Skenario Roleplay Diskusi Refleksi Kasus (DRK) - Kelompok 2b-1
Skenario Roleplay Diskusi Refleksi Kasus (DRK) - Kelompok 2b-1
Oleh
Kelompok 2 B
Kasus :
Klien bernama Ny. P berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama Islam,
pendidikan terakhir Sekolah Dasar, klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, alamat
Sumbersari, riwayat penyakit sekarang klien mengeluh sakit pada perut sejak satu
minggu yang lalu dan kemudian klien dibawa oleh keluargnya ke rumah sakit
Universitas Jember pada tanggal 10 Juni 2021 jam 11.00 WIB dan dirawat di ruang
Melati dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. Keluhan utama pada saat
pengkajian yaitu klien menyatakan nyeri pada luka operasi, klien mengatakan telah
melakukan operasi 2 hari yang lalu, klien mengatakan sulit saat beraktivitas dan
terasa sakit saat bergerak, klien mengatakan kurang makan makanan berserat dan
nafsu makan menurun, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, dan data objektif yang didapat kesadaran compos menthis, adanya luka operasi
panjang 8 cm dan lebar 2 cm di bagian perut kanan bawah, identifikasi nyeri P: Nyeri
pada luka operasi, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut , S: 7, T: nyeri
terus menerus pada saat bergerak, wajah tampak pucat, klien tampak lemas, nafsu
makan menurun, ekstremitas hangat, TD: 120/90 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19
x/menit, suhu: 37,60C. Aktifitas dibantu oleh keluarga karena klien merasa sakit pada
bekas luka operasi. Pemeriksaan laboratorium yang diperoleh adalah pemeriksaan
laboratorium : leukosit 8.300/mm³, Hemoglobin 10,2 g/dL, Eritrosit 5,40 juta/mm,
Hematokrit 31%. Telah diberikan terapi injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac
3x20 mg, infuse RL 20 tetes/menit. Pada perawatan hari ke 3 nyeri yang dirasakan
sudah berkurang akan tetapi penurunan skala nyeri tidak menunjukkan hasil yang
signifikan, skala nyeri yang dirasakan pasien adalah 7, klien mengatakan masih
merasa nyeri, sulit dan terasa sakit saat bergerak, klien merasa lemas, kesulitan saat
duduk, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan
keadaan tersebut perawat di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas
Jember berencana untuk melaksanakan Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
(PP 1) Alfin :
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat pagi Ners.
(PP 1) Alfin:
Saya ingin menyampaikan informasi bahwa pada pasien bed 5 atas nama Ny. P
berumur 60 tahun sudah 3 hari menjalani perawatan di Ruang Melati (Ruang Bedah)
Rumah Sakit Universitas Jember. Keadaan pasien saat ini masih mengelu nyeri, skala
nyeri tidak menunjukkan hasil yang signifikan, skala nyeri yang dirasakan pasien
yaitu 7, sulit saat beraktivitas dan terasa sakit saat bergerak, klien merasa lemas, klien
mengatakan kurang makan makanan berserat dan nafsu makan menurun, klien
dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, ekstremitas hangat, TD:
120/90 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 37 0C. Pasien sudah
mendapatkan terapi lanjutan yaitu pemberian injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi
ketorolac 3x20 mg, infuse RL 20 tetes/menit. Keadaan tidak menunjukkan perubahan
yang signifikan selama perawatan. Jadi saya bermaksud untuk mengangkat kasus ini
di kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini untuk mendapatkan
solusi perawatan lanjutan, apakah Ns. Vio, Ns. Evi, dan Ns. Dita setuju?
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dilakukan pada tanggal 16 Juni 2020 pukul 10.00
WIB di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember yang di
hadiri oleh seluruh anggota tim di Ruang diskusi perawat.
(Peserta) :
Wa’alaikumsalam Wr Wb dan selamat pagi.
(Peserta) :
Setuju.
(Peserta) :
Wa’alaikumsalam Wr Wbr dan selamat pagi.
Saya akan memaparkan kondisi pasien dengan Apendiksitis yang dirawat di ruang
Melati (Ruang Bedah) rumah sakit Universitas Jember yaitu Ny. P berumur 60 tahun,
mengeluh nyeri pada luka operasi dibagian perut, klien mengatakan sulit saat
beraktivitas dan terasa sakit saat bergerak, klien mengatakan kurang makan makanan
berserat, nafsu makan menurun, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, dan data objektif yang didapat kesadaran compos menthis, adanya luka
operasi panjang 8 cm dan lebar 2 cm di perut kanan bawah, identifikasi nyeri P: Nyeri
pada luka operasi, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut , S: 7, T: nyeri
terus menerus pada saat bergerak, klien tampak lemas, ekstremitas hangat, TD:
120/90 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 37 0C. Hasil laboratorium:
leukosit 8.300/mm³, Hemoglobin 10,2 g/dL, Eritrosit 5,40 juta/mm, Hematokrit 31%.
Telah diberikan terapi injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac 3x20 mg, infuse
RL 20 tetes/menit. Pada perawatan hari ke 3 nyeri yang dirasakan sudah berkurang
akan tetapi penurunan skala nyeri tidak menunjukkan hasil yang signifikan, skala
nyeri yang di rasakan pasien adalah 7, badan masih terasa lemas dan nafsu makan
menurun.
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan SDKI : Nyeri akut dan Gangguan
Motilitas Gastrointestinal.
Intervensi nyeri akut yang telah dilakukan kepada Ny. P (Manajemen nyeri) :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
2. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Fasilitasi tidur dan istirahat.
4. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgesik.
7. Ajarkan teknik non farmakologi meredakan nyeri.
(Fas) Ns.Dita :
Baik, langsung saja mungkin ada yang ingin disampaikan oleh teman-teman sejawat,
saya buka untuk sesi diskusi dalam Diskusi Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini.
Tambahan dari saya, dikarenakan nyeri pasien yang masih kambuh, lakukan edukasi
kepada pasien serta keluarga mengenai penggunaan terapi non farmakologi yang bisa
diterapkan kepada pasien maupun keluarga secara mandiri. Dikarenakan terapi non
farmakologi yang aman diterapkan, mudah dan tidak menyebabkan efek samping.
Penggunaan terapi non farmakologi yang bisa dilakukan yaitu dengan cara
mengkompres air hangat dibagian nyerinya. Terapi ini dapat meningkatkan aliran
darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera, juga dapat membantu merilekskan
otot yang mengalami kekuan dan juga dapat mengurangi intensitas nyeri.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yovita Handayani Ina Talu,
Vita Maryah, Mia Andinawati dengan judul jurnal “Efektifitas Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendicitis”. Dan
hal tersebut juga tertuang pada buku Perry & Potter tahun 2006. Mungkin sekian dari
saya, selanjutnya saya serahkan kepada fasilitator.
(Fas) Ns.Dita :
Terima kasih Ns.Vio atas pemaparannya. Baik apakah ada yang ingin mengajukan
pertanyaan kembali?
Edukasi pola makan ini dapat dilakukan pada saat nanti dilakukan discharge
planning kepada pasien dan keluarga. Salah satunya yaitu menjaga pemenuhan
nutrisi yang baik pada pasien seperti yang dijelaskan pada penelitian yang
dilakukan oleh Boyke Damanik, dkk. yang berjudul “Relation between Fiber Diet
and Appendicitis Incidence at H. Adam Malik Central Hospital, Medan, North
Sumatra-Indonesia” menerangkan bahwa pemenuhan nutrisi yang baik dapat
menurunkan faktor resiko terjadinya apendiksitis. Pola makan, diet serat dan
hygiene makanan juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya apendiksitis.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa dengan mengonsumsi asupan
makan serat seperti sayuran dan buah buahan adalah salah satu pemenuhan nutrisi
yang baik pada pasien post op apendiksitis. Dikarenakan makanan berserat dapat
melancarkan feses didalam usus sehingga terhindar dari konstipasi yang dapat
menyebabkan penumpukan feses pada usus.
Cukup sekian informasi dari saya kurang lebihnya mohon maaf, selanjutnya saya
kembalikan kepada Ns. Dita selaku fasilitator.
(Fas) Ns.Dita :
Baik terima kasih atas masukan dan saran dari rekan-rekan sekalian. Apakah ada lagi
yang ingin disampaikan?
(Fas) Ns.Dita:
Baik terima kasih Ners. Apakah ada lagi yang ingin disampaikan?
(Peserta) :
Cukup.
(Fas) Ns.Dita:
Baik, saya rasa cukup diskusi pada hari ini. Dari kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) yang kita lakukan dapat saya simpulkan bahwa :
1. Pentingnya kontrol dan pengawasan terkait pengobatan melalui injeksi kepada
pasien dan kolaborasi bersama dengan tenaga keperawatan lainnya mengenai
edukasi non farmakologi yaitu terapi kompres air hangat yang bisa dilakukan
secara mandiri oleh pasien dan keluarga.
2. Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai makanan yang baik dikonsumsi
yaitu yang banyak mengandung serat, karbohidrat, vitamin.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga informasi selengkap-lengkapnya mengenai
penyakit yang di derita, menjelaskan prosedur terapi non farmakologi yang
dilakukan serta pola hidup yang baik dan benar.
Baik saya rasa diskusi pada hari ini dapat diakhiri dengan bacaan Hamdalah, kita beri
tepuk tangan untuk kita semua agar kiat lebih semangat lagi dalam menjalankan
aktifitas. Jangan lupa untuk mengisi daftar hadir di lembar yang sudah disediakan.
Saya akhiri diskusi pada hari ini. Wassalamu’alaikum Wr Wb
(Peserta) :
Walaikumsalam Wr Wb