Anda di halaman 1dari 15

KAJI ULANG KESESUAIAN FUNGSI GALERI BENDUNGAN

BENER BERDASARKAN KONDISI GEOLOGI TERKINI

Sub Tema: Keamanan Bendungan, Analisis Resiko Bendungan yang Mutakhir

Anissa Herdyasrastiti, BBWS Serayu Opak


Cristina Dwi Yuliningtyas, BBWS Serayu Opak
Donni Saputra, BBWS Serayu Opak

ABSTRAK

Lokasi Bendungan Bener terletak pada Formasi Kebobutak atau sering disebut dengan
Formasi Andesit Tua. Batuan formasi ini terdiri dari breksi andesit, tuf, tuf lapilli,
aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Dari hasil investigasi geologi pada tahun 2015
diindikasikan ditemukan zona waterloss pada titik pengeboran BH 07 kedalaman 30 m
dan BH 08 kedalaman 40 m dari elevasi galian rencana. Selain itu, pada pemboran as
bendungan tahun 2017 telah dilakukan pemboran sedalam 180 m dari dasar sungai
dimana pada kedalaman 104 meter dari dasar sungai dijumpai mata air artesis. Oleh
karena itu, pada Sidang Teknis KKB Sertifikasi Desain Bendungan Bener pada tahun 2017
disarankan untuk mempertimbangkan adanya galeri di bawah plint untuk memantau
perilaku fondasi dan tubuh bendungan terhadap keberadaan waterloss dan mata air
artersis tersebut. Beberapa langkah yang dilakukan untuk memastikan zona waterloss
tersebut yaitu adanya pemboran tambahan di sepanjang plint pada tahun 2018 yaitu di
titik bor BH 10 (kedalaman 70 m), BH 10B (kedalaman 50 m), dan BH 11 (kedalaman
100 m), sedangkan terkait mata air artesis adalah dilakukannya perencanaan grouting
dan dilakukannya uji daya dukung fondasi dangkal dan dalam terkait potensi uplift.
I. LATAR BELAKANG

Bendungan Bener merupakan bendungan dengan tipe urugan batu membran


beton (CRFD) yang saat ini menjadi bendungan tertinggi Indonesia yaitu 169 m
dari rencana galian fondasi terdalam. Adapun secara administrasi Bendungan
Bener terletak di Sungai Bogowonto, DAS Serayu-Bogowonto, Desa Guntur,
Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah 110°01'13.498”
BT dan 7°35'54.889“ LS.

Sehubungan dengan konsep desain galeri Bendungan Bener yang terletak


menggantung di bawah struktur plint sebelah kiri, maka tim pelaksana
pembangunan Bendungan Bener perlu melakukan tindak lanjut konsep desain
galeri tersebut. Adapun latar belakang saran struktur galeri pada Bendungan Bener
diantaranya adalah karena terindikasinya zona waterloss di fondasi sebelah kanan
pada pemboran inti BH-07 dengan kedalaman 30 m dan BH-08 dengan kedalaman
40 m pada tahun 2015. Selain itu ditemukannya sumber mata air artesis di bawah
tubuh bendungan pada pemboran inti BH-04 Ki tahun 2015 (180 m) pada
kedalaman 98 m dan BH-01 tahun 2017 (180 m) pada kedalaman 104 m.

Adapun perlunya peninjauan kembali terhadap kesesuaian fungsi galeri ini adalah
terkait referensi struktur galeri pada bendungan tipe CFRD di dunia dan
penempatannya sesuai identifikasi geoteknik.

II. GAMBARAN UMUM


Bendungan Bener terletak pada Formasi Kebobutak yang oleh van Bemmelen
(1949) disebut Formasi Andesit Tua (Old Andesite Formation), diendapkan pada
Kala Oligo-Miosen. Batuan formasi ini terdiri dari breksi andesit, tuf, tuf lapili,
aglomerat dan sisipan aliran lava andesit.

Bendungan Bener

Gambar 2.1 Peta Geologi Yogyakarta tahun 1995 (Sumber: Peta Geologi Lembar
Yogyakarta, 1995)
Gambar 2.2 Korelasi stratigrafi Formasi Kebobutak di Jawa

Telah dilakukan investigasi geologi di tubuh bendungan dan bangunan pelengkap.


Pada makalah ini terfokus pada alignment tubuh bendungan sehingga data
pemboran inti tersaji sebagai berikut:

Tabel 2.1 Studi dan Detail Desain Bendungan di Wilayah Sungai Serayu
Bogowonto, oleh PT. Indra Karya (Persero), tahun 2004

Lubang Bor
Koordinat Kedalaman
No. Lubang
No. Lokasi Bor X Y Z (m) Keterangan

1 BH-01 392053.95 9159970.42 261.053 40 Vertikal (single core)


2 BH-02 391963.83 9159956.10 223.532 20 Vertikal (single core)
As dam
3 BH-03 391858.55 9159886.34 252.033 30 Vertikal (single core)

Tabel 2.2 Detail Desain Jaringan Pemanfaatan Bendungan Bener, oleh PT. Indra Karya
(Persero), tahun 2009

Lubang Bor

No. Koordinat
Kedalaman
Lubang Keterangan
No. Lokasi X Y Z (m)
Bor
1 BH-01 391841.28 9160156.78 220.00 100 Vertikal (single
Plint core)
2 BH-02 391938.05 9160135.70 250.00 50 Vertikal (single
core)

Tabel 2.3 Studi dan Investigasi Bendungan Bener, oleh PT. Indra Karya (Persero), tahun
2010

Lubang Bor
No. Koordinat Kedalaman
No. Lokasi Lubang (m) Keterangan
X Y Z
Bor

1 As Dam BH-06 391919.80 9159959.27 216.50 40 Vertikal (single


core)
2 BH-07 391666.55 9159949-36 327.50 40 Vertikal (single
core)

3
Lubang Bor
No. Koordinat Kedalaman
No. Lokasi Lubang (m) Keterangan
X Y Z
Bor

3 Plint BH-08 392055.76 292.16 40 Vertikal (single


core)
Tabel 2.4 Pemantapan Geologi, Analisa Gempa Dinamis, dan Model Tes Bendungan
Bener (PT. Virama Karya (Persero), 2015)

Lubang Bor

No. Lokasi No. Koordinat Kedalaman


Keterangan
Lubang X Y Z (m)
Bor
1 BH-01 391697.40 9159882.51 350.00 100 Vertikal (triple
core)
2 BH-02 391962.85 9160235.09 215.50 50 Vertikal (single
As Dam core)
3 BH-02 INK 391962.85 9160235.09 215.50 75 Inklinasi 41o
(triple core)
4 BH-03 392151.44 9160039.23 325.00 80 Vertikal (single
core)
5 BH-04 KA 391804.43 9160169.52 220.00 93 Vertikal (triple
core)
6 BH-04 KI 391832.21 9160188.09 220.00 180 Vertikal (triple
core)
7 BH-04 INK 391804.43 9160169.52 220.00 40 Inklinasi 50o
(triple core)
8 BH-05 391983.34 9160142.18 270.00 40 Vertikal (single
core)
9 BH-06 392094.32 9160096.37 312.00 40 Vertikal (single
Plint core)
10 BH-07 391773.84 9160153.56 225.00 50 Vertikal (triple
core)
11 BH-08 391726.93 9160126.32 250.00 30 Vertikal (triple
core)
12 BH-09 391675.17 9160002.52 337.50 30 Vertikal (triple
core)
13 BH-10 391849.97 9160196.07 225.00 50 Vertikal (single
core)
14 BH-11 391926.24 9160174.68 237.50 40 Vertikal (single
core)

Tabel 2.5 Investigasi Geologi Tambahan Bendungan Bener (PT. Virama Karya (Persero),
tahun 2017)

Lubang Bor

No. Koordinat Kedalaman


No. Lokasi
Keterangan
Lubang X Y Z (m)
Bor
1 As Dam BH-01 391962.85 9160235.09 215.50 180 Vertikal (triple
core)
2 Plint BH-03 392148.05 9160016.70 350.00 100 Vertikal (triple
core)
Gambar 1.4. Peta lokasi titik bor investigasi geologi (2004-2017)

Gambar 2.3 Peta lokasi titik bor investigasi geologi (2004-2017)

Dari hasil investigasi geologi tersebut disimpulkan bahwa struktur plint mulai dari
sandaran kanan sampai dengan bagian tengah sandaran kiri akan bertumpu
pada batuan breksi andesit, ke arah atas sandaran kiri batuan fondasi plint berupa
tuf. Kedua jenis batuan fondasi tersebut cukup keras, hasil uji UCS breksi andesit
210 kg/cm2 sedangkan hasil uji UCS tuf 350 kg/cm 2. Kelas batuan CH. Melihat
hasil uji UCS tuf yang cukup besar, boleh jadi tuf tersebut merupakan tuf padu
(welded tuf).

III. IDENTIFIKASI MATA AIR ARTESIS DAN ZONA WATERLOSS

Pada titik bor BH-04 Ki (180 meter) tahun 2015, dijumpai mata air artesis pada
kedalaman 98 meter. Lapisan aquifer atau breksi tuf tersebut dijumpai
sebanyak 3 lapis. Debit terukur pada saat dijumpai mata air artesis pada
kedalaman 98 meter adalah 7 liter/detik. Debit terukur setelah dijumpai lapisan
breksi tuf lapisan kedua (dibawahnya) menjadi lebih besar yaitu 20 liter/detik.
Kemudian debit terukur saat dijumpai lapisan breksi tuf lapisan ketiga pada
kedalaman 170 meter, menjadi lebih besar lagi yaitu 30 liter/detik.

5
Gambar 3.1 Mata air artesis pada titik bor BH-04 Ki (2015)

Pada titik bor BH-01 2017 (180 meter) juga dijumpai mata air artesis pada
kedalaman 104 meter. Pada titik bor ini tidak dilakukan pengukuran debit.

Mata air artesis


BH 04 Ki (2015)
Kedalaman 98 m

Mata air artesis


BH 01 (2017)
Kedalaman 104 m

Gambar 3.2 Peta lokasi titik bor artesis (2017)

Pada sandaran kanan bagian bawah fondasi plint dijumpai zona waterloss dimana
pada waktu dilakukan pemboran air pembilas hilang, tidak kembali ke permukaan.

Dengan adanya sumber air artesis dan zona waterloss tersebut, pada saat Sidang
Teknis (2017) untuk sertifikasi desain, Komisi Keamanan Bendungan
menyarankan untuk menambahkan galeri di bawah plint dengan pertimbangan
bahwa galeri tersebut dapat difungsikan sebagai pelepas tekanan mata air
artesis, monitoring tekanan air pori dll.
Gambar 3.3 Potongan memanjang geologi pada as sungai (2015-2017)

Gambar 3.4 Potongan memanjang lugeon pada plint (2015)

Tabel 3.1 Hasil uji laboratorium tambahan inti bor fondasi plint, 2015

7
IV. INVESTIGASI TAMBAHAN TAHUN 2019

1. Pemboran Inti Tambahan dan Hasil Uji

Batuan fondasi plint berupa breksi andesit lapuk ringan sampai segar,
tersemenkan baik, keras, hasil uji unconfined compresive strength 168 – 400
kg/cm2, Nilai Lugeon 13 – 28, RDQ >50 % (Tabel 3.1 dan Tabel 3.2).
Tabel 4.1 Hasil pemboran inti tambahan fondasi plint (2019)

Tabel 4.2 Hasil uji laboratorium tambahan inti bor fondasi plint (2019)
Setelah dikonfirmasi dengan pemboran inti di titik bor BH-10 (kedalaman 70 m),
BH-10B (kedalaman 50 m) dan BH-11 (kedalaman 100 m), tidak ditemukan
adanya waterloss di fondasi plint kanan.

Gambar 4.1 Rencana investigasi geologi tambahan pada plint tahun 2019

9
Gambar 4.2 Penampang geologi sepanjang plint (2019)

Gambar 4.4 Penampang Lugeon sepanjang plint (2019)


2. Pengukuran Debit Air Artesis

Untuk memastikan tekanan sumber mata air artesis di fondasi tubuh


bendungan, pada pemboran inti tambahan telah dilakukan beberapa kali
pengukuran debit air artesis yaitu:
a. Pengukuran ulang debit air artesis pada musim hujan (19 April 2019):
BH-04 Ki debit terukur = 2,185 liter/detik
BH-01 debit terukur = 1,246 liter/detik
b. Pengukuran ulang debit air artesis pada musim kemarau (16 Juli 2019):
BH-04 Ki debit terukur = 1,030 liter/detik
BH-01 debit terukur = 0,875 liter/detik

Debit tersebut di atas jauh lebih kecil daripada debit pada waktu
investigasi tahun 2015 yaitu 7-30 liter/detik.

Gambar 4.3 Pengukuran ulang debit air artesis pada musim hujan (April 2019)

Gambar 3.11. Pengukuran ulang debit

Gambar 4.4 Pengukuran ulang debit air artesis pada musim hujan (April 2019)

11
Berdasarkan investigasi dan pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa akuifernya merupakan akuifer tertekan dimana breksi di atas
akuifer tebal dan cukup kedap, berfungsi sebagai batuan penutup (cap
rock) sehingga air tanah di akuifer tidak merembes ke atas.
Diketahui pengukuran tekanan pada mata air artesis di musim kemarau (Juli
2019):
BH-04 Ki debit terukur = 2,5 bar
BH-01 debit terukur = 1,25 bar

3. Berat Jenis Batuan

Berat jenis batuan = 2,6


Berat lapisan breksi = 2,6 x 100 = 260 Ton/m3
Tekanan air (m.a.n.) = γw x H = 1 X 156 = 156 ton/ m3
ଶ଺଴
FS = = 1,67
ଵହ଺

Sehingga kekhawatiran terhadap uplift yang disebabkan oleh tekanan


aquifer diperkirakan tidak terjadi, karena gaya angkat dari aquifer tertekan
jauh lebih kecil dari berat lapisan breksi.

Gambar 4.5 Pengukuran tekanan mata air artesis pada musim kemarau (Juli 2019)

12
V. EVALUASI
Evaluasi terhadap struktur galeri pada Bendungan Bener didasarkan pada
dua kajian kondisi yaitu sumber mata air artesis dan zona waterloss.

a. Sumber mata air artesis


Keberadaan zona waterloss telah dipastikan berdasarkan dua kali
kegiatan pemboran inti pada fondasi tubuh bendungan yaitu pada
tahun 2015 dan 2017. Adapun yang menjadi fokus mengenai
keberadaan sumber artesis ini telah dikaji dari nilai faktor keamanan
terhadap uplift.
Merujuk pada ”Design Standards No. 13 Embankment Dams Chapter 8:
Seepage Phase 4 (Final) oleh U.S. Department of Interior Bureau of
Reclamation” bahwa faktor keamanan terhadap uplift pada bendungan
adalah sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan faktor keamanan terhadap uplift pada lokasi


tubuh bendungan diperoleh Fk = 1,67 dimana untuk bendungan baru
seharusnya minimal adalah 2. Maka pada hilir bendungan akan dibuat
sumur artesis (relief well) hingga kedalaman menembus akuifer untuk
kemungkinan terjadinya tekanan air berlebih, walaupun pada
pengukuran debit yang dilakukan pada 2019 diketahui tekanan debit air
cenderung menurun dan stabil.
Adapun rekayasa selanjutnya adalah kedalaman grouting yang dire-
evaluasi tidak mencapai kedalaman akuifer yaitu direncanakan hingga
60 m seperti gambar di bawah ini.

13
Gambar 5.1 Plan rencana grouting

b. Zona waterloss
Mengacu pada pemboran inti di titik bor BH-10 (kedalaman 70 m), BH- 10B
(kedalaman 50 m) dan BH-11 (kedalaman 100 m), tidak ditemukan
adanya waterloss di fondasi plint kanan.

14
VI. KESIMPULAN
Acuan yang digunakan dalam menentukan ada tidaknya galeri didasarkan
pada referensi:

1) The Khao Laem Dam, which was constructed on deeply weathered and
in part karst foundation, incorporated a permanent gallery over the toe
slab of the dam. Details are showing in Figure 16.25.
2) Galeri pada CFRD lebih banyak dijumpai pada jenis batuan Limestone
dan batuan yang relatif lemah (Appendix ICOLD Partial list of CRFDs
with basic data, current as of Nov 2004).
3) Untuk fondasi Bendungan dengan nilai UCS pada kedalaman fondasi
dangkal mulai 168,794 kg/cm 2 diperkirakan akan resistan terhadap
potensi uplift.

15

Anda mungkin juga menyukai