Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH RADIOLOGI

Teknik Radiografi Intraoral Bitewing

Disusun Oleh:
Ruti Diahayu Suryandari
160112200006

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2021
Radiografi Bitewing

1.1 Definisi

Bitewing disebut juga interproksimal, merupakan teknik radiografi yang dapat


menghasilkan gambaran radiograf di daerah mahkota dan puncak tulang alveolar di
daerah interdental region rahang atas dan rahang bawah pada satu lembar film.
Bitewing dapat mendeteksi karies interproksimal tahap awal sebelum berkembangnya
secara klinis.
Sumbu panjang film bitewing biasanya diorientasikan secara horizontal namun dapat
juga secara vertikal.

A B
Gambar A. XCP, Instrumen Bitewing Yang
Digunakan untuk Memposisikan Kepala
Tabung. B. Bitewing Loop, Terdapat Tab
Bagian Pasien Menggigit untuk Mensupport Film Selama Eksposure.

Gambar Penempatan Film Bitewing Secara Vertikal.

1.2 Indikasi
 Dalam diagnosis karies interproksimal
 Untuk mempelajari ketinggian ruang pulpa
 Dalam diagnosis karies sekunder
 Untuk mempelajari ketinggian tulang alveolar atau penilaian
keropos tulang
 Dalam diagnosis batu pulpa
 Untuk mempelajari oklusi gigi.

1.3 Proyeksi Bitewing Premolar

A. Lapang Pandang
Proyeksi menutupi bagian distal gigi kaninus rahang bawah secara anterior dan
memperlihatkan mahota gigi premolar rahang atas dan rahang bawah.

B. Penempatan Film
Film ditempatkan di antara lidah dan gigi, cukup jauh dari permukaan lingual sejajar
dengan sumbu panjang gigi. Batas anterior film sebaiknya memanjang ke atas area
kontak antara gigi kaninus rahang atas dan gigi premolar pertama.Film ditempatkan
sampai mulut pasien tertutup sempurna untuk menghindari film berpindah ke distal.

C. Proyeksi Pusat Sinar


Pusat sinar diproyeksikan pada pusat film melalui area kontak premolar. Untuk

mengkompensasikan inklinasi ringan antara film dan mukosa palatum, sudut vertikal
sebaiknya sebesar -5o.

D. Titik Penetrasi
Tentukan titik penetrasi sehingga pusat sinar akan memasuki garis oklusi pada titik
kontak antara gigi premolar kedua dan gigi molar pertama.

1.4 Proyeksi Bitewing Molar

A. Lapang Pandang
Proyeksi ini memperlihatkan permukaan distal gigi molar paling posterior yang sudah
erupsi dan mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah.

B. Penempatan Film
Film ditempatkan antara lidah dan gigi sejauh mungkin untuk menghindari kontak
dengan gusi cekat yang sensitif. Tepi distal film hendaknya 1-2 mm di atas gigi molar
paling posterior yang sudah erupsi. Sudut horizontal diatur dengan menempatkan
tabung sejajar dengan arah pusat sinar untuk membuka area kontak antara gigi molar
pertama dan kedua.

C. Proyeksi Pusat Sinar


Pusat sinar diproyeksikan pada pusat film melalui kontak gigi molar pertama dan kedua.
Pusat sinar ditempatkan sedikit lebih ke anterior karena kontak gigi molar biasanya
tidak berorientasi pada sudut kanan ke permukaan bukal. Sudut vertikal yang digunakan
adalah + 10o.

D. Titik Penetrasi
Tentukan titik penetrasi sehingga pusat sinar akan memasuki garis oklusi pada titik
kontak antara gigi premolar kedua dan gigi molar pertama.
Daftar Pustaka
C.White S, J.Pharoah M. Oral Radiology Principles & Interpretation. 7th ed. Elsevier; 2014.
John R. Pramod. Textbook of Dental Radiology. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers; 2011.

M Lanucci J, Jansen Howerton L. Dental Radiography Principles and Techniques. 4th ed. St.
Louis, Missouri: Elsevier Saunders; 2012.
Eric Whaites. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3rd ed. London, UK:
Elsevier; 2002.
Whaites E, Drage N. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 6th ed. London:
Elsevier; 2020.

Anda mungkin juga menyukai