Eksperimen Perbandingan Pengukuran Dengan Menggunakan Neraca Ohauss Dan Neraca Digital
Eksperimen Perbandingan Pengukuran Dengan Menggunakan Neraca Ohauss Dan Neraca Digital
E-mail: arnafebianti07@gmail.com
ABSTRAK
Terdapat banyak alat ukur untuk menentukan hasil pengukuran dari massa
diantaranya adalah neraca digital, neraca pegas, neraca ohauss dan neraca lengan gantung.
Namun, semua alat ukur massa tersebut mempunyai ketelitian dan fungsi yang berbeda-beda
tergantung pada kebutuhan dan benda apa yang diukur jumlah massanya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep pengukuran pada pembelajaran
fisika dan membandingkan hasil pengukuran massa menggunakan neraca digital dan neraca
Ohauss dan menyatakan hasilnya dengan menggunakan angka penting. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan berupa angket dan observasi.
Kata kunci: Pengukuran, Neraca Digital, Neraca Ohauss
PENDAHULUAN
Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran yang memegang peranan
penting dalam berbagia disiplin ilmu. Besaran dan satuan merupakan salah satu contoh materi
fisika yang memiliki peranan penting dalam penguatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Banyak orang beranggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan karena rendahnya hasil belajar siswa yang berarti rendahnya kemampuan
siswa memahami materi yang diajarkan. Keberhasilan prestasi belajar mengajar fisika tidak
hanya ditentukan oleh faktor intelektual melainkan faktor-faktor yang mengiringinya. Sepert
sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam pengukuran terdapat besaran pokok yaitu besaran yang satuannya telah
didefinisikan terlebih dahulu yang terdiri dari panjang, masssa, waktu, suhu,kuat arus listrik,
intensitas cahaya dan jumlah zat dan besaran turunan yaitu besaran yang satuannya diperoleh
dari besaran pokok yang terdiri dari luas, volume, massa jenis, kecepatan, percepatan, gaya,
usaha, daya, tekanan, dan momentum.
Bentuk ketidakpastian pengukuran terdiri atas ketidakpastian bersistem dan
ketidakpastian acak (rambang). Ketidakpastian bersistem teridiri atas : kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kerusakan komponen alat, gesekan, kesalahan paralaks. Ketidakpastian
acak merupakan kesalahan yang bersumber dari gejala tidak mungkin dikendalikan atau
diatasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan
pengaturan di luar kemampuan. Ketidakpastian berbeda antara pengukuran tunggal dengan
pengukuran berulang.
METODE PENELITIAN
Hasil penelitian observasi atau berdasarkan data kuantitatif yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut
Neraca Ohauss
1
Neraca Digital
Berikut adalah hasil survey yang dilakukan menggunakan google form tentang
pengukuran menggunkan neraca Ohauss dan neraca digital dengan sampel 19 orang
penjawab
Jawab pertanyaan
No Pertanyaan Persentase
Ya Tidak
1 Ke-1 13 6 68,4%
2 Ke-2 8 11 57,9%
3 Ke-3 11 8 42,1%
4 Ke-4 16 3 84,2%
5 Ke-5 15 4 78,9%
Jawab pertanyaan
1 Ke-1 2 Ke-2 3 Ke-3 4 Ke-4 5 Ke-5
0%
24% 21%
13%
25%
17%
Dari hasil survey yang menggunakan google form tentang pengukuran menggunakan
neraca ohauss dan neraca digital menunjukkan bahwa responden masih sedikit yang mengerti
arti dari pengukuran dan belum sepenuhnya memahami perbedaan mengukur dengan
menggunakan neraca Ohauss dan neraca Digital. Hal ini disebebkan karena sedikitnya minat
baca responden terhadap materi yang disampaikan sehingga responden masih banyak yang
belum mengetahui tentang pengukuran.
Ilmu Fisika selalu berhubungan dengan besaran-besaran fisis yang digunakan untuk
menyatakan hukum-hukum fisika, misalnya: panjang, waktu, massa, gaya, kecepatan,
percepatan, massa jenis, dan besaran fisis lainnya. Besaran fisis terdiri dari dua kelompok
yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah suatu besaran fisis yang
bersifat tunggal dan dapat berdiri sendiri, misalnya panjang, massa, dan waktu. Sedangkan
besaran turunan adalah besaran fisis yang diturunkan dari beberapa besaran pokok, misalnya
kecepatan adalah hasil bagi antara jarak dan waktu, dan lain sebagainya.
Perbedaan menggunakan neraca Ohauss dan neraca digital adalah pada tingkat
ketelitiannya. Neraca digital memliki ketelitian 0,001 gram dan neraca Ohauss memiliki
ketelitian 0,1 gram. Hal ini membuat neraca digital banyak digunakan untu menimbang
bahan-bahan yang akan digunakan untuk praktikum karena memiliki ketelitian yang akurat.
Selain itu, sekarang neraca digital juga lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti banyak terdapat dipasar-pasar maupun minimarket dan supermarket karena neraca
digital lebih mudah digunakan dan hasil pengukurannya lebih pasti dan mengukurnya tidak
memerlukan waktu yang lama.
Informasi yang diperoleh dalam sebuah pengukuran disebut data. Sesuai dengan sifat
pengukuran, maka data dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Data Kualitatif dan Data
Kuantitatif. Melalui data kualitatif, maka semua informasi berupa sebuah pernyataan
kesimpulan dapat diperoleh. Sedangkan data kuantitatif adalah informasi yang diperoleh
dalam pengukuran berupa nilai atau angka. Selanjutnya data kuantitatif dapat digolongkan
menjadi dua macam data, yaitu data empiris, dan data terproses. Data empiris adalah data
yang diperoleh langsung saat dilakukan pengukuran atau apa yang terbaca pada alat ukur,
sering disebut juga data mentah, karena belum diproses lebih lanjut. Sedangkan data terproses
adalah data yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan tertentu, misalnya melalui sebuah
perhitungan. Data tipe ini biasanya diperoleh dari proses reduksi data.
Secara konsep pengukuran, baik karena keterbatasan alat ukur maupun karena kondisi
lingkungan, maka dipercaya bahwa setiap pengukuran akan selalu menghasilkan hasil ukur
yang tidak sebenarnya. Simpangan atau selisih antara hasil ukur dan hasil yang sebenarnya
disebut sebagai ralat (error) atau ketidakpastian. Perlu dicermati di sini bahwa pengertian
ralat bukan berarti kita salah mengukur, tapi lebih menggambarkan deviasi hasil baca alat
ukur terhadap nilai benar besaran fisis yang diukur, sebagai akibat bahwa kita tidak
mengetahui nilai benar dari apa yang ingin kita ukur. Karena kita tidak mengetahui nilai
benar tersebut, maka hasil ukur yang kita peroleh harus dinyatakan dalam bentuk interval
hasil pengukuran. Nilai benar pengukuran tentu saja berada di dalam rentang hasil
pengukuran. Karena sebuah rentang nilai pengukuran sekaligus menyatakan ketidakpastian
hasil ukur, maka pengertian ralat sering tidak dibedakan dengan pengertian ketidakpastian
untuk menunjukkan deviasi pengukuran terhadap nilai benar.
Suatu alat ukur dikatakan tepat jika mempunyai akurasi yang baik, yaitu hasil ukur
menunjukkan ketidakpastian yang kecil. Dapat juga dipahami sebagai seberapa dekat hasil
ukur dengan nilai benarnya. Dalam hal ini sebelum sebuah alat ukur digunakan, harus
dipastikan bahwa kondisi alat benar-benar baik dan layak untuk digunakan, yaitu alat dalam
keadaan terkalibrasi dengan baik. Kalibrasi yang buruk akan menyebabkan ketidakpastian
hasil ukur menjadi besar. Alat ukur perlu diteliti kalibrasinya sebelum dipergunakan agar
hasil ukurnya dapat dipercaya. Termasuk kalibrasi adalah selalu menempatkan jarum
penunjuk pada titik nol yang sesungguhnya, saat alat akan digunakan. Sering pada alat ukur,
jarum penunjuk tidak berada pada titik nol yang semestinya sehingga saat digunakan nilai
baca selalu lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya. Secara umum pengertian
kalibrasi di sini adalah membandingkan alat ukur dengan referensi. Referensi (standar) yang
digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur dapat ditempuh dengan beberapa tahap yaitu
dengan tahapan standar primer, standar sekunder, maupun dengan standar lain yang
diketahui.
Berkaitan dengan konsep angka penting, maka ada aturan-aturan yang perlu
diperhatikan yaitu:
a. Banyaknya angka penting dihitung dari kiri sampai angka paling kanan dengan
mengabaikan tanda desimal.
b. Angka penting mencakup angka yang diketahui dengan pasti maupun satu angka
pertama yang paling meragukan atau tidak pasti. Angka selanjutnya yang meragukan
tidak perlu disertakan lagi dalam menuliskan hasil ukur.
c. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
d. Angka nol di sebelah kiri angka bukan nol pertama paling kiri tidak termasuk angka
penting.
e. Angka nol di antara angka bukan nol adalah termasuk angka penting.
f. Angka di ujung kanan dari suatu bilangan namun di kanan tanda koma adalah angka
penting.
g. Angka nol di ujung kanan seluruh bilangan adalah angka penting, kecuali bila
sebelum angka nol terdapat garis bawah.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analisis data disimpulkan pengukuran adalah dan terdapat
perbedaan dari pengukuran menggunakan neraca Ohauss dengan pengukuran menggunakan
neraca digital. Pengukuran menggunakan neraca Digital lebih teliti dibandingkan pengukuran
engan menggunakan neraca Ohauss dan pengukuran menggunakan neraca digital lebih efektif
dan menghasilkan angka yang kebih akurat dibandingkan dengan pengukuran menggunakan
neraca Ohauss. Neraca Digital memiliki tingkat ketelitian 0,0001 dan neraca Ohauss
memiliki ketelitian 0,01.
DAFTAR PUSTAKA
Bevington, P. R. (1969). Data Reduction and erro analysis for the physical sciences.
New York: McGraw-Hill Book Company.
Kuswandari, Meta dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA dengan
Pendekatan Konstekstual pada Materi Pengukuran Besaran Fisika. (Online)
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2801 Jurnal
Pendidikan FisikaVol. 01 No. 2
Nur Azman, dkk., (1983) Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Sinar Wijaya.
Serway, Jewett. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jagakarsa, Jakarta:Salemba
Teknika.
Sujarwanto, Eko. 2016. Bahan Ajar Alat Ukur Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing.
(Online). https://media.neliti.com/media/publications/122755-ID-bahan-ajar-
alat-ukur-dan-pengukuran-fisi.pdf Jurnal Pendidikan Sains Vol.04, No. 3,
September 2016 Hal 81-89
Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Kedua Jilid 2.Jakarta:
Erlangga..