
belakang dan lain-lain ketika praktikum berlangsung dengan seijin asisten jaga.
11. Praktikan dilarang membawa catatan atau data dalam bentuk apapun.
12. Praktikan dilarang makan, minum dan merokok selama praktikum berlangsung.
___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 1 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

13. Praktikan tidak boleh membawa teman untuk membantu pelaksanaan praktikum.
14. Praktikan dilarang berbicara yang tidak perlu dan secara berlebihan dengan praktikan
mata praktikum lain selama praktikum berlangsung.
15. Alat harus dikembalikan dalam keadaan bersih dan baik (utuh dan tidak cacat) kepada
asisten jaga.
16. Pada akhir praktikum disediakan acara praktikum ulang (INHALL) sebanyak 2X dengan
biaya, 1x praktikum Rp. 30.000,-.
17. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur lebih lanjut oleh Ka.Lab PTK
dengan pengumuman tersendiri.

Yogyakarta, 1 September 2017


Ka. Lab. PTK

Dr., Arif Hidayat, ST., MT.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 2 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

MATERI/BAHAN PRAKTIKUM

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :


Jurusan/Program Studi : Teknik Kimia/Teknik Kimia Modul ke :1
Kode Praktikum : 5 2 1 0 . . . 9. Jumlah halaman :6
Nama Praktikum : Pengantar Teknik
7. 4 2.Kimia
. II Mulai berlaku : 1 September 2010

MODUL 1. REAKSI HIDROLISA PATI

1.1 TUJUAN PERCOBAAN


Percobaan ini bertujuan untuk menghitung konversi pada reaksi hidrolisis pati dam
menentukan tetapan kecepatan reaksi pada pada reaksi hidrolisis pati.

1.2 DASAR TEORI


Karbohidrat adalah golongan senyawa yang terdiri atas unsur-unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) yang memiliki rumus umum C m(H2O)n. Karbohidrat banyak
terdapat di alam, baik dalam hewan, tumbuh-turnbuhan maupun hewan. Dalam tumbuh-
tumbuhan karbohidrat terdapat dalam pati yang merupakan bahan pangan cadangan dan
sellulosa yang merupakan bahan pembentuk kerangka bagi tumbuh-tumbuhan. [4]
Karbohidrat terbagi atas:
1.2.1 Monosakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang mengandung 6 atom karbon dan tidak mungkin
dihidrolisis dalam suasana asam. Yang termasuk dalam golongan ini adalah glukosa dan
fruktosa. Glukosa adalah monosakarida yang merupakan unit dan polisakarida pati dan
glikogen

Gambar 1. Struktur Molekul Glukosa dan Fruktosa

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 3 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

1.2.2 Disakarida
Merupakan senyawa karbohidrat yang molekulnya terbentuk dari 2 molekul
monosakarida yang sejenis maupun tidak sejenis. Disakarida dapat terhidrolisis dalam
suasana asam sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida. Yang termasuk dalam
golongan Disakarida adalah
a. Sukrosa, terbentuk dari penggabungan molekul fruktosa dan glukosa, merupakan gula
yang biasa digunakan.
b. Laktosa, merupakan kombinasi dan molekul glukosa dan galaktosa, yang dikenal
sebagai gula susu karena karbohidrat utama susu.
c. Maltosa, jenis disakarida yang terdiri atas 2 unit molekul glukosa. Biasanya dihasilkan
pada pemecahan ikatan pati.
1.2.3 Polisakarida
Adalah senyawa karbohidrat yang merupakan gabungan dari molekul-molekul
monosakarida yang sangat jumlahnya. Hidrolisis lengkap akan mengubah suatu polisakarida
menjadi molekul-molekul monosakanida. Golongan senyawa polisakarida banyak terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan dan binatang sebagai bahan pangan cadangan atau untuk
pembentukan bagian badan. Yang termasuk dalam senyawa polisakarida adalah pati
(amilum), glikogen dan selulosa.
Pati atau amilum yang kita kenal dengan zat tepung, merupakan bahan pangan cadangan
bagi tumbuh-tumbuhan dan karbohidrat yang termasuk golongan polisakarida. Pati terdapat
dalam bermacam-macam sumber misalnya beras, gandum, jagung, ubi-ubian dan lain-lain.
Tumbuh-tumbuhan membentuk amilum dan glukosa, dan glukosa terbentuk pada proses
fotosintesis. Pati tersusun oleh 2 macam rangkaian polisakarida yaitu amilose, yang larut
dalam air panas dan amilopektin, yang tidak larut dalam air panas. Amilose merupakan
polisakarida panjang yang tidak bercabang dengan ikatan 1-4, α glikosida. Hidrolisis
lengkap amilosa akan menghasilkan glukosa dan hidroliis parsial akan menghasilkan
maltosa. Sedangkan amilopektin selain mernpunyai ikatan 1-4, α glikosida yang serupa,
juga mempunyai rantai cabang dengan ikatan 1-6, α - glikosida. Hidrolisis lengkap
amilopektin akan menghasilkan glukosa dan hidrolisis parsial akan rnenghasilkan suatu
campuran disakarida maltosa dan isomaltosa. Campuran disakarida yang diperoleh dan
hidrolisis parsial amilopektin merupakan dekstrin yang digunakan untuk membuat lem,
pasta dan kanji tekstil.{5]

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 4 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

Pada hidrolisis pati air akan menyerang ikatan rantai panjang 1-4, α -glukosida menjadi
rantai yang lebih pendek dan hasilnya berupa dekstrin, sirun atau glukosa, tergantung pada
derajat pemecah rantai polisakarida dalam pati. Bila perbandingan suspensi tepat, maka
dekstrin akan terhidrolisis menjadi glukosa.[4] Reaksi hidrolisis karbohidrat beriangsung
menurut persarnaan sebagai berikut:
(C6H10O5)n + H2O  nC6H12O6
karena reaksi ini sangat lambat, maka untuk mempercepat reaksi perlu ditambahkan
katalisator untuk mempertinggi keaktifan air. Katalisator yang dapat dipakai berupa enzim
atau asam. Jenis asam yang sering dipakai adalah asam khlorida, asam sulfat, asam sulfit dan
asam nitrat. Dalam industri biasanya digunakan asam khlorida sebagai katalisator, pemilihan
ini berdasarkan pertimbangan bahwa garam yang terbentuk setelah penetralan hasil
hidrolisis merupakan garam dapur, sehingga tidak berbahaya, untuk produk yang dipakai
sebagai bahan makanan, sering juga dipakai asam oksalat. Dengan katalisator asam oksalat
pada tepung sorgum, didapat hasil yang cukup baik.[3]
Secara umum kecepatan reaksi hidrolis mengikuti persamaan reaksi:
aA + bB cC
Selama pati bereaksi konsentrasi katalis tetap, sehingga kecepatan reaksi hanya tergantung
pada konsentrasi pati. Dengan demikian dapat ditulis:
dC A
- rA = dt
a b
= k. C A . C B
Karena air dibuat berlebihan, maka persamaan kecepatan reaksi mengikuti persamaan
kecepatan reaksi.:
a
-rA = k. C A
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses hidrolisis antara lain : waktu reaksi, suhu,
suhu rekasi, pencampuran pereaksi, suspensi pati dan konsentrasi katalisator. Semakin lama
waktu hidrolisis, semakin besar konversi yang dicapai. Air pada fase cair selama
berlangsungnya proses hidrolisis mengakibatkan kontak antara molekul-molekul pati dengan
air semakin besar dan reaksi dapat berlangsung lebih baik, sehingga rekasi hidrolisis lebih
sempurna. Untuk rnencapai konversi tertentu, proses dengan tekanan tinggi dapat memakai
air daam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses pada tekanan biasa.[2]

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 5 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

1.3 BAHAN DAN ALAT


1.3.1 Bahan Percobaan:
1. Pati
2. Aquadest
3. Larutan HCl
4. Larutan Fehling A dan B
5. Larutan Natrium Thiosulfat
6. Indikator Amylum.
1.3.2 Alat Percobaan:
Alat yang digunakan dalam percobaan ini digambarkan pada Gambar 2.

1.4 CARA KERJA


1. Timbang 2-5 gram sampel (sesuai dengan petunjuk asisten) dimasukkan ke dalam labu
leher tiga.
2. Tambahkan larutan HCI 2 N sebanyak 200 ml
3. Rangkai alat seperti pada gambar 2.
4. Panaskan suspensi di atas pemanas sampai rnendidih dan hidupkan pengaduk. Catat waktu
mulai mendidih.
5. Biarkan larutan mendidih sampai 2 jam, kemudian didinginkan dengan udara.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 6 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

1.5 ANALISIS HASIL


1. Larutan hasil hidrolisis setelah dingin dinetralkan dengan larutan NaOH.
2. Encerkan dengan aquades sampai 200 ml. Saring, masukkan filtrat ke dalarn buret.
3. Masukkan 5 ml Fehling A dan 5 ml Fehling B ke dalam erlenmeyer. Panaskan sampai
mendidih.
4. a. Titrasi dengan filtrat (sampai berwama coklat), Tambahkan 2 tetes methyl blue, Bila
warna coklat berubah, lanjutkan titrasi sampai titik ekivalen (warna coklat).
b. Titrasi dengan larutan glukosa standar (Cara seperti 4a).
5. Lakukan no. 3 dan 4 sebanyak 3 kali.

1.6 PERHITUNGAN
Jumah glukosa total
VI
V1
.C0 .V0
C = V2

Kadar pati dalam bahan


0,9.C
K = W
dengan:
Vo = Volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi Fehling A
dan Fehling B,ml
V1 = Volume pengenceran hasil hidrolisis, ml
V2 = Volume latutan hasil hidrolisis yang telah diencerkan yang digunakan untuk titrasi
Fehling A dan Fehling B, ml
Co = Kadar larutan glukosa standar, ml
C = Jumlah glukosa total hasil hidrolisis, g
K = Kadar pati dalam, bahan, g/g
W = Berat Sampel, g

1.7 DAFTAR PUSTAKA


Achmad, S., “Kimia Analisa Kuantitatf’, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, 1984.
Agra, I.B. Warnijati S. “Hidrolisis Pati Ketela Rambat pada Suhu lebih dan 100 oC, Forum
Teknik, Jilid 3, 1973.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 7 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

Diouhy, and Kott, A., “Continuous Hydrolysis of Corn Strach”, Mc Graw Hill Book
Company, Kogasukha, Tokyo 1948.
Groggins, P.H., “Unit Process in Organic Synthetic”, 5th ed., McGraw-Hill Book Company,
New York, 1958.
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., “Encyclopedia of Chemical Technology”, vol. XII., The
Interscience Enciclopedia Inc., New York, 1954.
Sudarmaji, S., Haryono dan Suhadi, “Prosedur Analisa untuk Bahan Makan dan Pertanian”,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, 1984.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 8 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :
Jurusan/Program Studi : Teknik Kimia/Teknik Kimia Modul ke :2
Kode Praktikum : 5 2 1 0. . . 9 Jumlah halaman :3
Nama Praktikum : Pengantar
2 Teknik
7. 4 2.Kimia
9. II Mulai berlaku : 1 September 2010

MODUL 2. KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

2.1TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan konstanta Michaelis-Menten reaksi hidrotisis sukrosa menggunakan enzim
invertase dan yeast.

2.2DASAR TEORI
Sukrosa merupakan salah satu jenis disakarida yang tersusun oleh satu gugus glukosa
dan satu gugus fruktosa, masing-masing adalah monosakarida. Sukrosa mempunyai rumus
bangun:

Sukrosa bukan gula pereduksi sedangkan fruktosa adalah gula pereduksi. Pengukuran
kecepatan reaksi dilakukan dengan mengukur konstentrasi glukosa dan fluktosa menggunakan
analisis Benedict dan atau Fehling.
Penggunaan enzim dalam proses reaksi kimia mempunyai berbagai keterbatasan, antara
lain : suhu, pH, dan konsenstrasi substrat (bahan yang bereaksi). Enzim yang dipakai untuk
rnenghidtolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa disebut invertase. Enzim dengan mudah
dapat diperoleh dari yeast roti dengan proses pemisahan sel. Pengukuran enzim biasa
dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan cara mengukur kecepatan pengurangan
konsentrasi substrat atau peningkatan jumlah hasil.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 9 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

2.2.1 Kinetika reaksi.


Salah satu ciri khas reaksi euzimatis adalah adanya keadaan saturasi atau jenuh dan
subtrat seperti terlihat pada gambar

Pada kadar substrat yang rendah, kecepatan reaksi (V) berbanding lurus dengan kadar
substrat (S), sehingga menganut reaksi order satu. Bila kadar substrat. makin besar, reaksi
tidak lagi order satu, dan akhirnya dicapai titik jenuh dimana substrat tidak lagi berpengaruh
terhadap kecepatan reaksi. Dengan perhitungan sederhana berdasar mekanisme reaksi didapat
persamaan kecepatan reaksi enzimatis sebagai berikut:
VmS
V = Km + S
dengan:
V = kecepatan reaksi, mol/L detik
Vm = kecepatan maksimum
S = konsentrasi subtrat, mol/L
Km =konstanta Michaelis-Menten

2.3BAHAN DAN ALAT


2.3.1 Bahan Percobaan:
1. Pereaksi Benedict atau Fehting
2. Yeast roti
3. Buffer asetat 0,2 M: pH 4,5
4. Larutan NaOH 1 %
5. Larutan sukrosa (gula pasir)
II.3.2Alat Percobaan:
1. Gelas beker
2. Erlenmeyer
3. Buret
4. Statip dan klem
___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 10 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

5. Mortal porselin
6. Labu ukur
7. Gelas arloji
8. Waterbath
9. Gelas ukur
10. Kompor listrik
11. Pipet ukur
12. Penjepit

2.4CARA KERJA
1. Menyiapkan 5 gelas beker
2. Ke dalam gelas beker dimasukkan campuran buffer asetat, aquades dan larutan sukrosa
dengan komposisi tertentu.
3. Semua gelas beker dipanaskan dalam waterbath pada suhu 37°C
4. Tambahkan preparat yeast masing-masing 5 ml dengan selang waktu satu menit dengan
waktu inkubasi bervariasi.
5. Semua gelas beker diinkubasi dalam waktu tertentu.
6. Reaksi dihentikan dengan penambahan NaOH 1 %
7. Analisis hasil dan tiap gelas beker dengan cara Benedict atau Fehling.

2.5PERHITUNGAN
Penentuan konstanta Michaelis-Menten dapat dilakukan dengan cara
transformasi lineweaver-burk sebagai berikut: V
VmS
V = Km + S
1 Km 1
= +
V VmS Vm
Persamaan terakhir ini merupakan persamaan linier fungsi 1/V vs 1/S dengan K m/Vm sebagai
slope dan 1/ Vm sebagai intercept.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 11 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :
Jurusan/Program Studi : Teknik Kimia/Teknik Kimia Modul ke :3
Kode Praktikum : 5 2 1 0 . . . 9. Jumlah halaman :4
Nama Praktikum : Pengantar Teknik
7. 4 2.Kimia
. II Mulai berlaku : 1 September 2010

MODUL 3. DISTRIBUSI ZARUT ANTARA DUA PELARUT


YANG TIDAK BERCAMPUR

3.1TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan konstanta keseimbangan suatu zarut pada dua fase cair dan dua pelarut yang
tidak bercampur.
2. Menentukan disosiasi zarut dan pelarut yang satu kepelarut yang lain.

3.2DASAR TEORI
Bila dua macam pelarut yang tidak bercampur dimasukkan dalam suatu bejana, maka
akan terlihat suatu batas diantara keduanya, hal ini menunjukkan dua pelarut itu tidak
bercampur. Jika suatu zarut dapat terlarut pada kedua macam pelarut tersebut, maka akan
terjadi pembagian kelarutan zarut kedalam dua pelarut tersebut. Pada suatu saat akan tercapai
keseimbangan, yang berarti kecepatan perpindahan zarut dan pelarut yang satu kepelarut yang
lain sama, sehingga banyaknya konsentrasi zarut dalam kedua pelarut akan tetap.
Perbandingan konsentrasi zarut pada kedua pelarut pada keadaan seimbang telah tercapai
disebut koefisien distribusi, atau bisa dituliskan sebagai:
Cx
Cy
K=
dengan:
K = koefisien distribusi
Cx = konsentrasi zarut dalam pelarut bawah (fase berat)
Cy = konsentrasi zarut dalam pelarut atas (fase ringan)
Harga K akan tetap bila berat molekul zarut dalam kedua pelarut sama. Bila berat
molekul tidak sama berarti terjadi disosiasi zarut dalam salah satu pelarut. Misalnya terjadi
disosiasi:

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 12 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

Harga konstanta keseimbangan:


Cx n
CAny
K=
dengan:
Cx = konsentrasi A dalam air.
Can,y = konsentrasi A dalam pelarut organik
Jika Cy adalah konsentrasi A dalam pelarut organik yang kemudian menjadi An,maka:
Cy = n Can,y
Cy
atau, n Can,y =
n

Cx n
Cy
maka,K = n
Cy
log K = nlog Cx - log n
= nlog Cx, - log Cy+logn
n
log Cy = n log Cx, + log K
Dengan membuat grafik log Cy terhadap log Cx, maka akan didapat harga 11 sebagai slope
dan n/K sebagai intercept.

3.3BAHAN DAN ALAT


3.3.1 Bahan Percobaan:
1. Asam asetat glasial
2. Asam oksalat
3. NaOH teknis
4. Petroleum benzene
5. Indikator phenol phtalein
6. NaCl
3.3.2 Alat Percobaan:
1. Corong pemisah
2. Erlenmeyer 250 ml

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 13 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

3. Buret 50 ml
4. Pipet ukur 10 ml
5. Pipet volume 5 ml
6. Pipet volume 25 ml
7. Pipet tetes
8. Labu ukur 100 ml
9. Gelas ukur 100 ml
10. Corong gelas
11. Gelas beker 500 ml
12. Pompa karet
13. Statip dan klem

3.4CARA KERJA.
3.4.1 Pembuatan larutan standar NaOH 0,5 N
1. Buatlah larutan NaOH 0,5 N sebanyak 300 ml
2. Ambilah 5 ml larutan NaOH dan masukkan ke dalam erlenmeyer
3. Tambah indikator Phenol phtalein
4. Titrasi larutan NaOH tersebut dengan asam oksalat 0.1 N
5. Lakukan titrasi sebanyak tiga kali.
3.4.2 Penentuan konsentrasi sebelum keseimbangan

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 14 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

1. Buatlah empat macam konsentrasi asam asetat masing-masing 100 ml. Variasi
konsentrasi akan ditentukan oleh asisten.
2. Ambilah 5 ml dan masing-masing konsentrasi asam asetat tersebut dan masukkan
kedalam erlenmeyer.
3. Tambahkan indikator phenol phtalein
4. Titrasi larutan asam asetat tersebut dengan NaOH yang telah distandanisasi.
5. Lakukan masing-masing titrasi sebanyak tiga kali.
3.4.3 Penentuan konsentrasi setelah keseimbangan
1. Ambil 25 ml larutan asam asetat dan salah satu konsentrasi, masukkan kedalam
corong pisah.
2. Tambahkan 25 ml petroleum benzene.
3. Kocok kedua larutan dalarn corong pisah, lalu biarkan beberapa saat sampai kedua
pelarut memiah.
4. Ambil larutan bagian bawah masukkan kedalam gelas beker.
5. Masukkan lapisan bagian atas ketempat yang telah disediakan.
6. Ambil larutan bagian bawah sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
7. Tambahkan indikator phenol phtalein..
8. Titrasi dengan larutan NaOH standar.
9. Ulangi titrasi sebanyak tiga kali.
10. Ulangi butir 1-9 untuk variasi konsentrasi yang lain.
11. Ulangi butir 1-10 dengan penambahan NaCl sebanyak 4 gram kedalam corong pisah
sebelum larutan dikocok.

3.5PERHITUNGAN.
1. Buatlah grafik log Cy, vs log Cx
2. Carilahharga n dan K.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 15 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :
Jurusan/Program Studi : Teknik Kimia/Teknik Kimia Modul ke :4
Kode Praktikum : 5 2 1 0. . . 9 Jumlah halaman :4
Nama Praktikum : Pengantar
2 Teknik
7. 4 2.Kimia
9. II Mulai berlaku : 1 September 2010

MODUL 4. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN


SEBAGAI FUNGSI SUHU

4.1TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat padat.
2. Menghitung panas pelarutannya.

4.2DASAR TEORI
Kelarutan adalah harga konsentrasi maksimum suatu zat dalam pelarut tertentu, dapat
juga dinyatakan sebagai harga konsentrasi suatu zat pada larutan jenuhnya.
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat dalam larutan dan zat yang tidak
terlarut. Dalam kesetimbangan ml kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap,
artinya. konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap.
Jika kesetimbangan diganggu, misalnya dengan mengubah temperatur, maka
konsentrasi larutannya akan berubah. Menurut Van’t Hoff pengaruh temperatur terhadap
kelarutan dapat dinyatakan sebagai berikut:

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 16 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

dengan:
S2, S1 = kelarutan zat pada temperatur T2 dan T1 (gmol/100 gram solven)

ΔH = panas pelarutan/gmol
R = konstanta gas umum
Pada umumnya panas pelarutan adalah positif (proses pelarutan endotermis), sehingga
menurut Van’t Hoff makin tinggi suhu makin banyak zat yang larut, sedangkan untuk zat-zat
yang panas pelarutannya, negatif (eksotermis) makin tinggi suhu kelarutannya akan
berkurang.

4.3 BAHAN DAN ALAT


4.3.1 Bahan Percobaan:
1. Asam oksalat
2. Larutan NaOH 0,5 N
3. Indikator phenol phtalein
4. Aquadest
5. Es batu
6. Garam dapur kasar
4.3.1 Alat Percobaan:
1. Waterbath
2. Termometer
3. Buret
4. Statip dan klem
5. Erlenmeyer
6. Tabung reaksi 250 ml
7. Gelas beker 250 ml
8. Oelas beker 1000 ml
9. Gelas ukur 100 ml
10. Pipet volume 5 ml
11. Pengaduk
12. Corong gelas
13. Karet penghisap

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 17 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

4.4CARA KERJA
Pada percobaan ini akan ditentukan kelarutan asam oksalat dalam aquades pada suhu
30, 25, 20, 15, 10, 5 dan 0°C.
Kristal asam oksalat dilarutkan sedikit demi sedikit dalam 125 ml aquadest (p aquadest
diketahui) dalam gelas beker sampai jenuh, kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi.
Larutan jenuh dalam tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas beker 1000 ml yang
telah berisi es batu dan garam dapur sampai dicapai suhu 0 0C. Larutan diambil sebanyak 5 ml
(kristal asam oksalat jangan sampai terbawa), dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N. Lakukan
sebanyak tiga kali, catat volume NaOH yang diperlukan. Selanjutnya gelas beker dimasukkan
ke dalam waterbath (lihat gambar), kemudian pemanas dihidupkan. Setelab dicapai subu 5° C
larutan diambil sebanyak 5 ml dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N, lakukan sebanyak 3
kali dan catat volume NaOH yang dibutuhkan. lilangi hal yang sama untuk setiap kenaikan
suhu 5° C. Percobaan dihentikan setelah dicapai suhu 30° C.

4.5PERHITUNGAN
4.5.1 Menghitung kelarutan asam oksalat tiap kenaikan suhu
Untuk mempermudah perhitungan, volume larutan dianggap sama dengan volume aquadest.
Ρaq
Berat larutan = 5 x = y gram
Larutan NaOH 0,5 N yang diperlukan = a ml

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 18 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

Pada titik ekivalen:


Vas N as = VnaOH . NNaOH
a ml . 0,5 N
Nas = 5 ml

= 0,1 a grek / L
` = 0,05 a gmol/L
5
. 0,05 . a gmol
Dalam 5 ml larutan (y gram) = 1000
1000 5
. . 0,05 . a gmol
5 ρ aq 1000
Dalam 1000 gram larutan =
Sehingga kalarutan asam oksalat :
0,05 a gmol
ρ aq 1000 gram laru tan
S=
Selanjutnya dibuat grafik S vs T
4.5.2 Menghitung panas pelarutan
1. Panas pelarutan pada setiap daerah suhu dapat dihitung secara analitis dengan
persamaan (3).
2. Panas pelarutan dapat pula ditentukan secara grafik dengan membuat grafik log S vs I/T
dari persamaan (4), slope garis = Δ H/(2,303R) diketahui, dan Δ H dapat dihitung.
Catatan: Disini Δ H dianggap bukan merupakan fungsi suhu, tetapi merupakan
konstanta pada daerah suhu daerah suhu percobaan 0- 30° C.

4.6PEMBAHASAN
Dari percobaan yang dilakukan, buatlah pembahasan antara lain:
1. Sifat kelarutan asam oksalat dalam air terhadap perubahan suhu.
2. Proses pelarutan asam oksalat eksotermis atau endotermis ? Bandingkan hasil Δ H yang
didapat dari cara analitis dan grafis. Bagaimana pendapat saudara terhadap asumsi Δ H
konstan pada daerah suhu percobaan?
3. Fungsi garam dapur dalam percobaan?
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 19 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :
Jurusan/Program Studi : Teknik Kimia/Teknik Kimia Modul ke :5
Kode Praktikum : 5 2 1 0. . . 9 Jumlah halaman :5
Nama Praktikum : Pengantar
2 Teknik
7. 4 2.Kimia
9. II Mulai berlaku : 1 September 2010

MODUL 5. REAKSI ESTERIFIKASI


5.1TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung konversi pada esterifikasi asam asetat
dengan etanol menggunakan katalisator asam sulfat. Konversi dihitung secara tidak langsung,
yaitu dengan menentukan ekivalensi asam bebas dan ekivalen asam total yang terdapat dalam
campuran hasil reaksi, secara volumetri.

5.2TINJAUAN PUSTAKA
Ester merupakan bahan yang cukup penting dalam mata rantai industri kimia. Sejak
lama ester telah dikenal terutama sebagai bahan pemberi aroma dan rasa serta sebagai parfum.
Penggunaan yang paling luas dan penting adalah sebagai pelarut dan pembuat plastik, selain
itu juga digunakan sebagai bahan pembuat kosmetika, obat-obatan, dan surfaktan.
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dan trigliserida dalam
bentuk ester dengan bantuan monovalen alkohol seperti metanol dan etanol. Pada reaksi
esterifikasi berlangsung reaksi pemecahan suatu senyawa oleh alkohol. Alkohol dengan berat
molekul tinggi yang terikat sebagai ester mudah diganti kedudukannya oleh alkohol yang
mempunyai berat molekul yang lebih rendah. Penyusun minyak nabati biasanya berupa
gliserid, jika gliserid dialkoholisis akan menghasilkan gliserol dan ester-ester. Reaksi
esterifikasi terjadi karena serangan molekul alkohol pada atom karbon gugus karbonil asam
yang lebih positif. Semakin besar muatan positifnya, semakin cepat reaksinya berjalan.

Reaksi esterifikasi dapat dinyatakan dengan persamaan:

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 20 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

Salah satu jenis asam organik dan alkohol yang mudah didapat adalah asam asetat
(CH3COOH) dan etanol (C2H5OH), dan hasil yang terjadi adalah etil asetat (CH 3COOC2H5)
dan air (H2O), berdasarkan reaksi:
CH3COOH + C2H5OH Ö CH3COOC2H5 + H20
(H) (OH) (E) (W)
Reaksi esterifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis atau tanpa katalis.
Reaksi esterifikasi dengan katalis alkali, seperti natrium atau kalium hidroksida memberikan
keuntungan tambahan yaitu proses dapat dioperasikan pada kondisi temperatur rendah. Reaksi
esterifikasi dengan menggunakan katalis asam-basa menyebabkan reaksi berlangsung
reversible sampai tercapai kesetimbangan. Oleh karena itu, pemakaian reaktan berlebih akan
mendorong kesetimbangan ke arah produk (sebelah kanan) dan akan meningkatkan produksi
metil ester. Untuk mendorong jalannya reaksi ke kanan perlu digunakan alkohol berlebih.
Berkurangnya jumlah mol asam asetat, atau bertambahnya jumlah mol etil asetat karena
reaksi per mol asam asetat mula-mula disebut dengan konversi, atau
n OH _ nH
x = n OH
COH _ CH
= COH
dengan
nOH = jumlah mol asam asetat mula- mula
nH = jumlah mol asam asetat yang tersisa setelah bereaksi selama t menit
COH = konsentrasi asam asetat mula- mula, mol/ml campuran
CH = konsentrasi asam asetat setelah bereaksi selama t menit, mol/l campuran
x = konversi, bagian
Reaksi ini berlangsung lambat, sehingga diperlukan bantuan katalisator. Fungsi
katalisator adalah menurunkan energi aktivasi. Jika energi aktivasi nilainya kecil maka
konstanta kecepatan reaksi akan menjadi besar. Biasanya dalam reaksi esterifikasi digunakan
katalis homogen, dimana katalis tersebut larut dalam alkohol dan larutan ini kemudian
ditambahkan ke dalam minyak atau lemak, biasanya tanpa pelarut tambahan. Katalis yang
biasa digunakan dapat berupa katalis asam (HCI, H2SO4) atau katalis basa (alkali, seperti :
NaOCH3, KOH, NaOH).

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 21 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

Selain bantuan katalisator, reaksi di atas dapat lebih dipercepat, bila reaksi berlangsung
pada suhu yang tinggi. Suhu tertinggi yang mungkin dicapai adalah suhu didih campuran.
Oleh karena itu uap campuran diembunkan dalam pendingin balik.
Pada reaksi bolak-balik di atas, semakin lama reaksi dilangsungkan semakin banyak etil
asetat yang terbentuk, tetapi sekaligus juga semakin banyak etil asetat yang bereaksi kembali
menjadi asam asetat dan etanol, sesuai dengan persamaan kecepatan reaksi ke kanan:
-rA = k1.CH.COH
dan kecepatan reaksi ke kiri:
rA = k2.CE.CW
Reaksi berjalan sampai tercapai keadaan seimbang, yaitu kecepatan reaksi ke kanan sama
dengan yang ke kiri. Pada keadaan ini banyaknya ester yang terjadi sudah maksimal dan
disebut dengan konversi seimbang, yang dapat dihitung dari persamaan:
k1 CE . C W
K = k 2 = C H . COH
Apabila konsentrasi salah satu pereaksi diperbesar, maka kecepatan reaksi ke kanan
akan menjadi lebih besar, yang berarti ester yang terjadi menjadi lebih banyak untuk tujuan
itu, pada umumnya etanol yang dipakai berlebihan.
Penentuan jumlah mol asam asetat yang telah bereaksi menjadi etil asetat (n oH - nH)
dilakukan secara tidak langsung, dengan mengurangi ekivalen asam total (asam asetat sisa,
asam asetat yang telah menjadi ester dan asam sulfat) dengan ekivalen asam bebas (asam
asetat sisa dan asam sulfat).

5.3BAHAN DAN ALAT


5.3.1 Bahan Percobaan:
1. Larutan asam asetat
2. Larutan etanol
3. Asam sulfat pekat
4. Air suling
5. Larutan NaOH
6. Larutan KOH alkoholis
7. Larutan HC1
8. Indikator fenoiptalin 1 %.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 22 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

5.3.2 Alat Percobaan:

5.4CARA KERJA
Lima puluh mililiter asam asetat encer (dibuat dengan mengencerkan 30 ml asam asetat
96 % menjadi 50 ml dengan menambah air suling) dan 150 ml alkohol encer (dibuat dengan
mengencerkan 100 ml alkohol 95 % menjadi 150 ml dengan menambah air suling) dituangkan
ke dalam reaktor. Campuran diaduk dengan pengaduk merkuri, kemudian cuplikan campuran
sebanyak 5 ml diambil, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml (cuplikan no. 1), untuk
dianalisis kadar asam asetat awal. Selanjutnya, sisa campuran di dalam reaktor diberi 6 tetes
asam sulfat pekat, kemudian dipanaskan dan diatur sehingga campuran tetap mendidih.
Selama proses berlangsung, pengaduk dijalankan dan air pendingin dialirkan ke dalam
pendingin balik. Setelah reaksi berlangsung selama 1 jam, pemanas dimatikan, lalu diambil
cuplikan sebanyak 5 ml dengan pipet volum dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml
(cuplikan no. 2), untuk dianalisis kadar asam bebasnya. Di samping itu, juga diambil cuplikan
sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml (cuplikan no.3), untuk
dianalisis kadar asam totalnya. Pengambilan cuplikan untuk tiap-tiap analisis dilakukan 2 kali.

5.5ANALISIS HASIL
5.5.1 Penentuan ekivalen asam asetat mula-mula, A0
Ke dalam 5 ml cuplikan yang telah disiapkan (cuplikan no. la dan 1b) ditambahkan 3
tetes indikator phenol pthalein, lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,4 N. Volum NaOH rerata
yang diperlukan (VM) dicatat.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 23 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

VM . N NaOH
A0 = 5 mgek/ml
5.5.2 Penentuan ekivalen asam bebas, AB
Tiga tetes indikator phenol pthalein ditambahkan ke dalam 5 ml cuplikan yang telah
disiapkan (cuplikan no. 2a dan 2b), kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,4 N. Titik
akhir ditandai dengan perubahan warna menjadi merah jambu yang tidak hilang selama 0,5
menit. Volum larutan NaOH rerata yang dipakai :
VA . N NaOH
AB = 5 mgek/ml
5.5.3 Penentuan ekivalen asam total, AT
Erlenmeyer yang berisi 5 ml cuplikan (no. 3a dan 3b), masing-masing ditambah dengan
40 ml KOH alkoholis 0,4 N dan 3 tetes indikator phenol pthalein, dihubungkan dengan
pendingin balik, kemudian dipanaskan di atas kompor listrik. Pendidihan dilakukan selama 1
jam. Apabila campuran sudah dingin, kelebihan NaOH dititrasi dengan larutan standar HC1
0,4 N, hingga terjadi perubahan warna. Volum HC1 rerata yang dipakai (Vs) dicatat. Pada
waktu yang sama, 40 ml larutan 0,4 N KOH alkoholis dan 3 tetes phenol pthalein dimasukkan
dalam erlenmeyer 250 mL yang dilengkapi dengan pendingin balik juga dipanaskan selama 1
jam, sebagai blangko. Setelah dingin, larutan blangko dititrasi dengan larutan standar HC1 0,4
N yang volum reratanya (VB) ml.
(5VB _ VC ) N HCl
AT = 5 mgek/ml
5.5.4 Konversi
AT _ AA
x= A0

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 24 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :
Jurusan/Program Studi : Teknik Kimia/Teknik Kimia Modul ke :6
Kode Praktikum : 5 2 1 0. . . 9 Jumlah halaman :5
Nama Praktikum : Pengantar
2 Teknik
7. 4 2.Kimia
9. II Mulai berlaku : 1 September 2010

MODUL 6. KESEIMBANGAN ADSORPSI PADAT-CAIR


6.1 TUJUAN
Mencari persamaan keseimbangan yang sesuai untuk adsorpsi asam, asetat dan air
dengan karbon aktif.

6.2DASAR TEORI
Jika suatu bahan ditambahkan pada sistem dua fasa, di mana pada kedua fasa bahan
tersebut terlarut maka bahan akan terdistribusi pada kedua fasa dengan perbandingan tertentu.
Misal asam asetat yang berada pada air yang mengandung butir-butir arang aktif, maka
sebagian asam. asetat berada pada larutan (air) sedang yang lainnya terjerap pada permukaan
arang aktif. Pada saat keseimbangan tercapai maka kecepatan bahan melarut akan sama
dengan kecepatan bahan terjerap, sehingga konsentrasi bahan dalam larutan dan kadar bahan
terjerap dalam padatan akan tetap. Pada peristiwa adsorbsi (penjerapan) akan terjadi
keseimbangan antara bahan dalam larutan dan bahan pada padatan. Pada keadaan setimbang
ada hubungan yang dapat dinyatakan dalam persamaan matematis, antara kadar di fasa satu
(dalam hal ini asam pada fasa air) dan kadar dalam fasa dua (dalam hal ini asam terjerap pada
arang aktif). Keseimbangan suatu bahan pada fasa air dan padatan umumnya dapat dinyatakan
dengan berbagai model sebagai berikut:
6.2.1 Model Langmuir
Model Langmuir didasarkan pada penjerapan satu lapisan (monolayer), sehingga hanya
ada satu lapisan molekul adsorbat yang dapat dijerap permukaan adsorben, dengan demikian
kapasitas permukaan untuk penjerapan ada nilai maksimumnya (terbatas). Jika keseimbangan
penjerapan dinyatakan dengan persamaan seperti reaksi kimia:
S+A Ö S.A
dengan:
S = perrnukaan aktif bebas
A = adsorbat dalam larutan
S.A = permukaan yang mengikat A
___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 25 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

Konstanta keseimbangan:
(S. A)
K = (S) . (A) ...(1)
Permukaan aktif total= permukaan aktif bebas + permukaan aktif yang mengikat
(ST) = (S) + (SA)
(S) = (ST) — (SA) ... (2)
Dan persamaan (1), diperoleh:
(SA) = K . (S) . (A) ... (3)
Dan persamaan (2):
(S) = (ST) - K.(S).(A)
(ST )
(S) = 1 + K.(A) …(4)
Kombinasi persaman (3) dan (4) menghasilkan
K.(ST ).(A )
(SA) = 1 + K.(A) ... (5)
atau
(SA ) K.(A)
(ST ) = 1 + K.(A) …(6)
Perbandingan (SA) / (ST) dapat dinyatakan dengan perbandingan kadar A terjerap pada
keadaan tersebut dan A terjerap maksimal (semua perrnukaan menjerap), atau:
(SA ) XA
(ST ) = X*A

dengan X*A kadar penjerapan maksimal, sehingga bisa diperoleh


XA K.(A)
X*A = 1 + K.(A)
Jika kadar A dalam larutan ditulis dengan CA, maka diperoleh:
X*A K.C A
XA = 1+ K.C A (hubungan XA dan CA pada kesetimbangan)
Model Langmir ini umumnya berlaku untuk logam atau adsorbat organik pada partikel dalam
air.
6.2.2 Model Freundlich
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa tidak hanya satu lapisan molekul adsorbat
saja yang terjerap adsorben, sehingga lapisan permukaan padatan tidak dibatasi (oo). Setelah
___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 26 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

permukaan padatan menjerap satu lapisan molekul adsorbat, maka adsorbat masih bisa
terjerap dan membentuk lapisan berikutnya dan seterusnya. Teori Freundlich menghasilkan
persamaan keseimbangan:
SA
1/ n
K = (A)
(SA) = K.(A)1/n
Karena (SA) berbanding lurus dengan XA dan (A) ditulis CA, maka:
XA = K.CA1/n (hubungan antara XA dan CA pada keseimbangan)
Jika n = 1, maka disebut model adsorpsi linier dan umumnya untuk kadar-kadar adsorbat yang
rendah. Model Freundlich umumnya cocok untuk proses penjerapan bahan kimia organik oleh
karbon aktif pada konsentrasi yang cukup tinggi dalam air atau air limbah.

6.3BAHAN DAN ALAT


6.3.1 Bahan Percobaan:
1. Asam Asetat
2. Larutan NaOH
3. Indikator Phenol Pthalein
4. Aquades
5. Karbon aktif
6.3.2 Alat Percobaan:
1. Gelas beker 500 ml 8. Labu ukur 100 ml
2. Pengaduk 9. Gelas ukur 100 ml
3. Erlenmeyer 250 ml 10. Corong gelas
4. Pipet volum 25ml 11. Kertas saring
5. Pompa karet 12. Erlemneyer 100 ml
6. Pipet tetes 13. Timbangan
7. Buret 50 ml 14. Statif dan klem

6.4CARA KERJA
Lima macam konsentrasi larutan Asam asetat dibuat bervariasi, variasi konsentrasi
ditentukan oleh asisten. Masing-masing larutan Asam asetat ditentukan konsentrasinya
dengan cara titrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi. Masing-masing larutan
asam asetat yang berbeda konsentrasinya sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml. Masing-masing erlenmeyer diberi 10 gram karbon aktif. Kemudian erlenmeyer
___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 27 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

digoyang dengan shaker batch dan setelah 2 jam, konsentrasi Asam asetat yang tersisa dalam
larutan dititrasi setelah sebelumnya dipisahkan dan karbon aktif dengan cara disaring. Dalam
waktu 2 jam telah tercapai keadaan setimbang.

6.5ANALISIS
Proses penjerapan asam asetat dalam air oleh karbon aktif berlangsung secara batch.
Mula-mula konsentrasi asam asetat= CÁO volum = Vo dan berat karbon aktif W0.
Neraca massa asam asetat pada setiap saat:
Asam asetat mula-mula = Asarn asetat dalam larutan +
Asam asetat dalam karbon aktif
CAO.VO = CA.VO + WO.XA
Neraca massa asam asetat setelah keseimbangan:
CA0.V0 = CA00.V0 + W0.XA00
C A 0 . V0 _ C A 00 . V0
XA00 = W0

V0 . C A 0 _ CA 00
= W0

dengan :
CA00 = konsentrasi Asam asetat setelah seimbang, gram asam asetat per volum air
XA00 = Kadar asam asetat dalam karbon aktif setelah seimbang, gram asam asetat per gram
karbon aktif
Dan berbagai kadar asam asetat awal CAO akan diperoleh XA00 vs CA00
Hubungan keseimbangan antara Asam asetat dalam Air dan Asam asetat teradsorpsi pada
karbon aktif dinyatakan dengan
XA = f (CA)
Persamaan yang cocok untuk X00 vs CA00 dicari sesuai dengan data yang diperoleh.
Pembuktian model persamaan yang cocok:
1. Langmuir
Persamaan Langmuir dapat dimanipulasi menjadi:
1 1 1 1
* + *
X A = KX A C A X A

Dibuat kurva (l/XA) vs (I/CA). Jika grafik berupa garis lurus, maka model Langmuir dapat
dipakai dan akan diperoleh slope l/KX*A dan intercept l/X*A.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 28 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

2. Freundlich
Persamaan Freundlich dapat dimanipulasi menjadi
lnXA = 1n K + 1/n in CA
Dibuat kurva ln XA vs In C A, jika grafik berupa garis lurus, maka model Freundlich dapat
dipakai dan akan diperoleh slope 1/n dan intercept In K.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 29 dari 30
UNIVERSITAS ISLAM FM-UII-AA-FKA-07/R2
INDONESIA

FORMAT PENULISAN LAPORAN


PRAKTIKUM PTK

I. JUDUL PERCOBAAN (POINT 2)


Judul percobaan ditulis dengan huruf besar dan rata tengah
Tujuan Percobaan
Sama dengan yang ada di Buku Petunjuk Praktikum

II. DASAR TEORI ( POINT 15 )


Dasar teori berisi jabaran teori-teori yang mendukung jalannya praktikum, teori
diambil dari pustaka yang mendukung ( sumber pustaka harus dituliskan ) Buku
petunjuk praktikum tidak boleh menjadi sumber pustaka.

III. ALAT DAN BAHAN ( POINT 3 )


Berisi : bahan - bahan yang digunakan
Rangkaian alat utama harus digambarkan
( Lihat Buku Petunjuk Praktikum)

IV. CARA KERJA ( POINT 5 )


Cara kerja dibuat dalam bentuk bagan dan jangan menggunakan kalimatperintah.

V. DATA PERCOBAAN ( POINT 5 )


Dibuat dalam bentuk tabel

VI. PERHITUNGAN ( POINT 20 )


Berisi pengolahan data yang didapatkan dari hasil percobaan dan yang lainnya
dimasukkan dalam daftar tabel.

VII. PEMBAHASAN ( POINT 20 )


Berisi pembahasan hasil-hasil yang diperoleh, hubungannya dengan teori-teori
yang ada dan disertai alasannya .

VIII. KESIMPULAN ( POINT 8 )


Berisi resume percobaan, hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu
percobaan ( dalam bentuk kualitas dan kuantitas )

IX. DAFTAR PUSTAKA ( POINT 2 )


Berisi pustaka yang digunakan dalam dasar teori dan yang menunjang percobaan.

Yogyakarta, 1 September 2017


Ka. Lab. PTK

Dr. Arif Hidayat, ST., MT.

___________________________________________________________________________
Versi : 2010 Revisi : 2 Halaman : 30 dari 30

Anda mungkin juga menyukai