Pemeriksaan Kepala Dan Leher
Pemeriksaan Kepala Dan Leher
Oleh :
Fatihatur R. (05-032)
Perpulungenta P. (04-029)
UNIVERSITAS JEMBER
2008
PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER
Kepala dan leher merupakan bagian-bagian yang vital seperti torak, abdomen, maupun
ekstremitas. Di dalamnya terdapat otak dan jaringan saraf yang mengatur seluruh fungsi tubuh
manusia. Selain itu terdapat pula berbagai reseptor sensoris untuk penglihatan, pendengaran,
penciuman dan pengecapan. Di leher terdapat pembuluh darah yang mensuplai zat-zat makanan
ke otak dan juga membawa hasil metabolik dari otak, adanya jaras-jaras persarafan serta saluran
udara.
I. PEMERIKSAAN KEPALA
Penderita diminta untuk duduk dihadapan anda. Perhatikan tampak muka, samping
bahkan belakang kepala penderita dengan teliti, ada atau tidak ada suatu kelainan yang dapat
membantu menegakkan diagnosis.
INSPEKSI
1. Posisi
Perhatikan posisi kepala apakah normal atau miring, terlalu ke depan atau terlalu ke
belakang, atau mungkin terputar. Disposisi, dapat terjadi pada kelainan vertebra servikalis,
usaha penderita untuk mengkompensai gangguan pada penglihatannya atau mengurangi rasa
sakit dan tidak enak yang berhubungan dengan penyakitnya. Contoh: sindroma klippel-feil
dan tortikolis muscular. Kepala yang miring dapat pula terjadi akibat usaha penderita untuk
mengkompensasi rasa yang tidak enak yng timbul akibat abses atau furunkel pada leher.
2. Pergerakan
Kepala penderita dapat digerakkan, terbatas atau tidak sama sekali. Perhatikan sifat
gerakan kepala yang abnormal, apakah:
Normal
Mikrosefal
Makrosefal, missal hidrosefalus
Menyerupai bentuk tertentu, misalnya Tower Skull (Turmschadel atau kepala menara)
yang timbul akibat sinustosis premature sutura koronarius dan sutura sagitalis.
Suatu trauma pada kepala dpat pula menyebabkan deformitas dan perlu diwaspadai adanya
fraktur pada vertebra servikalis sehingga pada penanganan selanjutnya harus dilakukan
proteksi (imobilisasi) vertebra servikalis.
PALPASI
1. Tumor
Raba dan perhatikan bentuk, ukuran, konsistensi, mobilitas (pergerakan), warna, suhu,
nyeri tekan dan daerah di sekitarnya, misalnya kista sebasea, kista dermoid, osteoma,
ensefalokel (berupa tonjolan bulat pada glabella dan berdenyut jika ditekan) serta
pembengkakan akibat abses yang ditimbulkan dari penyakit pada gigi maupun rongga mulut.
3. Nyeri Tekan
Untuk membantu penegakkan diagnosis, bilamana penerita mengeluh sakit pada
kepalanya, kita harus memeriksa adanya nyeri tekan di daerah tertentu pada kepala. Nyeri
dapat timbul karena adanya luka yang langsung dapat kita lihat ataupun karena kelainan dari
dalma yang tidak terlihat, misalnya tumor, peradangan, infark otak, atau perdarahan
intracranial.
4. Kelenjar
Periksalah apakah kelenjar-kelenjar yang ada di kepala mengalami pembesaran atau
tidak. Dengan palpasi kita dapat mengetahui bentuk dan ukuran pembesaran, konsistensi,
nyeri tekan , penyebaran serta perbandingannya dengan kelenjar yang normal. Peradangan
pada kelenjar dapat berasal dari kelenjar itu sendiri atau berasal dari daerah lain di
sekitarnya. Adapaun kelenjar yang sering membesar atau paling mudah diketahui bila terjadi
suatu kelainan adalah kelenjar parotis pada penyakit parotits epidemica (gondongan).
PERKUSI
Ketuk kepala penderita dan perhatikan bunyi yang timbul serta rasa skit yang dikeluhkan.
Bagian yang biasanya diperiksa adalah daerah frontal dan maksilla. Perkusi ini berguna untuk
mengetahui adanya tumor atau peradangan sinus.
Selain itu perkusi juga dilakukan untuk melihat adanya tetani. Cara pemeriksaan yang
dilakukan yaitu dengan melakukan ketukan kuat pada bagian lubang telinga luar yang meruakan
tempat keluarnya nervus (N.)VII. Jika terdapat kontraksi atau spasme otot wajah pada sisi yang
sama maka, tanda ini dikenal sebagai tanda Chvostek (ditemukan pada kasus tetani hipokalsemi).
Kadangkala dari mata penderita, kita dapat mendiagnosis suatu penyakit yang bukan
hanya berasal dari mata, tetapi juga bagian lain tubuh misalnya jantung. Pada pemeriksaan yang
lebih banyak mengandalkan inspeksi ini perhatikanlah bentuk, ukuran, kesimetrisan, pergerakan,
dan bagian-bagian mata yang trlihat dari luar seperti refleks pupil.
2. Kesimetrisan
Perhatikanlah bentuk, ukuran , dan jarak antara kedua mata, sejajar dan simetris atau ada
kelainan. Gangguan pada saraf, edema, otot-otot wajah atau tumor pada salah satu mata
menyebabkan mata penderita tampak asimetris.
1/3 bagian atas hidung dibentuk oleh tulang, sedangkan 2/3 bagian bawah dibentuk oleh
kartilago. Hidung memiliki variasi bentuk dan ukurannya yang dipengaruhi oleh penyakit yang
menyerang hidung dan daerah disekitarnya, misalnya sinusitis ataupun herediter. Kesimetrisan
rongga hidung dipengaruhi oleh septum, sehingga deviasi pada septum perlu diperhatikan.
Seperti halnya mata perhatikan kedua talinga dari depan, dan masing-masing telinga pada
tampak samping. Inspeksi ukuran, bentuk, letak kesimetrisan antara kedua telinga. Bila terdapat
nodul berupa topus atau tumor, tanda radag, lesi atau luka dan tanda keganasan, periksalah
dengan lebih teliti asal dari kelainan tersebut.
Palpasi telinga luar, untuk memeriksa bentuk, batas, konsistensi, suatu massa yang
tedapat pada daun telinga, serta ada atau tidak nyeri tekan. Demikian pula bagian belakang
telinga, yaitu prosesus mastoideus untuk memeriksa adanya peradangan. Bila penderita
mengalami fraktur tulang tengkorak pada bagian basis krani atau temporal, periksalah tanda
batlle atau hematom pada mastoid.
V. PEMERIKSAAN RAMBUT
Perhatikan jumlah, distribusi, tipe, warna dan kelainan yang ditemukan pada rambut
penderita. Apakah rambut terlihat normal, tumbuh lebat hingga ke bagian wajah, atau mengalami
kerontokan yang abnormal, sampai terjadi alopesia, baik areata maupun difusa kemudian tipe
dan warna rambut, apakah tipe rambut kering, berminyak, halus, kasar, hitam, pirang hingga
menyerupai rambut jagung dan apakah dipengaruhi oleh cat rambut serta usia penderita (uban).
Kelainan pada rambut dapat disebabkan oleh kelainan genetic, kelainan endokrin,
malnutrisi, pengobatan anti kanker, radiasi, atau karena higiene yang buruk seperti pada kelainan
adanya telur kutu atau kutu yang harus dibedakan dengan ketombe.
INSPEKSI
Perhatikan kesimetrisan ada tidaknya massa ataupun jejas pada leher. Perrhatikan apakah
tampak pembesaran kelenjar parotis, kelenjar submandibula atau kelenjar getah baning lain
maupun kelenjar tiroid. Pada penderita syndrome Turner maupun sindroma Klippel-Feihl,
mempunyai lipatan kulit seperti kipas yang khas terbentang dari leher menuju ke samping,
sehingga dilukiskan sebagai leher berselaput (webbed neck). Arteri karotis yang berenyut dengan
kuat dan hebat tampak pada insufisiensi katup aorta, anemia berat, hipertiroidisme, dan
arterisklerosis, inspeksi yang cermat pada arteri karotis dapat memperlihatkan ritme denyut
jantung .
Amati pula kesimetrisan dari trakea. Defiasi trakea dapat terjadi akibat dorongan dari
massa di mediastinum, pneumotoraks, berat atau tarikan akibat atelektasis. Saat melakukan
inspeksi kelanjar tiroid, mintalah pada penderita untuk sedikit menengadahkan kepala. Inspeksi
daerah di bawah kartilago krikoid, kemudian amati kesimetrisan ataupun pembesaran dari
kelenjar tiroid.
PALPASI
Ketika melakukan palpasi, gunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan
tekanan ringan pada leher. Gerakan ujung jari tersebut dengan lembut dan dengan gerakan
berputar.
Perhatikan ukuran, bentuk, mobilitas, batas kelenjar apakah diskret atau bersatu dengan
kelenjar yang berdekatan, dan kosistensi kelenjar. Sejauh ini penemuan fisik yang didapatkan
pada palpasi, paling penting artinya dalam melakukan penilaian atas tumor yang terdapat pada
leher. Limfadenopati (perubahan kelenjar getah bening) dapat terjadi karena peradangan atau
keganasan. Kadang timbulnya limfadenopati sudah lama dan tidak ada keluhan. Biasanya
kelenjar tersebut berukuran kecil (< 1cm) dan tidak terasa nyeri, serta sering ditemukan pada
anak dan usia muda. Biasanya pembesaran kelenjar tersebut tidak berbahaya. Limfadenopati
pada usia muda walaupun tampak jinak perlu dicari penyebabnya.
Saat melakukan palpasi kelenjar tiroid, pemeriksa berada dibelakang penderita. Penderita
dalam posisi duduk kemudian mintalah agar penderita sedikit menengadah. Letakkan ujung jari
telunjuk kedua tangan tepat dibawah kartilago krikoid. Kemudian minta kepada penderita untuk
melakukan gerakan menelan, tiroid akan bergerak keatas sehingga ismus kelenjar tiroid dapat
teraba. Dengan cara demikian kelainan-kelainan akan teraba lebih jelas. Perhatikan ukuran,
bentuk, mobilitas, konsistensi, permukaan apakah datar atau berbenjol-benjol, serta ada tidaknya
nyeri takan.
AUSKULTASI
Keluhan utama yang paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi
temporomandibula adalah rasa nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau
keluhan sendi lainnya.
Rasa sakit/nyeri
Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting untuk diketahui
adalah lokasi,sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut. Waktu timbulnya rasa sakit
juga dicatat, misalnya pagi hari atau setelah makan. Banyak pasien yang dapat secara tepat
menggambarkan sifat dari rasa sakit dan lokasi anatomis maupun penyebarannya. Jika sakit
kepala merupakan keluhan pasien, maka penting untuk diketahui lokasi, sifat frekuensi dan
lama timbulnya sakit kepala tersebut. Kegagalan/keberhasilan analgesic, baik yang diresepkan
maupun yang dibeli bebas sangat berarti dalam hal ini, karena merupakan indicator derajat
ketidakenakan yang timbul atau derajat ambang reaksi nyeri dari penderita. Hilangnya rasa
sakit/nyeri dengan pemijatan atau terapi panas/dingin juga merupakan informasi yang penting.
Bunyi sendi
Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka saat
timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu
diketahui. Banyak pasien menggambarkan volume bunyi sendi yang dialaminya sebagai
sesuatu yang memalukan pada saat makan. Jika kliking yang timbul diketahui sebabnya,
misalnya, trauma, yaitu benturan pada mandibula, perawatan gigi yang terlalu lama, menguap
terlalu lebar, maka hal tersebut juga dicatat. Keluhan kliking yang kemudian menghilang
secara spontan juga merupakan temuan yang penting.
Perubahan dan pergerakan
Penyembuhan kliking sering kali diikuti oleh keluhan baru, yaitu nyeri akut dan
berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak antar insisal, diamana
penemuan ini merupakan petunjuk utama terjadinya keadaan closed-lock. Closed-lock yang
timbul-hilang dikatakan oleh penderita sebagai tertahannya atau terkuncinya mandibula.
Gambaran subyektif yang sering ditemukan pada berkurangnya luas pergerakan ini adalah
kekuan rahang bawah. Keluhan yang timbul biasanya adalah ketidakmampuan menggigit
dalam berbagai derajat pembukaan mulut. Karena spasme otot juga menyebabkan
berkurangnya pembukaan mulut, maka dibutuhkan satu diagnosis banding yang biasanya
tidak bisa ditentukan hanya melalui riwayat penyakit gajah.
Perubahan oklusi
Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan, dengan menyatakan “Gigi saya tidak
terkatup secara tepat atau tidak seperti biasa”. Keluhan ini dapat merupakan tanda terjadinya
perubahan degeneratif tingkat lanjut atau spasme otot akut.
Informasi keadaan kolateral
Setelah riwayat uatam diperiksa secara menyeluruh, selanjutnya dapat dikumpulkan
informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain yang mengenai kepala dan leher, seperti
sinusitis akut atau kronis, sakit pada telinga, atau gangguan penglihatan dicatat. Kondisi
sistemik seperti DJD, arthritis rheumatoid, lupus eritematosis atau sjorgren’s syndrome
(khususnya yang disertai dengan poliarthritis), atau arthritis rheumatoid, arthritis juvenile
dapat berkaitan. Riwayat tentang kondisi yang berkaitan dengan stress seperti obesitas, colitis
ulseratif, hipertensi, nyeri pinggang bagian bawah atau migrain juga dicatat.
Perawatan sebelumnya
Informasi mengenai perawatan sebelumnya seringkali juga membantu. Banyak pasien
dengan gangguan fungsi atau penyakit TMJ memiliki riwayat panjang kunjungan ke berbagai
dokter, yang seringkali disertai dengan hasil yang tidak memuaskan. Kronologi perawatan
sebelumnya, baik pemberian obat, mekanis, maupun secara bedah juga dicatat. Seringkali
pasien dengan seketika menceritakn riwayat perawatan gigi yang telah diterimanya tapi
melupakan perawatan yang diterimanya dari chiropractor, osteopad, dan terapi fisik.
Keikutsertaan praktisi-praktisi ini sering hanya terungkap dengan mengajukan pertanyaan
khusus.
Stress
Walaupun stress dikatakan memiliki peranan etiologis yang penting dalam gangguan
fungsi atau penyakit TMJ, cukup sulit untuk memperkirakan secara tepat stress yang dialami
penderita atau reaksi penderita dalam menghadapinya. Seringkali pasien menyatakan
hubungan. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan
beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman atau rujukan untuk evaluasi psikologis,
dan terapi control stress selanjutnya.
1. Oklusi
Pemeriksaan gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan khususnya faktor oklusi.
Gangguan oklusi misalnya gigitan silang, gigitan dalam, gigi supra erupsi dan daerah tak
bergigi yang tidak direstorasi. Abrasi ekstrim dan aus seringkali merupakan tanda khas
penderita bruxism. Perhatikan kemungkinan perbedaan oklusi atau relasi sentrik dan
pergeseran.
2. Pembukaan antar insisal
Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnya, biasanya pada orang dewasa sekitar 40-50
mm yang diukur dengan penggaris mm skala mm atau jangka, dengan memperhatikan
overbite vertikalnya.
3. Pergerakan lain
Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan dibandingkan
kesimetrisannya biasanya 8-10 mm. gangguan internal misalnya dislokasi discus, akan
membatasi pergeseran ke sisi yang berlawanan. Pergerakan protusif diukur saat terjadi celah
antara tepi insisal gigi-gigi anterior (normalnya 6-10 mm).
4. Palpasi
Dilakukan perkutan atau peroral dan melibatkan jaringan lunak dan keras. Pada bagian
fasial, mandibula dapat dipalpasi pada tepi posterior dan tepi bawah, dari simpisis hingga
proc. Condylaris. Palpasi bilateral pada saat pergeseran mandibula merupakan data paling
utama. Aspek lateral posterior dari sendi bisa dipalpasi pada ujung endaural.
5. Auskultasi
Auskultasi stetoskop pada sendi memungkinkan penentuan sikap dan waktu timbulnya
bunyi abnormal secara lebih tepat. Pergerakan TMJ, sendi yang sehat tidak akan
menimbulkan suara, sementara pada saat pergeseran atau ekskursi akan timbul suara
fungsional.
VIII. PEMERIKSAAN TONSILITIS
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ
tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3
macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang
membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Dalam beberapa kasus ditemukan 3
macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis.
1. PEMERIKSAAN TONSILITIS AKUT
a. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam
renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
b. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
c. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.
2. PEMERIKSAAN TONSILITIS MEMBRANOSA
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa
beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut
Vincent.
A. TONSILITIS DIFTERI
1. Tes Laboratorium
Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman (dari permukaan bawah
membrane semu). Medium transport yang dapat dipakai adalah agar Mac conkey
atau Loffler.
2. Tes Schick (tes kerentnan terhadap diphteria)
3. Terapi
Anti difteri serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu.
2. Faktor penunjang
Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan hapus tonsil.
MIGREN/SAKIT KEPALA « multiterapi laserpuntur Page 1 of 8
multiterapi laserpuntur
sembuh dari migren, sakit kepala dan nyeri lainnya…..
Desember 12, 2007 pada 10:21 am (MIGREN/SAKIT KEPALA)
tension-heasahe.jpg sakitnya kepalaku
Bila sakit atau nyeri berdenyut pada satu atau ke dua sisi kepala disertai perasaan
mual atau muntah dan rasa sakit nya akan bertambah parah bila melakukan aktivitas
pisik, melihat cahaya terang, mendengar bunyi keras atau gaduh maka anda menderita
migren (migraine). Gejala awal serangan migren kadang melihat cahaya (aura) atau
melihat bintik buta, adanya perasaan lemah atau terjadi gangguan berbicara. Kadang kala
waktu melihat aura disertai perasaan sangat gembira dan penuh energi. Kadang ingin
makan sesuatu yang rasanya manis atau timbul perasaan haus atau rasa ingin tidur
(mengantuk) atau mudah tersinggung dan menjadi depresi.
Jenis lain, yaitu sakit atau nyeri seluruh kepala seperti di ikat tali dengan kuat.
Perasaan nyeri sering di jalarkan ke bagian bawah kepala dan leher belakang sampai ke
bahu disebut sakit kepala (tension headache). Awalnya serangan sakit kepala hanya
ringan dan sebentar. Tetapi makin lama makin nyeri dan waktu serangan menjadi lebih
lama hingga beberapa jam bahkan beberapa hari. Bila serangan terjadi setiap hari
disebut sakit kepala kronis yang dapat disertai perasaan nyeri pada seluruh kulit kepala
dan leher serta nyeri pada otot bahu. Akibatnya menjadi sulit tidur (insomnia), timbul
rasa lelah dan letih, mudah tersinggung, kurang konsentrasi dan tidak ada selera
makan. Penyakit migren ddan sakit kepala ini sangat mengganggu, sehingga
mengakibatkan hidup tidak nyaman dan terganggu serta efek nya akan menurunkan
semangat dan prestasi kerja..
Karena terjadinya penurunan hormon serotonin dan endorphin dalam darah di otak
sehingga akan merangsang saraf Trigeminal (saraf kepala no5 yang terletak di muka)
Stress
Depresi
Anxiety
Kurang tidur atau perubahan jam tidur
Jam makan tidak teratur
Sikap badan jelek
Bekerja dalam posisi kaku
Kurang aktivitas pisik
Perubahan hormon pada wanita menjelang menstruasi, hamil, menopause
atau hormone terapi
Pemakaian obat darah tinggi atau obat depresi
pemakaian berlebihan obat sakit kepala (REBOUND PHENOMENE)
Sebelum serangan sakit kepala kadang di dahului perasaan depresi atau rasa sangat
lapar.
Apa faktor resiko sehingga mudah menderita migren dan sakit kepala?
Terjadinya perubahan serangan/ sifat nyeri (makin sakit, makin sering, makin lama
serangan sakit kepala nya).
Sakit kepala disertai panas, kaku leher, merah dikulit, penurunan kesadaran, kejang,
penglihatan dobel atau kabur, lemah, baal atau kesulitan berbicara.
Nyeri bertambah hebat bila batuk, mengejan atau pergerakan tiba tiba.
Sakit kepala setelah benturan pada kepala.
Sakit kepala setelah usia 50 tahun.
Berdasarkan gambaran serangan nyeri, derajat nyeri, lokasi, frequensi, lama serangan
dan gejala lainnya. Bila di perlukan harus d lakukan pemeriksaan laboratorium lengkap
dan pemeriksaan kepala dengan X ray, CT Scan atau MRI untuk melihat adanya tumor
otak, aneurisma pembuluh darah, sinusitis dst nya.
Obata apa saja yang biasa diberikan dokter untuk migren dan saran nya?Biasa
diberikan obat pain-killer (penghilang rasa nyeri) yang hanya diminum waktu serangan
nyeri migren datang (Tryptan, Ergot, NSAID, Opiat) dan obat Pencegahan serangan
migren (Beta-blocker, Anti-depresan, Anti-seizure, Cyproheptadine).
Menghindari pemicu dari makanan tertentu, tidur cukup dengan waktu tidur teratur
serta menghindari/ mengontrol stress.
Olah raga aerobik teratur karena akan mengurangi stress/ketegangan otak dan otot
seperti berjalan kaki, bersepeda, berenang. Sebelum nya dimulai dengan
peregangan dan pemanasan. Langsung intensif tanpa pemanasan justru dapat
memicu serangan.
Mengurangi pemakaian hormon estrogen pada wanita dengan konsultasi ke dokter
Melakukan latihan relaksasi dengan cara progresive muscle relaxation, meditasi,
yoga dsbnya. Atau lakukan minimal setengah jam kegiatan yang membuat kita rilek
seperti mendengarkan musik , berkebun, berendam air hangat, membaca dsb nya..
Usahakan cukup tidur (7-9 jam pada malam hari) tetapi jangan berlebihan.
Buat catatan kapan serangan terjadi,berapa lama dan berapa derajat nyerinya untuk
evaluasi pengobatan yang telah dilakukan
Bila serangan mulai datang, istirahat ditempat gelap dan tengang. Kompres dengan ice
pack wrapped pada leher belakang dan massage pelan pelan pada kulit kepala dan tempat
yang nyeri. Kemudian lakukan pernafasan dalam untuk membuat badan dan pikiran lebih
rilek, kemudian tidur sejenak. Bila tersedia minumlah obat pain-killer migren
Untuk sakit kepala, obat apa yang diberikan dokter dan apa sarannya?Diberikan
obat pain-killer (analgetik) yang hanya diminum waktu serangan sakit kepala datang
dan diberikan pula obat untuk pencegahan serangan (Triciclic antidepresan, serotonin
inhibitor, NSAID, Anti-convulsant, Beta-blocker, calcium channel blocker). Pengobatan
harus dilakukan secara teratur. Biasa nya setelah lebih dari dua bulan baru menunjukkan
hasilnya. Pemakaian caffeine atau pain-killer berlebihan justru akan mengurangi efek obat
Agar serangan sakit kepala makin dapat dikontrol, maka wajib merubah life-
style dengan cara:
Olah raga aerobic secara teratur seperti berjalan kaki, berenang atau ber sepeda
yang akan mengurangi sakit kepal oleh karena aerobic akan mengurangi stress dan
otot menjadi lebih rilek serta akan menaikkan kadar beta endorphine di dalam
darah.
Upaya mengatasi stress dapat dengan cara latihan progressive muscle relaksasi ,
latihan pernafasan dalam, yoga atau meditasi. Massage pada otot kepala, leher dan
bahu juga akan sangat menolong.
Perbaiki sikap tubuh yang salah agar otot dalam keadaan rilek. Bila berdiri harus
bertumpu pada kedua kaki, bahu ditarik ke belakakang, kepala ditegakkan
memandang lurus kedepan, tegakkan perut dan bokong menjadi lurus dengan
punggung. Bila duduk paha harus paralel dengan lantai. Jangan membawa barang
pada bahu (shoulder bag) lebih dari 2 kg. Duduk pad kursi bersandaran tegak
Tidur dan makan harus teratur dan cukup.
Apakah dengan laserpuntur selain untuk migren dan sakit kepala dapat untuk
mengobati atau menyembuhkan penyakit nyeri lainnya? Ya, laserpuntur juga dapat
menyembuhkan sakit leher, sakit punggung, sakit pinggang, sakit lutut, sakit kaki. Sakit
tulang iga/ rusuk, sakit tulang belakang. Juga untuk menyembuhkan/ mengobati nyeri
karena rematik, asam urat atau menghilangkan nyeri salah urat/ kesleo, terkilir karena
olah raga atau kecelakaan seperti terjatuh dari motor. Pengobatan dengan cara ini akan
menghilangkan nyeri dan menghilangkan pembengkakan. Juga nyeri karena trigeminal
neuralgia, herpes zoster dapat disembuhkan lebih cepat.Bahkan juga baik untuk
kelumpuhan saraf muka no 7 (Bell’s palsy) atau stroke.
mempunyai efek anti radang dan anti nyeri serta anti pembengkakan. Jenis sinar infrared
banyak dikandung sinar matahari pagi sebelum jam sembilan pagi. Bila kita berjemur
akan membuat badan lebih sehat. Tumbuh tumbuhan dalam proses metabolismenya
menggunakan sinar infrared ini untuk tumbuh subur.
Apakah selama pengobatan masih diperlukan obat?Obat specific pada tahap awal
masih diperlukan, tetapi secara bertahap dikurangi dan akhrnya di stop.
Masalah yang menimbulkan stress memang tidak dapat di hindari, seperti menenti
kelahiran bayi, kematian yang disayangi, perubahan atau kehilangan karier,
perceraian. . Bahkan kegiatan sehari hari juga sering memicu stress seperti kemacetat
lalu lintas, mencari surat yang hilang, tantangan dalam pekerjaan dsbnya. Kita harus
dapat mengendalikan atau mengontrol stress dengan cara: Berpikir positif,
hindari pikiran negatif. Yakinlahsegalanya akan berjalan dengan baik Hukum
“ketertarikan” akan membuat pikiran positif akan berdarangan dan makin bertambah
kuat sehingga akan lebih perjaya diri dan menghilangkan rasa cemas.
Kurangi kegiatan. Lakukan aktifitas atau tugas yang betul betul harus dikerjakan dan
tunda yang tidak terlalu perlu.
Atur waktu secara bijaksana dan fleksibel baik di kantor maupun dirumah.
Kerjakan segalanya dengan percaya diri dan jangan cemas Sesuaikan sikap tubuh anda
dalam melakukan pekrjaan dengan tetap rilek.
Sediakan waktu untuk rilek setiap hari, 10 – 30 menit sudahlah cukup. Bila anda
merasa otot mulai tegang, tarik napas dalam dalam melalui hiding sambil mengucapkan
kata kata: sehat…..segar….nyaman…..berenergi. Kemudian sambil keluarkan napa pelan
pelan melalui mulutl mengucapkan: tenang…….rilek….kelem…….sabar….. damai……. secara
berulang ulang. Waktu mengucapkan harus sepenuh hati sambil merasakan/ imaginasi
makna kata kata itu (tehnik afirmasi dan visualisasi) Ambil waktu istirahat siang juga
untuk merilaksasi otot dan otak dengan gerakan strechting (peregangan otot) secara
pelan pelan dilanjutkan berjalan jalan untuk mengembalikan energi. Olah raga teratur,
pilih yang sesuai akan mencegah atau mengobati sakit kepala juga akan memutuskan
situasi stress setiap harinya. Lakukan pemanasan pelan pelan. Olah raga tanpa
pemanasan dapat memicu sakit kepala atau truma otot. Maka secara smart, Makan
makanan sehat yang banyak sayur dan buah, jangan terlalu mengandung minyak atau
lemak serta makan karbohidrat (nasi) dalam jumlah yang memadai sebagai sumber
energi untuk aktifitas pisikdan mengontrol stres.
Perbanyak rasa humor dan tertawa yang akan menghasilkan hormone endorphin
untuk mengatasi stres.
Ambil cuti pada waktunya dan kerjakan sesuatu yang baru akan membawa suasana
baru.
CATATAN:
Migren, migraine, sakit kepala bersenyut, sakit kepala nyut nyut, sekit kepala cekot cekot,
sakit kepala cleng cleng, sakit kepala sebelah, sakit kepala kedua sisi, sakit kepala dan
mual, sakit kepala dan muntah, sakit kepala dan berputar, sakit kepala dan sulit tidur,
nyeri kepala berdenyut, nyeri kepala sebelah, nyeri kepala kedua sisi, nyeri kepala dan
musal, nyeri kepala dan muntah, pengobatan migren, sembuh migren, pengobatan
alternative migren
Sakit seluruh kepala, sakit kepala seperti diikat, sakit kepala dan otot leher tegang, sakit
kepala dan bahu tegang, mudah marah, mudah tersinggung, stres, depresi, sulit tidur,
insomnia, gelisah, kurang konsentrasi, nyeri seluruh kepala, nyeri kepala seperti diikat,
nyeri kepala dan otot tegang, pengobatan sakit kepala, pengobatan nyeri kepala, sembuh
sakit kepala, sembuh nyeri kepala, pengobatan alternativ sakit kepala
Comments
Cari
Search
Halaman
TENTANG DR. OETOMO
Arsip
Desember 2007
September 2007
Agustus 2007
Kategori
ASMA
MIGREN/SAKIT KEPALA
SINUSITIS
SLIMING
WASIR
Meta
Log in
RSS Entri
RSS Komentar
Apotik online
medicastore
Cari :
Selasa 25 Maret 2008 :: 10:43:41
Semua Info GO
1.000 lebih info tentang penyakit, gejala dan cara mengatasinya + 8.000 lebih info tentang obat-obatan + info dokter + info supleme
Menu
» Halaman Muka
« kembali ---» subkategori: Kanker
» Layanan Kami
NAMA
» Info Penyakit
» Info Dokter
Kanker Leher & Kepala
DEFINISI
» Arsip Medicastore
Kanker kepala & leher (diluar kanker otak, mata dan tulang belakang) rata-rata muncul pada
usia 59 than.
» Kabar Medicastore
Biasanya kanker kelenjar ludah, kelenjar tiroid atau sinus menyerang usia di bawah 59 tahun
dan kanker mulut, tenggorokan (faring) atau kotak suara (laring) menyerang usia diatas 59
» Keanggotaan tahun.
» Forum new Pada awalnya, kanker kepala dan leher menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya. Dalam
» Bantuan waktu 6 bulan sampai 3 tahun, kanker biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Metastase (penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya) biasanya berasal dari tumor yang
» Tentang Kami besar atau tumor yang menetap dan lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem
kekebalan.
Tahukan Anda?
Staging
Informasi produk mengenai:
Staging merupakan suatu metoda untuk menentukan penyebaran kanker guna membantu jenis
"Kanker leher & kepala "
pengobatan dan menilai prognosis.
belum tersedia.
Artikel terkait Kanker kepala dan leher ditentukan stadiumnya berdasarkan ukuran dan lokasi tumor, jumlah
Kata kunci artikel ini: dan ukuran metastase ke kelenjar getah bening leher serta adanya metastase ke bagian tubuh
"kepala". lainnya.
Perdarahan.
Perdarahan seringkali disebabkan oleh penyakit selain kanker. Tetapi tumor di dalam hidung,
mulut, tenggorokan atau paru-paru bisa menyebabkan perdarahan.
Jika selama beberapa hari atau lebih di dalam ludah atau dahak terdapat darah, sebaiknya
segera perksakan diri ke dokter.
Kesulitan menelan.
Kanker tenggorokan atau kerongkongan (saluran untuk menelan) menimbulkan kesulitan
dalam menelan makanan padat. Kadang menelan cairanpun sulit.
Makanan bisa tersangkut pada daerah tertentu dan masuk ke dalam lambung atau kembali ke
kerongkongan.
Jika kesulitan ini hampir selalu terjadi setiap hendak menelan sesuatu, sebaiknya segera
periksakan diri ke dokter.
Untuk mengetahui penyebabnya, biasanya dilakukan rontgen barium swallow atau
esofagoskopi.
Perubahan kulit.
Kanker kepala dan leher yang paling sering ditemukan adalah kanker sel basal kulit.
Jika segera diobati, jarang menimbulkan masalah yang gawat.
Kanker sel basal tumbuh di daerah yang paling sering terkena sinar matahari, seperti dahi,
wajah dan telinga; meskipun bisa juga ditemukan pada kulit di bagian tubuh lainnya.
Kanker sel basal berawal sebagai suatu bercak kecil yang pucat, yang kemudian membesar
secara perlahan, membentuk lekukan di tengahnya dan akhirnya membentuk suatu ulkus
(borok, luka terbuka).
Sebagian kecil dari ulkus mungkin membaik, tetapi sebagian besar tetap mengalami ulserasi
Beberapa kanker sel basal menunjukkan perubahan warna.
Kanker lainnya adalah kanker sel skuamosa dan melanoma maligna, juga tumbuh pada kulit di
kepala dan leher.
Kebanyakan kanker sel skuamosa tumbuh di bibir bawah dan telinga. Kanker ini tampak
seperti kanker sel basal dan jika diobati secara cepat dan tepat, biasanya tidak terlalu
berbahaya.
Jika terdapat sebuah luka terbuka di bibir, wajah bagian bawah atau telinga yang tidak
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan didukung oleh hasil pemeriksaan berikut:
Nasofaringoskopi
Laringoskopi
Panendoskcopi (termasuk laringoskopi, esofagoskopi dan bronkoskopi).
Biopsi
CT scan, membantu menentukan ukuran tumor, penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya
maupun ke kelenjar getah bening leher
MRI scan
Barium swallow merupakan serangkaian rontgen yang diambil setelah penderita menelan
cairan yang mengandung barium sehingga bisa terlihat pada hasil rontgen. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menilai mekanisme menelan dan bisa menggambarkan keadaan hipofaring
Rontgen dada dilakukan secara rutin karena merokok bisa menyebabkan kanker paru,
emfisema, kanker laring dan kanker hipofaring. Rontgen dada juga dilaukan untuk mengetahui
penyebaran kanker ke paru-paru.
Pemeriksaan darah rutin bisa membantu menilai keadaan penderita secara keseluruhan.
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada stadium kanker.
Kanker stadium I, dimanapun lokasinya pada kepala dan leher, memberikan respon yang
hampir sama terhadap pembedahan dan terapi penyinaran.
Biasanya penyinaran tidak hanya ditujukan kepada kanker, tetapi juga kepada kelenjar getah
bening pada leher kiri dan kanan, karena lebih dari 20% kanker menyebar ke kelenjar getah
bening.
Beberapa tumor, termasuk tumor yang memiliki garis tengah lebih dari 2 cm dan tumor yang
telah menyusup ke dalam tulang atau tulang rawan, diangkat melalui pembedahan.
Jika kanker ditemukan atau dicurigai terdapat di dalam kelenjar getah bening, setelah
pembedahan biasanya diikuti dengan terapi penyinaran.
Pada kasus-kasus tertentu, dilakukan terapi penyinaran dengan atau tanpa kemoterapi
kankernya kambuh biasanya dilakukan pembedahan.
Untuk kanker stadium lanjut, prognosis yang lebih baik diperoleh jika dilakukan pembedahan
dan terapi penyinaran.
Kemoterapi membunuh sel-sel kanker pada tempat tumbuhnya kanker, pada kelenjar getah
bening dan di seluruh tubuh.
Belum diketahui apakah kombinasi kemoterapi dengan pembedahan atau terapi penyinaran
bisa memperbaiki angka kesembuhan, yang pasti terapi kombinasi bisa memperpanjang masa
remisi.
Jika kankernya terlalu luas untuk diobati dengan pembedahan maupun terapi penyinaran, maka
untuk membantu mengurangi nyeri dan ukuran tumor bisa dilakukan kemoterapi.
menjalani rehabilitasi.
Penyinaran bisa menyebabkan perubahan kulit (misalnya peradangan, gatal-gatal dan
kerontokan rambut), pembentukan jaringan parut, hilangnya indera perasa dan mulut kering.
Kemoterapi bisa menyebabkan mual dan muntah, kerontokan rambut yang bersifat sementara
dan peradangan pada selaput lambung dan usus (gastroenteritis). Kemoterapi juga
menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah dan sel darah putih dan menyebabkan
gangguan sistem kekebalan yang bersifat sementara.
PROGNOSIS
Tumor yang menonjol ke luar cenderung memberikan respon yang lebih baik terhadap
pengobatan dibandingkan dengan tumor yang tumbuh ke dalam jaringan di sekitarnya, tumor
yang membentuk ulkus/borok maupun tumor yang keras.
Jika telah terjadi metastase, maka peluang bertahan sampai lebih dari 2 tahun adalah buruk.
Kanker yang menyebar di sepanjang jalur saraf, menyebabkan nyeri, kelumpuhan atau mati
rasa, biasanya lebih agresif dan sulit diobati.
65% penderita yang kankernya belum menyebar bertahan hidup sampai 5 tahun; sedangkan
jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, hanya 30% penderitanya yang bertahan
sampai 5 tahun.
Penderita yang berusia lebih dari 70 tahun memiliki masa remisi (bebas penyakit) yang lebih
panjang dan memiliki angka harapan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan penderita
yang lebih muda.
PENCEGAHAN
Informasi yang tersedia di medicastore.com dikumpulkan dari berbagai sumber dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti
nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan kepada dokter anda. Bila anda memiliki masalah kesehatan, hubungilah dokter
anda.
Home
studi
Simposium
Ada 3 keadaan yang penting kita perhatikan saat melakukan inspeksi hidung & sinus paranasalis, yaitu :
Ada 4 bentuk kerangka dorsum nasi (batang hidung) yang dapat kita temukan pada inspeksi hidung & sinus paranasalis,
yaitu :
Adanya maserasi pada bibir atas dapat kita temukan saat melakukan inspeksi hidung & sinus paranalis. Maserasi disebabkan
oleh sekresi yang berasal dari sinusitis dan adenoiditis.
Ada 4 struktur yang penting kita perhatikan saat melakukan palpasi hidung & sinus paranasalis, yaitu :
Fossa kanina.
Krepitasi dan deformitas dorsum nasi (batang hidung) dapat kita temukan pada palpasi hidung. Deformitas dorsum
nasi merupakan tanda terjadinya fraktur os nasalis.
Ala nasi penderita terasa sangat sakit pada saat kita melakukan palpasi. Tanda ini dapat kita temukan pada furunkel
vestibulum nasi.
Ada 2 cara kita melakukan palpasi pada regio frontalis sinus frontalis, yaitu :
Kita menekan lantai sinus frontalis ke arah mediosuperior dengan tenaga optimal dan simetris (besar tekanan sama antara
sinus frontalis kiri dan kanan). Palpasi kita bernilai bila kedua sinus frontalis tersebut memiliki reaksi yang berbeda. Sinus
frontalis yang lebih sakit berarti sinus tersebut patologis.
Kita menekan dinding anterior sinus frontalis ke arah medial dengan tenaga optimal dan simetris. Hindari menekan foramen
supraorbitalis. Foramen supraorbitalis mengandung nervus supraorbitalis sehingga juga menimbulkan reaksi sakit pada
penekanan. Penilaiannya sama dengan cara pertama diatas.
Palpasi fossa kanina kita peruntukkan buat interpretasi keadaan sinus maksilaris. Syarat dan penilaiannya sama seperti
palpasi regio frontalis sinus frontalis. Hindari menekan foramen infraorbitalis karena terdapat nervus infraorbitalis.
Perkusi pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi
hebat. Syarat-syarat perkusi sama dengan syarat-syarat palpasi.
2. Rinoskopia Anterior
Ada 5 alat yang biasa kita gunakan pada rinoskopia anterior, yaitu :
Cara kita memegang spekulum hidung Hartmann sebaiknya menggunakan tangan kiri dalam posisi horisontal. Tangkainya
yang kita pegang berada di lateral sedangkan mulutnya di medial. Mulut spekulum inilah yang kita masukkan ke dalam
kavum nasi (lubang hidung) pasien.
Cara kita memasukkan spekulum hidung Hartmann yaitu mulutnya yang tertutup kita masukkan ke dalam kavum nasi
(lubang hidung) pasien. Setelah itu kita membukanya pelan-pelan di dalam kavum nasi (lubang hidung) pasien.
Cara kita mengeluarkan spekulum hidung Hartmann yaitu masih dalam kavum nasi (lubang hidung), kita menutup mulut
spekulum kira-kira 90%. Jangan menutup mulut spekulum 100% karena bulu hidung pasien dapat terjepit dan tercabut
keluar.
Ada 5 tahapan pemeriksaan hidung pada rinoskopia anterior yang akan kita lakukan, yaitu :
Sebelum menggunakan spekulum hidung pada pemeriksaan vestibulum nasi, kita melakukan pemeriksaan pendahuluan lebih
dahulu. Ada 3 hal yang penting kita perhatikan pada pemeriksaan pendahuluan ini, yaitu :
Spekulum hidung kita gunakan pada pemeriksaan vestibulum nasi berguna untuk melihat keadaan sisi medial, lateral,
superior dan inferior vestibulum nasi. Sisi medial vestibulum nasi dapat kita periksa dengan cara mendorong spekulum ke
arah medial. Untuk melihat sisi lateral vestibulum nasi, kita mendorong spekulum ke arah lateral. Sisi superior vestibulum
nasi dapat terlihat lebih baik setelah kita mendorong spekulum ke arah superior. Kita mendorong spekulum ke arah inferior
untuk melihat lebih jelas sisi inferior vestibulum nasi.
Saat melakukan pemeriksaan vestibulum nasi menggunakan spekulum hidung, kita perhatikan ada tidaknya sekret, krusta,
bisul-bisul, atau raghaden.
Cara kita memeriksa kavum nasi (lubang hidung) bagian bawah yaitu dengan mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam
kavum nasi (lubang hidung) yang searah dengan konka nasi media.
Ada 4 hal yang perlu kita perhatikan pada pemeriksaan kavum nasi (lubang hidung) bagian bawah, yaitu :
Cara kita memeriksa ada tidaknya fenomena palatum mole yaitu dengan mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding
belakang nasofaring secara tegak lurus. Normalnya kita akan melihat cahaya lampu yang terang benderang. Kemudian pasien
kita minta untuk mengucapkan “iii”.
Selain perubahan dinding belakang nasofaring menjadi lebih gelap akibat gerakan palatum mole, bayangan gelap dapat juga
disebabkan cahaya lampu kepala tidak tegak lurus masuk ke dalam dinding belakang nasofaring.
Setelah pasien mengucapkan “iii”, palatum mole akan kembali bergerak ke bawah sehingga benda gelap akan menghilang
dan dinding belakang nasofaring akan terang kembali.
Fenomena palatum mole positif bilamana palatum mole bergerak saat pasien mengucapkan “iii” dimana akan tampak adanya
benda gelap yang bergerak ke atas dan dinding belakang nasofaring berubah menjadi lebih gelap. Sebaliknya, fenomena
palatum mole negatif apabila palatum mole tidak bergerak sehingga tidak tampak adanya benda gelap yang bergerak ke atas
dan dinding belakang nasofaring tetap terang benderang.
Fenomena palatum mole negatif dapat kita temukan pada 4 kelainan, yaitu :
Cara kita memeriksa kavum nasi (lubang hidung) bagian atas yaitu dengan mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam
kavum nasi (lubang hidung) bagian atas pasien.
Ada 4 hal yang penting kita perhatikan pada pemeriksaan kavum nasi (lubang hidung) bagian atas, yaitu :
Kita dapat menemukan septum nadi berbentuk krista, spina dan huruf S.
3. Rinoskopia Posterior
Prinsip kita dalam melakukan rinoskopia posterior adalah menyinari koane dan dinding nasofaring dengan cahaya yang
dipantulkan oleh cermin yang kita tempatkan dalam nasofaring.
Penempatan cermin. Harus ada ruangan yang cukup luas dalam nasofaring untuk menempatkan cermin yang kita masukkan
melalui mulut pasien. Lidah pasien tetap berada dalam mulutnya. Kita juga menekan lidah pasien ke bawah dengan bantuan
spatula (spatel).
Penempatan cahaya. Harus ada jarak yang cukup lebar antara uvula dan faring milik pasien sehingga cahaya lampu yang
terpantul melalui cermin dapat masuk dan menerangi nasofaring.
Cara bernapas. Hendaknya pasien tetap bernapas melalui hidung.
Ada 4 alat dan bahan yang kita gunakan pada rinoskopia posterior, yaitu :
Cermin kecil.
Spatula.
Lampu spritus.
Solusio tetrakain (- efedrin 1%).
Teknik-teknik yang kita gunakan pada rinoskopia posterior, yaitu :
Cermin kecil kita pegang dengan tangan kanan. Sebelum memasukkan dan menempatkannya ke dalam nasofaring pasien,
kita terlebih dahulu memanaskan punggung cermin pada lampu spritus yang telah kita nyalakan.
Minta pasien membuka mulutnya lebar-lebar. Lidahnya ditarik ke dalam mulut, jangan digerakkan dan dikeraskan. Bernapas
melalui hidung.
Spatula kita pegang dengan tangan kiri. Ujung spatula kita tempatkan pada punggung lidah pasien di depan uvula. Punggung
lidah kita tekan ke bawah di paramedian kanan lidah sehingga terbuka ruangan yang cukup luas untuk menempatkan cermin
kecil dalam nasofaring pasien.
Masukkan cermin kedalam faring dan kita tempatkan antara faring dan palatum mole kanan pasien. Cermin lalu kita sinari
dengan menggunakan cahaya lampu kepala.
Khusus pasien yang sensitif, sebelum kita masukkan spatula, kita berikan lebih dahulu tetrakain 1% 3-4 kali dan tunggu ± 5
menit.
Ada 4 tahap pemeriksaan yang akan kita lalui saat melakukan rinoskopia posterior, yaitu :
Posisi awal cermin berada di paramedian yang akan memperlihatkan kepada kita keadaan kauda konka nasi media kanan
pasien. Tangkai cermin kita putar kemudian ke medial dan akan tampak margo posterior septum nasi. Selanjutnya tangkai
cermin kita putar ke kanan, berturut-turut akan tampak konka nasi terutama kauda konka nasi inferior (terbesar), kauda konka
nasi superior, meatus nasi medius, ostium dan dinding tuba.
Tangkai cermin kita putar ke medial, akan tampak kembali margo posterior septum nasi pasien. Tangkai cermin terus kita
putar ke kiri, akan tampak kauda konka nasi media kanan dan tuba kanan.
Kembali kita putar tangkai cermin ke medial. Tampak kembali margo posterior septum nasi pasien. Setelah itu kita
memeriksa atap nasofaring dengan cara memasukkan tangkai cermin sedikit lebih dalam atau cermin agak lebih kita
rendahkan.
Kita memeriksa kauda konka nasi inferior dengan cara cermin sedikit ditinggikan atau tangkai cermin sedikit direndahkan.
Kauda konka nasi inferior biasanya tidak kelihatan kecuali mengalami hipertrofi yang akan tampak seperti murbei
(berdungkul-dungkul).
Ada 2 kelainan yang penting kita perhatikan pada rinoskopia posterior, yaitu :
Peradangan. Misalnya pus pada meatus nasi medius & meatus nasi superior, adenoiditis, dan ulkus pada dinding nasofaring
(tanda TBC).
Tumor. Misalnya poliposis dan karsinoma.
Ada 3 sumber masalah pada rinoskopia posterior, yaitu :
Posisi spatula hendaknya kita pertahankan pada tempat semula. Gerakan kepala pasien berpotensi menggeser posisi spatula.
Posisi spatula yang terlalu jauh ke pangkal lidah apalagi sampai menyentuh dinding faring dapat menimbulkan refleks
muntah.
Cara fiksasi spatula memiliki keunikan tersendiri. Ibu jari pemeriksa berada dibawah spatula. Jari II dan III berada diatas
spatula. Jari IV kita tempatkan diatas dagu sedangkan jari V dibawah dagu pasien.
Kesulitan yang menjadi tantangan buat kita dari pemeriksaan rinoskopia posterior ini terletak pada koordinasi yang kita jaga
antara tangan kanan yang memegang cermin kecil, tangan kiri yang memegang spatula, kepala dan posisi cahaya dari lampu
kepala yang akan menyinari cermin dalam faring, dan kejelian mata kita melihat bayangan pada cermin kecil dalam faring.
Cara bernapas yang tidak seperti biasa menjadi kendala tersendiri bagi pasien. Mereka harus bernapas melalui hidung dengan
posisi mulut yang terbuka. Ada beberapa pasien yang memiliki refleks yang kuat terhadap perlakuan yang kita buat. Kita bisa
memberikannya tetrakain dan efedrin untuk mencegahnya.
Bahan spatula yang terbuat dari logam dapat menimbulkan refleks pada beberapa pasien karena rasa logam yang agak
mengganggu di lidah.
Suhu cermin jangan terlalu panas dan terlalu dingin. Cermin yang terlalu panas menimbulkan rasa nyeri sedangkan cermin
yang terlalu dingin menimbulkan kekaburan pada cermin yang mengganggu penglihatan kita.
Posisi cermin jangan terlalu jauh masuk ke dalam apalagi sampai menyentuh faring pasien. Refleks muntah dapat timbul
akibat kecerobohan kita ini.
4. Transiluminasi (Diaphanoscopia)
Entah mengapa cara pemeriksaan sinus paranasalis - terutama sinus frontalis dan sinus maksilaris - ini belum pernah saya
saksikan sendiri. Penuturan dari teman-teman dan para pembimbing juga belum pernah saya dengar.
Syarat melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) adalah adanya ruangan yang gelap. Alat yang kita gunakan
berupa lampu listrik bertegangan 6 volt dan bertangkai panjang (Heyman).
Pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) kita gunakan untuk mengamati sinus frontalis dan sinus maksilaris. Cara
pemeriksaan kedua sinus tersebut tentu saja berbeda.
Cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus frontalis yaitu kita menyinari dan menekan lantai
sinus frontalis ke mediosuperior. Cahaya yang memancar ke depan kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus frontalis
normal bilamana dinding depan sinus frontalis tampak terang.
Ada 2 cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus maksilaris, yaitu :
Cara I. Mulut pasien kita minta dibuka lebar-lebar. Lampu kita tekan pada margo inferior orbita ke arah inferior. Cahaya
yang memancar ke depan kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus maksilaris normal bilamana palatum durum
homolateral berwarna terang.
Cara II. Mulut pasien kita minta dibuka. Kita masukkan lampu yang telah diselubungi dengan tabung gelas ke dalam mulut
pasien. Mulut pasien kemudian kita tutup. Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas pasien, kita tutup dengan tangan
kiri. Hasilnya dinding depan dibawah orbita tampak bayangan terang berbentuk bulan sabit.
Penilaian pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) berdasarkan adanya perbedaan sinus kiri dan sinus kanan. Jika kedua
sinus tampak terang, menandakan keduanya normal. Namun khusus pasien wanita, hal itu bisa menandakan adanya cairan
karena tipisnya tulang mereka. Jika kedua sinus tampak gelap, menandakan keduanya normal. Khusus pasien pria, kedua
sinus yang gelap bisa akibat pengaruh tebalnya tulang mereka.
5. X-Photo Rontgen
Untuk melihat sinus maksilaris, kita usulkan memakai posisi Water pada X-photo rontgen. Hasil foto X dengan sinus gelap
menunjukkan patologis. Perhatikan batas sinus atau tulang, apakah masih utuh ataukah tidak.
6. Pungsi Percobaan
Pungsi percobaan hanya untuk pemeriksaan sinus maksilaris dengan menggunakan troicart. Kita melakukannya melalui
meatus nasi inferior. Hasilnya jika keluar nanah atau sekret mukoid maka kita melanjutkannya dengan tindakan irigasi sinus
maksilaris.
7. Biopsi
Jaringan biopsi kita ambil dari sinus maksilaris melalui lubang pungsi di meatus nasi inferior atau menggunakan Caldwell-
Luc.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000.
Technorati Tags: Pemeriksaan Fisik, Sinus Paranasal, SPN, Hidung, Cavum nasi
Leave a Reply
Name (required)
Website
Submit Comment
Archived Entry
Post Date :
December 29, 2007 at 5:38 pm
Category :
sinus paranasal
Do More :
You can leave a response, or trackback from your own site.