Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CARSINOMA ENDOMETRIUM

Sartika Sigar, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi
a. Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari
endometrium atau miometrium . biasannya juga terdapat jaringan lain yang
menyerupai edometrium pada lokasiselain dinding uterus dan bersifat progresif
( Chang, Dkk 2009)
b. Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau
pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti
buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin (Whoellan 2009).
c. Karsinoma endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium,
umumnya dengan diferensiasi gladular dan berpotensi mengenai miometrium dan
menyebar jauh. (WHO, 2003)
d. Kanker endometrium merupakan tumor Ganas primer yang berasal dari
endometrium atau myometrium yang sebagian besar adalah adenokarsinoma.
(Anderton, 201)
e. Kesimpulan : Kanker endometrium adalah tomor ganas pada epitel primer
endometrium yang di diferensiasi gladular akan menyebar hingga mengenai
miometrium dan menyebar ke sekitanrya yang bersifat progresif.

- Anatomi dan fisiologi organ terkait


Endometrium merupakan lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai hasil
implan tetap atau bakal tempat hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan
endometrium berprolifersi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian tidak ada
pembuahan / implantasi endometrium kemudan keluar lagi berupa darah atau
jaringan haid.jikaada pembuahan endometrium di pertahankan sebagai tempat
konsepsi. Fisiologi endometrium di pengaruhi oleh hormon-hormon ovarium. Dinding
uterus terdiri atas tiga lapisan yaitu perimetrium, miometrium dan endometrium

Gambar.1 Penebalan Dinding Rahim Gambar.2


Carsinoma Endometrium
2. Etiologi
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah
dikemukakan ( Baradero dkk, 2005 di kutip dalam Cahyati 2008) :
a. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
b. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
c. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai
ke rongga pelvis.
d. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis.
e. Faktor genetik : Genetik yang di bawah atas garis keturunan dimana generasi ibu
yang menderita Ca Endometrium mempunyai resiko pada anaknya ataupun
generasi di bawahnya.
f. Kondisi medis : wanita manopause dengan diabetes menyebabkan dua-sampai tiga
kali lebih besar beresiko jika di serta dengan obesitas.

Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti yang di kemukkan


Chang,dkk (2009) :
a. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba
pada saat menstruasi.
b. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun
teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen
c. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi
jaringan endometrium.

Beberapa factor resiko munculnya kanker endometrium


a. Faktor resiko reproduksi dan menstruasi.
Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai resiko tiga kali
lebih besar menderita kanker endometrium di banding multipara. Hipotesis
bahwa fertilitas menjadi factor resiko kanker endometrium.Adanya siklus
anovulasi, kadar androstenedion serum yang tinggi, tidak mengelupasnya lapisan
endometrium setiap bulan, efek dari kadar esterogen bebas dalam serum yang
rendah merupakan perubahan biologis yang terjadi pada infertilitas. (Schorge JO,
et sl, 2008)
b. Usia menarche dini (<12 tahun)
c. Hormon : hormone endogen misalnya peningkatan Kadar esterogen abnormal
seperti polycystic ovarian disease dan hormone eksogen pasca menopause ( terapi
suli hormone esterogen)
d. Kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral mengandung esterogen tinggi dan rendah progestin
e. Tamosikfen
Beberapa penelitian mengindikasikan adanya peningkatan resiko kanker
endometrium 2-3 kali lipat pada pasien kanker payudara yang diberi terapi
tamoksifen
f. Obesitas
Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan sampai 3 kali resiko kanker
endometrium, karena obesitas adalah penyebab paling umum peningkatan
produksi esterogen endogen.
g. Faktor diet
Diet yang mengandung lemak hewani yang tinggi meningkatkan resiko kanker
endometrium.
h. Kondisi medis
Wanita premenapause dengan DM resiko kanker endometrium meningkat 2-3 kali
lipat.
i. Faktor genetic
Wanita dengan riwayat kanker resiko kanker endometrium meningkat , begitu
pula bila dalam keluarga memeliki riawayat kanker endometrium.
j. Merokok
wanita perokok resiko kanker endometrium setengah kali lebih tinggi di banding
yang bukan perokok.
k. Ras
Kanker endometrium sering terjadi pada ras kulit putih
l. Faktor resiko lainnya
Peningkatan pendidikan dan ekonomi meningkatan konsumsi obat mengandung
esterogen untuk rendahnya paritas.

3. Patofisiologi
Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase
yang berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-
12% dari kanker endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari
kelainan kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi
masa depan bagi penderita kanker endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat
dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi endometrium, yaitu dengan
menghambat proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen
pada karsinoma endometrial. (Chiang W.2012)
Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat
menyebabkan peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat
cukup progesteron, salah satu hormon sex yang penting pada wanita. (Chiang
W.2012)
Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari dan terdapat 2 fase. Pada 2
minggu pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan
lapisan sel uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya,
hormon sex yang dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan
kematangan sel sehingga lapisan uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang
sudah difertilisasi. (Chiang W.2012)
Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium)
akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia
simpleks. Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan
uterus. Hal ini disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel menjadi atipikal dan
menunjukkan perilaku yang menyimpang. (Koplajar M.2012)
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan
pada beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama,
mengkonsumsi estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi
tiroid, penyakit hepar. (Koplajar M.2012)

4. Manifestasiklinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan
pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa (Isdaryanto, 2007
dikutip dalam Cahyati, 2008 :
a. Perdarahan rahim yang abnormal
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40 tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging,
menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 1988
yang di kutip dalam Chang :
Tingkat Kriteria
   0 Karsinoma In Situ, lesiparaneoplastik seperti hyperplasia
adenomatosa endometrium atau hyperplasia endometrium atipik
   I Proses masih terbatas pada korpus uteri
   IA Tumor terbatas pada endometrium (miometrium intak)
   IB Invasi miometrium minimal, kurang dari separuh miometrium
   IC Invasi miometrium lebih dari separuh tebal miometrium
   II Proses sudah meluas ke servik, tapi tidak meluas ke atas uterus
   IIA Keterlibatan kelenjar endoserviks
   IIB Sudah melibatkan stroma serviks
   III Proses sudah keluar uterus,tapi masih berada dalam panggul kecil
   IIIA Invasi cairan serosa uterus, adneksa, atau hasil positif pada sitologi
cairan peritoneum
   IIIB Invasi ke vagina
   IIIC Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau paraaorta
   IV Proses sudah keluar dari panggul kecil
   IVA Invasi ke kandung kemih dan/atau rectum
   IVB Metastasis jauh, termasuk ke organ visera atau KGB inguinal

5. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Seperti halnya operasi
lainnya, biaya yang dikeluarkan tidak murah. Kerumitan operasi tergantung kepada
tingkat stadium kanker tersebut. Selanjutnya ada juga dengan radiasi atau penyinaran
namun memiliki dampak yang beragam tergantung kepada kondisi dan stamina
penderita. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling mahal karena
memerlukan proses yang berulang untuk menuntaskannya.

b. Terapi

Dua pendekatan terapi kanker endometrium, yaitu pembedahan dan radioterapi


ataupun kombinasi, pemilihan jenis terapi dipengaruhi oleh stadium, jenis histologi,
dan jenis differensiasi. Pembedahan stadium 1 yaitu histerektomi total dan salpingo-
ooveroktomi bilateral dan limfadenektomi pelvis dan para-aorta. Pembedahan dengan
laparotomi ataupun dilakukan dengan laparoskopi. Pembedahan laparoskopi
mempunyai keuntungan perdarahan yang lebih sedikit, komplikasi intra-post operatif
yang lebih rendah serta masa perawatan yang lebih singkat dibandingkan dengan
laparotomi, tetapi mempunyai waktu pembedahan yang lebih lama.
Medroxyprogesterone acetate (MPA) digunakan pula sebagai terapi adjuvant,
terutama pada kanker endometrium tipe 1. MPA tidak meningkatkan survival, tetapi
meningkatkan masa bebas tumor (Deseases free survival).

1) Pengobatan stadium I
a. Terapi pembedahan tanpa terapi adjuvant

Penderita kanker endometrium stadium < IB dengan derajat differensiasi baik atau
sedang, tidak perlu diberikan terapi adjuvant. Terapi pembedahan saja tanpa adjuvant
karena merupakan kelompok risiko rendah, hanya dimungkinkan bila pengobatan
primer adalah pembedahan.

b. Radioterapi prabedah

Dua modal utama radioterapi prabedah yaitu radiasi eksterna dan brakhiterapi.
Radioterapi prabedah diberikan dengan tujuan untuk menurunkan kejadian
kekambuhan dipuncak vagina, dan mencegah metastastis saat atau akibat
pembedahan.
Sehingga pemberian radioterapi prabedah sudah mulai ditinggalkan. Terapi
sebagai pengetahuan mungkin kiranya perlu dijelaskan tentang terapi radioterapi
prabedah pada kanker endometrium karena beberapa pusat pelayanan masih
menggunakan metode ini.
         Pada stadium I (stadium klinik)
Radiasi prabedah pada stadium I adalah brakhiterapi, dengan brakhiterapi tidak
akan mempengaruhi histopatologi dari uterus. Setelah diberikan brakhiterapi
segera dilanjutkan dengan pembedahan.
         Pada stadium II (stadium klinik)
Radiasi prabedah yang diberikan adalah radiasi eksterna.

c. Pengobatan pembedahan

Pembedahan pada kanker endometrium bertujuan mendiagnosis/ penepatan


stadium dan tujuan pengobatan. Berdasarkan spesimen pembedahan akan dapat
ditetapkan stadium pembedahan kanker endometrium. Beberapa faktor prognosis
kanker endometrium didapatkan dengan pemdedahan antara lain kedalaman invasi,
keadaan kelenjar getah bening, sitologi cairan peritoneum. Dengan demikian
pembedahan yang tidak lengkap akan menyulitkan penepatan stadium yang tentunya
bedampak pada kesulitan pemilihan terapi.

Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua


tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel
tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang
mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar
tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah
ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium
(lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya. Bila tumor
berderajat differensiasi yang buruk (G3), merupakan indikasi untuk terapi adjuvant
radiasi. Tumor stadium IA, IB dengan derahat differensiasi yang baik (G1) dang
sedang (G2) umumnya tidak diberikan terapi adjuvant.
Stadium II berarti terdapat invasi tumor pada serviks, penatalaksanaan kanker
endometrium stadium II hampir sama dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada
kanker serviks, keadaan ini karena metastatisnya tidak berbeda dengan pola metastatis
pada kanker serviks uterus. Pembedahan histerektomi radikal dengan limfadenektomi
pelvis merupakan salah satu pilihan terapi pembedahan. Pembedahan histerektomi
radikal dilakukan pada karsinoma endometrium karena 8-28 % karsinoma
endometrium stadium II telah bermetastatis ke parametrium dan 25 % mengalami
mestastatis ke kelenjar getah bening pelvis. Pembedahan dapat pula dilakukan dengan
melakukan pembedahan kanker endometrium standart, tetapi pasca bedah harus
diberikan terapi adjuvant radioterapi. Hasil pembedahan histerektomi radikal lebih
baik dibandingkan dengan pembedahan non-radikal. Survival 5 tahun pada yang non-
radikal dan yang radikal 79 % dan 94 %, sedangkan untuk survival 10 tahun 74 % dan
94 %.
Sadium III sebagian masih memungkinkan pembedahan. Walaupun demikian
sebagian besar stadium III yang tidak memungkinkan pembedahan maka, terapi
radioterapi merupakan pengobatan terpilih. Perluasan ke parametrium yang mencapai
panggul seringkali menyulitkan pembedahan, pada keadaan demikian terapi
radioterapi merupakan terapi pilihan. Pada keadaan tertentu, dengan tumor yang
perluasannya masih memungkinkan pembedahan, maka pembedahan dapat dilakukan
dan dilanjutkan dengan adjuvant radioterapi.
Sebagai terapi terhadap proses primer maka radioterapi merupakan pilihan,
pemberian radioterapi pelvis juga bertujuan untuk menghentikan perdarahan.
Kemoterapi ataupun pemberian terapi hormonal bila metastastis sudah meluas atau
sistemik. Pemberian radioterapi lokal umumnya diberikan pada metastatis ke tulang
ataupun metastatis ke serebral.
Pembedahan pada kanker endometrium dapat dilakukan, pembedahan yang
dilakukan adalah pembedahan sitoreduksi, setelah pebedahan dilanjutkan dengan
terapi adjuvant radiasi. Radiasi adjuvant yang diberikan dapat berupa radiasi saja,
kemoradiasi. Survival 5 tahun kanker endometrium yang mendapat terapi radiasi
antara 10-20 %. Pembedahan sitoreduksi yang optimal (residu_< 1 cm), survival 5
tahun pada pembedahan yang optimal dapat mencapai 68-70 %. Median survival
sitoreduksi optimal mencapai 48 bulan, sedangkan yang sub-optimal mencapai 25
bulan. Adjuvant kemoradiasi memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
radiasi saja. Median survival dengan terapi adjuvant radiasi saja 15 bulan, kemoterapi
saja 13 bulan sedangkan kemoradiasi (cis-platinum) median survivalnya 54 bulan,
hasil ini bermakna. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya
menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan
terapi penyinaran dan pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien
kanker endometrium menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan
penyinaran. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil
ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang
tersisa). Stadium I dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien
dengan risiko rendah (stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan
pasca operasi. Radiasi adjuvan diberikan kepada : Penderita stadium I, jika berusia
diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi melebihi setengah miometrium. Penderita
stadium IIA/IIB, Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri
(Prawirohardjo, 2006). Selain itu pemberian obat kemoterapi untuk membunuh sel
kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan
mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker
endometrium :
1) Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk
mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah
sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.
2) Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung
suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa
hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.

6. Komplikasi

a. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan
kolon atau ureter.
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
c. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
d. Infertilitas, di temukan pada 30% - 40% kasus pada endometriosis

1. 7. Pathway

Faktor penyebab : Obesitas, Teori Lain Toksik Genetik


hiperplasia
atau kegemukan

Peningkatan Reaksi Endometriosis Makrofak masuk Metabolit Gangguan


konversi estrogen keluar dari rahim melalui oksidatif Mensturasi
pembuluh darah

Adhesi jaringan tuba Pertumbuhan Peningkatan


fallopi & uterus endometriosis yang Koevalen protein &
salah DNA

Sekresi
Transpor ujung-ujung
estrogen dan
fimbria terhambat Kerusakan
Penebalan jaringan progesteron
oksidatif DNA
terhambat

Infektil
endometrium Nekrosis Perdarahan
CA. Endometirum jaringan daerah pelvic

Kurang Perdarahan
Penatalaksanaan
pengetahuan berulang

Takut
Histrektomi Perlekatan
gumpalan di daerah
ansietas Anemia pelvic

Stadium IIIb, Efek Anastesi Diskointunitas O2 ke jaringan


Lebihnya jaringan menurun Nyeri
Peristaltik
Penatalaksanaan menurun Ketidakefektifan
Radioterapi atau
perfusi jaringan
kemoterapi Nyeri Resti Nyeri Haid
Infeksi
Peningkatan Absorbsi Nyeri BAB,BAK
Efek dari air di kolon
Nyeri bersenggama
penatalaksanaan Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Resiko konstipasi Gangguan integritas kulit
Gangguan Pola
Gangguan citra Tubuh Seksual

B. Konnsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

a. Identitas  
Nama Ibu              :                                                Nama Suami     :
Umur                     : Umur               :
secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan sebelum usia 49 tahun.
Suku /bangsa         :                                              
Agama                   :                                              
Pendidikan            : Pendidikan dan status social ekonomi diatas rata-rata meningkatkan risiko
terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi terapi pengganti estrogen dan rendahnya
paritas.
Pekerjaan               :                                               Pekerjaan         :
Alamat                  :                                               Alamat            :
No Telp                 :                                               No Telp           :

b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama.

c. Status Kesehatan
1. Riwayat Menstruasi         
a. Menarche  : Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko
kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.
b. Siklus  : dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih panjang (banyak
atau bercak)
c. Jumlah  : lebih banyak
d. Lamanya  : dapat memanjang
e. Sifat Darah            : encer atau bergumpal
f. Teratur / tidak       : mengalami perubahan
g. Dismenorhea         : dapat terjadi
2. Riwayat Penyakit yang lalu:
Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh ibu khususnya
penyakit ginekologi,diabetes dan hipertensi.
3. Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker endometrium berisiko pada wanita
yang memiliki riwayat genetik.
4. Riwayat Sosial Budaya
a. Status Emosional :Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan
penyakitnya.
b. Tradisi    : Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya (merokok atau
perokok pasif), sirkumsisi.
5. Riwayat Penyakit Sekarang:
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan
pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya keputihan, keluhan lain yang
disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh
darah dan limfe.

d. Pemeriksaan Umum
 Keadaan Umum :
 TTV
TD :.... MMhg ( Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita pancamenopause
dengan obesitas )

 Nadi :.....X/Menit
 Pernapasan : .......X/Menit
 Suhu: ......X/Menit
 BB : ......Kg (Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Kelebihan
13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan
di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai 10x lipat )

e. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk, kebersihan, ada luka, keluhan lain
b. Rambut
Warna, kebersihan, mudah rontok.
c. Dahi
Bentuk, ada luka/ tidak
d. Mata
Kesimetrisan, konjungtiva anemis/tidak, refleks pupilterhadap cahaya, fungsi
penglihatan, pergerakan bola mata, nyeri tekan tidak, keluhn lainnya.
e. Muka
Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
f. Telinga
Simetris/tidak, kebersihan, fungsi pendengaran, keluhan lain.
g. Hidung
Bentuk hidung, kebersihan, fungs penciuman, ada keluhan tidak.
h. Leher
Peningkatan JVP, pem. KGB, ada keluhan/ tidak
i. Jantung dan paru
Suara nafas dan bunyi jantung, irama jantung dan suara perapasan.
j. Payudara
Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran)..
k. Abdomen
Bentuk, warna kulit, bising usus, ada keluhan / tidak, ada luka operasi/tidak
l. Punggng
Kebersihan, ada luka/tidak, keluhan lain
m. Genetalia
Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan, berbau amis atau busuk,
dapat bercampur darah, purulent), perdarahan. Terdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor
papiller, tumor eksofitik
n. Ekstremitas
Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah       

2. Analisa Data

N Data Etilogi Masalah keperawatan


o
1 DS: Faktor etiologi Nyeri
 Klien mengatakan terasa
sakit pada derah perut Ca. Endometrium
bagian bawah.
 Klien mengatakan ia Histrektomi
susah untuk bergerak
DO : Diskontuinitas jaringan
 Skala nyeri 4-6 dari 10 (
Numerik Ratting skale Nyeri
 Wajah meringis
 TTV :
TD :> 130/80 mmhg
S : 36.7
RR : 24x
N : 86x
2 DS : Gangguan sekresi Estrogen dn Ketiakefektifan perfusi
 Klien mengatakan ia progesteron jaringan
merasa lemas
DO : Perdarahan pelvic
 Perdarahan 100-500
CC Berulang
 Klien nampak pucat
 Konjungtiva anemis Anemi
 Turgor kulit jelek
O2 ke otak menurun
 Ekstermitas dingin
 Nadi 60x/m
Ketidakefektifan perfusi jaringan
3 DS : Faktor etiologi Ansietas
Klien menanyakan tentang
keadaan dirinya. Ca. Endometrium
Klien mengatakan ia takut
dengan keadan dia sekarang
DO :
Histrektomi
- Klien nampak
bingung dan terus
bertanya Kurang pengetahuan
- Wajah meringis
- Klien nampak takut
Ansietas
4 DS : klien mengatakan : Faktor etiologi Kerusakan integritas kukit
- kulitnya kering
- kulitnya bersisik Ca. Endometrium
- kulitnya mulai
kemerahan Penatalaksanaan radioterapi/kemoterapi
DO :
 kulit kering Efek penatalaksanan
 kulit bersisisk
 eritema pada kulit Kerusakan integritas kulit
5 DS : klien mengatakan : Faktor etiologi Gangguan pola seksual
- tidak dapat
melakukan Ca. Endometrium
hubungan seksual
- keluarnya dari Penatalaksanaan radioterapi/kemoterapi
vagina
- keluarnya cairan Efek penatalaksanan
putih dari vagina
Gangguan pola seksual
6 DS : klien mengatakan : Faktor etiologi Gangguan pemenuhan
- Merasa Nutrisi
mual/muntah, Ca. Endometrium
- Tidak ada napsu
makan Penatalaksanaan radioterapi/kemoterapi
- Tidak mampu
menghabiskan 1 Efek penatalaksanan
porsi makanan.
- Berat badan Gangguan pemenuhan nutrisi
menurun
DO :
 BB trun 2-3 kg
 Porsi makan sulit di
habiskan
7 DS : Faktor etiologi Resti Infeksi
- Klien mengatakan
ada luka pasca Ca. Endometrium
operasi
- Klien mengatakan Histrektomi
balutan diganti per 3
hari Diskontuinitas jaringan
DO :
- Ada luka post op Resti Infeksi
tertutup verban
- Keadaan luka agak
kemererahan

8 DS : Faktor etiologi Resti Kostipasi


- Klien megatakan
Ca. Endometrium
kemarin baru di
operasi
Histrektomi
- Klien mengatakan
Efek anastesi
belum BAB dari
kemarin Penurunan peristaltik usus
Do :
Peningkatan absorbsi air di kolon
- Bising usus belum
Resti konstipasi
terdegar
- Klien nampak
bingung

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Penanganan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan akibat kanker endometrium.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemia jaringan daerah
supra pubic
3. Gangguan pola seksual berhubungan dengan koitus yang nyeri akibat nekrosis jaringan
akibat kanker endometrium.
b. Post Penanganan Operasi, Radiasi, Chemoterapi
1. Gangguan pemenuhuan nutrisi berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat
kemoterapi
2. Kerusakan integritas kulit berhungan dengan efek kemoterapi
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi
4. Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahanototabdomen pasca operasi
5. Resti infeksi berhubungan dengan luka pasca operasi
6. Ansitas berhubungan dengan kesiapan sebelum ataupun sesudah operasi, keadaan
diagnosis penyakit.

4. Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan: agen pencedera fisiologis (Neoplasma, iskemia), agen


pencedera fisik (Prosedur operasi)
Intervensi Rasional
1. Pantau Nyeri (identifikasi lokasi, 1. nyeri adalah pengalaman subjektif
karakteristik, durasi, frekuensi yang tampil dalam variasi respon
kualitas, intensistas nyeri, skala nyeri, verbal maupun non verbal yang
respon verbal maupun non verbal, bersifat individual sehingga perlu
factor yang memperberat dan digambarkan secara rinci untuk
meringankan nyeri) menentukan intervensi yang tepat
2. Berikan tehnik nonfarmakologis 2. membantu menurunkan persepsi
untuk mengurangi nyeri (mis: teknik respon nyeri dengan memanipulasi
relaksasi, distraksi, visualisasi, terapi adaptasi fisiologis tubuh terhadap
musik). nyeri.
3. Kontrol ruangan yang memperberat 3. Menurunkan rangsangan nyeri
rasa nyeri dan tunjukan perhatian eksternal yang dapat memperburuk
yang tulus pada klien keadaan nyeri terjadi.
4. Edukasi klien tentang nyeri 4. Meningkatkan pengetahuan klien
(penyebab, strategi meredakan nyeri, dalam penanganan nyeri secara
dan penggunaan analgetik yang tepat) mandiri.
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. untuk mengurangi rasa nyeri
analgetik

2. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


haemoglobin
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian komprehensif 1. Menilai status hipovolemik klien.
terhadap sirkulasi perifer. 2. Meningkatkan sirkulasi sitemik pada
2. Tinggikan posisi kepala tempat tidur ekstermitas
pasien 30 derajat 3. Mengurangi resiko ateroskleroris yang
3. Pantau staus cairan termasuk asupan dan selanjutnya menurunkan sirkulasi
haluaran perifer.
4. Pantau ketidaknyamana klien 4. Monitoring gejala syok pada asien
saataktifitas 5. Mengindikasikan aliran arteri kembali
5. Pantau TTV dan cek frekuensi nadi normal.
perifer tiap 4 jam 6. Mengurangi resiko kerusakankulit
6. Ubah posis tiap 2 jam

3. Ansietas berhubungan dengan kesiapan sebelum ataupun sesudah operasi, keadaan


diagnosis penyakit

Intervensi Rasional
1. sLakukan pengkajian komprehensif 1. Menilai status hipovolemik klien.
terhadap sirkulasi perifer. 2. Meningkatkan sirkulasi sitemik pada
2. Tinggikan posisi kepala tempat tidur ekstermitas
pasien 30 derajat 3. Mengurangi resiko ateroskleroris yang
3. Pantau staus cairan termasuk asupan dan selanjutnya menurunkan sirkulasi
haluaran perifer.
4. Pantau ketidaknyamana klien 4. Monitoring gejala syok pada asien
saataktifitas 5. Mengindikasikan aliran arteri kembali
5. Pantau TTV dan cek frekuensi nadi normal.
perifer tiap 4 jam 6. Mengurangi resiko kerusakankulit
6. Ubah posis tiap 2 jam

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat kemoterapi

Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien 1. Untuk mengetahui status nutrisi
2. Ukur berat badan setiap hari atau 2. Memantau peningkatan BB,
sesuai indikasi. mengindikasikan nutrisi terpenuhi.
3. Dorong Pasien untuk makan - 3. Kebutuhan jaringan metabolik
makanan tinggi kalori, kaya protein adequat oleh nutrisi.
dan tetap sesuai diit (Rendah Garam). 4. Identifikasi defisiensi nutrisi
4. Pantau masukan makanan setiap hari. 5. Agar nutrisi terpenuhi
5. Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering.

5. Gangguan integritas kulit berhungan dengan efek kemoterapi


Intervensi Rasional
1. Mandikan dengan air hangat dan 1. Mempertahankan kebersihan kulit
sabun ringan. tanpa mengiritasi kulit.
2. Dorong pasien untuk menghindari 2. Membantu menghindari trauma kulit.
menggaruk dan menepuk kulit yang 3. Efek kemerahan dapat terjadi pada
kering dari pada menggaruk. terapi radiasi.
3. Tinjau protokol perawatan kulit untuk 4. Meningkatkan sirkulasi dan
pasien yang mendapat terapi radiasi. mencegah tekanan pada kulit.
4. Anjurkan memakai pakaian yang
lembut dan longgar pada, biarkan
pasien menghindari penggunaan bra
bila ini memberi tekanan.

6. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan koitus yang nyeri akibat nekrosis jaringan
akibat kanker endometrium.

Intervensi Rasional
1. Kaji masalah- masalah perkembangan 1. Faktor- faktor seperti menoupose dan
daya hidup. proses penuan remaja dan dewasa
awal yang perlu masukan dalam
pertimbangan mengenai seksualitas
2. Catat pemikiran pasien/ orang- orang dalam penyakit yang perawatan yang
yang berpengaruh bagi lama.
pasienmengenai seksualitas. 2. Untuk memberikan pandangan bahwa
keterbatasan kondisi/lingkungan akan
3. Evaluasi faktor- faktor budaya dan berpengaruh pada kemampuan seksual
religius/ nilai dan konflik- konflik tetapi mereka takut untuk menanyakan
yang muculberikan suasana yang secara lansung.
terbuka dalam diskusi mengenai 3. Untuk mempengaruhi persepsi pasien
masalah seksualitas. terhadap masalah seksual yang
4. Tingkatkan keleluasaan diri bagi muncul.
pasien dan orang- orang yang penting 4. Apabila masalah- masalah
bagi pasien. diidentifikasikan dan di diskusikan
5. Kaji penerimaan klien terhadap maka pemecahan masalah dapat
ditemukan
gangguan seksual.
5. Perhatikan penerimaan akan
kebutuhan keintiman dan tingkatkan
makna terhadap pola interaksi yang
telah dibina

7. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pasca operasi

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda infeksi dn faktor 1. Diagnosis menjadi aktual atau resiko
resiko infeksi. tergantung data yangdi dapat.
2. Lakukan menejemen perawatan luka 2. Perawatan luka di lakukan pada hari ke-
pada hari ke-3 3
3. Dukung pemenuhan nutrisi post Op 3. Nutrisi yang adekuat meningkatkandaya
secara adekuat tahan tubuh dan meminimalkaninfeksi.
4. Kalaborasi pemberian antibiotik 4. Antibiotik membantu penurunan resiko
infeksi

8. Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen pasca operasi.

Intervensi Rasional
1. Kaji bising usus dn periksa adanya 1. Untuk menyusun rencana efektif
tanda-tanda distensi pengangaan dalam mencegah konstipasi
2. Catat asupan dan haluaran secara akurat 2. Meyakinkan terapi penggantian cairan
3. Dorong pasien untuk banyak minum yang adekuat.
4. Lakukan program defekasi 3. Untuk penggantian cairan dan hidrasi
4. Membentu adaptasi terhadap fungsi
fisiologis normal
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Jakarta : Widya Medica
Winkjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC.
_________________ . 2005. Ilmu Kandungan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius
Jones.Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya medika
Prawirohardjo. S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Koplajar M. Uterine Cancer for Laymen and Student. Jakarta :Widya Medica
Cunningham, FG,dkk. 2005. Obstetric William Volume I. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda &Kusuma,Hardi. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC Jilid 3. Jakarta : EGC
NANDA, 2015-2017. Diagnosa Keperawatan NANDA Definisi & Klasifikasi.
Johnson, M. Dochterman. Nurshing Intervensions Classification (NIC) edisi ke Enam
Meion Johnson. Nurshing Outcomes Classification (NOC) edisi keenam
PPNI, 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI, 2018. Standar ntervensi keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai