Manusia
dan Alam Semesta
TUJUAN
Dendekatan ilmiah dan rasional. Namun Schumacher telah mengingatkan para ilmuwan tentang
adanya tingkatan-tingkatan eksistensi alam semesta sebagai berikut:
Benda, dapat dituliskan P
2 Tumbuhan, dapat dituliskan P+X
3 Hewan, dapat dituliskan P+X+Y
4 Manusia, dapat dituliskan P+X+Y+Z
Dengan memberikan simbol Puntuk henda mati, X untuk unsur hid1up, Yuntuk kesadaran, dan
Z untuk kesadaran diri (kesadaran transendental/spiritual), maka dapat dikatakan bahwa eksistensi
alam semesta memiliki jenjang yang terbagi ke dalam empat tingkat, yaitu:
a. Tingkat pertama adalab benda mati, yang hanya niemiliki unsur P (substansi, materi).
b. Tingkat kedua adalah tumbuh-tumbuhan, yang mempunyai unsur P dan unsur X (kehidupan).
c. Tingkat ketiga adalah golongan hewan, yang memiliki unsur PX, dan Y(kesadaran).
d. Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang memiliki semua unsur P X, Y dan Z (unsur
kesadaran transendental/spiritual).
Seorang sosiolog, Pitirim Alexandrovich Sorokin (dalam Eko Wijayanto dkk., 2002) mencoba
menjelaskan perubahan-perubahan besar (krisis) dan fluktuasi sistem nilat yang terjadi dalam
sejarah kehidupan umat manusia ini berdasarkan skema tiga sistem nilai, yaitu: indriawi, ideasional,
dan idealistis. Sistem nilai indriawi berada pada sisi ekstrem satu, yang berpandangan bahwa semua
nilai etika bersifat relatil dan bahwa persepsi indriawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan
dan kebenaran. Sementara pada sisi ekstrem lainnya, sisten nilai ideasional berpandangan bahwa
realitas sejati berada di luar dunia materi (berada pada alam spiritual) dan bahwa pengetahuan dapat
diperoleh melalui pengalaman batin. Sistem ini percaya pada nilai-nilai ctika absolut, standar keadilan,
kebenaran, dan keindahan yang supramanusiawi. Selanjutnya, tarik-menarik antara kedua kekuatan
sistem nilai ini memunculkan sistem nilai idealistis yang tampil sebagai perpaduan harmonis di antara
kedua sistem nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut. Krisis nmultidimensi (termasuk yang
terjadi di Indonesia menjelang akhir abad ke-20) timbul karena proses modernisasi, industrialisasi,
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya terlalu menekankan pada aspek
kehidupan yang berorientasi materi/fisik (sistem nilai indriawi).
Dengan cara yang agak berbeda, Chopra (2004) mengemukakan tiga tingkat keberadaan, yaitu:
domain fisik, domain kuantum. dan domain nonlokal. Domain fisik adalah domain substansi, materi,
dan alam semesta yang dapat diketahui melalui pancaindra--dapat diraba, dilihat, didengar dibaui
dan dikecap. Api, air, tanah, udara, rumah, mobil, tumbuh-tumbuhan, hewan, gedung bertingkat,
danau, laut, dan sebagainya adalah contoh eksistensi pada domain fisik ini. Pada domain fisik ini,
segalanya dibatasi oleh ruang dan waktu. Segalanya mengikuti siklus: lahir, tumbuh, dan mati.
Pada tingkat kedua, domain kuantum, segalanya terdiri atas informasi dan energi. Melalui
persamaan Einstein, di mana E = m.c* dapat diketahui bahwa energi (E) sama dengan massa (m)
dikalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya (c*). Jadi, sebenarnya energi dan massa itu sama saja,
hanya berbeda bentuk. Dengan kemajuan ilmu fisika dan diperkenalkannya fisika kuantum, dapat
dibuktikan bahwa benda atau substansi yang tampak padat ternyata hanya berwujud vibrasi/
gelombang saja setelah diurai menjadi molekul, atom, sub-atom, dan seterusnya. Pengamat dengan
objek yang diamati ternyata saling memengaruhi. Bila pengamat menafsirkan gelombang, maka yang
tampak adalah gelombang. Namun bila penganat menafsirkan substansilpartikel, maka yang tampak
bahwa tidak ada objek (yang diamat)
pemisahan antara
dalah subetansi/partukel, Dari sini jelas
ada pengamat, maka yang
muncul adalah berupa potensi murni.
debganAuekKpengamar). Bla fidak ini hdak ada lag)
tingkat ketigs. Pada cksistensi tingknt ketlys
Chopra inenyebut ini sebagaiekalstensi
membaur, lulul, dan menyat1u.
jdentitas individual,semuanya
oleh 1lchi Lne (2006) dengan menganaloglkan
Keberadáan yang bertingkat int juga dlungkapkan
isik (sebagal peranti keras)
ststem komputer, yaltu: Japisan/tubuh
Jpisan kebrradaan wirnp dengan memanfaatkan
spirltual/informasi (perants lunak), Dengan
lapisan energi (arus Jistrik), dau laplsan
lapisan/tingkat keberadaan suatu
pengetahuan fiaika kuantum, Erbe Sentanu (2007) mengemukakan Gambar 1,
benda (alam semesta) dikaitkan alam kehidupan manusia sepertl pada
dengan
Oambar1.1 Mausia
Tingkat Keberadaan Alarn Sernesta dan Alam Kehidupan
Masib
Bunda
Molekul mareneste e m
Karater
Atom Keblasaan
Partikel arse tfesyterrs
Tindakan
Kuanta Pikiran
Alam Energl Perasaan
2007
Spnper: Sentanu, Quontum hlas: Teknolog) Aktvasl Kekuaton Hati.
Benda adalah sesuatu yang tampak, sedangkan alam energl adalah sesuatu yang tidak tampak.
Nasisb seveorang adalah scsuatu yang tampak, tetapl perasaan seseorang adalah sesuatu yang tidak
tampak. Nasib seseorang mencerminkan karakternya, dan karakter seseorang berasal dari kebiasaan
dan tindakannya. Tindakun veseorang ditentukan oleh pikirannya, sedangkan pikiran seseorang
sangat dipengaruhi oleh perasaan (emosl)-nya dan pada akhirnya tingkat kematangan emosi/perasaan
seseorang akan mencerminkan tingkat kemataingan kesadaran (spiritual) seseorang
Beidasarkanuraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat keberadaan alam semesta tidak
hanya terbatas padasesuatu yang berslfat fislk, sebagalmana diyakini oleh sementara ilmuwan. Dengan
kermajuan ilno Oeka dan adanya ketertarikan para Umuwan untuk mulai mengkal|! hal-hal spiritual
veCara lebth rsional, maka mulai dlyakini bahwa hal-hal yang tidak tampak oleh pancaindra juga
merupakan baglan tak terplsahkan dart hakikat keberadaan, Dil samping Itu, makin dapat dibuktikan
pula bahwa terdapat tingkatan-tingkatan atau laplsan-laplsan keberadaan alam semesta dari yang kasat
mata (berwujud fisik/kasar) sampai yang tidak kasat mata (tídak
berwujud fisik) dan sangat halus
seperti: pikiran, perasaan, den kesudaran mur»l (blsa juga disebut potensl tak terbatas, kesadaran
murni, roh, splrit, Tuhan, atau sebulan lalnnya).
HIAKIKAT-MANUSIA
Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski uda begitu banyak hal yang sangat
bergantung pada konsep tentang hakikat manusla, namun
terdapat begitu banyak ketldaksepakatan
Bab 1:Manusia dan Alam Semesta
mengenai apa itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan ini karena banyak pihak hanya melihat
hakikat manusia secara sepotong-sepotong
tanpa mendudukkannya dalam konteks keseluruhan yang
utuh. Karl Marx, misalnya, (dalam Stevenson dan Haberman, 2001) mengatakan bahwa hakikat riil
manusia adalah keseluruhan hubungan sosial dengan menolak adanya Tuhan dan menganggap bahwa
tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia
itu hidup.
Kecenderungan memahami hakikat manusia secara sepotong-sepotong ini sangat jelas terasa
bila melihat perkembangan dan aliran dalam
psikologi, khususnya menyangkut konsepsi-konsepsi
psikologis tentang manusia. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2001) mengelompokkan
empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia sebagai berikut:
1. Psikoanalisis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan
keinginan terpendam (homo volensi). Tokoh-tokoh aliran ini antara lain: Freud, Jung, Abraham,
Horney, dan Bion.
Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh
lingkungan (homo mechanicus). Teori ini menyebut manusia sebagai manusia mesin (homo
mechanicus) karena perilaku manusia sepenuhnya ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori
ini disebut juga sebagai teori belajar karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia-kecuali
insting-adalah hasil belajar (dari lingkungan). Ada keyakinan bahwa jiwa manusia pada saat
dilahirkan diumpamakan seperti meja lilin (tabula rasa), belum mempunyai warna mental dan
siap untuk dilukis oleh pengalaman dari lingkungannya. Tokoh-tokoh dalam aliran ini antara
lain: Hull, Miller dan Dollard, Rotter, Sklinner, serta Bandura
3. Kognitl, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif mengorganisasikan
dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens). Manusia tidak lagi dianggap sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif terhadaplingkungannya Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain:
Lewin, Heider, Festinger Piaget, dan Kohlberg.
4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Di sini diperkenalkan konsep I - thou
Relationship, bukan sebagai l - it Relationship, yang artinya menunjukkan pentingnya hubungan
seseorang dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi, bukan sebagai pribadi dengan benda.
Dengan kata lain, yang ditekankan adalah hubungan subjek dengan subjek, bukan subjek dengan
objek. Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain: Rogers, Combs dan Snygg, Maslow, May. Satir, serta
Peris.
Untuk memahami hakikat manusia secara utuh, ada baiknya kembali memahami pendapat
Schumacher tentang empat tingkat eksistensi kehidupan sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
yang terdiri atas: benda (P-unsur materi), tumbuh-tumbuhan (P + unsur hidup X), hewan (P + X+
unsur kesadaran Y), dan manusia (P +X+ Y+ unsur kesadaran diri Z). Manusia merupakan makhluk
ciptaan Tuhan yang menduduki tingkat eksistensi tertinggi karena memiliki semua unsur (P X, Y)
yang dimiliki oleh tingkat eksistensi yang lebih rendah, namun sekaligus juga memiliki unsur yang
tidak ada pada tingkat eksistensi yang lebih rendah.
Steiner (1999) melihat hakikat manusia berdasarkan lapisan-lapisan energi yang melekat pada
tubuh manusia sebagai satu kesatuan, yaitu: (1) badan fisik (physical body), (2) badan eterik (etheric
body). (3) badan astral (astral body), (4) badan ego (consciousness-body), (5) manas (spirit-self), (6)
buddhi (life-spirit), dan (7) atma (spirit-man). Manusia mempunyai lapisan fisik (materi) yang sama
Etika Bisnis dan Profesi
Gambar 1.2
Skema Hubungan Lapisan-lapisan Manusia
Steiner Hawley
Fisik
Schumacher Agustian dan Kustara
Tubuh (body)
Eterik Fisik
Astral Hati (heart)
Ego
Manas Jiwa (mind, psikis-
Kepala (head) mental)
Buddhi
Atma Semangat (Spirit)_ Z Roh (soul, spinit)_
Bab 1: Manusia dan Alam Semesta
Manusia adalah bagian dari keberadaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam semesta
(makrokosmos) juga ada di alam manusia (mikrokosmos). Oleh karena itu, alam semesta dan alam
manusia sebenarnya sama-sama mempunyai
tiga lapisan keberadaan, yaitu: fisik (body), energi pikiran
(mind), dan kesadaran murni (roh, soul. spirit).
Gambar 1.3
Komponen-komponen 0tak Manusia
BAGIAN-BAGIAN OTAK
oel Lee
Area penerima dan
Area penerima
pengolah input
suara dan
penglihatan Tempersl Lobe
pengolah
Cen bellum informasi
r e n Stem
Kontrol gera kan respons
otomatis (sebagai hasil Keseipoangan dan kontrol
10
8ab 1: Manusia dan Alan Sernesta
Gambar 1.4.
Empat Kuadran Berpikir
Logical Holistic
Analytical Intultive
Fact Based Integrating
Quantitative Synthesinsing
Organised Interpersonal
Sequential Feeling Based
Planned Kinesthetic
Detailed Emotional
11
Etika Bisnis dan Profesi
nyata
Istilah keaerdasan spiritual (SQ) pertama kali diperkenalkan oleh Danar Zohar dan lan
Marshall pada tahun 2000 dalam bukunya yang berjudul sQ Spiritual Inteligence-The Unlimited
ntelligence. Akan tetapi. tidak mudah untuk memberikan definisi SQ Zohar dan Marshal sendiri
tidak memberikan definisi. namun hanya memberikan tanda-tanda SQ yaitu kemampuan bersikp
fleksibel. tingkat kesadaran tinggi. kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi
dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpandangan holistik.
kecenderungan untuk selalu bertanya "mengapa?" atau "bagaimana?, serta memiliki kemudahan
untuk selalu bekerja melawan konvensi. Memang sulit untuk memahami SQ. Agustian (2001) sendiri
memberikan kritik terhadap konsep SQ Zohar dan Marshall tersebut sebagai konsep yang belum
menyentuh aspek ketuhanan, baru sebatas tataran biologis dan psikologis semata. Hal ini dapat
dimaklurmi mengingat aspek spiritualitas (ketuhanan)sebagaimana dikatakan oleh Campbell (dalam
Hawley. 2001)-merupakan suatu dimensi alam semesta yang berada di uar jangkauan indra manusia
Lintuk lebih menyederhanakan pemahaman pada aspek spiritualitas ini. Gymnastiar (2002) tidak
meberikan definisi, namun mengungkapkannya dalam bentuk puisi yang sederhana dan sangat
indah sebagai berikut
12
Bab 1: Manusladan Alam Sermesta
"Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup 'kan gigih, prestasi mudah diralh, tapi
bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati
kian lapang. hidup susah tetap senang. walau kesulitan menghadang, dihadapt dengan tenang, tapi
bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, Iahir batin terasa sakit.
Mirip dengan ungkapan Gymnastiar, Lama Surya Das (2002) juga mengungkapkan kehidupan
spiritualitas sebagai hal-hal yang berhubungan dengan kehadiran 1lahi, Tuhan, roh. jiwa, kebenaran,
pengetahuan diri, pengalaman mistis, kedamaian batin, dan pencerahan. Dalam Bhagavad Cita
dijumpai ayat (sloka 2.66) sebagai berikut:
"Orang yang tidak mempunyal hubungan dengan Yang Maha Kuasa tidak mungkin memilk
kecerdasan rohani maupun pikiran yang mantap. Tanpa kecerdasan rohani dan pikiran yang mantap,
cidak mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamalan, bagaimana mungkin ada kebahaglaan?"
13
EtikaBisnis dan Profesi
"Seseorang harus menyelamatkan diri dengan bantuan pkirannya. dan tidak meryebabkan dirinya
merosot. Pikiran adalah kawan bagi roh yang terikat. dan pikiran juga musuhnya. Sifat pikiran adalah
liar, tidak ubahnya seperti kuda lia, atau kera, narmun manusia juga mernpuryai kemampuan untuk
mengendalikan pikiran agar menjad jnak, tenang Manya melats ketenangan pikiran manusia baru
dapat menembus kesadaran yanglebih tingg
Alkitab, sebagaimana dikutip oleh Hart. sudah mengatakan bahwa Anda adalah produk
pemikiran Anda sendiri Pikiran menentukan siapa dan apa diri seseorang sebagai individu. Pikiran
akan menentukan apakah umat manusia akan menuju sakit atau sehat, emosi yang bergejolak atau
stabil, sikap dan perilaku negatif atau positif, watak yang baik atau buruk, serta menuju ke kesadaran
yang lebih tinggi atau menuju ke kesadaran yang lebih rendah. Hart melukiskan beberapa pengaruh
penting dari pikiran sebagaimana terlihat pada Gambar 1.4.
Erbe Sentanu (2007) mengatakan bahwa pikiran rasional bukanlah
kemampuan tertinggi yang
dimiliki umat manusia. Di atas pikiran rasional masih ada kesadaran murni (sering juga disebut
kesadaran transendental, kesadaran tak terbatas, atau kesadaran
roh/atma). Sebagaimana dikatakan
oleh Walters, kesadaran dalam keadaanny
yang murni bersifat mutlak, lebih mutlak dari kecepatan
cahaya yang melambat ketika memasuki medium fisik seperti atmosfir bumi, serta lebih mutlak
dari keberadaan benda. Padahal benda itu
hanyalah suatu manifestasi energi, dan energi itu sendiri
merupakan getaran kesadaran. Dalam kaitannya dengan kesadaran, Sigmund Freud (dalam Hjelle dan
Ziegler. 1992) membedakan tiga lapisan kesadaran, yaitu: (1) lapisan sadar
(conscious level), (2) lapisan
prasadar (preconscious level), dan (3) lapisan tidak sadar (unconscious level).
14
Bab 1: Manusia dan Alam Semesta
Gambar 1.4
Pengaruh Pikiran
Membentuk
Spritual
Menempa
Sikap dan Membentuk
Watak Pikiran
Pikiran
Menetukan
Mempengaruhi
Peria Sistem
kokehato
kekebalan
Mengubah
Emosi
15
Etika Bisnis dan Profesi
-
KEHIDUPAN
TUJUAN DAN MAKNA
umat manusia adalah
ada yang membantah bahwa tujuan hidup
Siapa pun pasti sependapat dan tidak
Rahmat (2004) mengatakan bahwa secara agama,
untuk memperoleh kebahagiaan. Bahkan Jalaluddin
memilih hidup bahagia. Namun dalam kehidupan sehari-
filsafat, dan ilmu pengetahuan, orang harus
oleh filsafat materialisme, makin banyak orang yang
hari, apalagi dalam era dewasa ini yang dipenuhi
merasa tidak bahagia. Kebahagiaan seolah-olah menjadi barang langka yang sulit dijangkau. Mengapa
hal ini dapat terjadi? Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan penafsiran/pemahaman tentang
cara untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri. Perbedaan pemahaman tentang hidup ini sangat
bergantung pada evolusi kesadaran seseorang.
Untuk memahami tingkat kesadaran ini, ada baiknya dikutip pendapat Sutrisna (2007) yang
membedakan tiga tingkat kesadaran manusia, yaitu: (1) kesadaran hewani, (2) kesadaran manusia,
dan (3) kesadaran Tuhan. Pada tabel 1.1 dijelaskan secara singkat ciri-ciri menonjol dari tiga golongan
manusia berdasarkan evolusi tingkat kesadarannya.
Tabel 1.1
Golongan Manusia Berdasarkan Tingkat Kesadaran
Tidak mudah mengukur tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang berdasarkan ukuran
atau pendekatan ilmiah yang biasa digunakan oleh ilmu
objekti
diri hanya dapat dirasakan secara subjektif oleh pengetahuan pada umumnya. Kematangan
yang bersangkutan melalui refleksi diri.
Sejalan dengan
16
Bab 1: Manusia dan Alam Semesta
evolusi kesadaran yang dikemukakan Sutrisna, Ibnu Arabi (dalam Frager, 1999) membagi empat tingkat
kesadaran berdasarkan pengamalan dan pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai berikut:
1. Tingkat pertama: jalan syariah, yaitu tahap di mana seseorang secara taat asas mengikuti hukum-
hukum moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitannya dengan upaya
mencari harta benda/kekayaan materi, hukum moral ini diikuti untuk menilai sah atau tidaknya
apa yang menjadi milikku dan milikmu. Pada tahap ini, orang yang taat mengikuti ajaran agama
secara lahiriah, tetapi masih memiliki rasa kemelekatan atas apa yang menjadi miliknya dan apa
yang menjadi milik orang lain-walaupun apa yang dimilikinya itu telah diperoleh menurut
hukum moral keagamaan-maka dapat dikatakan bahwa kesadaran diri seseorang tersebut ada
pada tingkat syariah.
2. Tingkat kedua: jalan thariqah, yaitu tahap di mana seseorang mencoba mencari kebenaran melalui
jalan tanpa rambu (upaya menggali kebenaran melalui pengalaman langsung, melampaui hukum
moral keagamaan). Pada tahap ini, tingkat kesadaran seseorang telah melampaui tingkat syariah.
Dalam kaitannya dengan kekayan materi, dalam diri seseorang telah tumbuh perasaan milikku
adalah milikmu dan milikmu adalah milikku. Intinya telah muncul rasa kebersamaan dan rasa
milik bersama.
3. Tingkat ketiga: jalan haqiqah, yaitu tahap di mana seseorang telah memahami makna terdalam
dari praktik syariah dan tharigah. Seseorang dalam tahap ini sering memperoleh pengaaman
langsung tentang kebenaran gaib. Orang pada tahap kesadaran ini telah merasakan bahwa tidak
ada lagi apa yang menjadi milikku dan milikmu. Semua adalah milik Tuhan. Tidak ada lagi
rasa kemelekatan pada kekayaan materi. Kesadaran pada tahap ini hanya dimiliki oleh mereka
yang batinnya sudah sangat tinggi, seperti para nabi dan rasul, para sufi, atau orang-orang suci
terkemuka.
4. Tingkat keempat: jalan marifah, yaitu tahap di mana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual. Pada tahap ini, kesadaran seseorang telah
mencapai tahap tertinggi, di mana orang seperti ini telah menyadari bahwa tidak ada lagi aku
dan kamu. Masing-masing pribadi menyadari bahwa segalanya adalah Tuhan, bahwa tidak ada
satu pun dan tidak ada seorang pun yang terpisah dari Tuhan. Inilah tujuan utama dari tasawuf
(agama Islam), agama Hindu menyebutnya moksa, dan Budha menyebutnya nirwana.
17
Etika Bisnis dan Profesi
mempunyai
karakteristik/ciri-ciri sebaoaai
sistem
bahwa setiap
ogiyanto (1988) menyebutkan
berikut:
Mempunyai komponen-komponen (components/subsystems).
a.
b. Ada batas suatu sistem (boundaries).
C. Ada lingkungan luar sistem (environment).
d Ada penghubung (interface).
dan keluaran (output).
e Ada masukan (input), proses (process),
f. Ada sasaran (objectives) atau tujuan (goal).
KASUS
Ekplorasi Minyak dan Gas (Migas) di Jawa
Demi mengejar pendapatan negara, kegiatan ekplorasi migas terus dipacu, termasuk di Jawa. Di
pulau yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Indonesia itu, sedikitnya terdapat sembilan
perusahaan yang telah mendapat konsesi untuk mengeksplorasi minyak bumi. Berbagai kecelakaan
juga terjadi di wilayah kegiatan penambangan minyak ini. Dalam kurun waktu 36 tahun terakhir,
paling tidak ada delapan kejadian kecelakaan, yaitu
a. Pada 20 Mei 1971, sumur pengeboran minyak Pertamina di Kedokan Bunder Unit II, Cirebon
meledak dan menyemburkan minyak bercampur lumpur sehingga menggenangi daerah sekitar
dan sekitar 550 warga diungsikan.
b. Tanggal 1 September 1984, sumur eksplorasi Pertamina di Pasirjadi, Subang terbakar akibat
kebocoran gas.
Pada 24 Oktober 1995, terjadikebakaran hebat di Unit Pengolahan IV, Cilacap yang mengakibatkan
sekitar 590 rumah rusak, 738 sumur tercemar, debu tersebar di Kelurahan Lomanis, Donan, dan
Tambakreja.
d. Tanggal 26 Februari 2002, kebakaran menimpa sumur eksplorasi Randublatung, Blora. Akibatnya
sekitar 1096 warga terpaksa mengungsi.
Tanggal 16 Maret 2004, sumur eksplorasi Pertamina di Pondok Tengah, desa Bunibakti, Bekasi
menyemburkan gas. Ratusan warga terpaksa mengungsi untuk menghindari bahaya kebakaran.
Tanggal 15 Februari 2005, terjadi ledakan pipa gas nitrogen di Unit Pengolahan VI, Balongan,
Indramayu yang mengakibatkan enam pekerja terluka dan dilarikan ke rumah sakit.
Tanggal 7 Desember 2005, sumur tua Pertamina di Ledok, Blora meledak dan terbakar. Akibatnya,
dua orang terluka dan seorang meninggal dunia.
h. Tanggal 29 Mei 2006, sumur eksplorasi PT Lapindo Brantas di desa Renokenongo mengalami
kebocoran sehingga gas dan lumpur panas keluar dari sumur tersebut.
19
Sa dsns dan Poe
Porang imi ditutup Bahkan. beberapa wilayah jalan tol tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
tersebut bukan saja menimpa penduduk di wilayah genangan, tetapi
Aiba yang dtimbuikan lumpur
berpengaruh besar terhadap perekonomian Jawa Timur karena terganggunya kelancaran
uga ielah
ars aiu lintas barang dan orang di sekitar Jawa Timur.
Ada beberapa isu yang berkembang tentang faktor-faktor penyebab terjadinya ledakan lumpur
panas tersebut Pihak PT Lapindo Brantas pada awalnya mencoba menjelaskan terjadinya ledakan
humpur tersebut ada kaitannya dengan gempa yang menimpa wilayah Yogyakarta, namun banyak
aiar membantah keras sinyalemen ini. Pada akhirnya diakui bahwa terjadinya semburan lumpur
ebut sebagai akibat dari pecahnya formasi sumur pengeboran karena dalam proses pengeboran
ayk pihak PT Lapindo Brantas tidak memasang casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis
pengeboran. PT Lapindo mungkin beranggapan bahwa dengan tidak memasang casing, maka akan
rjadi penghematan biaya eksplorasi yang sangat signifikan. Apalagi dengan harga minyak dan gas
yang makin membubung hingga mendekati harga US$100/barrel, maka diharapkan akan diperoleh
keuntungan yang sangat besar dari penghematan tersebut. Akan tetapi karena ingin berhemat,
aibatmya justru sangat fatal di mana perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra di luar perkiraannya
ntuk membayar biaya ganti rugi yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Belum lagi kalau nanti ada
ancaman tuntutan hukum oleh warga dan perusahaan lain-seperti PT Jasa Marga pemilik jalan tol
Gempol-Porong, atau pemilik pabrik yang pabriknya tenggelam-yang merasa dirugikan hak-haknya.
Bisa saja masalah-masalah tersebut mengancam kebangkrutan PT Lapindo Brantas sebagai suatu
perusahaan.
Pemerintah sendiri tampaknya tidak bisa lepas
tangan dari tanggung jawab karena pemerintah
yang memberikan izin konsesi eksplorasi tersebut. Dalam kasus ini tampaknya pemerintah belum
memberikan informasi yang transparan apakah pihak PT
Lapindo Brantas telah mengikuti peraturan
dan persyaratan yang berkaitan
dengan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) atau belum.
Selain itu juga tidak ada upaya tegas untuk
menegakkan peraturan yang ada. Terbukti sampai
menjeiang akhir tahun 2007 belum ada tanda-tanda untuk membawa kasus ini ke pengadilan untuk
Bab 1:Manusia dan Alam Semesta
Pertanyaan:
a. Coba Anda bahas kasus di atas, apakah kegiatan eksplorasi minyak di
pulau Jawa yang padat
penduduk ini masih dapat dibenarkan bila lihat dari sudut manusia dan alam sebagai satu
kesatuan sistem?
b. Bagaimana Anda mengaitkan proses keputusan pemberian izin konsesi eksplorasi migas oleh
pemerintah tersebut dengan tingkat-tingkat kesadaran pejabat pemerintah?
Bagaimana Anda menilai tindakan PT Lapindo Brantas yang tidak memasang casing dalam proses
pengeboran sumur eksplorasi tersebut bila lihat dari hakikat manusia secara utuh?
Sumber: Soal Ujan Ecika Bisnis FE Untar tahun 2006 (diolah dari sumber Kompas, 6 Desember 2006).
Pertanyaan:
Bagaimana Anda menilai seorang Hery dalam mengelola bisnis tanaman hias dan wisata situ di atas
bila dilihat dari tingkat kesadaran sebagai manusia, makna, serta tujuan hidup?