LAPORAN AKHIR
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM KABUPATEN RENCANA
SERANGINDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
2019-2038 KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur setinggi-tingginya kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas kesempatan dan rezeki-Nya bagi kami sehingga Laporan Akhir Rencana
Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Serang 2019-2038 dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana. Tim penyusun berterima kasih pula atas
koordinasi yang baik dari Pemerintah Kabupaten Serang terutama Bappeda
Kabupaten Serang atas seluruh koordinasi dan diskusi yang konstruktif.
Laporan Akhir ini merupakan hasil akhir dari serangkaian proses identifikasi dan
analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Secara singkat, Laporan Akhir ini
memuat formulasi rencana penyediaan air minum di Kabupaten Serang untuk
periode 20 tahun mendatang yang terdiri dari rencana pengembangan SPAM,
rencana pendanaan, dan pengembangan kelembagaan berdasarkan pada
pengamatan dan pemahaman terhadap kondisi perkembangan wilayah,
peninjauan SPAM eksisting, kondisi potensi air baku, wilayah prioritas
penanganan, standar dan kriteria perencanaan, serta proyeksi kebutuhan air
minum di masa mendatang. Besar harapan kami bahwa formulasi rencana yang
dibuat dapat menjadi acuan utama dalam mewujudkan 100% akses aman
terhadap air minum di seluruh wilayah Kabupaten Serang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu penyusunan buku laporan ini. Kami juga berharap seluruh pihak
maupun pembaca dapat terus memberikan masukan bagi kami dalam proses
penyempurnaan hasil pekerjaan ini.
November, 2018
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
2.5.4 Pemindahan Intake Sumber Air dari Irigasi Pamarayan Barat .... 2-45
4.2.1 Konsep Wilayah Prioritas Penanganan SPAM Non PDAM ......... 4-53
6.1.2 Kedudukan Kabupaten Serang dalam RTRW Provinsi Banten ..... 5-2
6.1.3 Kebijakan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Serang ...... 5-3
8.2.3 Rencana Jumlah Penduduk Terlayani dan Kebutuhan Air PDAM ......
.................................................................................................. 8-12
8.3.3 Rencana Jumlah Penduduk Terlayani dan Kebutuhan Air SPAM Non
PDAM ........................................................................................ 8-63
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Luas Wilayah, Jarak dari Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, Jumlah
Desa, Jumlah RT, dan Jumlah RW Kabupaten Serang 2017 ............ 2-1
TABEL 2.2 Rata-Rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Per Bulan di .......... 2-4
TABEL 2.3 Rata-Rata Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Per Bulan ............... 2-5
TABEL 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Serang 2010-2016 ........ 2-21
TABEL 2.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Serang 2016 ............................. 2-21
TABEL 2.6 Penderita Penyakit Akibat Kondisi Air di Kabupaten Serang ........ 2-29
TABEL 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Tahun 2013-2016 Kabupaten Serang (Juta Rupiah) ...................... 2-30
TABEL 3.1 Pelanggan PDAM Kabupaten Serang tahun 2013-2016 ................... 3-2
TABEL 3.2 Sistem Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Serang ....................... 3-3
TABEL 3.3 Hasil Uji Laboratorium Mata Air Sukacai, Kecamatan Baros ........... 3-5
TABEL 3.4 Hasil Uji Laboratorium Air dari Bendung Pamarayan Barat............. 3-8
TABEL 3.5 Data Cakupan Pelayanan Kinerja PDAM Kabupaten Serang ......... 3-10
TABEL 3.6 Kecamatan dan Desa yang Menggunakan Air PDAM sebagai sumber
air ................................................................................................. 3-12
TABEL 3.7 Data Teknis Kinerja PDAM Kabupaten Serang Tahun 2013-2016 .. 3-13
TABEL 3.8 Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Albantani Kabupaten Serang .....
..................................................................................................... 3-14
TABEL 3.9 Jumlah Pegawai PDAM Tirta Albantani .........................................3-17
TABEL 3.10 Variasi Tarif menurut Blok Pemakaian PDAM Tirta Albantani..... 3-18
TABEL 3.11 Tarif Jenis Sambungan Rumah .................................................... 3-19
TABEL 3.12 Persentase Penggunaan Sumber Air untuk Air Minum di Kabupaten
Serang .......................................................................................... 3-23
TABEL 3.13 Persentase Penggunaan Sumber Air untuk Mandi/Cuci di Kabupaten
Serang .......................................................................................... 3-24
TABEL 3.14 Desa di Kabupaten Serang yang Telah Dilayani oleh Pamsimas.. 3-26
TABEL 3.15 Hasil Uji Laboratorium Air Tanah (Pamsimas) di Desa Sindanglaya,
Kecamatan Cinangka ................................................................... 3-31
TABEL 3.16 Hasil Uji Laboratorium Air Sungai Ciwaka, Kecamatan Pontang . 3-35
TABEL 3.17 Kelembagaan dalam Pengelolaan Pamsimas .............................. 3-37
TABEL 3.18 Skema Umum Pendanaan Pamsimas .......................................... 3-42
TABEL 4.1 Indikator Pembobotan Aspek Teknis dalam Ketersediaan Sumber Air
.....................................................................................................4-46
TABEL 4.2 Indikator Pembobotan Aspek Sosial dalam Peminatan Air Minum ......
..................................................................................................... 4-47
TABEL 4.3 Indikator Pembobotan Aspek Ekonomi dalam Kemauan Membayar ...
..................................................................................................... 4-47
TABEL 4.4 Analisis Kebutuhan Nyata dalam Pengembangan RISPAM .......... 4-48
TABEL 4.5 Matriks Pemilihan Prioritas RISPAM Kabupaten Serang ............... 4-50
TABEL 4.6 Peringkat Prioritas Pembangunan ................................................ 4-51
TABEL 4.7 Kriteria Wilayah Prioritas Penanganan .......................................... 4-53
TABEL 4.8 Wilayah Prioritas Penanganan SPAM Non PDAM ......................... 4-55
TABEL 5.1 Kriteria Penghitungan Jumlah Kebutuhan Domestik .................... 5-58
TABEL 5.2 Standar Kriteria Desain Penyediaan Air ........................................ 5-59
TABEL 5.3 Kriteria dan Standar Kebutuhan Air .............................................. 5-60
TABEL 5.4 Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga ................................ 5-60
TABEL 5.5 Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota ....... 5-61
TABEL 5.6 Kriteria Dasar Perhitungan Kebocoran.......................................... 5-65
TABEL 5.7 Kriteria Dasar Penentuan Faktor Kebutuhan Maksimum .............. 5-65
TABEL 5.8 Kriteria Dasar Penentuan Faktor Jam Puncak ............................... 5-66
TABEL 5.9 Standar Baku Mutu Kualitas Air .................................................... 5-75
TABEL 5.10 Perbedaan Saringan Pasir Lambat Dengan Saringan Pasir Cepat5-86
TABEL 5.11 Matrik kriteria utama penyusunan RISPAM berbagai klasifikasi .. 5-99
TABEL 6.1 Rencana Sistem Pusat Kegiatan/Perkotaan di Kabupaten Serang .. 5-5
TABEL 6.2 Rencana Pola Ruang di Kabupaten Serang ..................................... 5-7
TABEL 6.3 Rencana Kawasan Strategis di Kabupaten Serang ........................ 5-11
TABEL 6.4 Asumsi Perhitungan Penambahan Jumlah Penduduk untuk KEK
Bojonegara di Luar Perkembangan Penduduk Alami ................... 5-17
TABEL 6.5 Jumlah Penduduk Time Series dan Proyeksi .................................. 5-19
TABEL 6.6 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Serang berdasarkan
Kecamatan di Tahun 2038 .............................................................. 5-1
TABEL 6.7 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik di Kabupaten Serang ................ 5-4
TABEL 6.8 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik di Kabupaten Serang......... 5-5
TABEL 6.9 Proyeksi Kebutuhan Air Total di Kabupaten Serang ....................... 5-6
TABEL 7.1 Daftar DAS/Sub DAS yang ada di Kabupaten Serang ...................... 7-3
TABEL 7.2 Daftar Rawa, Situ, dan Waduk Per Kecamatan di Wilayah Kabupaten
Serang ............................................................................................ 7-4
TABEL 7.3 Rekapitulasi Potensi Situ dan Waduk di Kabupaten Serang ............ 7-5
TABEL 7.4 Neraca Air Potensi Sumber Air Baku Kabupaten Serang ................. 7-8
TABEL 8.1 Rencana Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di
Kabupaten Serang.......................................................................... 8-3
TABEL 8.2 Tingkat Pelayanan SPAM PDAM Per Kecamatan di Kabupatan Serang
.......................................................................................................8-9
TABEL 8.3 Rencana Sumber Air Baku yang Digunakan pada SPAM PDAM .... 8-11
TABEL 8.4 Jumlah Rumah Tangga Terlayani SPAM PDAM Hingga Tahun 203 .....
..................................................................................................... 8-12
TABEL 8.5 Kebutuhan Air Terlayani PDAM .................................................... 8-13
TABEL 8.6 Kehilangan Air PDAM ................................................................... 8-14
TABEL 8.7 Total Kebutuhan Air PDAM Kabupaten Serang............................. 8-15
TABEL 8.8 Rencana Sistem Interkoneksi ........................................................ 8-18
TABEL 8.9 Hasil Uji Laboratorium Sungai Cibanten (Bendung Sindang Heula) .....
..................................................................................................... 8-30
TABEL 8.10 Hasil Uji Laboratorium Sungai Ciujung Lama (Kalimati).............. 8-32
TABEL 8.11 Kebutuhan Pengembangan untuk SPAM PDAM Tahun 2019-2023....
..................................................................................................... 8-34
TABEL 8.12 Karakteristik dalam Memilih Alternatif Bentuk SPAM Non PDAM .....
..................................................................................................... 8-57
TABEL 8.13 Alternatif Bentuk SPAM Non PDAM di Masing-masing Kecamatan...
.....................................................................................................8-60
TABEL 8.14 Jumlah Rumah Tangga Terlayani SPAM Non PDAM Hingga Tahun
2038 .............................................................................................8-64
TABEL 8.15 Kebutuhan Air untuk SPAM Non PDAM (Liter/Detik) Hingga Tahun
2038 ............................................................................................. 8-65
TABEL 8.16 Kebutuhan Pengembangan untuk SPAM Non PDAM Tahun 2019-
2023 .............................................................................................8-66
TABEL 9.1 Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM PDAM Per Tahapan
2019-2038 pada Setiap Wilayah Pelayanan ..................................9-68
TABEL 9.2 Sumber dan Strategi Pendanaan SPAM .......................................9-69
TABEL 9.3 Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Non PDAM
Kabupaten Serang........................................................................ 9-74
TABEL 9.4 Sumber dan Strategi Pendanaan SPAM Non PDAM ..................... 9-75
TABEL 9.5 Pola dan Sumber Pendanaan Pengembangan SPAM Non PDAM
Kabupaten Serang 2019-2038 ...................................................... 9-77
TABEL 10.1 Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab dalam
Penyelenggaraan SPAM............................................................... 10-5
TABEL 10.2 Rencana Wilayah Pelayanan di Masing-masing Cabang PDAM Tirta
Albantani.................................................................................... 10-15
TABEL 10.3 Rencana Penambahan Jumlah Pegawai PDAM Tirta Albantani Tahun
2038 ........................................................................................... 10-16
TABEL 10.4 Koordinasi dan Kerjasama Pembangunan dalam Pengembangan
SPAM di Kabupaten Serang ....................................................... 10-19
TABEL 10.5 Hak dan Kewajiban Pelaku Kerjasama Pembangunan .............. 10-22
TABEL 10.6 Sintesis Jenis Lembaga Pengelola dan Penyelenggara SPAM
Komunal ..................................................................................... 10-29
TABEL 10.7 Komposisi Personil Pengelola Sarana dan Prasarana Air Minum
Komunal ..................................................................................... 10-38
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.19 Fasilitas SPAM dan Sanitasi yang Tidak Terawat di Desa Sukacai,
Kecamatan Baros .................................................................... 3-45
GAMBAR 4.1 Peta Wilayah Prioritas Penanganan SPAM PDAM .................... 4-52
GAMBAR 4.2 Peta Wilayah Prioritas Penanganan SPAM Non PDAM ............ 4-56
GAMBAR 5.1 Kurva Sisa Klor .......................................................................... 5-81
GAMBAR 5.2 Sistem Jaringan Melingkar ........................................................ 5-91
GAMBAR 5.3 Sistem jaringan cabang ............................................................. 5-92
GAMBAR 5.4 Sistem jaringan kombinasi ........................................................ 5-94
GAMBAR 6.1 Peta Rencana Struktur Ruang di Kabupaten Serang ................... 5-9
GAMBAR 6.2 Peta Rencana Pola Ruang di Kabupaten Serang ....................... 5-10
GAMBAR 6.3 Posisi Strategis Kabupaten Serang dalam Konstelasi Wilayah .. 5-13
GAMBAR 6.4 Peta Rencana Kawasan Strategis di Kabupaten Serang ........... 5-14
Gambar 6.5 Tren Jumlah Penduduk di Kabupaten Serang ............................. 5-16
GAMBAR 6.6 Jumlah Penduduk Time Series dan Proyeksi .............................. 5-20
GAMBAR 6.7 Peta Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Serang
berdasarkan Kecamatan di Tahun 2038 ..................................... 5-2
GAMBAR 7.1 Neraca Air Potensi Sumber Air Baku Kabupaten Serang ............. 7-9
GAMBAR 8.1 Persentase (%) Rata-rata Rencana Cakupan Pelayanan SPAM
PDAM dan Non PDAM di Kabupaten Serang 2023-2028 ........... 8-3
GAMBAR 8.2 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di
Kabupaten Serang Tahun 2023 .................................................. 8-5
GAMBAR 8.3 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di
Kabupaten Serang Tahun 2028 .................................................8-6
GAMBAR 8.4 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di
Kabupaten Serang Tahun 2033 .................................................. 8-7
GAMBAR 8.5 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di
Kabupaten Serang Tahun 2038 .................................................. 8-8
GAMBAR 8.6 Peta Rencana Sistem Interkoneksi ........................................... 8-17
GAMBAR 8.7 Skema SPAM Interkoneksi Cikande .......................................... 8-20
GAMBAR 8.8 Skema SPAM Interkoneksi Pamarayan .................................... 8-21
GAMBAR 8.9 Skema SPAM Interkoneksi Kramatwatu ................................... 8-21
GAMBAR 8.10 Skema SPAM Interkoneksi Anyar ........................................... 8-22
1 – PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menentukan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah. Penyediaan air minum kepada masyarakat merupakan
tanggung jawab pemerintah daerah sebagai salah satu fungsi pelayanan publik.
Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan
kesejahteraan masyarakat, yang mana diharapkan dengan ketersediaan air
minum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat
mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan
sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan
ekonomi wilayah.
bersih tersebut. Untuk itu perlu adanya suatu upaya-upaya yang dilakukan secara
konsisten dan terpadu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut
sehingga tersedia supply dan demand air baku dapat seimbang.
Pengelolaan yang baik, berawal dari perencanaan yang baik, secara teknis,
keuangan, kelembagaan, dan sosial budaya. Untuk itu perlu dilakukan
perencanaan dasar dan pedoman yang selanjutnya disusun dalam bentuk
rencana induk (masterplan) air bersih di Kabupaten Serang dengan harapan dapat
menghasilkan butir-butir penting dalam pengelolaan air bersih di Kabupaten
Serang.
Sejalan dengan peran pemerintah pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi
daerah, Pemerintah telah menerbitkan regulasi setingkat peraturan pemerintah
yang memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak
lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun
kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM).
Ruang lingkup wilayah dari kegiatan ini adalah seluruh wilayah administrasi
Kabupaten Serang yang terdiri dari 29 kecamatan.
Keluaran
Keluaran yang akan dihasilkan dari penyusunan dokumen Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum Kabupaten Serang 2019-2038 adalah:
Landasan Hukum
Rencana Induk SPAM adalah suatu rencana jangka panjang (20 tahun) yang
merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum berdasarkan
proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa
tahap dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya.
1 – Pendahuluan
Bab pertama pada laporan ini membahas terkait dengan latar belakang, tujuan
dan sararan, ruang lingkup kegiatan, keluaran, landasan hukum, serta
sistematika pembahasan dari keseluruhan Laporan Akhir ini.
2 – Kondisi Wilayah Kabupaten Serang
Pada bab gambaran umum akan dipaparkan gambaran terkait kondisi geografis
dan wilayah administratif, kondisi fisik dan lingkungan hidup, kondisi sosial dan
kependudukan, kondisi ekonomi wilayah serta arah pengembangan dalam
penyediaan air di Kabupaten Serang.
Di bab keenam akan dilakukan analisis terhadap kebutuhan air baku hingga tahun
2038 berdasarkan dinamika kependudukan di Kabupaten Serang.
Pada bab terakhir, akan dilakukan analisis terhadap potensi air baku yang dapat
digunakan sebagai sumber potensial bagi pengembangan SPAM Kabupaten
Serang hingga tahun 2038.
Berdasarkan pada rencana induk dan pradesain yang telah dibuat pada bab
sebelumnya, dilakukan simulasi rencana pendanaan dan pola investasi untuk
mendanai penyelenggaraan SPAM baik PDAM dan Non PDAM.
Selain rencana dan pola pembiayaan serta investasi, kelembagaan menjadi hal
yang sangat krusial dalam menjamin keberjalanan SPAM yang diselenggarakan.
Oleh karenanya pada bab terakhir ini dilakukan rencana pengembangan
kelembagaan dalam menyokong terselenggaranya SPAM yang baik.
TABEL 2.1 Luas Wilayah, Jarak dari Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, Jumlah Desa,
Jumlah RT, dan Jumlah RW Kabupaten Serang 2017
JARAK DARI
LUAS KECAMATAN JUMLAH JUMLAH
JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH KE IBUKOTA
DESA RW RT
(KM2) KAB. SERANG
(KM2)
1 Cinangka 111,47 58 14 83 284
2 Padarincang 99,12 33 14 78 280
JARAK DARI
LUAS KECAMATAN JUMLAH JUMLAH
JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH KE IBUKOTA
DESA RW RT
(KM2) KAB. SERANG
(KM2)
3 Ciomas 48,53 22 11 52 149
4. Pabuaran 79,14 18 8 45 156
5 Gunung Sari 48,60 15 7 22 87
6 Baros 44,07 13 14 77 225
7 Petir 46,94 17 15 55 242
8 Tunjung Teja 39,52 22 9 41 187
9 Cikeusal 88,25 20 17 92 270
10 Pamarayan 41,92 34 10 42 187
11 Bandung 25,18 39 8 33 139
12 Jawilan 38,95 42 9 45 185
13 Kopo 44,69 45 10 45 166
14 Cikande 50,53 28 13 67 320
15 Kibin 33,51 24 9 32 149
16 Kragilan 36,33 15 12 59 218
17 Waringinkurung 51,29 19 11 48 150
18 Mancak 74,03 33 14 50 209
19 Anyar 56,81 35 12 60 223
20 Bojonegara 30,30 23 11 67 144
21 Pulo Ampel 32,56 25 9 45 131
22 Kramatwatu 48,59 9 15 74 278
23 Ciruas 34,49 0 15 59 186
24 Pontang 58,09 22 11 35 131
25 Lebak Wangi 31,7 13 10 32 137
26 Carenang 32,80 24 8 37 197
27 Binuang 26,17 27 7 30 101
28 Tirtayasa 64,46 30 14 43 134
29 Tanara 49,30 33 9 30 108
TOTAL 1467,35 - 326 1478 5373
Sumber: BPS Kabupaten Serang, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan terluas berada pada
Kecamatan Cinangka dengan luas 111,47 km2 yang artinya 7,6% dari luas total.
Untuk kecamatan terkecil berada pada Kecamatan Bandung dengan luas 25,18
km2 atau sebesar 1,72% dari luas total. Peta administrasi Kabupaten Serang dapat
dilihat pada GAMBAR 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Serang berikut.
Ditinjau dari letak geografis, Kabupaten Serang merupakan daerah yang sangat
potensial dan amat diuntungkan. Posisi geografis dalam aksesibilitas keluar-
masuk wilayah Kabupaten Serang cukup strategis, karena dilalui oleh Jalan Tol
Jakarta – Merak yang merupakan akses utama dari dan menuju Pulau Sumatera
melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak, menjadikan Kabupaten Serang
sebagai wilayah transit perhubungan darat antara Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera. Disamping itu, Kabupaten Serang juga sebagai daerah alternatif dan
penyangga (hinterland) Ibukota Negara, mengingat jaraknya jika diukur melalui
jalan Tol Jakarta – Merak hanya sekitar 70 km.
2.2.1 Klimatologi
Wilayah Kabupaten Serang beriklim tropis dengan curah hujan dan hari hujan
cukup tinggi di sepanjang tahun 2016. Curah hujan dalam sebulan ratarata 7 mm
dan lama hujan 20 hari. Suhu berkisar antara 24,3°C – 32,3°C, dan kelembaban
relatif sebesar 84%. Tenakan udara rata rata sebesar 1007,8 mb dengan tingkat
penguapan rata rata sebesar 3,7Mm. TABEL 2.2 menunjukkan rata-rata suhu
udara dan kelembaban relatif per bulan di Kabupaten Serang pada tahun 2016.
TABEL 2.2 Rata-Rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Per Bulan di
Kabupaten Serang, 2016
SUHU UDARA (0C) KELEMBABAN RELATIF (%)
NO BULAN RATA- RATA-
MINIMUM MAXIMUM MINIMUM MAXIMUM
RATA RATA
1 Januari 24,6 32,8 28,1 54 98 82
2 Februari 24,5 32,0 27,5 60 98 85
3 Maret 24,5 32,0 27,5 60 98 85
4. April 25,0 32,9 28,1 59 97 84
5 Mei 24,7 32,6 28,1 57 97 84
6 Juni 23,8 32,5 27,3 57 97 84
7 Juli 23,6 32,3 27,2 53 97 84
8 Agustus 23,6 32,4 27,1 49 97 82
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata rata suhu udara di
Kabupaten Serang sebesar 27,60C dengan kelembaban 84%. Rata rata curah
hujan di Kabupaten Serang dapat dilihat pada TABEL 2.3 berikut dan peta curah
hujan di Kabupaten Serang dapat dilhat pada Error! Reference source not
found..
TABEL 2.3 Rata-Rata Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Per Bulan
Kabupaten Serang, 2016
CURAH HUJAN (MM)
NO. BULAN RATA- HARI HUJAN
MINIMUM MAXIMUM
RATA
1 Januari 0,0 33,8 6,6 19
2 Februari 0,0 89.6 10,5 26
3 Maret 0,0 44,6 9,9 23
4. April 0,0 27,7 4,6 19
5 Mei 0,0 54,2 8,0 18
6 Juni 0,0 33,8 7,2 13
7 Juli 0,0 37,5 8,4 16
8 Agustus 0,0 30,2 5,4 16
9 September 0,0 40,0 6,6 24
10 Oktober 0,0 49,6 6,9 24
11 November 0,0 49,8 6,3 22
12 Desember 0,0 44,1 8,1 22
Rata-Rata 0,0 45 7 20
Sumber: BPS Kabupaten Serang, 2017
2.2.2 Topografi
2.2.3 Hidrologi
Kondisi air tanah di Kabupaten Serang umumnya dangkal, yaitu antara 0,5 meter
– 7 meter dari permukaan tanah dan cenderung mengikuti pola permukaan tanah.
Perairan umumnya berupa 5 (lima) buah sungai yang bermuara di Selat Sunda
dan Laut Jawa serta sebuah danau. Sedangkan sumber mata air antara lain
Sungai Sukacai dengan debit air kurang lebih 240 lt/detik dan Sungai Cibanten
dengan debit air kurang lebih 750 lt/detik. Di sebelah timur wilayah Kabupaten
Serang umumnya tidak terdapat mata air, sedangkan di sebelah barat memiliki
potensi mata air dari rendah sampai dengan sedang. Peta daerah aliran sungai
dan cekungan air tanah Kabupaten Serang masing-masing dapat dilihat pada
GAMBAR 2.5 dan GAMBAR 2.6 berikut.
2.2.4 Geologi
Aluvial
Aluvial dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di bantaran Sungai Ciujung bagian hilir.Sedangkan yang bertekstur
tanah sedang terdapat di bantaran Sungai Ciujung dan Cidurian bagian hulu,
tekstur tanah halus terdapat di bantaran Sungai Ciujung dan Cidurian bagian
tengah serta dataran pantai antara SungaiCiujung dan Sungai Cidurian bagian
tengah dan dataran pantai antara Sungai Ciujung dan Cidurian. Kegunaan jenis
tanah ini umumnya baik digunakan untuk sawah atau palawija dataran rendah
serta perikanan.
Asosiasi glei humus dan aluvial kelabu dengan kedalaman efektif tanah > 90
cm dan tekstur tanah sedang terdapat di kawasan dan bagian tengah Rawa
Danau.
Asosiasi hidromorf kelabu dan planosol dengan kedalaman efektif tanah > 90
cm dan tekstur tanah sedang penyebarannya dari Kramatwatu ke arah timur
sampai Ciruas di bagian selatan dan Carenang di bagian utara.Di samping itu
Regosol
Regosol dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di pantai barat yang membentang dari utara sampai selatan yaitu dari
Anyer sampai Cinangka.Tekstur tanah halus terdapat di secara lokal di Anyer
sampai pantai barat bagian selatan Cinangka.Kegunaan jenis tanah ini
umumnya untuk tanaman palawija.
Latosol
Latosol dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di kaki perbukitan/pegunungan di bagian barat, sedang tekstur tanah
halus terdapat pada lembah-lembah di wilayah Gunung Karang.Latosol
dengan kedalaman efektif tanah < 30 cm dan tekstur tanah kasar terdapat di
Gunung Pinang. Kegunaan jenis tanah ini umumnya untuk pertanian padi
sawah, jagung, umbi-umbian, karet, kelapa sawit, coklat, cengkeh, kopi dan
hutan tropik.
Podsolik
Podsolik dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di antara Waringinkurung dan sedikit di sebelah utara Cikande,
sedang tekstur tanah sedang penyebarannya terdapat di dataran Petir,
Cikeusal,Pamarayan, Cikande dan Kopo.Tekstur tanah halus penyebarannya
memanjang dari Pontang ke arah tenggara sampai Kragilan dan sebelah utara
Cikande. Kegunaan jenis tanah ini umumnya diperuntukkan bagi hutan,
ladang, alang-alang dan perkebunan karet.
Tanah dengan kedalaman efektif > 90 cm, dan tekstur tanah sedang terdapat
di wilayah perbukitan daerah Waringinkurung, Mancak dan Pabuaran.
Kegunaan jenis tanah ini umumnya baik untuk tanaman palawija (jenis
kacang-kacangan).
Banjir
Gempa Bumi
Tanah Longsor
Gunung Api
Tsunami
Berdasarkan hasil interpretasi Citra Satelit SPOT-4 tahun 2010, tutupan lahan di
Kabupaten Serang didominasi oleh lahan pertanian yang mencapai ± 57,07% dari
total luas lahan di Kabupaten Serang. Pertanian ini dibedakan menjadi pertanian
pada lahan basah dan lahan kering. Kawasan pertanian lahan basah adalah
persawahan sedangkan pertanian lahan kering seperti perkebunan, tegalan, dan
ladang. Untuk pertanian lahan basah secara umum paling banyak terdapat di
wilayah Serang Barat bagian Utara terutama di Kecamatan Pontang, Tirtayasa,
Tanara, Carenang dan Binuang. Sedangkan untuk pertanian lahan kering
terutama berada di wilayah Serang Selatan, terutama di Kecamatan Baros, Petir,
Cikeusal, Pabuaran, Ciomas dan Padarincang.
Adapun sisanya atau sekitar ± 11,97% dari total luas lahan di Kabupaten Serang,
tutupannya terdiri dari berbagai macam fungsi yang mencakup permukiman,
tambak/empang, tubuh air/sungai, semak belukar, dan lahan terbuka. Peta rawan
bencana Kabupaten Serang dapat dilihat pada GAMBAR 2.7 berikut.
Secara garis besar pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang pada tahun 2010
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kawasan pertanian, tutupannya cukup dominan dengan sebaran
persawahan (lahan basah) terutama terdapat di Kecamatan Tirtayasa dan
untuk tegalan (lahan kering) paling banyak di Kecamatan Baros.
Kawasan hutan terutama berupa hutan primer dan sekunder, sebarannya
terutama di kecamatan-kecamatan yang berada di Serang bagian Barat dan
Serang bagian Selatan.
Kawasan permukiman, tersebar disetiap kecamatan yang berada di
Kabupaten Serang, konsentrasinya terutama disekitar pusat-pusat
kecamatan.
Kawasan tambak/empang, sebarannya terutama di wilayah pesisir Serang
Utara mulai dari Kecamatan Bojonegara, Pontang, Tirtayasa, dan Tanara
GAMBAR 2.8 Persentase Luas Lahan Kabupaten Serang Menurut Penggunaan 2016
menunjukkan persentase luas lahan Kabupaten Serang menurut penggunaan
Tahun 2016.
GAMBAR 2.8 Persentase Luas Lahan Kabupaten Serang Menurut Penggunaan 2016
Sumber: BPS Kabupaten Serang, 2017
Jumlah penduduk Kabupaten Serang pada tahun 2016 berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), mencapai 1.484.502 jiwa. Penduduk laki-laki
sebanyak 752.703 jiwa, lebih banyak dibanding penduduk perempuan yang
sebesar 731.799 jiwa dengan sex rasio 103. Laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Serang tahun 2015-2016 sebesar 0,69% dengan kepadatan penduduk
1.012jiwa/km2. Jumlah Penduduk Kabupaten Serang menyumbangkan 12,16%
dari total populasi di Provinsi Banten. Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat
kepadatannya masing-masing dapat dilihat pada TABEL 2.4 dan TABEL 2.5.
Berdasarkan tabel dan peta diatas dapat diketahui bahwa rata rata kepatan
penduduk di Kabupaten Serang adalah sedang dengan kepadatan 1011 jiwa/km2.
Kepadatan tinggi berada di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Cikande, Kibin,
Kragilan, Kramatwatu dan Ciruas dengan kepadatan lebih dari 1500 jiwa/km2.
Pada periode 2012 – 2016, IPM Kabupaten Serang menunjukkan peningkatan dari
62,97 pada tahun 2012 menjadi 65,12 pada tahun 2016. IPM Kabupaten Serang
pada Tahun 2016 mencapai 65,12 mempunyai makna bahwa tingkat pencapaian
pembangunan manusia Kabupaten Serang adalah 65,12 % dari kondisi
pembangunan manusia yang ideal (di mana IPM ideal = 100). Perkembangan IPM
Kabupaten Serang dapat dilihat pada GAMBAR 2.11 berikut.
65.5
65
64.5
64
IPM
63.5
63
62.5
2012 2013 2014 2015 2016
GAMBAR 2.14 Perbandingan Rata – Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Serang
dengan Kabupaten/Kota Lain di Provinsi Banten dan Indonesia tahun 2015
Sumber: BPS Kabupaten Serang, 2017
2.3.3 Sosial-Budaya
ketiga, pemeluk agama Kristen Katolik dengan jumlah 1.896 orang (0,13 %). Di
tempat keempat pemeluk agama Budha dengan jumlah 250 orang (0,02 %).
Terakhir kelima pemeluk agama Hindu dengan jumlah 218 orang (0,01 %).
Budaya daerah masih dapat kita pertahankan dengan tidak mengurangi nilai-nilai
Islami yang ada pada sebagian besar masyarakat Kabupaten Serang, seperti
peringatan hari-hari besar Islam, pembinaan kesenian tradisional daerah
Kabupaten Serang dan sebagainya. Kondisi ini kita harapkan dapat menjadi
dukungan moril untuk terus berusaha dan bekerja demi percepatan
pembangunan masyarakat Kabupaten Serang
Degradasi kondisi lingkungan dan pola perilaku hidup masyarakat yang renah
terutama lingkungan di sekitar rumah permukiman akan mengancam kesehatan
masyarakat. Salah satunya adalah kondisi air. Masyarakat yang menggunakan air
yang tercemar dapat terkena beberapa penyakit air seperti kolera, diare, disentri,
hepatitis, typoad, malaria, cacingan dan demam tifoid. Dampak dari penyakit
tersebut adalah banyak penduduk yang dipaksa rawat inap di rumah sakit dan
rawat jalan. Jumlah penderita penyakit akibat kondisi air di Kabupaten Serang
yang tercatat dalam catatan pengunjung rumah sakit umum dapat dilihat pada
TABEL 2.6 berikut.
Pada tahun 2016 Kabupaten Serang menangani persolaan terkait penyakit yang
disebabkan oleh kualitas air seperti diare dengan jumlah 975 kasus, Disentri 18
kasus, tifoid 306 kasus, gangguan kulit 51 kasus dan hepatitis 50 kasus. Kualitas
air yang didapatkan dapat dipenagruhi juga dengan kualitas sanitasi yang
sebagian besar masih buruk. Prosentase jumlah keluarga yang memiliki jamban
sehat sebanyak 38%. Sementara sebagian besar masyarakat masih buang
tinjanya di kebun, sungai atau di kali. Prosentase jumlah keluarga yang memiliki
saluran pembuangan air limbah dengan kondisi baik sebesar 27,45%. Sebagian
besar masyarakat belum mempunyai saluran pembuangan air limbah dan
membuang air limbah dari dapur ke halaman belakang rumah.
komunikasi; (11) jasa keuangan dan asuransi; (12) real estate; (13) jasa
perusahaan; (14) administrasi pemerintah, pertanahan dan jaminan sosial wajib;
(15) jasa pendidikan; (16) jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan (17) jasa lainnya.
Terdapat 2 (dua) jenis penghitungan PDRB yaitu Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHK) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun berjalan. PDRB (ADHK) digunakan untuk
mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur
ekonomi suatu daerah. Perkembangan PDRB Kabupaten Serang (ADHB) tahun
2013-2016 dapat dilihat pada TABEL 2.7 berikut ini.
TABEL 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Tahun 2013-2016 Kabupaten Serang (Juta Rupiah)
NO. SEKTOR PDRB 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan 3.542,61 3.700,63 3.959,77 4.234,50
1
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 43,36 42,45 45,71 47,96
3 Industri Pengolahan 20.980,06 21.601,05 22.745,97 23.742,21
4 Pengadaan Listrik dan Gas 196,28 207,11 209,34 230,91
5 Pengadaan Air 13,46 14,40 15,28 16,43
6 Konstruksi 3.526,79 3.913,44 4.047,14 4.229,29
Perdagangan Besar dan Eceran, 3.650,50 3.981,24 4.184,12 4.328,65
7 dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 1.291,43 1.413,94 1.490,57 1.627,29
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 897,30 971,41 1.008,90 1.068,10
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 452,27 511,05 529,53 540,48
11 Jasa Keuangan 949,59 979,18 1.072,32 1.262,89
12 Real Estate 1.900,03 2.045,55 2.148,52 2.261,61
13 Jasa Perusahaan 88,30 95,15 97,39 100,92
Administrasi Pemerintahan, 861,15 819,22 840,63 872,99
14 Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 1.280,29 1.375,42 1.380,78 1.396,59
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 193,26 214,25 224,04 242,59
Sosial
17 Jasa Lainnya 369,99 415,46 425,29 443,44
PDRB Kab. Serang 40.136,68 42.300,93 44.425,32 46.646,86
Sumber: BPS Kabupaten Serang, 2017
Sementara itu PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar yakni tahun 2010. PDRB ADHK
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke
tahun dengan memperhitungkan tingkat inflasi.
Pada tahun 2015-2016 bertambah sebesar 4,59 triliun rupiah, yaitu dari 56,68
triliun rupiah pada tahun 2015 menjadi 61,27 triliun rupiah pada tahun 2016 atau
meningkat sebesar 7,49 persen. Perkembangan pembangunan ekonomi di
Kabupaten Serang dalam prosesnya minimal dapat dilihat dari perkembangan
PDRB nominalnya. Selama tahun 2013-2016 secara nominal PDRB Kabupaten
Serang mengalami kenaikan. Pada tahun 2015-2016 bertambah sebesar 4,59
triliun rupiah, yaitu dari 56,68 triliun rupiah pada tahun 2015 menjadi 61,27 triliun
rupiah pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 7,49 persen. Pada tahun 2017,
PDRB Kabupaten Serang atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 66,05
triliun. Tahun 2017, PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Serang tercatat
sebesar Rp 49,15 triliun, meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 yang
mencapai Rp 46,72 triliun. Pada tahun 2016-2017 bertambah sebesar 5,16 triliun
rupiah, yaitu dari 60,89 triliun rupiah pada tahun 2016 menjadi 66,05 triliun rupiah
pada tahun 2017 atau meningkat sebesar 8,47 persen. PDRB Kabupaten Serang
Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan dapat dilihat pada
GAMBAR 2.16 berikut.
70
66.05
65
61.27
60
56.68
55
51.32
50 Atas Dasar
49.15
46.65 Harga Konstan
45 45.97
44.43
42.04 42.3 Atas Dasar
40 40.14 Harga Berlaku
37.85
35
30
2012 2013 2014 2015 2016 2017
GAMBAR 2.16 PDRB Kabupaten Serang Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar
Harga Konstan (2010=100), 2012-2016 (Triliun Rupiah)
Sumber: BPS Kabupaten Serang, 2018
270000
250000
230000
210000
190000
170000
150000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
90000
89200
85000
82000
80000
60000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2.5.1.1 Penyediaan Air untuk Kabupaten Serang dalam SPAM Regional Provinsi
Banten
SPAM Regional Provinsi Banten memiliki rencana pembangunan dengan unit air
baku yang diperoleh dari Waduk Karyan di Kabupaten Lebak dan Bendung
Sindangheula (Kabupaten Serang). Adapun wilayah pelayanan di Kabupaten
Serang yang akan dilayani oleh SPAM Regional Banten adalah seperti berikut.
2.5.1.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum Kabupaten Serang Tahun 2031
dalam SPAM Regional Provinsi Banten
Rancangan sistem air bersih ini akan disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan air
sesuai dengan masing masing jenis pelayanan dan disesuaikan dengan rancangan
pengembangan kota pada jangka panjang. Target tingkat pelayanan disesuaikan
dengan program Milenium Development Goals yang berbunyi Reduce by half the
proportion of people without sustainable access to safe drinking water, dapat
diterjemahkan sebagai menciptakan kemudahan bagi separuh prosentase
penduduk yang belum memperoleh kemudahan akses air minum ditambah
persentase penduduk yang telah memperolehnya pada saat ini, pada 2011.
Secara umum, rancangan teknis dibedakan atas 2 kategori pengembangan yaitu:
1) Sistem Perkotaan
Daerah pelayanan air minum di Kabupaten Serang saat ini dibagi menjadi
duapuluh zona, sesuai dengan jumlah Kecamatan yang terlayani. Dan dalam
rencana pengembangan PDAM Serang, daerah pelayanan ini akan ditingkatkan
dengan menambah jaringan pada kecamatan yang belum terlayani. Sehingga
pelayanan akan mencakup seluruh Kecamatan.
Dari rencana pemakaian air baku, pemakaian air dari saluran irigasi akan
meningkat menjadi 3.717 L/det pada tahun 2031, sedangkan dari air permukaan
(Sungai Ciujung) sebesar 1.515 L/det. Dari kapasitas minimum yang dapat
disediakan oleh Sungai Ciujung adalah 2.000 L/det pada musim kemarau,
kemungkinan kecil sekali untuk mengambil dari Sungai Ciujung, karena kapasitas
ini digunakan sebagai penggelontor pada musim kemarau.
Sumber air baku air tanah dalam tidak direkomendasikan untuk perencanaan
yang akan datang, kecuali untuk Ciomas tetap akan dipertahankan. Sumur dalam
yang lain tidak akan dikembangkan, tetapi ditutup, karena kualitas tidak
memenuhi syarat, juga kapasitasnya tidak dapat diandalkan. Penggunaan mata
air masih dipertahankan sampai dengan akhir perencanaan tahun 2031 yaitu
mata air Sukacai dan Citaman sebesar 140 L/det, dan mata air Cisindang 10 L/det,
mata air Cirahab 10 L/det, dan mata air Pelabuhan Bulan 35 L/det.
ketersediaan air baku, kebutuhan air tersebut masih dapat terpenuhi, sehingga
yang diperlukan adalah pada peningkatan kapasitas pengolahan.
Secara umum sistem penyediaan air bersih yang akan dikembangkan sebagian
masih mempertahankan sistem yang ada serta sebagian lagi merupakan sistem
baru. Rencana cakupan pelayanan air bersih untuk kebutuhan domestik,
direncanakan sebesar 40% dari wilayah perencanaan. Cakupan pelayanan
tersebut merupakan cakupan pelayanan rata-rata, dimana masing-masing sub
zona pelayanan mempunyai prosentase cakupan yang berbeda-beda, tergantung
pada ketersediaan sumber air bersih di daerah tersebut.
- CAT Rawa Danau dengan luas kurang lebih 375 km2 yang meliputi wilayah
Kabupaten Serang bagian selatan dan wilayah Kabupaten Pandeglang.
- CAT Serang – Tangerang dengan luas kurang lebih 2.822 km2 yang
merupakan CAT lintas propinsi yaitu wilayah Propinsi Jawa Barat dan
Banten.
- pengelolaan air baku dari sumber air permukaan untuk penyediaan air
bersih perkotaan dan kebutuhan industri; dan
- pengelolaan air baku dari sumber mata air dengan debit 10 liter per detik
atau lebih untuk penyediaan air bersih perdesaan.
oleh limbah domestik dan industri serta terkontamisasi air laut). Saluran induk
irigasi dengan kondisi infrastruktur jaringan irigasi yang sudah tidak optimal,
memerlukan pemeliharaan yang optimal, bahkan, sehingga laju air irigasi
terhambat oleh adanya tutup buka aliran air irigasi.
2016, IPM di Kabupaten Serang telah mencapai angka 65,12. Capaian IPM
tersebut posisinya masih dibawah capaian rata-rata IPM Provinsi Banten
(70,06) dan IPM Nasional (71,17) pada tahun yang sama.
- Sektor yang menyumbangkan PDRB terbesar adalah sektor industri
pengolahan dengan besar 2 triliun rupiah.
- Guna Lahan sebanyak 41% merupakan kawasan persawahan.
- SPAM regional Banten Karian dan Sindang Heula akan melayani
penyediaan air di Kecamatan Jawilan, Kecamatan Kopo, Kecamatan
Pamarayan, Kecamatan Cikande, Kecamatan Binuang, Kecamatan
Kramat Watu, Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel.
- Tingkat pelayanan SPAM akan ditingkatkan secara bertahap menjadi 60%
pada 2025 dan menjadi 80% pada 2031 (SPAM Regional Banten, 2016).
- Long storage Kalimati Ciujung Lama
- Pemindahan intake sumber air dari irigasi pamarayan barat
GAMBAR 2.22 Peta Hidrologi dan Arah Pengembangan SPAM Regional Banten di
Kabupaten Serang
Sumber: Olahan Berbagai Kebijakan, 2018
3 – KONDISI SPAM
EKSISTING KABUPATEN
Sistem pelayanan air minum di Kabupaten Serang dilaksanakan oleh PDAM Tirta
Albantani melalui sistem individu maupun sistem integrasi dengan
memanfaatkan sumber air dari mata air, air permukaan (irigasi dan sungai),
sumur dalam.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Serang didirikan pada tahun
1977 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten
Serang Nomor 1 Tahun 1977. Pada mulanya, PDAM Kabupaten Serang diawali
dari Seksi Air Minum pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Serang dengan
jumlah pelanggan hanya 242 sambungan rumah yang menggunakan sumber air
baku dari sumur dalam. Selanjutnya dengan dana APBN yang disalurkan melalui
Proyek Air Bersih (PAB) Jawa Barat, pada tahun 1977-1978 dilaksanakan
pengembangan dan peningkatan sarana air bersih yang diprioritaskan untuk
melayani kebutuhan air minum masyarakat Kota Serang. PDAM Kabupaten
Serang ditetapkan namanya menjadi PDAM Tirta Albantani berdasarkan
keputusan Bupati atas usulan direksi melalui dewan pengawas yang diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 7 Tahun 2010.
Pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM baru mampu melayani beberapa
kecamatan saja, sedangkan kebutuhan terhadap air bersih semakin meningkat
dengan tumbuhnya perumahan-perumahan baru. Dengan demikian, maka
pembangunan pelayan air bersih dapat dikembangkan dengan lebih baik.
Sumber air yang dimanfaatkan PDAM Kabupaten Serang berasal dari mata air,
irigasi, sumur dalam, dan sumber dari mitra kerja (PT SBS dan PT STR). Sumber-
sumber tersebut antara lain adalah Mata Air Citaman, Mata Air Baros, Irigasi
Pamarayan Barat, Irigasi Pamarayan Timur, Bendung Kroya, Sungai-Bendung
Ciwaka, Sungai-Bendung Cidurian, Mata Air Padarincang, Sungai Cisirih, Sungai
Cisangkui, Mata Air Cilamojan, Sungai Cikeneng, dan Sumur Dalam Ciomas-
Pasuruan. Rincian mengenai sumber air yang digunakan untuk sistem
penyediaan air bersih di Kabupaten Serang dapat dilihat pada TABEL 3.2.
Mata air Sukacai merupakan mata air yang berada pada dataran tertinggi
dibandingkan mata air lain yang digunakan oleh PDAM Tirta Albantani
Kabupaten Serang. Mata Air Sukacai berada pada ketinggian 316 MDPL. Mata Air
Sukacai berlokasi di Kampung Sukacai, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang
sudah dimanfaatkan dari tahun 1970-an dengan produksi awalnya sebesar 30
liter/detik. Pada awalnya pengolahan dilakukan dengan klorinasi sebelum
didistribusikan. Keluhan bau kaporit yang tidak diterima masyarakat sekitar
menyebabkan pembubuhan kaporit dihentikan dan menyebabkan air dari
sumber langsung di distribusikan melalui pipa transmisi.
Mata Air Sukacai memiliki broncaptering. Dari broncaptering, air mengalir pada
saluran terbuka, dimana sebelumnya terdapat tandon yang tepat berada di luar
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
3-4
bangunan pelindung yang ditunjukkan pada GAMBAR 3.1. Akibat erosi dan
penggundulan hutan, tandon sudah tidak berfungsi karena mata air tidak
memproduksi air sebanyak dulu.
Overflow dari broncaptering masuk menuju desa sekitar melalui saluran terbuka
yang terpisah. Saluran terbuka Mata Air Sukacai dapat dilihat pada GAMBAR 3.2.
Sistem transmisi tertanam dibawah dengan jenis pipa ACP berdiameter 400 mm.
Penurunan kapasitas produksi yang sampai hingga pada pelanggan terjadi akibat
kebocoran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh umur pipa yang sudah tua
dan seharusnya dilakukan pergantian pipa. Untuk operasionalnya, dipekerjakan
masyarakat sekitar untuk menjaga broncaptering dan bangunan pelindung mata
air.
Kualitas Mata Air Sukacai secara keseluruhan telah memenuhi baku mutu
berdasarkan Baku Mutu mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 492
Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kualitas air Mata Air
Sukacai dapat dilihat pada TABEL 3.3.
TABEL 3.3 Hasil Uji Laboratorium Mata Air Sukacai, Kecamatan Baros
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU METODA ACUAN
ANALISA MUTU
FISIKA
1 Padatan Terlarut Total (TDS) mg/L 124,00 500 SNI 06-6989.27-2005
KIMIA
1 pH mg/L 6,9 6,0-8,5 SNI 06-6989.11-2004
2 Nitrat (NO3-N) mg/L <0,0031 50 SNI 6989.79:2011
3 Amonia (NH3-N) mg/L <0,0200 1,5 SNI 06-6989.30-2005
4 Arsen (As) mg/L <0,0021 0,01 APHA 3114-C-2012**
5 Barium (Ba) mg/L 0,04636 0,7 USEPA Methode No. 200.7-2001
6 Boron (B) mg/L <0,01973 0,5 USEPA Methode No. 200.7-2001
7 Selenium (Se) mg/L <0,0013 0,01 APHA 3114-C-2012**
8 Kadmium (Cd) mg/L <0,00928 0,003 USEPA Methode No. 200.7-2001
9 Tembaga (Cu) mg/L <0,01674 2 USEPA Methode No. 200.7-2001
10 Besi (Fe) mg/L <0,01693 0,3 USEPA Methode No. 200.7-2001
11 Timbal (Pb) mg/L <0,00978 0,01 USEPA Methode No. 200.7-2001
12 Mangan (Mn) mg/L 0,04174 0,4 USEPA Methode No. 200.7-2001
13 Air Raksa (Hg) mg/L <0,0004 0,001 SNI 6989.78:2011
14 Seng (Zn) mg/L <0,01856 3 USEPA Methode No. 200.7-2001
15 Klorida (Cl-) mg/L 18,49 250 SNI 6989.19:2009
16 Sianida (CN ) - mg/L <0,0050 0,07 SNI 6989.77-2011
17 Flourida (F-) mg/L 0,2935 1,5 SNI 06-6989.29-2005
18 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,0074 3 SNI 06-6989.9-2004
19 Sulfat (SO4 ) 2- mg/L 109,1108 250 SNI 6989.20:2009
20 Deterjen (MBAS) mg/L <0,0087 0,05 SNI 06-6989.51-2005
MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform Jml/100 ml 11^ 0 APHA 9221-E-2012**
2 Coliform Jml/100 ml 33^ 0 APHA 9221-B-2012**
Baku Mutu mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010
Keterangan
a. Logam berat merupakan logam terlarut (*)
b. American Public Health Association, Standard Method Edisi ke 22 Tahun 2012 (**)
c. Huruf yang tercetak tebal menunjukkan parameter yang tidak terakreditasi
d. Tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan (^)
Sumber: Hasil Uji Laboratorium, 2018
Berdasarkan hasil uji laboratorium, air yang berasal dari Mata Air Sukacai
memenuhi baku mutu Permenkes No. 492 Tahun 2010 untuk parameter Fisik
maupun parameter kimiawi. Namun, untuk paramater mikrobiologi air Mata Air
Sukacai mengandung Fecal coliform dan coliform yang mengindikasikan
tercemarnya air oleh limbah domestik (kotoran manusia).
Mata Air Citaman berlokasi lebih rendah dari Mata Air Sukacai yang berada pada
ketinggian 295 MDPL dekat dengan Desa Citaman, Kecamatan Baros. Kapasitas
Mata Air Citaman awalnya sebesar 30 liter/detik. Sama halnya dengan Mata Air
Sukacai, penurunan air yang diterima pelanggan terjadi akibat kebocoran yang
besar. Hal tersebut dikarenakan kondisi transmisi dan distribusi pada perpipaan
yang kurang layak dan butuh pergantian pipa baru. Terdapat tandon yang sudah
tidak berfungsi sebagai penampung air untuk di distribusikan oleh PDAM Tirta
Albantani. Tandon tersebut ditunjukkan pada GAMBAR 3.3.
Broncaptering Mata Air Citaman dapat dilihat pada GAMBAR 3.4. Broncaptering
Mata Air Citaman tidak dijaga dengan ketat sehingga aktivitas mandi masih
dilakukan masyarakat sekitar mata air. Untuk aktivitas mencuci dengan detergen
dan buang air besar sembarangan (BABS) dilarang pada bagian broncaptering.
Overflow yang terjadi pada broncaptering akan masuk melalui saluran terbuka dan
ditujukkan kepada masyarakat sekitar untuk menjadi konsumsi air bersih sehari-
hari. Tidak dilakukan pengolahan apapun dimana air yang telah masuk pipa
transmisi langsung masuk pada sistem jaringan distribusi untuk dikonsumsi oleh
pelanggan.
Alasan dari pengambilan sumber air baku dari irigasi adalah kondisi sungai
terdekat UPAM Kenari telah terkontaminasi limbah domestik maupun limbah
industri yang berat. Pencemaran air sungai tersebut berdampak pada sulitnya
pengolahan yang dibutuhkan dan keamanan konsumsi air yang dimungkinkan
tidak aman untuk kesehatan. Kualitas air dari Irigasi Pamarayan Barat dapat
dilihat pada TABEL 3.4.
TABEL 3.4 Hasil Uji Laboratorium Air dari Bendung Pamarayan Barat
HASIL BAKU
NO PARAMETER SATUAN METODA ACUAN
ANALISA MUTU
FISIKA
1 Padatan Terlarut Total (TDS) mg/L 102,00 500 SNI 06-6989.27-2005
KIMIA
1 pH mg/L 7,15 6,0-8,5 SNI 06-6989.11-2004
2 Nitrat (NO3-N) mg/L 2,8207 50 SNI 6989.79:2011
3 Amonia (NH3-N) mg/L <0,0200 1,5 SNI 06-6989.30-2005
4 Arsen (As) mg/L <0,0021 0,01 APHA 3114-C-2012**
5 Barium (Ba) mg/L 0,002794 0,7 USEPA Methode No. 200.7-2001
6 Boron (B) mg/L <0,00726 0,5 USEPA Methode No. 200.7-2001
7 Selenium (Se) mg/L <0,0013 0,01 APHA 3114-C-2012**
8 Kadmium (Cd) mg/L <0,00928 0,003 USEPA Methode No. 200.7-2001
9 Tembaga (Cu) mg/L <0,00819 2 USEPA Methode No. 200.7-2001
10 Besi (Fe) mg/L 0,22742 0,3 USEPA Methode No. 200.7-2001
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
3-9
HASIL BAKU
NO PARAMETER SATUAN METODA ACUAN
ANALISA MUTU
11 Timbal (Pb) mg/L <0,01039 0,01 USEPA Methode No. 200.7-2001
12 Mangan (Mn) mg/L 0,05677 0,4 USEPA Methode No. 200.7-2001
13 Air Raksa (Hg) mg/L <0,0004 0,001 SNI 6989.78:2011
14 Seng (Zn) mg/L <0,01894 3 USEPA Methode No. 200.7-2001
15 Klorida (Cl-) mg/L 28,99 250 SNI 6989.19:2009
16 Sianida (CN ) - mg/L <0,0050 0,07 SNI 6989.77-2011
17 Flourida (F-) mg/L 0,2872 1,5 SNI 06-6989.29-2005
18 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,4555 3 SNI 06-6989.9-2004
19 Sulfat (SO4 ) 2- mg/L 154,073 250 SNI 6989.20:2009
20 Deterjen (MBAS) mg/L 0,0133 0,05 SNI 06-6989.51-2005
MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform Jml/100 ml 130^ 0 APHA 9221-E-2012**
2 Coliform Jml/100 ml 430^ 0 APHA 9221-B-2012**
Baku Mutu mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010
Keterangan
a. Logam berat merupakan logam terlarut (*)
b. American Public Health Association, Standard Method Edisi ke 22 Tahun 2012 (**)
c. Huruf yang tercetak tebal menunjukkan parameter yang tidak terakreditasi
d. Tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan (^)
Sumber: Hasil Uji Laboratorium, 2018
Pada tahun 2014, masyarakat yang menggunakan sumber air untuk minum
maupun mandi/cuci yang berasal dari PAM/PDAM mencapai 12 kecamatan dan
30 desa. Kecamatan yang telah terlayani air bersih dapat dilihat pada TABEL 3.6.
TABEL 3.6 Kecamatan dan Desa yang Menggunakan Air PDAM sebagai sumber air
NO. KECAMATAN KELURAHAN/DESA
1. Baros Curug Agung
Sukamanah
Baros
2. Cikeusal Mongpok
3. Pamarayan Pamarayan
Kampung Baru
4. Kibin Cijeruk
Nambo Ilir
Kibin
Tambak
5. Anyar Kosambi Ronyok
Grogol Indah
6. Bojonegara Bojonegara
7. Pulo Ampel Mangunreja
8. Kramatwatu Kramatwatu
Pamengkang
Tonjong
Terate
Teluk Terate
9. Ciruas Pelawad
10. Pontang Linduk
Kubang Puji
Pontang
Wanayasa
Domas
11. Tirtayasa Kebon
Pontang Legon
Lontar
12. Kasemen Kasemen
Banten
Sumber: Podes Kabupaten Serang, 2014
3.1.2.3 Kapasitas Produksi, Distribusi, Nilai Air Terjual, dan Tingkat Kehilangan Air
Efisiensi produksi PDAM Kabupaten Serang pada tahun 2016 adalah sebesar
31,6%. Kondisi tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu
sebesar 50,10%. Menurunnnya efisiensi produksi disebabkan karena peningkatan
kapasitas terpasang lebih besar dari peningkatan kapasitas produksi. Tingkat
kehilangan air pada tahun 2016 adalah sebesar 24,5%. TABEL 3.7 menunjukkan
data teknis kinerja PDAM Kabupaten Serang tahun 2013-2016.
TABEL 3.7 Data Teknis Kinerja PDAM Kabupaten Serang Tahun 2013-2016
TAHUN
NO. ASPEK
2013 2014 2015 2016
1. Kapasitas terpasang (L/detik) 457 701 764 912
2. Volume produksi riil (L/detik) 302 351 292 288
3.. Efisiensi Produksi 66,0% 50,10% 38,3% 31,6%
4. Tingkat Kehilangan Air 19,1% 28,90% 24,8% 24,5%
5. Jam Operasi Layanan/hari 22 22 23 22
6. Tekanan Sambungan Pelanggan 35,2% 44,6% 18,7% 21,4%
7. Penggantian Meter Air 0,9% 0,80% 0,90% 0,30%
Sumber: Buku Kinerja PDAM 2014-2017, BPPSPAM
Waktu operasional pelayanan air oleh PDAM Tirta Albantani Kabupaten Serang
sudah mencapai 12-24 jam per hari. Akan tetapi masih terdapat beberapa PDAM
Unit IKK yang hanya melayani selama 6 jam saja per harinya, seperti IKK Anyer
dan IKK Kramatwatu.
PDAM Kabupaten Serang telah memiliki 23 unit sistem penyediaan air bersih.
Adapun sistem pengolahan masih didominasi dengan desinfeksi saja untuk untuk
sumber air baku yang berasal dari sumur dalam dan mata air. TABEL 3.8
menunjukkan Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Albantani Kabupaten Serang.
TABEL 3.8 Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Albantani Kabupaten Serang
NO IKK INSTALASI KAPASITAS SISTEM WILAYAH
TERPASANG PENGOLAHAN/ PELAYANAN
(L/DETIK) DISTRIBUSI
1 Baros MA Citaman 40 Klorinasi/Perpompaan Sukamanah, Sidomukti
MA Sukacai 30
WTP: Pengolahan
Kenari 25
Lengkap
Sumur dalam 2,5
Kasemen 10
Harjatani, Wanayasa,
Kramatwatu,
Margasana,
2 Kramatwatu 20 -/Perpompaan
Pegadingan,
Pamekang, dan
Tonjong
3 Anyer MA Cilamujan 10 -/Gravitasi Anyar, Kosambironyok
Mekarsai, Cikoneng,
Cikoneng 10 -/Perpompaan
Kamasan
Cisirih 10 -/Perpompaan
Saringan Pasir Labuan, Angsana,
4 Mancak 5
Lambat/Perpompaan Sangiang, Mancak
Padarincang,
Kalumpang, Cibojong,
5 Padarincang MA Cirahap I 10 -/Perpompaan
Citasuk, Batukuwung,
Curuggong
Sukadana, Sukaberes,
6 Ciomas Sumur dalam 10 -/Perpompaan
Pondok kahuru
Cibaga, Sumuranja
7 Bojonegara 50 -/Perpompaan Bakri, Ragas, Wadas,
Gedong
8 Waringinkuring 20 -/Perpompaan
Ranjeng, Pelawad,
9 Ciruas Ciruas I 15 -/Perpompaan
Perum BCP
Kragilan, Sentul,
10 Kragilan Kendayakan 30 -/Perpompaan Kandayakan, Cisaat,
Pipitan
11 Cikande Cikande 20 -/Perpompaan
12 Kibin Kibin 20 -/Perpompaan
13 Binuang Binuang 20 -/Perpompaan
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
3-15
1. Bagian Keuangan
Bagian keuangan memiliki tanggung jawab dengan sistem administrasi yang
meliputi manajemen anggaran, akuntanasi dan rekening PDAM.
2. Bagian Kepegawaian dan Umum
Bagian ini bertanggung jawab atas keseluruhan sistem kepegawaian yang
ada. Salah satu tanggung jawabnya adalah perubahan dan mutasi karyawan,
penerimaan karyawan, dan lain lain.
3. Bagian Teknik Perencanaan dan Logistik
Pada bagian ini, terdapat dua sub bagian lainnya yaitu perencanaan yang
bertanggungjawab atas segala kebutuhan dan operasional SPAM yang
berjalan dan secara langsung berhubungan dengan konsultan perencanaan.
Sub bagian logistik bertanggungjawab dalam RAB dari segala pekerjaan
bagian perencanaan untuk diajukan kepada direktur utama.
4. Bagian Pengawasan dan Litbang
Bagain pengawasan dan litbang bertaggung jawab atas pengumplan berkas
kualitas air yang di distribusikan dari seluruh UPAM yang ada. Selain kualitas,
konsolidasi laporan tahunan diproses pada bagian pengawasan.
5. Pejabat Fungsional
Bagian ini bertanggung jawab terhadap sistem fungsi seluruh bagian yang
ada pada instansi.
BUPATI
DEWAN PENGAWAS
DIREKSI
PERENCANAAN
KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN DAN
PENGEMBANGAN PENGAWASAN
ANGGARAN UMUM
SPAM
PENELITIAN DAN
KEMITRAAN DAN
REKENING LOGISTIK PENGEMBANGAN
HUMAS
SPAM
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Serang memiliki pegawai pada per
April 2018 adalah sebanyak 169 karyawan, terdiri dari Pegawai Perusahaan (PP),
Tenaga Kontrak PDAM, Tenaga Kontrak Koperasi Tirta Albantani Kab.Serang.
Adapun data yang ditunjukkan pada TABEL 3.9 yang merupakan jumlah pegawai
selama lima tahun terakhir.
TABEL 3.10 Variasi Tarif menurut Blok Pemakaian PDAM Tirta Albantani
KELOMPOK VARIASI TARIF MENURUT
PELANGGAN BLOK PEMAKAIAN
0 – 10 M3 > 10 M3
Kelompok I
1. Kran Umum 700 1-00
2. Sosial A 1000 2000
3. Sosial B 1000 2000
4. Rumah Tangga A 1000 2000
Kelompok II
1. Rumah Tangga B 1800 2000
2. Rumah Tangga C 2000 2500
3. Rumah Tangga D 2200 2750
Kelompok III
1. Rumah Tangga E 2500 3500
2. Niaga A 2750 3500
3. Niaga B 3000 4500
4. Industri A 2000 4000
5. Industri B 4000 6000
Kelompok IV
1. Industri C SESUAI KESEPAKATAN
2. Niaga Khusus ANTARA PDAM DENGAN
PELANGGAN
SESUAI KESEPAKATAN
Sumber: PDAM Tirta Albantani Kabupaten Serang, 2018
Adapun untuk tarif abnomen bagi Kran Umum FR dan Rumah tangga FR di UPAM
yang menggunakan fasilitas pembatas aliran (Flow Restrictor) terjadi kenaikan
tarif yang dapat dilihat pada TABEL 3.11. Untuk pelayanan dengan menggunakan
tangki air adalah Rp. 2.500,-/M3 ditambah ongkos angkut Rp/M3/KM.
3.1.4 Permasalahan
Lainnya 0.00
Ledeng tanpa meteran 0.77
Sungai/danau/kolam 0.77
Mata air 9.72
Sumur bor/Pompa 31.20
Sumur 13.55
Air kemasan 39.13
PAM/PDAM 4.86
GAMBAR 3.9 Persentase Sumber Air yang Digunakan sebagai Air Minum di
Kabupaten Serang
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS 2014
Lainnya 0.26
Ledeng tanpa meteran 0.26
Sungai/danau/kolam 6.12
Mata air 9.69
Sumur bor/Pompa 58.16
Sumur 19.64
Air kemasan 0.00
PAM/PDAM 5.87
Sebagai gambaran, untuk air minum dominasi penggunaannya ada pada air
kemasan yaitu hampir 40% yang disusul dengan sumur bor atau pompa sebanyak
31,20%. Penggunaan air PDAM untuk minum hanya berkisar 4,86%. Sedangkan
untuk mandi dan cuci lebih dari 58,16% didominasi dengan penggunaan sumur
bor/pompa. Penggunaan air PDAM untuk mandi dan cuci sebesar 5,87%. TABEL
3.12 dan TABEL 3.13 masing-masing menunjukkan persentase penggunaan
sumber air untuk air minum dan mandi/cuci di Kabupaten Serang
TABEL 3.12 Persentase Penggunaan Sumber Air untuk Air Minum di Kabupaten
Serang
LEDENG SUMUR SUNGAI/
AIR AIR PAM/
KECAMATAN TANPA MATA AIR SUMUR BOR/ DANAU/
HUJAN KEMASAN PDAM
METERAN POMPA KOLAM
Anyar 0,00% 0,00% 0,00% 25,00% 16,67% 8,33% 50,00% 0,00%
Bandung 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 0,00%
Baros 0,00% 0,00% 0,00% 35,71% 21,43% 28,57% 14,29% 0,00%
Binuang 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Bojonegara 0,00% 81,82% 0,00% 0,00% 0,00% 9,09% 9,09% 0,00%
Carenang 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Cikande 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Cikeusal 0,00% 47,06% 0,00% 0,00% 5,88% 0,00% 47,06% 0,00%
Cinangka 0,00% 21,43% 0,00% 50,00% 0,00% 14,29% 14,29% 0,00%
Ciomas 0,00% 0,00% 0,00% 81,82% 0,00% 18,18% 0,00% 0,00%
Cipocok Jaya 0,00% 37,50% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 62,50% 0,00%
Ciruas 0,00% 80,00% 0,00% 0,00% 0,00% 20,00% 0,00% 0,00%
Curug 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 70,00% 30,00% 0,00%
Gunung Sari 0,00% 0,00% 0,00% 28,57% 0,00% 0,00% 71,43% 0,00%
Jawilan 0,00% 11,11% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 88,89% 0,00%
Kasemen 0,00% 80,00% 0,00% 0,00% 10,00% 0,00% 10,00% 0,00%
Kibin 0,00% 77,78% 0,00% 0,00% 11,11% 0,00% 11,11% 0,00%
Kopo 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 0,00%
Kragilan 0,00% 50,00% 8,33% 0,00% 0,00% 0,00% 41,67% 0,00%
Kramatwatu 0,00% 60,00% 0,00% 0,00% 20,00% 0,00% 20,00% 0,00%
Lebak Wangi 0,00% 90,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 10,00%
Mancak 0,00% 0,00% 0,00% 35,71% 0,00% 21,43% 42,86% 0,00%
Pabuaran 0,00% 0,00% 0,00% 37,50% 0,00% 0,00% 62,50% 0,00%
Padarincang 0,00% 14,29% 0,00% 28,57% 0,00% 42,86% 14,29% 0,00%
Pamarayan 0,00% 20,00% 0,00% 0,00% 10,00% 0,00% 70,00% 0,00%
Petir 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 0,00% 0,00%
Pontang 0,00% 54,55% 0,00% 0,00% 36,36% 0,00% 0,00% 9,09%
Pulo Ampel 0,00% 88,89% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 11,11% 0,00%
Serang 0,00% 83,33% 8,33% 0,00% 0,00% 0,00% 8,33% 0,00%
Taktakan 0,00% 8,33% 0,00% 0,00% 0,00% 16,67% 75,00% 0,00%
Tanara 0,00% 88,89% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 11,11%
Tirtayasa 0,00% 71,43% 0,00% 0,00% 21,43% 7,14% 0,00% 0,00%
Tunjung Teja 0,00% 22,22% 11,11% 0,00% 0,00% 55,56% 11,11% 0,00%
Walantaka 0,00% 7,14% 0,00% 0,00% 0,00% 7,14% 85,71% 0,00%
Waringinkurung 9,09% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 90,91% 0,00%
TOTAL 0,26% 39,03% 0,77% 9,69% 4,85% 13,52% 31,12% 0,77%
Sumber: Hasil Pengolahan Data BPS 2014
yang bersumber dari air tanah dengan menggunakan sumur bor/pompa, juga
secara komunal dengan air yang bersumber dari mata air dan air tanah.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Satuan Kerja Pengelolaan Air Minum dan
Sanitasi (PAMS) Provinsi Banten, hingga tahun 2017 terdapat 124 desa (di 26
kecamatan di Kabupaten Serang) yang mendapatkan Pamsimas. Program
Pamsimas telah dilakukan di Kabupaten Serang semenjak tahun 2008. Adapun
detail desa dan kecamatan yang diberikan bantuan oleh program ini dari tahun
2008 hingga tahun 2018 adalah seperti yang ditunjukkan pada TABEL 3.14
berikut.
TABEL 3.14 Desa di Kabupaten Serang yang Telah Dilayani oleh Pamsimas
JUMLAH JUMLAH KK
JUMLAH NAMA PENDUDUK YANG YANG SUDAH
TAHUN NAMA DESA
DESA KECAMATAN MENGAKSES MENGAKSES
(JIWA) (KK)
2008 9 Wargasara Tirtayasa 883 229
Tengkurak Tirtayasa
Sujung Tirtayasa 2
Alang Tirtayasa 2.102 250
Purwodadi Carenang 881 237
Mekar Sari Cinangka 514 152
Mandaya Carenang
Carenang Carenang 304 92
Bolang Lebak Wangi 382 102
2009 15 Lamaran Binuang 811 245
Sukamampir Binuang 443 127
Julang Cikande 1.246 376
Kamurang Cikande 153 53
Situ Terate Cikande 1.665 555
Ciruas Ciruas 346 104
Kadikaran Ciruas 1.948 596
Pamengkang Kramatwatu 83 20
Bale Kambang Mancak 692 158
Cikedung Mancak 305 83
Pancanegara Pabuaran 462 111
Sindangheula Pabuaran 1.077 269
Curug Goong Padarincang 1.644 410
Sukanegara Pontang 229 74
Talaga Luhur Waringinkurung 3.352 761
2010 13 Panamping Bandung 637 130
Sinarmukti Baros 281 70
Sukacai Baros 332 67
Gembor Binuang 1.404 354
Renged Binuang 618 150
Bumijaya Ciruas 311 77
JUMLAH JUMLAH KK
JUMLAH NAMA PENDUDUK YANG YANG SUDAH
TAHUN NAMA DESA
DESA KECAMATAN MENGAKSES MENGAKSES
(JIWA) (KK)
Cigelam Ciruas 474 127
Rancasumur Kopo 556 139
Batukuda Mancak 694 164
Sangiang Mancak 689 192
Barugbug Padarincang 435 102
Kadukempong Padarincang 896 198
Pangarengan Bojonegara 6.591 1.673
2011 15 Kadubeureum Padarincang 1.143 264
Tanjungsari Pabuaran 114 25
Bandung Bandung 760 196
Malabar Bandung 279 66
Sindangmandi Anyar 1.084 273
Paneripan Carenang 865 239
Kubang Baros Cinangka 512 119
Pasirbuyut Jawilan 541 135
Pelamunan Kramatwatu 417 127
Sangiang Pamarayan 1.004 237
Wirana Pamarayan 968 242
Tambiluk Petir 1.086 217
Malanggah Tunjung Teja 187 56
Cinangka Cinangka 600 120
Sindangsari Pabuaran
2012 13 Cakung Binuang 916 300
Gembor Udik Cikande 716 179
Bantar Panjang Cikeusal 542 170
Karang Suraga Cinangka 504 126
Sindanglaya Cinangka 963 228
Lebak Ciomas 108 23
Sukabares Ciomas 285 71
Beberan Ciruas 573 169
Kebonratu Lebak Wangi 216 38
Luwuk Gunung Sari 635 127
Bojong Menteng Tunjung Teja 639 106
Sukabares Ciomas 764 188
Sukadalem Waringinkuring 1.152 288
2013 17 Bantarwaru Cinangka 449 137
Cikolelet Cinangka 476 160
Kamasan Cinangka 879 210
Pabuaran Pabuaran 777 198
Sindangsari Pabuaran 87 40
Kadugenep Petir 700 173
Seuat jaya Petir 584 154
Panyabrangan Cikeusal 456 98
Sambilawang Waringinkurung 459 92
Ciwarna Mancak 1.020 255
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
3-28
JUMLAH JUMLAH KK
JUMLAH NAMA PENDUDUK YANG YANG SUDAH
TAHUN NAMA DESA
DESA KECAMATAN MENGAKSES MENGAKSES
(JIWA) (KK)
Bandulu Anyar 900 321
Warakas Binuang 1.400 449
Talaga Warna Pabuaran 443 66
Cipayung Padarincang 3.343 678
Ciomas Padarincang 4.912 968
Gunungsari Gunung Sari 1.071 186
Tunjung Teja Tunjung Teja 405 105
2014 11 Rancasanggal Cinangka 365 91
Panyaungan Ciomas 144 35
Jaya
Kadu Agung Gunung Sari 264 66
Cisalam Baros 541 117
Sukarame Cikeusal 472 126
Kebon Cau Pamarayan 595 161
Mander Bandung 1.180 295
Pringwulung Bandung 847 211
Binangun Waringinkurung 436 109
Winong Mancak 527 118
Bunihara Anyar 413 92
2015 11 Curug Gunung Sari 260 65
Sulanjana
Sukamenak Baros 791 197
Tejamari Baros 228 64
Nagara Padang Petir 420 90
Bojong Nangka Petir 416 130
Sukasari Tunjung Teja 315 86
Kamuning Tunjung Teja 321 82
Harundang Cikeusal 274 79
Gandayasa Cikeusal 237 59
Pasirlimus Pamarayan 1.099 347
Gabus Kopo 728 182
2017 20 Kepandean Ciruas 60 15
Padarincang Padarincang
Koper Cikande 232 58
Baros Jaya Cinangka
Padasuka Baros 189 48
Pamong Ciruas 167 39
Sukajadi Kragilan 219 49
Umbul Tanjung Cinangka
Bakung Cikande 560 140
Anyar Anyar
Curug Agung Baros 126 37
Pematang Kragilan 166 55
Ketos Kibin 220
Ciherang Gunung Sari
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
3-29
JUMLAH JUMLAH KK
JUMLAH NAMA PENDUDUK YANG YANG SUDAH
TAHUN NAMA DESA
DESA KECAMATAN MENGAKSES MENGAKSES
(JIWA) (KK)
Junti Jawilan 20 5
Kadubeureum Padarincang
Nagara Kibin 60 15
Pasirwaru Mancak
Kemuning Waringinkurung
Kareo Jawilan 80 20
Sumber: Satuan Kerja Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi (PAMS) Provinsi Banten, 2018
Dari segi kualitas air, tim penyusunan RISPAM Kabupaten Serang sempat
mengambil sampel air tanah yang digunakan masyarakat dari program
Pamsimas di Desa Sindanglaya, Kecamatan Cinangka. Berdasarkan hasil uji
laboratorium seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut, dapat diketahui bahwa
terdapat 1 parameter fisik yang tidak memenuhi baku mutu dan terdapat 4
parameter kimia yang tidak terpenuhi. Berdasarkan data tersebut juga dapat
diketahui bahwa air tanah yang digunakan tersebut mengandung logam berat
Kadmium yang seringkali ditemukan pada limbah tekstil. TABEL 3.15
menunjukkan hasil uji laboratorium air tanah (Pamsimas) Desa Sindanglaya,
Kecamatan Cinangka.
TABEL 3.15 Hasil Uji Laboratorium Air Tanah (Pamsimas) di Desa Sindanglaya,
Kecamatan Cinangka
HASIL BAKU
NO PARAMETER SATUAN METODA ACUAN
ANALISA MUTU
FISIKA
1 Padatan Terlarut Total (TDS) mg/L 1.826^ 500 SNI 06-6989.27-2005
KIMIA
1 pH mg/L 7,34 6,0-8,5 SNI 06-6989.11-2004
2 Nitrat (NO3-N) mg/L 3,60 50 SNI 6989.79:2011
3 Amonia (NH3-N) mg/L 2,28^ 1,5 SNI 06-6989.30-2005
4 Arsen (As)* mg/L <0,0021 0,01 APHA 3114-C-2012**
5 Barium (Ba)* mg/L 0,20 0,7 USEPA Methode No. 200.7-2001
6 Boron (B)* mg/L 0,03 0,5 USEPA Methode No. 200.7-2001
7 Selenium (Se)* mg/L <0,0013 0,01 APHA 3114-C-2012**
8 Kadmium (Cd)* mg/L 0,10^ 0,003 USEPA Methode No. 200.7-2001
9 Tembaga (Cu)* mg/L <0,016 2 USEPA Methode No. 200.7-2001
10 Besi (Fe)* mg/L 0,11 0,3 USEPA Methode No. 200.7-2001
11 Timbal (Pb)* mg/L <0,009 0,01 USEPA Methode No. 200.7-2001
12 Mangan (Mn)* mg/L 0,26 0,4 USEPA Methode No. 200.7-2001
13 Air Raksa (Hg)* mg/L <0,0004 0,001 SNI 6989.78:2011
14 Seng (Zn)* mg/L 0,01 3 USEPA Methode No. 200.7-2001
15 Klorida (Cl-) mg/L 1.214,62^ 250 SNI 6989.19:2009
16 Sianida (CN-) mg/L <0,005 0,07 SNI 6989.77-2011
17 Flourida (F-) mg/L 0,18 1,5 SNI 06-6989.29-2005
18 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,02 3 SNI 06-6989.9-2004
19 Sulfat (SO42-) mg/L 432,36^ 250 SNI 6989.20:2009
20 Deterjen (MBAS) mg/L <0,0087 0,05 SNI 06-6989.51-2005
MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform Jml/100 ml 33,00^ 0 APHA 9221-E-2012**
2 Coliform Jml/100 ml 110,00^ 0 APHA 9221-B-2012**
Baku Mutu mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010
Keterangan
b. American Public Health Association, Standard Method Edisi ke 22 Tahun 2012 (**)
c. Huruf yang tercetak tebal menunjukkan parameter yang tidak terakreditasi
d. Tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan (^)
Terdapat 3 jenis keran umum dengan hierarki yang berbeda. Keran umum 1
memiliki kapasitas lebih besar dan berada lebih dekat dengan sumber yang
dihubungkan dengan pipa diamter 3 inch, sedangkan keran umum 2 memiliki
kapasitas lebih kecil dari keran umum 1 yang berlokasi lebih dekat ke wilayah
pelayanan dan dihubungkan dengan pipa 2 inch juga. Dari keran umum 2
kemudian disalurkan lagi untuk 3 dusun (Beji, Masigit dan Permai) yang kemudian
didistribusikan ke tiap-tiap rumah (100 KK) dan 3 mesjid baik itu dengan selang
ataupun pipa. Total panjang pipa yang dibutuhkan dari sumber hingga ke keran
umum 2 adalah sejauh 7 km. Sistem ini telah dilakukan semenjak tahun 2012.
GAMBAR 3.13 menunjukkan SPAM Air Gotong Royong di Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang.
GAMBAR 3.13 SPAM Air Gotong Royong di Desa Curug Goong, Kecamatan
Padarincang
Sumber: Hasil Dokumentasi Tim RISPAM, 2018
Selain daripada SPAM non PDAM yang dikelola secara komunal terlindungi,
masih banyak juga masyarakat yang mengakses air dari sumber air tidak
terlindungi. Sebagai contoh, di dekat Mata Air Sukacai di Dusun Kaducokrom,
Desa Sukacai, Kecamatan Baros, masyarakat menggunakan air secara langsung
di tempat terbuka yang dekat dengan sumber mata air tanpa ditampung atau
dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Praktik yang sama juga terjadi di
Kecamatan Pontang, masyarakat langsung menggunakan air secara langsung
dan terbuka terutama untuk mandi dan mencuci dari Sungai Ciwaka tanpa
ditampung dan dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelayanan SPAM masih perlu ditingkatkan sehingga
seluruh masyarakat dapat memiliki akses ke air yang layak dan aman atau
terlindungi. Kegiatan masyarakat di sekitar sumber air Mata Air Sukacai, Dusun
Kaducokrom, Desa Sukacai, Kecamatan Baros ditunjukkan pada GAMBAR 3.14.
GAMBAR 3.14 Sumber Air Mata Air Sukacai, Dusun Kaducokrom, Desa Sukacai,
Kecamatan Baros
Sumber: Hasil Dokumentasi Tim RISPAM, 2018
Pengujian sampel air juga dilakukan pada air yang digunakan secara langsung
oleh masyarakat (tidak terlindungi) dari Sungai Ciwaka. TABEL 3.16 berikut ini
merupakan hasil dari uji laboratorium yang menunjukkan bahwa terdapat 1
parameter fisik yang tidak memenuhi baku mutu dan terdapat 3 meter parameter
kimia yang tidak memenuhi baku mutu. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa sungai yang digunakan sebagai sumber air tersebut mengandung logam
berat Besi dan Mangan serta juga memilki kadar Amonia yang tinggi. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa sungai tersebut tercemar oleh limbah buangan industri
dan juga limbah domestik. GAMBAR 3.15 menunjukkan kondisi Sungai Ciwaka,
Kecamatan Pontang.
TABEL 3.16 Hasil Uji Laboratorium Air Sungai Ciwaka, Kecamatan Pontang
HASIL BAKU
NO PARAMETER SATUAN METODA ACUAN
ANALISA MUTU
FISIKA
1 Padatan Terlarut Total (TDS) mg/L 172,00 500 SNI 06-6989.27-2005
KIMIA
1 pH mg/L 6,69 6,0-8,5 SNI 06-6989.11-2004
2 Nitrat (NO3-N) mg/L 5,73 50 SNI 6989.79:2011
3 Amonia (NH3-N) mg/L 0,93^ 1,5 SNI 06-6989.30-2005
HASIL BAKU
NO PARAMETER SATUAN METODA ACUAN
ANALISA MUTU
4 Arsen (As)* mg/L <0,0021 0,01 APHA 3114-C-2012**
5 Barium (Ba)* mg/L 0,03 0,7 USEPA Methode No. 200.7-2001
6 Boron (B)* mg/L <0,007 0,5 USEPA Methode No. 200.7-2001
7 Selenium (Se)* mg/L <0,0013 0,01 APHA 3114-C-2012**
8 Kadmium (Cd)* mg/L <0,009 0,003 USEPA Methode No. 200.7-2001
9 Tembaga (Cu)* mg/L <0,008 2 USEPA Methode No. 200.7-2001
10 Besi (Fe)* mg/L 1,43^ 0,3 USEPA Methode No. 200.7-2001
11 Timbal (Pb)* mg/L <0,01 0,01 USEPA Methode No. 200.7-2001
12 Mangan (Mn)* mg/L 0,39^ 0,4 USEPA Methode No. 200.7-2001
13 Air Raksa (Hg)* mg/L <0,0004 0,001 SNI 6989.78:2011
14 Seng (Zn)* mg/L <0,018 3 USEPA Methode No. 200.7-2001
15 Klorida (Cl-) mg/L 52,48 250 SNI 6989.19:2009
16 Sianida (CN-) mg/L <0,005 0,07 SNI 6989.77-2011
17 Flourida (F-) mg/L 0,10 1,5 SNI 06-6989.29-2005
18 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,05 3 SNI 06-6989.9-2004
19 Sulfat (SO42-) mg/L 213,60 250 SNI 6989.20:2009
20 Deterjen (MBAS) mg/L 0,02 0,05 SNI 06-6989.51-2005
MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform Jml/100 ml 540^ 0 APHA 9221-E-2012**
2 Coliform Jml/100 ml 1.600^ 0 APHA 9221-B-2012**
Baku Mutu mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010
Keterangan
SPAM non perpipaan komunal yang dilakukan secara swadaya di luar Pamsimas
seringkali memiliki suatu pengelola/pengurus untuk menjalankan kegiatan
pemeliharaan dan operasional. Seperti yang ditemukan pada contoh kasus Air
Gotong Royong di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, sistem ini
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
3-37
memiliki pengelola dan pengurus yang terdiri dari 1 ketua dan 3 pekerja
operasional/teknis. Ketua memiliki fungsi yang merangkap seperti bendahara
untuk manajemen keuangan dan juga pencatatan seperti sekretaris. Di samping
itu, sebagai ketua juga memiliki fungsi komando untuk 3 pekerja teknis. Pekerja
teknis memiliki fungsi dalam hal penagihan iuran, fungsi hubungan masyarakat,
dan juga memperbaiki jika terjadi kerusakan pada sistem. GAMBAR 3.16 berikut
menunjukkan struktur pengelola SPAM air gotong royong di Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang.
KETUA
AIR GOTONG ROYONG
GAMBAR 3.16 Struktur Pengelola SPAM Air Gotong Royong di Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang
menunjukkan diagram alur siklus program Pamsim pada tahap perencanaan dan
tahap pelaksanaan, operasional, pemeliharaan, dan berkelanjutan.
Sumber: Satuan Kerja Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi (PAMS) Provinsi Banten, 2018
Dalam pelayanan terhadap SPAM non perpipaan, khususnya yang dilayani oleh
Pamsimas, pelanggan dipungut biaya untuk menunjang biaya operasional dan
pemeliharaan SPAM. Biaya yang dipungut bervariasi antar desa, ditetapkan
berdasarkan musyawarah desa dengan mempertimbangkan kemampuan
membayar masyarakat desa. Biaya tersebut seringkali akan bergantung pada
keadaan sistem tersebut. Beberapa hal yang seringkali menentukan diantaranya
adalah:
Namun demikian, kisaran biaya bulanan dapat beraneka ragam yang rata-rata
berkisar antara Rp0-Rp20.000 per rumah tangga per bulan. Untuk sistem yang
memilki sambungan rumah dengan atau tanpa meteran, seringkali memiliki
biaya pasang sambungan pertama sebagai biaya investasi pembangunan sistem.
Biaya tersebut juga cukup beragam bergantung ada atau tidaknya subsidi untuk
sambungan rumah yang berkisar dari Rp0-Rp500.000 per rumah tangga.
Untuk SPAM non perpipaan komunal yang dikelola secara swadaya di luar
Pamsimas, juga seringkali menerapkan sistem iuran bulanan. Mengambil contoh
kasus Air Gotong Royong di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang,
terdapat 2 komponen biaya yang perlu dibebankan pada pengguna, yaitu biaya
investasi awal memasang sambungan rumah (pipa atau selang ditanggung
masing-masing) yaitu sebesar Rp 50.000 per rumah dan iuran bulanan sebesar
Rp10.000 per rumah per bulan. Iuran tersebut digunakan untuk menyewa lahan
yang digunakan untuk baik penampung air di dekat sumber yang berada di lawah
milik perorangan. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa lahan tersebut adalah
sebesar Rp100.000 per bulan. Biaya investasi awal untuk setiap sambungan
rumah digunakan untuk membiayai investasi modal pembangunan bak
penampung air yang pada tahun 2012 menghabiskan sebesar Rp8.000.000 yang
saat ini sudah kembali modalnya. Iuran bulanan digunakan sebagai uang kas
dalam memberikan honor bagi pegawai teknis dan juga kas jika sewaktu-waktu
terjadi kerusakan teknis sistem atau kebocoran.
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
3-44
3.2.3 Permasalahan
GAMBAR 3.19 menunjukkan fasilitas SPAM dan Sanitasi yang tidak terawat di
Desa Sukacai, Kecamatan Baros.
GAMBAR 3.19 Fasilitas SPAM dan Sanitasi yang Tidak Terawat di Desa Sukacai,
Kecamatan Baros
Sumber: Hasil Dokumentasi Tim RISPAM, 2018
4 – WILAYAH PRIORITAS
PENANGANAN
1. Aspek teknis
Analisis aspek teknis meliputi kajian tentang ketersediaan sumber baik
secara kuantitas maupun kualitas dan juga pertimbangan teknis distribusi
sumber air ke daerah pelayanan.
Indikator untuk pembobotan adalah semakin lama jangka waktu
ketersediaan air pada suatu kawasan maka semakin besar nilainya. Nilai yang
digunakan berada pada kisaran 1-4, dengan nilai tertinggi adalah gambaran
kondisi terbaik. TABEL 4.1 menunjukkan indikator pembobotan untuk aspek
teknis dalam ketersediaan sumber air.
TABEL 4.1 Indikator Pembobotan Aspek Teknis dalam Ketersediaan Sumber Air
INDIKATOR BOBOT
Kekurangan 1
Jangka pendek (2018) 2
Jangka Menengah (2022) 3
Jangka Panjang (2037) 4
TABEL 4.2 Indikator Pembobotan Aspek Sosial dalam Peminatan Air Minum
INDIKATOR BOBOT
< 25 % 1
25 % - 50 % 2
50 % - 75 % 3
>76 % 4
3. Aspek ekonomi
Aspek Ekonomi mengkaji tentang kelayakan pengembangan air minum
ditinjau dari sisi kemampuan masyarakat dalam membeli air sehingga bisa
diperkirakan investasi dan harga ekonomis air. Pertimbangan ini sangat
penting karena air adalah kebutuhan vital sehingga pertimbangan akan
kemampuan masyarakat sangat penting agar tidak merugikan kepentingan
masyarakat.
Indikator untuk pembobotan adalah semakin tinggi nilai nominal
kemampuan membayar terhadap air minum. Nilai yang digunakan berada
pada kisaran 1-4, dengan nilai tertinggi adalah gambaran kondisi terbaik.
TABEL 4.3 menunjukkan indikator pembobotan untuk aspek ekonomi dalam
kemauan membayar.
TABEL 4.4 menunjukkan hasil Analisis Kebutuhan Nyata dalam aspek kualitas air
konsumsi, peminatan air minum dan tingkat kemauan dan kemampuan
membayar masyarakat.
Hasil survey masyarakat dalam aspek kualitas air konsumsi menunjukkan wilayah
Kecamatan Kibin memiliki persentase terbesar, yaitu 89,30%, Kecamatan
Cikande 82,12%, dan Kecamatan Anyar 70,96%. Kualitas air baku di Kabupaten
Serang yang berupa air permukaan masih cukup baik kualitasnya, namun hanya
masalah kekeruhan yang paling menonjol terutama pada saat musim penghujan.
Dari data di atas terlihat bahwa hanya 3 kecamatan yang kualitas airnya di bawah
50%. Hal tersebut dikarenakan air yang didistribusikan agak keruh. Berdasarkan
data, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas air
yang kurang baik. Selain itu, pengembangan sumber air memungkinkan untuk
menggunakan interkoneksi dari Serang bagian Timur.
1 Cikande 3,8
2 Kibin 3,8
3 Kragilan 3,4
4 Pontang 3,4
5 Tirtayasa 3,4
6 Ciomas 3,1
7 Ciruas 3,1
8 Padarincang 2,8
9 Baros 2,8
10 Pamarayan 2,8
11 Carenang 2,6
12 Anyar 2,4
13 Mancak 1,8
14 Bojonegara 1,8
15 Kramatwatu 1,8
16 Waringinkurung 1,6
17 Cinangka 1,6
18 Pulo Ampel 1,6
Sumber: Hasil Analisis Pembobotan Survey Kebutuhan Nyata PDAM Tirta Albantani, 2017
Berdasarkan berbagai uraian identifikasi dan analisis yang telah dilakukan baik
pada bagian kondisi wilayah maupun evaluasi kondisi SPAM Non PDAM
eksisting, maka diperoleh suatu simpulan bahwa terdapat wilayah prioritas yang
harus ditangani. Adapun penentuan prioritas untuk SPAM Non PDAM tersebut
didasarkan atas beberapa indikator yang bersifat strategis yang diantaranya
adalah:
TABEL 4.8 berikut merupakan tabel skoring untuk menentukan wilayah prioritas
penanganan. Adapun kecamatan yang termasuk pada kategori prioritas Tinggi
adalah:
1. Kecamatan Anyar;
2. Kecamatan Bandung;
3. Kecamatan Binuang;
4. Kecamatan Carenang;
5. Kecamatan Cikeusal;
6. Kecamatan Cinangka;
7. Kecamatan Gunung Sari;
q(u) q(r)
QD = ( × P(u) + × P(r))
1000 1000
Keterangan :
Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada standar kriteria desain penyediaan
air yang direkomendasikan pada buku pedoman perencanaan sumber daya air
wilayah sungai, seperti yang diberikan pada TABEL 5.2.
Kebutuhan non domestik adalah kegiatan penunjang kota yang terdiri dari
kegiatan komersil berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial
seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non
domestik didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit
fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas
umum, industri dan komersil. Metode yang digunakan untuk memprediksikan
kebutuhan air industri ada beberapa cara tergantung pada ketersediaan data
yang ada. Apabila data yang tersedia sangat terbatas maka kebutuhan air non
domestik dapat diprediksikan dengan menggunakan satuan kebutuhan yang
telah ditetapkan oleh Direktorat Teknik Penehata, Ditjen Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum. Besar kebutuhan rata-rata adalah 2.000
lt/unit/hari atau 500 lt/hari/karyawan. Metode perhitungan lain dapat digunakan
perhitungan kebutuhan air non domestik di Kabupaten Serang berkisar 15-20%.
Kriteria Perencanaan
Penyusunan kriteria tersebut berpedoman pada kriteria perencanaan dan
Petunjuk Teknik Bidang Air Minum., Direktorat Pengembangan Air Minum
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum, Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2005 dan disesuaikan dengan kondisi daerah
perencanaan.
TABEL 5.5 Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
NO KATEGORI KOTA JUMLAH SISTEM TINGKAT
PENDUDUK PEMAKAIAN
AIR
(L/ORANG/HARI)
1 Kota Metropolitan > 1.000.000 Non Standar 190
2 Kota Besar 500.000 – 1.000.000 Non Standar 170
3 Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150
4 Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130
5 Kota Kecamatan < 20.000 Standar IKK 100
6 Kota Pusat Pertumbuhan < 3.000 Standar DPP 30
Sumber : SK-SNI Air Minum
A. Supply (pelayanan)
Pelayanan air dari saluran PDAM yang mempengaruhi besarnya yang
diasumsikan sebagai sumber air minum utama ada 3 (tiga), yaitu :
1. Kuantitas (kapasitas) air minum yang sanggup disediakan oleh PDAM
berpengaruh terhadap konsumsi air minum domestik.
2. Pelayanan air minum alternatif yaitu air yang diperoleh dari air alam
seperti sumur, sungai, dan mata air. Kuantitas dari air alam ini sangat
bergantung kepada kondisi fisik alam stempat seperti, keadaan sumber
daya air alami, curah hujan konsisi geologi dan lain-lain. Pada daerah yang
menguntungkan kuantitas air alaminya mencukupi dan mudah atau
bahkan tidak berlebihan, sehingga tidak diperlukan lagi air dari PDAM.
Namun, selain kuantitas perlu diperhatikan juga kualitasnya.
3. Harga/tarif dari PDAM sendiri, sebab setiap air yang didapat dari PDAM
harus dibayar oleh konsumen. Jika harga air dirasa terlalu tinggi bagi
konsumen maka konsumen akan cenderung mengurangi konsumsi airnya
dari PDAM.
B. Demand (permintaan)
Dari sisi permintaan, jumlah konsumsi air PDAM dipengaruhi oleh keadaan
konsumen yang meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, urgensi (tingkat
kebutuhan air) terhadap air minum dan kesanggupan untuk membayar
(willingnes to pay).
Willingness to pay (WTP), yang dimaksudkan adalah kesanggupan
konsumen untuk membayar harga air relatif terhadap pendapatannya. Angka
willingness to pay biasanya berupa angka prosentase tertentu dari
pendapatan rumah tangga perbulan, jika harga air yang harus dibayar di
bawah WTP maka konsumen akan membeli air dari PDAM, sebaliknya jika
harga air lebih tinggi dari WTP maka konsumen akan memilih menggunakan
sumber air lain.
Keadaan sosial ekonomi diwakili oleh keadaan pendapatan rumah tangga dan
kepadatan penduduk di daerah pemukiman. Budaya yang dimaksud ialah
kebiasaan masyarakat setempat dalam pengunaan air minum.
Urgensi (tingkat kebutuhan) yang dimaksud adalah tingkat kebutuhan
masyarakat terhadap air minum PDAM. Tingkat kebutuhan sangat erat
kaitannya dengan ketersediaan air minum alternatif di sekitarnya. Semakin
sulit air alami diperoleh semakin besar tingkat urgensinya terhadap air PDAM.
Urgensi ini selanjutnya digunakan sebagai tindak lanjut untuk melayani air
minum alami dalam hal kuantitasnya.
Adapun perkiraan kebutuhan air suatu kota dihitung atas dasar standar
kebutuhan rata-rata. Pengguna atau konsumen diklasifikasikan berdasarkan
jenis dan macam penggunanaannya sebagai berikut :
Kebutuhan air domestik dengan sambungan langsung
Kebutuhan domestik dengan hidran umum
Kebutuhan air non domestik yang meliputi kepentingan sosial,
perkantoran, pendidikan, niaga, fasilitas peribadatan dan lain-lain.
Kehilangan air
C. Kebutuhan Air Domestik
1. Sambungan Rumah
Kebutuhan air untuk Sambungan Rumah akan dihitung berdasarkan
survey kebutuhan nyata di wilayah perencanaan yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
2. Hidran Umum
Berdasarkan kriteria design yang dikeluarkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum, kebutuhan air untuk hidran umum adalah sebesar 30
liter/orang/hari, untuk keperluan minum dan, masak sedangkan untuk
keperluan domestik lainnya dipenuhi dari sumber air lain seperti sumur-
sumur gali, sungai. Hidran umum terutama diprioritaskan pada daerah
rural/perdesaan yang tingkat sosial ekonominuya relatif lebih rendah
dibandingkan penduduk urban/perkotaan.
D. Kebutuhan Air Non Domestik
Konsumen non domestik terbagi beberapa kategori, yaitu :
1. Umum (tempat peribadatan, rekreasi, sekolah, terminal rumah sakit, dan
lain-lain).
2. Institusional (kantor pemerintah dan swasta, komplek milite,r dan lain-
lain).
3. Komersial (bioskop, hotel, restoran, pertokoan, dan lain-lain).
4. Industrial (peternakan, pabrik, pelabuhan, dan lain-lain).
Uraian kategori konsumen non domestik tersebut tidaklah meningkat, sebab
sering pembagian tersebut ditentukan dengan klasifikasi tarif dan
pengelolaan air minum. Untuk memberikan alokasi konsumsi bagi
Flutuasi dari hari ke hari dalam satu tahun, dimana terdapat pemakaian
air terbesar (maksimum). Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai
dasar perencanaan pipa transmisi dan perhitungan kapasitas reservoir distribusi.
Kebutuhan air pada hari maksimum, dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, kondisi
sosial budaya, dan iklim. Kriteria dasar penentuan faktor kebutuhan maksimum
dapat dilihat pada TABEL 5.7 sebagai berikut.
Fluktuasi dari jam ke jam dalam sehari, disini terdapat faktor jam puncak
(Fp). Kebutuhan air pada saat jam puncak, yang digunakan sebagai dasar
perencanaan sistem jaringan perpipaan distribusi air minum. TABEL 5.8
menunjukkan kriteria dasar penentuan faktor jam puncak. Faktor jam puncak ini
dipengaruhi oleh:
1. Jumlah Penduduk
Semakin besar jumlah penduduk daerah perencanaan, makin
beranekaragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas
penduduk maka fluktuasi pemakaian air semakin kecil.
2. Perkembangan Kota
Semakin pesat perkembangan wilayah kota, maka aktivitas penduduk
semakin meningkat dan bervariasi. Dengan demikian fluktuasi pemakaian
air semakin kecil.
Berdasarkan standar kriteria di atas diketahui tingkat kebutuhan air pada jam
puncak adalah Fp dikali jumlah kebutuhan air rata-rata penduduk.
Upaya daerah dengan bukan jaringan perpipaan (BJP) tak terlindungi dijadikan
BJP terlindungi atau diubah mnejadi jaringan perpipaan (JP). Untuk
memanfaatkan sumber daya penyediaan air minum secara maksimal, pemilihan
area pelayanan dapat dilakukan dengan pendekatan strategi prioritas. Dalam
konteks ini stretegi dimaksud akan dikembangkan melalui: growth point
strategies, income redistribution, worst first strategis, financial viability, community
enthusiasm, maximazation of the localities served, clustering and cost strategies.
mengikuti GPS, yaitu suatu daerah dengan aliran kapital tinggi akan
memperoleh pendapatan retribusi yang lebih besar pula.Dengan
kemampuan yang besar untuk menjaga eksistensi fasilitas penyediaan air
minum akan dapat mengembangkan pelayanan secara mandiri, disamping
dapat memberi subsidi bagi daerah lainnya. Dengan demikian, prioritas
tinggi diberikan kepada area dengan IRS tinggi, yang secar praktis
mengikuti GPS.
3. Worst First Strategies
Strategi ini dalam tinjauan air minum adalah dengan melihat kesulitan
mendapatkan air dalam arti jauhnya sumber air, kualitas dan kuantitas yang
kurang menguntungkan, kesinambungan tidak terjamin. Efek kesulitan
mendapatkan air tersebut yaitu segei kesehatan, dalam pengertian
kemungkinan besar terjadi penjalaran penyakit berhubungan dengan air
(water born deseases).
Dengan demikian, prioritas menurut WFS air minum didahulukan
pelayanannya bagi daerah yang kesulitan memperoleh air dan adanya
penyakit berhubungan dengan air yang tinggi. Kombinasi strategi WFS dan
IRS bisa saja terjadi kontradiksi, sehingga memungkinkan penetapan
prioritas tidak konsisten.
4. Financial Viability Strategies (FVS)
Titik berat strategi ini adalah air minum diutamakn untuk area dimana
penduduknya menerima, menggunakan dan memelihara fasilitas, baik
dalam arti kemampuan membayar maupun kontribusi lainnya. Strategi ini
juga berkaitan dengan informasi ekeonomi, yang didapat secara primer
dilapangan. Artinya, dengan tingkat ekonomi tinggi relatif untuk daerah
setempat diharapkan kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi
akan menunjang fasilitas penyediaan air minum.
5. Community Enthusiasm Strategies (CES)
Titik berat strategi ini adalah penyediaan air minum diutamakn untuk area,
diama penduduknya berkeinginan besar untuk mendapatkan air minum dan
mampu berperan dalam penggunaan fasilitas perpipaan. Strategi ini
berhubungan dengan informasi osial, yang diperoleh secara primer di
lapangan.
Area pelayanan merupakan area yang segera diberi pelayanan. Dengan sedirinya
pergerakan pembentukan area pelayanan tersebut variabel terhadap : dana yang
disediakan, banyaknya penduduk yang dilayani, faktor administratif, faktor fisik
daerah dan lokasi sumber air, serta pertimbangan penetapan kurun waktu
pelayanan.
Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
Dalam penyusunan potensi sumberdaya air ini perlu dilakukan suatu cara untuk
memperkirakan masing-masing komponen water balance (neraca) sumberdaya
air. Untuk memperkirakan hal tersebut tidaklah sederhana, khususnya untuk air
tanah. Akan tetapi berdasarkan ketersediaan data klimatologi yang meliputi
a. Curah hujan
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Dinas Pengairan
Dinas Pertanian
b. Air permukaan dan air tanah yang terdiri atas:
Mata air dan air tanah : Dit. Geologi Tata lingkungan dan pemerintah
daerah setempat (kelurahan, kecamata, dan kota)
Sungai : Puslitbang Pengairan, BBWS
Danau/Situ alam : Dinas Pengairan, Pemerintah Daeah setempat
Untuk memperkirakan poteni sumberdaya air dari suatu wilayah perlu diketauhi
“water budget” atau “water balance” dari wilayah tersebut. Water balance yang
merupakan neraa massa air dari wilayah tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
sebagai berikut : Input – Output = perubahan cadangan air, atau dalam
lingkungan hidrologi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑃+𝑅+𝐵−𝐹−𝐸+𝑇−𝐼 =𝑆
Keterangan:
P : presipitasi atau curah hujan
R : run off atau lairan
B : base flow atau aliran air tanah yang mengisi sungai
F : infiltrasi atau resapan
E : penguapan langsung
T : penguapan oleh tumbuhan
I : input atau pasokan air dari wilayah lain
S : perubahan cadangan air
1. Presipitasi
Presipitasi atau curah hujan merupakan parameter yang paling penting untuk
mengevaluasi sumberdaya air dari suatu wilayah.
Curah hujan yang jatuh dalam suatu wilayah berdasarkan rumus sebagai
berikut:
𝑛
𝑃 = ∑ 𝐴𝑖 𝑃𝑖
𝑖=1
Dimana,
P = total cuarh hujan dalam suatu wilayah
Ai = luas baigan suatu wilayah
Pi = curah hujan rata-rata yang diperoleh dengan merata-ratakan secara
aritmatik dua isoyet yang membatasi AJ (m/th) pada wilayah Ai.
Total curah hujan (P) merupakan input bagi neraca air (water budget) suatu
wilayah studi atau DAS.
Terlihat disi bahwa aliran sungai saling terikat dengan air tanah dalam bentuk
komponen aliran base flow. Ini berarti bahwa pemanfaatan air tanah dalam
wilayah DAS akan memperngaruhi debit aliran sungai.
Dalam pekerjaan ini, debit aliran sungai akan diperoleh dari data sekunder.
Diharapkan akan diperoleh data pengukuran debit tahunan, sehingga
estimasi debit dapat lebih akurat. Bila data pengukuran debit tidak diperoleh,
maka aliran run off dari suatu DAS didekati dengn menggunakan data DAS
terdekat atau hampir sama karakteristikya dengan “basin yield” (debit per
satuan luas) sebagai pembanding.
Sedangkan potensi sisa air tanah yang dapat mengalir sebagai base flow
sampai saat t adalah sebagai berikut:
𝑇10
𝑄0 × 2,3
𝑉𝑡 = 𝑇⁄
10 𝑇10
Dimana Vt adalah volume air tanah yang tersisa dan mempunyai potensi
sebagai base flow pada saat t setelah resesi dimulai.
Dengan kedua rumus di atas dapat dihitung berapa volume air yang masuk
(recharge) ke dalam tanah, yaitu dengan menghitung total volume base flow
dan potensial volume base flow pada awal resesi berikutnya dan aliran resesi
sebelumnya.
5. Evapotranspirasi
Evapotrasnpirasi (ET) merupakan kombinasi antara evaporasi (penguapan)
dan transpirasi yaitu proses penguapan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
sebagai bagian dari fotosintesa. Dalam rangkaian siklus hidrologi air yang
kembali ke atmosfir akibat evapotrasnpirasi ini cukup besar, terutama di
daerah tropis dimana sinar matahari ada sepanjang tahun. Pengukuran
langsung besarnya evapotranspirasi di lapangan sangat rumit dan biasanya
hanya dilakukan sebagai pengecekan. Pada umumnya evapotranspirasi
didekati dengan rumus empiris.
Beberapa formula yang digunakan adalah formula Thornwaite, formula
Penman, Turch-Langbein dan Harmon. Perkiraan besarnya evapotranspirasi
(ET) dengan metode Thornwaite dan Penmann memberikan harga yang lebih
tinggi, sedangkan dengan metode Turc menunjukkan harga yang mederat
dan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan metode Harmon.
Persamaan untuk Turc-Langbein adalah sebagai berikut:
𝑃
𝐸𝑇 = 1/2
2
[(𝑃⁄𝐿) + 0,9]
Dimana,
L = 300 + 25T + 0,05 T3 (mm)
T = temperatur rata-rata per tahun (°C)
P = presipitasi per tahun (mm)
Adapun sumber air baku dilihat dari segi kualitas harus memiliki kualitas yang
sesuai dengan standar baku mutu yang berlaku. Untuk itu, standar yang
digunakan adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesa Nomor 492
Tahun 2010 tentang Pesyaratan Kualitas Air. Untuk lebih jelas dapat dilihat
TABEL 5.9 di bawah ini.
5.6.1.1 Intake
Intake dibangun pada sumber air baku dengan tujuan untuk mengambil air baku
dari sumbernya yang kemudian akan dialirkan menuju instalasi pengolahan.
Kapasitas intake harus dapat memenuhi jumlah kebutuhan air maksimum hari
sepanjang periode perencanaan. Ada beberapa jenis intake yaitu intake weir,
intake tower, intake gate, dan intake crib (JICA,1990).
Pada perencanaan intalasi pengolahan air minum ini akan digunakan jenis intake
gate. Intake gate cocok digunakan pada instalasi pnegolahana air dengan debit
intake skala kecil atau sedang (<100.000 m3/hari), pemeliharaan dan control yang
sederhana, namun biaya konsturksi tidak murah.
Pada umumnya, konstruksi intake gate ini terdiri dari inlet beton bertulang
berbentuk persegi panjang atau tapal kuda, gerbang atau flash-boards untuk
mengontrol aliran pada intake, dan di depannya terdapat penyaringan (screen)
untuk mencegah masuknya potongan kayu dan benda-benda terapung lainnya.
Apabila diperlukan dapat dilelngkapi dengan bak pengumpul sebelum air baku
dialirkan menuju instalasi pengolahan air minum, hal ini berfungsi untuk
mengatasi debit sumber air baku yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Hal penting adalah ketinggian muka air dalam bak yang lebih rendah atau
maksimum sama dengan ketinggian muka air semula.
2. Ketinggian air dalam bak dipengaruhi oleh tekanan air dalam bak. Untuk
itu diperlukan vent agar tekanan dalam bak sama dengan tekanan luar.
Dengan demikian diharapkan ketinggian muka air maksimum dalam bak
sama dengan ketinggian air semula.
3. Intake sebaiknya dibuat tertutup untuk menghindari masuknya sinar
matahari yang memungkinkan tumbuh/berkembangnya mikroorganisme
serta mencegah kontaminan.
4. Tanah di lokasi intake harus stabil.
5. Intake dibangun tegak lurus terhadap aliran air untuk menghindari
masuknya pasir ke dalam bangunan.
6. Dibangun dengan pertimbangan kemungkinan peningkatan kapasitas air
di masa yang akan datang.
7. Dibangun sedemikian rupa sehingga dalam kondisi terburuk masih dapat
digunakan.
Sistem transmisi adalah suatu sistem pengaliran air dari sumber air baku menuju
ke instalasi pengolahan air atau sistem pengaliran air dari reservoir ke reservoir
dan selanjutnya dialirkan menuju ke daerah pelayanan melalui sistem distribusi.
Runga lingkup dalam permasalah penyediaan air minum juga mencakup sistem
transmisi dan distribusi.
1. Sistem Transportasi
a. Open chanel / saluran terbuka : tekanan air sama dengan tekanan udara
terbuka, dimana beberapa hal yang berkaitan dengan saluran terbuka
adalah sebagai berikut:
Biasanya digunakan untuk penyaluran air baku. Jika air bakunya
memiliki kandungan suspended solid yang tinggi, maka diperlukan
pengurasan untuk menghidari terjadinya sedimentasi yang dapat
mengurangi kapasaitas.
Biaya relatif murah karena hanya memperhitungkan segi
konstruksi saluran, namun biaya invetasi umumnya lebih besar
karea perencaannya jangka panjang.
Dimensi saluran bebas, tidak perlu mengikuti dimensi pasaran.
Umumnya digunakan untuk kapasatas besar.
Harusnya selalu mengikuti HGL karena pengaliran dilakukan
secara gravitasi, tidak bisa dibuat naik turun seperti pipa.
Kecepatan airnya tergantung slope muka tanah.
Kemungkinan kehilangan dan perubahan kualitas air lebih besar
karena penguapan, rembesan ke dalam tanah (infiltrasi) atau
pengambilan ilegal oleh masyarakat.
Tidak bisa dipakai untuk semua jenis sistem transmisi.
Saluran ini sering kali bersilangan dengan fasilitas lain (misalnya :
sungai, irigasi, saluran drainase, jalan kereta api, dan lain-lain)
sehingga membutuhkan konstruksi khusus.
b. Aquaduct / saluran tertutup : air dialirkan melalui saluran tertutup, baik
under pressure (dibawah HGL) maupun tekanan udara luar (pada HGL),
dimana beberapa hal tentang saluran tertutup yaitu:
2. Cara Pengangkutan
Terdapat dua alternatif cara pengangkutan, yaitu secara gravitasi atau
pemompaan. Dari segi ekonomi cara gravitas merupakan cara yang paling
utama, sedangkan pemompaan hanya digunakan bila keadaan topografi di
lapangan benar-benar tidak memungkinkan untuk diterapkannya cara
gravitasi.
3. Kapasitas Yang Akan Diangkut
Dalam sistem penyediaan air minum, harus memperhatikan kuantitas dalam
arti air minum harus cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Hal ini mendasari perlunya sistem transmisi, kuantitas air yang diangkut
dalam sistem adalah sesuai degan kapasitas hari maksimum (Qmax day),
Dengan demikian pecahnya pipa karena kelebihan tekanan dapat dihindari. Bak
pelepas tekan digunakan dalam sistem apabila ada baigan dari pipa terletak
diatas gari tekan (HGL) seingga terdapat tekanan negatif yang dapat
menyebabkan air tidak mengalir. Dan dengan penempatan satu bagian
sepenuhnya berada pada tekanan positif.
Salah satu bagian dari unit produksi adalah instalasi pengolahan air (IPA). Jenis
IPA ada berbagai macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan kondisi kualitas
air baku yang akan digunakan. Berikut beberapa contoh bangunan pengolahan
air, diantaranya adalah sebagai berikut.
Bak penenang atau bak penerima air baku dibangun dengan tujuan untuk
menstabilkan muka air baku yang berasal dari bak pengumpul pada sistem
intake, mengukur jumlah air baku, menampung air baku yang akan dialirkan pada
unit selanjutnya, dan juga dapat digunakan sebagai temapt pembubuhan bahan
kimia yang diperlukan dalam proses pengolahan. Selain itu, bak penerima ini juga
dapat menerima air recycle seperti air sisa pencucian. Pada umumnya bak
penenang ini dilengkapi oleh alat ukur debit sebagai control aliran. Alat ukur yang
dipakai dapat berupa V-notch.
5.6.3.2 Preklorinasi
Preklorinasi merupakan proses pemberian gas klor yang dilakukan dengan cara
ditambahakan pada aliran air menuju bak flokulasi. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki kualitas air baku yang berhubungan dengan bau, rasa, dan warna
yang terdapat di dalam air serta menghambat pertumbuhan alga dan lumut.
Umumnya senyawa besi organik yang terlarut dalam air baku seperti ferrous oxide
dan koloid besi, dioksidasi dan diendapkan sebagai senyawa besi tak terlarut
melalui aerasi atau preklorinasi dan kemudian disisihkan melalui koagulasi-
sedimentasi dan filtrasi (JICA, 1990). Begitu pula halnya dengan mangan yang
dapat disishakan melalui proses oksidasi kimia pada unit preklorinasi. Penyisihan
besi dan mangan dilakukan selain untuk mengatasi warna, bau, dan rasa, serta
mencagah terjadinya gangguan pada desinfeksi karena terjadi ikatan antara
desinfeksi dengan besi dan mangan.
Klor digunakan dalam proses ini sebagai agen pengoksidasi. Selain memiliki
kemampuan sebagai desinfektan, namun klor juga merupakan zat pengoksidasi
yang kuat. Ketika klor ditambahakan ke dalam air, klor akan berekasi dengan
senyawa pereduksi, ammonia, dana mina organik. Reaksi ini akan mengahasilkan
sisa klor dalam air yang apabila diplotkan ke dalam grafik terhadap dosis klor
yang dibutuhakan, akan dihasilkan kurva yang terlihat pada GAMBAR 5.1 di
bawah ini (Rich, 1963).
Ketika klor ditambahkan ke dalama air, klora akan bereaksi dengan senyawa
pereduksi yang ada di dalam air. Reaksi ini tidak menghasilkan sisa klor, seperti
dapat dilihat pada bagian A-B. senyawa-senyawa pereduksi yang terdapat dalam
air seperti hydrogen sulfida, nitrit, dan ion besi. Setelah kebutuhan klor untuk
senyawa pereduksi terpenuhi, maka penambahan klor yang selanjutnya akan
bereaksi dengan ammonia membentuk chloramines (Rich, 1963).
Berikut ini persamaan kimia yang menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi ketika
klor mnegoksidasi besi dan mangan di dalam air.
Koagulasi ditujukan untuk mengolah air yang mengandung koloid atau partikel
yang sulit mengendap. Koagulasi adalah proses pembentukan koloid yang stabil
menjadi koloid yang tidak stabil sehingga membentuk flok-flok dari gabungan
kolid yang berbeda muatan. Dalam koagulasi proses destabilisasi koloid
dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan yang berlawanan
dengan muatan koloid. Pada umumnya koloid bermuatan negatif sehingga
koagulan yang ditambahkan harus bermuatan positif.
Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting dalam proses ini yaitu pembubuhan
bahan kimia (koagulan) dan pengadukan. Pada proses koagulasi, koagulan
dibubuhkan ke dalam air baku kemudian dilakukan pengadukan selama beberapa
saat dalam suatu koagulator. Dengan penambahan koagulan ini akan terjadi
destabilisasi koloid dan partikel tersuspensi. Secara umum proses koagulasi
berfungsi untuk:
4. Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam
air.
Terdapat empat mekanisme yang bekerja untuk destabilisasi koloid atau partikel
tersuspensi, yaitu:
Tahap dalam proses flokulasi ini yaitu tahap 3 dan 4, untuk tahap 1 dan 2 terjadi
pada proses koagulasi.
1. Pengadukan mekanis
2. Pengadukan menggunakan baffled chanel basins.
5.6.3.4 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel solid tersuspensi melalui gaya
gravitasi sehingga partikel tersebut terendapkan. Keberadaan partikel di dalam
air dapat ukur dengan parameter tingkat kekeruhan dan parameter total
suspended solid di dalam air.
Unit sedimentasi ini digunakan pada instalasi pengolahan ai rminum ini adalah
untuk (Reyanolds, 1982):
1. Pengendapan Tipe I
Pengendapan tipe I atau free settling adalah pengendapan dari partikel
diskrit yang buka merupaan flok suatu suspensi. Partikel terendapkan
sebagai unit terpisah dan tidak terlihat interaksi antara partikel-partikel
tersebut. Contoh pengendapan tipe I adalah prasedimentasi dan
pengendapan pasir pada grit chamber. Menurut Kawamura (1991) untuk
air baku yang memiliki kekeruhan lebih besar dari 1000 NTU, maka
dibutuhkan unit prasedimentasi untuk proses pengolahan conventional
complete.
2. Pengendapan Tipe II
Pengendapan tipe II atau flocculent settling adalah pengendapan dari
partikel-partikel yang berupa flok pada suatu suspense. Partikel-partikel
tersebut akan membentuk flok selaa pengendapan terjadi, sehingga
ukurannya akan membesar dan mengendap dengan laju yang lebih cepat.
Contoh pengendapan ini yaitu pengendapan pada air yang telah melalui
proses koagulasi dan flokulasi.
3. Pengendapan Tipe III
Pengendapan tipe III atau hindered settling adalah pengendapan dari
partikel dengan konsentrasi sedang, dimana partikel-partikel tersebut
sangat berdekatan sehingga gaya antar partikel mencegah pengendapan
dari partikel disekelilingnya. Parikel-partikel tersebut berada pada yang
tetap satu sama lain dan semua mengendap dengan kecepatan konstan.
Sebagai hasilnya massa partikel mengendap dalam satu zona. Pada
bagian atas dari massa yang mengendap akan terdapat batasan yang
jelas.
4. Pengendapan Tipe IV
Pengendapan tipe IV atau compression settling adalah pengendapan dari
partikel yang memiliki konsentrasi tinggi dimana partikel-partikel
bersentuhan satu sama lain dan pengendapan bisa terjadi hanya dengan
melakukan kompresi terahadap massa tersebut.
5.6.3.5 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas)
yang membawanya dengan menggunakan suatu media atau bahan berpori.
Pada pengolahan air minum, filtrasi merupakan unit pengolahan yang dipakai
untuk memisahkan materi padatan (kotoran) berupa suspended solid (SS) dengan
melewatkan air melalui suatu media berbutir, sehingga diperoleh kualitas air
yang baik. Melalui filter ini kualitas air dapat mencapai turbiditas kurang dari 0.1
NTU.
Umumnya unit fltrasi ini diterapkan setelah unit koagulasi flokulasi dan
sedimentasi. Selain mereduksi kandungan zat padat, filtrasi juga dapat pula
mereduksi kandungan bakteri, warna, rasa, bau, besi dan mangan.
Secara umum pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat 3 (tiga) proses, yaitu:
TABEL 5.10 Perbedaan Saringan Pasir Lambat Dengan Saringan Pasir Cepat
KOMPONEN SARINGAN PASIR LAMBAT SARINGAN PASIR CEPAT
Kecepatan 1 - 3 - 10 mgad 100 - 125 - 300 mgad (#)
Penyaringan
Ukuran Bak Besar, 0,5 acre Kecil, 0,01 - 0.1 acre
Ketebalan Media Kerikil 12 in., Pasir 42 in. Kerikil 18 in., Pasir 30 in. tidak
berkurang melalui pengerukan berkurang oleh pencucian
sampai 24 in.
Ukuran media (^) ES = 0,25 - 0,3 - 0,35 mm; UC = ES ≥ 0,45 mm; UC ≤ 1,5
2 - 2,5 - 3 tergantung sistem underdrain
Distribusi ukuran Tercampur Tersusun, ukuran terkecil pada
media bagian atas
Sistem Drainase keramik yang diletakan diatas (1) Pipa lateral yang berlubang
batu kasar dan dialirkan menuju yang disertai pipa utama; (2) pelat
saluran beton atau keramik berlubang diatas inlet box; (3)
balok berlubang dengan saluran
Kehilangan tekanan awal 0,2 ft - akhir 4 ft awal 1 ft - akhir 8 - 9 ft
Waktu operasi antar 20 - 30 - 60 hari 12 - 24 - 72 jam
pencucian
Penetrasi material dangkal dalam
pada media
Metoda pencucian (1) Pengangkatan lapisan pasir Pencucian dan penyisihan materi
paling atas, kemudian dicuci & yang tersangkut pada lapisan pasir
disimpan pada tempat terpisah melaui fluidisasi menggunakan
untuk kemudian dimasukan aliran balik. Pencucian juga dapat
kembali setelah batas dilengkapi denganpencycian
pengangkatan lapisan pasir menggunakan pencucian
terlampaui (2) pencucian permukaan, pengangkatan
permukaan lapisan pasir menggunakan udara atau dengan
menggunakan pencuci menggunaan peralatan mekanik.
permukaan
Volume air pencuci 0,2% - 0,6% dari air produksi 1% - 4% - 6% dari air produksi
5.6.3.6 Reservoir
1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan
memperhatikan fluktuasi pemakaian dalam satu hari di wilayah
perencanaan.
2. Tinggi elevasi energi
Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan distribusi.
Elevasi energi akan menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju
jaringan distribusi. Bila elevasi energi pada reservoir lebih tinggi dari
sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi. Untuk
kondisi sebaliknya, bila elevasi energi reservoir lebih rendah dari jaringan
distribusi maka pengaliran dapat dilakukan dengan menggunakan
pompa.
3. Letak reservoir
Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah distribusi. Bila
topografi daerah distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di
Sistem distribusi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya penyediaan
air minum, karena tujuan dari sistem distribusi adalah menyalurkan air minum
dari instalasi pengolahan air minum ke masyarakat dengan kualitas, kuantitas,
Sistem distribusi air bersih merupakan jaringan perpipaan yang mengalirkan air
bersih dari sumber/instalasi ke daerah pelayanan. Sistem distribusi ini meliputi
jaringan perpipaan primer dan sekunder, hidran, valve, reservoir, meter air,
reducer, dan perlengkapan lainnya yang terhubung mulai dari air meninggalkan
reservoir hingga ke konsumen. Sistem distribusi ini melayani daerah yang
kebutuhan airnya bervariasi setiap waktunya. Variasi-variasi tersebut dapat
ditangani dengan pemanfaatan reservoir atau pompa.
Terdapat beberapa meode pengaliran air pada sistem jaringan distribusi. Metode
tersebut yaitu sistem pengaliran secara gravitasi, sistem pemompaan, atau
gabungan antara sistem gravitasi dan sistem pemompaan baik dengan atau
tanpa reservoir distribusi.
1. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan
jauh berada di atas elevasi daerah pelayanan dan sistem ini dapat
memberikan energi potensial yang cukup tinggi hingga pada daerah
pelayanan terjauh. Sistem ini merupakan yang paling menguntungkan
karena pengoperasian dan pemeliharaannya mudah dilakukan. Selain itu,
sistem gravitasi pun merupakan sistem pengaliran yang paling ekonomis.
2. Sistem Pompa
Sistem pompa digunakan apabila beda elevasi antara sumber air atau
instalasi dengan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air
yang cukup, sehingga air yang akan didistribusikan dipompa langsung ke
jaringan distribusi. Kelemahan sistem ini yaitu dalam hal biaya yang besar
karena dibutuhkan pompa untuk pengalirannya. Keuntungan pengaliran
dengan sistem ini adalah daerah pelayanan yang lebih besar, pengaliran
yang lebih jauh, dan head yang tersedia dapat mencapai 50-60 m.
3. Sistem Gabungan
Sistem gabungan merupakan sistem pengaliran di mana air baku dari
sumber air atau instalasi pengolahan dialirkan ke jaringan pipa distribusi
dengan menggunakan pompa atau reservoir distribusi, baik dioperasikan
secara bergantian ataupun bersama-sama dan disesuaikan dengan
keadaan topografi daerah pelayanan.
Pola jaringan perpipaan sistem distribusi air bersih umunya dapat diklasifikasikan
menjadi sistem jaringan melingkar (loop system), sistem jaringan cabang (Branch
System) dan sistem kombinasi dari keduanya. Bentuk sistem jaringan perpipaan
tersebut tergantung pada pola jalan, topografi, tingkat dan tipe perkembangan
daerah pelayanan serta lokasi instalasi pengolahan.
3. Sistem kombinasi
Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan gabungan dari sistem
melingkar dan sistem cabang. GAMBAR 5.2 Sistem Jaringan
Melingkarmenunjukkan sistem jaringan kombinasi. Sistem gabungan
atau sistem kombinasi cocok diterapkan untuk daerah pelayanan dengan
karakteristik sebagai berikut:
Kota yang sedang berkembang.
Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian pula jaringan
jalannya tidak berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.
Proyeksi Penduduk
Untuk memprediksi jumlah penduduk di masa yang akan dilakukan dengan
memproyeksikan jumlah penduduk. Proyeksi penduduk ini didasari dari jumlah
penduduk pada tahun-tahun sebelumnya. Terdapat 5 metode dalam
memproyeksikan jumlah penduduk, yaitu:
1. Metode aritmatik
2. Metode geometrik
3. Metode logaritmik
4. Metode least square
5. Metode eksponensial
𝑷𝒑 = 𝑷 + 𝒒𝒙
P : Jumlah penduduk pada awal perkiraan atau jumlah penduduk pada tahun
terakhir
y (t) : Prediksi penduduk pada tahun ke-x dihitung dari tahun terakhir data
y(n) : Jumlah penduduk pada data tahun terakhir
n : Jumlah data
r : Laju pertumbuhan penduduk
𝑦𝑛 1
𝑟 = ( )𝑛 − 1
𝑦0
Metode ini digunakan pada kota dengan kondisi perkembangan penduduk pesat,
kota berkembang dengan pesat. Umumnya digunakan pada kota-kota besar
yang masih terus berkembang.
𝑦 = 𝑎 + 𝑏 ln 𝑥
1
𝑎= [Σy − bΣ(ln 𝑥)]
𝑁
𝑁 Σ(𝑦 ln 𝑥) − Σ𝑦 Σ(ln 𝑥)
𝑏=
𝑁 Σ(ln 𝑥)2 − (Σ ln 𝑥)2
Metode ini digunakan pada kota dengan dengan jumlah penduduk relatif kecil,
pertambahan penduduk kecil, dan kota tidak mengalami perkembangan yang
pesat, seperti pada kota di daerah pinggiran. Perhitungan dengan menggunakan
metode least square dihitung dengan menggunakan persamaan umum:
𝑦(𝑡) = 𝑎 + 𝑏𝑥
Σ𝑦 . Σ𝑥 2 − Σx . Σ(x. y)
𝑎=
𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
𝑛 Σ(𝑥. 𝑦) − Σ𝑥 . Σ𝑦
𝑏=
𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
𝑦 = 𝑎. 𝑒 𝑏𝑥
1
ln 𝑎 = (Σ ln 𝑦 − 𝑏 Σ𝑥)
𝑁
𝑁 Σ(𝑥 ln 𝑦) − (Σ𝑥 Σ ln 𝑦)
𝑏=
𝑁(Σ𝑥 2 ) − (Σ𝑥)2
2 Σ(𝑃 − 𝑃𝑝)2
√Σ(𝑃 − 𝑃𝑝) − 𝑛
𝑆𝑇𝐷 =
𝑛
Periode Perencanaan
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, dan kemudian dijabarkan dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2005 Pasal 5 menyatakan
bahwa Rencana Induk Pengembangan SPAM adalah suatu rencan jangka
panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan
air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan
proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa
tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya.
6 – PROYEKSI KEBUTUHAN
AIR BAKU
Arahan penataan ruang dari RTRW Provinsi Banten yang berkaitan dengan
Kabupaten Serangan adalah sebagai berikut.
Sistem pusat kegiatan di Kabuaten Serang terdiri dari Pusat Kegiatan nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Sistem pusat
kegiatan dari RTRW Kabupaten Serang mempertimbangkan beberapa
pertimbangan berikut.
Rencana pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah
kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya. Untuk kawasan lindung luasan terbesar ditunjukan
oleh Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya sedangkan pada
kawasan budidaya alokasi peruntukan lahan terbesar berada pada kawasan
pertanian, kawasan perkebunan dan kawasan industri. TABEL 6.2 menunjukkan
rencana pola ruang di Kabupaten Serang dan GAMBAR 6.2 menampilkan peta
rencana pola ruang di Kabupaten Serang.
PERSENTASE DARI
LUASAN
JENIS KAWASAN LUASAN TOTAL
(Ha)
WILAYAH (%)
Kawasan Resapan Air 1.622,00 1,11
Kawasan Perlindungan Setempat NA 0,00
1. Kawasan Sempadan Sungai 569,00 0,39
2. Sempadan Pantai 825,00 0,56
3. Kawasan Sekitar Danau/Waduk/Situ 0,00 0,00
4. Ruang Terbuka Hijau 8.477,00 5,78
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar
NA 0,00
Budaya
1. Kawasan Cagar Alam 4.200,00 2,86
2. Taman Wisata Alam 4.728,15 3,22
3. Kawasan Pantai Berhutan Bakau 871,00 0,59
4. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan 20,00 0,01
Kawasan Rawan Bencana Alam NA 0,00
1. Daerah Rawan Banjir NA 0,00
2. Daerah Rawan Tanah Longsor NA 0,00
Kawasan Lindung Geologi NA 0,00
1. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi NA 0,00
2. Kawasan Rawan Gempa Bumi NA 0,00
3. Kawasan Rawan Tsunami NA 0,00
4. Kawasan Rawan Abrasi NA 0,00
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap NA
0,00
Air Tanah
1. Kawasan Sempadan Mata Air NA 0,00
2. Kawasan Imbuhan Air Tanah NA 0,00
KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan Hutan Produksi 3.830,93 2,61
Kawasan Hutan Rakyat 2.344,00 1,60
Kawasan Peruntukan Pertanian 62.549,00 42,63
1. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman
36.898,00 25,15
Pangan
2. Kawasan Peruntukan Perkebunan 25.351,00 17,28
3. Kawasan Peruntukan Peternakan 300,00 0,20
Kawasan Peruntukan Perikanan NA 0,00
Kawasan Peruntukan Pertambangan 4.831,00 3,29
Kawasan Peruntukan Industri 22.412,00 15,27
Kawasan Peruntukan Pariwisata 2.121,00 1,45
Kawasan Peruntukan Permukiman 32.158,00 21,92
Sumber: Hasil Olahan RTRW Kabupaten Serang 2011-2031
SUDUT KAWASAN
KAWASAN
KEPENTINGAN STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS
NO. STRATEGIS
KAWASAN PROVINSI KABUPATEN SERANG
NASIONAL
STRATEGIS BANTEN
3. Sosial Budaya - - - Kawasan Bendung
Pamarayan Lama di
Kecamatan Pamarayan;
- Kawasan Situ Tasik Ardi di
Kecamatan Kramatwatu;
- Kawasan Petilasan Syekh
Nawawi Al- Bantani di
Kecamatan Tanara.
4. Pendayagunaan - - Bendungan - Kawasan Industri Serang
SDA dan/atau Sindang Heula Timur di Kecamatan Cikande
Teknologi Tinggi (Gelam) dan sekitarnya.
- Bendung
Pamarayan
5. Fungsi dan Daya - - Cagar Alam - Kawasan Daerah Aliran
Dukung Rawa Dano Sungai (DAS) Ciujung;
Lingkungan - Kawasan - Kawasan yang berfungsi
Akarsari lindung di perbatasan
Kabupaten Serang dan
Kabupaten Pandeglang serta
perbatasan Kabupaten
Serang dan Kota Cilegon.
GAMBAR 6.3 berikut ini merupakan dua peta yang menunjukkan posisi strategis
Kabupaten Serang baik di tingkat nasional (Indonesia), regional (Provinsi Banten)
maupun lokal (Kabupaten Serang). Kedua peta tersebut merupakan hasil
pertampalan dari beberapa kebijakan yang mempengaruhi dinamika
pengembangan dan perkembangan Kabupaten Serang baik secara eksisting
maupun rencana.
Tren atau pola dari data secara time series tersebut menunjukkan pola atau tren
eksponensial dengan nilai korelasi (R2) sebesar 0,82. Adapun rumus umum dari
tren eksponensial adalah sebagai berikut.
𝑦 = 𝑎. 𝑒 𝑏𝑥
1
ln 𝑎 = (Σ ln 𝑦 − 𝑏 Σ𝑥)
𝑁
𝑁 Σ(𝑥 ln 𝑦) − (Σ𝑥 Σ ln 𝑦)
𝑏=
𝑁(Σ𝑥 2 ) − (Σ𝑥)2
Keterangan
y : Prediksi penduduk tahun ke-x dihitung dari tahun terakhir data
x : Tahun prediksi
a,b : Konstanta eksponensial
N : Jumlah data
1,800,000
y = 1,288,383.13e0.02x
1,600,000 R² = 0.82
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Penduduk 1,319,702 1,332,913 1,345,560 1,402,764 1,423,714 1,448,966 1,450,894 1,463,094 1,474,301 1,474,241 1,673,591
bangkitan tenaga kerja yang akan terserap oleh kegiatan utama dari KEK
Bojonegara sebagai pusat industri.
Asumsi bangkitan tenaga kerja yang akan diserap di akhir tahun 2038 adalah:
INDIKATOR KETERANGAN
100% tenaga kerjad dari lokal 28.344 tenaga kerja
di Kecamatan Pulo Ampel
Penambahan Jumlah Tidak ada penambahan 0%
Penduduk (Tahun 2038) proyeksi penduduk dari
perkembangan alami di
Kecamatan Pulogadung
Penambahan dari proyeksi 285% atau hampir 3x lipat
alami di Kecamatan dari proyeksi perkembangan
Bojonegara penduduk alami di tahun 2038
KECAMATAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 PENAMBAHAN 2017 2023 2028 2033 2038
Tanara 100 54,47 60,20 66,53 73,53 Tanara 100 54,47 60,20 66,53 73,53 Tanara 100 54,47 60,20 66,53
TOTAL 3.080 2.440 2.771 3.126 3.497 TOTAL 3.080 2.440 2.771 3.126 3.497 TOTAL 3.080 2.440 2.771 3.126
Keterangan
* = penambahan penduduk selain karena pertumbuhan alami juga ditambahkan sebesar 5% karena merupakan PKL/PKLp dengan fungsi strategis permukiman atau pemerintahan
** = penambahan penduduk selain karena pertumbuhan alami juga ditambahkan sebesar 10% karena merupakan PKL/PKLp dengan fungsi strategis industri, perdagangan dan jasa
serta pariwisata
*** = KEK dengan kegiatan utama industri
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000 2,763,708
2,475,549
2,201,306
1,000,000 1,947,450
1,673,591
1,319,702 1,332,913 1,345,560 1,402,764 1,423,714 1,448,966 1,450,894 1,463,094 1,474,301 1,474,241
500,000
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2023 2028 2033 2038
* = penambahan penduduk selain karena pertumbuhan alami juga ditambahkan sebesar 5% karena
merupakan PKL/PKLp dengan fungsi strategis permukiman atau pemerintahan
** = penambahan penduduk selain karena pertumbuhan alami juga ditambahkan sebesar 10% karena
merupakan PKL/PKLp dengan fungsi strategis industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata
*** = KEK dengan kegiatan utama industri
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2023 kebutuhan air non
domestik di Kabupaten Serang sebesar 452 L/detik, kemudian kebutuhan air
meningkat pada tahun 2038 menjadi sebesar 672 L/detik. TABEL 6.8
menunjukkan proyeksi kebutuhan air non domestik di Kabupaten Serang.
## = kecamatan pusat kegiatan dengan sektor kunci permukiman dan pusat pemerintahan memiliki
kebutuhan air non domestik sebesar 20%
### = kecamatan pusat kegiatan dengan sektor kunci pariwisata, industri dan perdagangan serta
30%
sebesar 30%
Potensi sumber daya air menunjukkan besarnya ketersediaan air yang bisa
digunakan diwilayah dalam kurun waktu tertentu. Meski secara hidrolis air
bersifat tetap,tetapi tekanan yang dialami oleh sumber-sumber air seiring
dengan perkembangan wilayah yang tanpa disertai konservasi sumber-sumber
air,menyebabkan persediaannya menurun. Degradasi sumber-sumber air ini
perlu diwaspadai untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis air dimasa
mendatang.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak
untuk itu perlu dikelola secara baik dan dimanfaatkan secara efesien, adil dan
berkelanjutan. Di Kabupaten Serang terdapat banyak sumber daya air yang bisa
dijadikan sebagai bahan baku untuk penyediaan air minum dengan kondisi
kualitas dan kuantitas yang berbeda. Pada bab ini akan diuraikan beberapa
sumber air permukaan yang diperkirakan masih dapat dimanfaatkan untuk
dijadikan sebagai sumber air baku.
Beberapa jenis sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku
pada sistem penyedian air minum, meliputi: mata air, air permukaan (sungai,
irigasi, danau, waduk, dll), sumber air tanah (bebas dan tertekan), serta sumber
air hujan. Aspek / karakteristik sumber air yang harus diperhatikan dalam
pemilihan sumber air yang akan digunakan sebagai sumber air baku antara lain:
dalam pemilihan sumber air baku antara lain terdiri dari parameter fisik,
kimia dan biologis.
c. Kontinuitas
Sumber air yang akan digunakan, selain harus memiliki debit yang
mencukupi juga harus tersedia setiap saat sepanjang tahun dan
berkesinambungan.
Kuantitas dan kontinuitas suatu sumber air dapat diketahui dari hasil penelitian
terhadap kondisi hidrologi dan hidrogeologi yang meliputi aspek hidrologi,
klimatologi, morfologi, geologi, dan hidrogelogi dari daerah dimana sumber air
tersebut berada. Sedangkan kualitas air dari masing-masing sumber air dapat
diketahui dari hasil penelitian kualitas air yaitu melalui pemeriksaan fisik,
kandungan kimia dan biologi yang dilakukan terhadap contoh air yang berasal
dari masing-masing sumber air.
SWS yang terdapat di Kabupaten Serang, yaitu Ciujung-Ciliman, terdiri atas DAS-
DAS Cidurian, Ciujung, Cibanten, dan Cidanau. DAS-DAS tersebut terdiri dari
sub-sub DAS dengan rincian luas disajikan pada TABEL 7.1. Sungai yang besar
adalah Sungai Cidurian dan Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten
Tangerang. Sebagian besar sungai mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa.
DAS Cidanau mengalir ke barat Selat Sunda. Di sebelah selatannya terdapat DAS
Ciliman dimana terdapat dua arah pengaliran yang umumnya mengalir ke uatara
menuju Laut Jawa atau Teluk Banten dan sebagian ke barat menuju Selat Sunda.
7.1.2 Danau/Situ
Wilayah Kabupaten Serang juga memiliki potensi air permukaan yang tersimpan
dalam bentuk danau, rawa, dan situ. Situ dan waduk, danau dan rawa dapat
dikategorikan sebagai salah satu jenis lahan basah yang terbuat secara alami
atau buatan manusia, mempunyai sistem perairan yang tergenang dan berair
tawar atau campuran air tawar dan air laut. Keberadaan air di dalam lahan
tergenang dapat bersifat permanen atau sementara. Potensi air permukaan yang
tersimpan dalam bentuk rawa, situ, dan waduk di Kabupaten Serang dapat dilihat
pada TABEL 7.2, sedangkan rekapitulasi potensi Situ dan Waduk di Kabupaten
Serang disajikan dalam TABEL 7.3.
TABEL 7.2 Daftar Rawa, Situ, dan Waduk Per Kecamatan di Wilayah Kabupaten
Serang
NO. KECAMATAN NAMA SITU LOKASI LUAS VOL.
(HEKTAR) TAMPUNGAN
(103 M3)
1. Cikande
Situ Belungun Desa Cijeruk Kec.Cikande 2,5 75.5 (873 L/d)
Situ Ciherang Banjar Desa Banjar Kec.Cikande 5,3 156 (1805 L/d)
Situ Teratai Desa Situ Teratai Kec. Cikande 26 390 (4513 L/d)
Waduk Cikande Desa Cikande Kec. Cikande 4,0 254 (2939 L/d)
Situ Ciherang Desa Cikande Kec. Cikande 10 -
2. Pabuaran
NO KECAMATAN DEBIT
(LITER/D)
4. Kramatwatu 347
5. Pamarayan 4814
6. Tirtayasa 4768
7. Pontang 15046
8. Cinangka 1280
9. Anyer 82
10. Ciomas 198.64
Total 40396.64
Sumber: PDAM Tirta Albantani, 2018
Potensi dan ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh karakteristik hidrologi dan
karakteristik geologi penyusun wilayahnya. Kondisi air tanah dipengaruhi oleh
karakteristik hidrologi yang ditentukan oleh kondisi geologi penyusun
wilayahnya. Pada umumnya air tanah bebas di daerah dataran mempunyai
kedalaman antara 0,5-3,0 m, sedangkan di daerah perbukitan kedalamannya 15
m. Penyebaran sumber air tanah ini sebagian besar terdapat di bagian selatan
dimana air tanah membentuk mata air di lereng Gunung Karang.
Air tanah di Kabupaten Serang tersedia dalam jumlah yang relatif cukup dan
terdapat dalam beberapa kondisi sebagai berikut.
1. Akifer menerus dalam bentuk yang sarang, termasuk air tanah dalam kondisi
tertekan dan setengah tertekan.
2. Akifer tidak menerus dalam batuan berkekar, misalnya kekar dalam lava.
3. Kombinasi akifer menerus dan tidak menerus.
CAT yang terdapat di Kabupaten Serang, yaitu cekungan air tanah yang bersifat
lintas kabupaten, yaitu CAT Rawa Danau dan lintas provinsi, yaitu CAT Serang-
Tangerang. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing CAT tersebut.
CAT Rawa Danau mencakup wilayah Kabupaten Serang bagian selatan dan
Kabupaten Pandeglang, dengan total luas cekungan kurang lebih 375 km2.
Intensitas air hujan yang turun dan membentuk air bawah tanah di wilayah
satuan cekungan ini sejumlah 180 juta m3/tahun, sebagian diantaranya
mengalir dari lereng Gunung Karang menuju Cagar Alam Rawadano sekitar
79 m3/tahun. Sedangkan air bawah tanah yang berupa mata air pada unit
akuifer vulkanik purna danau yang dijumpai di sejumlah 115 lokasi
menunjukkan total debit mencapai 2.185 m3/tahun. Sementara itu pada unit
akuifer vulkanik danau pada 89 lokasi, mencapai debit 367 m3/tahun. Total
debit dari mata air keseluruhan sebesar 2.552 m3/tahun.
b. CAT Serang-Tangerang
Kabupaten Serang juga memiliki beberapa mata air dengan debit yang cukup
besar (> 100 L/detik). Mata air ini jika diolah dengan baik cukup potensial untuk
memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Serang. Tabel 4.4 menunjukkan
potensi sumber air yang berasal dari mata air di Kabupaten Serang yang
mempunyai debit >100 L/detik.
Neraca Air
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu
tempat pada periode tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan
mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana
yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-
baiknya. TABEL 7.4 dan
TABEL 7.4 Neraca Air Potensi Sumber Air Baku Kabupaten Serang
NO KECAMATAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN POTENSI POTENSI POTENSI SELISIH KETERANGAN
AIR BAKU AIR BAKU AIR SUNGAI WADUK/ AIR TANAH
2038 2038 (M3) (M3) SITU (M3) (M3)
(L/DETIK)
1 Anyar 139,71 4.405.895 3.784.320 7.100 15.636.037 15.021.562 Mencukupi
2 Bandung 70,48 2.222.657 15.768.000 9.591.956 23.137.299 Mencukupi
3 Baros 239 7.537.104 16.787.828 9.250.724 Mencukupi
4 Binuang 68,25 2.152.332 3.153.600 9.969.082 10.970.350 Mencukupi
5 Bojonegara 539,07 17.000.112 5.771.173 -11.228.939 Tidak Mencukupi
6 Carenang 85,64 2.700.743 15.768.000 12.494.685 25.561.942 Mencukupi
7 Cikande 206,95 6.526.375 15.768.000 875.500 19.248.671 29.365.796 Mencukupi
8 Cikeusal 150,01 4.730.715 33.617.558 28.886.843 Mencukupi
9 Cinangka 124,2 3.916.771 3.784.320 110.600 53.505.600 53.483.749 Mencukupi
10 Ciomas 85,55 2.697.905 21.691.867 18.993.962 Mencukupi
11 Ciruas 259,48 8.182.961 13.138.466 4.955.504 Mencukupi
12 Gunung Sari 65,04 2.051.101 7.776.000 5.724.899 Mencukupi
13 Jawilan 117,31 3.699.488 15.768.000 14.837.438 26.905.950 Mencukupi
14 Kibin 147,85 4.662.598 15.768.000 12.765.149 23.870.551 Mencukupi
15 Kopo 110,26 3.477.159 3.153.600 17.024.008 16.700.448 Mencukupi
16 Kragilan 262,07 8.264.640 13.839.387 5.574.747 Mencukupi
17 Kramatwatu 201,73 6.361.757 30.000 18.509.656 12.177.899 Mencukupi
18 Lebak Wangi 65,04 2.051.101 12.075.656 10.024.554 Mencukupi
19 Mancak 99,55 3.139.409 20.375.564 17.236.155 Mencukupi
20 Pabuaran 86,73 2.735.117 16.000 22.610.427 19.891.310 Mencukupi
21 Padarincang 142,31 4.487.888 220.000 47.577.600 43.309.712 Mencukupi
22 Pamarayan 114,7 3.617.179 15.768.000 416.000 15.968.816 28.535.637 Mencukupi
23 Petir 116,59 3.676.782 17.881.113 14.204.330 Mencukupi
24 Pontang 206,43 6.509.976 3.153.600 1.300.000 22.128.544 20.072.167 Mencukupi
25 Pulo Ampel 115,57 3.644.616 - -3.644.616 Tidak Mencukupi
26 Tanara 84,56 2.666.684 3.153.600 18.780.120 19.267.036 Mencukupi
27 Tirtayasa 80,53 2.539.594 3.153.600 412.000 24.555.103 25.581.109 Mencukupi
28 Tunjung Teja 90,66 2.859.054 15.054.571 12.195.517 Mencukupi
29 Waringinkurung 93,12 2.936.632 9.769.091 6.832.459 Mencukupi
120,000,000
105,000,000
90,000,000
75,000,000
60,000,000
45,000,000
30,000,000
15,000,000
0
Ciomas
Anyar
Jawilan
Kibin
Kramatwatu
Pabuaran
Bojonegara
Cikande
Ciruas
Kragilan
Lebak Wangi
Padarincang
Gunung Sari
Kopo
Tanara
Mancak
Pulo Ampel
Tirtayasa
Waringinkurung
Binuang
Carenang
Cinangka
Petir
Pontang
Baros
Cikeusal
Bandung
Pamarayan
Tunjung Teja
-15,000,000
-30,000,000
Kebutuhan air baku 2038 (m3) Potensi Air Sungai (m3) Potensi Waduk/Situ/Danau (m3) Potensi Air Tanah (m3) Selisih
GAMBAR 7.1 Neraca Air Potensi Sumber Air Baku Kabupaten Serang
Pengembangan sumber air baku ini dilakukan agar kebutuhan air masyarakat
terpenuhi. Dalam pemenuhan kebutuhan air masyarakat terdapat daerah
prioritas yang terlebih dahulu harus dipenuhi kebutuhan airnya. Daerah yang
menjadi prioritas yaitu salah satunya adalah daerah yang kritis air. Daerah kritis
ini yaitu daerah yang tidak termasuk kedalam daerah CAT, memiliki sumber daya
air seperti mata air atau air tanah namun jumlahnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan air, belum terlayani oleh PDAM Kabupaten Serang, ketersediaan
jumlah air yang tidak merata, dan berada di daerah pesisir.
Berdasarkan hasil studi potensi air baku, didapatkan potensi sumber air yang
cukup besar di bagian Timur dan rencana Rawa Bendungan. Selain itu, ada
beberapa sumber air tanah yang bisa digunakan untuk pengembangan SPAM
skala lokal masing-masing Kecamatan. Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum Kabupaten Serang bisa dikembangakan dengan beberapa alternatif
sumber, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem Lokal
Sistem ini bisa dikembangakan dalam skala Kecamatan atau lingkup wilayah
terkecil. Sumber air yang bisa digunakan antara lain
Cekungan Air Tanah, Situ/Waduk dan Mata air untuk kawasan yang
mempunyainya.
2. Sistem Interkoneksi Jaringan
Sistem interkoneksi jaringan dikembangakan lintas Kecamatan dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang sebagian besar air permukaan dari
sungai Ciujung dan Sungai Cidurian di kawasan Kabupaten Serang bagian
Timur dan Sungai Cidanau di wilayah Kabupaten Serang bagian Barat.
8 – RENCANA
PENGEMBANGAN SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM
aman dan layak. Akan tetapi, mengingat adanya keterbatasan sumber daya,
kapasitas kinerja, alokasi waktu, pendanaan, dan karakteristik dari wilayah serta
masyarakat, maka pada akhir tahun perencanaan belum realistis untuk
diterapkan 100% sistem perpipaan oleh PDAM. Oleh karenanya, skenario dibuat
dengan mempertimbangkan alasan-alasan tersebut dan masih terdapat
sebanyak rata-rata 21,25% SPAM yang masih diselenggarakan secara swadaya
baik dengan sistem individu maupun komunal di tahun 2038 dengan proses
pengembangan yang diharapkan dapat terpantau oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang sehingga walaupun belum terlayani oleh PDAM namun SPAM
yang diselenggarakan tetap mampu mewujudkan tujuan utama dalam
menyediakan air minum yang aman dan layak bagi seluruh masyarakat.
Adapun dalam jangka panjang integrasi yang dilakukan antara PDAM dengan
SPAM komunal non PDAM eksisting adalah dalam hal jual beli air baku. Skema
yang dapat dilakukan adalah PDAM menjual air baku pada SPAM komunal yang
disalurkan ke reservoir komunal yang telah dimiliki oleh masyarakat.
90.00
80.00
70.22
70.00 78.75
60.00
50.56 64.10
50.00
49.44 35.90
40.00
30.00 21.25
20.00 29.78
10.00
0.00
2023 2028 2033 2038
GAMBAR 8.1 Persentase (%) Rata-rata Rencana Cakupan Pelayanan SPAM PDAM
dan Non PDAM di Kabupaten Serang 2023-2028
TABEL 8.1 Rencana Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di Kabupaten
Serang
% CAKUPAN PELAYANAN SPAM NON
% CAKUPAN PELAYANAN SPAM PDAM
KECAMATAN PDAM
2023 2028 2033 2038 2023 2028 2033 2038
Anyar 48,24 63,24 73,24 83,24 51,76 36,76 26,76 16,76
Baros 30,00 50,00 65,00 80,00 70,00 50,00 35,00 20,00
Bandung 30,00 50,00 65,00 80,00 70,00 50,00 35,00 20,00
Binuang 26,00 46,00 61,00 76,00 74,00 54,00 39,00 24,00
Bojonegara 20,00 40,00 55,00 70,00 80,00 60,00 45,00 30,00
Carenang 22,12 42,12 57,12 72,12 77,88 57,88 42,88 27,88
Cikande 30,00 50,00 65,00 80,00 70,00 50,00 35,00 20,00
Cikeusal 34,34 54,34 69,34 84,34 65,66 45,66 30,66 15,66
Cinangka 23,00 43,00 58,00 73,00 77,00 57,00 42,00 27,00
Ciomas 32,12 52,12 67,12 82,12 67,88 47,88 32,88 17,88
Ciruas 20,00 40,00 55,00 70,00 80,00 60,00 45,00 30,00
Gunung Sari 20,00 40,00 55,00 70,00 80,00 60,00 45,00 30,00
Jawilan 35,27 55,27 70,27 85,27 64,73 44,73 29,73 14,73
Kibin 41,00 61,00 76,00 91,00 59,00 39,00 24,00 9,00
Kopo 30,00 50,00 65,00 80,00 70,00 50,00 35,00 20,00
Kragilan 20,00 40,00 55,00 70,00 80,00 60,00 45,00 30,00
Kramatwatu 30,00 50,00 65,00 80,00 70,00 50,00 35,00 20,00
Lebak Wangi 20,00 40,00 55,00 70,00 80,00 60,00 45,00 30,00
Mancak 30,51 50,51 65,51 80,51 69,49 49,49 34,49 19,49
Pabuaran 20,00 40,00 55,00 70,00 80,00 60,00 45,00 30,00
GAMBAR 8.2 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di Kabupaten
Serang Tahun 2023
GAMBAR 8.3 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di Kabupaten
Serang Tahun 2028
GAMBAR 8.4 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di Kabupaten
Serang Tahun 2033
GAMBAR 8.5 Peta Cakupan Pelayanan SPAM PDAM dan Non PDAM di Kabupaten
Serang Tahun 2038
Pengembangan SPAM PDAM dimulai dari Serang Bagian Timur menuju Barat
kemudian dilanjutkan dengan wilayah yang belum masuk ke wilayah PDAM.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemenuhan kebutuhan air minum di
Serang diprioritaskan dengan menggunakan sistem interkoneksi karena potensi
sumber air baku tidak merata di semua kawasan. Kegiatan pembangunan akan
dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap I : 2019-2023
2. Tahap II : 2024-2028
3. Tahap III : 2029-2033
4. Tahap IV : 2034-2038
TABEL 8.2 Tingkat Pelayanan SPAM PDAM Per Kecamatan di Kabupatan Serang
SPAM EKSISTING TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV TOTAL
(2018) (2023) (2028) (2033) (2038)
Anyer 33,24% 15,00% 15,00% 10,00% 10,00% 83,24%
TABEL 8.3 Rencana Sumber Air Baku yang Digunakan pada SPAM PDAM
WILAYAH SPAM SUMBER AIR BAKU
TABEL 8.4 Jumlah Rumah Tangga Terlayani SPAM PDAM Hingga Tahun 203
SPAM %PELAYANAN PDAM Rumah Tangga Terlayani
2023 2028 2033 2038 2023 2028 2033 2038
Anyer 48,24% 63,24% 73,24% 83,24% 6670 9663 12368 15535
Bandung 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 4752 8753 12576 17106
Baros 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 2857 5263 7561 10284
Binuang 26,00% 46,00% 61,00% 76,00% 2510 4908 7193 9904
Bojonegara 20,00% 40,00% 55,00% 70,00% 1448 3201 4864 6842
Carenang 22,12% 42,12% 57,12% 72,12% 4338 9130 13683 19093
Cikande 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 3894 7172 10304 14015
Cikeusal 34,34% 54,34% 69,34% 84,34% 3466 6061 8547 11489
Cinangka 23,00% 43,00% 58,00% 73,00% 3841 7936 11830 16455
Ciomas 32,12% 52,12% 67,12% 82,12% 4101 7354 10467 14153
Ciruas 20,00% 40,00% 55,00% 70,00% 1569 3468 5270 7413
Gunungsari 20,00% 40,00% 55,00% 70,00% 2612 5773 8773 12339
Jawilan 35,27% 55,27% 70,27% 85,27% 4329 7497 10535 14128
Kibin 41,00% 61,00% 76,00% 91,00% 9445 15531 21384 28298
Kopo 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 4938 9095 13067 17773
Kragilan 20,00% 40,00% 55,00% 70,00% 4129 9127 13869 19508
Kramatwatu 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 3110 5728 8230 11194
Lebak Wangi 20,00% 40,00% 55,00% 70,00% 2216 4899 7444 10471
Mancak 30,51% 50,51% 65,51% 80,51% 4365 7987 11448 15549
Pabuaran 20,00% 40,00% 55,00% 70,00% 4168 13137 24663 38583
Padarincang 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 2626 4837 6950 9454
Pamarayan 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 6737 12409 17828 24250
Petir 30,00% 50,00% 65,00% 80,00% 6132 11295 16228 22074
Pontang 28,00% 48,00% 63,00% 78,00% 4743 8986 13035 17836
Pulo Ampel 34,00% 54,00% 69,00% 84,00% 2462 4321 6102 8210
Tanara 32,63% 52,63% 67,63% 82,63% 3111 5545 7875 10634
Pada Bab VI telah dijelaskan mengenai kebutuhan air untuk setiap kecamatan
yang ada di Kabupaten Serang, dan berdasarkan tingkat pelayanan yang
direncanakan maka dapat menentukan kebutuhan air yang akan terlayani.
TABEL 8.5 menunjukkan kebutuhan air yang terlayani pada tahun 2023, 2028,
2033 dan 2038.
TABEL 8.7 berikut menunjukkan total kebutuhan air PDAM Kabupaten Serang.
Sistem interkoneksi Cikande akan menggunakan sumber air yang berasal dari
Sungai Ciujung dengan potensi pemanfaatan air baku sebesar 5.000 L/detik.
Untuk sistem interkoneksi Pamarayan dan Kragilan juga akan menggunakan
sumber air baku yang berasal dari Sungai Ciujung (pemindahan intake sumber air
dari Saluran Irigasi Pamarayan). Sistem interkoneksi Kramatwatu akan
menggunakan sumber daya air yang berasal dari Bendung Sindang Heula dengan
potensi debit sebesar 420 L/detik. Sistem inerkoneksi Anyar dan Pontang
masing-masing akan menggunakan sumber daya air Sungai Citawing, Cisirih, dan
Cisangkuy, dan Sungai Ciwaka, serta Tandon Kalimati.
Kebutuhan air untuk Kabupaten Serang dipenuhi dari beberapa sumber yang
sebagian besar merupakan air permukaan dengan debit total 61892,64 L/detik.
Peta rencana sistem interkoneksi dapat dilihat pada GAMBAR 8.6 dan rencana
sistem interkoneksi dengan wilayah pelayanannya dapat dilihat pada TABEL 8.8.
SPAM Regional Provinsi Banten memiliki rencana pembangunan dengan unit air
baku yang diperoleh dari Waduk Karyan di Kabupaten Lebak dan Bendung
Sindang Heula di Kabupaten Serang. Adapun wilayah pelayanan di Kabupaten
Serang yang akan dilayani oleh SPAM Regional Banten adalah seperti berikut.
Sumber air yang digunakan pada Bendung Sindang Heula berasal dari Sungai
Cibanten. TABEL 8.9 menunjukkan kualitas air di Sungai Cibanten sebagai
sumber air baku Bendung Sindang Heula.
TABEL 8.9 Hasil Uji Laboratorium Sungai Cibanten (Bendung Sindang Heula)
NO PARAMETER SATUAN HASIL BAKU METODA ACUAN
ANALISA MUTU
FISIKA
1 Padatan Terlarut Total (TDS) mg/L 5010^ 500 SNI 06-6989.27-2005
KIMIA
1 pH mg/L 5,87^ 6,0-8,5 SNI 06-6989.11-2004
2 Nitrat (NO3-N) mg/L 3,0762 50 SNI 6989.79:2011
3 Amonia (NH3-N) mg/L 0,3670 1,5 SNI 06-6989.30-2005
4 Arsen (As) mg/L <0,0021 0,01 APHA 3114-C-2012**
5 Barium (Ba) mg/L <0,01741 0,7 USEPA Methode No. 200.7-2001
6 Boron (B) mg/L <0,00726 0,5 USEPA Methode No. 200.7-2001
7 Selenium (Se) mg/L <0,0013 0,01 APHA 3114-C-2012**
8 Kadmium (Cd) mg/L <0,00928 0,003 USEPA Methode No. 200.7-2001
9 Tembaga (Cu) mg/L <0,00819 2 USEPA Methode No. 200.7-2001
Berdasarkan hasil uji laboratorium, air yang berasal dari Sungai Cibanten terdapat
beberapa parameter yang melebihi baku mutu Permenkes No. 492 Tahun 2010
tentang Pesyaratan Kualitas Air Minum. Parameter tersebut antara lain adalah
TDS, Coliform, dan Fecal Coliform. Tingginya parameter dapat diindikasikan
banyaknya kegiatan penambangan pasir disekitar area bendungan dan adanya
pencemaran limbah domestik.
Sungai Ciujung Lama akan dikembangkan untuk menjadi sumber air baku untuk
Kecamatan Pontang dan Kecamatan Tanara. Tandon kali mati rencananya akan
dikembangkan secara bertahap. Rencana pengembangan ini akan dilakukan
sepanjang 8-13 km di sekitar wilayah sepadan Sungai Kalimati. TABEL 8.10
menunjukkan kualitas air di Sungai Ciujung Lama (Kalimati) yang didasarkan
pada Peraturan Pemerintah No.Tahun 2001 Kelas I tentang Pengendalian
Kualitas Air.
Untuk menyadap air baku dari sungai Ciujung Lama, perlu dibangun sebuah
bangunan bendung yang berfungsi sebagai bangunan penampung air. Lokasinya
terletak 200 m dihilir jembatan jalan raya yang menghubungkan Kecamatan
Pontang dengan Kecamatan Tanara. Dengan dibendungnya Kalimati Sungai
Ciujung Lama tersebut, maka terbentuk suatu genangan air memanjang sungai
(long storage) sampai ke hulu sejauh 8,50 km. Pembangunan Bangunan Pintu Air
long storage S. Ciujung Lama akan dimulai pada tahun 2019 dan direncanakan
selesai kontruksi nya tahun 2021. Rencana tampungan kurang lebih 895.718,40
m3 berdasarkan hasil analisa sepanjang tahun. GAMBAR 8.19 menunjukkan
skema penyelenggaraan long storage Kalimati Ciujung Lama.
Debit pengambilan akan direncanakan dari Sungai Ciujung untuk suplai air baku
ke Kecamatan Bandung, Kecamatan Jawilan, Kecamatan Cikeusal, Kecamatan
Petir, dan Kecamatan Tunjung Teja. Untuk wilayah Kecamatan Bandung dan
Kecamatan Jawilan akan direncakan debit pengambilan dari Sungai Ciujung
sebesar 244,18 L/detik. Kolam prasedimentasi akan dibangun di Desa
Panosogan, Kecamatan Cikeusal yang bersebrangan dengan lokasi intake SPAM
Bandung-Jawilan. Selain itu, rencana pemindahan intake untuk suplai air ke
Kecamatan Ciruas, Kragilan, dan Lebakwangi juga dilakukan. Lokasi rencana
pemindahan intake IPA Ciruas akan dibangun di tanah milik masyarakat seluas
3.000 m2. Untuk SPAM Ciruas, Kragilan dan Lebakwangi, tidak memerlukan
kolam tandon, mengingat debit aliran di sumber air ciujung masih cukup banyak,
namun demikian karena sedimentasi Ciujung cukup besar maka masih diperlukan
kolam prasedimentasi. Lokasi kolam prasedimentasi menggunakan area Situ
Kandayakan disamping lokasi IPA Ciruas, Kragilan, dan Lebakwangi. Pemindahan
intake tersebut akan direncanakan selesai pada tahun 2022.
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa pada tahun 2018 baru
10,2% dari total penduduk yang terlayani jaringan perpipaan dari PDAM Tirta
Albantani di Kabupaten Serang. Berdasarkan proyeksi dan rencana yang
ditetapkan pada sub bab sebelumnya, ditargetkan hingga tahun 2038 rata-rata
sebesar 78,75% telah terlayani oleh jaringan perpipaan PDAM. Oleh karenanya,
masih terdapat gap yang belum terlayani oleh PDAM yang perlu direncanakan
dengan menggunakan alternatif-alternatif agar target akses aman terhadap air
minum 100% dapat tercapai di Kabupaten Serang.
8.3.1.1 Pengantar
Berdasarkan skala pelayanan, SPAM non PDAM dapat melayani dari unit terkecil
hingga terbesar seperti berikut:
1. Skala Individual
Pada skala individual, sistem penyediaan air minum hanya melayani 1 unit
rumah tangga saja yang diasumsikan bahwa 1 rumah tangga terdiri dari 3
hingga 5 orang. Dalam kondisi tertentu, 1 sistem penyediaan air minum
pada 1 rumah tangga dapat juga melayani tetangga disekitarnya hingga 5
rumah tangga atau berkisar antara 15 hingga 25 orang.
2. Skala Komunal
Ilustrasi sistem penyediaan air minum skala individual/rumah tangga dan skala
komunal masing-masing dapat dilihat pada GAMBAR 8.20 dan GAMBAR 8.21.
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2015 tentag
Sistem Penyediaan Air Minum, disebutkan bahwa SPAM terdiri dari dua jenis
yakni SPAM Jaringan Perpipaan (SPAM JP) dan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
(SPAM BJP). Selanjutnya kedua jenis SPAM tersebut didefinisikan di dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum
sebagai:
Air baku yang dapat digunakan di Kabupaten Serang berbeda-beda untuk setiap
wilayahnya sesuai dengan potensi ketersediaan air secara lokal di wilayah
tertentu. Akan tetapi secara umum di Kabupaten Serang terdapat 3 jenis air baku
yang dapat dimanfaatkan untuk SPAM non PDAM, yakni:
1. mata air;
2. air tanah;
3. air permukaan (air sungai dan air laut); serta
4. air hujan.
Sarana yang dibangun untuk mengumpulkan air pada sumber mata air
dan melindungi sumber mata air terhadap pencemaran.
Ketentuan teknis dari penggunaan sarana sumur dangkal baik sumur gali
atau tube wells adalah seperti berikut.
- Penentuan lokasi sumur gali untuk umum harus mendapat izin dari
pemilik tanah.
- Dibangun di daerah yang tersedia sumber air tanah dangkal baik pada
musim kemarau maupun pada musim hujan.
- Letak sumur gali harus dipilih pada daerah yang tanahnya mudah
digali atau dapat digali seperti tanah lempung, pasir, cadas dan tidak
longsor.
- Struktur tanah diperhatikan berada pada daerah bebas banjir dan
tidak terlalu dekat dengan sumber pengotoran seperti kakus, lubang
sampah dan tempat pembuangan air limbah (minimum 10 m).
- Lokasi sumur gali terhadap perumahan bila dilayani secara komunal
maksimum 50 meter.
- Bangunan sumur gali atau bangunan sumuran yang terdiri dari
dinding sumur, lantai sumur dan bibir sumur yang harus dibuat dari
bahan yang kuat dan kedap air seperti pasangan batu bata, batu kali,
atau beton serta dilengkapi dengan kerekan pengambilan air timba
dengan gulungan.
- Dinding sumur harus sedalam minimal 3 meter dari permukaan tanah
atau sampai pada keadaan batuan tidak menunjukkan gejala mudah
retak atau runtuh untuk mencegah runtuhan merembesnya air ke
dalam sumur.
- Bibir sumur harus setinggi 0,8 m dari permukaan tanah untuk
mencegah air bekas masuk ke dalam sumur.
- Bangunan sumur gali harus dilengkapi dengan sarana untuk
mengambil dan menimba air seperti timba dengan kerekan, timba
dengan gulungan atau pompa tangan supaya pengambilan air dapat
sehigienis mungkin.
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN SERANG 2019-2038
LAPORAN AKHIR – 2018
8-42
- Lantai sumur gali harus kedap air buangan dan permukaannya tidak
licin dengan ukuran lantai adalah minimum 100 cm dari dinding sumur
atas bagian luar dengan kemiringan lantai 1-5% kearah saluran
pembuangan.
- Bangunan sumur gali harus dilengkapi dengan saluran pembuangan
air bekas hingga jarak ±10 meter. Saluran pembuang harus dibuat
kedap air dan licin dengan kemiringan 2% ke arah sarana pengolahan
air buangan atau badan penerima atau sumur resapan air buangan.
- Spesifikasi teknis pembangunan sumur harus memperhatikan
ketentuan teknis yang telah ditetapkan dalam SNI dan pedoman
lainnya.
b. Sumur Bor
Sarana penyediaan air minum berupa sumur yang dibuat dengan membor
tanah pada kedalaman tertentu sehingga diperoleh air sesuai dengan
yang diinginkan, sedangkan pengambilan air dilakukan dengan
menghisap atau menekan air ke permukaan dengan menggunakan
pompa tangan atau pompa listrik (tergantung dengan kedalaman dari
sumur yang dibor).
- Intake Bebas
- Intake Ponton
- Intake Jembatan
- Infiltrasi Galeri
yang lebih baik dibandingakan dengan air laut di permukaan dan juga air
laut bagian dalam lebih terlindungi dari polusi hidrokarbon.
Pertimbangan lokasi SWRO plant yang terdiri dari lokasi pengambilan air
laut, penyimpanan air umpan, sistem RO, dan post-treatment harus
dipertimbangkan dengan serius. Lokasi SWRO plant juga harus terdiri dari
housing intake pump system, laboratory, warehouse, station for electric
transformation, dan gedung administrasi sebagai komponen pendukung
utama agar SWRO plant dapat berjalan dengan baik. Setelah didapatkan
lokasi yang tepat untuk pengambilan air laut, maka dilakukan pengecekan
kandungan air laut pada lokasi yang ditentukan. Setelah mengetahui
komposisi air laut yang akan digunakan, maka data tersebut dapat
dijadikan panduan dalam merancang proses pre-treatment, desain sistem
RO, dan metode pembersihan membran. Ilustrasi bangunan penangkap
air laut dapat dilihat pada GAMBAR 8.24.
Dalam memproduksi air baku menjadi air siap minum diperlukan proses
pengolahan yang dapat dilakukan dalam skala rumah tangga/individual dan
komunal dengan teknologi tepat guna. Adapun beberapa proses pengolahan
yang dapat dilakukan adalah seperti berikut.
Penerapan SiPAS untuk air hujan dilakukan bangunan penangkap air hujan.
Spesifikasi teknis terkait bangunan penangkap air hujan telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya. Untuk biaya investasi SiPAS ini diperkirakan
sekitar Rp150.000 per kapita dan biaya untuk memproduksi air adalah RP0
per liter. Ilustrasi saringan air hujan dapat dilihat pada GAMBAR 8.26.
diperkirakan sekitar Rp200.000 per kapita dan biaya untuk memproduksi air
adalah RP0 per liter. Ilustrasi perlindungan mata air sistem gravitasi dan
perpompaan masing-masing dapat dilihat pada GAMBAR 8.27 dan GAMBAR
8.28.
melalui sistem gravitasi, dan sistem pelayanan dan pelayanan dengan HU,
TA, atau SR. Untuk biaya investasi SiPAS ini diperkirakan sekitar Rp200.000
per kapita dan biaya untuk memproduksi air adalah RP0 per liter. Skema
proses sistem SPL dapat dilihat pada GAMBAR 8.29, skema instalasi sistem
SPL dengan masing masing unit instalasi diletakkan sejajar dapat dilihat
pada GAMBAR 8.30, dan skema instalasi sistem SPL dengan masing masing
unit instalasi diletakkan bertingkat dapat dilihat pada GAMBAR 8.31.
GAMBAR 8.30 Sketsa Instalasi Sistem SPL dengan Masing masing Unit Instalasi
Diletakkan Sejajar
Sumber: Djaya, 2017
GAMBAR 8.31 Sketsa Instalasi Sistem SPL dengan Masing masing Unit Instalasi
Ditempatkan Bertingkat
Sumber: Djaya, 2017
GAMBAR 8.32 Instalasi SPL Sistem Penjernihan Air Tanah menjadi Air Minum
Wisma Sanita, Pejompongan, Jakarta Pusat yang Dibangun pada Tahun 2012
Sumber: Djaya, 2017
GAMBAR 8.33 Individual Sistem Instalasi Pengolah Air Tanah, Kapasitas 5000
Liter/Hari (Margahayu Raya Barat, Bandung) Sejak Tahun 1991
Sumber: Djaya, 2017
5. Penerapan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) untuk Penyaringan Air Laut
Salah satu teknologi yang dapat mulai diterapkan dalam mengubah air laut
menjadi air minum untuk pemenuhan kebutuhan air adalah teknologi SWRO.
SWRO ini mampu memproduksi air laut menjadi air tawar dengan kapasitas
produksi 2,5 liter per detik. Desalinasi menggunakan sistem SWRO adalah
proses untuk menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk
mendapatkan air yang aman untuk dikonsumsi. Seringkali proses ini
menghasilkan garam dapur sebagai hasil sampingan. GAMBAR 8.34
Untuk memproduksi 1 liter air minum diperlukan biaya sebesar Rp8-12 atau
Rp8.000-12.000 per m3. Harga tersebut relatif tergolong cukup terjangkau
jika dipertimbangkan dengan faktor sulitnya memperoleh air di wilayah
pesisir. Di Indonesia, salah satu contoh berhasil dan menjadi percontohan di
Indonesia dalam menerapkan SWRO ini adalah di Pulau Mandangin,
Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. SPAM SWRO di Pulau
Mandangin dibangun oleh APBN dengan nilai dana investasi sekitar Rp11
miliar. SPAM-SWRO itu memberikan akses terhadap kebutuhan air minum
bagi 5.760 rumah tangga atau 18.700 warga yang ada di Pulau Mandangin
dengan kapasitas 5 liter/detik dan direncanakan menjadi 10 liter/detik.
Sistem ini telah berjalan selama 5 tahun hingga saat ini.
SARUT merupakan teknik menyaring yang cocok untuk skala individual atau
rumah tangga karena tergolong murah dan mudah untuk membangunnya.
Komponen yang dibutuhkan untuk SARUT terdiri dari drum, pasir halus,
kerikil halus, kerikil kasar, arang batok kelapa, pipa PVC, dan perlengkapan
pipa. SARUT dapat digunakan untuk menyaring air permukaan dengan
tingkat kekeruhan rendah (tipe I), sedang (tipe II), tinggi (tipe III), dan air
tanah yang mengandung zat besi atau Fe dan MN atau mangan (tipe IV).
Ilustrasi SARUT arang kelapa dapat dilihat pada GAMBAR 8.35.
Setelah diolah dan diproduksi pada unit peroduksi maka air yang telah diolah siap
untuk didistribusikan kepada masyarakat atau pelanggan. Terdapat 3 cara untuk
mendistribusikan yakni dengan Sambungan Rumah Murah (SRM), Terminal Air,
dan Hidran Umum.
SRM adalah cara pelayanan air minum dari sistem perpipaan melalui
sambungan langsung ke rumah. Biaya investasi setiap SR diperkirakan
sebesar Rp500.000 per rumah tangga. GAMBAR 8.36 berikut menunjukkan
contoh layout sistem distribusi induk.
GAMBAR 8.37 Distribusi Air Dari Mata Air Melalui 4 Unit HU Secara Gravitasi
Sumber: Ditjen CIpta Karya, 2007
Berdasarkan uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka terdapat kriteria dan
karakteristik tertentu untuk masing-masing jenis unit dalam penyediaan air
minum yang perlu yang ditinjau dari sisi skala pelayanan, geografis, demografis,
dan sosial-ekonomi seperti yang ditunjukan pada TABEL 8.12 berikut.
TABEL 8.12 Karakteristik dalam Memilih Alternatif Bentuk SPAM Non PDAM
KARAKTERISTIK WILAYAH DAN MASYARAKAT
UNIT JENIS SKALA SOSIAL-
GEOGRAFIS DEMOGRAFIS LAINNYA
PELAYANAN EKONOMI
Unit Bangunan Komunal Jarak mata - - Wilayah
Pengambilan Penangkap air tidak lebih perdesaan
Air Baku Mata Air dari 3 km ke
lokasi
pelayanan
Sumur Individual dan - Dibangun di Dekat ke - Wilayah
Dangkal (Gali Komunal daerah permukiman perdesaan
dan Tube Terbatas yang (maksimal 50 dan
Wells) tersedia m) perkotaan
sumber air
tanah
Rencana jumlah penduduk terlayani dan kebutuhan air pada SPAM non PDAM
singkatnya merupakan rencana terintegrasi dengan yang dilayani oleh SPAM
PDAM. Asumsi proyeksi perkembangan jumlah penduduk beserta kebutuhan air
minum domestik maupun non domestik hingga akhir tahun perencanaan 2038
diasumsikan sama, yakni dengan sumsi-asumsi berikut.
Pada TABEL 8.14 dan TABEL 8.15 berikut dihasilkan perhitungan proyeksi jumlah
rumah tangga yang dilayani dengan SPAM non PDAM baik dalam skala komunal
maupun individual beserta juga dengan perhitungan kebutuhan air total
(domestik dan non domestik) dengan satuan L/detik untuk SPAM non PDAM.
TABEL 8.14 Jumlah Rumah Tangga Terlayani SPAM Non PDAM Hingga Tahun 2038
JUMLAH RUMAH TANGGA SPAM NON
% PELAYANAN NON PDAM
PDAM
NO. KECAMATAN
2023 2028 2033 2038 2023 2028 2033 2038
1 Anyar 51,76 36,76 26,76 16,76 7.156 5.617 4.519 3.128
2 Baros 70,00 50,00 35,00 20,00 11.089 8.753 6.772 4.277
3 Bandung 70,00 50,00 35,00 20,00 6.666 5.263 4.071 2.571
4 Binuang 74,00 54,00 39,00 24,00 7.144 5.762 4.599 3.128
5 Bojonegara 80,00 60,00 45,00 30,00 5.792 4.801 3.980 2.932
6 Carenang 77,88 57,88 42,88 27,88 15.274 12.546 10.272 7.381
7 Cikande 70,00 50,00 35,00 20,00 9.085 7.172 5.548 3.504
8 Cikeusal 65,66 45,66 30,66 15,66 6.626 5.093 3.779 2.133
9 Cinangka 77,00 57,00 42,00 27,00 12.858 10.520 8.566 6.086
10 Ciomas 67,88 47,88 32,88 17,88 8.667 6.756 5.127 3.081
11 Ciruas 80,00 60,00 45,00 30,00 6.276 5.202 4.312 3.177
12 Gunung Sari 80,00 60,00 45,00 30,00 10.447 8.659 7.178 5.288
13 Jawilan 64,73 44,73 29,73 14,73 7.945 6.068 4.457 2.440
14 Kibin 59,00 39,00 24,00 9,00 13.592 9.929 6.753 2.799
15 Kopo 70,00 50,00 35,00 20,00 11.521 9.095 7.036 4.443
16 Kragilan 80,00 60,00 45,00 30,00 16.516 13.690 11.347 8.361
17 Kramatwatu 70,00 50,00 35,00 20,00 7.256 5.728 4.431 2.799
18 Lebak Wangi 80,00 60,00 45,00 30,00 8.865 7.348 6.091 4.487
19 Mancak 69,49 49,49 34,49 19,49 9.942 7.825 6.027 3.764
20 Pabuaran 80,00 60,00 45,00 30,00 16.674 19.705 20.179 16.536
21 Padarincang 70,00 50,00 35,00 20,00 6.128 4.837 3.742 2.363
22 Pamarayan 70,00 50,00 35,00 20,00 15.719 12.409 9.600 6.063
23 Petir 70,00 50,00 35,00 20,00 14.309 11.295 8.738 5.518
24 Pontang 72,00 52,00 37,00 22,00 12.197 9.735 7.656 5.031
25 Pulo Ampel 66,00 46,00 31,00 16,00 4.779 3.681 2.741 1.564
26 Tanara 67,37 47,37 32,37 17,37 6.423 4.991 3.769 2.235
27 Tirtayasa 65,47 45,47 30,47 15,47 4.974 3.818 2.828 1.587
28 Tunjung Teja 69,00 49,00 34,00 19,00 6.185 4.854 3.723 2.299
29 Waringinkurung 49,00 34,00 24,00 14,00 4.612 3.537 2.759 1.779
TOTAL 70,22 50,56 35,90 21,25 274.719 224.689 180.600 120.754
TABEL 8.15 Kebutuhan Air untuk SPAM Non PDAM (Liter/Detik) Hingga Tahun 2038
TABEL 8.16 Kebutuhan Pengembangan untuk SPAM Non PDAM Tahun 2019-2023
TAHUN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KECAMATAN
2019 Pembuatan sumur bor atau sumur dangkal Tanara,
Waringinkurung,
Lebak Wangi
2020 Pembuatan sumur bor atau sumur dangkal Bandung,
Gunungsari,
Tirtayasa
2021 Pembuatan sumur bor atau sumur dangkal Tunjungteja, Binuang,
Anyar
2022 Pembuatan sumur bor atau sumur dangkal Cikuesal, Cinangka,
Carenang
2023 Pembuatan sumur bor atau sumur dangkal Mancak, Pabuaran,
Petir
9 – RENCANA PENDANAAN
SPAM
Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten
Serang harus mempertimbangkan kelayakan investasi dan pembiayaan
pembangunannya, sehingga dapat tercapai kesinambungan pentahapan
pelaksanaan pembangunan. Selain itu juga berfungsi sebagai alat mobilisasi dana
investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian
pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah
yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi
berbagai konflik kepentingan dalam investasi/pembiayaan.
TABEL 9.1 Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM PDAM Per Tahapan
2019-2038 pada Setiap Wilayah Pelayanan
Wilayah Kecamatan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV
I Baros 38.811.787.421 - 35.742.522.880 35.742.522.880
II Anyer 5.980.260.000 - 17.257.884.632 17.257.884.632
II Cinangka - 79.820.079.521 82.683.102.336 82.683.102.336
II Padarincang 67.737.181.954 - 66.785.374.571 66.785.374.571
II Ciomas 13.762.485.200 - 12.477.538.442 12.477.538.442
II Mancak - 36.256.898.660 33.860.939.535 33.860.939.535
II Pabuaran - 15.987.965.220 10.210.241.940 10.210.241.940
III Pulo Ampel - 36.610.557.562 27.577.085.620 -
III Bojonegara - 6.328.464.504 3.063.853.087 3.063.853.087
III Kramatwatu 27.581.729.571 - 14.992.387.347 14.992.387.347
III Waringin Kurung - 9.598.347.645 4.877.342.544 4.877.342.544
III Gunung Sari - 6.274.750.937 2.699.228.914 2.699.228.914
IV Ciruas - 49.073.442.680 26.110.729.175 26.110.729.175
IV Lebak Wangi - - - -
IV Kragilan 5.980.260.000 19.086.394.339 15.829.418.254 15.829.418.254
IV Pontang 1.689.545.000 10.355.224.082 5.868.763.754 5.868.763.754
IV Tirtayasa - 15.132.429.818 12.344.047.164 12.344.047.164
IV Tanara 15.525.380.410 - 11.149.756.462 11.149.756.462
V Binuang - 11.260.394.339 7.421.174.331 7.421.174.331
V Carenang - 50.974.335.599 50.646.618.566 -
V Cikande 29.775.916.926 - 20.246.939.218 27.577.085.620
V Kibin - 15.629.146.534 8.091.436.115 8.091.436.115
VI Bandung 14.832.986.975 - 9.396.111.128 9.396.111.128
VI Jawilan 19.023.456.536 - 12.253.273.939 68.217.482.535
VI Cikeusal 27.599.428.701 - 17.644.862.418 17.644.862.418
VI Petir 21.141.237.446 - 13.758.366.904 13.758.366.904
VI Tunjung Teja 66.151.887.370 - 68.217.482.535 68.217.482.535
VI Pamarayan 24.077.452.164 - 19.132.233.313 19.132.233.313
VI Kopo 19.544.938.224 - 12.482.771.122 12.482.771.122
399.215.933.898 362.388.431.440 622.821.486.246 607.892.137.058
TOTAL
1.992.317.988.642
Sumber dana yang diperoleh PDAM dapat berasal dari APBN, APBD I, APBD II,
Penyertaan Modal lain-lain, dan Pinjaman dari lembaga keuangan. Jenis
pendanaan ini secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat keuntungan
PDAM karena masing masing sumber dana tersebut akan mempunyai
konsekuensi biaya yang berbeda. Untuk itu strategi pendanaan PDAM ada jangka
panjang yang optimal adalah sangat penting.
Walaupun setiap kecamatan memiliki alternatif sumber air baku yang beragam
dan berbeda, namun untuk skala pelayanan komunal, maka sumber air baku yang
paling mungkin digunakan adalah dari sumber air tanah dengan menggunakan
sumur dangkal atau sumur bor. Sehingga asumsi perhitungan yang digunakan
adalah dengan standar berikut.
TABEL 9.3 berikut adalah rencana anggaran biaya pengembangan SPAM Non
PDAM Kabupaten Serang.
TABEL 9.3 Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Non PDAM Kabupaten
Serang
KECAMATAN KEBUTUHAN TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV
INVESTASI (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
TOTAL (Rp)
Anyar 7.156.262.938 7.156.262.938 - - -
Baros 11.088.609.541 - - - 11.088.609.541
Bandung 6.666.412.152 6.666.412.152 - - -
Binuang 7.144.275.516 - - 7.144.275.516 -
Bojonegara 5.792.354.477 - - - 5.792.354.477
Carenang 15.274.251.192 - - 15.274.251.192 -
Cikande 9.085.055.310 - - 9.085.055.310 -
Cikeusal 6.626.285.094 6.626.285.094 - - -
Cinangka 12.858.281.936 12.858.281.936 - - -
Ciomas 8.666.564.629 - - 8.666.564.629 -
Ciruas 6.276.143.104 - - - 6.276.143.104
Gunung Sari 10.447.091.611 10.447.091.611 - - -
Jawilan 7.944.982.988 - 7.944.982.988 - -
Kibin 13.591.849.119 - - - 13.591.849.119
Kopo 11.521.009.869 - 11.521.009.869 - -
Kragilan 16.516.331.415 - - - 16.516.331.415
Kramatwatu 7.256.169.909 - - - 7.256.169.909
Lebak Wangi 8.865.012.748 8.865.012.748 - - -
Mancak 9.942.139.915 - 9.942.139.915 - -
Pabuaran 16.673.920.000 - 16.673.920.000 - -
Padarincang 6.127.947.435 - - 6.127.947.435 -
Pamarayan 15.719.297.109 - - - 15.719.297.109
Petir 14.308.599.850 - 14.308.599.850 - -
Pontang 12.196.797.045 - - 12.196.797.045 -
Pulo Ampel 4.778.692.444 - 4.778.692.444 - -
Tanara 6.422.702.480 6.422.702.480 - - -
Tirtayasa 4.974.222.609 - 4.974.222.609 - -
Tunjung Teja 6.185.197.338 - - 6.185.197.338 -
Waringinkurung 4.612.162.253 4.612.162.253 - - -
TOTAL 274.718.622.029 63.654.211.213 70.143.567.675 64.680.088.466 76.240.754.675
PELUANG
SKEMA
NO PENDANAAN STRATEGI PENDANAAN
PENDANAAN
SPAM
Khusus, sumur
dangkal
terlindungi, mata
air terlindungi,
pembangunan
penangkap air
hujan)
2 APBD PROVINSI
SPECIFIC GRANT Pengembangan Pemetaan kebutuhan pengembangan
SPAM Komunal SPAM Komunal di Kabupaten Serang
Percepatan pemenuhan readiness criteria
Pemberdayaan masyarakat
3 APBD Pengembangan Optimalisasi penerimaan daerah dari
KABUPATEN SPAM Komunal, kegiatan ekonomi eksisting melalui
terutama di penerimaan dari sektor pajak maupun non
daerah rawan air pajak
Pembangunan Penyusunan rencana pengembangan
sumur resapan SPAM Non PDAM terpadu
Pemeliharaan Pemetaan kebutuhan pengembangan
lingkungan SPAM Komunal di Kabupaten Serang
sumber air Percepatan pembebasan lahan dan
dokumen prastudi lainnya
4 DANA DESA Pengembangan Percepatan penyediaan lahan
SPAM Komunal pengembangan embung
Pengembangan Penyusunan rencana pengembangan
embung mata air embung berbasis masyarakat
Pemberdayaan masyarakat
5 BUM DESA Pengembangan Optimalisasi pendapatan dan aset
SPAM Komunal BUMDesa
Peningkatan Penyusunan rencana pengembangan
kapasitas dan embung berbasis masyarakat
jaringan SPAM Peningkatan kapasitas dan jaringan
Komunal pelayanan SPAM Komunal
SKEMA PENDANAAN NON PUBLIK
6 HIBAH Pengembangan Fasilitasi lembaga mitra internasional
(Misal Bank Dunia) SPAM Komunal yang akan memberikan dana
Pengembangan pembangunan SPAM
embung mata air Peningkatan dan percepatan sinkronisasi
Restorasi kualitas kebijakan pembangunan daerah dan
lingkungan program usulan donor
sekitar mata air Penyiapan masyarakat setempat
7 CORPORATE Pengembangan Pengembangan masterplan investasi
SOCIAL SPAM Komunal bidang SPAM
RESPONSIBILITY Penyusunan rencana pengembangan
(CSR) SPAM Non PDAM terpadu
Peningkatan sinkronisasi program
pembangunan daerah bidang SPAM
PELUANG
SKEMA
NO PENDANAAN STRATEGI PENDANAAN
PENDANAAN
SPAM
dengan rencana kerja swasta dalam
pemberian CSR
8 MASYARAKAT Pengembangan SPAM Komunal terutama dalam pembangunan
PENGGUNA unti distribusi dan pelayanan dengan menggunakan Sambungan
Rumah Murah
TABEL 9.5 Pola dan Sumber Pendanaan Pengembangan SPAM Non PDAM
Kabupaten Serang 2019-2038
PROSENTASE
NO SUMBER DANA ALOKASI DANA TOTAL (RP)
(%)
1 APBN 20 54.943.724.406
2 APBD PROVINSI 10 27.471.862.203
3 APBD KABUPATEN 20 54.943.724.406
4 DANA DESA 35 109.887.448.811
5 HIBAH 5 13.735.931.101
6 CSR 5 13.735.931.101
TOTAL 100 266.967.273.812
10 – RENCANA
PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN
Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,
menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil. Hal ini menunjukkan
bahwa negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas
air.
2. Eco-efficiency (Ekoefisien)
Ekoefisiensi merupakan suatu usaha untuk mengefisiensikan penggunaan
sumber daya air agar dapat digunakan dalam jangka panjang. Dalam konteks
ini, efisiensi mengacu pada perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan
penyelamatan sumber daya air. Prinsip ekoefisiensi mencakup penggunaan
secara efisien, menjaga kondisi ekosistem, dan melestarikan ekosistem.
Prinsip ekoefisiensi berperan penting dalam pembangunan berkelanjutan. 1)
penggunaan secara efisiensi, yakni dengan eksploitasi tidak berlebihan dan
mempertimbangkan keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya alam
serta penggunaan sumber daya alam tidak boros, 2) menjaga kondisi
ekosistem, dengan cara memperhatikan lokasi sumber daya alam dan
pengaruhnya terhadap ekosistem setempat jika dilakukan eksploitasi,
memperhitungkan dampak negative pengolahan dan pemecahan secara
bijaksana serta menggunakan teknologi yang tidak merusak ekosistem, 3)
melestarikan ekosistem, dengan cara pengolahan disertai dengan
pambaruan, melakukan kegiatan pemulihan ekosistem, dan dampak
negative pengolahan turut dikelola
4. The Right Access to Water for All Citizens (Akses yang sama pada air untuk
masyarakat)
Dalam pengelolaan sumber daya air, harus didasarkan pada prinsip bahwa
negara harus memenuhi hak rakyat atas air, sehingga pengusahaan atas air
tidak boleh dilakukan secara mengganggu, mengesampingkan, apalagi
meniadakan hak rakyat atas sumber daya air. Selain itu, masyarakat juga
memiliki hak yang sama dalam mengakses dan memanfaatkan sumber daya
air, sehingga upaya monopoli dalam pemanfaatan sumber daya air dapat
dihindarkan.
PEMERINTAH PEMERINTAH
PEMERINTAH DAERAH
PUSAT KABUPATEN/KOTA
PASAL 39
PASAL 38 PASAL 40
Penyelenggaraan kabupaten/kota dan dan menyampaikan laporan
SPAM menyampaikan laporan hasil pemantauan dan
hasil pemantauan dan evaluasi kepada
evaluasi kepada Pemerintah Provinsi
Pemerintah Pusat
Pencatatan - - Melakukan pencatatan
laporan dari kelompok
masyarakat
Sumber: PP No. 122 Tahun 2015 tentang SPAM
1. Pemerintah Pusat
Dalam penyelenggaraan SPAM, Pemerintah Pusat berfungsi untuk menyusun
dan menetapkan Jakstra Nasional, menyusun dan menetapkan RISPAM Lintas
Provinsi, Menetapkan NSPK, mengatur SPAM pada kawasan yang bersifat
khusus/kepentingan strategis nasional/lintas provinsi, membentuk BUMN dan
atau UPT, memberikan izin pada Badan Usaha, melakukan pembinaan dan
pengawasan, menjamin ketersediaan air baku untuk penyelenggaraan SPAM
lintas provinsi, serta melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah. Dalam
konteks penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Serang, peran yang diharapkan
dari Pemerintah Pusat sebagai berikut.
a. Pengembangan SPAM Perkotaan
Pemerintah Pusat diharapkan dapat membantu Kabupaten Serang dalam
mengembangkan SPAM Perkotaan, berupa:
Pengembangan jaringan perpipaan pada PKW dan PKWp yang telah
ditetapkan dalam RTRW Provinsi Banten
Pemanfaatan idle capacity
Bantuan penyehatan PDAM
b. Pengembangan SPAM Perdesaan
Pemerintah Pusat diharapkan dapat membantu Kabupaten Serang dalam
mengembangkan SPAM Perdesaan, berupa:
Pemanfaatan idle capacity
Pemberian bantuan program non PDAM
Pembangunan SPAM berbasis masyarakat
Regulator
Fasilitator
Koor-
dinator
Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang
4. PDAM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, menyebutkan bahwa salah
satu bentuk alternatif kelembagaan dalam pengelolaan SPAM adalah BUMD
(Badan Usaha Milik Daerah). Penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Serang
sendiri telah dikelola oleh BUMD dalam bentuk Perusahaan Daerah Air
Minum.
Perjanjian Kerja Sama disusun oleh para pemangku kepentingan yang terdiri
atas:
Bupati
Badan
Pengawas
Direktur
Direktur Umum Direktur Teknik Administrasi-
Keuangan
Wilayah
Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi
Pelayanan I
Wilayah
Pelayanan II
Wilayah
Pelayanan III
Wilayah
Pelayanan IV
Wilayah
Pelayanan V
Wilayah
Pelayanan VI
Adapun berikut adalah 6 wilayah pelayanan untuk rencana 6 cabang PDAM Tirta
Albantani di Kabupaten Serang dapat dilihat pada TABEL 10.2.
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Serang memiliki pegawai pada per
April 2018 adalah sebanyak 169 karyawan, terdiri dari 143 Pegawai Perusahaan
(PP), 5 Tenaga Kontrak PDAM, dan 21 Tenaga Kontrak Koperasi Tirta Albantani
Kab.Serang. Standar rasio antara pegawai dan pelanggan yang ditetapkan oleh
BPSPAM yaitu setiap 1.000 pelanggan idealnya terdapat 6 orang pegawai.
Berdasarkan standar ideal tersebut maka apabila jumlah pelanggan yang dimiliki
PDAM pada tahun akhir periode perencanaan sebanyak 432.377 pelanggan, maka
menurut standar tersebut jumlah pegawai PDAM yang ideal adalah sebanyak
2.594 orang pada tahun 2038. Oleh karenanya dibutuhkan penambahan pegawai
sebanyak 2.425 dengan rincian dan persentase seperti yang ditunjukkan pada
TABEL 10.3 dan GAMBAR 10.3 berikut.
TABEL 10.3 Rencana Penambahan Jumlah Pegawai PDAM Tirta Albantani Tahun
2038
RENCANA JUMLAH PEGAWAI
NO STATUS KEPEGAWAIAN
2038
1 Pegawai Perusahaan 1.297
2 Tenaga Kontrak Koperasi Tirta Albantani 78
3 Tenaga Kontrak PDAM 311
4 Honorer 454
5 Harian 454
Jumlah 2.594
Pegawai Perusahaan
17.50%
Harian
12.00%
3.00%
GAMBAR 10.3 Rencana Persentase Jumlah Pegawai PDAM Tirta Albantani pada
Tahun 2038
Terkait dengan kerjasama pembangunan bidang SPAM, berikut adalah hak dan
kewajiban yang harus ditaati masing-masing stakeholder agar kinerjanya dapat
lebih efektif. TABEL 10.5 berikut menunjukkan hak dan kewajiban pelaku
kerjasama pembangunan.
Dalam upaya menjamin pemanfaatan prasarana dan sarana air minum yang
berkelanjutan, perlu diciptakan mekanisme pengelolaan yang berbasis
masyarakat, yaitu pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat pengguna itu
sendiri. Prinsip-prinsip dasar dan mekanisme pengelolaan prasarana dan sarana
air minum yang bertumpu masyarakat terdiri dari prinsip berikut.
sederhana diperlukan satu pola yang sesuai dan sederhana serta diarahkan pada
pengelolaan secara manajemen perusahaan yang terdiri dari beberapa aspek
berikut.
- Aspek Hukum
- Aspek Teknis
- Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya
sarana air minum yang sudah dan akan terbangun akan dipelihara
dengan baik karena rasa turut memiliki dari pihak masyarakat;
menimbulkan kesadaran berorganisasi dan bermasyarakat;
memberikan wawasan dan cakrawala baru pada masyarakat;
menanamkan nilai-nilai hidup sehat pada tiap keluarga.
10.3.1.1 BUMDes
10.3.1.2 Koperasi
Pendirian Koperasi dilakukan dengan Akta Pendirian Koperasi yang dibuat oleh
Notaris atau oleh Camat yang telah disahkan sebagai Pejabat Pembuat Akta
Koperasi oleh Menteri. Di dalam Akta Koperasi termuat Anggaran Dasar dan
keterangan yang berkaitan dengan pendirian Koperasi.
Terdapat perbedaan dan persamaan dari beberapa jenis lembaga pengelola dan
penyelenggara SPAM komunal yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut ini
merupakan TABEL 10.6 yang mensintesiskan perbedaan dan persamaan
tersebut.
TABEL 10.6 Sintesis Jenis Lembaga Pengelola dan Penyelenggara SPAM Komunal
ASPEK BUMDES KOPERASI OMS-AM
Dasar Hukum - Undang-Undang Nomor 6 Tahun - Undang-Undang - Lampiran 10 Peraturan
2014 Nomor 17 Tahun Menteri Pekerjaan Umum
- Peraturan Menteri Desa, 2012 tentang dan Penataan Ruang
Pembangunan Daerah Tertinggal, Perkoperasian Nomor 27 Tahun 2016
dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun - Akta Pendirian tentang Penyelenggaraan
2015 tentang Pendirian, Koperasi Sistem Penyediaan Air
Pengurusan dan Pengelolaan, dan - Anggaran Dasar Minum
Pembubaran Badan Usaha Milik dan Anggaran - Surat Penetapan OMS-AM
Desa Rumah Tangga dari:
- Peraturan Desa SK Camat
- Anggaran Dasar dan Anggaran SK Kepala Desa atau
Rumah Tangga Lurah
SK RW
SK RT
Tergantung dengan lingkup
wilayah pelayanan
- Akta Pendirian yang dibuat
oleh notaris
10.3.2.1 BUMDes
Penasihat dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa yang bersangkutan dengan
kewajiban:
GAMBAR 10.5 Struktur Organisasi BUMDes untuk Unit Usaha SPAM Komunal
10.3.2.2 Koperasi
Pengawas dipilih dari dan oleh Anggota pada Rapat Anggota. Pengawas bertugas
untuk:
GAMBAR 10.6 Struktur Organisasi Koperasi untuk Unit Usaha SPAM Komunal
Secara umum dalam setiap lembaga pengelola baik yang dibentuk pada
BUMDes, Koperasi, dan OMS-AM terdapat ketua, staf teknis, dan staf
administrasi dengan fungsi utama yaitu:
TABEL 10.7 Komposisi Personil Pengelola Sarana dan Prasarana Air Minum
Komunal
KETUA,
JUMLAH KEPALA SEKRETARIS, PENGELOLA PENGELOLA
JUMLAH
KELUARGA YANG DAN TEKNIS ADMINISTRASI
(ORANG)
DILAYANI BENDAHARA (ORANG) (ORANG)
(ORANG)
1 RT (30-85 KK) 3 1 1 5
1 RW (500-800 KK) 3 2 1 6
1 Kelurahan/Desa/ 3 5 2 10
Lingkungan (6.000-
10.000 KK)
1 Kecamatan 3 10 2 15
(24.000-40.000 KK)
Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota pengurus antara lain
sebagai berikut.
- Ketua
Bertanggungjawab atas pengelolaan teknis dan administrasi.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal penyelesaian
masalah teknis dan/atau administrasi yang tidak dapat ditangani oleh
pengelola.
- Pengelola Teknis
Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan operasi dan
pemeliharaan sarana dari segi teknis.
Melaksanakan perbaikan dari setiap kerusakan yang terjadi.
Melaporkan kerusakan yang tidak dapat ditanganinya kepada ketua.
Bertanggungjawab pada keutuhan sarana.
Mengatur para pemakai, agar pengambilan air berlangsung lancar
dan tertib.
Mengkoordinir warga untuk turut memelihara dan menjaga keutuhan
sarana.
Membuat laporan hasil pengelolaan teknis kepada ketua.
- Pengelola Administrasi
Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan administrasi dan
keuangan.
Bertanggungjawab terhadap penarikan air minum dari pemakai.
Mengelola iuran air minum dari pemakai dan menyerahkan kepada
ketua.
Membuat laporan hasil pengelolaan administrasi dan keuangan
kepada ketua.
- pelaksanaan konstruksi;
- pengawasan kelembagaan;
- pengawasan keuangan;
- tata cara perencanaan;
- penyelenggaraan SPAM;
- pengoperasian dan pemeliharaan SPAM; dan
- pemantauan dan evaluasi.
10.3.3.3 Hubungan Pihak Swasta, NGO, Lembaga Donor, dll terhadap Lembaga
Pengelola SPAM Komunal
Pihak swasta, NGO, lembaga donor, dll terhadap lembaga pengelola SPAM
komunal dapat berperan dalam beberapa hal yang diantaranya sebagai berikut.