Anda di halaman 1dari 13

1.

Pengertian gigi geligi

Gigi geligi adalah gigi-gigi yang tersusun dan tertanam pada rahang atas (maxilla) dan
rahang bawah (mandibula).

Gigi geligi dibagi menjadi dua golongan yaitu:


1. Gigi sulung/ gigi susu/ primary teeth/ decidous teeth
 Gigi ini tumbuh pada usia ±6 bulan
 Jumlahnya 20 gigi yaitu 10 gigi pada rahang atas dan 10 gigi pada rahang bawah
 Yang terdiri dari: 8 buah incisivus
4 buah caninus
8 buah molar

2. Gigi permanen/ gigi dewasa/ secondary teeth


 Gigi ini akan semakin tumbuh sempurna pada usia ± 6 tahun
 Jumlahnya 32 gigi yaitu 16 gigi pada rahang atas dan 16 gigi pada rahang bawah
 Yang terdiri dari: 8 buah incisivus
4 buah caninus
8 buah premolar
12 buah molar

2. Fungsi gigi geligi:


1. Untuk proses pencernaan makanan
 Pada incisivus (gigi seri) berfungsi untuk memotong makanan
 Pada caninus (gigi taring) berfungsi untuk mengiris dan memotong makanan
 Pada premolar (gigi geraham kecil) berfungsi untuk menyobek dan membantu
mengunyah makanan
 Pada molar (gigi geraham) berfungsi untuk menumbuk dan mengunyak makanan
2. Untuk membantu proses bicara
3. Untuk memperindah penampilan

3. Anatomi gigi geligi

1
2
4. Patologi atau kelainan yang bisa terjadi pada gigi geligi:
a) Anomali gigi yaitu gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya.
Penyebabnya yaitu gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi. Dan
merupakan faktor herediter / faktor bawaan/ faktor keturunan.

b) Hipodonsia adalah Jumlah gigi kurang karena tidak tumbuh satu atau tidak tumbuh
lebih dari satu. Penyebabnya tidak tumbuhnya benih gigi tersebut.
c) Hiperdonsia adalah jumlah gigi melebihi jumlah gigi yang normal.
d) Makrodonsia adalah ukuran gigi yang melampaui batas nilai normal pada satu atau
lebih gigi.
e) Mikrodonsia adalah ukuran gigi lebih kecil dibanding dengan ukuran gigi yang
normal.
f) Gingivitis adalah peradangan pada gusi akibat infeksi bakteri karena buruknya
kebersihan mulut
g) Tumor gigi
h) Fraktur gigi adalah suatu kondisi gigi geligi memperlihatkan adanya keretakan gigi
atau gigi yang pecah
i) Impacted (Impaksi) merupakan gangguan yang terjadi pada gigi dimana gigi yang
baru tumbuh mendesak gigi di depannya yang sudah lebih dahulu tumbuh. Impaksi
biasanya terjadi pada molar 3 yang mendesak molar 2. Ini biasanya terjadi karena
pasien memiliki mandibula yang pendek sehingga molar 3 tidak mendapat cukup
tempat untuk tumbuh.

3
j) Caries Dentis adalah gigi berlubang. Caries ini biasa terjadi akibat pengeroposan pada
gigi yang penyebabnya banyak hal, bisa karena sisa makanan yang tertinggal, bakteri,
dll.

k) Cystisis adalah sebuah kelainan dimana bagian mandibula yang menjadi tempat
untuk radix (akar) gigi mengalami kekosongan.

4
Film pada Radiografi Dental

Dan sudut proyeksi yang diberikan pada setiap objek berbeda-beda tergantung objek apa yg
diperiksa (apakah rahang atas atau bawah).

5
PEMERIKSAAN TEKNIK RADIOGRAFI DENTAL

1. INSISIVUS RAHANG ATAS

Posisi pasien : pasien duduk


Posisi objek :
 Leher fleksio
 masukkan film ke dalam mulut pasien
 atur letak film pada gigi insisivus
 film diletakkan memanjang
CP : pertengahan insisivus rahang atas
CR : 600 caudally
FFD : 30 cm
Kv :60-70
kriteria gambaran:
 Tampak gambaran gigi insisivus rahang bawah
 Tidak terjadi horizontal overlapping (yang menyebabkan ketidakjelasan akar
lanjutan).
 Harus terlihat densitas dan kontras yang jelas antara enamel dan dentin gigi.
 Tidak terdapat fog film.
 Tidak terdapat kontaminasi, serta percikan unsur kimia.
 Harus terlihat 3mm tulang periapical

2. INSISIVUS RAHANG BAWAH


Posisi pasien : pasien duduk
Posisi objek :
 Leher ekstended
 masukkan film ke dalam mulut pasien
 atur letak film pada gigi insisivus
 film diletakkan memanjang
 Atur tabung pesawat gigi dengan
bidang oklusal bawah sehingga
membentuk sudut 25° - 30° Cranially
 Film diposisikan memanjang.
CR : 20°-30° cranially
CP : pada pertengahan incicivus, 1 cm diatas lower border dari mandibula.
kV : 40 – 150 kV
mA : 15 mA
s : 3 atau 4 tergantung tebalnya objek

kriteria gambaran:
 Tampak gambaran gigi insisivus rahang bawah
 Tidak terjadi horizontal overlapping (yang menyebabkan ketidakjelasan akar
lanjutan).
 Harus terlihat densitas dan kontras yang jelas antara enamel dan dentin gigi.
 Tidak terdapat fog film.
 Tidak terdapat kontaminasi, serta percikan unsur kimia.
 Harus terlihat 3mm tulang periapical

6
2. CANINUS RAHANG ATAS

posisi pasien : pasien duduk


posisi objek:
 masukkan film ke dalam mulut pasien
 atur letak film pada gigi caninus
 film diletakkan memanjang
 Sentrasi pada ala of the nose

CR: sudut 50° caudally.
CP: ala of the nose (pinggir hidung)

Kriteria gambar:
 Tampak gambaran gigi caninus rahang atas
 Tidak terdapat fog film.
 Tidak terdapat kontaminasi, serta percikan unsur kimia.

3. CANINUS RAHANG BAWAH

posisi pasien : pasien duduk


posisi objek:
 masukkan film ke dalam mulut pasien
 atur letak film pada gigi caninus
 film diletakkan memanjang

CR: 20º caudo-cranial


CP: garis yang di tarik dari ala of the nose kebawah
Dari lower occlusal plane

Kriteria gambar:
 Tampak gambaran gigi caninus rahang bawah
 Tidak terdapat fog film.
 Tidak terdapat kontaminasi, serta percikan unsur kimia.

7
4. PREMOLAR RAHANG ATAS

Posisi pasien: pasien duduk tegak


Posisi objek:
 sejajarkan dengan AML dengan film,
film berada didalam mulut jari
menganjal film
 Film dimasukkan ke dalam mulut pada
posisi melintang tepat di premolar rahang atas
 Atur tabung dengan arah sinar 40o caudally ( tube ke lower occusal plane )
 Sentrasi pada garis imaginer pertengahan antara inner canthus dan outer canthus
Central ray : 40o caudally
Central point : pertengahan premolar
Kv : 60 Kv
mAS :6

Kriteria gambar:
 Terlihat bagian crown, corpus dan akar dari premolar rahang atas
 tidak terjadi superposisi

5. PREMOLAR RAHANG BAWAH

Posisi pasien: pasien duduk tegak


Posisi objek:
 Leher ekstended
 Tube ke lower occlusal plane
membentuk sudut 10⁰
 Film diposisikan melintang
 Sentrasi pada batas bawah
mandibula sejajar dengan
pertengahan anatar inner
dan outer canthus.
CR: 20º caudo-cranial
CP: Antara auther conthus di tarik ke bawah sampai pemotongan dengan lower occlusal
plane

Kriteria Gambar :
 Terlihat bagian crown, corpus dan akar dari premolar rahang atas
 tidak terjadi superposisi
 Terlihat bagian apex sampai ke radices, maka jika terjadi fraktur akan terlihat.

8
6. MOLAR RAHANG ATAS

Posisi Pasien :
Pasien Duduk ditempat yang telah disediakan

Posisi Objek :
- Film posisikan melintang
- Sentrasi setinggi tulang zygomaticum daerah
yang diperiksa
- Atur AML (Acanthion Meatal Line) sejajar lantai

Central Ray : 300 Caudally


Central Point : Pertengahan Molar 1 dan Molar 2

Kriteria Gambar :
Tampak molar rahang atas
Tampak dari os zygoma
Tampak dari os maxillary

7. MOLAR RAHANG BAWAH

Posisi pasien: pasien duduk pada kursi khusus (dental chair).


Posisi objek:
 Upper position line sejajar upper occlusal plane.
 Film diposisikan melintang.
 Sentrasi pada mandibula sejajar outer canthus.

CR: membentuk sudut 0 derajat


CP: pada angulus mandibula

Kriteria Gambar :
Tampak molar rahang bawah
Tampak dari os mandibula

9
Teknik Radiografi Intra Oral

1) Periapikal Radiography
a) Bisecting Angle Technique
Misalnya : gigi impaksi dapat dilihat lebih ke mesial atau ke apical.
Tekniknya:
1. Film diletakkan pada bagian lingual atau palatinal dari gigi yang akan difoto
2. Salah satu ujung film menyentuh bagian incisal dari gigi dan membentuk sudut
dengan long axis gigi
3. X-ray tube/ sinar central tegak lurus dengan garis (khayal) yang membagi dua
sudut yang dibentuk antara long axis gigi dengan film
4. Hasilnya tampak gigi-gigi RA atau RB maksimal 4 gigi untuk gigi anterior dan
3 gigi untuk gigi posterior

b) Paralelling Technique
1. Film diletakkan pada bagian palatinal atau lingual gigi yang akan difoto
2. Film diletakkan sejajar dengan long axis gigi dengan memakai ‘Film Holder’
3. Sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap axis gigi dan film
4. Teknik ini menghasilkan gambar yang lebih baik daripada teknik bisecting angle.

2) Bitewing Radiography
Sering disebut “Proximal Radiografi”
Tekniknya:
1. Film diletakkan dengan pegangan khusus dan pasien diatur sedimikian rupa (posisi
dataran oklusal dengan lantai)
2. Film diletakkan pada bagian lingual dan palatinal pada gigi yang akan difoto
3. Penderita diinstruksikan untuk menggigit ringan pegangan sayap-sayap film
4. Sinar sentral diarahkan tegak lurus terhadap film
5. Hasilnya akan nampak gigi RA dan RB dalam keadaan hampir oklusi (mahkota kelihatan
seluruhnya dan bagian akar hanya kelihatan sebagian)

10
3) Occlusal Radiography
a) Maxillary Occlusal Radiography
- Standar Maxillary Occlusal Radiography
1. Film diletakkan diantara gigi RA dan RB mulai dari gigi anterior ke gigi posterior.
2. Pasien diinstruksikan untuk menggigit ringan film.
3. Tube sinar x diletakkan di tengah-tengah hidung dengan arah sinar sentral
membentuk sudut 65 o -70o dengan film.
4. Hasilnya terlihat gigi anterior dan palatum durum, untuk gigi posterior yang
nampak hanya mahkotanya.
5. Tekniknya dilakukan demikian untuk menghindari tumpukan gambar dari tulang
frontal. Sedangkan titik masuk sinar pada bagian tengah hidung berguna untuk
melihat gigi posterior dan adanya kelainan pada palatum. Gigi impaksi dapat
dilihat lebih ke bukal atau palatal.

- Oblique Posterior Occlusal Radiography


1. Film diletakkan antara gigi RA dan RB mulai dari gigi anterior ke gigi posterior
2. Pasien diinstruksikan untuk menggigit ringan film (untuk menahan film)
3. Tube sinar X diletakkan pada daerah gigi yang akan difoto
4. Arah sinar sentral membentuk sudut 60o terhadap film
5. Hasilnya terlihat gigi posterior (mahkota akar) dan palatum, untuk gigi anterior
yang tampak jelas hanya insisalnya
6. Teknik ini digunakan untuk memperlihatkan struktur dan beberapa keadaan
patologis yang berasal dari daerah maxilla, akar gigi molar (akar palatinal), akar
yang terletak dalam gingival

- Vertex Occlusal Radiography


1. Film diletakkan antara gigi RA dan RB
2. Pasien diinstruksikan menggigit film
3. Tube diletakkan pada atap tengkorak pada bagian depan
4. Arah sinar sentral sejajar dengan sumbu/ as panjang gigi incisivus anterior
5. Teknik ini digunakan untuk menentukan letak gigi impaksi pada hubungan buccopalatinal
dalam lengkung gigi.

11
b) Mandibular Occlusal Radiography
- Anterior Occlusal mandibula radiography
1. Film diletakkan antara gigi RAdan RB
2. Tube sinar X diletakkan pada sympisis menghadap ke atas dimana sinar sentral
membentuk sudut 60o terhadap film
3. Hasilnya terlihat gigi anterior (mahkota-akar) dan gigi posterior tampak hanya
mahkotanya
4. Teknik ini untuk melihat gigi region anterior, untuk anak kecil yang tidak
kooperatif bila dilakukan periapikal foto atau kasus dimana lengkung rahang
sangat sempit.

- True Occlusal Mandibula Radiography


1. Kepala pasien diatur dalam keadaan mendongak dengan posisi “ala tragus line”
hampir tegak lurus dengan lantai.
2. Tube diletakkan di midline dasar mulut dengan arah sinar menghadap ke mandibula
3. Hasilnya dapat melihat benda asing di dasar mulut dan batu yang menyumbat saliran
keluar saliva, terlihat juga gigi anterior (mahkota-akar), gigi posterior kelihatan hanya
mahkotanya

12
Teknik Radiografi Ekstra Oral

1) Panoramic
a. Merupakan pesawat dental x-ray yang dapat
sekaligus membuat foto dari ke seluruh gigi
(RA/RB)
b. Pesawat panoramic ini biasanya dikombinasikan
dengan cephalometrik
c. Alat ini membuat seluruh gambar gigi pasien
dengan teknik tabung bergerak bersama film
sewaktu dilakukan expose, tetapi ada pula hanya
filmnya bergerak sedangkan tabungnya tetap di
tempat. Alat ini digerakkan oleh motor penggerak
selam expose berlangsung
d. Film panoramic (15 cm x 30 cm) dikemas dalam
suatu kantong khusus
e. Pesawat panoramic berkapasitas antara lain : 8 mA,
12 mA, 15 mA dengan tegangan 40-100 kv dan
waktu expose 15-20 detik

2) Cephalometri
a. Merupakan alat bantu khusus digunakan pada pemeriksaan orthodonti
b. Radiografi alat ini dipasang pada dinding kamar periksa dan ada yang sudah
terpasang pada alat secara keseluruhan tidak dipasng di dinding
c. Mempunyai alat fiksasi kepala pasien
maupun kaset
d. Alat ini dirancang sedimikian rupa
sehingga hubungan kepala pasien dan
kaset secara tepat dapat diperoleh,
berfungsi untuk fiksasi antero-posterior
maupun posisi lateral terhadap kaset
e. Kepala pasien difiksasi pada kedua
daerah telinga
f. Posisi hidung yang menunjukkan posisi
kepala pasien yang tepat terhadap kaset
tergantung di belakang kepala pasien
g. Demikian pemeriksaan/ pembuatan foto
radiografi dapat dilakukan tanpa objek
bergerak padawaktu expose dilakukan
h. Alat X-ray yang digunakan untuk
pembuatan foto radiografi ini
berkapasitas 150 mA dan 125 kv

13

Anda mungkin juga menyukai