Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO ROLE PLAY DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK) DI

RUANG MELATI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS JEMBER


STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Oleh
Kelompok 2 B

Dhita Rizky Amalia S.Kep 202311101123


Sofyan Nurdiansyah S.Kep 202311101179
Vio Nadya Permatasari, S.Kep 202311101129
Alfin Nadlirotul F. S.Kep 202311101131
Evi Rositah S.Kep 202311101132
Ramayana Lestari S.Kep 202311101133

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
SKENARIO ROLE PLAY MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)
DI RUANG MELATI

Kepala Ruang Melati (Ruang bedah) : Vio Nadya Permatasari, S.Kep


Penyaji/ Ketua Tim : Evi Rositah, S.Kep
Fasilitator/ moderator : Dhita Rizky Amalia, S.Kep
Perawat (Anggota Diskusi Refleksi Kasus) : 1. Alfin Nadlirotul Fatmalia, S.Kep
2. Ramayana Lestari Dewi, S.Kep
3. Sofyan Nurdiansyah, S.Kep

Kasus :
Klien bernama Ny. P berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama Islam,
pendidikan terakhir Sekolah Dasar, klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, alamat
Sumbersari, riwayat penyakit sekarang klien mengeluh sakit pada perut sejak satu
minggu yang lalu dan kemudian klien dibawa oleh keluargnya ke rumah sakit
Universitas Jember pada tanggal 10 Juni 2021 jam 11.00 WIB dan dirawat di ruang
Melati dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. Keluhan utama pada saat
pengkajian yaitu klien menyatakan nyeri pada luka operasi, klien mengatakan telah
melakukan operasi 2 hari yang lalu, klien mengatakan sulit saat beraktivitas dan
terasa sakit saat bergerak, klien mengatakan kurang makan makanan berserat dan
nafsu makan menurun, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, dan data objektif yang didapat kesadaran compos menthis, adanya luka operasi
panjang 8 cm dan lebar 2 cm di bagian perut kanan bawah, identifikasi nyeri P: Nyeri
pada luka operasi, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut , S: 7, T: nyeri
terus menerus pada saat bergerak, wajah tampak pucat, klien tampak lemas, nafsu
makan menurun, ekstremitas hangat, TD: 120/90 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19
x/menit, suhu: 37,60C. Aktifitas dibantu oleh keluarga karena klien merasa sakit pada
bekas luka operasi. Pemeriksaan laboratorium yang diperoleh adalah pemeriksaan
laboratorium : leukosit 8.300/mm³, Hemoglobin 10,2 g/dL, Eritrosit 5,40 juta/mm,
Hematokrit 31%. Telah diberikan terapi injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac
3x20 mg, infuse RL 20 tetes/menit. Pada perawatan hari ke 3 nyeri yang dirasakan
sudah berkurang akan tetapi penurunan skala nyeri tidak menunjukkan hasil yang
signifikan, skala nyeri yang dirasakan pasien adalah 7, klien mengatakan masih
merasa nyeri, sulit dan terasa sakit saat bergerak, klien merasa lemas, kesulitan saat
duduk, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan
keadaan tersebut perawat di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas
Jember berencana untuk melaksanakan Diskusi Refleksi Kasus (DRK).

Perawat mengutarakan keadaan pasien dan meminta persetujuan untuk


dilakukannya Diskusi Refleksi Kasus (DRK) kepada ketua Tim.

(PP 1) Alfin :
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat pagi Ners.

(Karu) Ns. Vio :


Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Iya selamat pagi, ada yang bisa dibantu?

(PP 1) Alfin:
Saya ingin menyampaikan informasi bahwa pada pasien bed 5 atas nama Ny. P
berumur 60 tahun sudah 3 hari menjalani perawatan di Ruang Melati (Ruang Bedah)
Rumah Sakit Universitas Jember. Keadaan pasien saat ini masih mengelu nyeri, skala
nyeri tidak menunjukkan hasil yang signifikan, skala nyeri yang dirasakan pasien
yaitu 7, sulit saat beraktivitas dan terasa sakit saat bergerak, klien merasa lemas, klien
mengatakan kurang makan makanan berserat dan nafsu makan menurun, klien
dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, ekstremitas hangat, TD:
120/90 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 37 0C. Pasien sudah
mendapatkan terapi lanjutan yaitu pemberian injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi
ketorolac 3x20 mg, infuse RL 20 tetes/menit. Keadaan tidak menunjukkan perubahan
yang signifikan selama perawatan. Jadi saya bermaksud untuk mengangkat kasus ini
di kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini untuk mendapatkan
solusi perawatan lanjutan, apakah Ns. Vio, Ns. Evi, dan Ns. Dita setuju?

(Karu) Ns. Vio :


Saya setuju sekali, bisa segera di atur untuk persiapan pelaksanaan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) pada pagi hari ini, untuk Ns. Evi dan Ns. Dita bagaimana?

(Ka Tim) Ns. Evi :


Saya juga setuju sekali jika kasus ini dapat diangkat dalam pembahasan di Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini, agar dapat solusi yang terbaik dan pasien
segara sembuh. Insyaallah untuk kegiatannya dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB
Ners.

(PP 2) Ns. Ramayana :


Saya juga setuju dan akan saya persiapkan kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
pada pagi hari ini, mengingat pasien sudah menjalani perawatan selama 3 hari di
Ruang Melati (Ruang Bedah) akan tetapi belum menunjukkan perubahan kondisi
yang signifikan.

(Karu) Ns. Vio :


Baik bisa langsung di persiapkan, saya tunggu informasi selanjutnya.

(PP 1) Ns. Alfin:


Baik Ners, saya permisi melanjutkan rencana kegiatan pada pagi hari ini.

(Karu) Ns. Vio :


Baik, silahkan.

Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dilakukan pada tanggal 16 Juni 2020 pukul 10.00
WIB di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember yang di
hadiri oleh seluruh anggota tim di Ruang diskusi perawat.

(Fas) Ns. Dita:


Assalamu’alaikum Wr Wb dan selamat pagi semuanya.

(Peserta) :
Wa’alaikumsalam Wr Wb dan selamat pagi.

(Fas) Ns. Dita:


Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kehadiran rekan-rekan semua yang telah
hadir pada kegiatan pagi hari ini. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan,
keselamatan serta dilimpahkan segala rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga kita
dapat melakukan tugas dengan lancar dan sesuai harapan. Kegiatan hari ini yaitu
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang rutin dijadwalkan setiap bulannya. Hari ini kita
akan melaksanakan refleksi kasus yang telah kita sepakati bersama yaitu dengan tema
Appendiksitis. Sebelum dimulai mari kita sepakati terlebih dahulu waktu diskusi
pada pagi hari ini. Bagaimana kalau diskusi kita laksanakan selama 60 menit?

(Peserta) :
Setuju.

(Fas) Ns. Dita :


Baik, perkenalkan saya perawat Dita sebagai moderator pada kegiatan diskusi hari
ini, yang akan memimpin jalannya diskusi refleksi dengan tema Appendiksitis.
Diharapkan semua peserta dapat mengikuti diskusi dengan baik dan kegiatan ini
dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien dengan bukti riset
kesehatan. Baik, pemateri hari ini yaitu (Ns. Evi) selama 15 menit, dilanjutkan
dengan sesi diskusi selama 30 menit dan sesi evaluasi 15 menit. Kepada penyaji (Ns.
Evi) untuk waktu dan tempat saya persilahkan untuk menyampaikan materinya.

(Penyaji) Ns. Evi :


Assalamu’alaikum Wr Wb dan selamat pagi semuanya.

(Peserta) :
Wa’alaikumsalam Wr Wbr dan selamat pagi.

(Penyaji) Ns. Evi :


Baik, terima kasih atas kesempatannya. Apendiksitis adalah peradangan usus buntu
yang disebabkan oleh bakteri. Banyak hal yang dapat mengakibatkan terjadinya
apendisitis, namun faktor yang diduga mencetus yaitu sumbatan pada lumen apendiks
selain hyperplasia jaringan limfoid, tumor pada apendiks, dan cacing askaris. Adapun
penyebab dari pola gaya hidup atau kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Selain itu erosi pada mukosa
apendiks akibat E. histolytica juga dapat menjadi penyebab terjadinya apendisitis
(Arifuddin, dkk., 2017).

Saya akan memaparkan kondisi pasien dengan Apendiksitis yang dirawat di ruang
Melati (Ruang Bedah) rumah sakit Universitas Jember yaitu Ny. P berumur 60 tahun,
mengeluh nyeri pada luka operasi dibagian perut, klien mengatakan sulit saat
beraktivitas dan terasa sakit saat bergerak, klien mengatakan kurang makan makanan
berserat, nafsu makan menurun, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, dan data objektif yang didapat kesadaran compos menthis, adanya luka
operasi panjang 8 cm dan lebar 2 cm di perut kanan bawah, identifikasi nyeri P: Nyeri
pada luka operasi, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut , S: 7, T: nyeri
terus menerus pada saat bergerak, klien tampak lemas, ekstremitas hangat, TD:
120/90 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 37 0C. Hasil laboratorium:
leukosit 8.300/mm³, Hemoglobin 10,2 g/dL, Eritrosit 5,40 juta/mm, Hematokrit 31%.
Telah diberikan terapi injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac 3x20 mg, infuse
RL 20 tetes/menit. Pada perawatan hari ke 3 nyeri yang dirasakan sudah berkurang
akan tetapi penurunan skala nyeri tidak menunjukkan hasil yang signifikan, skala
nyeri yang di rasakan pasien adalah 7, badan masih terasa lemas dan nafsu makan
menurun.

Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan SDKI : Nyeri akut dan Gangguan
Motilitas Gastrointestinal.

Intervensi nyeri akut yang telah dilakukan kepada Ny. P (Manajemen nyeri) :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
2. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Fasilitasi tidur dan istirahat.
4. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgesik.
7. Ajarkan teknik non farmakologi meredakan nyeri.

Intervensi Disfungsi Motilitas Gastrointestinal yang telah dilakukan kepada Ny. P


(Manajemen Nutrisi) :
1. Monitor asupan makanan
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Memfasilitasi menentukan pedoman diet
4. Anjurkan diet yang diprogramkan
5. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Analgesic)
Sekian pemaparan dari saya, kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamu’alaikum Wr
Wbr.

(Fas) Ns.Dita :
Baik, langsung saja mungkin ada yang ingin disampaikan oleh teman-teman sejawat,
saya buka untuk sesi diskusi dalam Diskusi Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini.

(Karu) Ns. Vio :


Baik, saya mulai. Saya ingin menanyakan terkait penatalaksanaan terapi farmakologi
pasien apakah dilakukan secara rutin sesuai anjuran dokter?

(PP 2) Ns. Ramayana :


Terkait penatalaksanaan farmakologi melalui injeksi Ners sudah sesuai dengan SOP
dan anjuran dari dokter.

(Karu) Ns. Vio :


Alhamdulillah jika penetalaksanaan farmakologi sudah dilaksanakan dengan baik,
tetapi saran saya mohon untuk tetap dikontrol mengenai pemberian pengobatan
melalui injeksi dan terkait nyeri pasien. Mungkin akan saya kaji ulang penerapan
sistem yang ada, kemudian kita bisa berkolaborasi dengan tenaga farmasi maupun
dalam perawat lainnya dalam pemberian serta edukasi farmakologi maupun non
farmakologi kepada pasien dan keluarga. Sehingga bisa memberikan tindakan yang
maksimal kepada pasien.

Tambahan dari saya, dikarenakan nyeri pasien yang masih kambuh, lakukan edukasi
kepada pasien serta keluarga mengenai penggunaan terapi non farmakologi yang bisa
diterapkan kepada pasien maupun keluarga secara mandiri. Dikarenakan terapi non
farmakologi yang aman diterapkan, mudah dan tidak menyebabkan efek samping.
Penggunaan terapi non farmakologi yang bisa dilakukan yaitu dengan cara
mengkompres air hangat dibagian nyerinya. Terapi ini dapat meningkatkan aliran
darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera, juga dapat membantu merilekskan
otot yang mengalami kekuan dan juga dapat mengurangi intensitas nyeri.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yovita Handayani Ina Talu,
Vita Maryah, Mia Andinawati dengan judul jurnal “Efektifitas Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendicitis”. Dan
hal tersebut juga tertuang pada buku Perry & Potter tahun 2006. Mungkin sekian dari
saya, selanjutnya saya serahkan kepada fasilitator.

(Fas) Ns.Dita :
Terima kasih Ns.Vio atas pemaparannya. Baik apakah ada yang ingin mengajukan
pertanyaan kembali?

(Penyaji) Ns. Evi :


Saya ingin mengajukan pertanyaan terkait intervensi mengenai nutrisi pasien apakah
sudah di kaji dan dilaksanakan?

(PP 2) Ns. Ramayana :


Mengenai pola makan yang dikonsumsi selama di Ruang Melati (Ruang Bedah)
Rumah Sakit Universitas Jember telah disediakan oleh pihak instalasi gizi dengan
struktur makanan cair dan lunak. Intervensi yang sudah dilaksanakan yaitu anjuran
untuk mengkonsumsi makanan dengan porsi sedikit tetapi sering kemudian lakukan
tirah baring kepada pasien.

(PP 3) Ns. Sofyan :


Baik ijin memberikan saran berdasarkan pengalaman dan referensi jurnal yang saya
baca yaitu untuk lebih ditingkatkan lagi mengenai edukasi makanan dan minuman
yang dikonsumsi antara lain :
1. Konsumsi makanan yang bertekstur halus dan mudah dicerna seperti nasi
tim/bubur, sup kaldu, labu dan yogurt.
2. Konsumsi makanan yang mengandung banyak nutrisi seperti karbohidrat, vitamin,
mineral dan zat besi seperti daging merah, ikan, telur, sayur sayuran dan buah
buahan
3. Mengurangi mengonsumsi makanan cepat saji yang tidak mengandung serat
4. Konsumsi makanan yang banyak mengandung serat guna untuk mencegah
timbulnya penyakit apendiksitis

Edukasi pola makan ini dapat dilakukan pada saat nanti dilakukan discharge
planning kepada pasien dan keluarga. Salah satunya yaitu menjaga pemenuhan
nutrisi yang baik pada pasien seperti yang dijelaskan pada penelitian yang
dilakukan oleh Boyke Damanik, dkk. yang berjudul “Relation between Fiber Diet
and Appendicitis Incidence at H. Adam Malik Central Hospital, Medan, North
Sumatra-Indonesia” menerangkan bahwa pemenuhan nutrisi yang baik dapat
menurunkan faktor resiko terjadinya apendiksitis. Pola makan, diet serat dan
hygiene makanan juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya apendiksitis.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa dengan mengonsumsi asupan
makan serat seperti sayuran dan buah buahan adalah salah satu pemenuhan nutrisi
yang baik pada pasien post op apendiksitis. Dikarenakan makanan berserat dapat
melancarkan feses didalam usus sehingga terhindar dari konstipasi yang dapat
menyebabkan penumpukan feses pada usus.

Cukup sekian informasi dari saya kurang lebihnya mohon maaf, selanjutnya saya
kembalikan kepada Ns. Dita selaku fasilitator.

(Fas) Ns.Dita :
Baik terima kasih atas masukan dan saran dari rekan-rekan sekalian. Apakah ada lagi
yang ingin disampaikan?

(Karu) Ns. Vio :


Tambahan dari saya :
1. Berikan informasi kepada pasien bahwa penyakitnya sekarang merupakan dampak
dari kurangnya makan makanan berserat sehingga dapat mengiritasi sehingga
menimbulkan penyakit apendiksitis.
2. Berikan informasi kepada pasien tentang terapi yang bisa dilakukan ketika nyeri
timbul kembali dan menjelaskan detail tata cara terapi kompres air hangat
3. Berikan informasi kepada pihak keluarga terhadap kondisi klien dan bagaimana
perlakuan serta pola hidup pasien sebelum sakit.

Cukup mungkin itu saja tambahan yang ingin saya sampaikan.

(Fas) Ns.Dita:
Baik terima kasih Ners. Apakah ada lagi yang ingin disampaikan?

(Peserta) :
Cukup.

(Fas) Ns.Dita:
Baik, saya rasa cukup diskusi pada hari ini. Dari kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) yang kita lakukan dapat saya simpulkan bahwa :
1. Pentingnya kontrol dan pengawasan terkait pengobatan melalui injeksi kepada
pasien dan kolaborasi bersama dengan tenaga keperawatan lainnya mengenai
edukasi non farmakologi yaitu terapi kompres air hangat yang bisa dilakukan
secara mandiri oleh pasien dan keluarga.
2. Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai makanan yang baik dikonsumsi
yaitu yang banyak mengandung serat, karbohidrat, vitamin.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga informasi selengkap-lengkapnya mengenai
penyakit yang di derita, menjelaskan prosedur terapi non farmakologi yang
dilakukan serta pola hidup yang baik dan benar.

Baik saya rasa diskusi pada hari ini dapat diakhiri dengan bacaan Hamdalah, kita beri
tepuk tangan untuk kita semua agar kiat lebih semangat lagi dalam menjalankan
aktifitas. Jangan lupa untuk mengisi daftar hadir di lembar yang sudah disediakan.
Saya akhiri diskusi pada hari ini. Wassalamu’alaikum Wr Wb

(Peserta) :
Walaikumsalam Wr Wb

Anda mungkin juga menyukai