Laporan Pendahuluan CA Enometrum
Laporan Pendahuluan CA Enometrum
CARSINOMA ENDOMETRIUM
3. Patofisiologi
Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase
yang berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-
12% dari kanker endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari
kelainan kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi
masa depan bagi penderita kanker endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat
dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi endometrium, yaitu dengan
menghambat proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen
pada karsinoma endometrial. (Chiang W.2012)
Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat
menyebabkan peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat
cukup progesteron, salah satu hormon sex yang penting pada wanita. (Chiang
W.2012)
Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari dan terdapat 2 fase. Pada 2
minggu pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan
lapisan sel uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya,
hormon sex yang dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan
kematangan sel sehingga lapisan uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang
sudah difertilisasi. (Chiang W.2012)
Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium)
akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia
simpleks. Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan
uterus. Hal ini disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel menjadi atipikal dan
menunjukkan perilaku yang menyimpang. (Koplajar M.2012)
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan
pada beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama,
mengkonsumsi estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi
tiroid, penyakit hepar. (Koplajar M.2012)
4. Manifestasiklinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan
pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa (Isdaryanto, 2007
dikutip dalam Cahyati, 2008 :
a. Perdarahan rahim yang abnormal
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40 tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging,
menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 1988
yang di kutip dalam Chang :
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ, lesiparaneoplastik seperti hyperplasia
adenomatosa endometrium atau hyperplasia endometrium atipik
I Proses masih terbatas pada korpus uteri
IA Tumor terbatas pada endometrium (miometrium intak)
IB Invasi miometrium minimal, kurang dari separuh miometrium
IC Invasi miometrium lebih dari separuh tebal miometrium
II Proses sudah meluas ke servik, tapi tidak meluas ke atas uterus
IIA Keterlibatan kelenjar endoserviks
IIB Sudah melibatkan stroma serviks
III Proses sudah keluar uterus,tapi masih berada dalam panggul kecil
IIIA Invasi cairan serosa uterus, adneksa, atau hasil positif pada sitologi
cairan peritoneum
IIIB Invasi ke vagina
IIIC Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau paraaorta
IV Proses sudah keluar dari panggul kecil
IVA Invasi ke kandung kemih dan/atau rectum
IVB Metastasis jauh, termasuk ke organ visera atau KGB inguinal
5. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Seperti halnya operasi
lainnya, biaya yang dikeluarkan tidak murah. Kerumitan operasi tergantung kepada
tingkat stadium kanker tersebut. Selanjutnya ada juga dengan radiasi atau penyinaran
namun memiliki dampak yang beragam tergantung kepada kondisi dan stamina
penderita. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling mahal karena
memerlukan proses yang berulang untuk menuntaskannya.
b. Terapi
1) Pengobatan stadium I
a. Terapi pembedahan tanpa terapi adjuvant
Penderita kanker endometrium stadium < IB dengan derajat differensiasi baik atau
sedang, tidak perlu diberikan terapi adjuvant. Terapi pembedahan saja tanpa adjuvant
karena merupakan kelompok risiko rendah, hanya dimungkinkan bila pengobatan
primer adalah pembedahan.
b. Radioterapi prabedah
Dua modal utama radioterapi prabedah yaitu radiasi eksterna dan brakhiterapi.
Radioterapi prabedah diberikan dengan tujuan untuk menurunkan kejadian
kekambuhan dipuncak vagina, dan mencegah metastastis saat atau akibat
pembedahan.
Sehingga pemberian radioterapi prabedah sudah mulai ditinggalkan. Terapi
sebagai pengetahuan mungkin kiranya perlu dijelaskan tentang terapi radioterapi
prabedah pada kanker endometrium karena beberapa pusat pelayanan masih
menggunakan metode ini.
Pada stadium I (stadium klinik)
Radiasi prabedah pada stadium I adalah brakhiterapi, dengan brakhiterapi tidak
akan mempengaruhi histopatologi dari uterus. Setelah diberikan brakhiterapi
segera dilanjutkan dengan pembedahan.
Pada stadium II (stadium klinik)
Radiasi prabedah yang diberikan adalah radiasi eksterna.
c. Pengobatan pembedahan
6. Komplikasi
a. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan
kolon atau ureter.
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
c. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
d. Infertilitas, di temukan pada 30% - 40% kasus pada endometriosis
1. 7. Pathway
Sekresi
Transpor ujung-ujung
estrogen dan
fimbria terhambat Kerusakan
Penebalan jaringan progesteron
oksidatif DNA
terhambat
Infektil
endometrium Nekrosis Perdarahan
CA. Endometirum jaringan daerah pelvic
Kurang Perdarahan
Penatalaksanaan
pengetahuan berulang
Takut
Histrektomi Perlekatan
gumpalan di daerah
ansietas Anemia pelvic
a. Identitas
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan sebelum usia 49 tahun.
Suku /bangsa :
Agama :
Pendidikan : Pendidikan dan status social ekonomi diatas rata-rata meningkatkan risiko
terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi terapi pengganti estrogen dan rendahnya
paritas.
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
No Telp : No Telp :
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama.
c. Status Kesehatan
1. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko
kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.
b. Siklus : dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih panjang (banyak
atau bercak)
c. Jumlah : lebih banyak
d. Lamanya : dapat memanjang
e. Sifat Darah : encer atau bergumpal
f. Teratur / tidak : mengalami perubahan
g. Dismenorhea : dapat terjadi
2. Riwayat Penyakit yang lalu:
Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh ibu khususnya
penyakit ginekologi,diabetes dan hipertensi.
3. Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker endometrium berisiko pada wanita
yang memiliki riwayat genetik.
4. Riwayat Sosial Budaya
a. Status Emosional :Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan
penyakitnya.
b. Tradisi : Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya (merokok atau
perokok pasif), sirkumsisi.
5. Riwayat Penyakit Sekarang:
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan
pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya keputihan, keluhan lain yang
disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh
darah dan limfe.
d. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
TTV
TD :.... MMhg ( Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita pancamenopause
dengan obesitas )
Nadi :.....X/Menit
Pernapasan : .......X/Menit
Suhu: ......X/Menit
BB : ......Kg (Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Kelebihan
13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan
di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai 10x lipat )
e. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk, kebersihan, ada luka, keluhan lain
b. Rambut
Warna, kebersihan, mudah rontok.
c. Dahi
Bentuk, ada luka/ tidak
d. Mata
Kesimetrisan, konjungtiva anemis/tidak, refleks pupilterhadap cahaya, fungsi
penglihatan, pergerakan bola mata, nyeri tekan tidak, keluhn lainnya.
e. Muka
Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
f. Telinga
Simetris/tidak, kebersihan, fungsi pendengaran, keluhan lain.
g. Hidung
Bentuk hidung, kebersihan, fungs penciuman, ada keluhan tidak.
h. Leher
Peningkatan JVP, pem. KGB, ada keluhan/ tidak
i. Jantung dan paru
Suara nafas dan bunyi jantung, irama jantung dan suara perapasan.
j. Payudara
Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran)..
k. Abdomen
Bentuk, warna kulit, bising usus, ada keluhan / tidak, ada luka operasi/tidak
l. Punggng
Kebersihan, ada luka/tidak, keluhan lain
m. Genetalia
Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan, berbau amis atau busuk,
dapat bercampur darah, purulent), perdarahan. Terdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor
papiller, tumor eksofitik
n. Ekstremitas
Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Penanganan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan akibat kanker endometrium.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemia jaringan daerah
supra pubic
3. Gangguan pola seksual berhubungan dengan koitus yang nyeri akibat nekrosis jaringan
akibat kanker endometrium.
b. Post Penanganan Operasi, Radiasi, Chemoterapi
1. Gangguan pemenuhuan nutrisi berhubungan dengan iritasi gastrointestinal akibat
kemoterapi
2. Kerusakan integritas kulit berhungan dengan efek kemoterapi
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi
4. Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahanototabdomen pasca operasi
5. Resti infeksi berhubungan dengan luka pasca operasi
6. Ansitas berhubungan dengan kesiapan sebelum ataupun sesudah operasi, keadaan
diagnosis penyakit.
Intervensi Rasional
1. sLakukan pengkajian komprehensif 1. Menilai status hipovolemik klien.
terhadap sirkulasi perifer. 2. Meningkatkan sirkulasi sitemik pada
2. Tinggikan posisi kepala tempat tidur ekstermitas
pasien 30 derajat 3. Mengurangi resiko ateroskleroris yang
3. Pantau staus cairan termasuk asupan dan selanjutnya menurunkan sirkulasi
haluaran perifer.
4. Pantau ketidaknyamana klien 4. Monitoring gejala syok pada asien
saataktifitas 5. Mengindikasikan aliran arteri kembali
5. Pantau TTV dan cek frekuensi nadi normal.
perifer tiap 4 jam 6. Mengurangi resiko kerusakankulit
6. Ubah posis tiap 2 jam
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien 1. Untuk mengetahui status nutrisi
2. Ukur berat badan setiap hari atau 2. Memantau peningkatan BB,
sesuai indikasi. mengindikasikan nutrisi terpenuhi.
3. Dorong Pasien untuk makan - 3. Kebutuhan jaringan metabolik
makanan tinggi kalori, kaya protein adequat oleh nutrisi.
dan tetap sesuai diit (Rendah Garam). 4. Identifikasi defisiensi nutrisi
4. Pantau masukan makanan setiap hari. 5. Agar nutrisi terpenuhi
5. Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering.
6. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan koitus yang nyeri akibat nekrosis jaringan
akibat kanker endometrium.
Intervensi Rasional
1. Kaji masalah- masalah perkembangan 1. Faktor- faktor seperti menoupose dan
daya hidup. proses penuan remaja dan dewasa
awal yang perlu masukan dalam
pertimbangan mengenai seksualitas
2. Catat pemikiran pasien/ orang- orang dalam penyakit yang perawatan yang
yang berpengaruh bagi lama.
pasienmengenai seksualitas. 2. Untuk memberikan pandangan bahwa
keterbatasan kondisi/lingkungan akan
3. Evaluasi faktor- faktor budaya dan berpengaruh pada kemampuan seksual
religius/ nilai dan konflik- konflik tetapi mereka takut untuk menanyakan
yang muculberikan suasana yang secara lansung.
terbuka dalam diskusi mengenai 3. Untuk mempengaruhi persepsi pasien
masalah seksualitas. terhadap masalah seksual yang
4. Tingkatkan keleluasaan diri bagi muncul.
pasien dan orang- orang yang penting 4. Apabila masalah- masalah
bagi pasien. diidentifikasikan dan di diskusikan
5. Kaji penerimaan klien terhadap maka pemecahan masalah dapat
ditemukan
gangguan seksual.
5. Perhatikan penerimaan akan
kebutuhan keintiman dan tingkatkan
makna terhadap pola interaksi yang
telah dibina
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda infeksi dn faktor 1. Diagnosis menjadi aktual atau resiko
resiko infeksi. tergantung data yangdi dapat.
2. Lakukan menejemen perawatan luka 2. Perawatan luka di lakukan pada hari ke-
pada hari ke-3 3
3. Dukung pemenuhan nutrisi post Op 3. Nutrisi yang adekuat meningkatkandaya
secara adekuat tahan tubuh dan meminimalkaninfeksi.
4. Kalaborasi pemberian antibiotik 4. Antibiotik membantu penurunan resiko
infeksi
Intervensi Rasional
1. Kaji bising usus dn periksa adanya 1. Untuk menyusun rencana efektif
tanda-tanda distensi pengangaan dalam mencegah konstipasi
2. Catat asupan dan haluaran secara akurat 2. Meyakinkan terapi penggantian cairan
3. Dorong pasien untuk banyak minum yang adekuat.
4. Lakukan program defekasi 3. Untuk penggantian cairan dan hidrasi
4. Membentu adaptasi terhadap fungsi
fisiologis normal
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Jakarta : Widya Medica
Winkjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC.
_________________ . 2005. Ilmu Kandungan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius
Jones.Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya medika
Prawirohardjo. S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Koplajar M. Uterine Cancer for Laymen and Student. Jakarta :Widya Medica
Cunningham, FG,dkk. 2005. Obstetric William Volume I. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda &Kusuma,Hardi. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC Jilid 3. Jakarta : EGC
NANDA, 2015-2017. Diagnosa Keperawatan NANDA Definisi & Klasifikasi.
Johnson, M. Dochterman. Nurshing Intervensions Classification (NIC) edisi ke Enam
Meion Johnson. Nurshing Outcomes Classification (NOC) edisi keenam
PPNI, 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI, 2018. Standar ntervensi keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI