Anda di halaman 1dari 12

EKSPERIMEN PERBANDINGAN PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN

NERACA OHAUSS DAN NERACA DIGITAL

Novianti 1, Arna Febianti2, Pani Shoniah3, Nana4


Program Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Siliwangi
Tasikmalaya, 46115, Indonesia.

E-mail: arnafebianti07@gmail.com

ABSTRAK
Terdapat banyak alat ukur untuk menentukan hasil pengukuran dari massa
diantaranya adalah neraca digital, neraca pegas, neraca ohauss dan neraca lengan gantung.
Namun, semua alat ukur massa tersebut mempunyai ketelitian dan fungsi yang berbeda-beda
tergantung pada kebutuhan dan benda apa yang diukur jumlah massanya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep pengukuran pada pembelajaran
fisika dan membandingkan hasil pengukuran massa menggunakan neraca digital dan neraca
Ohauss dan menyatakan hasilnya dengan menggunakan angka penting. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan berupa angket dan observasi.
Kata kunci: Pengukuran, Neraca Digital, Neraca Ohauss

PENDAHULUAN

Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat


proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik,
yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,
mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Sesuai dengan Standar
Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang di elaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga
ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda.
Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi
beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Penguatan pendekatan saintifik perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan atau
penelitian. Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual,
baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.

Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran yang memegang peranan
penting dalam berbagia disiplin ilmu. Besaran dan satuan merupakan salah satu contoh materi
fisika yang memiliki peranan penting dalam penguatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Banyak orang beranggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan karena rendahnya hasil belajar siswa yang berarti rendahnya kemampuan
siswa memahami materi yang diajarkan. Keberhasilan prestasi belajar mengajar fisika tidak
hanya ditentukan oleh faktor intelektual melainkan faktor-faktor yang mengiringinya. Sepert
sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan belajar mengajar.

Seiring pesatnya kemajuan di berbagai bidang, tanpa terkecuali bidang pendidikan


pun ikut andil dalam mengikuti arus modernisasi begitupun alat-alat pengukuran yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari pun berkembang mengikuti kemajuan teknologi.
Munculnya berbagai alat ukur merupakan salah satu bahwa setiap disiplin ilmu ikut andil
dalam bagian dari modernisasi. Dahulu orang mengukur menggunakan alat-alat sederhana
serta dengan cara manual, tetapi sekarang munculnya alat-alat yang menggunakan sistem
digital sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Pada saat ini banyak
jenis-jenis alat ukur modern seperti votlmeter, multimeter, ampermeter, termometer, meteran
laser, dan neraca digital yang sudah banyak digunakan oleh banyak orang diberbagai
pekerjaan seperti pedagang, arsitektur, tukang jahit, dan para ilmuan di laboratorium.

Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar


kecilnya objek atau gejala (Hadi, 1995). Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan menggunkaan alat-alat yang standar dan menggunakan alat-alat tidak standar.
Suryabrata: 1984 mendefinisikan secara sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-
aturan untuk mengenaka bilangan-bilangan kepada suatu objek untuk mempresentasikan
kuantitas atribut pada objek tersebut. Cronbach yang dikutip oleh Mehren (1973)
mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati
perilaku seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem
pengkategorian. Hamalik (1989) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran
itu banyak bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan.
Menurut Umar (1991) pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan
informasi data secara kuantitatif. Haisl dari pengukuran dapat berupa informasi-informasi
atau data yang dinyatakan dalam bentuk angka ataupun uraian yang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu informasi haruslah akurat.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah


suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh informasi data kuantitatif baik data yang
dinyatakan dalam bentuk angka maupun uraian yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya
terhadap atribut yang diukur dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas
dan benar.

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab


ketidakpastian tersebut antara lain adanya nilai skala terkecil (NST), kesalahan-kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-
beda. Dengan demikian sangat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran
melalui pengukuran. Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran
seteliti mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan ketidakpastian yang
menyertainya (Tipler, Paul A. 2001)

Untuk mengukur setiap besaran fisik dalam satuannnya masing-masing,


menggunakan perbandingan terhadap suatu standar. Satuan adalah nama unik yang
ditetapkan untuk mengukur besaran tersebut. Misalnya, meter (m) untuk besaran panjang.
(Herman, 2014)

Hukum-hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran-besaran fisik, seperti


panjang, waktu, gaya, energi, dan suhu. Jadi kemampuan untuk mendefinisikan besaran
tersebut secara tepat dan mengukur secara teliti merupakan suatu syarat dalam fisika.
Pengukuran setiap besaran fisik mencakup perbandingan besaran tersebut dengan beberapa
nilai satuan besaran tersebut, yang telah didefinisiakan secara tepat (Serway, Jewett. 2009).

Dalam pengukuran terdapat besaran pokok yaitu besaran yang satuannya telah
didefinisikan terlebih dahulu yang terdiri dari panjang, masssa, waktu, suhu,kuat arus listrik,
intensitas cahaya dan jumlah zat dan besaran turunan yaitu besaran yang satuannya diperoleh
dari besaran pokok yang terdiri dari luas, volume, massa jenis, kecepatan, percepatan, gaya,
usaha, daya, tekanan, dan momentum.
Bentuk ketidakpastian pengukuran terdiri atas ketidakpastian bersistem dan
ketidakpastian acak (rambang). Ketidakpastian bersistem teridiri atas : kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kerusakan komponen alat, gesekan, kesalahan paralaks. Ketidakpastian
acak merupakan kesalahan yang bersumber dari gejala tidak mungkin dikendalikan atau
diatasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan
pengaturan di luar kemampuan. Ketidakpastian berbeda antara pengukuran tunggal dengan
pengukuran berulang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung data kuantitatif.

Teknik pengumpulan data yaitu dengan angket dan observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian observasi atau berdasarkan data kuantitatif yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut

No Alat Hasil Angka Ketidakpastian


Pengukuran penting

250 gram= 3 angka


0,25 kg penting

Neraca Ohauss
1
Neraca Digital

500 gram= 2 angka


0,5 kg penting
1000 gram= 1 angka
1 kg penting

250 gram= 3 angka


0,25 kg penting

500 gram= 2 angka


0,5 kg penting
1000 gram= 1 angka
1 kg penting

Berikut adalah hasil survey yang dilakukan menggunakan google form tentang
pengukuran menggunkan neraca Ohauss dan neraca digital dengan sampel 19 orang
penjawab

Jawab pertanyaan
No Pertanyaan Persentase
Ya Tidak
1 Ke-1 13 6 68,4%
2 Ke-2 8 11 57,9%
3 Ke-3 11 8 42,1%
4 Ke-4 16 3 84,2%
5 Ke-5 15 4 78,9%

Jawab pertanyaan
1 Ke-1 2 Ke-2 3 Ke-3 4 Ke-4 5 Ke-5

0%

24% 21%

13%

25%
17%
Dari hasil survey yang menggunakan google form tentang pengukuran menggunakan
neraca ohauss dan neraca digital menunjukkan bahwa responden masih sedikit yang mengerti
arti dari pengukuran dan belum sepenuhnya memahami perbedaan mengukur dengan
menggunakan neraca Ohauss dan neraca Digital. Hal ini disebebkan karena sedikitnya minat
baca responden terhadap materi yang disampaikan sehingga responden masih banyak yang
belum mengetahui tentang pengukuran.

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep


pengukuran pada pembelajaran fisika dan membandingkan hasil pengukuran massa
menggunakan neraca digital dan neraca Ohauss dan menyatakan hasilnya dengan
menggunakan angka penting. Pengukuran adalah proses untuk memperoleh informasi suatu
besaran fisis tertentu. Informasi yang diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk angka
(kuantitatif) maupun berupa pernyataan yang merupakan sebuah kesimpulan (kualitatif).
Untuk memperoleh informasi tersebut diperlukan alat untuk mengukur, misalnya untuk
mengetahui panjang benda kita menggunakan mistar, untuk mengetahui massa suatu benda
kita menggunakan neraca, untuk mengetahui tegangan arus dan hambatan pada listrik kita
menggunakan multimeter.

Ilmu Fisika selalu berhubungan dengan besaran-besaran fisis yang digunakan untuk
menyatakan hukum-hukum fisika, misalnya: panjang, waktu, massa, gaya, kecepatan,
percepatan, massa jenis, dan besaran fisis lainnya. Besaran fisis terdiri dari dua kelompok
yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah suatu besaran fisis yang
bersifat tunggal dan dapat berdiri sendiri, misalnya panjang, massa, dan waktu. Sedangkan
besaran turunan adalah besaran fisis yang diturunkan dari beberapa besaran pokok, misalnya
kecepatan adalah hasil bagi antara jarak dan waktu, dan lain sebagainya.

Standar untuk Massa adalah sebuah silinder platinum-iridium yang disimpan di


Lembaga Berat Internasional, dan berdasarkan perjanjian internasional disebut sebagai massa
sebesar satu kilogram. Standar sekunder dikirimkan ke laboratorium standar diberbagai
negara dan massa dari benda benda lain dapat ditentukan dengan menggunakan teknik neraca
berlengan sama (equal arm balance) dengan ketelitian dua bagian dalam sepuluh pangkat
delapan. Dalam skala atomik, kita memiliki standar massa kedua, bukan satuan SI, yaitu
massa dari atom carbon-12 yang berdasarkan perjanjian internasional diberikan harga yang
tepat dan perdefinisi sebesar 12 satuan massa atom terpadu (unified atomic mass units). Alat-
alat untuk mengukur massa adalah neraca gantung, neraca satu lengan, neraca Ohauss dan
neraca digital.

Adapun jenis-jenis alat ukur yang sudah sering digunakan diantaranya:

a. Neraca kasar ( timbangan biasa)


Neraca ini umumnya digunakan dirumah dan di pasar. Neraca ini memiliki tingkat
ketelitian yang rendah
b. Neraca halus (mikro) atau timbangan analitik
Neraca ini banyak digunakan di laboratorium dan memiliki tingkat ketelitian yanag
tinggi mencapai 3 digit dan bahkan empat digit yaitu 0,001 gram atau 0,0001 gram.
Karena digunkan untuk keperluan analisis neraca ini sering disebut jug asebaga
neraca analitik, neraca kimia atau neraca laboratorium. Untuk menghindari pengaruh
udara neraca analitik dilengkapi dnegan pelindung kaca. Dilaboratorium, bahan atau
zat tertimbangnya berupa padatan atau serbuk diletakkan di atas letak gelas arloji
yang sudah diketahui bobotnya terlebih dahulu. Jadi fungsi gelas arloji adalah sebaga
wadah penampung bahan karena sifatnya yang inet (tidak bereaksi dengan bahan).
c. Timbangan Domestik
Jenis timbangan ini banyak digunakan dirumah-rumah dan umumnya ditemukan
dikamar mandi dan dapur. Oleh karenanya jenis timbangan yang masuk dalam
kategori ini adalah timbangan dapur dan timbanga kamar mandi. Timbanagn dapur
dilengkapi dengan wadah (mangkok) dibagian atasnya sebagai wadah untuk
menempatkan bahan yang ditimbang seperti gula dan tepung. Timbangan kamar
mandi bentuknya datar dan digunakan untuk meniimbang berat badan.
d. Timbangan Industri
Jenis timbangan ini banyak digunakan di pabrik atau manufaktor. Contohnya adalah
timbangan truk, timbangan palet, bench scale dan platform scale
e. Neraca pegas
Neraca ini bekerja dengan tarikan beban pada pegas. Semakin panjang pegas yang
ditarik oleh beban, semakin berat bobot beban tersebut. Prinsip kerja neraca ini
dilandasi oleh prinsip gaya gravitasi, dengan rumus F=ma. Jika percepatan gravitasi
diketahui dan gaya regangan pegas diketahui maka massa benda dapat dihitung
f. Neraca tekan dan neraca duduk
Cara kerja neraca ini berkebalikan dengan neraca pegas. Umumnya banyak
digunkanan di dapur untuk menimbang bahan adonan kue atau masakan,
g. Neraca gantung/ dacin
Cara kerja neraca ini berdasarkan lengan. Beban pemberat digunakan sebagai tolak
ukur berat benda dan digerakkan denga cara menggeser. Neraca ini perlu
keseimbangan pada saat digantung.

Perbedaan menggunakan neraca Ohauss dan neraca digital adalah pada tingkat
ketelitiannya. Neraca digital memliki ketelitian 0,001 gram dan neraca Ohauss memiliki
ketelitian 0,1 gram. Hal ini membuat neraca digital banyak digunakan untu menimbang
bahan-bahan yang akan digunakan untuk praktikum karena memiliki ketelitian yang akurat.
Selain itu, sekarang neraca digital juga lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti banyak terdapat dipasar-pasar maupun minimarket dan supermarket karena neraca
digital lebih mudah digunakan dan hasil pengukurannya lebih pasti dan mengukurnya tidak
memerlukan waktu yang lama.

Informasi yang diperoleh dalam sebuah pengukuran disebut data. Sesuai dengan sifat
pengukuran, maka data dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Data Kualitatif dan Data
Kuantitatif. Melalui data kualitatif, maka semua informasi berupa sebuah pernyataan
kesimpulan dapat diperoleh. Sedangkan data kuantitatif adalah informasi yang diperoleh
dalam pengukuran berupa nilai atau angka. Selanjutnya data kuantitatif dapat digolongkan
menjadi dua macam data, yaitu data empiris, dan data terproses. Data empiris adalah data
yang diperoleh langsung saat dilakukan pengukuran atau apa yang terbaca pada alat ukur,
sering disebut juga data mentah, karena belum diproses lebih lanjut. Sedangkan data terproses
adalah data yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan tertentu, misalnya melalui sebuah
perhitungan. Data tipe ini biasanya diperoleh dari proses reduksi data.

Secara konsep pengukuran, baik karena keterbatasan alat ukur maupun karena kondisi
lingkungan, maka dipercaya bahwa setiap pengukuran akan selalu menghasilkan hasil ukur
yang tidak sebenarnya. Simpangan atau selisih antara hasil ukur dan hasil yang sebenarnya
disebut sebagai ralat (error) atau ketidakpastian. Perlu dicermati di sini bahwa pengertian
ralat bukan berarti kita salah mengukur, tapi lebih menggambarkan deviasi hasil baca alat
ukur terhadap nilai benar besaran fisis yang diukur, sebagai akibat bahwa kita tidak
mengetahui nilai benar dari apa yang ingin kita ukur. Karena kita tidak mengetahui nilai
benar tersebut, maka hasil ukur yang kita peroleh harus dinyatakan dalam bentuk interval
hasil pengukuran. Nilai benar pengukuran tentu saja berada di dalam rentang hasil
pengukuran. Karena sebuah rentang nilai pengukuran sekaligus menyatakan ketidakpastian
hasil ukur, maka pengertian ralat sering tidak dibedakan dengan pengertian ketidakpastian
untuk menunjukkan deviasi pengukuran terhadap nilai benar.

Suatu alat ukur dikatakan tepat jika mempunyai akurasi yang baik, yaitu hasil ukur
menunjukkan ketidakpastian yang kecil. Dapat juga dipahami sebagai seberapa dekat hasil
ukur dengan nilai benarnya. Dalam hal ini sebelum sebuah alat ukur digunakan, harus
dipastikan bahwa kondisi alat benar-benar baik dan layak untuk digunakan, yaitu alat dalam
keadaan terkalibrasi dengan baik. Kalibrasi yang buruk akan menyebabkan ketidakpastian
hasil ukur menjadi besar. Alat ukur perlu diteliti kalibrasinya sebelum dipergunakan agar
hasil ukurnya dapat dipercaya. Termasuk kalibrasi adalah selalu menempatkan jarum
penunjuk pada titik nol yang sesungguhnya, saat alat akan digunakan. Sering pada alat ukur,
jarum penunjuk tidak berada pada titik nol yang semestinya sehingga saat digunakan nilai
baca selalu lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya. Secara umum pengertian
kalibrasi di sini adalah membandingkan alat ukur dengan referensi. Referensi (standar) yang
digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur dapat ditempuh dengan beberapa tahap yaitu
dengan tahapan standar primer, standar sekunder, maupun dengan standar lain yang
diketahui.

Dalam sebuah eksperimen di mana tujuan pokoknya adalah melakukan pengukuran-


pengukuran untuk memperoleh data, tentu saja langkah berikutnya setelah data tersebut
diperoleh adalah mengerjakan pengolahan data. Pada tahap pengolahan data hasil pengukuran
ini, dilakukan perhitungan-perhitungan yang melibatkan proses reduksi data. Reduksi data di
sini artinya dari banyak data yang diperoleh lewat pengukuran barangkali hanya memerlukan
beberapa data akhir saja yang diperoleh melalui suatu perhitungan atau rumus misalnya.
Kemudian untuk dapat melaksanakan reduksi data dengan baik maka harus memperhatikan
ketidakpastian dari masing-masing variabel fisis yang terlibat (data), perhatikan apakah
perhitungan-perhitungan yang dilakukan sudah memenuhi kaidah-kaidah angka penting, serta
bagaimana ketidakpastian masing-masing variabel fisis diperhitungkan.

Berkaitan dengan konsep angka penting, maka ada aturan-aturan yang perlu
diperhatikan yaitu:

a. Banyaknya angka penting dihitung dari kiri sampai angka paling kanan dengan
mengabaikan tanda desimal.
b. Angka penting mencakup angka yang diketahui dengan pasti maupun satu angka
pertama yang paling meragukan atau tidak pasti. Angka selanjutnya yang meragukan
tidak perlu disertakan lagi dalam menuliskan hasil ukur.
c. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
d. Angka nol di sebelah kiri angka bukan nol pertama paling kiri tidak termasuk angka
penting.
e. Angka nol di antara angka bukan nol adalah termasuk angka penting.
f. Angka di ujung kanan dari suatu bilangan namun di kanan tanda koma adalah angka
penting.
g. Angka nol di ujung kanan seluruh bilangan adalah angka penting, kecuali bila
sebelum angka nol terdapat garis bawah.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan analisis data disimpulkan pengukuran adalah dan terdapat
perbedaan dari pengukuran menggunakan neraca Ohauss dengan pengukuran menggunakan
neraca digital. Pengukuran menggunakan neraca Digital lebih teliti dibandingkan pengukuran
engan menggunakan neraca Ohauss dan pengukuran menggunakan neraca digital lebih efektif
dan menghasilkan angka yang kebih akurat dibandingkan dengan pengukuran menggunakan
neraca Ohauss. Neraca Digital memiliki tingkat ketelitian 0,0001 dan neraca Ohauss
memiliki ketelitian 0,01.

DAFTAR PUSTAKA

Bevington, P. R. (1969). Data Reduction and erro analysis for the physical sciences.
New York: McGraw-Hill Book Company.

Buckla, D., Mc Lanchlan, W. (1992). Applied Electronics Instrumentation and


Measurement, Macmillan Publishing Comp.

Halliday, Resnick, Walker. 2010. Fisika Dasar Jilid 1 Ciracas: Erlangga.

Halman, J.P. (1999). Experimental Methods For Engineers, Mc-Graw Hill


International Edition.

Herman. 2014. Fisika Dasar 1. Makassar: MIPA UNM.

Kuswandari, Meta dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA dengan
Pendekatan Konstekstual pada Materi Pengukuran Besaran Fisika. (Online)
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2801 Jurnal
Pendidikan FisikaVol. 01 No. 2

Les Kirkup, (1999). Experimental Methods, John Wiley.

Module Phys-120, (2000). Department of Physics, Kulee University.


Nadori, Supajrin dkk. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Kelas X pada
Pokok Bahasan Pengukuran dengan Menggunakan Software Aurora 3D.
(Online). https://studylibid.com/doc/1017814/pengembangan-media-
pembelajaran-fisika-kelas-x-pada-pokok

Nana, dkk. 2014. Pengembangan Pembelajaran Fisika SMA melalui Elaboration


Write and Evaluation (EWE) dalam kurikulum kurikulum 2013.

Nur Azman, dkk., (1983) Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Sinar Wijaya.

Raharjo, Purwaning. 2016. Penerapan Pembelajaran Interaktif Berbasis Sofware


Adobe Flash. (Online).
https://www.academia.edu/29813169/PENERAPAN_MEDIA_PEMBELAJA
RAN_PENGUKURAN_BERBASIS_SOFTWARE_ADOBE_FLASH_PADA
_MATA_PELAJARAN_PENGUKURAN_DASAR_DI_SMK_MUHAMMA
DIYAH_1_BANTUL

Serway, Jewett. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jagakarsa, Jakarta:Salemba
Teknika.

Sujarwanto, Eko. 2016. Bahan Ajar Alat Ukur Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing.
(Online). https://media.neliti.com/media/publications/122755-ID-bahan-ajar-
alat-ukur-dan-pengukuran-fisi.pdf Jurnal Pendidikan Sains Vol.04, No. 3,
September 2016 Hal 81-89

Suparno S., dkk. (2001). Panduan Praktikum Fisika 2, Universitas Terbuka.

Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Kedua Jilid 2.Jakarta:
Erlangga..

Anda mungkin juga menyukai