Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai

usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada

dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian jelas bahwa untuk

mencapai tujuan pendidikan dalam upaya memajukan bangsa, terjadi suatu proses

pendidikan atau proses belajar yang memberikan pengertian, pandangan, dan

penyesuaian bagi seseorang, masyarakat, maupun Negara, sebagai penyebab

perkembangannya (Anwar, 2014:20).

Pendidikan juga berperan sebagai media pembangunan nasional.

Pembangunan nasional dilakukan dalam rangka membangun manusia Indonesia

seutuhnya dan untuk menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang berkualitas dan

dapat diandalkan, seperti yang dirumuskan dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk wadah serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pada umumnya lembaga pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu lembaga

pendidikan informal, formal dan non formal. Secara konkrit lembaga pendidikan

informal adalah keluarga, lembaga pendidikan formal adalah sekolah, dan

lembaga pendidikan non formal adalah kursus dan sejenisnya.

1
2

Untuk meningkatkan pendidikan, pemerintah Indonesia telah

melakukan berbagai usaha salah satunya peningkatan mutu guru lewat berbagai

fasilitas yang dapat menunjang pendidikan. Namun tidak demikian dalam

kenyataannya, masalah dalam pencapaian prestasi belajar bukan semata-mata

akibat dari ketimpangan berbagai faktor dalam dunia pendidikan, tetapi juga

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan orang tua.

Menurut Soekanto (2012:32)

“Keluarga (orang tua) merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal


oleh anak dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang
dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya, keluarga
bertanggung jawab menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan
anaknya”.

Tingginya biaya pendidikan dewasa ini menjadi suatu hal yang harus

dipertimbangkan oleh orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya. Biaya

pendidikan yang meningkat dan waktu pendidikan yang relatif lama akan

membuat prediksi orang tua tentang kebutuhan biaya pendidikan tidak dapat

dilakukan sehingga banyak orang tua yang mengambil jalan untuk tidak

melanjutkan pendidikan anaknya.

Menurut Dalyono (2009:55) “faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar adalah tinggi rendahnya pendidikan orang tua dan besar kecilnya

penghasilan orang tua”.

Slameto (2010: 63) berpendapat bahwa:

“Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.


Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misalnya makan, minum, pakaian, perlindungan kesehatan, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu
hanya dapat terpenuhi jika orang tua mempunyai cukup uang. Jika anak
3

hidup dalam keluarga yang miskin kebutuhan pokok anak kurang


terpenuhi sehingga belajar anak terganggu. Akibat yang lain anak selalu
dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan temannya, hal
ini juga pasti akan mengganggu belajar anak”.
Sukirno (2015:38) berpendapat bahwa

“Pendapatan orang tua adalah pendapatan yang diterima rumah tangga


yang akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian,
membiayai jasa pengangkutan, membayar biaya pendidikan anak
membayar sewa rumah dan membeli kendaraan”.

Menurut Gilarso (2002:63) “umumnya sumber pendapatan bersumber

dari usaha sendiri, bekerja pada orang lain, dan hasil dari milik”. Hal ini dapat

dijadikan tolak ukur dalam menentukan tinggi rendahnya kategori pendapatan

orang tua siswa. Dalam suatu sekolah tingkat pendapatan orang tua siswa sangat

beragam mulai dari yang tertinggi hingga terendah, dari perbedaan tingkat

pendapatan inilah dapat diketahui seberapa besar peran orang tua dalam

memberikan dorongan materi terhadap peningkatan prestasi belajar anaknya, iuran

organisasi, pemenuhan perangkat belajar (penyediaan buku-buku pelajaran, alat-

alat tulis, buku-buku Lembar Kerja Soal/LKS dan lain-lain) yang harus disediakan

setiap semester.

Semua itu harus terpenuhi agar proses pembelajaran disekolah menjadi

lancar dan tentunya bisa mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa. Siswa

yang pendapatan orang tuanya rendah sering membagi waktu antara belajar

dengan membantu orang tua memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal ini membuat

siswa kehilangan separuh waktunya untuk belajar dan akan berdampak pada

prestasi belajar siswa, seperti rendahnya prestasi belajar.

Selain pendapatan orang tua yang memberi pengaruh dalam

pelaksanaan pendidikan pada anak, motivasi anak juga memberi pengaruh yang
4

besar terhadap kegiatan pembelajaran siswa. Siswa yang ingin meningkatkan

prestasi belajarnya tentu juga harus didasari oleh motivasi. Menurut Dalyono

(2009:55-60) “faktor internal yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar

adalah kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar”.

Sadirman (2011:75) berpendapat bahwa:

“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa


yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai”.

Motivasi memiliki peran penting terhadap proses belajar, tinggi

rendahnya motivasi belajar selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi

belajar seorang siswa. Dengan adanya motivasi, siswa akan terdorong untuk

belajar serta menyenangi mata pelajaran dan dengan senang hati mempelajari

pelajaran tersebut. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung lebih

bersemangat dalam belajar dibandingkan siswa yang tidak memiliki motivasi

dalam belajar.

Seberapapun tingginya intelektual siswa jika siswa tidak memiliki

motivasi maka proses pembelajaran tidak akan berlangsung secara optimal,

motivasi belajar siswa dapat menjadi lemah, lemahnya motivasi atau tiadanya

motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu hasil belajar menjadi

rendah. Menurut Uno (2006:23) Indikator motivasi belajar yaitu:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil


b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
5

Keenam indikator tersebut dapat dijadikan tolak ukur tinggi rendahnya

motivasi belajar seorang siswa sehingga memungkinkan siswa dapat mencapai

prestasi belajar yang baik. Menurut Syah (2012:141) “prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah

program”. Prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-

kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Dalam satu lembaga pendidikan prestasi belajar merupakan indikator

penting agar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya

dalam belajar. Menurut Slameto (2010:54) “dalam pencapaian prestasi belajar ada

beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor yang berasal dari

dalam individu dan faktor yang berasal dari luar individu”. Faktor internal

mencakup motivasi belajar siswa dan faktor eksternal mencakup pendapatan

orang tua siswa.

Pada umumnya siswa yang didukung oleh finansial yang baik dan

motivasi yang tinggi akan mendapat prestasi yang baik pula. Oleh karena itu

pendapatan orang tua dan motivasi belajar merupakan dua faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar. Mata pelajaran akuntansi merupakan mata

pelajaran yang membutuhkan analisa mendalam setiap transaksi, oleh karena itu

untuk memilki prestasi yang baik di mata pelajaran akuntansi, dibutuhkan

motivasi yang tinggi dan dukungan finansial untuk memenuhi kebutuhan pada

setiap proses pembelajaran dalam hal ini dukungan pendapatan orang tua. Adapun

tabel persentase pendapatan orang tua dan motivasi belajar siswa serta rata-rata

nilai ujian semester ganjil tahun ajaran 2018-2019.


6

Tabel 1. Persentase Pendapatan Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa serta
Nilai Rata-Rata Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Akuntansi
Kelas XII IIS SMA 5 Negeri Wajo Tahun Ajaran 2018-2019
Jumlah Persentase Rata-
Kelas Variabel X Variabel Y Rata
Siswa (%)
XII 20 Prestasi
IIS Pendapatan Orang Tua Belajar
≥ Rp 3. 500.000 15 Afektif B
Rp 2.500.000 - Rp 3.500.000 10 Kognitif 72,25
Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000 15 Psikomotorik 72,20
≤ Rp 1.500.000 60

Motivasi Belajar
Adanya hasrat dan keinginan
47
berhasil
Adanya dorongan dan
49
kebutuhan dalam belajar
Adanya harapan dan cita-cita
67
masa depan
Adanya penghargaan dalam
45
belajar
Adanya kegiatan menarik
69
dalam belajar
Adanya lingkungan belajar
70
yang kondusif
Rata-rata 42.45
Sumber: Angket 20 siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo Guru Mata Pelajaran
Akuntansi
Berdasarkan tabel 1, untuk pendapatan orang tua diukur menggunakan

dokumentasi diperoleh paling sedikit 15% siswa berada pada interval pendapatan

lebih dari Rp 3.500.000 dan paling banyak 60% siswa berada pada interval

pendapatan kurang dari Rp 1.500.000. Dari data 20 siswa, rata-rata siswa berada

pada kategori pendapatan sangat rendah.

Untuk motivasi belajar data diukur dengan menggunakan angket, hasil persentase

yang diperoleh ada tiga indikator berada dibawah rata-rata atau berada pada

kriteria cukup yaitu adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan

dan kebutuhan dalam belajar dan adanya penghargaan dalam belajar masing-
7

masing 47%, 49% dan 45%. Sementara itu tiga indikator lainnya diatas rata-rata

yaitu adanya harapan dan cita-cita masa depan 67%, adanya kegitatan menarik

dalam belajar 69% dan adanya lingkungan belajar yang kondusif 70%.

Sehubungan dengan itu dilihat dari prestasi belajar, diperoleh nilai afektif

rata-rata B (Baik), sementara nilai kognitif dan psikomotorik dengan rata-rata

72,25 dan 72,20 yang berarti nilai rata-rata siswa berada dibawah KKM yang

telah ditentukan yaitu 75. Dapat disimpulkan pendapatan orang tua dan motivasi

belajar siswa tergolong rendah dan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap

prestasi belajar akuntansi siswa kelas XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Pendapatan Orang Tua dan Motivasi Belajar

terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XII IIS SMA

Negeri 5 Wajo”.

B. Rumusan Masalah

Beradasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pendapatan orang tua dan motivasi belajar secara parsial

terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi kelas XII IIS di

SMA Negeri 5 Wajo?

2. Bagaimana pengaruh pendapatan orang tua dan motivasi belajar secara

simultan terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi kelas

XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo?


8

3. Variabel mana antara pendapatan orang tua dan motivasi belajar yang

berpengaruh secara dominan terhadap prestasi belajar pada pembelajaran

akuntansi kelas XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo?

C. Tujuan Penelitan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan orang tua dan motivasi belajar

secara parsial terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi

kelas XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan orang tua dan motivasi belajar secara

simultan terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi kelas

XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo.

3. Untuk mengetahui variabel mana antara pendapatan orang tua dan motivasi

belajar yang berpengaruh secara dominan terhadap prestasi belajar pada

pembelajaran akuntansi kelas XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan

praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan teori dan

analisisnya untuk kepentingan penelitian di masa yang akan datang dan

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta menjadi salah satu

referensi untuk kajian lebih mendalam.


9

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Guru

Sebagai pedoman bagi guru/pendidik untuk lebih meningkatkan prestasi

belajar siswa, serta menambah wawasan dan meningkatkan motivasi siswa

dalam proses pembelajaran.

b) Bagi Sekolah

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi peningkatan prestasi

belajar siswa dan menambah pengetahuan bagi guru mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

c) Bagi siswa

Sebagai masukan agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya

dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada dalam dirinya yang dapat

mempengaruhi prestasi belajarnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

1. Tinjauan Pustaka

1. Pendapatan Orang Tua

a. Definisi Pendapatan Orang Tua

Menurut Gilarso (2002:63) “pendapatan orang tua merupakan balas

karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan

dalam kegiatan produksi”.

Sukirno (2015:38) berpendapat bahwa


“Pendapatan orang tua adalah pendapatan yang diterima rumah tangga
yang akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian,
membiayai jasa pengangkutan, membayar biaya pendidikan anak
membayar sewa rumah dan membeli kendaraan”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

pendapatan orang tua adalah penghasilan yang diperoleh dalam rangka memenuhi

kebutuhan rumah tangganya sebagai balas jasa dari kegiatan produksi yang

dilakukan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Orang Tua

Menurut Sumardi dan Evers dalam Bahrin (2016:26) ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pendapatan keluarga ada 4 yaitu jenis pekerjaan atau

jabatan, pendidikan, masa kerja dan jumlah anggota keluarga, berikut

penjelasannya:

(1) Jenis pekerjaan atau jabatan


Semakin tinggi jabatan seseorang dalam pekerjaan maka
pendapatannya juga semakin besar.
(2) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka mengakhibatkan jabatan
dalam pekerjaan semakin tinggi dan pendapatan yang diperoleh
semakin besar.

10
11

(3) Masa kerja


Masa kerja yang lama bepengaruh terhadap pendapatan, dimana
masa kerja semakin lama pendapatan semakin besar.
(4) Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga yang banyak mempengaruhi jumlah
pendapatan karena jika setiap anggota keluarga bekerja maka
pendapatan yang diperoleh semakin besar

c. Sumber Pendapatan Orang Tua

Menurut Gilarso (2002:63) sumber pendapatan rumah tangga dapat

digolongkan sebagai berikut:

1) Usaha itu sendiri, misalnya berdagang, bertani, membuka usaha


sebagai wiraswastawan.
2) Bekerja pada orang lain, misalnya sebagai pegawai negeri atau
karyawan.
3) Hasil dari pemilikan, misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain.

Menurut Suyanto dan Nurhadi (2004: 80) sumber pendapatan rumah

tangga dapat digolongkan sebagai berikut:

(1) Sewa kekayaan yang digunakan oleh orang lain, misalnya:


penyewaan rumah, tanah, rental dan lain sebagainya.
(2) Upah atau gaji karena bekerja kepada orang lain ataupun menjadi
pegawai negeri.
(3) Bunga karena menanamkan modal di bank ataupun perusahaan,
misalnya: mendepositokan uang di bank dan membeli saham.
(4) Hasil dari kewiraswasta, misalnya: berdagang, berternak, mendirikan
perusahaan, ataupun bertani.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber

pendapatan berasal dari usahanya sendiri, bekerja pada orang lain, hasil dari

kepemilikan dan bunga karena menanamkan modal.

d. Indikator Pendapatan Orang Tua

Indikator pendapatan orang tua menggunakan teri yang dikemukakan oleh

Badan Pusat Statistik, yang membedakan tingkat pendapatan penduduk menjadi 4

golongan yaitu:
12

(1) Golongan pendapatan sangat tinggi, jika pendapatan rata-rata lebih


dari Rp. 3.500.000,00 per bulan,
(2) Golongan pendapatan tinggi, jika pendapatan rata-rata antara Rp.
2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 perbulan,
(3) Golongan pendapatan sedang, jika pendapatan rata-rata di bawah
antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan,
(4) Golongan pendapatan rendah, jika pendapatan rata-rata di bawah Rp.
1.500.000,00 per bulan.

2. Motivasi Belajar

a. Definisi Motivasi Belajar

Menurut Uno (2015:23)

“Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
Keinginan berhasildan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik”.

Sardiman (2011:75) mengemukakan bahwa:

“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa


yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai”.

Saefullah (2012:192) mengemukakan bahwa:

“Motivasi belajar sebagai faktor intern (batin) berfungsi menimbulkan,


mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar, dalam kegiatan belajar
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan kegiatan belajar”.

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi belajar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam

ataupun dari luar diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin

kelangsungan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditentukan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat

tercapai.
13

b. Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis

tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Sadirman (2011:86)

mengemukakan macam-macam motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang

sebagai berikut:

(1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya


(a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,
contohnya: dorongan untuk makan fan minum, dorongan untuk
bekerja, untuk beristirahat.
(b) Motif-motif yang dipelajari adalah motif yang timbul melalui
proses pembelajaran dan sering diisyaratkan dengan motif
sosial, sebagai contoh: motif untuk mempelajari suatu ilmu
pengetahuan, dorongan untuk berbagi dalam masyarakat.
(2) Motivasi menurut pembagian dari woodworth dan marquis
(a) Motif kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk minum,
makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk
beristirahat.
(b) Motif-motif darurat contohnya yaitu dorongan untuk
menyelamatkan diri, membalas dan berusaha.
(c) Motif-motif objektif dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh
minat.
(3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah
(a) Motivasi jasmaniah misalnya: reflex, insting otomatis, nafsu.
(b) Motivasi rohaniah seperti kemauan.
(4) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
(a) Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, misalnya
seseorang yang gemar membaca mendorongnya untuk mencari
buku-buku yang ingin dibacanya.
(b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsinya perlu
rangsangan dari luar sebagai contoh seorang siswa yang akan
ulangan besok pagi untuk memperoleh nilai baik dan pujian
maka ia perlu belajar untuk memperoleh nilai yang sempurna.

Menurut Wahab (2015:129) jenis-jenis motivasi belajar:

(1) Motivasi intrinsik meliputi minat yang tinggi, kesadaran, adanya


dorongan untuk belajar dan ingin menguasai nilai-nilai dalam
pelajaran tersebut, belajar adalah keharusan.
14

(2) Motivasi ekstrinsik meliputi memberi angka, hadiah, kompetensi,


ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian dan
hukuman.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

motivasi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu motivasi dapat

dilihat dari dasar pembentukannya meliputi motif organis, motif darurat, dan

motif objektif. Jenis motivasi, motivasi jasmaniah meliputi reflex, insting

otomatis, nafsu dan motivasi rohaniah meliputi kemauan. Motivasi intrinsik

meliputi minat yang tinggi, kesadaran dan motivasi ekstrinsik meliputi angka,

hadiah dan hukuman.

c. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar

Menurut Djamarah (2011:158) ada beberapa bentuk motivasi yang dapat

dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik dikelas, sebagai

berikut:

1) Memberi angka
Angka dimaksud adalah sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik
biasanya bervariasi, sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh
dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru.
2) Hadiah
Dalam dunia pendidikan hadiah bias dijadikan sebagai alat motivasi.
Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi,
ranking satu, dua atau tiga dari anak didik lainnya.
3) Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat bervariasi
untuk mendiring anak didik agar mereka bergairah belajar.
4) Ego-Involvement
Menumbukan kesadaran kepada anak didik agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting.
5) Memberi ulangan
15

Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh


hari untuk menghadapi ulangan. Berbagai usaha dan teknik yang
dilakukan agar dapat mengusai semua bahan pelajaran.
6) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih
giat. Bagi anak didik yang menyadari betapa besarnya nilai sebuah
prestasi belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya guna
mendapatkan prestasi belajar yang melebihi prestasi belajar yang
diketahui sebelumnya.
7) Pujian
Seseorang yang senang dipuji atas hasil pekerjaan yang telah mereka
selesaikan. Dengan pujian yang diberikan akan membesarkan jiwa
seseorang. Demikian dengan anak didik akan lebih bergairah belajar
bila pekerjaanya dipuji dan diperhatikan.
8) Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi bila
dilaksanakan dengan tepat dan bijak akan menjadi alat motivasi yang
baik dan efektif. Sanksi berupa hukuman yang diberikan anak didik
yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah dapat menjadi alat
motivasi dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.
9) Hasrat untuk belajar
Hasrat dalam belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri
anak didik. Potensi tersebut harus ditumbuhsuburkan dengan
menyediakan lingkungan belajar yang kretaif sebagai pendukung
utamanya.
10) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, Karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah
menghapal pelajaran yang diminatinya. Minat adalah alat motivasi
utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik
dalam rentangan waktu tertentu.
11) Tujuan yang diakui
Tujuan pengajaran yang akan dicapai sebaiknya guru beritahukan
kepada anak didik, sehingga anak didik dapat memberikan alternatif
tentang pilihan tingkah laku mana yang harus diambil guna
menunjang tercapainya rumusan tujuan pengajaran.

d. Fungsi Motivasi

Menurut Sadirman (2011:84) ada tiga fungsi motivasi yaitu:

(1) Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini sebagai
motor penggerak dari setiap kegiatan yang aka dikerjakan.
16

(2) Menentukan arah perbuatan, artinya motivasi dapat memberikan


arah dan kegiatan yag harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
(3) Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.

Djamarah (2011:156) mengemukakan tiga fungsi motivasi dalam belajar

yaitu:

(1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan


Motivasi sebagai pendorong perbuatan terjadi ketika peserta didik
mempunyai tujuan atau peserta didik punya sesuatu untuk dicari
sehingga membuat peserta didik terdorong untuk belajar.
(2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu
merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian
terjelma dalam bentuk dalam bentuk gerakan psikofisik.
(3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana
perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang tidak
harus dilakukan.

Uno (2006:27) mengemukakan tiga fungsi motivasi belajar yaitu:

(1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, yakni


motivasi dapat berperan dalam penguatan.
(2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, yakni anak akan
tertarik untuk belajar, ketika yang dipelajari itu sedikitnya sudah
dapat diketahui.
(3) Menentukan ketekunan belajar, yakni seorang anak yang telah
termotivasi akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi

belajar mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan yang mengarahkan

individu untuk mencapai sebuah tujuan yang dapat dijadikan penguat belajar,

yakni prestasi belajar yang tinggi mengaitkan individu untuk lebih meningkatkan

motivasi yang ada pada dirinya agar individu dapat melakukan kegiatan dengan
17

sungguh-sungguh sehingga membuahkan hasil sesuai keinginan yang telah

direncanakan.

e. Indikator Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Menurut Uno

(2006:23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.


(2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
(3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
(4) Adanya penghargaan dalam belajar.
(5) Adanya kegiatan menarik dalam belajar.
(6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

3. Prestasi Belajar

a. Definisi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2012:141) “prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan

siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah program”. Menurut

Sukmadinata (2009:103) mengemukakan bahwa “prestasi belajar dapat dilihat

dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuh”.

Menurut Helmawati (2016:205) “prestasi belajar adalah hasil dari

pembelajaran, semua itu diperoleh dari evaluasi penilaian, setiap orang akan

memiliki hasil belajar atau prestasi yang berbeda antara satu dengan yang lain”.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa, berupa kecakapan dari

kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang

dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan (rapor).


18

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2012:145-147) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

siswa adalah:

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yang meliputi 2 aspek,


yakni:
1) Aspek fisiologis (bersifat jasmani).
2) Aspek psikologis (bersifat rohaniah).
b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) meliputi 2 aspek, yakni:
1) Lingkungan sosial, yaitu orang tua dan keluarga, guru dan staf,
teman, masyarakat dan tetangga.
2) Lingkungan nonsosial, yaitu: gedung sekolah dan letaknya,
keadaan rumah, peralatan, alam.
c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Slameto (2010:54) juga menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a) Faktor Intern
1) Faktor jasmaniah (fisiologi), baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh, yang termasuk faktor ini adalah kesehatan dan
cacat tubuh.
2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan, kebiasaan belajar dll.
3) Faktor kelelahan, baik jasmani maupun rohani.

b) Faktor Ekstern
1) Faktor keluarga, diantaranya adalah: cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
Akuntansi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan.
2) Faktor sekolah, diantaranya adalah: metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
ketrampilan mengajar guru, fasilitas belajar, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, terdiri atas: kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.
19

c. Indikator Prestasi Belajar

Indikator yang digunakan pada prestasi belajar diukur dengan

menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang

menyeluruh mencakup 3 ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif

(sikap), dan ranah psikomotorik (keterampilan).

Menurut Syah (2012:216) Indikator prestasi belajar yaitu:

a) Ranah Cipta (kognitif) mencakup pengamatan, ingatan, pemahaman,


aplikasi penerapan, analisis dan sintetis.
b) Ranah karsa (afektif) mencakup penerimaan, sambutan, apresiasi,
internalisasi dan karakteristik.
c) Ranah karsa (psikomotorik) mencakup keterampilan bergerak dan
bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal.

Menurut Slameto (2010:140) prestasi belajar atau hasil belajar siswa

dapat dilihat melalui tiga hal yaitu sebagai berikut:

a) Kecakapan kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang


terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, analisis, aplikasi, dan
evaluasi.
b) Kecakapan afektif, berkaitan dengan sikap yang terdiri ari aspek
penerimaan, reaksi dan penilaian.
c) Kecakapan psikomotorik, berkaitan dengan keterampilan siswa yang
terdiri dari aspek keterampilan gerak dasar, gerakan refleks dan
ketepatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

dapat diukur dengan tiga ranah atau aspek yaitu, ranah kognitif (cognitive

domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psicomotoric

domain). Untuk mengungkapkan prestasi yang diraih diperlukan indikator sebagai

petunjuk bahwa siswa telah berhasil dengan tingkat tertentu berdasarkan ketiga

ranah tersebut.
20

d. Pengukuran Prestasi Belajar

Menurut Saefullah (2012:176) “untuk mengukur dan mengevaluasi

tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar”.

Tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam 3 jenis penilaian yaitu tes

formatif, tes submatif dan tes sumatif. Penjelasan ketiga tes tersebut dapat dilihat

dibawah init:

a) Tes formatif untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan


tertentu dan bertujuan memperoleh gambaran tentang daya serap
siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
b) Tes subsumatif ini meliputi sejumlah bahan pembelajaran tertentu
yang telah dikerjakan, untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
c) Tes sumatif untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi-
materi yang telah diajarkan dalam waktu satu semester dan untuk
menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu
periode belajar tertentu.

Syah (2012:199) menjelaskan tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut:

a) Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam


kurun waktu proses belajar tertentu.
b) Mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok
kelasnya.
c) Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
d) Mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan
kapasitas kognitifnya untuk keperluan belajar.
e) Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna motode mengajar yang
telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

evaluasi atau pengukuran prestasi belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemajuan siswa, mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa, mengetahui

usaha yang dilakukan siswa, mengetahui kognitif siswa, mengetahui tingkat daya

guna dan hasil metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar

mengajar.
21

e. Prestasi Belajar Akuntansi

Menurut Azhari (2013:37) “prestasi belajar adalah penilaian terhadap

hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran

belajar”.

Menurut Soemarso (2009:3) mendefinisikan bahwa:

“Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur dan


melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian
dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar akuntansi adalah hasil

belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran belajar

akuntansi.

4. Keterkaitan Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar

Menurut Dalyono (2009:55) “faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar adalah tinggi rendahnya pendidikan orang tua dan besar kecilnya

penghasilan orang tua”. Pendapatan orang tua menentukan berhasil tidaknya anak

dalam menjalani proses belajar ditinjau dari aspek finansial dalam artian

terpenuhinya kebutuhan sekolah. Siswa yang dengan mudah terpenuhi kebutuhan

dalam proses belajar akan mempunyai peluang besar untuk mendapatkan prestasi

belajar yang baik. Oleh karena itu dapat dikatakan pendapatan orang tua

mempunyai keterkaitan dengan prestasi belajar.

5. Keterkaitan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar

Menurut Yamin (2006:219):


“Motivasi belajar merupakan dorongan atau kekuatan pada siswa yang
menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai prestasi belajar
yang optimal, motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar untuk
tercapai suatu tujuan”.
22

Saefullah (2012:172) “motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan”. Sedangkan

menurut Saefullah (2012:173) “motivasi belajar adalah pendorong seseorang

untuk belajar, motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan dalam diri

siswa untuk mencapai prestasi belajar”.

Berdasarkan uraian di atas bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan

atau dorongan pada siswa yang menimbulkan adanya keinginan atau kebutuhan

dalam pencapaian prestasi belajar.

6. Penelitian Terdahulu

a. Penelitian ini dilakukan oleh Munira (2018) dengan judul Pengaruh Motivasi

Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Akuntansi Kelas XII IPS I SMA Negeri 11 Makassar. Penelitian ini

menggunakan kuantitatif dengan menggunakan penelitian lapangan. Teknik

pengumpulan data menggunakan metode observasi, dokumentasi dan

angket/kuesioner. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 siswa. Hasil

penelitian bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar

dan lingkungan keluarga secara parsial maupun simultan berpengaruh

signifikan positif terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran akuntansi

siswa kelas XII IPS I SMA Negeri 11 Makassar, serta motivasi belajar lebih

dominan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

akuntansi siswa kelas XII IPS I SMA Negeri 11 Makassar, dimana thitung>

ttabel dengan hasil yang diperoleh motivasi belajar (X1) 4,291>1,698 dan
23

lingkungan keluarga (X2) 3,344>1,698 berpengaruh signifikan terhadap

prestasi belajar (Y) dengan masing-masing nilai signifikan 0,000 dan 0,001.

Besarnya pengaruh kedua variabel independen tersebut terhadap variabel

prestasi belajar sebesar 50,6% atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,56.

b. Penelitian ini dilakukan oleh Bahrin (2016) dengan judul Hubungan Tingkat

Pendapatan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri

1 Lasalimu Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Lasalimu Selatan yang berjumlah 127 siswa. Pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 54 siswa. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil

penelitian menunjukan bahwa tingkat pendapatan orang tua siswa kelas VII

SMP Negeri 1 Lasalimu Selatan memiliki hubungan yang kuat dengan

prestasi belajar siswa karena dari 8 siswa yang berprestasi belajar tinggi

didominasi oleh siswa yang tingkat pendapatan orang tuanya berkategori

tinggi yaitu sebesar 62,5%; dari 28 siswa yang berprestasi belajar sedang

didominasi oleh siswa yang tingkat pendapatan orang tuanya berkategori

sedang yaitu sebesar 42,9% serta dari 18 siswa yang berprestasi belajar

rendah didominasi oleh siswa yang tingkat pendapatan orang tuanya

berkategori rendah yaitu sebesar 44,4% dan koefisien korelasi yang

dihasilkan berada pada rentang nilai korelasi kuat antara 0,50 - 0,69 yaitu

sebesar 0,61.

c. Penelitian ini dilakukan olah fatma Dwi Cahyani (2014) bertujuan untuk

mengetahui pengaruh Pendapatan Orang Tua, Lingkungan Sekolah, dan


24

Pemanfaatan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Ekonomi siswa Kelas XI

IPS MAN Tempel Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah

siswa kelas XI IPS MAN Tempel Tahun Ajaran 2013/2014, yang berjumlah

87 siswa. Metode pengambilan data menggunakan dokumentasi dan

kuisioner. Uji validitas instrument penelitian menggunakan rumus korelasi

Product moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha.

Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu diadakan pengujian prasyarat

analisis yang meliputi uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan

uji heteroskedastisitas. Teknik analisis yang dipakai untuk menguji hipotesis

adalah dengan teknik analisis regresi sederhana dan teknik analisis regresi

ganda pada taraf signifikasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar Pendapatan Orang Tua siswa rendah, kondisi Lingkungan

Sekolah cukup baik, Gaya Belajar siswa yang dominan adalah gaya belajar

visual, dan prestasi belajar siswa tidak tuntas. Pendapatan Orang Tua

berpengaruh positif terhadap Prestasi Belajar Ekonomi. Lingkungan Sekolah

berpengaruh positif terhadap Prestasi Belajar Ekonomi. Pemanfaatan Gaya

Belajar berpengaruh positif terhadap Prestasi Belajar Ekonomi. Pendapatan

Orang Tua, Lingkungan Sekolah, dan Pemanfaatan Gaya Belajar secara

bersama-sama berpengaruh positif terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa.

d. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel

penelitian yang digunakan yaitu variabel pendapatan orang tua dan motivasi

belajar, sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh


25

Bahrin terdiri dari masing-masing satu variabel bebas dan terikat dan

penelitian yang dilakukan oleh Munira variabel X2 yaitu lingkungan keluarga.

B. Kerangka Pikir

Pendidikan erat kaitannya dengan prestasi belajar, prestasi belajar yang

dicapai siswa dalam jenjang pendidikan dapat dijadikan sebagai dasar pengukuran

penguasaan pelajaran pada jenjang sebelumnya. Prestasi belajar dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor.

Faktor yang pertama yaitu faktor internal, faktor internal adalah faktor

yang ada pada dalam diri siswa salah satunya adalah motivasi belajar, motivasi

belajar merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri siswa untuk melakukan

suatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Faktor

yang kedua yaitu faktor eksternal, yang termasuk faktor eksternal adalah

lingkungan dan keluarga, keluarga dapat berupa pendapatan orang tua.

Pendapatan orang tua merupakan penghasilan yang diperoleh dalam

rangka memenuhi kebutuhan anggota keluarga sebagai balas jasa dari kegiatannya

baik dari sektor formal maupun informal yang bersumber dari usaha sendiri,

bekerja pada orang lain serta hasil dari kepemilikan. Pendapatan orang tua dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pekerjaan atau jabatan, pendidikan, masa

kerja dan jumlah tanggungan keluarga.

Motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar. Adanya

motivasi belajar membuat siswa cenderung memberikan perhatian lebih pada mata

pelajaran yang diminati, kemudian menimbulkan dorongan untuk belajar lebih

mendalam dan membuat siswa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
26

mengajar dikelas sehingga prestasi belajar akan menjadi lebih baik. Semakin

tinggi motivasi belajar semakin membaik pula prestasi belajar siswa.

Dalam rangka mencapai prestasi belajar yang baik, siswa seringkali

siswa terkendala pada faktor biaya. Orang tua mempunyai wewenang dalam

memenuhi kebutuhan anaknya, Apabila pendapatan orang tua siswa dapat

memenuhi kebutuhan sekolah anaknya dan siswa mempunyai motivasi belajar

yang tinggi maka siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang baik.

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

berikut ini:
Pendapatan Orang Tua (X1)
BPS (Badan Pusat Statistik)
1) ≤ Rp 1.500.000 (rendah)
2) Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000
(sedang)
3) Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000
(tinggi)
4)
Motivasi belajar (X2) Prestasi belajar (Y)
Uno (2006:23) Syah (2012:216)
1) Adanya hasrat dan keinginan 1) Afektif
berhasil 2) Kognitif
2) Adanya dorongan dan kebutuhan 3) psikomotorik
dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita
masa depan
4) Adanya penghargaan dalam
belajar
5) Adanya kegiatan menarik dalam
belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang Keterangan :
kondusif = Parsial
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir = Simultan

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dijelaskan

sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah:


27

1. Diduga bahwa pendapatan orang tua dan motivasi belajar secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran

akuntansi kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.

2. Diduga bahwa pendapatan orang tua dan motivasi belajar secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran

akuntansi kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.

3. Diduga bahwa variabel motivasi belajar siswa secara dominan berpengaruh

signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi kelas

XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:39) mengemukakan bahwa variabel penelitian

adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a) Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah pendapatan orang

tua disimbolkan sebagai variabel (X1) dan motivasi belajar disimbolkan

sebagai (X2).

b) Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa

disimbolkan sebagai variabel (Y).

2. Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:100) “desain penelitian merupakan rancangan

atau tata cara untuk melaksanakan penelitian dalam rangka memperoleh data yang

dibutuhkan”. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2017:14) “penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument

penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Obyek dalam penelitian ini adalah SMA

Negeri 5 Wajo. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner

28
29

(angket) dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji F dan uji t.

Berikut adalah desain penelitian yang disajikan dalam bentuk skema pada

gambar berikut:
SMA Negeri 5 Wajo

Teknik Pengumpulan Data


 Dokumentasi
 kuesioner

Pendapatan Orang Tua ( X1)


Pendapatan Orang Tua (X1)
BPS (Badan Pusat Statistik)
5) ≤ Rp 1.500.000 (rendah)
6) Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000
(sedang)
7) Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000
(tinggi)
Prestasi belajar (Y)
8) ≥ Rp 3.500.000 (sangat tinggi)  Afektif
Motivasi belajar (X2)
 Kognitif
 Adanya hasrat dan keinginan
 psikomotorik
berhasil
 Adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar
 Adanya harapan dan cita-cita
masa depan
 Adanya penghargaan dalam
Gambar 2. Bagan Desain penelitian
belajar
 Adanya kegiatan menarik dalam
belajar
 Adanya lingkungan belajar yang
kondusif

Teknik analisis data


 Uji asumsi klasik
 Regresi linear
berganda
 Uji F
 Uji t

Hasil dan kesimpulan

Gambar 2. Skema Desain Penelitian.


30

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan-batasan terhadap ruang lingkup

variabel yang diteliti dan merupakan indikator penting yang menentukan

keberhasilan suatu penelitian untuk lebih memudahkan mengidentifikasi dalam

mengumpulkan data di lapangan maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

a) Pendapatan orang tua adalah upah atau balas jasa berupa uang yang diterima

orang tua atas pekerjaan yang telah dilakukan dalam jangka satu bulan.

Dengan rentang mulai dibawah Rp. 1.500.000 perbulan sampai diatas Rp.

3.500.000 perbulan.

b) Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam atau dari luar diri

siswa untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

c) Prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa, berupa

kecakapan dari kegiatan belajar dalam aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap

akhir semester di dalam buku laporan (rapor).

2. Pengukuran Variabel

Menurut Sugiyono (2017:133) “Pengukuran variabel adalah skala

pengukuran yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya

interval yang ada dalam alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif, maka setiap instrumen harus mempunyai skala


31

dengan tujuan menghasilkan data kuantitatifyang akurat”. Adapun Pengukuran

variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Pendapatan Orang Tua

Pada variabel pendapatan orang tua diukur dengan satuan unit rupiah

berdasarkan data yang diperoleh dari kepala tata usaha SMA Negeri 5 Wajo yaitu

Data Pendapatan Orang Tua Peserta Didik (Dapodik).

b) Motivasi Belajar

Pada penelitian ini, variabel motivasi belajar diukur dengan pemberian

skor terhadap indikator motivasi belajar dengan lembar angket berdasarkan skala

likert. Menurut Sugiyono (2017:93) “skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena

sosial”.

menurut Sugiyono (2017:92) ada beberapa kategori yang digunakan

dalam skala likert yaitu:

(1) Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5


(2) Setuju/ sering/ positif diberi skor 4
(3) Ragu-ragu/ kadang-kadang/netral diberi skor 3
(4) Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
(5) Sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1

Tabel 2. Matriks atau Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Variabel Motivasi


Belajar
Variabel Indikator No. Item
Hasrat dan keinginan berhasil 1,4,9
Dorongan dan butuhan dalam
2,3,14
belajar
Motivasi Belajar Harapan dan cita-cita masa depan 8,15
(X1) Penghargaan dalam belajar 10,11
Kegiatan menarik dalam belajar 6,7
Lingkungan yang kondusif 5, 12, 13
Sumber : Syah (2012:150-151)
32

c) Prestasi Belajar

Variabel prestasi belajar diukur dengan metode dokumentasi yaitu

menggunakan nilai rapor siswa semester genap tahun ajaran 2018-2019 pada mata

pelajaran Akuntansi kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo. Adapun nilai yang akan

diperoleh mencakup nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik, sesuai dengan

indikator hasil belajar menurut Syah (2012:216) yaitu: 1) ranah cipta (kognitif), 2)

ranah rasa (afektif), dan 3) ranah karsa (psikomotorik).

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan siswa

kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo yang berjumlah 74 siswa yang terdiri atas 3

kelas tahun ajaran 2018-2019.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017:81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik sampling yang

digunakan adalah proportionate stratified random sampling, sampel dari populasi

yang dipilih secara acak dan proporsional.

Menurut Setyowati (2007:32) “untuk menentukan beberapa sampel yang

dibutuhkan, maka digunakan rumus Slovin”.


33

Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut:


n=
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang dapat ditolerir yaitu (0,1 atau 10%)

Jadi sampel yang diperoleh sebagai berikut:

n =

= 43

Dengan demikian, yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 43

siswa dari total keseluruhan siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo sebanyak 74

siswa yang terdiri atas 3 kelas Tahun Ajaran 2018-2019. Adapun sampel menurut

masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Sampel Penelitian


Kelas Jumlah Siswa Sampel
XII IIS 1 24 14
XII IIS 2 24 14
XII IIS 3 26 15
Jumlah 74 43
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 5 Wajo

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010:201) “dokumentasi berasal dari kata dokumen,

yang artinya benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-

peraturan, catatan harian, dan sebagainya”. Dokumentasi dalam hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh data tertulis mengenai sejarah singkat sekolah


34

dan data nilai rapor siswa semester genap tahun ajaran 2018-2019 serta pendpatan

orang tua siswa di SMA Negeri 5 Wajo.

2. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2017:142) “kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Penelitian ini

menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih, Penggunaan

kuesioner dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada

peneliti mengenai motivasi belajar di SMA Negeri 5 Wajo.

E. Pengujian Keabsahan Data

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap butir dalam instrumen, dapat

dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total. Sugiyono

(2017:178) mengemukakan bahwa syarat minimum untuk dianggap memenuhi

syarat adalah jika r = 0,3. Jadi korelasi antara butir dengan skor total kurang dari

0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Untuk mempermudah dalam penelitian ini, pengujian validitas dapat

dilakukan dengan bantuan SPSS 25 dengan cara menghitung antar skor tiap-tiap

item dengan skor total.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2015:183) bahwa “instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
35

akan menghasilkan data yang sama”. Pengujian reliabilitas instrumen dapat

dilakukan dengan teknik belah dua dari Sperman Brown (Split half) seperti

berikut:

ri=2 rb
1+rb

Dimana:
ri= Reliabilitas internal seluruh instrumen
rb= Korelasi product moment antara belahan pertama dengan kedua

Pengujian reliabilitas dengan bantuan SPSS 21 for windows, menggunakan

metode cronbach alpha maka r hitung diwakili nilai alpha. Jika nilai cronbach

alpha > 0,60 maka kuesioner yang diuji coba terbukti reliabel.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Data

Untuk menganalisis jawaban responden, diukur menggunakan skala

likert yang mempunyai lima gradiasi yaitu sangat setuju (5), setuju (4), kurang

setuju (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1). Selanjutnya untuk

mendapatkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilihat dari

perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dengan rumus yang

dicantumkan dalam Narimawati (2008:84) sebagai berikut:

% Skor aktual = Skor aktual x 100%


Skor ideal

Dimana:
a. Skor aktual adalah skor jawaban yang diperoleh dari seluruh
responden atas kuesioner yang telah diajukan
36

b. Skor ideal adalah skor maksimum atau skor tertinggi yang mungkin
diperoleh jika semua responden memilih jawaban dengan skor
tertinggi.
Adapun kriteria interpretasi skor menurut Narimawati (2008:85) adalah

sebagai berikut:

1. Angka 0% - 20% = Sangat tidak baik


2. Angka 21% - 40% = Tidak baik
3. Angka 41% - 60% = Cukup baik
4. Angka 61% - 80% = Baik
5. Angka 81% - 100% = Sangat baik

2. Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2018: 73) uji asumsi klasik terdiri atas:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui kenormalan data tentang

motivasi belajar dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa sehingga

dapat dilanjutkan pada perhitungan statistik yang akan digunakan dalam pengujian

hipotesis. Menurut Sugiyono (2017:243) “penggunaan stastistik parametris

mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi

normal”. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan software

SPSS v.25.00 for windows. Sampel yang akan dipakai untuk analisis haruslah

berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan tingkat signifikansi α = 5%

(0,05), jika signifikan <0,05 maka distribusi data dapat dikatakan tidak normal.

Sebaliknya jika signifikansi > 0,05 maka distribusi data dapat dikatakan normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018:105) “uji heteroskedastisitas digunakan untuk

mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan yang


37

berbeda antar satu observasi ke observasi lain”. Untuk mengetahui gejala

heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot melalui

software SPSS v.25.00 for windows. Model yang bebas dari heteroskedastisitas

memiliki grafik scatter plot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di

bawah sumbu Y.

c. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2018:103) “uji multikolonieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas”.

Model regresi yang baik semestinya merupakan model regresi yang tidak terjadi

korelasi diantara variabel-variabel bebas atau independen antara satu sama lain

atau dengan kata lain bebas dari multikolonieritas.

Deteksi adanya gejala multikolonieritas dengan menggunakan software

SPSS v.21.00 for windows. Model regresi multikolonieritas memiliki nilai VIF

dibawah 10 dan tolerance di atas 0.1. Deteksi lain dengan melihat korelasi antara

variabel bebas, apabila masih dibawah 0,8 maka dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolonieritas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2018:111) “uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya)”. Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada penelitian ini

untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson

test.
38

Tabel 4. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Korelasi


Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No desicison dl < d < du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif No desicison 4 – du < d < 4 –dl
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ditolak du< d < 4 - du
atau negatif
Sumber: Ghozali (2018:110)

3. Uji Hipotesis

a. Regresi Linier Berganda

Menurut Siregar (2013:301) “regresi linier berganda adalah untuk

mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu

variabel terikat (dependent)”.

Rumus regresi linier berganda menurut Sugiyono (2017:267) yaitu:

Y = a+b1X1+b2X2
Dimana:
Y = prestasi belajar (variabel terikat)
X1 = pendapatan orang tua (varibel bebas pertama)
X2 = motivasi belajar (variabel bebas kedua)
a, b1 dan b2 = konstanta

b. Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk mengetahui signifikan/keberartian koefisien

regresi sekaligus menguji hipotesis yang diajukan. Agar hasil yang diperoleh

regresi dapat dijelaskan hubungannya, maka hasil yang diperoleh regresi tersebut

diuji menggunakan Uji-t dengan derajat kepercayaan 0,005. Adapun rumus Uji-t

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017:257) adalah:


t=

39

Dimana:
t = Uji perbandingan (nilai t yang dihitung)
n = Jumlah sampel
r = Nilai korelasi
2
= Koefisien determinasi

Uji ini memiliki kriteria yaitu :


1) Apabila nilai thitung> ttabel atau nilai signifikasi < dari α (0,05) maka hipotesis

diterima

2) Apabila thitung< ttabel atau nilai signifikasi > α (0,05) maka hipotesis ditolak.

2
c. Koefisien Determinasi Parsial ( r )

Untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-

masing variabel. Maka perlu dicari koefisien determinasi parsial. Koefisien

determinasi parsial juga untuk menjelaskan nilai yang berkisar dari nol sampai

satu. Apabila r2 mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model

tersebut dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat

secara parsial dan sebaliknya r2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variasi

variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat secara parsial. Dalam

penelitian ini, untuk mencari nilai adjusted r2 menggunakan SPSS 25.

d. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Menurut Sugiyono

(2017:266), untuk menguji uji Fhitung digunakan rumus:

Fh =

Dimana :
R = koefesien korelasi ganda
k = jumlah variabel independen
n = jumlah anggota sampel
40

Uji ini memiliki kriteria yaitu :


1) Apabila nilai signifikasi > α (0,005) maka H1 ditolak
2) Apabila nilai signifikasi < α (0,005) maka H1diterima

e. Koefisen Determinasi Ganda (R2)

Koefisen Determinasi Ganda (R2) untuk mengukur seberapa jauh model

dalam menerangkan variasi terkait secara bersama-sama atau simultan. Nilai yang

menerangkan nilai determinasi adalah nilai yang berkisar antara 0 (nol) sampai 1

(satu). Jika nilai determinasi kecil maka artinya variabel-variabel bebas

menjelaskan variabel-variabel dependennya sangat terbatas dan cuma sedikit

informasi. Begitu pula sebaliknya, apabila nilai determinasinya mendekati angka 1

(satu) maka informasi yang diberikan variabel bebas lebih banyak menjelaskan

variabel-variabel dependen atau terikatnya. Dalam penelitian ini untuk mencari

nilai adjusted R2 menggunakan bantuan SPSS 25.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 5 Wajo

SMA PGRI berada di Jalan Kakatua Kelurahan Belawa Kecamatan

Belawa Kabupaten Wajo, berdiri sejak 01 Mei 1983 dengan nomor SK Pendirian :

231/KPTS/YPLP-PGRI/VIII/1984 tanggal 27 Agustus 1984 dengan Pimpinan

H.Muh.Rafi, BA. dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1988.

a. Penegerian Menjadi

SMA Negeri Belawa di Jalan Kakatua Kelurahan Belawa Kecamatan Belawa

Kabupaten Wajo, dengan nomor SK Penegerian : 0135/O/1989 tanggal 14 Maret

1989 yang dikeluarkan oleh Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)

dengan Pelaksana Tugas H.Syamsuddin Massinai,BA (Kepala SMA Negeri 1

Sengkang). Dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1990. Pengangkatan Kepala

Sekolah I (pertama) SMA Negeri Belawa pada awal bulan September tahun 1990

atas nama Drs. Kamaruddin dari Guru SMA Negeri 1 Sengkang.

b. Tokoh Pendiri Sma

Tim Pembebasan Tanah:

1) Kepala Desa Ongkoe (H. Andi Mappewakkang Abdullah)

2) H. Hamzah, BA

3) H. Hasan Bin Basri, BA

4) H. Andi Tenri Ampa

5) H. Andi Ampa Uleng

41
42

6) Drs. Zainuddin Wahid

7) H. Muh. Rafi, BA

c. Daftar nama Pemilik Tanah Lokasi Sekolah

1) Utara depan : Lataki (1 petak sawah)

2) Timur depan : H. Andi Ampa Uleng (2 petak sawah)

3) Utara belakang : H. Wakka (2 petak sawah)

4) Timur belakang : Latangnga (1 petak sawah)

Luas keseluruhan : 17.300 M2

d. Susunan Kepala Sekolah

Kepala sekolah yang telah memimpin selama sekolah ini berdiri adalah 9

orang dengan masa jabatan bermacam-macam disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Daftar Nama Kepala Sekolah yang Pernah dan Sedang Menjabat
No Nama Periode Tugas

1 H. Muh. Rafi, BA Tahun 1983 – 1988


2 H, Syamsuddin Massinai, BA Tahun 1989 – 1990
3 Drs. Kamaruddin Tahun 1990 – 1994
4 Drs. H. Kitta Sirabe Tahun 1994 – 2000
5 Drs. H, Muhammad Basir Tahun 2000 – 2001
6 Drs. Zainuddin Wahid Tahun 2001 – 2006
7 Drs. Syeh Haedar Tahun 2006 – 2015
8 Drs. Andi Kandacong,MM Tahun2015 – 2017
9 Drs. Faisal, M.Si Tahun 2017 – Sekarang
Sumber : kepala tata usaha SMA Negeri 5 Wajo.

e. Perpindahan Gedung

Gedung SMA Negeri Belawa dipindahkan ke Jalan Kemakmuran RT.1,

RW.2 Desa Ongkoe Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo, dan keberadaan di

tengah-tengah lokasi Persawahan setelah saat habis panen padi pada pertengahan

Bulan Juni Tahun 1992.


43

2. Visi dan Misi Sekolah serta Program Strategis

a. Visi Sekolah

Terwujudnya insan yang cerdas intelektual, emosional dan spiritual, yang

peduli lingkungan.

b. Misi Sekolah

1. Meningkatkan kualitas sumber daya personil sekolah.

2. Mengoptimalkan peran aktif siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

3. Meningkatkan peran aktif unsur terkait dalam meningkatkan mutu.

4. Meningkatkan pelaksanaan sekolah.

5. Terwujudnya sekolah yang berwawasan lingkungan.

c. Program strategis

1. Melaksanakan perencanaan dan proses secara kolegial Memperkuat kualitas,

peran serta tanggung jawab baik secara kelembagaan maupun secara

personal.

2. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa terhadap peran pendidik

dalam kehidupan.

3. Membina dan mengembangkan minat, bakat serta kemampuan siswa.

4. Menata lingkungan sekolah yang produktif dan sejuk.

5. Memotivasi siswa untuk cinta buku dan minat baca.

6. Pemamfaatan sarana dan prasarana sekolah secara optimal.

7. Memperluas jaringan konsultasi dan kordinasi.

8. Memupuk daya cipta, rasa dan karsa siswa.

9. Mengamalkan sifat Sipakatau, Sipakainge, dan Sipakalebbi.


44

3. Komponen-komponen Sekolah

a. Kuantitas Tenaga Pendidik

1. Guru Pendidikan Agama : 2 orang

2. Guru PKn : 1 orang

3. Guru Bahasa Indonesia : 2 orang

4. Guru Matematika : 2 orang

5. Guru Senasindu : - orang

6. Guru Ekonomi Akuntansi : 2 orang

7. Guru Geografi : 2 orang

8. Guru Pendidikan Jasmani : 1 orang

9. Guru Pendidikan Seni : 1 orang

10. Guru Biologi : 3 orang

11. Guru Fisika : 2 orang

12. Guru Kimia : 2 orang

13. Guru Bahasa Inggris : 3 orang

14. Guru Sosiologi : - orang

15. Guru Antropologi : - orang

16. Guru Tata Negara : - orang

17. Guru BK : - orang

18. Guru TIK : 1 orang

19. Guru Keterampilan : - orang

20. Guru Mulok (Bhs.Arab) : 1 orang


45

b. Kuantitas Pendidikan Pengelolah Sekolah

1) Edukatif ( Guru Tetap )

Pendidikan S2 : 11 Orang

Pendidikan S1 : 15 Orang

Pendidikan S1 ( GTT ) : 11 Orang

2) Administratif

Pendidikan S1 ( PTT ) : 4 Orang

Pendidikan D3 ( PTT ) : 1 Orang

Pendidikan Sma ( PNS ) : 2 Orang

Pendidikan S1 (PNS) : 1 Orang

Pendidikan SMA ( PTT ) : 1 Orang

Pesuruh / Bujang Sekolah (PPTT) : - Orang

Security Pendidikan Sma ( PTT ) : 1 Orang

B. Penyajian Data

1. Deskripsi Variabel Penelitian

a. Deskripsi Variabel Pendapatan Orang Tua

Berdasarkan data pendapatan orang tua yang diperoleh melalui

dokumentasi berupa Data Pendapatan Orang Tua Peserta Didik (Dapodik) kelas

XII IIS SMANegeri 5 Wajo per bulan, maka dapat dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok, yaitu:

(5) Golongan pendapatan sangat tinggi lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan,

(6) Golongan pendapatan tinggi Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 perbulan,
46

(7) Golongan pendapatan sedang Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per

bulan,

(8) Golongan pendapatan rendah di bawah Rp. 1.500.000,00 per bulan

Dari hasil dokumentasi pendapatan orang tua siswa dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Pendapatan Orang Tua Siswa


No Kategori Pendapatan F %
1 Sangat Tinggi ≥ Rp 3. 500.000 5 12
2 Tinggi Rp 2.500.000 - Rp 3.500.000 1 2
3 Sedang Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000 22 51
4 Rendah ≤ Rp 1.500.000 15 35
Sumber: Data Primer yang telah diolah.

Tabel distribusi frekuensi Pendapatan Orang Tua di atas menunjukkan

bahwa terdapat 5 siswa (12%) dalam kategori pendapatan orang tua sangat tinggi,

1 siswa (2%) dalam kategori pendapatan orang tua tinggi, 22 siswa (51%) dalam

kategori pendapatan orang tua sedang, dan 15 siswa (35%) dalam kategori

pendapatan orang tua rendah. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas maka

dadigambarkan dialingkaran (Pie Chart) sebagai berikut:

Pendapatan Orang Tua


pendapatan orang
12% tua sangat tinngi
2%
35% pendapatan orang
tua tinngi
51% pendapatan orang
tua sedang
pendapatan orang
tua rendah

Gambar 3. Diagram lingkaran (Pie Chart) Pendapatan Orang Tua


47

Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa siswa kelas XII IIS

SMA Negeri 5 Wajo yang berada pada kelompok paling banyak adalah kategori

pendapatan sedang sebanyak 51%, sebaliknya kategori pendapatan orang tua

tinggi memperoleh persentase paling sedikit yaitu 2 %. Dari hal ini dapat

diketahui bahwa siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo peluang memperoleh

nilai yang baik cukup tinggi, dilihat dari kemampuan memenuhi kebutuhan

sekolah dalam hal finansial.

b. Deskripsi Variabel Motivasi Belajar

Motivasi belajar terdiri dari enam indikator yaitu 1) hasrat dan keinginan

berhasil, 2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) harapan dan cita-cita masa

depan, 4) penghargaan dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang menarik, 6)

lingkungan belajar yang kondusif. Berikut tabel jawaban responden tentang

pernyataan tersebut.

1) Hasrat dan Keinginan Berhasil

Hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-

hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil

melakukan suatu tugas dan pekerjaan. Indikator hasrat dan keinginan berhasil

dalam belajar terdiri atas tiga item yaitu 1) walaupun sulit menerima penjelasan

yang diberikan oleh guru, berusaha agar bisa mendapat nilai yang bagus, 2)

keberhasilan dalam berprestasi merupakan hal yang utama, 3) bila mengalami

kesulitan dalam akuntansi, berusaha bertanya pada orang yang lebih tahu. Berikut

hasil jawaban responden terhadap item yang disajikan dalam tabel 7 sebagai

berikut:
48

Tabel 7. Hasil Jawaban Responden tentang Hasrat dan Keinginan Berhasil


Skor %
skor skor
Item skor
5 4 3 2 1 aktual ideal
aktual
Walaupun sulit menerima
penjelasan yang diberikan
oleh guru, saya berusaha 11 30 2 0 0 175 215 81
agar bisa mendapat nilai
yang bagus
Bagi saya, keberhasilan
dalam berprestasi merupakan 29 14 0 0 0 201 215 93
hal yang utama
Bila saya mengalami
kesulitan dalam
akuntansi,saya berusaha 16 17 6 4 0 174 215 80
bertanya pada orang yang
lebih tahu
Jumlah 45 31 6 0 0
550 645 85.27
Persentase 34.9 24 4.65 0 0
Sumber : Hasil olah data kuesioner.

Berdasarkan tabel 7, menunjukkan item hasrat dan keinginan berhasil terdiri

atas tiga pernyataan, pada pernyataan “walaupun sulit menerima penjelasan yang

diberikan oleh guru, saya berusaha agar bisa mendapat nilai yang bagus” terdapat

2 siswa yang menjawab ragu-ragu, pada pernyataan “bagi saya, keberhasilan

dalam berprestasi merupakan hal yang utama” tidak terdapat siswa yang

menjawab ragu-ragu, tidak setuju ataupun sangat tidak setuju, secara keseluruhan

siswa hanya memberi respon positif terhadap pernyataan ini ” serta pada

pernyataan “bila saya mengalami kesulitan dalam akuntansi, saya berusaha

bertanya pada orang yang lebih tahu” terdapat 6 siswa yang menjawab ragu-ragu.

Hal ini disebabkan karena masih terdapat siswa yang kurang keinginannya untuk

belajar akuntansi, apabila dihadapkan dengan soal-soal akuntansi yang sulit siswa

cepat menyerah cenderung diam tidak bertanya kepada orang yang lebih tahu.

Akan tetapi, pada indikator ini hasrat siswa untuk berhasil serta motivasi
49

berprestasinya sangat tinggi dibuktikan dengan persentase aktual sebesar 92%.

Berdasarkan interpretasi secara keseluruhan, maka diperoleh persentase skor

aktual rata-rata sebesar 85,27% dan tergolong kategori sangat baik

2) Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif

berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu

menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi

tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada

kekuatan akan kegagalan itu. Indikator dorongan dan kebutuhan dalam belajar

terdiri atas tiga item yaitu 1) merasa tertantang untuk lebih mendalam

mengerjakan tugas, 2) tidak akan berhenti mengerjakan latihan soal sebelum

menyelesaikannya, 3) demi mendapat rangking yang baik berlomba teman sekelas

dengan cara yang sehat dalam belajar. Berikut hasil jawaban responden terhadap

item dorongan dan kebutuhan dalam belajar:

Tabel 8. Hasil Jawaban Responden tentang Adanya Dorongan dan


Kebutuhan dalam Belajar
Skor %
skor skor
Item skor
aktual ideal
5 4 3 2 1 aktual
Saya merasa tertantang
untuk lebih mendalam
1 21 17 4 0 148 215 68.837
mengerjakan tugas akuntansi
yang sulit
Saya tidak akan berhenti
mengerjakan latihan soal
3 25 8 7 0 153 215 71.163
sebelum saya
menyelesaikannya
Demi mendapat rangking
yang baik saya berlomba 10 28 5 177 215 82.326
teman
Jumlah 14 74 30 11 0
Persentase 10.9 57.4 23.3 8.53 0 478 645 74.11
Sumber : Hasil olah data kuesioner.
50

Berdasarkan tabel 8, menunjukkan item dorongan dan kebutuhan dalam

belajar terdiri atas tiga pernyataan, pada pernyataan “saya merasa tertantang untuk

lebih mendalam mengerjakan tugas akuntansi yang sulit” terdapat 17 siswa yang

menjawab ragu-ragu dan 4 siswa yang menjawab tidak setuju, pada pernyataan

“saya tidak akan berhenti mengerjakan latihan soal sebelum saya

menyelesaikannya” terdapat 8 siswa yang menjawab ragu-ragu dan 7 siswa yang

menjawab tidak setuju serta pada pernyataan “demi mendapat rangking yang baik

saya berlomba teman sekelas dengan cara yang sehat”, terdapat 5 siswa yang

menjawab ragu-ragu.

Hal ini disebabkan karena harapan dan kebutuhan dalam diri siswa masih

kurang, soal yang diberikan oleh guru yang dianggap sulit siswa tidak berusaha

untuk tahu lebih mendalam. Berdasarkan interpretasi secara keseluruhan, maka

diperoleh persentase skor aktual rata-rata sebesar 74,11 % dan tergolong kategori

baik

3) Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan

mereka tentang gambaran hasil tindakan mengenai apa yang dilakukan masa

depan. Oleh karena itu harapan dan cita-cita masa depan yang dimiliki seseorang

dapat diprediksi bagaimanana seseorang dimasa mendatang.

Indikator harapan dan cita-cita masa depan terdiri atas dua item yaitu 1) giat

belajar akuntansi untuk meraih cita-cita, 2) belajar akuntansi untuk

mengembangkan potensi. Berikut hasil jawaban responden terhadap item yang

disajikan dalam tabel 9 sebagai berikut:


51

Tabel 9. Hasil Jawaban Responden tentang Harapan dan Cita-cita Masa


Depan
skor %
skor skor
Item skor
5 4 3 2 1 aktual ideal
aktual
Saya berusaha giat belajar
akuntansi untuk meraih cita- 11 23 5 4 0 170 215 79.07
cita yang saya inginkan
Saya belajara kuntansi untuk
mengembangkan potensi 9 25 8 1 0 171 215 79.535
yang saya miliki
jumlah 20 48 13 5 0
341 430 79.30
persentase 23.3 55.8 15.1 5.81
Sumber: Hasil olah data kuesioner

Berdasarkan tabel 9, menunjukkan item harapan dan cita-cita masa depan

terdiri atas 2 pernyataan, pada pernyataan “saya berusaha giat belajar akuntansi

untuk meraih cita-cita yang saya inginkan” terdapat 5 siswa yang menjawab ragu-

ragu dan 4 siswa yang menjawab tidak setuju serta pada pernyataan “saya belajar

akuntansi untuk mengembangkan potensi yang saya miliki” terdapat 8 siswa yang

menjawab ragu-ragu dan 1 siswa yang menjawab tidak setuju. Hal ini disebabkan

karena kurangnya usaha siswa untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki

dalam memenuhi harapan dan cita-citanya,. Berdasarkan interpretasi skor secara

keseluruhan, maka diperoleh persentase skor aktual 79,30% kategori baik.

4) Penghargaan dalam Belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap hasil

belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk

meningkatkan motivasi belajar anak didik kepada hasil yang lebih baik. Indikator

penghargaan dalam belajar terdiri atas dua item yaitu 1) apabila ulangan bagus

mendapat hadiah, 2) senang ketika guru memberikan pujian pada saat menjawab
52

pertanyaan dengan benar. Berikut hasil jawaban responden terhadap item yang

disajikan dalam tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Jawaban Responden tentang Penghargaan dalam Belajar


skor %
skor skor
Item skor
5 4 3 2 1 aktual ideal
aktual
Apabila ulangan saya bagus,
6 8 9 15 5 124 215 57.674
saya mendapat hadiah

Saya senang ketika guru


memberikan pujian saat
18 23 2 0 0 188 215 87.442
saya menjawab pertanyaan
dengan benar

jumlah 24 31 11 15 5
312 430 72.558
persentase 27.9 36 12.8 17.4 5.81
Sumber : Hasil olah data kuesioner.

Berdasarkan tabel 10, menunjukkan item penghargaan dalam belajar

terdiri atas dua pernyataan, pada pernyataan “apabila ulangan saya bagus, saya

mendapat hadiah” terdapat 9 siswa yang menjawab ragu-ragu, 15 siswa yang

menjawab tidak setuju dan 5 siswa yang menjawab sangat tidak setuju, serta pada

pernyataan “saya senang ketika guru memberikan pujian saat saya menjawab

pertanyaan dengan benar” terdapat 2 siswa yang menjawab ragu-ragu. Hal ini

disebabkan karena masih kurangnya penghargaan atau pujian yang diberikan oleh

guru kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas, sedangkan harapan siswa

untuk diberi pujian agar siswa bersemangat dalam proses pembelajaran tinggi

dibuktikan dengan persentase aktual pernyataan kedua lebih besar daripada

pernyataan pertama. Berdasarkan interpretasi secara keseluruhan, maka diperoleh

persentase skor aktual rata-rata 72,56 % dan tergolong kategori baik.


53

5) Kegiatan Menarik dalam Belajar

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat

menarik bagi siswa. Indikator kegiatan menarik dalam belajar terdiri atas dua item

indikator yaitu 1) senang mengemukakan pendapat ketika proses pembelajaran

dengan diskusi 2) tertarik menyimak video yang berkaitan dengan materi

akuntansi. Berikut hasil jawaban responden terhadap item yang disajikan dalam

tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Jawaban Responden Tentang Adanya Kegiatan Menarik


Dalam Belajar
skor %
skor skor
Item aktual ideal
skor
5 4 3 2 1 aktual
Saya senang
mengemukakan pendapat
4 21 14 4 0 154 215 71.628
ketika proses pembelajaran
dengan diskusi
Saya tertarik menyimak
video yang berkaitan 2 18 15 6 1 140 215 65.116
dengan materi ekonomi
Jumlah 6 39 29 10 1
294 430 68.37
Persentase 6.98 45.3 33.7 11.6 1.16
Sumber : Hasil olah data kuesioner

Berdasarkan tabel 11, menunjukkan item kegiatan menarik dalam belajar

terdiri atas dua pernyataan, pada pernyataan “saya senang mengemukakan

pendapat ketika proses pembelajaran dengan diskusi” terdapat 14 siswa yang

menjawab ragu-ragu dan 4 siswa yang menjawab tidak setuju, serta pada

pernyataan “saya tertarik menyimak video yang berkaitan dengan materi

akuntansi” terdapat 15 siswa yang menjawab ragu-ragu, 6 siswa yang menjawab

tidak setuju dan 1 siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Hal ini disebabkan

karena kurangnya hal-hal yang menarik yang diberikan guru dalam kegiatan

pembelajaran. Guru dominan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran.


54

Berdasarkan interpretasi secara keseluruhan, maka diperoleh persentase skor

aktual rata-rata sebesar 68,77% dan tergolong kategori cukup baik.

6) Lingkungan belajar yang Kondusif

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan

individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Indikator lingkungan belajar yang

kondusif terdiri atas tiga item yaitu 1) suasana kelas nyaman dan kondusif pada

saat kegiatan belajar mengajar 2) kondisi lingkungan di sekitar sekolah baik dan

strategis, 3) sekolah jauh dari keramaian dan kebisingan. Berikut hasil jawaban

responden terhadap item yang disajikan dalam tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Jawaban Responden tentang Adanya Lingkungan Belajar


yang Kondusif
skor %
skor skor
Item skor
aktual ideal
5 4 3 2 1 aktual
Suasana kelas saya sangat
nyaman dan kondusif pada
5 14 19 5 148 215 68.837
saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung

Kondisi lingkungan di
sekitar sekolah saya sangat 2 6 16 16 3 117 215 54.419
baik dan Strategis
Sekolah saya sangat jauh
dari keramaian dan 2 6 16 16 3 117 215 54.419
kebisingan
jumlah 9 26 51 37 6
382 645 59.23
persentase 10.5 30.2 59.3 43 6.98
Sumber : Hasil olah data kuesioner.

Berdasarkan tabel 12, menunjukkan item lingkungan belajar yang kondusif

terdiri atas tiga pernyataan, pada pernyataan “suasana kelas saya sangat nyaman

dan kondusif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung” terdapat 19 siswa

yang menjawab ragu-ragu dan 5 siswa yang menjawab tidak setuju, pada
55

pernyataan “Kondisi lingkungan di sekitar sekolah saya sangat baik dan Strategis”

terdapat 16 siswa yang menjawab ragu-ragu, 16 siswa yang menjawab kurang

setuju dan 3 siswa yang menjawab tidak setuju, serta pada pernyataan “sekolah

saya sangat jauh dari keramaian dan kebisingan” terdapat 16 siswa yang

menjawab ragu-ragu, 16 siswa yang menjawab tidak setuju dan 3 yang menjawab

sangat tidak setuju. Hal ini disebabkan karena suasana kelas yang kurang

kondusif, sekolah penuh kebisingan (sekolah bersebelahan dengan pabrik kayu

dan pabrik padi) serta sekolah dekat dengan keramaian (penataan ruangan dalam

lokasi sekolah hanya berjarak beberapa meter dari jalan raya) sehingga ada

peluang siswa untuk meninggalkan kelas. Berdasarkan interpretasi secara

keseluruhan, maka diperoleh persentase skor aktual rata-rata sebesar 59.23 persen

dan tergolong kategori cukup baik.

c. Deskripsi variabel prestasi belajar akuntansi

Data variabel Prestasi Belajar Ekonomi diperoleh dari nilai ulangan harian,

nilai ujian tengah semester, dan nilai ujian akhir semester pada semester genap

siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo tahun ajaran 2018/2019. Data prestasi

belajar akuntansi dikelompokkan menurut nilai KKM dan penetapan predikatnya

berdasarkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (10:2017), berikut

langkah-langkahnya:

Tabel 13. Cara Penetapan Interval Predikat


Predikat
KKM
D C B A
N <N N≤... ... ...≤100
Sumber : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
56

Keterangan :
N = KKM yang ditetapkan oleh satuan pendidikan
tabel interval predikat menggunakan pendekatan rata-rata dengan rumus
interval

Tabel 14. Interval Predikat Nilai Prestasi Belajar Kelas XII IIS pada
Pembelajaran Akuntansi
Interval Predikat
91 – 100 A
83 – 90 B
75 – 82 C
< 75 D
Sumber : Data yang telah diolah

Keterangan :
A = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
Berasarkan Interval Predikat KKM tersebut maka dapat disajikan distribusi

frekuensi variabel Prestasi Belajar Akuntansi pada tabel berikut:

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Akuntansi


Interval Frekuensi
91 – 100 11
83 – 90 18
75 – 82 14
< 75 0
Sumber : Data Primer yang telah diolah

Berdasarkan data Prestasi Belajar Ekonomi, maka dapat diketahui

pengkategorian perolehan nilai yang dicapai siswa. Pengkategorian ini

menggunakan nilai kriteria ketuntasan minimal belajar yang ditetapkan guru mata

pelajaran akuntansi SMA Negeri 5 Wajo yaitu ≥75 maka dapat dikatakan siswa

tuntas dalam belajarnya, sedangkan jika <75 siswa dikatakan belum tuntas dalam

belajarnya dan kriterian ketuntasan minimal kelas > 75. Berdasarkan data tersebut
57

maka dapat dilihat dalam distribusi frekuensi kecenderungan Prestasi Belajar

Ekonomi sebagai berikut:

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Prestasi Belajar Akuntansi


No Interval Frekuensi % Kategori
1 91 - 100 11 25.6 Sangat Baik
2 83 - 90 18 41.9 Baik
3 75 – 82 14 32.6 Cukup
4 < 75 0 0 Kurang
Sumber : Data Primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat disajikan dalam diagram lingkaran (Pie

Chart) sebagai berikut :

Prestasi Belajar Akuntansi


0
Interval
32.60% 25.60%
91 - 100
83 - 90
75 – 82
41.90% < 75

Gambar 4. Diagram Lingkaran (Pie Chart) Kecenderungan Prestasi Belajar


Akuntansi.

Berdasarkan diagram lingkaran di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi

kecenderungan Prestasi Belajar Akuntansi siswa paling banyak berada pada

kategori baik atau pada interval nilai akuntansi 83-90 (41,90%), 32,6% siswa

memperoleh nilai 75-82 atau setara dengan kategori cukup, 25,6% siswa

memperoleh nilai sempurna(sangat baik) setara dengan 91-100, oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo keseluruhan

memperoleh nilai diatas KKM dibuktikan dengan tidak adanya siswa yang

mendapatkan nilai pada interval kurang dari 75 atau di bawah KKM. Kelas
58

dikatakan tuntas jika 75% siswanya mencapai nilai KKM, dengan melihat nilai

Prestasi Belajar akuntansi menunjukkan bahwa variabel Prestasi Belajar

Akuntansi siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo termasuk pada kategori tuntas.

2. Uji Keabsahan Data

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r

tabel untuk degree of freedom (df)= n-2, jumlah sampel (n) dalam penelitian ini

adalah 43, sehingga besarnya df yaitu 43-2=41, dengan signifikan 5% didapat r

tabel= 0,3008. Jika r hitung>r tabel maka dapat dikatakan indikator varibel valid.

Hasil uji validitas instrumen motivasi belajar dan lingkungan keluarga disajikan

dalam tabel 17 sebagai berikut:

Tabel 17. Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar


Item
Instrumen variabel r hitung r tabel Keterangan
pertanyaan
Item_1 0,351 0,3008 Valid
Item_2 0,435 0,3008 Valid
Item_3 0,706 0,3008 Valid
Item_4 0.635 0,3008 Valid
Item_5 0,440 0,3008 Valid
Motivasi Belajar (X1)
Item_6 0,674 0,3008 Valid
Item_7 0,623 0,3008 Valid
Item_8 0,683 0,3008 Valid
Item_9 0,660 0,3008 Valid
Item_10 0,707 0,3008 Valid
Item_11 0,343 0,3008 Valid
Item_12 0,473 0,3008 Valid
Item_13 0,473 0,3008 Valid
item_14 0,435 0,3008 Valid
item_15 0,557 0,3008 Valid
Sumber: Hasil olah SPSS 25,2019

Berdasarkan tabel 17 maka dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang

diajukan untuk masing-masing variabel memenuhi standar validasi untuk


59

penelitian. Dengan demikian semua item pernyataan dapat digunakan sebagai

dasar untuk analisis.

b. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila Cronbach’s Alpha>0,60.

Pengujian realibitas dalam penelitian dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha,

dengan jumlah sampel 43 responden. Perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada

tabel 18 sebagai berikut:

Tabel 18. Perhitungan Nilai Koefisien Reliabilitas


Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Motivasi belajar 0.867 Reliabel
Sumber : Hasil olah data SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 18, hasil yang diperoleh pada tabel dari pengujian

reliabilitas instrumen penelitian, menunjukkan Cronbach Alpha >0,60 maka dapat

disimpulkan bahwa instrumen tersebut dinyatakan reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui kenormalan data, uji

normalitas dapat menggunakan rumus Kolmogorov-smirnov. Uji normalitas dapat

dilihat pada tabel 19 sebagai berikut:

Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian


Unstandardized Residual
N 43
a,b 0.0000000
Normal Parameters Mean
Std. Deviation 5.05535271
Most Extreme Absolute 0.158
Differences Positive 0.076
Negative -0.158
Kolmogorov-Smirnov Z 0.158
Asymp. Sig. (2-tailed) 0. 09
60

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. lillieforce significance
Sumber: Hasil olah SPSS 25

Berdasarkan tabel 19 menunjukkan Kolmogorov-Smirnov Z 0,158 dengan

probabilitas(Asymp. Sig. (2-tailed)) 0,09 yang lebih besar dari 0,05 yang berarti

distribusi data dikatakan normal.

b. Uji Heteroskodastisitas

Untuk mengetahui gejala heteroskodastisitas dilakukan dengan mengamati

grafik scatter plot melalui SPSS 25. Model yang bebas dari heteroskodastisitas

memeiliki grafik scatter plot dengan pola titik yang menyebar. Hasil uji

heteroskodastisitas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5: Uji Heteroskodastisitas (grafik scatter plot)

Berdasarkan grafik scatter plot, terlihat bahwa titik-titik menyebar dan

tidak membentuk pola tertentu yang jelas, sehingga dapat disimpulkan tidak

terjadi heteroskodastisitas.

c. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Deteksi adanya gejala


61

multikolonieritas dengan menggunakan nilai variance inflaction faktor

multikolonieritas (VIF) dan tolerance melalui SPSS 25. Model regresi yang bebas

multikolonieritas memiliki nilai VIF di bawah 10 dan tolerence di atas 0,10.

Tabel 20.Hasil Uji Multikolonieritas


Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
1 (Constant) 61.508 6.815 9.025 0.000

pendapatan 0.160 0.051 0.413 3.130 0.003 0.988 1.012


orang tua
motivasi 0.384 0.120 0.423 3.205 0.003 0.988 1.012
belajar
a. Dependent Variable: prestasi belajar
Sumber: Hasil olah SPSS 25, 2019.

Pada tabel 20, menunjukkan nilai variance inflation faktor (VIP) untuk

variabel motivasi belajar sebesar 1,012 dan lingkungan keluarga 1,012. Kedua

variabel ini lebih kecil dari 10, maka artinya tidak terjadi multikolonieritas

terhadap data yang diuji. Untuk nilai tolerance untuk variabel motivasi belajar

0,988 dan variabel lingkungan keluarga 0,988. Karena nilai tolerance kedua

variabel tersebut lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolonieritas

terhadap data yang diuji.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu

pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi

menggunakan uji Durbin-Watson test.I


62

Tabel 21. Hasil Uji Autokorelasi


Model Summaryb
Std. Error
Adjusted R Durbin-
Model R R Square of the
Square Watson
Estimate
a
1 .558 0.312 0.277 5.18020 2.084
a. Predictors: (Constant), motivasi belajar, pendapatan orang tua
b. Dependent Variable: prestasi belajar

Sumber: Hasil olah SPSS 25, 2019.

Berdasarkan tabel 21, menunjukkan nilai statistika Durbin Watson sebesar

2,084. Nilai (dl) dan (du) dengan a=5% pada n=43 dan k=2, maka diperoloeh nilai

du 1,6091. Nilai Durbin Watson 2,084 lebih dari batas (du) yakni, 1,6091 dan

kurang dari 4 (du) 4-1,6091= 2,3909. Nilai Durbin Watson hitung terletak di

daerah antara nilai du<d<4-du yang artinya tidak terdapat autokorelasi, positif

atau negatif. Dengan demikian, dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka digunakan analisis

regresi linier berganda. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 22 berikut:

Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 61.508 6.815 9.025 0.000
pendapatan orang
1 0.160 0.051 0.413 3.130 0.003
tua
motivasi belajar 0.384 0.120 0.423 3.205 0.003
a. Dependent Variable: prestasi belajar
Sumber: Hasil olah SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 22, diperoleh persamaan regresi

Y=a+b1X1+b2X2

Y=61,58+0,160X1+0,384X2
63

Keterangan:

1) Konstanta sebesar 61,58, menyatakan bahwa jika variabel motivasi belajar dan

lingkungan keluarga dianggap sama dengan nol. Maka variabel prestasi belajar

sebesar 61,58.

2) Koefisien X1=0,160 menyatakan bahwa penambahan 1 poin motivasi belajar,

maka prestasi belajar akuntansi siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo

bertambah 0,290.

3) Koefisien regresi X2=0,384 menyatakan bahwa penambahan 1 poin lingkungan

keluarga, maka prestasi belajar akuntansi siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5

Wajo bertambah 0,384.

b. Uji Parsial (Uji-t)

Berdasarkan uji t pada tabel 22 dapat dilihat bahwa pada variabel

pendapatan orang tua diperoleh nilai t sebesar 3,130 dengan nilai signifikan 0,003

sedangkan variabel motivasi belajar diperoleh nilai t sebesar 3,250 dengan nilai

signifikan 0,003. Karena kedua variabel memiliki nilai signifikan yang lebih kecil

dari alpha yaitu 0,05 maka hipotesis yang menyatakan terdapat pegaruh

pendapatan orang tua dan motivasi belajar secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XII IIS pada pembelajaran

akuntansi di SMA Negeri 5 Wajo.

c. Koefisien Determinasi Parsial (r2)

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh:

1) Besarnya pengaruh kontribusi motivasi belajar terhadap prestasi belajar

2) Besarnya pengaruh kontribusi lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar


64

Tabel 23. Rangkuman Koefisien Nilai Determinasi Parsial (r2)


Adjusted R Std. Error of
Model R R Square
Square the Estimate
a
Pendapatan_OrangTua .631 .398 .380 3.748
a
Motivasi_Belajar .670 .449 .433 3.586
Sumber: Hasil olah SPSS 25, 2019

Dari hasil perhitungan tabel 23, diperoleh koefisien determinasi parsial (r2)

tersebut adalah

1) Koefisien motivasi belajar (r2)= 0,433 atau 43,3% hal ini berarti bahwa

pengaruh kontribusi motivasi belajar terhadap prestasi belajar adalah sebesar

43,3%, sedangkan 56, 7% dipengaruhi oleh faktor lain

2) Koefisien pendpatan orang tua (r2)= 0,380 atau 38% hal ini berarti bahwa

pengaruh kontribusi lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar adalah

sebesar 38%, sedangkan 62% dipengaruhi oleh faktor lain.

d. Uji Simultan

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berikut tabel

Analasis Uji F:

Tabel 24. Hasil Analisis Uji F


ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 485.739 2 242.870 9.051 .001b
Residual 1073.377 40 26.834
Total 1559.116 42
a. Dependent Variable: prestasi belajar
b. Predictors: (Constant), motivasi belajar, pendapatan orang tua
Sumber: Hasil olah SPSS 25,2019

Berdasarkan tabel 24, diketahui bahwa F-hitung sebesar 9,051 lebih besar

dibandingkan F tabeld, F tabel diperoleh sebesar 3,23dengan taraf signifikan


65

0,000<0,05. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan membandingkan antara F-

hitung dengan F-tabel, kriteria pengujian yaitu:

a) Tolak H0, terima H1 jika nilai Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 0,05

b) Tolak H1, terima H0 jika nilai Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 0,05 Dari F

tabel diperoleh sebesar 3,23 dengan demikian nilai F- hitung sebesar 9,051

lebih besar dibandingkan F tabel dengan taraf signifikan sebesar 0,000 lebih

kecil dari α = 0,05.

Hal ini berarti bahwa hipotesis diterima atau dengan kata lain pendapatan

orang tua dan motivasi belajar secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap prestasi belajar akuntansi kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.

e. Koefisien Determinasi Ganda (R2)

Koefisen Determinasi Ganda (R2) untuk mengukur seberapa jauh model

dalam menerangkan variasi terkait secara bersama-sama atau simultan. Nilai yang

menerangkan nilai determinasi adalah nilai yang berkisar antara 0 (nol) sampai 1

(satu). Berikut tabel koefisien determinasi ganda:

Tabel 25. Koefisien Determinasi Ganda (R2)


Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
a
1 .772 .595 .572 3.117
a. Predictors: (Constant), motivasi belajar, pendapatan orang tua
Sumber :

Berdasarkan tabel 25, nilai R2 0,595 ini berarti variabel independen

pendapatan orang tua dan motivasi belajar secara simultan mempengaruhi variabel

dependen prestasi belajar akuntansi sebesar 59,5%.


66

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Pendapatan Orang Tua (X1) secara Parsial terhadap Prestasi

Belajar(Y)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil

bahwa pendapatan orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi

belajar siswa pada pembelajaran akuntansi kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatma Dwi Cahyani (2014)

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan

Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas XI IPS

MAN Tempel. Besarnya sumbangan efektif sebesar 20,72%

Hasil uji hipotesis diperoleh secara parsial bahwa motivasi belajar dengan

nilai t hitung sebesar 3.130. thitung>ttabel atau 3.130>2,021 dan signifikan 0,003<0,05,

maka Ho ditolak dan H1diterima, berarti motivasi belajar secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pembelajaran akuntansu kelas XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 63) bahwa

keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang

sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan,

minum, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar

seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-

lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika orang tua mempunyai cukup

uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi sehingga belajar anak terganggu. Akibat yang lain anak selalu
67

dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan temannya, hal ini juga

pasti akan mengganggu belajar anak. Orang tua yang mampu keuanganya akan

lebih memperhatikan kebutuhan pendidikan putra putrinya. Dengan demikian

anak yang hidup dalam lingkungan keluarga dengan penghasilan orang tua yang

tinggi, dia akan dengan mudah mendapatkan sarana dan prasarana dalam belajar,

sehingga kegiatan belajar akan dapat berjalan maksimal.

2. Pengaruh Motivasi Belajar (X1) secara Parsial terhadap Prestasi Belajar

(Y)

Motivasi mempunyai arti yang sangat penting dalam belajar. Karena

dengan adanya motivasi dalam belajar, siswa akan lebih semangat dalam belajar.

Bila seseorang telah memiliki motivasi dalam belajar siswa akan berusaha belajar

dengan baik dan tekun. motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk

belajar, motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan dalam diri siswa

untuk mencapai prestasi belajar (Irwanto dalam Saefullah 2012:173).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil

bahwa motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas XII IIS di SMA Negeri 5 Wajo.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munira (2018) yang

memperoleh hasil bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi belajar siswa sebesar 43,3%.

Hasil uji hipotesis diperoleh secara parsial bahwa motivasi belajar dengan nilai t

hitung sebesar 3,205 thitung>ttabel atau 3,205>2,021 dan signifikan 0,003<2,021,

maka Ho ditolak dan H1diterima, berarti motivasi belajar secara parsial


68

berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada

pembelajaran akuntansi kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.

Dengan demikian, apabila siswa kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo

memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka akan cenderung rajin belajar

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarmya.

3. Pengaruh Pendapatan Orang Tua (X1) dan Motivasi Belajar (X2) secara

Simultan terhadap Prestasi Belajar (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa pendapatan orang tua dan

motivasi belajar secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

prestasi belajar siswa dengan nilai F sebesar 9,051 dengan tingkat signifikan

0,000<0,05. Artinya bahwa pendapatan orang tua dan motivasi belajar berperan

penting dalam pencapaian prestasi belajar. Apabila siswa memiliki pendapatan

orang tua dan motivasi belajar yang baik maka tujuan yang diinginkan juga dapat

tercapai yaitu dapat meningkatkan mutu pendidikan.

4. Variabel yang Dominan Mempengaruhi Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil perhitungan variabel motivasi belajar menggunakan

2
SPSS 25 diperoleh koefisien determinasi parsial motivasi belajar r = 0,433 atau

43,3% dengan nilai signifikan 0,003<0,05. Hal ini berarti bahwa pengaruh

kontribusi motivasi belajar terhadap prestasi belajar adalah 43,3%. Hasil

perhitungan pendapatan orang tua menggunakan SPSS 25 diperoleh koefisien

2
determinasi parsial r =0,380 atau 38 dengan niali signifikan 0,003 <0,05. Hal ini

berarti bahwa pengaruh kontribusi pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar

siswa adalah 38%. Dengan demikian dapat disimpullkan bahwa motivasi belajar
69

lebih dominan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

akuntansi kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Pendapatan Orang Tua dan Motivasi

Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XII

IIS SMA Negeri 5 Wajo, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendapatan Orang Tua dan Motivasi Belajar secara parsial berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XII IIS

SMA Negeri 5 Wajo.

2. Motivasi belajar dan lingkungan keluarga secara simultan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap prestasi belajar siwa pada Pembelajaran Akuntansi

Kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.

3. Motivasi belajar lebih dominan berpengaruh terhadap prestasi belajar pada

Pembelajaran Akuntansi Kelas XII IIS SMA Negeri 5 Wajo.

B. Saran

1. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan penghargaan bagi siswa-siswa

yang berprestasi sehingga motivasi belajar siswa untuk berprestasi meningkat.

2. Bagi guru diharapkan bisa membangun motivasi belajar siswa dengan

memberikan penghargaan berupa pujian ketika siswa mampu menjawab

pertanyaan dengan benar.

3. Bagi orang tua, agar lebih memperhatiakan pendidikan anak terutama dalam

penyediaan sarana dan prasarana belajar agar siswa lebih giat lagi dalam

belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat.

70
71

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad. 2014. Filsafat Pendidikan. Makassar: kencana.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedure Pendekatan Suatu Penelitian Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.
Azhari, Akyas. 2013. Psikologi Pendidikan. Semarang: Dunia Utama.

Badan Pusat Statistik. 2016. Survei Angkatan Kerja Nasional. Yogyakarta: Badan
Pusat Statistik.

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
25 Update PLS Regresi Edisi 9. Semarang: Universitas Dipenegoro.

Gilarso, T. (2002). Pengantar Akuntansi Bagian Makro. Jakarta: Kanisius.

Helmawati. 2016. Pendidikan Keluarga. Jakarta: Rajawali.

Kumala, Aprilia dan Arundaya. Kamus Bahasa Indonesia untuk SD, SMP dan
SMA. Surabaya: Ikhtiar.

Narimawati. 2008. Metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif, teori dan


aplikasi. Bandung: Agung Media.

Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar dengan Pendekatan Baru.


Jakarta: Rajawali.

Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka


Setia.

Setyowati. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siregar, Sofian. 2013. Metode penelitian kuantitatif dengan perhitungan manual


dan SPSS. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Slavin. 2008. Educational Psychology Theory and Practice. Jakarta: Salemba


Empat.
72

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2017. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono .2015. Pengantar Teori Makro Akuntansi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumardi dan Evers. 2016. Sumber Pendapatan, Kebutuhan Pokok dan Perilaku
Menyimpang. Jakarta: Rajawali Pers.

Suyanto dan Nurhadi. (2004). Ekonomi untuk SMP Kelas VII. Yogyakarta:
Erlangga

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uno, B. Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi


Aksara.

Wahab, Rohmalina. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali.

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompotensi. Jakarta:


GpPress.

Sumber lain:

Bahrin. 2016. Hubungan Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Prestasi


Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lasalimu Selatan. Skripsi:
Universitas Halu Oleo

Munira. 2018. Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Keluarga Terhadap


Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XII Ips I
Sma Negeri 11 Makassar. Skripsi: Universitas Negeri Makassar.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Surabaya: Terbit Terang.

Anda mungkin juga menyukai