Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEKNIK SAMPLING AUDITING I

KELOMPOK 1

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Tri Ratnawati, S.E.,M.S.,Ak.,CA.,CPA.

Disusun Oleh :
1. Dwi Aprilariadi (1221900009)
2. Susanto (1221900072)
3. Agung Dio Dwi.A (1221900051)
4. Petrus Mau Dwi SH (1221900108)
5. M. Thomi Irvianto (1221900127)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah Auditing I
mengenai “Teknik Sampling”.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman pwnulis, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis megharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pemerhati
pendidikan pada umumnya.

Terimakasih atas apresianya pada makalah ini.

Surabaya, Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul ...................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4
Bab II Pembahasan................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Teknik Sampling .................................................................................... 5
2.2 Membedakan Berbagai Teknik Sampling ................................................................ 8
2.3 Tahapan Sampling Audit ....................................................................................... 10
2.4 Mengaplikasikan Teknik Sampling Dalam Pengujian Substantif............................ 13
2.5 Mengaplikasikan Teknik Sampling Dalam Pengujian Pengendalian ...................... 15
Bab III Penutup ................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teknik sampling adalah cara yang dilakukan untuk mendapatkan sampel sesuai dengan
harapan si pengambil keputusan agar diperoleh sampel yang representatif dan dapat
mewakili populasi yang sebenarnya. Untuk menentukan teknik sampling ini, yang selalu
menjadi perhatian utama adalah bagaimana agar sampel yang diperoleh nantinya akan
dapat dinyatakan sebagai representasi dari populasi yang sedang diteliti dan tidak
menghasilkan hasil analisis yang bias.
Dalam penentuan sampel atas setiap survey yang akan dilakukan oleh Lembaga
ataupun Badan tertentu, mereka sering dihadapkan pada persoalan tentang metode apa yang
tepat untuk digunakan pada survey yang akan dilaksanakan tersebut. Badan Pusat Statistika
juga sebagai salah satu Badan yang tugas dan kegiatannya adalah seputar pelaksanaan
sensus dan survey untuk mempresentasikan segala sesuatu hal tentang Indonesia juga
tentunya akan melakukan pemilihan atas metode – metode yang tepat untuk digunakan
dalam setiap survey yang akan mereka lakukan.
Secara umum, ada dua jenis teknik sampling yaitu :
1. Teknik Sampling Probabilitas
Teknik Sampling Probabilitas dapat kita sebut dengan Random Sampling.
Random sampling/sampling probabilitas adalah sesuatu cara pengambilan sample yang
memberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk diambil kepada setiap elemen
populasi. Elemen populasi bias berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian ,
tentang tempat, atau juga tentang benda.
a. Macam-macam sampling probabilitas:
1) Simple Random Sampling
Merupakan suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini
dapat diambil bila analisa penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat
umum. Setiap unsur populasi harus memiliki kesempatan sama untuk bias
dipilih menjadi sample.
2) Stratified Random Sampling
Merupakan suatu teknik sampling dimana populasi kita bagi kedalam
sub populasi, karena mempunyai karakteristik yang heterogen dan heterogenitas
tersebut mempunyai arti yang signifikan terhadap pencapaian tujuan penelitian,
maka penelitian dapat mengambil dengan cara ini.
3) Cluster Random Sampling
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara gugus. Populasi
dibagi kedalam satuan-satuan sampling yang besar yang disebut cluster.
Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap
kluster harus relatif heterogen.
4) Systematic sampling atau sampel sistematis
Merupakan teknik sampling jika peneliti dihadapkan pada ukuran
populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random,
cara pengambilan sample sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada
peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi
yang bias dijadikan sampel adalah yang “keberapa”
5) Area sampling atau sample wilayah
Merupakan teknik sampling yang dipaka ketika peneliti dihadapkan
pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
2. Teknik Sampling Nonprobabilitas/Sample Tidak Acak
Teknik sampling nonprobabilitas adalah suatu teknik pengambilan sample
secara tidak acak. Tidak semua populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sample. Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling tidak
dilibatkan unsur peluang, sehingga tidak diketahui unsur peluang sesuatu unit sampling
terpilih kedalam sampling.
a. Macam- macam sampling NonProbabilitas:
1) Convenience Sampling/ sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan
Merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai
pertimbangan lan kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil
sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada disitu atau kebetulan dia
menegnal orang tersebut.
2) Snowball sampling/ sampel bola salju
Merupakan teknik sampling yang banyak digunakan ketika peneliti
tidak banyak tau tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua
orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel.
3) Purposive sampling
Merupakan teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan
sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam
pengambilan sampel. Sampel diambil dengan maksud dan tujuan yang
diinginkan peneliti atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau mengetahui
informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dibuat.
Pengambilan sampel ini dapat dibagi dua yaitu:
a) Judgment sampling
Merupakan teknik pengambilan sampling dimana sampel yang dipilih
berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia yang paling baik jika dijadikan
sampel penelitiannya.
b) Quota sampling
Merupakan teknik pengambilan sampling dalam bentuk
distratifikasikan secara proporsional, namun tidak dipilih acak melainkan
secara kebetulan saja.
4) Haphazard Sampling
Merupakan teknik sampling dimana satuan sampling dipilih
sembarangan atau seadanya, tanpa perhitungan apapun.

Dari teknik sampling di atas, tentu bukan merupakan hal yang mudah untuk dapat
segera memutuskan metode apa yang akan dipakai untuk sebuah survey yang akan
dilakukan tersebut, hal ini tentu akan mengacu kepada jenis sampel dan hasil bagaimana
yang akan diharapkan akan diperoleh pada penelitian tersebut.

Dalam permasalahan penentuan prioritas ini, pengambil keputusan dihadapkan


pada beberapa kriteria dalam memberikan penilaian prioritas terhadap metode – metode
sampel yang ada karena tentunya ada kriteria - kriteria tertentu yang menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan prioritas tersebut, atau disebut dengan MCDM (Multi
Criteria Decision Making).

Permasalahan penentuan prioritas ini juga sering dialami oleh Koordinator Statistik
Kecamatan di BPS Kabupaten Asahan (tempat penulis bekerja) dalam
pelaksanaan pekerjaan ataupun survey yang dilakukan di Kabupaten Asahan.Sehingga
penulis mencoba untuk untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam menyelesaikan persoalan
MCDM adalah Analytical Hierarchy Process (AHP)karena AHP dapat menyelesaikan
masalah yang menggabungkan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mengambil judul “Penentuan Prioritas


Teknik SamplingMenggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Studi Kasus
Koordinator Statistik Kecamatan BPS Kabupaten Asahan”, untuk menunjukkan
bagaimana AHP digunakan dalam penyelesaian masalah penentuan ranking tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja teknik sampling yang diperbolehkan dalam audit ?
2. Bagaimana cara membedakan berbagai teknik sampling ?
3. Bagaimana cara menghitung sampel yang tepat dalam audit ?
4. Digunakan dalam pengujian apa saja teknik sampling ini ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
Teknik sampling dalam audit, mengetahui cara menghitung teknik sampling, dan pengaplikasi
teknik sampling dalam pengujian substantif serta teknik sampling dalam pengujian
pengendalian.
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN TEKNIK SAMPLING


Sampling adalah metode penelitian, yang kesimpulan terhadap populasi yang
diteliti didasarkan pada hasil pengujian terhadap sampel. Populasi adalah kumpulan
yang lengkap dari kelompok data yang menjadi objek penelitian. Sampel adalah bagian
dari populasi, yang di pilih untuk diteliti, berfungsi sebagai perwakilan dari seluruh
anggota populasi. Audit sampling ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan umum,
yaitu :
1. Tidak menggunakan statistik (nonstatistik)
2. Menggunakan statistik.
Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman auditor. sehingga proses
pemilihan sampel tidak random dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara
matematis.
Sampling Statistik
Sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan
cara sedemikian rupa sehingga hukum probabilitas digunakan untuk membuat
statement tentang suatu populasi. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu
prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik.
1) Pertama, sampel harus dipilih secara random. Random merupakan lawan
arbritrari atau judgemental. Seleksi random menawarkan kesempatan sampel tidak
akan bias.
2) Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara matematis. Jika salah satu syarat
ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik. Berikut
digambarkan tipe sampling audit syarat pengkategorian tipe-tipe tersebut.
A. Sampling dalam Pengujian Pengendalian
1. Sifat dan Tujuan Audit
Sampling audit diterapkan baik untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif. Namun demikian, hal tersebut bukan berarti dapat
diterapkan untuk seluruh prosedur audit yang dapat digunakan dalam
pengujian-pengujian tersebut. Contoh, sampling audit secara luas di gunakan
dalam pemeriksaan (vouching), konfirmasi (confirming), dan penelusuran
(tracing), tetapi hal tersebut tidak biasa digunakan dalam pengajuan pertanyaan,
observasi, dan prosedur analitis.
2. Ketidakpastian dan Sampling Audit
Contoh, perhitungan auditor atas resiko pengendalian yang
mempengaruhi sifat (nature), waktu (timing), luas (extent) dan pemilihan staf
(staffing) atas prosedur-prosedur audit lainnya yang dilakukan.Ketidakpastian
yang melekat dalam audit sering disebut sebagai risiko audit. Sampling audit
menerapkan dua komponen risiko audit, yaitu :
1) Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa pengendalian intern tidak
dapat mendeteksi atau menghindari salah saji material dalam asersi
laporan keuangan.
2) Risiko Deteksi
Bahwa auditor tidak menemukan salah saji tersebut. Risiko terjadinya
peristiwaperistiwa negatif ini (adverse events) secara bersamaan dapat
dipandang sebagai suatu fungsi masing-masing risiko. Dengan
menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor
untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko
pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum
akan menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan
pengujian substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-
saldo akun atau kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.
3) Pengujian Rincian Risiko
Pengujian rincian risiko merupakan risiko bahwa salah saji material
tidak akan diungkapkan dengan pengujian rincian oleh auditor.
3. Risiko Sampling dan Risiko Non Sampling
1) Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit
dari populasi secara keseluruhan. Timbul dari kemungkinan bahwa, jika
suatu pengujian pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel,
kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang
akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua
unsure saldo akun atau kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel
tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari
pengendalian yang telah ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar
atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun atau
kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu,
risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran
sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya.
Pengujian pengendalian jenis risiko sampling berikut dapat terjadi :
a. Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the
risk of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian
tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas
operasi aktual dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika
diketahui, dianggap tidak cukup mendukung tingkat penilaian yang di
rencanakan
b. Atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk od
assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat
risiko pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas
operasi aktual dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika
diketahui, dianggap cukup untuk mendukung tingkat penilaian yang
direncakan
2) Risiko Non Sampling
Meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua
transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material. Risiko
nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak
semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu.
Sebagai contoh, Pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat
tidak dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko
nonsamplingjuga muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji
yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur
audit menjadi tidak efektif walaupun ia telah memeriksa semua data.
Risiko nonsampling dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat
diabaikan melalui cara-cara seperti perencanaan dan supervisi memadai (lihat
SA
Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi dan penyelenggaraan
praktik audit yang balk oleh kantor akuntan publik (lihat SA Seksi 161 [PSA
No.01] Hubungan Standar Auditing dengan Standar Pengendalian Mutu.

4. Teknik Sampling Audit


Auditor dapat menggunakan sampling untuk memeperoleh informasi
tentang beberapa perbedaan karakteristik populasi. Namun demikian,
kebanyakan sampel audit mengarah pada :
a. Tingkat penyimpangan (deviation rate)
b. Jumlah uang
Pada saat sampling statistik dugunakan, teknik sampel ini masing-
masing ditunjukkan sebagai sampling atribut dan sampling variabel.

1.2 MEMBEDAKAN BERBAGAI TEKNIK SAMPLING


Teknik sampling dibagi atas 2 yaitu:
1. Teknik Sampling probabilitas
Teknik sampling probabilitas dapat kita sebut dengan Random Sampling.
Random sampling/sampling probabilitas adalah sesuatu cara pengambilan sample
yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama untuk diambil kepada setiap
elemen populasi. Elemen populasi bias berupa data tentang orang/binatang, tentang
kejadian , tentang tempat, atau juga tentang benda.
a. Macam-macam sampling probabilitas:
1) Simple Random sampling
Merupakan suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat
diambil bila analisa penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat
umum. Setiap unsur populasi harus memiliki kesempatan sama untuk bias
dipilih menjadi sample.
2) Stratified Random Sampling
Merupakan suatu teknik sampling dimana populasi kita bagi kedalam
sub populasi, karena mempunyai karakteristik yang heterogen dan
heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan terhadap pencapaian
tujuan penelitian, maka penelitian dapat mengambil dengan cara ini.
3) Cluster Random Sampling
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara gugus. Populasi dibagi
kedalam satuan-satuan sampling yang besar yang disebut cluster. Berbeda
dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus
relatif heterogen.
4) Systematic Sampling Atau Sampel Sistematis
Merupakan teknik sampling jika peneliti dihadapkan pada ukuran
populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random,
cara pengambilan sample sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut
kepada
peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi
yang bias dijadikan sampel adalah yang “keberapa”
5) Area Sampling Atau Sample Wilayah
Merupakan teknik sampling yang dipaka ketika peneliti dihadapkan pada
situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
2. Teknik sampling NonProbabilitas/sample tidak acak
Teknik sampling nonprobabilitas adalah suatu teknik pengambilan sample
secara tidak acak. Tidak semua populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sample. Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling tidak
dilibatkan unsur peluang, sehingga tidak diketahui unsur peluang sesuatu unit
sampling terpilih kedalam sampling.
a. Macam- macam sampling NonProbabilitas:
1) Convenience Sampling/ sampel yang dipilih dengan pertimbangan
kemudahan Merupkan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak
mempunyai
pertimbangan lan kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil
sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada disitu atau kebetulan dia
menegnal orang tersebut.
2) Snowball sampling/ sampel bola salju
Merupakan teknik sampling yang banyak digunakan ketika peneliti
tidak banyak tau tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu
atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel.
3) Purposive sampling
Merupakan teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan
sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam
pengambilan sampel. Sampel diambil dengan maksud dan tujuan yang
diinginkan peneliti atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebu t memiliki atau
mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dibuat.
Pengambilan sampel ini dapat dibagi dua yaitu:
a) Judgment sampling
Merupakan teknik pengambilan sampling dimana sampel yang
dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia yang paling baik jika
dijadikan sampel penelitiannya.
b) Quota sampling
Merupakan teknik pengambilan sampling dalam bentuk
distratifikasikan secara proporsional, namun tidak dipilih acak melainkan
secara kebetulan saja.
4) Haphazard Sampling
Merupakan teknik sampling dimana satuan sampling dipilih
sembarangan atau seadanya, tanpa perhitungan apapun.
2.3 TAHAPAN SAMPLING AUDIT
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:
1. Menyusun Rencana Audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap
ini ditetapkan:
Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis
sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya
digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling
variabel. Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat
keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti
kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti. Populasi yang akan diteliti,
disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan. Asumsi-
asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan untuk
menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat
keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.

2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel


Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan
metode sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan
rumus/formula statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada
tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus
diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.

3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya
adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling
statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).

4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang
harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel
tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan
sampel tersebut.

5. Mengestimasi Keadaan Populasi


Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor
melakukan evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan
populasi. Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi
nilai interval populasi, dan sebagainya.

6. Membuat Simpulan Hasil Audit


Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor
membuat simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan
memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan
batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi
masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika
kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat
dipercaya.

Sampling Dan Risiko Audit

Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep


“sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat” yang diacu dalam standar pekerjaan
lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari
hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk
memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan yang
salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data
sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan ketidakpastian,
maka alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal ini jarang terjadi,
maka konsep dasar sampling menjadi lazim dalam praktik audit.

Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit


disebut risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadarinya tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit terdiri dari:
(a) risiko [meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control
risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan
keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan
transaksi lainnya, dan (b) risiko [risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak
akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit
dalam konteks tiga komponen risiko di atas.

a. Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan


transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada
saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.

b. Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas
desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang
relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.

c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa
100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena
ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor
mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara
keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.

Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai


faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko
pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan
menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian
substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau
kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.

Risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan


ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek
risiko audit adalah risiko sampling dan risiko nonsampling.

Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian


pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor
mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian
yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atas kelompok transaksi.
Dengan pengertian, suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter
atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yang secara
proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam
saldo akun atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel
tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran
sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingya.

Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap
semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material.
Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak
semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat
konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan
piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena auditor
mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal
yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah memeriksa
semua data
2.4 MENGAPLIKASIKAN TEKNIK SAMPLING DALAM PENGUJIAN
SUBSTANTIF
Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain untuk
menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari
saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu
adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akun-akun.

Pembahasan tentang sampling audit mencakup hal yang sangat luas. Untuk
sampling statistik dalam pengujian substantif pembahasan terfokus pada Classical
Variable Sampling. Perencanaan sampel meliputi pengembangan strategi
pelaksanaan audit. Standar Profesional Akuntan Publik 350. par 16 menyebutkan
berbagai faktor yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas
pengujian substantif. Faktor-faktor tersebut meliputi:

1. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai
2. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas
3. Tingkat resiko keliru menerima yang dapat diterima atau
4. Karakteristik populasi
Di samping faktor-faktor tersebut di atas auditor harus cermat dalam
mempertimbangkan pula hal-hal berikut ini:

1. Pemilihan sampel.
Unsur-unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel
dapat mewakili populasinya. Setiap unsur dalam populasi harus memiliki
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

2. Pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel.


Prosedur audit yang memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus
diterapkan terhadap setiap unsur sampel. Apabila ada unsur sampel terpilih yang
tidak diperiksa karena dokumen pendukungnya hilang misalnya, maka
perlakuan terhadap unsur itu tergantung pada dampak unsur itu terhadap
penilaian hasil sampel Auditor, dengan menggunakan judgement profesional-
nya wajib memproyeksikan salah saji hasil sampel terhadap unsur-unsur dalam
populasi yang menjadi asal sampel terpilih. Auditor wajib mempertimbangkan
aspek kualitatif suatu salah saji yang meliputi:

a. Sifat dan penyebab salah saji.


b. Kemungkinan hubungan antara salah saji dengan tahapan audit sebelumnya.
Jika auditor menemukan hasil sampel menunjukkan bahwa asumsi
perencanaan auditor tidak benar, ia harus mengambil tindakan yang dipandang
perlu, seperti:

a. Mengubah tingkat risiko yang ditentukan.


b. Memodifikasi pengujian audit yang lain yang telah dirancang berdasar
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian sebelumnya.
Auditor harus mengaitkan penilaian atau sampel dengan bukti audit
lain yang relevan dalam penarikan kesimpulan atas saldo-saldo akun atau
kelompok transaksi terkait. Auditor harus mempertimbangkan secara total
hasil proyeksi salah saji untuk penerapan sampling audit dan non sampling
audit, bersama-sama dengan bukti audit lain yang relevan, dalam rangka
penilaian auditor terhadap apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah
salah saji secara material. Rencana sampling untuk pengujian substantif harus
dirancang untuk:

a) Memperoleh bukti bahwa saldo akan tidak mengandung salah saji yang
material
b) Membuat estimasi independen atas jumlah tertentu seperti menilai
sejumlah persediaan yang tidak mempunyai nilai buku
Dalam menyelenggarakan pengujian substantif, auditor memperhatikan
dua aspek penting dari risiko sampling yaitu risiko keliru menerima (risks of
incorrect acceptance) dan risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection).

1) Risiko keliru menerima sering disebut juga dengan risiko Beta (Beta Risk)
Merupakan risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel
bahwa saldo akun bebas dari salah saji yang material, padahal pada
kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material. Risiko keliru
menerima ini berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap
ada tidaknya salah saji yang material. Jadi, risiko keliru menerima atau Beta
Risk merupakan kesempatan bukti statistik untuk mendukung pernyataan
wajar atas nilai buku yang mengandung salah saji yang material. Dengan
demikian, auditor yang tidak selayaknya memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian, akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Risiko
keliru menerima dikendalikan auditor dengan cara melakukan penyesuaian
presisi rasio, risiko Alpha, dan materialitas.
2) Risiko keliru menolak sering disebut juga dengan resiko Alpha (Alpha
risk)
Merupakan risiko bahwa auditor mengambil kesimpulan berdasarkan
hasil sampel bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal pada
kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Risiko keliru
menolak berkaitan dengan efisiensi audit. Meskipun audit dilaksanakan
kurang efisien dalam kondisi tersebut tetapi audit tetap dilaksanakan secara
efektif.

Jadi, resiko keliru menolak atau Alpha Risk merupakan kesempatan


bukti statistik yang mungkin gagal untuk mendukung pernyataan wajar atas
nilai buku yang tepat. Dengan demikian, auditor yang selayaknya memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian, akan memberikan pendapat tidak wajar,
pendapat wajar dengan pengecualian, atau menolak memberikan pendapat.
Tipe kesalahan ini biasanya dihasilkan dalam pengujian item sampel tambahan.
Risiko Alfa merupakan komplemen dari reliabilitas yang dispesifikasikan
auditor saat penghitungan ukuran sampel. Risiko Alpha dikendalikan auditor
dengan menaikkan atau menurunkan tingkat reabilitas.

2.5 MENGAPLIKASIKAN TEKNIK SAMPLING DALAM PENGUJIAN


PENGENDALIAN
1. Pengujian Pengendalian / Menilai Resiko Pengendalian (Assessing
Control Risk)
Assessing Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi
pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang
material dalam laporan keuangan (AU 319.47).
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor
dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam
asersi laporan keuangan. Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian
resiko, seorang auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian
pengandalian internal sebelum memutuskan apakah entitas tersebut dapat diaudit
(auditabilitas). Ada dua factor yang menetukan auditabilitas, yaitu :
A. Integritas Manajemen
Jika manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian besar auditor
tidak akan menerima penugasan audit. Oleh karena itu, untuk melakukan penilaian
pengendalian risiko seorang auditor harus memastikan apakah manjemen entitas itu
sudah memiliki integritas yang jelas.
B. Kelengkapan catatan akuntansi
Catatan akuntansi merupakan sumber bukti audit yang penting bagi
sebagian besar tujuan audit. Disini seorang auditor juga harus memeriksa apakah
semua jenis laporan keuangan entitas tersebut sudah lengkap atau belum. Jika
belum lengkap maka auditor melakukan tugasnya.
Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian
pendahuluan atas resiko pengendalian terlebih dahulu sebagai bagian dari penilaian
resiko salah saji yang material secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran
ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah
salah saji yang material atau mendeteksi dan mengoreksi jika salah saji itu sudah
terjadi.
Penting untuk diingat bahwa penilaian resiko pengendalian dibuat untuk
asersi individual, bukan untuk pengendalian intern secara keseluruhan, komponen
pengendalian intern individual atau kebijakan atau prosedur individual.
Dalam membuat penilaian resiko pengendalian untuk suatu asersi, penting
bagi auditor untuk :

1.) Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh Dari Prosedur Untuk


Memperoleh Suatu Pemahaman
Auditor melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman
mengenai pengendalian intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan.
Ketika auditor memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian intern,
biasanya ia akan membuat pertanyaan, mengamati pelaksanaan tugas dan
pengendalian serta memeriksa dokumen-dokumen yang akan menjadi bukti untuk
mengizinkannya menilai resiko pengendalian dibawah maksimum.

2.) Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi
Entitas

Beberapa kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak computer


yang menghubungkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam
kuesioner yang terkomputerisasi dengan salah saji potensial untuk asersi-asersi
tertentu. Tapi, auditor perlu memahami bahwa sistem pendukung keputusan yang
terkomputerisasi digunakan untuk mengevaluasi dan menilai salah saji potensial
intern yang dapat muncul dalam asersi laporan keuangan tertentu. Salah saji
potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi kelas transaksi utama dan yang
berhubungan dengan saldo akun yang signifikan, seperti kas dan hutang usaha.

3.) Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian Yang Diperlukan


Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan
yang mungkin dapat mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji
potensial tertentu dengan menggunakan perangkat lunak computer yang
memproses jawaban kuesioner pengendalian intern atau dengan cara manual
dengan menggunakan daftar (check list).
4.) Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan
computer, bukti pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personil an
mengamati personil klien dalam melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap
pengujian pengendalian seharusnya menyediakan bukti mengenai efektifitas dari
rancangan dan operasi dari pengendalian yang dibutuhkan. Sebagai contoh,
dengan menggunakan teknik audit dengan bantuan computer untuk menguji bahwa
computer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan pemasukan
dalam pengeluaran kas, auditor memperoleh bukti mengenai efektivitas
pengendalian terhadap transaksi peneluaran kas.

5.) Mengevaluasi Bukti Dan Membuat Penilaian


Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi laporan keuangan
didasarkan pada pengevaluasian bukti yang diperoleh dari prosedur untuk
memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern dan pengujian
pengendalian yang berhubungan. Menentukan tingkat resiko pengendalian yang
dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional.
Pengevaluasian bukti melibatkan pertimbangan kuantitatif maupun
kualitatif. Dalam menarik suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai
efektifitas pengendalian intern, auditor sering kali menggunakan petunjuk
mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di tolerasni, yang biasanya
diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan pengendalian yang
sesuai.
2. Merancang Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi efektifitas
operasi dari suatu pengendalain berkaitan dengan bagaimana pengendalian
diterapkan, konsistensi ketika pengendalian diterapkan selama periode, dan oleh
siapa pengendalian diterapkan. Prosedur untuk pengujian yang digunakan sebagai
pendukung pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang berkenaan dengan
pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Tanya jawab dengan pegawai
Tanya jawab sudah merupakan bahan bukti yang pantas. Misal, Auditor
memutuskan bahwa orang yang tidak terotorisasi tidak di ijinkan mempnya akses
terhadap berkas computer dengan tanya jawab dengan orang yang mengawasi
perpustakaan Komputer.
b. Pemerikasaan dokumen, catatan, dan laporan
Kegiatan dan perosedur yang berkaitan dengan pengendalian memberikan bahan
bukti documenter yang jelas. Misal transaksi penjualan akan meninggalkan jejak
dokumen berupa faktur penjualan dan dokumen pengiriman. Auditor memeriksa
dokumen untuk meyakinkan bahwa proses telah selesai dan ditandingkan dengan
pantas dan bahwa terhadap tandatangan atau inisial yang diperlukan.
c. Pengematan aktivitas berkenaan dengan pengendalian
Jenis aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian lainnay tidak meninggalkan
jejak bahan bukti. Misalnya pemisahan tugas tidak menghasilkan dokumentasi
sebagai pelaksanaanya.
d. Pelaksanaan ulang prosedur klien
Terhadap aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian yang mempunyai
dokumen dan catatan, tetapi isinya tidak mencukupi untuk kepentingan auditor
dalam menetapkan apakah pegendalian berjalan dengan efektif. Misalnya,
aktivitas verifikasi oleh pegawai klien atas hargapada faktur penjualan dan daftar
harga yang sudah ditetapkan. Auditor akan melaksanakan kembali prosedur
dengan menelusuri harga jual kedaftar harga pada tanggal transaksi, jika tidak
ditemukannya adanya salah saji, Auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur
berjalan seperti yang diinginkan.

3. Luas Pengujian
Berkenaan degan besar sempel yang akan diuji. Luas pengujian atas pengendalian
dipengaruhi oleh resiko pengendalian yang ditetapkan dalam perencanaan.
Semakin rendah risiko pengendalian maka akan semakin luas pengujian atas
pengendalian yang harus dilakukan.
Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak
bukti yang dihimpunkan mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan perosedur
pengendalian. Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat
risiko pengendalian yang telah ditetapkan dalam perencanaan oelh auditor.
Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang di tetapkan, semakin banyak
bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Bagi klien lama , luas pengujian dipengaruhi pula oleh penggunaan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Menggunakan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan
tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai
kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit
tahun sebelumnya.
Faktor-faktor berikut mempengaruhi tingkat keyakinan atas bukti-bukti yang
diperoleh dari pengujian pengendalian :
1. Jenis Bukti
Jenis bukti untuk pengujian pengendalian meliputi pertanyaan, pemerikasaan
dokumen dan laporan, pengamatan, pelaksanaan ulang dari pengendalian atau
teknik audit yang dibantu oleh computer. Dalam pelaksanaan pengujian, auditor
memilih prosedur yang akan menyediakan bukti yang paling dapat diandalkan
mengenai efektifitas pengendalian.
2. Sumber Bukti
Sumber bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan bagaimana
auditor memperoleh bukti baik yang secara langsung seperti melalui pengamatan,
memberikan keyakinan yang lebih besar dari pada bukti yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui penarikan kesimpulan.
3. Ketepatan Waktu Bukti
Ketepatan waktu bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan
kapan bukti diperoleh dan bagian dari periode audit dimana bukti diterapkan,
seperti pengamatan yang berkenaan dengan titik waktu dimana bukti
diaplikasikan. Oleh karena itu, pengamatan tidak cukup hanya untuk
mengevaluasi efektifitas periode yang bukan subjek dari pengujian.
Bukti yang diperoleh selama proses audit mengenai rancangan dan
pengoperasian yang efektif dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam
menilai resiko pengendalian.
Pengevaluasian penggunaan bukti yang diperoleh dalam audit seharusnya
mempertimbangkan :
§ Signifikansi dari asersi yang terlibat
§ Pengendalian tertentu yang dievaluasi selama audit
§ Tingkat evaluasi rancangan atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian
tersebut
§ Hasil pengujian pengendalian yang digunakan untuk pengevaluasian tersebut
§ Bukti mengenai rancanagan atau pengoperasian yang data dihasilakan dari
pengujian substantive yang dilaksanakan dalam audit.

4. Keberadaan Bukti Lain


Auditor seharusnya mempertimbangkan keberadaan bukti lain dari
pengujian pengendalian, dan dampak kombiansi dari berbagai bukti yang
berhubungan dengan asersi yang sama, dalam mengevaluasi tingakat keyakinan
yang disediakan oleh pengujian pengendalian. Dalam beberapa situasi, bukti
tunggal mungkin tidaka akan cukup untuk mengevaluasi rancangan atau
pengoperasian yang efektif dari pengendalian. Seperti yang telah dinyatakan
sebelumnya, hanya dengan mengajukan pertanyaan biasanya auditor tidak akan
menghasilkan bukti yang cukup untuk mendukung suatu kesimpulan mengenai
pengoperasian yang efektif dari pengendalian intern. Alternatif lain, auditor
mungkin mengamati bahwa seorang programmer computer tidak memiliki akses
untuk mengoperasikan computer.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaan
auditnya secara efektif dan efisien. Auditor harus dapat mengumpulkan bukti yang
akurat dengan mempertimbangkan efisiensi biaya dan waktu. Auditor dapat
menggunakan Audit sampling. Ada dua metode dalam audit sampling, yaitu
nonstatistik sampling dan statistik sampling. Dari beberapa hasil penelitian di beberapa
negara menunjukkan bahwa sebagian besar auditor internal, auditor eksternal maupun
auditor pemerintah lebih banyak menggunakan nonstatistical sampling. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor kemampuan auditor menggunakan audit
sampling, persepsi auditor terhadap metode audit sampling dan persepsi terhadap
risiko. Dari beberapa hasil penelitian, terungkap pula bahwa auditor yang menggunakan
nonstatistical sampling tidak memperhitungkan bias dalam evaluasinya. Penggunaan
nonstatistical sampling juga terbukti lebih banyak menimbulkan masalah dibanding
penarikan sampel dengan menggunakan statitical sampling. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebenarnya statistical sampling merupakan metode yang lebih objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2018. Auditing 1 Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP
STIM YKPN.

https://accounting.binus.ac.id/2018/11/26/sampling-dalam-audit/
https://www.kompasiana.com/muh_roni/56384df8d49273f8065cf956/sampling-audit?page=4
https://www.academia.edu/15707043/MACAM-MACAM_TEKNIK_SAMPLING

http://memebali.blogspot.com/2013/07/sampling-audit.html

Anda mungkin juga menyukai