Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HEALTH SECURITY

Disusun oleh:
-DAFFA VARIANDRA
(201910225203)
-MUHAMMAD FACHRI R.
(201910225343)

-MUHAMMAD HENDRIK P.
(201910225372)
-EKO SANDY NUGROHO
(201910227001)

Dosen Pengampu : Dr. Yosminaldi, S.H., M.M.

MATA KULIAH MANAJEMEN SEKURITI


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Karunia dan nikmat-
Nya pada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
tema : “HEALTS SECURITY”
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Sekuriti, selain itu saya berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam
menambah pengetahuan saya maupun pihak lain.
Dengan terselesainya Makalah ini, saya mengucap Syukur Kepada Allah
SWT yang telah memberikan Karunia-Nya kepada saya.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun saya harapkan.

Bekasi, 27 Mei 2021

Tim Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
C. TUJUAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. ANCAMAN KEAMANAN KESEHATAN..................................................3
B. HEALTH SECURITY....................................................................................4
C. KSEHANATAN GLOBAL............................................................................4
D. KASUS KESEHATAN..................................................................................5
E. PERAN NEGARA-NEGARA DUNIA..........................................................7
F. COVID-19.......................................................................................................8
G. KEAMANAN MANUSIA...........................................................................10
H. PENANGANAN COVID-19........................................................................11

BAB I PENUTUP.................................................................................................13
A. KESIMPULAN............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia tidak dapat terlepas dari alam
dan lingkungan sekitarnya. Tanah, hutan, udara dan air adalah sumber kehidupan
baik bagi manusia, hewan, tanaman dan berbagai makhluk hidup lainnya.
Hubungan antara tanah dan manusia ibarat ibu dan darah. Memberikan napas bagi
kehidupan bagi manusia sejak lahir tumbuh besar hingga mati. Karenanya tanah,
air, udara dan hutan harus dijaga, dilindungi, dikelola dan dimanfaatkan untuk
kelanjutan hidup manusia. Disinilah aktivitas manusia berjalan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, dimana penduduk dengan segala aktivitasnya
merupakan salah satu komponen penting pada timbulnya permasalahan
lingkungan. Oleh karena itu perlu pendekatan global yang bersifat universal
melintasi batas disiplin, waktu, dan ruang.
Mobilitas manusia di era milenial ini bukan hanya berdampak terhadap
kecepatan penyampaian informasi dan majunya teknologi saja. Ancaman
kesehatan global menjadi sisi lain dunia tanpa batas mengantarkan penyakit yang
berisiko menyerang manusia dan lingkungan. Isu keamanan non-tradisional
menjadi salah satu agenda politik luar negeri Indonesia sejak dulu. Apalagi setelah
berakhirnya Perang Dingin dan semakin banyaknya ancaman keamanan non-
tradisional yang bersifat lintas negara yang dapat membahayakan kehidupan
warga negara dunia, menjadikan Indonesia menjadi was-was akan keamanan
nasionalnya. Ancaman keamanan nontradisional yang menjadi ancaman bagi
setiap negara di dunia antara lain isu mengenai perubahan iklim, keamanan energi,
kerusakan lingkungan, terorisme internasional, dan juga munculnya pandemik
atau isu keamanan kesehatan.
Adanya perubahan iklim dan peningkatan resistensi anti-mikroba mendorong
kemunculan new-emerging disease dan re-emerging disease yang berpotensi
wabah penyakit (pandemik) dengan risiko kematian tinggi dan penyebaran
pandemik yang sangat cepat. Globalisasi mengakibatkan peningkatan mobilitas

1
manusia dan hewan lintas negara, serta mempengaruhi perubahan gaya hidup
manusia juga berkontribusi dalam mempercepat proses penyebaran wabah
menjadi ancaman keamanan kesehatan global.
Sejak terjadinya outbreak wabah Severe Acute Respiratory Sindrome (SARS)
di kawasan Asia pada tahun 2003, ancaman keamanan kesehatan global terus
menunjukkan kecenderungan peningkatan, antara lain terjadinya outbreak flu
burung/avian influenza (H5N1) tahun 2004, flu babi/swine influenza (H1N1)
tahun 2009 (dideklarasikan WHO sebagai pandemi pertama kalinya di abad ke21).
Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV) tahun 2012-
2013, Ebola tahun 2014, dan Zika tahun 2015 Covid-19 2020 (Kementerian
Kesehatan RI, 2018b).

B. Rumusan Masalah
1. Apa ancaman keamanan kesehatan global ?
2. Bagaimana Penanganan Covid-19 di Indonesia ?

C. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang health security serta mengetahui
ancaman keamanan kesehatan global dan mengetahui penanganan covid-19 di
Indonesia.
BAB II

PEMBAHASA

A. Ancaman Keamanan Kesehatan

Keamanan kesehatan global telah menjadi ancaman yang serius bagi sistem
kesehatan nasional dan masalah ini dapat mengakibatkan kerusakan besar bagi
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu contoh kerugian ekonomi
yang dialami suatu negara akibat munculnya outbreak suatu pandemik adalah di
kawasan Afrika, yang dimana kerugiannya secara keseluruhan mencapai USD 30
Milyar. Indonesia pun pernah mengalami hal serupa saat menghadapi outbreak flu
burung yang menanggung beban ekonomi mencapai RP. 4 Trilyun pada tahun
2004-2006, serta juga adanya penurunan perdagangan dan pariwisata nasional.
Adanya ancaman keamanan kesehatan global mengakibatkan dampak kerusakan
terhadap pembangunan ekonomi dan stabilitas negara serta perdagangan barang
dan jasa, pariwisata, dan stabilitas demografi.
Mobilitas manusia di era milenial ini bukan hanya berdampak terhadap
kecepatan penyampaian informasi dan majunya teknologi saja. Ancaman
kesehatan global menjadi sisi lain dunia tanpa batas yang mengantarkan
penyakitpenyakit yang berisiko menyerang manusia dan lingkungan.
Isu keamanan merupakan salah satu fokus kajian yang biasa dibahas oleh
mahasiswa, akademisi atau bahkan ahli Hubungan Internasional. Studi keamanan
yang berfokus kepada konflik, perang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan militer demi menciptakan kondisi dan rasa aman ini telah mengalami
perkembangan yang besar. Salah satu faktor perkembangannya adalah dengan
adanya pola interaksi negara-negara dan kondisi globalisasi dunia saat ini yang
semakin mudah dan cepat. Memasuki era yang lebih maju, dan dengan tingginya
tingkat keterhubungan antar negara memunculkan ancaman keamanan nasional
maupun internasional yang baru.
Dalam dunia yang terus berubah, pertanyaan keamanan tidak terkait dengan
geopolitik dan isu-isu keseimbangan kekuatan militer, tetapi pertanyaan tentang
keamanan dan ketidakamanan lahir dari penyakit, kelaparan, pengangguran,
konflik sosial, kejahatan, politik yang represif, serta terorisme (Snyder, 1999).
Menurut UNDP (United Nations on Development Program) keamanan
manusia (human security) terdiri dari beberapa isu meliputi: Economic Security,
Health Security, Food Security, Environmental Security, Personal Security,
Community Security, dan Political Security.

B. Health Security
Health Security (keamanan kesehatan) dapat berupa ancaman penyakit
menular atau tidak menular, serta bioterorisme, yang dimana adanya serangan
biologi, atau pelepasan virus, bakteri atau agen biologi lainnya secara sengaja
yang dapat membuat korbannya – orang, binatang atau tanaman – menjadi sakit
atau bahkan mati (Centers for Disease Control and Prevention, 2016).
Keamanan kesehatan dapat mempengaruhi stabilitas ketahanan nasional,
karena ekonomi negara dan global dipengaruhi kesehatan masyarakat. Maka dari
itu, isu kesehatan global menjadi perhatian dunia internasional. Meskipun isu
kesehatan sebenarnya merupakan suatu permasalahan yang bersifat umum dan
terikat erat dengan kondisi kesehatan individu secara internal, tapi mempunyai
efek secara sosial yang tidak bisa dihindarkan. Efek tersebut bahkan bisa melintasi
batas negara yang pada akhirnya menjadi sebuah fenomena global. Masalah
kesehatan tidak hanya menimpa individu, namun masalah kesehatan juga
menyangkut dan berimbas kepada kepentingan masyarakat.

C. Kesehatan Global
Isu kesehatan global merupakan masalah kesehatan yang sifatnya melintasi
batas negara, apalagi dengan adanya globalisasi yang mengubah pola penyebaran
penyakit dan permasalahan kesehatan dunia. Mengidentifikasikan beberapa
dampak globalisasi terhadap kesehatan. Pertama, teknologi transportasi yang
murah menyebabkan mudahnya mobilitas antar-negara. Ini membuat pandemi
menjadi lebih mudah terjadi. Kedua, eksploitasi alam membuat degradasi
lingkungan, yang berperan pada penyebaran penyakit baru atau menurunnya
tingkat imunitas manusia. Ketiga, adanya trans-national crimes seperti narkoba
dan human trafficking berakibat pada menularnya penyakit, baik via penggunaan
narkoba maupun aktivitas perdagangan seks bebas. Keempat, krisis ekonomi
global mengakibatkan melonjaknya tingkat kemiskinan dan berdampak pada
kemampuan memenuhi kebutuhan kesehatan (Lee, Buse, & Fustukian, t.t.).
Beberapa isu global dalam hal keamanan kesehatan yang memiliki dampak
cukup besar dan mendapatankan perhatian dunia, yang dimana para aktor negara
dan non-negara berusaha untuk mengatasi masalah ini.

D. Kasus Kesehatan
Pada tahun 2003, tercatat ada 186 kasus penularan flu burung terhadap
manusia di Indonesia dan hampir 80 persen berakhir dengan kematian. Virus ini
menyebar dari unggas ke manusia melalui kontak langsung, tetapi para ahli
berpendapat bahwa bisa saja ada mutasi virus sehingga dapat menular dari
manusia ke manusia. Dengan adanya tingkat kematian yang sedemikian tinggi,
World Health Organization (WHO) mewajibkan setiap negara yang terjangkit
penyakit flu burung untuk mengirimkan sempel virusnya kepada Global Influenza
Surveillance (GISN) merupakan lembaga yang bekerjasama dengan WHO, dalam
mencegah terjadinya pandemik virus ini.
Selanjutnya ada HIV-AIDS, merupakan penyakit lokal di daerah pedesaan di
Afrika Tengah, namun penyakit ini mulai menyebar dan muncul di seluruh
penjuru dunia, yang bisa menelan korban hingga jutaan nyawa. Terhitung dari
bulan Oktober sampai dengan Desember 2017, jumlah orang yang terinfeksi HIV
yang dilaporkan sebanyak 14.640 orang. Sementara untuk AIDS sendiri, di
Indonesia dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2017 jumlah orang
dengan AIDS dilaporkan sebanyak 4.725 orang (Kementerian Kesehatan RI,
2018a).
Kementerian Kesehatan menjelaskan pula penyakit Tuberculosis (Tbc/Tb),
yaitu penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan.
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikrobakteria, umumnya
Mycobacterium tuberculosis (Mtb/Mtbc). Biasanya menyerang paru-paru, namun
juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Penyakit ini menyebar melalui
udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan
butiran ludah mereka melalui udara. Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada
peringkat ke-3 dunia penderita TB, tetapi keadaan mulai membaik dan pada tahun
2013 menjadi peringkat ke-5 dunia.
Selain tiga penyakit yang disebutkan diatas, ada penyakit lain yang
dikhawatirkan akan mengancam keamanan kesehatan bukan hanya secara
nasional tetapi juga global, yaitu: Zoonosis, kemunculan kembali Ebola dan
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov) masing-masing di
Afrika dan Timur Tengah, malaria, serta deteksi virus Nipah, West Nile dan Zika
di Indonesia.
Kompleksnya permasalahan kesehatan dan penanganan penyakit menuntut
penyelesaian yang bersifat komprehensif dan global, serta dibutuhkan kesepakatan
antar negara dalam forum multilateral untuk memperhatikan masalah isu
kesehatan global. Negara di tuntut memiliki kemampuan dalam menangani isu ini
dan mampu menegosiasikan rezim kesehatan global dan melahirkan perjanjian-
perjanjian internasional yang berhubungan dengan isu kesehatan.
Di Indonesia sendiri, masalah kesehatan diataur dalam Undang-Undang
Tentang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Di jelaskan bahwa kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisifatip, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional (“Undang-Undang No. 36 Tahun 2009,” t.t.). Setiap hal yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan dan masalah kesehatan pada masyarakat
Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan
setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat merupakan
investasi bagi pembangunan negara.
E. Peran Negara-Negara Di Dunia
Peran aktif negara-negara di dunia diperlukan untuk bersama-sama
menanggulangi ancaman berbagai penyakit berbahaya dan menular, baik secara
disengaja maupun tidak disengaja. Karena wabah yang terjadi di suatu wilayah
atau negara, dapat dengan cepat menyebar ke negara lainnya.
Menyikapi masalah tersebut, organisasi-organisasi internasional, seperti
World Health Organization (WHO), Food and Agricultural Organization (FAO),
dan World Organization for Animal Health (OIE) telah mengembangkan sejumlah
aturan, pedoman dan kerangka sebagai acuan dalam upaya peningkatan kapasitas
kesehatan demi menghadapi ancaman pandemik.
WHO memiliki International Health Regulation (IHR) sebagai aturan dalam
bidang kesehatan yang disahkan pada tahun 2005 menggantikan IHR (1969)
dengan memperluas cakupan keamanan kesehatan global terhadap wabah dari
semua penyakit. IHR (2005) yang mulai berlaku efektif pada 15 Juni 2007
merupakan instrumen internasional yang menentukan kewajiban negara-negara
untuk mencegah, melindungi, dan mengendalikan penyebaran wabah secara
internasional sesuai dengan dan terbatas pada faktor risiko yang dapat
mengganggu kesehatan, dengan sesedikit mungkin menimbulkan hambatan pada
lalu lintas dan perdaganagan internasional, Indonesia menjadi negara yang
menerapkan IHR (2005) sejak tahun 2007.
Outbreak wabah Ebola pada tahun 2014 menyadarkan dunia mengenai
kebutuhan untuk memperkuat sistem kesehatan nasional masing-masing negara
melalui implementasi penuh IHR (2005). Berbagai leteratur menyimpulkan bahwa
outbreak wabah Ebola tidak akan terjadi atau dapat diminimalisir dampaknya
apabila di negara-negara yang terpapar yaitu Guinea, Liberia dan Sierra Leone
memiliki sistem kesehatan nasional yang kuat dengan membangun kapasitas
sesuai IHR (2005).
Maka dari itu, Global Health Security Agenda (GHSA) muncul pada bulan
Februari 2014, dengan anggota sebanyak 29 negara. Forum ini dibentuk dengan
inisiatif masa kerja 5 tahun, dan forum ini bekerja sama antar negara yang bersifat
terbuka dan sukarela, dengan tujuan untuk memperkuat kapasitas nasional dalam
penanganan ancaman penyakit menular dan kesehatan global. Saat ini GHSA
telah beranggotakan 65 negara dan didukung oleh badan-badan PBB seperti
WHO, FAO, OIE, Bank Dunia, serta organisasi non pemerintah dan sektor
swasta.
Kelebihan forum ini adalah dimana dapat menguatkan kerja sama multisektor
dan multilaktor, mengingat penanganan ketahanan kesehatan tidak dapat
dilakukan hanya oleh sektor kesehatan saja. Selain itu, GHSA juga bermaksud
membangun komitmen dari para pemimpin tinggi negara untuk lebih
memperhatikan penanganan isu health security.
Forum kerja sama antarnegara yang bersifat terbuka dan sukarela ini
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif berkontribusi,
diantaranya menjadi anggota Tim Pengarah (Streering Group) bersama 9 negara
lainnya, anggota Troika (2014-2018), menjadi leading country untuk zoonotic
disease action package dan contributing country untuk action package
antimicrobial resistance, biosafety and biosecurity, dan real-time surveillance,
serta Indonesia juga menjadi Ketua Tim Pengarah GHSA pada tahun 2016.

F. Covid-19

Health Security (keamanan kesehatan) dapat berupa ancaman penyakit


menular atau tidak menular, serta bioterorisme, yang berupa serangan biologi,
atau serangan virus, bakteri atau agen biologi lainnya secara sengaja dapat
menimbulkan korban seperti manusia, binatang atau tanaman menjadi sakit atau
bahkan mati.
Di tengah krisis pandemi Coronavirus Diseases (Covid-19) atau Korona
sangat dibutuhkan pentingnya peran manusia dalam profesi apapun yang
dipilihnya, ikut terlibat dalam misi penyelematan manusia. Pandemi ini
membutuhkan fokus dan kontribusi masyarakat luas pada health security termasuk
pada kelompok masyarakat yang paling rentan dan terpinggirkan.
Karena selain perubahan iklim dan urbanisasi, perpindahan dan migrasi masal
internasional sekarang terjadi di hampir setiap sudut dunia. Hal itu menjadi
peluang dan menciptakan kondisi ideal untuk kemunculan dan penyebaran
patogen. Pada 30 Januari, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah menyatakan
bahwa Covid-19 sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency
of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia (KKMMD).
Dalam rangka implementasi International Health Regulations (IHR, 2005)
pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) melakukan
kegiatan karantina, pemeriksaan alat angkut, pengendalian vektor serta tindakan
penyehatan. Kegiatan di pintu masuk negara meliputi upaya detect, prevent, dan
respond terhadap Covid-19 di pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN. Upaya
tersebut dilaksanakan melalui pengawasan alat angkut, orang, barang, dan
lingkungan yang datang dari wilayah/ negara terjangkit COVID-19 yang
dilaksanakan oleh KKP dan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait.
Menurut Ketua Umum PP PERSAKMI (Perhimpunan Sarjana dan
Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia) Prof. Ridwan Amiruddin, SKM,
MSc.PH, M.Kes, PhD. Menunjukkan puncak pandemi covid-19 sampai tanggal
11 Mei 2020, yang artinya sekarang masih fase awal eksponensial menuju puncak
dengan diperjelaskan modeling grafik sebagai berikut: Per 1 April 2020, jumlah
pasien yang positif di Indonesia sebanyak 1.528 kasus dengan 136 meninggal
dunia. Dengan ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat
kematian dari kasus infeksi (case fatality rate) tertinggi se dunia, yaitu 8,9%,
sedangkan jumlah pasien yang positif secara global sebanyak 750.890. Dengan
adanya intervensi akan mencegah ledakan kasus infeksi covid-19 secara signifikan
(flattening the curve) sebelum terlambat.
Masalah kesehatan global, terutama dari wabah penyakit menular, mengalami
peningkatan dalam agenda politik global di dua dekade terakhir. Yang
mengejutkan, penyakit menular baru telah muncul begitu cepat yang rata-rata
dalam waktu yang sama, diantaranya SARS (2002-2003), MERS (2012), Avian
Influenza A (H7N9) (2013), Ebola (2014-2015), Zika (2015-2016), dan Covid-19
(nCoV-2019-2020).
Disini hubungan keamanan kesehatan global dan mitigasi secara nasional sangat
penting, karena pandemi seperti ini mungkin saja terulang sepanjang sejarah
peradaban manusia. Mengetahui risiko yang terkait dengan wabah penyakit
menular tidak cukup. Perlu adanya peran dari semua pihak dalam menghadapi
pandemi untuk membangun dunia yang lebih aman.
Hubungan keamanan kesehatan telah menjadi komponen yang
mendominasi dalam tata kelola kesehatan dan pengawasan global serta respon
terhadap wabah penyakit menular. Dalam berbagai tingkat pemikiran analitik dari
global ke nasional, penyakit menular bisa sangat membahayakan sebagai teror
nyata bagi negara mana pun. Pandemi tidak hanya dapat menyebabkan gangguan
sosial tetapi juga, mengancam stabilitas suatu negara dengan mengikis
kepercayaan pada kemampuan negara untuk menyediakan fasilitas perawatan
kesehatan dasar dan perlindungan terhadap penyakit.
Maka dari itu perlu penguatan rantai komando lapangan dan soft
infrastructure, meliputi penguatan otoritas medis, perbaikan prosedur penanganan
pasien, ketersediaan tenaga medis dan peralatan, serta perlindungan para tenaga
kesehatan dan para masyarakat melakukan segala anjuran pemerintah, untuk stay
at home, physical distancing dan tidak panic buying. Bagi yang merasakan
kecemasan dapat melakukan teknik grounding untuk menangani kecemasan dan
ketakutan. Bahkan, bila perlu, diberlakukan domestic market obligation
(kewajiban memprioritaskan pasar domestik) untuk produk alat-alat kesehatan,
seperti masker, alat pelindung diri (APD), dan cairan pembersih tangan serta yang
lainnya. Demi meminimalisir gagap rantai komando, Pemerintah Pusat dan daerah
perlu visi yang sama dengan „satu pintu‟ jadi informasi yang disampaikan
seragam demi penanganan yang cepat, terstruktur, dan komprehensif.

G. Keamanan Manusia
Konsep keamanan manusia sangat penting untuk dipenuhi oleh negara, baik
negara maju atau pun negara berkembang, baik negara sosialis, komunis atau pun
kapitalis. Kemampuan negara sosialis dan komunis dalam menangani covid-19
sudah bisa dilihat, begitu pula dengan sisi kemanusiaan yang dibangun dan yang
diciptakan oleh mereka (baca: negara sosialis dan komunis) dalam pemenuhan
kesehatan untuk rakyatnya sudah terbukti.
Sebagai contoh dari keberhasilan sementara dari negara Vietnam dalam
memutus mata rantai penularan coronavirus, dan juga negara Cuba yang tenaga
medisnya dikirim untuk membantu negara maju di Eropa. Dari konsep keamanan
manusia sudah seharusnya negara untuk bisa memenuhi dari poin-poin yang
sudah dituliskan diatas, misalnya pemenuhan terhadap pelayanan kesehatan dan
proteksi dari penyakit covid-19, pemenuhan kebutuhan hidup, pemenuhan
kebutuhan pangan, dan juga perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
Selain berbicara keamanan manusia sudah seharusnya negara-negara
termasuk Indonesia dampak dari pandemi covid-19 untuk mengimplementasi
konvenan internasional dan juga harus dipenuhi, karena sudah meratifikasi, yaitu
konvenan ICESCR (International Convenant on Economic, Social, Cultural
Rights) atau konvenan internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya sebuah perjanjian multilateral yang diterapkan oleh PBB pada tanggal 16
Desember 1966. Karena dampak yang terjadi akibat covid-19 bisa dilihat dari
dampak ekonomi, sosial, dan budaya. Negara yang sudah meratifikasi sudah
seharusnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan rakyatnya, dan hak-hak tersebut
sudah seharusnya dijamin oleh negara.
Sebagai contoh yang harus dijamin adalah hak kesehatan, hak pendidikan,
hak buruh, karena dampaknya banyak buruh yang di PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja), dan juga hak atas standar kehidupan yang layak atas dampak dari pandemi
covid-19. Indonesia sudah mengesahkan konvenan ICESCR pada tahun 2005
melalui Undang Undang (UU) No. 11. Dengan itu tidak ada alasan negara untuk
tidak mengimplementasikan dan tidak memenuhi poin-poin yang ada dalam
konvenan dan UU.
Dampak yang terjadi selain diatas yaitu adanya diskriminasi dan juga stigma
terhadap siapapun yang positif covid-19 tanpa harus melihat status sosial. Dan
juga, sudah seharusnya negara untuk bersama-sama tanpa melihat status,
ekonomi, sosial, dan politik untuk bisa mengedukasi masyarakat untuk tujuan
tidak adanya stigma dan diskriminasi terhadap korban pandemi covid-19. Kita
semua berharap pandemi covid-19 segera berakhir, dan negara bisa dengan cepat
memutus mata rantai penularan coronavirus melalui kerjasama yang masif secara
bilateral, regional, dan multilateral.

H. Penanganan Covid-19
penanganan Covid-19 di Indonesia dilakukan melalui 2 mekanisme, yakni
mekanisme penanganan pra rumah sakit dan penanganan di rumah sakit.
Mekanisme penanganan pra rumah sakit dilakukan melalui pemutusan
penularan dengan mengedukasi masyarakat, menjaga jarak fisik saat
berkomunikasi, tetap tinggal di rumah, memakai masker, isolasi mandiri, dan
melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mekanisme pertama ini
diperkuat dengan melakukan kontak tracing dari kasus konfirmasi positif.
Keberhasilannya sangat tergantung pada peran serta masyarakat dalam merespons
masalah Covid-19 terutama dengan mengikuti aturan pemerintah.
Mekanisme penanganan di rumah sakit dilakukan dengan memaksimalkan
pelayanan yang diberikan pada pasien terutama pasien Covid-19. Memastikan
pasien mendapatkan layanan terbaik dan perawat aman dari kemungkinan tertular
Covid-19 dari pasien. “Pemerintah terus menata pemanfaatan rumah sakit baik
darurat untuk karantina maupun rs rujukan penanganan Covid-19. Pemerintah
juga menyiapkan intensif tambahan untuk kerja keras para tenaga kesehatan. Ini
yang harus kita pahami bahwa kita mampu menyelesaikan ini (masalah Covid-19)
secara bersama-sama,” ujar dr. Achmad Yurianto.
Pemerintah terus melakukan penambahan jumlah laboratorium aktif, sampai
saat ini sudah ada 35 laboratorium pemeriksaan Covd-19. Hari ini diperkirakan
nanti malam pemerintah Indonesia akan mendapatkan reagen untuk
mengoptimalkan laboratorium. “Reagen itu nanti malam akan kita terima dan saat
itu akan didistribusikan ke seluruh jejaring laboratorium, dr. Achmad mengimbau
kepada masyarakat untuk memastikan diri sendiri aman dari virus corona.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keamanan kesehatan dapat mempengaruhi stabilitas ketahanan nasional,


karena ekonomi negara dan global dipengaruhi kesehatan masyarakat. Maka dari
itu, isu kesehatan global menjadi perhatian dunia internasional. Meskipun isu
kesehatan sebenarnya merupakan suatu permasalahan yang bersifat umum dan
terikat erat dengan kondisi kesehatan individu secara internal, tapi mempunyai
efek secara sosial yang tidak bisa dihindarkan. Jadi keamanan Kesehatan manusia
sangat penting untuk dipenuhi oleh negara, baik negara maju atau pun negara
berkembang, baik negara sosialis, komunis atau pun kapitalis. Dan penanganan
Covid-19 di Indonesia dilakukan melalui 2 mekanisme, yakni mekanisme
penanganan pra rumah sakit dan penanganan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unpas.ac.id/42442/3/BAB%20I.pdf
https://kesmas-id.com/health-security-dan-pandemi-apa-hubungannya-dengan-
covid-19/
https://s3pi.umy.ac.id/pandemi-covid-19-dan-isu-kesehatan-global/
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200419/4633722/2-mekanisme-
penanganan-covid-19/

Anda mungkin juga menyukai