Anda di halaman 1dari 18

Bab

Manusia
dan Alam Semesta

TUJUAN

Setelah mempelajarí bab ini, Anda dikarapkan memperoieh


pencerahan tentang:
2. Hakikat keberadaan alam semesta.
b. Hakikat manusia dan tujuan umat manusia hidup di dunia.
Hakikat kecerdasan dan kesadaran diri yang dimiliki oleh manusia.
Kesalingtergantungan (interdependensi) umat manusia dengan aiam semesta,
termasuk dengan seluruh isinya sebagai satu kesatuan sistem.
e. Keterkaitan antara perilaku etis
dengan tingkat kesadaran spiritual (Spiritual
Quotient-S0).
Bab 1: Manusia dan
Alam Semesta

Dendekatan ilmiah dan rasional. Namun Schumacher telah mengingatkan para ilmuwan tentang
adanya tingkatan-tingkatan eksistensi alam semesta sebagai berikut:
Benda, dapat dituliskan P
2 Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
3 Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
4 Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z

Dengan memberikan simbol Puntuk henda mati, X untuk unsur hid1up, Yuntuk kesadaran, dan
Z untuk kesadaran diri (kesadaran transendental/spiritual), maka dapat dikatakan bahwa eksistensi
alam semesta memiliki jenjang yang terbagi ke dalam empat tingkat, yaitu:
a. Tingkat pertama adalab benda mati, yang hanya niemiliki unsur P (substansi, materi).
b. Tingkat kedua adalah tumbuh-tumbuhan, yang mempunyai unsur P dan unsur X (kehidupan).
c. Tingkat ketiga adalah golongan hewan, yang memiliki unsur PX, dan Y(kesadaran).
d. Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang memiliki semua unsur P X, Y dan Z (unsur
kesadaran transendental/spiritual).

Seorang sosiolog, Pitirim Alexandrovich Sorokin (dalam Eko Wijayanto dkk., 2002) mencoba
menjelaskan perubahan-perubahan besar (krisis) dan fluktuasi sistem nilat yang terjadi dalam
sejarah kehidupan umat manusia ini berdasarkan skema tiga sistem nilai, yaitu: indriawi, ideasional,
dan idealistis. Sistem nilai indriawi berada pada sisi ekstrem satu, yang berpandangan bahwa semua
nilai etika bersifat relatil dan bahwa persepsi indriawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan
dan kebenaran. Sementara pada sisi ekstrem lainnya, sisten nilai ideasional berpandangan bahwa
realitas sejati berada di luar dunia materi (berada pada alam spiritual) dan bahwa pengetahuan dapat
diperoleh melalui pengalaman batin. Sistem ini percaya pada nilai-nilai ctika absolut, standar keadilan,
kebenaran, dan keindahan yang supramanusiawi. Selanjutnya, tarik-menarik antara kedua kekuatan
sistem nilai ini memunculkan sistem nilai idealistis yang tampil sebagai perpaduan harmonis di antara
kedua sistem nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut. Krisis nmultidimensi (termasuk yang
terjadi di Indonesia menjelang akhir abad ke-20) timbul karena proses modernisasi, industrialisasi,
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya terlalu menekankan pada aspek
kehidupan yang berorientasi materi/fisik (sistem nilai indriawi).
Dengan cara yang agak berbeda, Chopra (2004) mengemukakan tiga tingkat keberadaan, yaitu:
domain fisik, domain kuantum. dan domain nonlokal. Domain fisik adalah domain substansi, materi,
dan alam semesta yang dapat diketahui melalui pancaindra--dapat diraba, dilihat, didengar dibaui
dan dikecap. Api, air, tanah, udara, rumah, mobil, tumbuh-tumbuhan, hewan, gedung bertingkat,
danau, laut, dan sebagainya adalah contoh eksistensi pada domain fisik ini. Pada domain fisik ini,
segalanya dibatasi oleh ruang dan waktu. Segalanya mengikuti siklus: lahir, tumbuh, dan mati.
Pada tingkat kedua, domain kuantum, segalanya terdiri atas informasi dan energi. Melalui
persamaan Einstein, di mana E = m.c* dapat diketahui bahwa energi (E) sama dengan massa (m)
dikalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya (c*). Jadi, sebenarnya energi dan massa itu sama saja,
hanya berbeda bentuk. Dengan kemajuan ilmu fisika dan diperkenalkannya fisika kuantum, dapat
dibuktikan bahwa benda atau substansi yang tampak padat ternyata hanya berwujud vibrasi/
gelombang saja setelah diurai menjadi molekul, atom, sub-atom, dan seterusnya. Pengamat dengan
objek yang diamati ternyata saling memengaruhi. Bila pengamat menafsirkan gelombang, maka yang
tampak adalah gelombang. Namun bila penganat menafsirkan substansilpartikel, maka yang tampak
bahwa tidak ada objek (yang diamat)
pemisahan antara
dalah subetansi/partukel, Dari sini jelas
ada pengamat, maka yang
muncul adalah berupa potensi murni.
debganAuekKpengamar). Bla fidak ini hdak ada lag)
tingkat ketigs. Pada cksistensi tingknt ketlys
Chopra inenyebut ini sebagaiekalstensi
membaur, lulul, dan menyat1u.
jdentitas individual,semuanya
oleh 1lchi Lne (2006) dengan menganaloglkan
Keberadáan yang bertingkat int juga dlungkapkan
isik (sebagal peranti keras)
ststem komputer, yaltu: Japisan/tubuh
Jpisan kebrradaan wirnp dengan memanfaatkan
spirltual/informasi (perants lunak), Dengan
lapisan energi (arus Jistrik), dau laplsan
lapisan/tingkat keberadaan suatu
pengetahuan fiaika kuantum, Erbe Sentanu (2007) mengemukakan Gambar 1,
benda (alam semesta) dikaitkan alam kehidupan manusia sepertl pada
dengan

Oambar1.1 Mausia
Tingkat Keberadaan Alarn Sernesta dan Alam Kehidupan

Masib
Bunda
Molekul mareneste e m
Karater
Atom Keblasaan
Partikel arse tfesyterrs
Tindakan
Kuanta Pikiran
Alam Energl Perasaan
2007
Spnper: Sentanu, Quontum hlas: Teknolog) Aktvasl Kekuaton Hati.

Benda adalah sesuatu yang tampak, sedangkan alam energl adalah sesuatu yang tidak tampak.
Nasisb seveorang adalah scsuatu yang tampak, tetapl perasaan seseorang adalah sesuatu yang tidak
tampak. Nasib seseorang mencerminkan karakternya, dan karakter seseorang berasal dari kebiasaan
dan tindakannya. Tindakun veseorang ditentukan oleh pikirannya, sedangkan pikiran seseorang
sangat dipengaruhi oleh perasaan (emosl)-nya dan pada akhirnya tingkat kematangan emosi/perasaan
seseorang akan mencerminkan tingkat kemataingan kesadaran (spiritual) seseorang
Beidasarkanuraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat keberadaan alam semesta tidak
hanya terbatas padasesuatu yang berslfat fislk, sebagalmana diyakini oleh sementara ilmuwan. Dengan
kermajuan ilno Oeka dan adanya ketertarikan para Umuwan untuk mulai mengkal|! hal-hal spiritual
veCara lebth rsional, maka mulai dlyakini bahwa hal-hal yang tidak tampak oleh pancaindra juga
merupakan baglan tak terplsahkan dart hakikat keberadaan, Dil samping Itu, makin dapat dibuktikan
pula bahwa terdapat tingkatan-tingkatan atau laplsan-laplsan keberadaan alam semesta dari yang kasat
mata (berwujud fisik/kasar) sampai yang tidak kasat mata (tídak
berwujud fisik) dan sangat halus
seperti: pikiran, perasaan, den kesudaran mur»l (blsa juga disebut potensl tak terbatas, kesadaran
murni, roh, splrit, Tuhan, atau sebulan lalnnya).

HIAKIKAT-MANUSIA
Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski uda begitu banyak hal yang sangat
bergantung pada konsep tentang hakikat manusla, namun
terdapat begitu banyak ketldaksepakatan
Bab 1:Manusia dan Alam Semesta

mengenai apa itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan ini karena banyak pihak hanya melihat
hakikat manusia secara sepotong-sepotong
tanpa mendudukkannya dalam konteks keseluruhan yang
utuh. Karl Marx, misalnya, (dalam Stevenson dan Haberman, 2001) mengatakan bahwa hakikat riil
manusia adalah keseluruhan hubungan sosial dengan menolak adanya Tuhan dan menganggap bahwa
tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia
itu hidup.
Kecenderungan memahami hakikat manusia secara sepotong-sepotong ini sangat jelas terasa
bila melihat perkembangan dan aliran dalam
psikologi, khususnya menyangkut konsepsi-konsepsi
psikologis tentang manusia. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2001) mengelompokkan
empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia sebagai berikut:
1. Psikoanalisis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan
keinginan terpendam (homo volensi). Tokoh-tokoh aliran ini antara lain: Freud, Jung, Abraham,
Horney, dan Bion.
Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh
lingkungan (homo mechanicus). Teori ini menyebut manusia sebagai manusia mesin (homo
mechanicus) karena perilaku manusia sepenuhnya ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori
ini disebut juga sebagai teori belajar karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia-kecuali
insting-adalah hasil belajar (dari lingkungan). Ada keyakinan bahwa jiwa manusia pada saat
dilahirkan diumpamakan seperti meja lilin (tabula rasa), belum mempunyai warna mental dan
siap untuk dilukis oleh pengalaman dari lingkungannya. Tokoh-tokoh dalam aliran ini antara
lain: Hull, Miller dan Dollard, Rotter, Sklinner, serta Bandura
3. Kognitl, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif mengorganisasikan
dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens). Manusia tidak lagi dianggap sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif terhadaplingkungannya Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain:
Lewin, Heider, Festinger Piaget, dan Kohlberg.
4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Di sini diperkenalkan konsep I - thou
Relationship, bukan sebagai l - it Relationship, yang artinya menunjukkan pentingnya hubungan

seseorang dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi, bukan sebagai pribadi dengan benda.
Dengan kata lain, yang ditekankan adalah hubungan subjek dengan subjek, bukan subjek dengan
objek. Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain: Rogers, Combs dan Snygg, Maslow, May. Satir, serta
Peris.

Untuk memahami hakikat manusia secara utuh, ada baiknya kembali memahami pendapat
Schumacher tentang empat tingkat eksistensi kehidupan sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
yang terdiri atas: benda (P-unsur materi), tumbuh-tumbuhan (P + unsur hidup X), hewan (P + X+
unsur kesadaran Y), dan manusia (P +X+ Y+ unsur kesadaran diri Z). Manusia merupakan makhluk
ciptaan Tuhan yang menduduki tingkat eksistensi tertinggi karena memiliki semua unsur (P X, Y)
yang dimiliki oleh tingkat eksistensi yang lebih rendah, namun sekaligus juga memiliki unsur yang
tidak ada pada tingkat eksistensi yang lebih rendah.
Steiner (1999) melihat hakikat manusia berdasarkan lapisan-lapisan energi yang melekat pada
tubuh manusia sebagai satu kesatuan, yaitu: (1) badan fisik (physical body), (2) badan eterik (etheric
body). (3) badan astral (astral body), (4) badan ego (consciousness-body), (5) manas (spirit-self), (6)
buddhi (life-spirit), dan (7) atma (spirit-man). Manusia mempunyai lapisan fisik (materi) yang sama
Etika Bisnis dan Profesi

eterik merupakan lapisan/unsur


sur
tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Badan
dengan semua benda mati, tumbuh, matang, berkembang, dan
itu mengalami siklus hidup,
hidup yang memungkinkan sesuatu eterik, sedangkan benda mati
mati. Manusia, tumbuh-tumbuhan, dan binatang mempunyai lapisan
memungkinkan sesuatu memiliki
tidak mempunyai lapisan ini. Badan
astral merupakan lapisan yang
Manusia dan binatang memiliki
merasakan senang dan sakit.
nafsu (passion), keinginan (desire), serta
timbulnya kesadaran Aku (l atau miyself) dan di luar Aku
lapisan astral. Lapisan ego memungkinkan
tidak
binatang lapisan ini. Keempat
mempunyai
Lapisan ini hanya dimiliki oleh manusia, sedangkan diri manusia, sedangkan
sudah terbentuk sepenuhnya pada
lapisan ini (fisik, eterik, astral, dan ego) masih berupa potensi yang dapat
dan lapisan buddhi dan atma
lapisan manas baru terbentuk sebagian
menyelimuti manusia ini terbentang dari lapisan
dikembangkan lebih lanjut. Ketujuh lapisan yang
yang paling padat (fisik) sampai
ke lapisan yang paling halus (atma, roh).
Dalam membahaskonsep manajemen baru berdasarkan dharma, Hawley (2001) menganalogikan
suatu organisasi seperti manusia yang memiliki empat agenda (bagian) yang
saling melengkapi dan
(3) agenda hati, dan (4)
mempunyai saling ketergantungan, yaitu: (1) agenda tubuh, (2) agenda kepala,
agenda semangat. Agenda tubuh berkaitan dengan kesehatan fisik anggota (karyawan) organisasi dan
kesehatan kolektif organisasi secara keseluruhan. Agenda kepala merupakan pikiran rasional yang
menjadi fungsi dari otak bagian kiri. Bagian ini memecahkan berbagai persoalan organisasi (struktur,
uraian dan pembagian tugas, dan hubungan antar bagian), pemecahan masalah yang berkaitan
dengan efisiensi dan produktitas, serta pengambilan keputusan yang bersifat linier/logis. Agenda
hati merupakan pikiran emosional yang menjadi fungsi otak bagian kanan yang berurusan dengan
masalah emosional/perasaan, serta hubungan antar pribadi dalam suatu organisasi. Agenda semangat
merupakan agenda roh (spiritual), hal yang belum pernah disinggung dalam organisasi/manajemen.
Agenda ini berkaitan dengan cara setiap anggota organisasi memaknai kehidupan, hal yang berkaitan
dengan aspek spiritual/ketenangan batin. Agustian (2001) dan Kustara (2005) membagi manusia ke
dalam tiga lapisan, yaitu: fisik, mental (jiwa, mind), dan spiritual (roh, soul).
Berdasarkan uraian di atas, makin banyak ilmuwan yang mulai menyadari bahwa untuk
memahami hakikat manusia secara utuh, diperlukan pemahaman atas lapisan-lapisan keberadaan
manusia tersebut. Walaupun dalam mengemukakan jumlah lapisan tersebut para ilmuwan tampaknya
masih berbeda pendapat, namun sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang sangat prinsipil. Hal ini
lampak dari pendapat-pendapat yang tampaknya berbeda tersebut, ternyata dapat ditarik benang
merahnya dengan menghubungkan unsur-unsur/lapisan-lapisan yang mereka kemukakan. Ardana
(2005) telah mencoba membuat skema hubungan antar lapisan yang dikemukakan oleh para ilmuwan
sebagaimana tampak pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2
Skema Hubungan Lapisan-lapisan Manusia

Steiner Hawley
Fisik
Schumacher Agustian dan Kustara
Tubuh (body)
Eterik Fisik
Astral Hati (heart)
Ego
Manas Jiwa (mind, psikis-
Kepala (head) mental)
Buddhi
Atma Semangat (Spirit)_ Z Roh (soul, spinit)_
Bab 1: Manusia dan Alam Semesta

Manusia adalah bagian dari keberadaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam semesta
(makrokosmos) juga ada di alam manusia (mikrokosmos). Oleh karena itu, alam semesta dan alam
manusia sebenarnya sama-sama mempunyai
tiga lapisan keberadaan, yaitu: fisik (body), energi pikiran
(mind), dan kesadaran murni (roh, soul. spirit).

HAKIKAT OTAK (BRAIN) DAN KECERDASAN (INTELLIGENCE)


Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki kemampuan sangat luar
biasa, antara lain: memproduksi pikiran-sadar, melakukan
pilihan bebas, menyimpan ingatan,
memungkinkan memiliki perasaan, menjembatani kehidupan spiritual dengan kehidupan materi/fisik,
kemampuan perabaan, persentuhan, penglihatan, penciuman, berbahasa, mengendalikan berbagai
organ tubuh, dan sebagainya.
Menurut Agus Nggermanto (2001), paling tidak ada sembilan subkomponen di dalam otak
manusia, yaitu: (1) neocortex, (2) corpus callasum, (3) cerebellum, (4) otak
reptile, (5) hippocampus,
(6) amigdala, (7) pituitary gland, (8) hypothalamus, dan (9) thalamus. Neocortex merupakan lapisan
otak paling luar yang hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Lapisan ini
memungkinkan manusia mempunyai berbagai kemampuan, seperti menulis, membaca, melakukan
perhitungan rumit, menguasai bahasa, melukis, dan sebagainya. Corpus callasum merupakan
penghubung antara belahan kiri neocortex (left cerebral hemisphere) dan belahan kanan neocortex
(right celebral hemisphere). Cerebellum atau sering disebut otak kecil berfungsi mengatur gerakan dan
gerak refleks. Otak reptile terletak di lapisan paling dalam dari otak kita dan memiliki fungsi yang
berhubungan dengan rasa aman dan rasa takut. Bagian ini berfungsi mengendalikan pernapasan,
peredaran darah, detak jantung, pencernaan, dan kesadaran. Hippocampus berhubungan dengan
ingatan jangka panjang; amigdala melakukan fungsi mengatur emosi: pituitary gland berfungsi
memengaruhi dan mengatur kerja hormon-hormon. Hypothalamus mengontrol hormon-hormon
seksual, agresi, tekanan darah, suhu badan, dan rasa haus; sedangkan thalamus berfungsi mengaktifkan
sensor indra yang sedang menerima informasi dari luar. Hippocampus, amigdala, dan thalamus
merupakan bagian dari sistem limbik yang terletak di lapisan/bagian tengah otak dan fungsi utamanya
adalah mengendalikan emosi dan perasaan.
Sebagaimana dikatakan oleh A.M. Ruky Santoso (2001), pada otak terdapat tiga puluh miliar
sel dan bagian-bagian sel ini membentuk kerija sama yang rumit melalui bagian-bagian kecil lainnya
yang disebut neuron. Ada ratusan miliar jumlah neuron, suatu jumlah yang melebihi jumlah bintang
di galaksi Bimasakti (Maltz, 2004). Dilihat dari neuroscience-ilmu yang mempelajari tentang otak
manusia-otak manusia diibaratkan komputer (namun tidak sama dengan komputer), menerima
masukan melalui pancaindra, kemudian disalurkan melalui sistem jaringan saraf ke otak untuk diolah
dan disimpan di otak. Hasil olahan (keputusan, informasi) tersebut disalurkan kembali melalui sistem
jaringansarafke seluruh organ tubuh (Semiawan, 1999).
TImuwan yang pertama kali meneliti tentang belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan
otak kanan (right hemisphere) adalah Roger Wolkot Sperry (dalam Taugada, 2003). Otak kiri
menjalankan fungsi berpikir secara kognitif dan rasional dengan karakteristik yang bersifat logis,
matematis, analitis, realistis, vertikal, kuantitatif, intelektual, objektif, dan mengontrol sistem motorik
bagian tubuh kanan. Sementara itu, otak kanan memiliki fungsi berpikir secara afektif dan relasional;
memiliki karakteristik kualitatif, impulsif, spiritual, holistik, emosional, artistik, kreatif, subjektif,
simbolis, imajinatif, simultan, intuitif; dan mengontrol gerak tubuh sebelah kiri.
Etika Bisnis dan Profesi

Gambar 1.3
Komponen-komponen 0tak Manusia

BAGIAN-BAGIAN OTAK

Pembagi input semua


Parlel Lee Fwwal Lobe
sensor dan orientasi Kognitif, memori, dan
gerakan tubuh kontrol emosi

oel Lee
Area penerima dan
Area penerima
pengolah input
suara dan
penglihatan Tempersl Lobe
pengolah
Cen bellum informasi
r e n Stem
Kontrol gera kan respons
otomatis (sebagai hasil Keseipoangan dan kontrol

belajar) gerak releks

Humphrey (2000) membedakankerja otak berdasarkan gelombang elektro, yaitu: gelombang


otak dapat diukur dengan mesin EEG. Gelombang
alpha, beta, delta, dan theta. Getaran/gelombang
0.5-4 Hz putaran per detik. Kondisi
delta mempunyai daerah frekuensi yang paling rendah sekitar
ini terjadi pada saat seseorang tidur lelap atau sedang melakukan meditasi mendalam. Gelombang
theta terjadi pada frekuensi 4-7 Hz, muncul pada saat tidur disertai mimpi ringan, atau meditasi pada
menarik terjadi pada frekuensi 8-13
yang belum mendalam. Gelombang alpha yang sangat
tingkat
Hz, muncul dengan mudah pada saat memejamkan mata, mendengarkan musik, meditasi pada tahap
awal, dan dalam keadaan santai. Gelombang beta timbul pada frekuensi 13-30 Hz, terjadi pada saat
memecahkan suatu masalah.
terjaga dan perhatian terpusat secara aktif, misalnya pada saat
Sementara itu, Ned Herrmann (dalam Lumsdaine dan Lumsdaine, 1995) mengembangkan lebih
lanjut fungsi otak dengan membaginya ke dalam empat kuadran seperti terlihat pada Gambar 14.
Bila dikaitkan dengan kecerdasan (intelligence), berkat otaknya manusia mempunyai banyak
kecerdasan (multiple intelligence). Gardner (1999) mendefinisikan kecerdasan sebagai potensi
biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktifkan dalam suatu latar (setting) kebudayaan
untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk bermanfaat dalam suatu kebudayaan.
Pada awalnya, ilmuwan hanya mengenal kecerdasan tunggal yang disebut sebagai kecerdasan
intelektual (intellectual quotient). Namun belakangan terbukti bahwa manusia sebenarnya mempunyai
banyak kecerdasan. Gardner pada awalnya mengidentifikasi tujuh kecerdasan manusia, yaitu: linguistic,
logical-mathematical, musical, bodily-kinesthetical, spatial, interpersonal, dan intrapersonal intelligence
Walaupun masih ragu, Gardner menambahkan kemungkinan tiga potensi kecerdasan, yaitu:
naturalist, spiritual, dan existential intelligence. Guilford (dalam Semiawan, 1997) membangun
struktur intelektual yang seluruhnya berjumlah 120 kemampuan (5 x 6 x 4)-lima kemampuan
operusi (evaluasi, produksi konvergen, produksi divergen, memori, kognisi), enam kemampuan produk
(unit, kelas, relasi, sistem, transformasi, implikasi), dan empat kemampuan konten (figurasi, simbolik
semantik, dan perilaku).

10
8ab 1: Manusia dan Alan Sernesta

Gambar 1.4.
Empat Kuadran Berpikir

Logical Holistic
Analytical Intultive
Fact Based Integrating
Quantitative Synthesinsing

Organised Interpersonal
Sequential Feeling Based
Planned Kinesthetic
Detailed Emotional

Whole Brain Model

Clark (dalam Munandar, 1999) mengembangkan model


integratif yang mengintegrasikan
empat fungsi otak, yaitu: fungsi berpikir (kognitif), fungsi afektif, fungsi fisik, dan fungsi intuisil tirasat
yang seluruhnya memunculkan kreativitas. Fungsi berpikir kognitif merupakan fungsi otak kanan
dan otak kiri (neocortex). Fungsi afektif mengelola emosi dan perasaan yang merupakan fungsi dari
sistem limbik. Fungsi fisik meliputi gerakan, penglihatan,
pendengaran, penciuman, pencecapan.
dan perabaan. Fungsi intuisi adalah pemahaman secara menyeluruh dan sebagian merupakan hasil
sintesis tingkat tinggi dari semua fungsi otak. Konsep kreativitas sudah banyak dikenal, namun tidak
mudah didefinisikan. Clark sendiri mengartikan kreativitas sebagai suatu kondisi dan sikap yang
mencerminkan ekspresi tertinggi dari suatu bakat yang dimiliki
seseorang
Zohar dan Marshall(2002) melihat fungsi otak daritiga cara berpikir atau tiga ragam kecerdasan.
yaitu: proses berpikir seri (otak Intellectual Quotient-1Q), berpikir asosiatif (otak Emotional Quotient
EQ),dan berpikir menyatukan (otak Spiritual Quotient-sQ). Berpikir seri (otak 1Q)menggambarkan
cara berpikir linier, logis, dan tidak melibatkan perasaan. Berpikir asosiatif (otak EQ) menciptakan
asosiasi antar hal, misalnya nasi dengan rasa lapar, rumah dengan kenyamanan, salakan anjing dengan
bahaya, warna merah dengan emosi, dan sebagainya. Berpikir asosiatif melandasi sebagian besar
kecerdasan emosional. Berpikir menyatukan (otak $Q) mengintegrasikan fungsi 1Q dan EQ sehingga
dapat diperoleh suatu makna atau penyadaran diri. Penelitian Persinger dan Ramachandran (dalam
Zohar dan Marshal, 2002) mengindikasikan adanya semacam God Spot di sekitar Lobus Temporal
yang memungkinkan manusia memperoleh kesadaran spiritual/transendental. Selanjutnya, Zohar
dan Marshall mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual (1Q merupakan alat yang efektif untuk

11
Etika Bisnis dan Profesi

dan segala sesuatu


modal materiil (uang
materi serta untuk mengumpulkan
mengeksplorasi dunia untuk mengasah/mengembangkan
Kecerdasan hati (EQ) berguna
yangdapat dibeli dengan uang). sosial, yaitu modal berupa jaringan/
dalam membangun modal
ketajaman rasayang diperlukan komunitas dan organisasi
berfungsi secara efektif
lain yang memungkinkan
hubungan dengan orang untuk memupuk modal spiritual, yaitu
Kecerdasan spiritual (SQ) berguna
demi kepentingan bersama. mendasar dalam
visi bersama, dan tujuan
merefleksikan berbagai nilai bersama,
modal/kekayaan yang lebih dalam.
umat manusia yang
aspek-aspek kehidupan
kehidupan yang memperkaya kali dicetuskan oleh Peter Salovey, psikolog
dari
Istilah kecerdasan emosional (EQ) pertama tahun 1990 (dalam
dari University of New Hampshire pada
Harvard University dan John Mayer
kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi
Shapiro, 2001) untuk menggambarkan mengungkapkan dan
antara lain: empati, kemampuan
keberhasilan. Kualitas-kualitas tersebut
kemandirian, kemampuan menyesuaikan
diri, disukai,
memahami perasaan, pengendalian amarah,
keramahan, serta sikap
ketekunan, kesetiakawanan,
kemampuan memecahkan masalah antar pribadi,
hormat. Istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence)
menjadi populer berkat buku best-seller
tahun 1995. Goleman
Emotional Intelligence yang terbit pada
karya Daniel Goleman yang berjudul
disertai pikiran-pikiran yang khas, suatu
2000) menjelaskan emosi sebagai suatu perasaan yang
untuk bertindak. Kecerdasan emosi
keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan
bertindak dengan cara-cara yang
berhubungan dengan kemampuan mengontrol impuls sehingga dapat
kata lain, fokus dari kecerdasan emosi
tidak berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan
memahami diri
adalah pengendalian diri dan empati. Pengendalian diri berkaitan dengan kemampuan
berkaitan
sendiri sehingga tidak kehilangan kendali diri yang merugikan diri sendiri, sedangkan empati
tidak menimbulkan tindakan yang merugikan
dengan kemampuan memahami orang lain sehingga
emosional mencakup keterampilan mengendalikan diri
orang lain (Patton, 2002). Jadi, kecerdasan
sosial).
(intrapersonal) dan keterampilan berhubungan dengan orang lain (interpersonal, hubungan
Harus dingat bahwa kecerdasan emosional (EQ bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual (IQ)
melainkan keduanya berinteraksi secara dinamis baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia

nyata
Istilah keaerdasan spiritual (SQ) pertama kali diperkenalkan oleh Danar Zohar dan lan
Marshall pada tahun 2000 dalam bukunya yang berjudul sQ Spiritual Inteligence-The Unlimited
ntelligence. Akan tetapi. tidak mudah untuk memberikan definisi SQ Zohar dan Marshal sendiri
tidak memberikan definisi. namun hanya memberikan tanda-tanda SQ yaitu kemampuan bersikp
fleksibel. tingkat kesadaran tinggi. kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi
dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpandangan holistik.
kecenderungan untuk selalu bertanya "mengapa?" atau "bagaimana?, serta memiliki kemudahan
untuk selalu bekerja melawan konvensi. Memang sulit untuk memahami SQ. Agustian (2001) sendiri
memberikan kritik terhadap konsep SQ Zohar dan Marshall tersebut sebagai konsep yang belum
menyentuh aspek ketuhanan, baru sebatas tataran biologis dan psikologis semata. Hal ini dapat
dimaklurmi mengingat aspek spiritualitas (ketuhanan)sebagaimana dikatakan oleh Campbell (dalam
Hawley. 2001)-merupakan suatu dimensi alam semesta yang berada di uar jangkauan indra manusia
Lintuk lebih menyederhanakan pemahaman pada aspek spiritualitas ini. Gymnastiar (2002) tidak
meberikan definisi, namun mengungkapkannya dalam bentuk puisi yang sederhana dan sangat
indah sebagai berikut

12
Bab 1: Manusladan Alam Sermesta

"Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup 'kan gigih, prestasi mudah diralh, tapi
bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati
kian lapang. hidup susah tetap senang. walau kesulitan menghadang, dihadapt dengan tenang, tapi
bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, Iahir batin terasa sakit.

Mirip dengan ungkapan Gymnastiar, Lama Surya Das (2002) juga mengungkapkan kehidupan
spiritualitas sebagai hal-hal yang berhubungan dengan kehadiran 1lahi, Tuhan, roh. jiwa, kebenaran,
pengetahuan diri, pengalaman mistis, kedamaian batin, dan pencerahan. Dalam Bhagavad Cita
dijumpai ayat (sloka 2.66) sebagai berikut:

"Orang yang tidak mempunyal hubungan dengan Yang Maha Kuasa tidak mungkin memilk
kecerdasan rohani maupun pikiran yang mantap. Tanpa kecerdasan rohani dan pikiran yang mantap,
cidak mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamalan, bagaimana mungkin ada kebahaglaan?"

Spiritualitas berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan melalui hubungan


langsung antara diri dengan Tuhan (kekuatan tak terbatas, potensi murni).
Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut
Pada awalnya para ilmuwan hanya mengenal kecerdasan intelektual (1Q). Dengan kecerdasan ini.
a.
manusia dianggap mampu mengatasi berbagai persoalan hidup. Namun belakangan baru disadari
bahwa sebenarnya manusia mempunyai banyak kecerdasan (muiltiple intelligence).
b. Meskipun manusia mempunyai banyak kecerdasan, pada hakikatnya semua kecerdasan itu dapat
dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: kecerdasan intelektual (1Q), kecerdasan emosional (EQ).
dan kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan intelektual (1Qberguna untuk memahami dunia fisik
dan membangun kekayaan materi. Kecerdasan emosional (E) berguna untuk mengenal diri
dan orang lain serta untuk membangun hubungan sosial/modal sosial. Kecerdasan spiritual (SQ)
berguna untuk mencari makna hidup melalui hubungan dengan Tuhan (kesadaran tak terbatas)
dan untuk memupuk modal spiritual.
cKetigajenis kecerdasan tersebut (1Q, EQ sQ) merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan,
dengan SQ sebagai fondasinya.
d. Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang perilaku manusia, mengenai apa yang baik dan
apa yang tidalk baik dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
lain, dan manusia dengan alam. Banyak yang keliru menafsirkan bahwa etika hanya menyentuh
aspek hubungan manusia dengan manusia ainnya melalui proses penalaran (logika, 1Q) saja.
Padahal dalam kajian etika, di samping mencari konsep, teori, dan penjelasan logis tentang apa
hasil pemahaman tersebut
yang baik dan tidak baik menyangkut perilaku manusia, hendaknya
juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan proses transformasi diri menuju tingkat-tingkat
kematangan emosi dan kesadaran diri yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kajian dan implementasi
etika melibatkan ketiga kecerdasan secara terpadu, yaitu 1Q, EQ, dan SQ

HAKIKAT PIKIRAN (MIND) DAN KESADARAN (CONSCIOUSNESS)


Pikiran memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga Blaise Pascal
(dalam Hart, 1997) sampai mengatakan:

13
EtikaBisnis dan Profesi

martabat dan kebajikannya:


terletak semua
"Manusia jelas sekali dibuat untuk
berpikir. Di dalamnya
sebagaimana seharusnya."
dan seluruh kewajibannya adalah berpikir

menempatkan pikiran sedemikian


Descartes (dalam Walters, 1996) yang
Begitu juga dengan
pentingnya sehingga ia mengatakan:

"Saya berpikir, karena itu saya ada."


mental atau
mengenai pikiran (mind)
memberikan batasan
Drever (dalam Sudibyo, 2001)
disadari maupun tidak disadari-
sebagai keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan-baik yang
dari psyche yang terorganisir. Jalaluddin Rakhmat (2001) melihat proses
yang merupakan bagian
sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.
berpikir sebagai komunikasi intrapersonal yang meliputi:
Sensasi merupakan alat pengindraan melalui pancaindra yang
menghubungkan organisme (manusia)
saat alat pengindra merekam
informasi lingkungan dan
dengan lingkungan. Proses sensasi terjadi
oleh otak. Persepsi adalah proses
mengubahnya menjadi impuls-impuls saraf sehingga dipahami
baru. Dengan kata lain,
pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan
adalah proses menyimpan informasi dan
persepsi mengubah sensasi menjadi informas1. Memori
informasi dan memanipulasikan informasi untuk
memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah
memenuhi kebutuhan atau memberikan respons
Hal ini juga secara jelas disebutkan dalam buku Bhagawad Gita, sloka 6.5 yang terjemahannya
adalah sebagai berikut

"Seseorang harus menyelamatkan diri dengan bantuan pkirannya. dan tidak meryebabkan dirinya
merosot. Pikiran adalah kawan bagi roh yang terikat. dan pikiran juga musuhnya. Sifat pikiran adalah
liar, tidak ubahnya seperti kuda lia, atau kera, narmun manusia juga mernpuryai kemampuan untuk
mengendalikan pikiran agar menjad jnak, tenang Manya melats ketenangan pikiran manusia baru
dapat menembus kesadaran yanglebih tingg

Alkitab, sebagaimana dikutip oleh Hart. sudah mengatakan bahwa Anda adalah produk
pemikiran Anda sendiri Pikiran menentukan siapa dan apa diri seseorang sebagai individu. Pikiran
akan menentukan apakah umat manusia akan menuju sakit atau sehat, emosi yang bergejolak atau
stabil, sikap dan perilaku negatif atau positif, watak yang baik atau buruk, serta menuju ke kesadaran
yang lebih tinggi atau menuju ke kesadaran yang lebih rendah. Hart melukiskan beberapa pengaruh
penting dari pikiran sebagaimana terlihat pada Gambar 1.4.
Erbe Sentanu (2007) mengatakan bahwa pikiran rasional bukanlah
kemampuan tertinggi yang
dimiliki umat manusia. Di atas pikiran rasional masih ada kesadaran murni (sering juga disebut
kesadaran transendental, kesadaran tak terbatas, atau kesadaran
roh/atma). Sebagaimana dikatakan
oleh Walters, kesadaran dalam keadaanny
yang murni bersifat mutlak, lebih mutlak dari kecepatan
cahaya yang melambat ketika memasuki medium fisik seperti atmosfir bumi, serta lebih mutlak
dari keberadaan benda. Padahal benda itu
hanyalah suatu manifestasi energi, dan energi itu sendiri
merupakan getaran kesadaran. Dalam kaitannya dengan kesadaran, Sigmund Freud (dalam Hjelle dan
Ziegler. 1992) membedakan tiga lapisan kesadaran, yaitu: (1) lapisan sadar
(conscious level), (2) lapisan
prasadar (preconscious level), dan (3) lapisan tidak sadar (unconscious level).

14
Bab 1: Manusia dan Alam Semesta

Gambar 1.4
Pengaruh Pikiran

Membentuk
Spritual

Menempa
Sikap dan Membentuk
Watak Pikiran

Pikiran

Menetukan
Mempengaruhi
Peria Sistem
kokehato
kekebalan

Mengubah
Emosi

Sumber: Harn Hobits of Mind 1997


Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan berbagai pengalaman
yang disadari setiap saat. Lapisan prasadar-sering disebut memori (ingatan) yang tersedia-
menyangkut pengalaman-pengalaman yang tidak disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi,
namun dengan mudah dapat muncul kembali menjadi kesadaran secara spontan atau dengan sedikit
usaha. Lapisan tidak sadar-yang merupakan lapisan paling dalam dari pikiran manusia-menyimpan
semua dorongan insting primitif serta emosi dan memori yang mengancam pikiran sadar yang telah
sedemikian ditekan, atau secara tidak disadari telah didorong ke dalam lapisan yang paling dalam
pada pikiran manusia. Krishna (1999) membagi kesadaran manusia ke dalam lima tingkat kesadaran/
lapisan utama. Kelima lapisan tersebut adalah sebagai berikut
(1) Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan.
(2) Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang disalurkan melalui
pernapasan.
(3) Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan emosional. Bila
pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas kita akan lebih cepat (ngos-ngosan).
Sebaliknya, bila pikiran tenang maka napas kita juga tenang. Seluruh kepribadian kita ditentukan
oleh pikiran.
(4) Lapisan intelegensia (bukan intelek), menyangkut kesadaran hati nurani atau budi pekerti.
Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak.
(5) Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir pemekaran
kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi yang dapat dicapai oleh
manusia. Pada tahap ini manusia telah melampaui dualisme kehidupan di dunia.

15
Etika Bisnis dan Profesi
-

kesadaran yang telah berkembang, sementara


mental/emosional

Manusia telah memiliki lapisan lapis ketiga ini sangat


kesadaran ini. Kondisi pikiran pada
hewan belum mencapai tingkat/lapisan ke kesadaran yang lebih tinggi
kepribadian manusia dapat berkembang lapisan
menentukan apakah pada lapisan kesadaran yang lebih
stagnan, atau bahkan turun
(tingkat kesadaran transendental), tetap
rendah.

KEHIDUPAN
TUJUAN DAN MAKNA
umat manusia adalah
ada yang membantah bahwa tujuan hidup
Siapa pun pasti sependapat dan tidak
Rahmat (2004) mengatakan bahwa secara agama,
untuk memperoleh kebahagiaan. Bahkan Jalaluddin
memilih hidup bahagia. Namun dalam kehidupan sehari-
filsafat, dan ilmu pengetahuan, orang harus
oleh filsafat materialisme, makin banyak orang yang
hari, apalagi dalam era dewasa ini yang dipenuhi
merasa tidak bahagia. Kebahagiaan seolah-olah menjadi barang langka yang sulit dijangkau. Mengapa
hal ini dapat terjadi? Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan penafsiran/pemahaman tentang
cara untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri. Perbedaan pemahaman tentang hidup ini sangat
bergantung pada evolusi kesadaran seseorang.
Untuk memahami tingkat kesadaran ini, ada baiknya dikutip pendapat Sutrisna (2007) yang
membedakan tiga tingkat kesadaran manusia, yaitu: (1) kesadaran hewani, (2) kesadaran manusia,
dan (3) kesadaran Tuhan. Pada tabel 1.1 dijelaskan secara singkat ciri-ciri menonjol dari tiga golongan
manusia berdasarkan evolusi tingkat kesadarannya.

Tabel 1.1
Golongan Manusia Berdasarkan Tingkat Kesadaran

Atribut/Ciri-ciri Kesadaran Hewani KesadaranManusia Kesadaran Tuhan


Tujuan Hidup Kenikmatan duniawi; Keseimbangan antara Kenikmatan rohani;
kekayaan, kekuasaan kenikmatan duniawi dan Kekayaan hanya alat untuk
jabatan), dan kenikmatan rohani menyempurnakan tingkat
fisik sebagai tujuan hidup kesadaran rohani

Tingkat Ego Tinggi Sedang Rendah/Tidak ada ego


Karakter Buruk sangka/selalu Bergerak di sekitar Selalu berbaik sangka/
berpikir negatif dua sifat ekstrem, berpikir positif
Tinggi hati/sombong tergantung tingkat Rendah hati
Kikir
kesadarannya Dermawan
Munafik
Jujur
Pemarah
Penyabar
Bekerja dengan pamrih Bekerja secara tulus dan
Tidak percaya/tidak ingat
kepada Tuhan
tanpa pamrih
Selalu pasrah/menyerahkan
diri kepada Tuhan
Sumber: Sutrisna. Power of Soul. 2007 (dimodifikasi oleh Penulis).

Tidak mudah mengukur tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang berdasarkan ukuran
atau pendekatan ilmiah yang biasa digunakan oleh ilmu
objekti
diri hanya dapat dirasakan secara subjektif oleh pengetahuan pada umumnya. Kematangan
yang bersangkutan melalui refleksi diri.
Sejalan dengan
16
Bab 1: Manusia dan Alam Semesta

evolusi kesadaran yang dikemukakan Sutrisna, Ibnu Arabi (dalam Frager, 1999) membagi empat tingkat
kesadaran berdasarkan pengamalan dan pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai berikut:
1. Tingkat pertama: jalan syariah, yaitu tahap di mana seseorang secara taat asas mengikuti hukum-
hukum moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitannya dengan upaya
mencari harta benda/kekayaan materi, hukum moral ini diikuti untuk menilai sah atau tidaknya
apa yang menjadi milikku dan milikmu. Pada tahap ini, orang yang taat mengikuti ajaran agama
secara lahiriah, tetapi masih memiliki rasa kemelekatan atas apa yang menjadi miliknya dan apa
yang menjadi milik orang lain-walaupun apa yang dimilikinya itu telah diperoleh menurut
hukum moral keagamaan-maka dapat dikatakan bahwa kesadaran diri seseorang tersebut ada
pada tingkat syariah.
2. Tingkat kedua: jalan thariqah, yaitu tahap di mana seseorang mencoba mencari kebenaran melalui
jalan tanpa rambu (upaya menggali kebenaran melalui pengalaman langsung, melampaui hukum
moral keagamaan). Pada tahap ini, tingkat kesadaran seseorang telah melampaui tingkat syariah.
Dalam kaitannya dengan kekayan materi, dalam diri seseorang telah tumbuh perasaan milikku
adalah milikmu dan milikmu adalah milikku. Intinya telah muncul rasa kebersamaan dan rasa
milik bersama.
3. Tingkat ketiga: jalan haqiqah, yaitu tahap di mana seseorang telah memahami makna terdalam
dari praktik syariah dan tharigah. Seseorang dalam tahap ini sering memperoleh pengaaman
langsung tentang kebenaran gaib. Orang pada tahap kesadaran ini telah merasakan bahwa tidak
ada lagi apa yang menjadi milikku dan milikmu. Semua adalah milik Tuhan. Tidak ada lagi
rasa kemelekatan pada kekayaan materi. Kesadaran pada tahap ini hanya dimiliki oleh mereka
yang batinnya sudah sangat tinggi, seperti para nabi dan rasul, para sufi, atau orang-orang suci
terkemuka.
4. Tingkat keempat: jalan marifah, yaitu tahap di mana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual. Pada tahap ini, kesadaran seseorang telah
mencapai tahap tertinggi, di mana orang seperti ini telah menyadari bahwa tidak ada lagi aku
dan kamu. Masing-masing pribadi menyadari bahwa segalanya adalah Tuhan, bahwa tidak ada
satu pun dan tidak ada seorang pun yang terpisah dari Tuhan. Inilah tujuan utama dari tasawuf
(agama Islam), agama Hindu menyebutnya moksa, dan Budha menyebutnya nirwana.

ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM


Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan satu kesatuan sistem. Pengertian sistem
menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1976) adalah:
a. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama untuk melakukan suatu maksud,
misalnya urat syaraf dalam tubuh;
b.Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang disusun dan diatur baik-baik,
misalnya filsafat;
CCara (metode) yangteratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran bahasa.

17
Etika Bisnis dan Profesi

mempunyai
karakteristik/ciri-ciri sebaoaai
sistem
bahwa setiap
ogiyanto (1988) menyebutkan
berikut:
Mempunyai komponen-komponen (components/subsystems).
a.
b. Ada batas suatu sistem (boundaries).
C. Ada lingkungan luar sistem (environment).
d Ada penghubung (interface).
dan keluaran (output).
e Ada masukan (input), proses (process),
f. Ada sasaran (objectives) atau tujuan (goal).

bahwa setiap elemen (bagian, unsur, subsistem)


konsep sistem adalah
Inti dari pemahaman satu dengan
memerlukan, dan saling memengaruhi
saling bekerja sama, saling mendukung, saling secara keseluruhan. Oleh karena itu, adanya gangguan
sistem
lainnya dalam kerangka mencapai tujuan
tersebut-akan berpengaruh pada pola interaksi dengan
pada satu elemen-sekecil apa pun gangguan
elemen-elemen lainnya. Pada akhirnya, tentu saja hal tersebut akan berpengaruh pada pencapaian
satu kesatuan.
tujuan sistem secara keseluruhan sebagai
contoh nyata terganggunya keseimbangan berbagai
adalah
Gejala banjir di ibu kota Jakarta
elemen yang ada. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta boleh saja tidak peduli dengan

penggundulan hutan di daerah Puncak atau


daerahBogor karena merasa itu bukan wilayahnya. Akan
menimbulkan banjir yang justru menimpa wilayah DKI
tetapi, akibat penggundulan hutan itu telah
Jakarta. Pemda DKI juga boleh saja memberi izin reklamasi Pantai Indah Kapuk untuk pembangunan
rumah-rumah mewah dan lapangan golfdi daerah tersebut, tetapi akibat semua ini hutan bakau menjadi
musnah dan berpotensi menimbulkan pengikisan daerah pantai Kapuk. Barangkali penggundulan
hutan bakau di sekitar jalan tol bandara Soekarno-Hata berkorelasi positif dengan banijir yang sering
menenggelamkan jalan tol tersebut sehingga mengganggu urat nadi penerbangan dan transportasi
ke Bandara Soekarno-Hatta dan arah sebaliknya. Atau dalam skala global, pemerintah negara
negara maju boleh saja tidak peduli terhadap penebangan kayu liar di negara-negara yang sedang
berkembang di belahan benua Asia dan Afrika, tetapi dampak pemanasan global akibat penebangan
hutan liar di negara-negara berkembang tersebut juga dirasakan oleh negara-negara maju. Begitu pula
pencemaran udara akibat pelepasan karbon dioksida dari industri-industri di negara-negara maju
telah berpengaruh terhadap penipisan lapisan ozon yang pada gilirannya juga berpengaruh pada
pemanasan global yang dampaknya dirasakan oleh seluruh penghuni bumi (manusia, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan), termasuk penghuni bumi di negara-negara maju
Manusia dan alam merupakan satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku umat
manusia akan sangat menentukan nasib keberadan bumi, alam semesta, beserta seluruh isinya.

SPIRITUALITAS DAN ETIKA


Sebenarnya, kajian etika erat kaitannya dengan
pengembangan karakter. Namun, pengembangan
karakter harus dilakukan melalui pengembangan keempat kecerdasan manusia-PQ, 1Q. EQ, dan
SQ-secara seimbang dan utuh. Banyak pakar etika yang masih membedakan antara etika
dengan
spiritualitas, padahal keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat
pilah. Menurut mereka, etika adalah adat, kebiasaan, dan ilmu yang dipilan
manusia yang bersifat mempelajari hubungan perilaku
horizontal-yaitu hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan
18
Bab 1: Manusia dan Alam Semesta

lembaga/insttusi, manusia dengan alam, dan lembaga/organisasi dengan lembaga/organisasi lainnya.


Sementara itu, spiritualitas berhubungan dengan perilaku manusia yang bersifat vertikal, dalam
arti hubungan manusia dengan Tuhan/kekuatan tak terbatas. Menurut mereka, spiritualitas bukan
merupakan bidang kajian etika.
Pemahaman tentang etika yang terpisah dari spiritualitas ini sangat keliru. Dengan pemisahan
pemahaman seperti ini, bisa saja seseorang yang telah mempelajari teori-teori etika dan telah berkali
kali mengikuti pelatihan kode etik, tetapi belum menjamin bahwa perilakunya bersifat etis selama
kecerdasan spiritual ($Q)-nya masih rendah. Sebaliknya, orang yang mempunyai sQ tinggi sudah
pasti mempunyai perilaku etis yang tinggi pula.
Sejatinya. setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran Tuhan (kesadaran transendental/
kesadaran spiritual). Bila kesadaran spiritual telah tercapai, maka kesadaran etis dengan sendirinya
tercapai. Namun harus diingat bahwa dalam perjalanan mendaki puncak kesadaran spiritual ini, syarat
mutak yang harus dipenuhi adalah orang yang bersangkutan harus menjalani perilaku hidup yang
etis dan hidup sesuai dengan norma-norma moral yang telah diajarkan oleh semua aganma. Pada tahap
awal, perilaku etis akan memengaruhi kesadaran spiritual seseorang. Namun pada langkah-langkah
selanjutnya, kesadaran spiritual akan menentukan tingkat kesadaran etis seseorang.

KASUS
Ekplorasi Minyak dan Gas (Migas) di Jawa
Demi mengejar pendapatan negara, kegiatan ekplorasi migas terus dipacu, termasuk di Jawa. Di
pulau yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Indonesia itu, sedikitnya terdapat sembilan
perusahaan yang telah mendapat konsesi untuk mengeksplorasi minyak bumi. Berbagai kecelakaan
juga terjadi di wilayah kegiatan penambangan minyak ini. Dalam kurun waktu 36 tahun terakhir,
paling tidak ada delapan kejadian kecelakaan, yaitu
a. Pada 20 Mei 1971, sumur pengeboran minyak Pertamina di Kedokan Bunder Unit II, Cirebon
meledak dan menyemburkan minyak bercampur lumpur sehingga menggenangi daerah sekitar
dan sekitar 550 warga diungsikan.
b. Tanggal 1 September 1984, sumur eksplorasi Pertamina di Pasirjadi, Subang terbakar akibat
kebocoran gas.
Pada 24 Oktober 1995, terjadikebakaran hebat di Unit Pengolahan IV, Cilacap yang mengakibatkan
sekitar 590 rumah rusak, 738 sumur tercemar, debu tersebar di Kelurahan Lomanis, Donan, dan
Tambakreja.
d. Tanggal 26 Februari 2002, kebakaran menimpa sumur eksplorasi Randublatung, Blora. Akibatnya
sekitar 1096 warga terpaksa mengungsi.
Tanggal 16 Maret 2004, sumur eksplorasi Pertamina di Pondok Tengah, desa Bunibakti, Bekasi
menyemburkan gas. Ratusan warga terpaksa mengungsi untuk menghindari bahaya kebakaran.
Tanggal 15 Februari 2005, terjadi ledakan pipa gas nitrogen di Unit Pengolahan VI, Balongan,
Indramayu yang mengakibatkan enam pekerja terluka dan dilarikan ke rumah sakit.
Tanggal 7 Desember 2005, sumur tua Pertamina di Ledok, Blora meledak dan terbakar. Akibatnya,
dua orang terluka dan seorang meninggal dunia.
h. Tanggal 29 Mei 2006, sumur eksplorasi PT Lapindo Brantas di desa Renokenongo mengalami
kebocoran sehingga gas dan lumpur panas keluar dari sumur tersebut.

19
Sa dsns dan Poe

menyemburkan gas, Sedikitva


Bojonegoro
5 dh Desa Campure, dirawat di rumah sukit
anggal 9 u l i 2006
samur
dan 31 orang
dari rumah mereka
warga di sekitar kekasi
mengungsi
mual-mual akibat nenghirup
gas.
aena sesaB napas dan

oleh ledakan suur PT Lapindo Brantas


dhtimbulkan
Dampak kerusakan dan kerugian yang dari yang pernah
seluruh peristiwa
yang terparah
tang Me: 2006 ternyata sangat parah-bahkan 29 Mei 2006, genangan
tersebut menyembur tanggal
ati. Sampai hari ke-110sejak humpur panas
telah menenggelamkan
wilavah selras 436 hektare. Genangan
lumpur tersebut
humpur telah mencapai Bendo, dan Desa Siring
desa Mindi. Peiarakan. Jatirejo Ronokenongo. Kedung
ema ea -vatu Selain itu, sebanyak
dan J360 areal pertanian.
s t a m e e d a m 2467
rumah. 24 pabrik. 18 sekolah,
dan sekitar l.776 buruh kehilangan
pekerjaan. PT Lapindo sendiri
penbhaduk harus mengungsi
tersebut telah mengeluarkan
semburan lumpur panas
daiam p a v a untuk
mencoba menghentikan
untuk membayarkan ganti rugi
bava skitar Ro 800 miliar
PT Lapindo juga beberapa kali berjanji
kali dibuat jengkel karena proses pemberian ganti rugi
kepada penduduk. tetapv penduduk beberapa
berlarut-larut. Akibat kejengkelan ini, penduduk sempat menduduki
idilakukan secara bertahap dan tol tersebut. Akibatnya
Gempol-Pbrong dan meletakkan barang-barangnya sekitar jalan
di
ras alan toi
esa dihavangkan. terjadi kemacetan total dan banyak mobil terjebak di dalamnya. Di beberapa bagian
aiam ad ina sudah mulai digenangi lumpur panas tersebut sehingga beberapa kali jalan tol Gempol

Porang imi ditutup Bahkan. beberapa wilayah jalan tol tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
tersebut bukan saja menimpa penduduk di wilayah genangan, tetapi
Aiba yang dtimbuikan lumpur
berpengaruh besar terhadap perekonomian Jawa Timur karena terganggunya kelancaran
uga ielah
ars aiu lintas barang dan orang di sekitar Jawa Timur.
Ada beberapa isu yang berkembang tentang faktor-faktor penyebab terjadinya ledakan lumpur
panas tersebut Pihak PT Lapindo Brantas pada awalnya mencoba menjelaskan terjadinya ledakan
humpur tersebut ada kaitannya dengan gempa yang menimpa wilayah Yogyakarta, namun banyak
aiar membantah keras sinyalemen ini. Pada akhirnya diakui bahwa terjadinya semburan lumpur
ebut sebagai akibat dari pecahnya formasi sumur pengeboran karena dalam proses pengeboran
ayk pihak PT Lapindo Brantas tidak memasang casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis
pengeboran. PT Lapindo mungkin beranggapan bahwa dengan tidak memasang casing, maka akan
rjadi penghematan biaya eksplorasi yang sangat signifikan. Apalagi dengan harga minyak dan gas
yang makin membubung hingga mendekati harga US$100/barrel, maka diharapkan akan diperoleh
keuntungan yang sangat besar dari penghematan tersebut. Akan tetapi karena ingin berhemat,
aibatmya justru sangat fatal di mana perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra di luar perkiraannya
ntuk membayar biaya ganti rugi yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Belum lagi kalau nanti ada
ancaman tuntutan hukum oleh warga dan perusahaan lain-seperti PT Jasa Marga pemilik jalan tol
Gempol-Porong, atau pemilik pabrik yang pabriknya tenggelam-yang merasa dirugikan hak-haknya.
Bisa saja masalah-masalah tersebut mengancam kebangkrutan PT Lapindo Brantas sebagai suatu
perusahaan.
Pemerintah sendiri tampaknya tidak bisa lepas
tangan dari tanggung jawab karena pemerintah
yang memberikan izin konsesi eksplorasi tersebut. Dalam kasus ini tampaknya pemerintah belum
memberikan informasi yang transparan apakah pihak PT
Lapindo Brantas telah mengikuti peraturan
dan persyaratan yang berkaitan
dengan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) atau belum.
Selain itu juga tidak ada upaya tegas untuk
menegakkan peraturan yang ada. Terbukti sampai
menjeiang akhir tahun 2007 belum ada tanda-tanda untuk membawa kasus ini ke pengadilan untuk
Bab 1:Manusia dan Alam Semesta

mencari kebenaran. Ada apa sebenarnya


dengan kasus lumpur panas ini? Siapa yang bertanggung
jawab dan sejauh mana dampak yang ditimbulkannya mengingat kerugian yang ditimbulkan bukan
saja dari aspek ekonomi, tetapi juga aspek psikologis, sosiologis, ekologis, hak-hak asasi manusia, dan
masa depan penghidupan penduduk yang terkena musibah tersebut.
Sumber: diolah dari Kompas, 2006-2007

Pertanyaan:
a. Coba Anda bahas kasus di atas, apakah kegiatan eksplorasi minyak di
pulau Jawa yang padat
penduduk ini masih dapat dibenarkan bila lihat dari sudut manusia dan alam sebagai satu
kesatuan sistem?
b. Bagaimana Anda mengaitkan proses keputusan pemberian izin konsesi eksplorasi migas oleh
pemerintah tersebut dengan tingkat-tingkat kesadaran pejabat pemerintah?
Bagaimana Anda menilai tindakan PT Lapindo Brantas yang tidak memasang casing dalam proses
pengeboran sumur eksplorasi tersebut bila lihat dari hakikat manusia secara utuh?

Pengusaha yang Spiritual


Awalnya Hery Syaefudin (38 tahun), penasaran melihat situ (danau) di seputar Depok, Jawa Barat
yang dibiarkan menganggur dan ditumbuhi semak belukar. Ia berpikir, mengapa tidak dimanfaatkan
menjadi kawasan agrowisata berbasis tanaman hias saja? Hery memulainya dari situ Pengasingan
di Kecamatan Sawangan. Dia melihat situ tersebut nyaris lenyap, bahkan nyaris diuruk menjadi
perumahan oleh suatu perusahaan pengembang. Perusakan lingkungan dapat dihindari ketika pada
tahun 2003 wali kota Depok saat itu, Badrul Kamal meminta Dinas Pertamanan mengeruk situ/
danau seluas 6.5 ha itu sehingga situ Pengasingan tersebut kembali berfungsi (sebagai resapan air dan
pengendali banjir, Penulis). Tahun 2005, Hery membeli tanah seluas 3000 m di sekitar situ tersebut
dan mengubah serta menata situ Pengasingan menjadi tempat yang sedap dipandang.
Di situ ada koam ikan, penuh tanaman hias, dan rerumputan hijau. Hery kemudian mengajak
warga setempat untuk mengembangkan tanaman hias, memelihara ikan, dan mengelola situ tersebut
menjadi daerah wisata sekaligus daerah yang produktif. Sekarang ada sekitar 500 warga menjadi petani
tanaman hias dan sekitar 100 pedagang yang memiliki kios di sepanjang jalan Bojongsari-Ciputat.
Kini, Hery merasa bangga karena cita-citanya memberdayakan masyarakat Sawangan ada hasilnya.
Penghasilan seorang petani tanaman hias di Sawangan sekarang ini sekitar Rp 3 juta hingga Rp 15 juta
per bulan.

Sumber: Soal Ujan Ecika Bisnis FE Untar tahun 2006 (diolah dari sumber Kompas, 6 Desember 2006).

Pertanyaan:
Bagaimana Anda menilai seorang Hery dalam mengelola bisnis tanaman hias dan wisata situ di atas
bila dilihat dari tingkat kesadaran sebagai manusia, makna, serta tujuan hidup?

Anda mungkin juga menyukai