Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Mikrobiologi : Uji Aktivitas Antimikroba

Pendahuluan
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme
dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya. (Singleton.2006)
Sejarah tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek
(1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana,
dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan
bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. (Skou, dan Sogaard Jensen. 2007)
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan
hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba
mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative
panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan
(Afriyanto 2005).
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas
beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya.
Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat
berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004).
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa
kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel,
merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat
sintesa asam nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah
perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu
antibiotic dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh microorganisme
tertentu yang mempunyai kemapuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan
membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk
menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan
bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup,
seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba
tersebut tidak hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap
konsentrasi mikroba yang digunakan (Soekardjo 1995).
Tujuan
Praktikum bertujuan menguji aktivitas antimikroba dari bahan-bahan yag diujikan
seperti penicillin, streptomycin, betadine, detol, ekstrak kunyit, dan ekstrak cengkeh.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan yaitu Erlenmeyer, pipet mohr 1 ml, bulp merah, cawan petri,
kertas cakram, spreader, pinset, dan spirtus.
Bahan-bahan yang digunakan ialah penicillin, streptomycin, betadine, detol, ekstrak
cengkeh, ekstrak kunyit, larfis 0,85 %, PCA (Plate Count Agar), alcohol 70 %, bakteri
Aeromonas, bakteri Streptococcus, bakteri Bacillus, dan bakteri Staphilococcus.

Prosedur
Suasana steril harus diciptakan dari awal praktikum hingga akhir praktikum. Terlebih
dahulu, tangan dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air hingga bersih. Tangan dikeringkan
dan kemudian tangan dan meja dibasahi dengan alcohol 70% hingga tangan dan area kerja 
steril serta kering. Bakteri yang terdapat di dalam Erlenmeyer, dipipet 0,2 ml mengunakan
pipet mohr kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media PCA. Kemudian
bakteri sudah ada dalam media PCA, diratakan secara menyeluruh pada media PCA dengan
menggunakan spreader. Lalu media yang telah rata oleh bakteri dibagi menjadi dua bagian.
Kertas cakram yang berbentuk lingkaran kecil dibasahi oleh bahan antimikroba yaitu
penicillin, streptomycin, betadine, detol, ekstrak cengkeh, dan ekstrak kunyit. Kertas cakram
juga dibasahi oleh larutan larutan fisiologis (larfis) 0,85% yang digunakan sebagai
pembanding. Kerta cakram yang telah dibasahi bahan antimikroba dan larfis tersebut
dimasukkan ke dalam cawan petri sebelumnya dengan menggunakan pinset. Masing-masing
cawan petri hanya diperbolehkan terisi oleh dua bahan antimikroba, sehingga dibutuhkan

Data dan hasil pengamatan


Tabel 1 daya hambat pertumbuhan bakteri oleh zat antimokroba

No Biakan Bahan Diameter Keterangan


bakteri murni antimikroba
1 Aeromonas Antibiotik I (Pinisilin) 3,0 cm -
Antibiotik 2 (Streptomicin) 4,7 cm -
Antiseptik I ( Betadine) 2,0 cm -
Antiseptik 2 (Detol) 3,8 cm -
Ekstrak Kunyit 2,5 cm -
Ekstrak Cengkeh 1,7 cm -
Larfis - -
2 Bacillus Antibiotik I (Pinisilin) 0,8 cm -
Antibiotik 2 1,2 cm -
( Streptomicin)
Antiseptik I ( Betadine) 2,5 cm -
Antiseptik 2 (Detol) 0,9 cm -
Ekstrak Kunyit 1,5 cm -
Ekstrak Cengkeh 1,0 cm -
Larfis - -
3 Stapilococus Antibiotik I (Pinisilin) 1,1 cm -
Antibiotik 2 3,0 cm -
( Streptomicin)
Antiseptik I ( Betadine) 1,4 cm Terdapat warna
merah disekitar
diameter
Antiseptik 2 (Detol) 1,7 cm Terdapat warna
merah disekitar
diameter
Ekstrak Kunyit 0,5 cm -
Ekstrak Cengkeh 0,4 cm -
Larfis - -
4 Streptococus Antibiotik I (Pinisilin) 0,9 cm -
Antibiotik 2 1,1 cm -
( Streptomicin)
Antiseptik I ( Betadine) 2,0 cm -
Antiseptik 2 (Detol) 1,2 cm -
Ekstrak Kunyit 0,9 cm -
Ekstrak Cengkeh 1,0 cm -
Larfis - -

Gambar 1. Uji aktivitas antimikroba streptomycin dan penicillin terhadap bakteri


Staphilococcus
Gambar 2. Uji aktivitas antimikroba betadine dan detol terhadap bakteri Staphilococcus

Gambar 3. Uji aktivitas larutan fisiologis 0,85 % terhadap bakteri Staphilococcus


Gambar 4. Uji aktivitas antimikroba ekstrak kunyit dan ekstrak cengkeh terhadap bakteri
Staphilococcus

Pembahasan
Bahan antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, menghambat pertumbuhan
dari mikroba. Antimikroba bekerja dengan cara merusak dinding sel atau merusak protein
dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati. Bahan antimikroba bekerja dengan beberapa
mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri, mempertahankan hidupnya, dan melawan
bakteri lain (Widjajanti 1996).
Digunakan metode pengujian difusi agar untuk mengetahui aktivitas antimikroba.
Mikroba uji dicampurkan dengan media pertumbuhan (Nutrien broth) dan dituang ke dalam
cawan petri sehingga membentuk lempeng agar. Di lempeng agar dibuat sumur yang
kedalamnya dimasukkan larutan uji. Setelah proses inkubasi dilakukan pengukuran diameter
hambat berupa zona bening di sekitar sumur yang menunjukkan penghambatan pertumbuhan
mikroba (Pelczar dan Chan, 1988). Nilai diameter hambat masing-masing kelompok uji di
rata-ratakan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata diameter hambat
kelompok kontrol.
Perlakuan aseptik ialah perlakuan yang bertujuan  terbebas dari mikroorganisme.
Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk menghilangkan kontamina
mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang akan dipergunakan untuk analisa
selanjutnya (Jati 2007).
Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun mengakhiri
sebuah pekerjaan di laboratorium. Alkohol 70% yang disemprotkan pada tangan dan meja,
bahkan tangan pun sebelumnya harus dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut
berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak diinginkan agar mendapatkan
pengukuran yang akurat. Proses pemindahan mikroba secara aseptic sangat membutuhkan
ketelitian yang tinggi. Jika tidak, kesalahan dalam teknik sedikit saja akan mempengaruhi
semua hasil pengamatan. Oleh karena itu, dalam melakukan pemindahan mikroba dari media
yang lama, menuju media yang baru harus mengetahui teknik dan menjaga kesterilan bahan
maupun alat yang digunakan (Dwijoseputro 2003).
Bahan antimikroba yang diujikan pada percobaan ialah penicillin, streptomycin,
betadine, detol, ekstrak kunyit, dan ekstrak cengkeh. Sedangkan larutan larfis 0,85 % yang
berisi larutan garam NaCl 0,85 % hanya berfungsi sebagai pembanding dengan bahan
antimikroba lainnya. Bakteri yang digunakan yaitu bakteri Aeromonas, bakteri Streptococcus,
bakteri Bacillus, dan bakteri Staphilococcus yang terdapat didalam Erlenmeyer dipipet
sebanyak 0,2 ml dan kemudian disebarkan di atas cawan petri yang berisi media PCA yang
bertujuan untuk menumbuhkan bakteri pada media PCA tersebut dan dapat digunakan untuk
menguji aktivitas antimikroba. Spreader digunakan untuk meratakan bakteri sehingga
menyeluruh di dalam media. Kemudian media yang berada di dalam cawan petri dan telah
berisi bakteri di belah menjadi dua bagian, untuk dijadikan tempat uji bahan antimikroba,
sehingga satu cawan petri terdapat dua bahan anti mikroba. Kertas cakram yang berbentuk
seperti kertas saring yang berukuran lingkatan kecil dicelupkan ke dalam bahan antimikroba,
lalu dipindahkan dengan menggunakan pinset ke dalam cawan petri. Penggunaan pinset
bertujuan untuk menghindari adanya lemak apabila tangan menyentuh kertas cakram secara
langsung, sehingga akan mempengaruhi perkembangan diameter. Setelah di inkubasi selama
2x24 jam, akan muncul zona bening (zona antimikroba) yang berbentuk menyerupai
lingkaran yang memiliki diameter, lalu diameter tersbut akan diukur. Zona bening tersebut
adalah area perkembangan aktivitas bahan antimikroba terhadap bakteri yang ada di
sekitarnya. Apabila larutan fisiologis yang diujikan, maka bakteri tersebut akan tumbuh subur
didalam larfis dan tidak ada diameter yang terbentuk karena larfis hanya sebagai pembanding
bukan bahan antibiotic.
Data dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa penicilin yang diujikan pada bakteri
Staphilococcus menghasilkan diameter 1,1 cm, pada bakteri Streptococcus berdiameter 1,7
cm, pada bakteri Aeromonas berdiameter 2 cm, dan pada bakteri Bacillus berdiameter 2 cm.
Streptomycin yang diujikan pada bakteri Staphilococcus menghasilkan diameter 3 cm, pada
bakteri Streptococcus berdiameter 1,9 m, pada bakteri Aeromonas berdiameter 5 cm, dan
pada bakteri Bacillus berdiameter 3 cm.
Betadine yang diujikan pada bakteri Staphilococcus menghasilkan diameter 1,4 cm
dan terdapat warna merah pada sekeliling antibiotik, pada bakteri Streptococcus berdiameter
1,5 cm, pada bakteri Aeromonas berdiameter 2,2 cm, dan pada bakteri Bacillus berdiameter 3
cm. Warna merah yang mengelilingi antimikroba adalah kontaminan yang disebabkan oleh
adanya pengaruh bakteri lain dari udara yang tumbuh, karena larutan antibiotic belum kering
dan menetes. Tetesannya mengalir sehingga area bening bukan berbentuk lingkaran. Dapat
juga disebkan oleh perlakuan yang kurang aseptic. Kontaminan dapat dideteksi dengan
adanya warna selain warna bening misalnya warna merah.
Detol yang diujikan pada bakteri Staphilococcus menghasilkan diameter 1,7 cm dan
terdapat warna merah pada sekeliling antibiotik, pada bakteri Streptococcus berdiameter 1,0
cm, pada bakteri Aeromonas berdiameter 3,5 cm, dan pada bakteri Bacillus berdiameter 2,5
cm. Ekstrak kunyit yang diujikan pada bakteri Staphilococcus menghasilkan diameter 0,4 cm,
pada bakteri Streptococcus berdiameter 1,4 cm, pada bakteri Aeromonas berdiameter 1,0 cm,
dan pada bakteri Bacillus berdiameter 1.5 cm. Ekstrak cengkeh yang diujikan pada bakteri
Staphilococcus menghasilkan diameter 0,4 cm, pada bakteri Streptococcus berdiameter 1,5
cm, pada bakteri Aeromonas tidak menghaslkan berdiameter, dan pada bakteri Bacillus
berdiameter 1,0 cm. Ekstrak cengkeh pada bakteri Aeromonas tidak menghasilkan zona
bening karena kemungkinan bakteri yang harusnya meyebar secara merata pada media PCA,
pada kenyataannya tidak tersebar merata sehingga antibiottik tidak bisa menghambat
pertumbuhan bakteri dan tak ada diameter yang dihasilkan, kemudian dapat pula disebabkan
karena perlakuan yang kurang aseptic.
Data dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa penicillin, streptomycin, betadine,
detol, dan ekstrak kunyit merupakan bahan antimikroba yang cocok untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Staphilococcus, Streptococcus, Aeromonas, dan Bacillus, kecuali
ekstrak cengkeh yang tidak cocok untuk penghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas karena
tidak dapat menghasilkan zona bening dan bakteri Aeromonas dapat tumbuh subur meskipun
iberikan antimikroba. Semua bahan antimikroba menunjukkan aktivitasnya dalam
menghambat pertumbuhan bakteri  karena semuanya hampir menunjukkan adanya zona
bening walaupun masih terdapat kontamina yang berwarna merah. Zona bening tersebut
terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di
dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam
cincin tersebut. Keampuhan suatu ntimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening
yang terbentuk akibat berdifusinya zat antibiotika tersebut, Antimikroba yang berbeda
memiiki laju difusi yang berbeda pula, karena itu keampuhan antimikroba satu sama lain
tidak sama (Wilson 1982).

Simpulan
Data dan hasil pengamatan dapat disimoulkan bahwa bahwa penicillin, streptomycin,
betadine, detol, dan ekstrak kunyit merupakan bahan antimikroba yang cocok untuk
menghambat pertumbuhan bakteri Staphilococcus, Streptococcus, Aeromonas, dan Bacillus,
kecuali ekstrak cengkeh yang tidak cocok untuk penghambat pertumbuhan bakteri
Aeromonas karena tidak dapat menghasilkan zona bening

Daftar Pustaka
Suwandi U. 1999. Peran Media Untuk Identifikasi Mikroba Patogen Cermin Dunia Kedokteran.
Jakarta : Grup Kalbe Farma.
Pelczar M.J. dan Chan. 1988.  Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta : UI Press.
Afriyanto Eddy. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Jakarta : Penerbit Kanisius.
Jati Wijaya. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta : Ganeca Exact.
Singleton Paul.2006. Dictionary of Microbiology And Molecular Biology Third Edition. England :
John wiley & Sons Inc.
Skou Torben dan Sogaard Jensen Gunnar. 2007. Microbiologi. Englang : Forfattern Og Systime.
Soekardjo Siswandono, 1995. Kimia Medisinal. Jakarta : Airlangga University Press .
Widjajanti U. 1996. Obat-Obatan. Yogyakarta : Kanisius.
Wilson Gisvold. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik.
Semarang : IKIP Semarang Press.
Dwijoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan .
Lutfi Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai