KELOMPOK 1
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Tri Ratnawati, S.E.,M.S.,Ak.,CA.,CPA.
Disusun Oleh :
1. Dwi Aprilariadi (1221900009)
2. Susanto (1221900072)
3. Agung Dio Dwi.A (1221900051)
4. Petrus Mau Dwi SH (1221900108)
5. M. Thomi Irvianto (1221900127)
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah Auditing I
mengenai “Teknik Sampling”.
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul ...................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4
Bab II Pembahasan................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Teknik Sampling .................................................................................... 5
2.2 Membedakan Berbagai Teknik Sampling ................................................................ 8
2.3 Tahapan Sampling Audit ....................................................................................... 10
2.4 Mengaplikasikan Teknik Sampling Dalam Pengujian Substantif............................ 13
2.5 Mengaplikasikan Teknik Sampling Dalam Pengujian Pengendalian ...................... 15
Bab III Penutup ................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
Dari teknik sampling di atas, tentu bukan merupakan hal yang mudah untuk dapat
segera memutuskan metode apa yang akan dipakai untuk sebuah survey yang akan
dilakukan tersebut, hal ini tentu akan mengacu kepada jenis sampel dan hasil bagaimana
yang akan diharapkan akan diperoleh pada penelitian tersebut.
Permasalahan penentuan prioritas ini juga sering dialami oleh Koordinator Statistik
Kecamatan di BPS Kabupaten Asahan (tempat penulis bekerja) dalam
pelaksanaan pekerjaan ataupun survey yang dilakukan di Kabupaten Asahan.Sehingga
penulis mencoba untuk untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam menyelesaikan persoalan
MCDM adalah Analytical Hierarchy Process (AHP)karena AHP dapat menyelesaikan
masalah yang menggabungkan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
Teknik sampling dalam audit, mengetahui cara menghitung teknik sampling, dan pengaplikasi
teknik sampling dalam pengujian substantif serta teknik sampling dalam pengujian
pengendalian.
BAB II
ISI
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya
adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling
statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang
harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel
tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan
sampel tersebut.
a. Risiko Bawaan
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas
desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang
relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa
100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena
ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor
mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara
keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap
semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material.
Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak
semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat
konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan
piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena auditor
mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal
yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah memeriksa
semua data
2.4 MENGAPLIKASIKAN TEKNIK SAMPLING DALAM PENGUJIAN
SUBSTANTIF
Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain untuk
menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari
saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu
adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akun-akun.
Pembahasan tentang sampling audit mencakup hal yang sangat luas. Untuk
sampling statistik dalam pengujian substantif pembahasan terfokus pada Classical
Variable Sampling. Perencanaan sampel meliputi pengembangan strategi
pelaksanaan audit. Standar Profesional Akuntan Publik 350. par 16 menyebutkan
berbagai faktor yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas
pengujian substantif. Faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai
2. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas
3. Tingkat resiko keliru menerima yang dapat diterima atau
4. Karakteristik populasi
Di samping faktor-faktor tersebut di atas auditor harus cermat dalam
mempertimbangkan pula hal-hal berikut ini:
1. Pemilihan sampel.
Unsur-unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel
dapat mewakili populasinya. Setiap unsur dalam populasi harus memiliki
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
a) Memperoleh bukti bahwa saldo akan tidak mengandung salah saji yang
material
b) Membuat estimasi independen atas jumlah tertentu seperti menilai
sejumlah persediaan yang tidak mempunyai nilai buku
Dalam menyelenggarakan pengujian substantif, auditor memperhatikan
dua aspek penting dari risiko sampling yaitu risiko keliru menerima (risks of
incorrect acceptance) dan risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection).
1) Risiko keliru menerima sering disebut juga dengan risiko Beta (Beta Risk)
Merupakan risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel
bahwa saldo akun bebas dari salah saji yang material, padahal pada
kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material. Risiko keliru
menerima ini berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap
ada tidaknya salah saji yang material. Jadi, risiko keliru menerima atau Beta
Risk merupakan kesempatan bukti statistik untuk mendukung pernyataan
wajar atas nilai buku yang mengandung salah saji yang material. Dengan
demikian, auditor yang tidak selayaknya memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian, akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Risiko
keliru menerima dikendalikan auditor dengan cara melakukan penyesuaian
presisi rasio, risiko Alpha, dan materialitas.
2) Risiko keliru menolak sering disebut juga dengan resiko Alpha (Alpha
risk)
Merupakan risiko bahwa auditor mengambil kesimpulan berdasarkan
hasil sampel bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal pada
kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Risiko keliru
menolak berkaitan dengan efisiensi audit. Meskipun audit dilaksanakan
kurang efisien dalam kondisi tersebut tetapi audit tetap dilaksanakan secara
efektif.
2.) Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi
Entitas
3. Luas Pengujian
Berkenaan degan besar sempel yang akan diuji. Luas pengujian atas pengendalian
dipengaruhi oleh resiko pengendalian yang ditetapkan dalam perencanaan.
Semakin rendah risiko pengendalian maka akan semakin luas pengujian atas
pengendalian yang harus dilakukan.
Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak
bukti yang dihimpunkan mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan perosedur
pengendalian. Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat
risiko pengendalian yang telah ditetapkan dalam perencanaan oelh auditor.
Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang di tetapkan, semakin banyak
bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Bagi klien lama , luas pengujian dipengaruhi pula oleh penggunaan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Menggunakan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan
tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai
kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit
tahun sebelumnya.
Faktor-faktor berikut mempengaruhi tingkat keyakinan atas bukti-bukti yang
diperoleh dari pengujian pengendalian :
1. Jenis Bukti
Jenis bukti untuk pengujian pengendalian meliputi pertanyaan, pemerikasaan
dokumen dan laporan, pengamatan, pelaksanaan ulang dari pengendalian atau
teknik audit yang dibantu oleh computer. Dalam pelaksanaan pengujian, auditor
memilih prosedur yang akan menyediakan bukti yang paling dapat diandalkan
mengenai efektifitas pengendalian.
2. Sumber Bukti
Sumber bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan bagaimana
auditor memperoleh bukti baik yang secara langsung seperti melalui pengamatan,
memberikan keyakinan yang lebih besar dari pada bukti yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui penarikan kesimpulan.
3. Ketepatan Waktu Bukti
Ketepatan waktu bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan
kapan bukti diperoleh dan bagian dari periode audit dimana bukti diterapkan,
seperti pengamatan yang berkenaan dengan titik waktu dimana bukti
diaplikasikan. Oleh karena itu, pengamatan tidak cukup hanya untuk
mengevaluasi efektifitas periode yang bukan subjek dari pengujian.
Bukti yang diperoleh selama proses audit mengenai rancangan dan
pengoperasian yang efektif dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam
menilai resiko pengendalian.
Pengevaluasian penggunaan bukti yang diperoleh dalam audit seharusnya
mempertimbangkan :
§ Signifikansi dari asersi yang terlibat
§ Pengendalian tertentu yang dievaluasi selama audit
§ Tingkat evaluasi rancangan atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian
tersebut
§ Hasil pengujian pengendalian yang digunakan untuk pengevaluasian tersebut
§ Bukti mengenai rancanagan atau pengoperasian yang data dihasilakan dari
pengujian substantive yang dilaksanakan dalam audit.
3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaan
auditnya secara efektif dan efisien. Auditor harus dapat mengumpulkan bukti yang
akurat dengan mempertimbangkan efisiensi biaya dan waktu. Auditor dapat
menggunakan Audit sampling. Ada dua metode dalam audit sampling, yaitu
nonstatistik sampling dan statistik sampling. Dari beberapa hasil penelitian di beberapa
negara menunjukkan bahwa sebagian besar auditor internal, auditor eksternal maupun
auditor pemerintah lebih banyak menggunakan nonstatistical sampling. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor kemampuan auditor menggunakan audit
sampling, persepsi auditor terhadap metode audit sampling dan persepsi terhadap
risiko. Dari beberapa hasil penelitian, terungkap pula bahwa auditor yang menggunakan
nonstatistical sampling tidak memperhitungkan bias dalam evaluasinya. Penggunaan
nonstatistical sampling juga terbukti lebih banyak menimbulkan masalah dibanding
penarikan sampel dengan menggunakan statitical sampling. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebenarnya statistical sampling merupakan metode yang lebih objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2018. Auditing 1 Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP
STIM YKPN.
https://accounting.binus.ac.id/2018/11/26/sampling-dalam-audit/
https://www.kompasiana.com/muh_roni/56384df8d49273f8065cf956/sampling-audit?page=4
https://www.academia.edu/15707043/MACAM-MACAM_TEKNIK_SAMPLING
http://memebali.blogspot.com/2013/07/sampling-audit.html