Anda di halaman 1dari 52

RESUME PBL SKENARIO 5

BLOK 1.2

SPRAIN

Nama : Mutiara Fadilah

NPM : 120170133

Kelompok : 2A

Tutor : dr. Vita Maulina

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
SKENARIO 5

SPRAIN

Seorang laki-laki berusia 55 tahun bekerja sebagai kuli bangunan


mengeluhkan nyeri di bagian paha dan pinggang terutama pada saat duduk dan
bergerak. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter menyampaikan pasien mengalami
sprain di bagian otot karena kontraksi otot yang berlebih ketika mengangkut barang.
Dokter hanya memberikan vitamin untuk memperkuat tulang dan otot.

STEP 1

Sprain: cedera pada ligamen yang disebabkan oleh peregangan yang berlebihan.
Cedera sendi yang menyebabkan robeknya sejumlah serat pada ligamen penyangga
otot, seperti terkilir atau keseleo. Spran bisa merusak pembuluh darah, otot, tendon,
atau saraf. Sprain yang parah mungkin saja akan terasa sangat sakit sampai sendi
tidak bisa digerakkan. Ada pembengkakan yang cukup besar yang terjadi karena
bahan kimia yang dirilis oleh sel yang rusak dan pendarahan dari pembuluh darah
yang pecah.

Nyeri: cara tubuh untuk mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah pada tubuh,
melibatkan interaksi antara saraf sensorik, saraf tulang belakang, dan otak

Kontraksi otot: aktivasi tempat-tempat yang menghasilkan ketegangan di dalam serat


otot, keadaan saat otot menegang dan memendek sehingga dapat menggerakkan
tulang atau rangka tubuh

Vitamin: sekelompok senyawa organic berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi
vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita, berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh, macam-macam vitamin termasuk;
Vitamin A, vitamin B (B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12), vitamin C, vitamin E,
vitamin K

STEP 2

1. Bagaimana bisa timbulnya rasa nyeri pada otot?


2. Bagaimana proses terjadinya sprain?
3. Bagaimana struktur makroskopis pada tulang?
4. Apa saja bagian-bagian yang berperan dalam kontraksi otot?
5. Bagaimana regulasi mekanisme tulang dan otot?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya kontraksi otot?
7. Ligamen apa saja yang menghubungkan antara pinggul dan paha?
8. Dari mana saja sumber energi yang digunakan untuk kontraksi otot?
9. Persendian apa yang berfungsi saat duduk dan berdiri?
10. Bagian otot apa yang terlibat pada kasus tersebut?

STEP 3

1. Produksi laktat
2. Terjadi pada saat olahraga, di mana ototnya bekerja melebihi batas. Terjadi
karena regangan berlebihan atau adanya robekan pada otot, atau tekanan pada
tubuh yang menyebabkan sendi bergeser sehingga menyebabkan cedera pada
ligamen, atau karena pergerakan yang terlalu kuat.
3. Osteoblast, osteoklas, osteosit, dan osteoprogenitor
4. Myosin, aktin, bagian-bagian dari sarkomer, sarkolema, sarkoplasma, dan
miofilin, triad reticulum, pita A, pita I, tubulus transversa, mitokondria,
reticulum sarkoplasma
5. Pada saat otot berkontraksi, kemudian menarik tendon sehingga menyebabkan
perpendekan otot, lalu tulang mengalami pergerakan, dimulai dengan
pembentukan kolin jadi asetilkolin yang terjadi pada otot. Proses itu diikuti
dengan penggabungan antara ion kalsium, troponium, dan tropomisin.
Disebabkan oleh adanya interaksi jembatan silang antara myosin dan aktin
melalui peregeseran filament-filamennya. da stimulus yang dihantarkan oleh
sel saraf menuju otak atau sumsum tulang belakang, rangsang yang menuju
sel motorik memicu peningkatan permeabilitas sehingga Na masuk ke dalam
otot, memicu pengeluaran Ca dari retiklum sarkoplasma ke kompleks
sarkomer, memicu kalsium berikatan dengan troponin, dimana seharusnya
troponin berikatan dengan miosin. Sisi pengikatan miosin terbuka,
Meningkatkan daya ikat antara aktin dan myosin, miosin yang akan mengikat
aktin membutuhan energi dengan cara menghidrolisis ATP menjadi ADP +
Pi, terjadilah ikatan antara ADP + Pi + Miosin + Aktin. Ketika miosin dan
aktin sudah berikatan, miosin akan melepaskan ADP dan Pi, lalu akan
menarik aktin menuju ke sarkomer.
7. Ligamen iliofemorale, eksternal; ligamentum tubefemorale, dan ligamentum
ischiofemorale. Internal; ligamentum capitis femoris, ligamentum transversum
acetabula, dan ligamentum labrum acetabula.
8. Dari kreatin fosfat, respirasi aerob dan respirasi anaerob.
9. Articulatio coxae, articulatio cubiti, articulatio genus, articulatio sacroiliaca
10. Otot pada regio femoralis, terdiri dari quadriceps femoris, dan otot-otot
hamstring, otot-otot psoas major dan pectineus.

STEP 4

1. Ketika produk akhir glikolisis anaerob, piruvat, tidak dapat diproses lebih
lanjut oleh jalur fosforilasi oksidatif, molekul ini diubah menjadi laktat.
Akumulasi laktat diperkirakan berperan menimbulkan nyeri otot yang
dirasakan ketika seseorang melakukan olahraga berat. Metabolisme
karbohidrat; dari glukosa, mengalami reaksi glikolisis, menghasilkan ATP dan
asam piruvat, asam piruvat mengalami siklus krebs.
2. Adalah cedera yang disebabkan karena danya peregangan yang berlebihan
sehingga terjadi cedera pada ligamen
3. Struktur makroskopis, ligamen, dan otot

Struktur makroskopis:

system havers ; saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran
limfe, lamella ; lempeng tulang yang tersusun konsentris, lacuna ; ruang kecil
yang terdapat diantara lempengan-lempengan yang mengandung sel tulang,
kanalikuli ; ruang yang memancar diantara lacuna dan tempat difusi makanan
sampai ke osteon

Sel tulang:

- Osteoblast: berasal dari jalur sel mesenkim stroma sum-sum tulang


- Osteoklast: berasal dari jalur hemopoetik yang juga membuat
makrofag dan monosit
- Osteosit: berasal dari osteoblast yang pada akhir proses mineralisasi
terhimpit oleh ekstraseluler matriks

Pembentukan tulang :
- Osifikasi intramembranosa : pembentukan tulang pipih seperti mandibula,
maxilia, dan tengkorak
- Osifikasi endokondral : pembentuk tulang panjang dan pendek.

Ligamen:

Ligamen iliofemorale; yang akan menghubungakn coxae dengan femur,


mengakibatkan adanya articulatio coxae

Otot di regio femoralis:

M. pectineus dan M. psoas major menyebabkan adanya gerakan fleksi


sehingga sesorang dapat duduk dan berjalan. M. Vastus medialis, M. Vastus
intermedius, M.vastus lateralis, M. Rectus femoris. M.sartorius ( flexi dan
extensi pada sendi genus dan sendi coxae)

4. Myofibril; terbagi dua macam, miofilamen homogen yang terdapat pada otot
polos, dan miofilamen pectrogen yang terdapat pada otot jantung dan otot
kardio, dan berbentuk silindris panjang yang tersusun dari aktin dan myosin.
Sarkomer, unit struktural dan fungsional terkecil dari kontraksi otot pada
miofibril, terdiri dari pita A, pita I, dan zona H. Aktin: filamen tipis penyusun
miofibril, terdapat sisi aktif dan sisi pengikatan. Miosin: filamen tebal
penyusun miofibril, terdapat penonjolan yang disebut kepala miosin.
Tropomiosin: sebuah protein aktin pengikat yang mengatur kontraksi otot.
Troponin: protein kompleks yang melekat pada tropomiosin.
5. Otot berkontraksi sehingga menggerakkan tulang, tulang yang tidak bergerak
akan menarik tulang yang bergerak, origo dari otot melekat pada tulang yang
tidak bergerak, dan insertio melekat pada tulang yang akan bergerak
6. Mekanisme kontraksi Otot Rangka
• Sebuah potensial aksi yang tiba di tombol terminal taut neuromuscular
merupakan asetil kolin,
• Potensial aksi menembus membrane permukaan dan kedalam bagian dalam
serat otot melalui tubulus T, Satu potensial aksi di tubulus T memicu
pelepasan Ca2+ dan Rs kedalam sentriol
• Ca2+ berikatan dengan troponin pada filament tipis
• Pengikatan Ca2+ ke troponin meyebabkan tropomiyosin berubah bentuk
secara memindahkannya menjauh dari posisi penghambatnya : proses ini
membuat tempat ikatan pada aktin untuk jembatan miyosin.
• Jembatan silang miyosin melekat pada aktin ditempat ikatan yang terjajar
• Peningkatan ini memicu jembatan menarik filament aktin tipis. Pada
filament tebal kea rah pusat sakromer (power stroke) ditenagai oleh energy
yang disediakan oleh ATP.
Kontraksi ini disebabkan oleh Pergeseran filament :
Filament tipis, bergeser kea rah dalam menuju ke pusat pita A. sewaktu
bergeser fiamen ini menarik garis-garis Z hingga keduanya terikat lebih dalam
dan sarkomer memendek. Karena semua sarkomer di keseluruhan panjang
otot memendek bersamaan, seluruh serat otot memendek.
Interaksi jembatan silang :
 Pengikatan: kepala myosin mengikat molekul aktin.
 Kayuhan kuat: kepala myosin menekuk, sehingga menarik
miofilamen tipis ke arah dalam
 Pelepasan: Jembatan silang terlepas di akhir kayuhan kuat dan
kembali ke konformasinya semula.
 Pengikatan: Jembatan silang mengikat molekul aktin yang terletak
lebih distal; siklus berulang
Peran vitamin D; Vitamin D2 (ergocalciferol) dan vitamin D3
(cholecalciferol), merupakan derivat steroid, yang terbentuk dari ergosterol
dan 7-dehydrocholesterol. Vitamin D2 berbeda dari vitamin D3 dalam proses
pembentukan rantai 19-carbon, tetapi dua sterol mempunyai kesamaan dalam
aktifitas sebagai anti rakhitis pada manusia.
Peran Vitamin D yaitu Metabolisme vitamin D mengatur dan diatur oleh
Homeostasis Kalsium.
Fungsi utama vitamin D adalah mengkontrol jomeostasis kalsium,dan
selanjutnya. Metabolisme vitamin D diatur oleh faktor-faktor yang memberi
respons terhadap konsentrasi kalsium dan fosfat plasma. Kalsitriol bekerja
mengurangi sintesisnya sendiri dengan menginduksi 24-hidroklase dan
menekan 1-hidroklase di ginjal.
7. (sumber energi yang digunakan untuk kontraksi otot)
a) pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat ke ADP (sumber
segera);kreatinfosfat segera dipecahkan, dan pelepasan energinya
menyebabkan terikatnya sebuah ion fosfat baru pada ADP untuk menyusun
kembali ATP.
b) fosforilasi oksidatif (sumber utama jika ada O2), dijalankan oleh
glukosa yang berasal dari simpanan glikogen otot atau oleh glukosa dan asam
lemak yang disalurkan oleh darah.
c) glikolisis (sumber utama jika tidak ada O2). Piruvat, produk akhir
glikolisis, diubah menjadi laktat ketika ketiadaan O2 menghambat pemrosesan
lebih lanjut piruvat oleh jalur fosforilasi oksidatif.
Sumber yang utamanya dari ATP, lalu terdapat juga jalur-jalur tambahan yaitu
kreatin fosfat, glikolisis, dan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi okisdatif
berlangsung di mitokondria dalam keadaan aerob, dengan bahan bakar
glukosa

MIND MAP

jalur mekanisme
karbohidrat
mekanisme
fisiologi otot
karbohidrat
mekanisme
regulasi
potensial
membran

mekanisme peran vitamin D


gerakan dan ca

mekanisme
kontraksi otot
rangka

STEP 5

Sasaran belajar

1. Regulasi metabolisme tulang dan otot, disertai dengan peran kalsium, dan
vitamin D, dalam metabolisme tulang
2. Mekanisme terjadinya gerakan pada extremitas: mekanisme kontraksi otot
rangka, hubungannya dengan persarafan, potensial membrane, dan struktur
protein dalam otot
3. Mekanisme pemenuhan kebutuhan energi pada otot rangka
4. Mekanisme karbohidrat: macam jalur metabolisme karbohidrat, mekanisme
regulasi, dan arti klinisnya

Refleksi diri

Dari kasus ini saya mengetahui bahwa Seorang laki-laki berusia 55 tahun
bekerja sebagai kuli bangunan mengeluhkan nyeri di bagian paha dan pinggang
terutama pada saat duduk dan bergerak. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter
menyampaikan pasien mengalami sprain di bagian otot karena kontraksi otot yang
berlebih ketika mengangkut barang. Dokter hanya memberikan vitamin untuk
memperkuat tulang dan otot. Saya dapat memahami definisi sprain , kontraksi otot ,
vitamin, dan nyeri. Tetapi saya kurang memahami regulasi metabolisme tulang dan
otot, mekanisme terjadinya gerakan pada extremitas, mekanisme pemenuhan
kebutuhan energi pada otot rangka, dan mekanisme karbohidrat.

Strategi saya yang dilakukan ketika memecahkan masalah adalah dengan


berdiskusi dengan teman, sharing informasi satu sama lain,dan bertukar ilmu.
Alternative lain adalah dengan belajar mandiri. Sumber belajar yang saya butuhkan
adalah buku, jurnal, serta pembimbing. Saya pernah mengalami pengalaman sukses
dengan metode ini.

STEP 6

Belajar mandiri

STEP 7
A. Regulasi metabolisme tulang dan otot, disertai dengan peran kalsium, dan
vitamin D, dalam metabolisme tulang
a. Mekanisme kontraksi otot

Pergeseran selama kontraksi otot terjadi bila kepala-kepala miosin


berikatan erat dengan aktin, menekuk di taut kepala dengan leher, dan
kemudian terlepas. “Power stroke” (kayuhan bertenaga) ini bergantung pada
hidrolisis simultan ATP1. Molekul miosin II adalah dimer yang memiliki dua
kepala, tetapi setiap saat hanya satu yang melekat ke aktin. Pada keadaan otot
beristirahat, troponin I berikatan dengan aktin dan tropomiosin serta menutupi
tempat-tempat kepala miosin berinteraksi dengan aktin. Saat istirahat kepala
miosin juga mengandung ADP yang terikat erat. Setelah
potensial aksi, Ca2+ sitosol meningkat dan Ca2+ bentuk bebas berikatan
dengan troponin C. Pengikatan ini menyebabkan melemahnya interaksi
troponin I dengan aktin serta menyebabkan tempat pengikatan aktin terpajan
ke myosin sehingga dapat terbentuk jembatan-silang miosin/ aktin.
Ketika terbentuk jembatan-silang, ADP dilepaskan, menyebabkan perubahan
konformasi di kepala miosin yang menggerakan filamen tipis relatif terhadap
filamen tebal, menghasilkan “power stroke” jembatan-silang. ATP cepat
berikatan dengan bagian bebas miosin, yang menyebabkan terlepasnya kepala
miosin dari filamen tipis. ATP mengalami hidrolisis dan terjadi pelepasan
fosfat inorganik (Pi), menyebabkan “penyokangan kembali” kepala miosin
dan tuntasnya siklus. Selama Ca2+ tetap meningkat dan tersedia cukup ATP,
siklus ini berulang. Banyak kepala miosin bersiklus pada waktu yang sama
atau hampir bersamaan, dan kepala miosin ini bersiklus secara berulang dan
secara kasat mata menghasilkan kontraksi otot. Setiap kayuhan bertenaga
akan memendekkan sarkomer sekitar 10 nm. Setiap filamen tebal
mengandung 500 kepala miosin, dan setiap kepala bersiklus sekitar 5 kali per
detik selama berlangsungnya kontraksi cepat.
Proses penggiatan kontraksi oleh depolarisasi serat otot dinamakan
penggabungan eksitasi-kontraksi (excitationcontraction coupling).
Potensial aksi dihantarkan ke seluruh fibril yang terdapat dalam serat otot
melalui sistem T. Impuls di sistem T ini memicu pelepasan ion Ca2+ dari
sisterna terminal, yaitu kantong lateral retikulum sarkoplasma yang
bersebelahan dengan sistem T. Depolarisasi membrane tubulus T
mengaktifkan retikulum sarkoplasma melalui
1
proses reaksi katabolic yang telah disimpan dalam ikatan berenergi tinggi dalam adenosin trifosfat (ATP) dilepaskan dengan cara
memisahkan ikatan ini.
reseptor dihidropiridin (DHPR), yang diberi nama berdasarkan obat
dihidropiridin, yang menghambat reseptor ini. DHPR adalah kanal Ca 2+
berpintu voltase di membran tubulus T. Di otot rangka, tidak diperlukan
masukan Ca2+ dari cairan ekstrasel (CES) untuk membebaskan Ca 2+. DHPR
yang berfungsi sebagai sensor voltase menghilangkan hambatan pelepasan
Ca2+ dari reticulum sarkoplasma sekitar melalui interaksi fisik dengan RyR.
Ca2+ yang dibebaskan cepat diperbanyak melalui pelepasan kalsium imbas-
kalsium. Ca2+ di sel otot direduksi oleh Ca2+ ATPase di retikulum sarkoplasma
atau endoplasma (SERCA). Pompa SERCA menggunakan energi dari
hidrolisis ATP untuk mengeluarkan Ca2+ dari sitosol kembali ke sisterna
terminal, tempat ion ini disimpan sampai dibebaskan oleh potensial aksi
berikutnya. Jika konsentrasi Ca2+ di luar retikulum telah turun secara
bermakna maka interaksi kimiawi antara miosin dan aktin berhenti dan otot
berelaksasi. Perhatikan bahwa ATP menyediakan energi untuk kontraksi (di
kepala miosin) dan relaksasi (melalui SERCA). Jika transpor Ca2+ ke dalam
retikulum dihambat, relaksasi tidak terjadi meskipun tidak ada potensial aksi
tambahan; kontraksi menetap yang terjadi disebut kontraktur.
b. Metabolisme vitamin D
Dari manapun sumbernya, vitamin D secara biologis inaktif saat
pertama kali masuk ke dalam darah baik dari kulit maupun saluran
pencernaan. Zat ini harus diaktifkan oleh dua perubahan biokimiawi berurutan
berupa penambahan dua gugus hidroksil (-OH) . Reaksi yang pertamakali
terjadi di hati dan yang kedua di ginjal. Hasil akhirnya adalah bentuk aktif
vitamin D berupa 1,25-(OH)2-D3.6 Vitamin D3 yang diserap dari makanan
ataupun yang berasal dari kulit akan masuk ke saluran
darah. Di dalam plasma darah, vitamin D diikat oleh suatu protein transport,
yaitu vitamin D-binding protein (DBP) atau globulin. Melalui aliran darah
tersebut, vitamin D ditransportasikan ke hati dan oleh mikrosom/mitokondria
hati dan selanjutnya vitamin D3 dihidroksilasi pertama kali, menjadi kalsidiol
(calcidiol, atau 25-hidroksi-kolekalsiferol/ 25-hidroksi vitamin D3) dengan
bantuan enzim 25-D3-hidroksilase (CYP2RI atau CYP27AI). Selanjutnya 25-
hidroksi vitamin D3 memasuki sirkulasi menuju ginjal dan mengalami
hidroksilasi yang kedua pada ginjal dengan bantuan enzim 1α-hydroxylase
(CYP27BI) membentuk vitamin D yang merupakan metabolit aktif berupa
1,25-(OH)2-D3 atau calcitriol. Senyawa ini akan terikat pada vitamen D
reseptor pada jaringan tertentu yang berperan dalam meningkatkan absorbsi
kalsium dalam usus dan reabsorbsi kalsium dalam ginjal pada saat kadar
kalsium darah rendah.
 Peran kalsium
1. Tulang
Memberikan bentuk atau struktur pada tulang dan gigi. Kalsium ada
dalam bentuk kristal kalsium posfat.
2. Otot rangka
Kalsium berikatan dengan troponin pada filamen tipis, pengikatan
kalsium ke troponin menyebabkan troponin berubah bentuk, secara
fisik memindahkan nya menjauh dari posisi menghambatnya ini
membuka tempat ikatan aktin untuk jembatan silang myosin.
3. Otot polos
Kalsium berikatan pada myosin di filament tebal, secara kimiawi
menyebabkan fosforilasi jembatan silang miosin sehingga jembatan
tersebut dapat berikatan dengan aktin

No Sistem Peran kalsium


1. Pembentukan Kalsium merupakan komponen vital mineral dari tulang membuat
tulang tulang kuat dan kuat.
2. Pembekuan darah Banyak faktor pembekuan diaktivasi oleh kalsium.
3. Kontraksi otot Kalsium terikat dengan troponin, sehingga myosin terikat dengan
aktin.
4. Intracellular Kalsium mengatur aktivitas sejumlah protein intraseluler, sebagai
signalling respons terhadap second messenger IP3.
5. Sistem persarafan Kalsium penting bagi potensial membrane dan depolarisasi,
sinapsis menggunakan kalsium untuk melepaskan neurotransmitter.
6. Sistem endokrin Semua proses yang melibatkan eksositosis (misal sekresi hormon)
memerlukan kalsium.
8. Sistem Kalsium mengatur potensial membrane dan kontraksi sel-sel otot.
kardiovaskular

 Metabolisme tulang

Kalsium tersimpan di dalam tubuh 99% berada ditulang


sedangkan 1% berada pada darah dan jaringan lunak (Hendri, P. 2010).
Di dalam tulang terdapat proses homeostatis kalsium yaitu menjaga agar
kadar kalsium dalam tubuh tetap seimbang. Homeostatis memiliki dua
proses yaitu resorpsi tulang dan deposisi tulang. Resorpsi tulang adalah
proses pelepasan kalsium dan komponen organik lain dari tulang ke
sirkulasi yang melibatkan sel osteoklas yang dibutuhkan pada saat kadar
kalsium rendah. Deposisi tulang adalah proses pengendapan kalsium
dan komponen organik dari sirkulasi ke tulang yang melibatkan sel
osteoblast dan terjadi saat kadar kalsium melebihi nilai normal
(Permana, H. 2012).

Regulasi kalsium melibatkan dua hormon yaitu hormon


paratiroid dan hormon kalsitonin. Hormon paratiroid di sekresikan oleh
kelenjar paratiroid yang di stimulasi dari penurunan kadar kalsium saat
sirkulasi. Hormon tersebut meningkatkan jumlah aktivitas sel osteoklas.
Hormon paratiroid di ginjal berfungsi meningkatkan reabsorpsi kalsium
di tubuus distal. Hormon lain yang berperan yaitu hormon kalsitonin.
Hormon kalsitonin disekresikan oleh kelenjar tiroid dan di stimulasi
oleh kadar kalsium yang meningkat. Hormon ini bekerja menghambat
aktivitas sel osteoklas dan meningkatkan deposisi kalsium dari sirkulasi
ke tulang serta menurunkan reabsorpsi kalsium di ginjal (Permana, H.
2012)
B. Mekanisme terjadinya gerakan pada extremitas: mekanisme kontraksi otot
rangka, hubungannya dengan persarafan, potensial membrane, dan
struktur protein dalam otot
o Persarafan
Neuron yang merangsang serat otot rangka berkontraksi disebut
neuron motorik somatic.

Gambar Suatu unit motorik

o Potensial Membran
Membran sel tubuh manusia memiliki muatan listrik terpolarisasi yang
dikenal dengan potensial membran. Potensial membran timbul ketika
distribusi muatan (ion) positif dan negatif sepanjang membran tidak merata
dan terdapat perbedaan permeabilitas membran terhadap ion-ion tersebut. Ion-
ion yang berperan di antaranya adalah Na+ , K+, Cl-, dan protein anion intrasel.
o Struktur Protein dalam Otot
Gambar Susunan otot rangka

Gambar Struktur filament tebal dan tipis


Miofibril terbentuk dari tiga jenis protein :
1. Protein kontraktil, yang menghasilkan kekuatan selama kontraksi otot.
2. Protein pengatur, yang membantu menyalakan dan mematikan proses
kontraksi otot
3. Protein structural, yang mempertahankan filamen miofibril tebal dan tipis
pada kesegarisan yang sesuai, memberi elastisitas dan ekstensibilitas
miofibril,dan menghubungkan myofibril dengan sarkolema dan matriks
ekstrasluler.

Table Protein serat otot rangka


Jenis Protein Deskripsi
Protein
kontraktil
Miosin Protein kontraktil yang menyusun filamen tebal, molekul terdiri
dari satu ekor dan dua kepala miosin, yang berikatan dengan
tempat pengikatan miosin pada molekul aktin dari filamen tipis
selama kontraksi otot.
Aktin Protein kontraktil yang merupakan komponen utama filamen tipis;
setiap molekul aktin memiliki tempat pengikatan miosin tempat
kepala miosin filamen tebal berikatan selama kontraksi otot.
Protein
pengatur
Tropomiosin Protein pengatur yang merupakan komponen filamen tipis; ketika
serat otot rangka relaksasi, tropomiosin menutup tempat
pengikatan miosin pada molekul aktin sehingga mencegah miosin
berikatan dengan aktìn.
Troponin Protein pengatur yang merupakan komponen filamen tipis; ketika
berikatan dengan troponin, ion kalsium (Ca2+) mengubah bentuk;
perubahan konformasional ini menggerakkan tropomiosin
menjauh dari tempat pengikatan miosin pada molekul aktin, dan
kontraksi otot selanjutnya mulai saat miosin mengikat aktin.
Protein
struktural
Titin Protein struktural yang menghubungkan discus Z dengan garis M
pada sarkomer sehingga membantu menstabilkan posisi filament
tebal; dapat meregang dan melenting lagi tanpa cedera, sehingga
menyebabkan elastisitas dan ekstensibilitas pada myofibril.
α-Aktinin Protein structural discus Z yang menempel pada molekul aktin
filamen tipis dan molekul titin.
Miomesin Protein struktural yang membentuk garis M pada sarkomer;
berikatan dengan molekul titin dan menghubungkan filamen tebal
yang berdekatan satu sama lain.
Nebulin Protein struktural yang membungkus di sekitar seluruh panjang
setiap filamen tipis, membantu mengaitkan filamen tipis ke discus
Z dan mengatur panjang filamen tipis selama perkembangan.
Distrofin Protein struktural yang menghubungkan filamen tipis sarkomer ke
protein membran integral pada sarkolema, yang pada akhirnya
melekat pada protein dalam matriks jaringan ika yang mengelilingi
serat-serat otot; diduga membantu memperkuat sarkolema dan
membantu memindahkan tegangan yang dihasilkan oleh sarkomer
ke tendo.

1. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka


Gambar Peristiwa kontraksi dan relaksasi pada serat otot rangka

 Hubungan kontraksi otot dengan persarafan

Serat otot berkontraksi sebagai respons terhadap satu atau lebih potensial
aksi yang merambat sepanjang sarkolemanya dan melalui tubulus T. Potensial
otot berasal dari taut neuromuscular (NMJ, neuro-muscular junction),
sinaps diantara neuron motorik somatik dan serta otot rangka.

Pada NMJ, ujung neuron motorik, yang disebut terminal akson, dibagi
menjadi sekelompok bulbus akhir sinaptik, bagian neural NMJ. Tergantung
di dalam sitosol dalam setiap bulbus akhir sinaptik adalah ratusan saccus
tertutup-membran yang disebut vesikel sinaptik. Di dalam setiap vesikel
sinaptik terdapat ribuan molekul asetilkolin, disingkat ACh, neurotransmitter
yang dilepaskan pada NMJ.

Regio sarkolema yang berlawanan dengan bulbus akhir sinaptik, yang


disebut motor end plate, merupakan bagian serar otot NMJ. Reseptor ACh
merupakan kanal ion berpintu-ligand. Karena itu, taut neuromuskular meliputi
semua bulbus akhir sinaptik pada satu sisi celah sinaptik, ditambah motor end
plate serat otot pada sisi lain.

Impuls saraf (potensial aksi saraf) mencetuskan potensial aksi otot dengan
cara berikut:

1. Pelepasan asetilkolin. Datangnya impuls saraf pada bulbus akhir


sinaptik merangsang kanal berpintu-tegangan terbuka. Karena ion
kalsium lebih terkonsentrasi dalam cairan ekstraselular, Ca2+ mengalir
ke dalam melalui kanal terbuka. Ca2+ yang masuk pada akhirnya
merangsang vesikel sinaptik untuk mengalami eksositosis. Selama
eksositosis, vesikel sinaptik menyatu dengan membrane plasma neuron
motor, membebaskan ACh ke dalam celah sinaptik. Kemudian ACh
berdifusi melintasi celah sinaptik di antara neuron motor dan motor
end plate.
2. Aktivasi reseptor ACh. Pengikatan dua molekul ACh dengan reseptor
pada motor end plate membuka sebuah kanal ion dalam reseptor ACh.
Setelah kanal terbuka, kation kecil, paling penting Na+, dapat mengalir
melewati membran.
3. Pembentukan potensial aksi otot. Aliran ke dalam Na+ (menuruni
gradien elektrokimiawinya) membuat bagian dalam serat otot lebih
bermuatan positif. Perubahan potensial membran ini mencetuskan
potensial aksi otot. Setiap impuls saraf secara normal mencetuskan
satu potensial aksi otot. Potensial aksi otot kemudian mengalami
perambatan sepanjang sarkolema ke dalam sistem tubulus T. Hal ini
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan Ca2+ simpanannya
ke dalam sarkoplasma dan serat otot akhirnya berkontraksi.
4. Terminasi aktivitas ACh. Efek pengikatan ACh berlangsung singkat
saja karena ACh secara cepat dipecah oleh enzim yang disebut
asetilkolinesterase, atau AChE. Enzim ini melekat pada serat kolagen
dalam matriks ekstraselular celah sinaptik. AChE memecah ACh
menjadi asetil dan kolin, produk-produk yang tidak dapat mengaktivasi
reseptor ACh.

Gambar Struktur taut neuromuscular (NMJ), sinaps diantara neuron motor somatik dan
serta otot rangka
Setelah asetilkolin yang dilepaskan pada taut neuromuscular mencetuskan
potensial aksi otot. Penyebaran potensial aksi sepanjang tubulus transversa
(tubulus T) yang menembus sepenuhnya melalui serat otot, dari satu sisi serat
ke sisi lainnya. Potensial aksi tubulus T menyebabkan pelepasan ion kalsium
di dalam serat otot di miofibril sekitarnya, dan ion kalsium ini kemudian
menimbulkan kontraksi. Seluruh proses ini disebut rangkaian eksitasi-
kontraksi.
Rangkaian eksitasi kontraksi
Tubulus T ukurannya kecil dan berjalan melintang terhadap miofibril.
Tubulus ini bermula pada membran sel dan terus menembus dari satu sisi serat
otot ke sisi di hadapannya. Tubulus-tubulus ini bercabang di antara tubulus itu
sendiri dan membentuk hamparan tubulus T yang saling menjalin di antara
seluruh miofibril yang terpisah. Pada awal tubulus T di membran sel, tubulus
tersebut terbuka ke bagian luar serat otot. Oleh sebab itu, tubulus tersebut
berhubungan dengan cairan ekstraseluler yang mengelilingi serat otot, dan
mengandung cairan ekstrasel di dalam lumennya. Tubulus T sebenarnya
merupakan perluasan bagian dalam membran sel. Oleh karena itu, bila suatu
potensial aksi menyebar ke membran serat otot, suatu perubahan potensial
juga menyebar di sepanjang tubulus T ke bagian dalam serat otot. Arus listrik
yang mengelilingi tubulus T ini kemudian menyebabkan kontraksi otot.
Retikulum sarkoplasma terdiri atas dua bagian utama: (1) ruangan besar
yang disebut sisterna terminalis yang berbatasan dengan tubulus T, dan (2)
tubulus longitudinal yang panjang dan melingkupi seluruh permukaan
myofibril yang benar-benar berkontraksi.
Gambar Sistem tubulus transversa (T) - retikulum sarkoplasma

Ciri istimewa dari retikulum sarkoplasma ialah di dalam tubulus


vesikularnya terdapat kelebihan ion kalsium dalam konsentrasi tinggi, dan
banyak dari ion ini akan dilepaskan dari setiap vesikel bila suatu potensial aksi
terjadi di tubulus T yang berdekatan.
Potensial aksi dari tubulas T menyebabkan aliran arus ke dalam sisterna
retikulum sarkoplasma di tempat sisterna tersebut. Saat potensial aksi sampai
pada tubulus T, perubahan voltase ini diterima oleh reseptor dihidropiridin
yang terikat dengan kanal pelepas kalsium, yang disebut kanal reseptor
ryanodine (ryanodine receptor channels). Aktivasi reseptor dihidropiridin
mencetuskan pembukaan kanal pelepas kalsium dalam sisterna, dan juga
dalam tubulus longitudinal yang melekat padanya. Kanal ini tetap terbuka
selama beberapa milidetik, melepaskan ion kalsium ke dalam sarkoplasma di
sekeliling miofibril dan menimbulkan kontraksi.
Setelah Terjadi Kontraksi. Setelah ion kalsium dikeluarkan dari tubulus
sarkoplasma dan telah berdifusi di antara miofibril, kontraksi otot terus
berlangsung selama konsentrasi ion kalsium tetap tinggi. Namun, sebuah
pompa kalsium yang terus-menerus aktif yang terletak di dinding retikulum
sarkoplasma akan memompa ion kalsium keluar dari miofibril kembali ke
dalam tubulos sarkoplasma. Pompa ini dapat memekatkan ion kalsium kira-
kira 10.000 kali lipat di dalam tubulus. Selain itu, di dalam retikulum terdapat
sebuah protein yang disebut calsequestrin yang dapat mengikat hingga 40 kali
lebih banyak kalsium.
Konsentrasi ion kalsium dalam sitosol yang melingkupi miofibril pada
keadaan istirahat normal (< 10-7 molar) terlalu sedikit untuk menimbulkan
kontraksi. Oleh sebab itu,kompleks troponin-tropomiosin menjaga agar
filamen aktin tetap terhambat dan mempertahankan keadaan relaksasi otot.
Sebaliknya, perangsangan penuh sistem tubulus T dan sistem retikulum
sarkoplasma menyebabkan cukup banyak ion kalsium yang dilepaskan untuk
meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan miofibril sebanyak 2 x 10-4
molar konsentrasi, yaitu peningkatan 500 kali lipat, yang kira-kira 10 kali
kadar yang dibutuhkan untuk menyebabkan kontraksi otot. maksimum. Segera
sesudahnya, pompa kalsium akan mengosongkan ion kalsium lagi. Lamanya
"denyut" kalsium ini dalam serat otot rangka berlangsung kira-kira 1/20 detik.
Selama denyut kalsium ini, terjadilah kontraksi otot.
Gambar Rangkaian eksitasi-
kontraksi pada otot rangka

Gambar Rangkaian eksitasi-kontraksi di otot

 Hubungan kontraksi otot dengan potensial membrane

Transpor aktif ion natrium dan kalium menembus membran-pompa


natrium-Kalium (Na+ - K+). Semua membran sel tubuh mempunyai pompa
Na+ - K+ yang kuat yang terus-menerus mentranspor ion natrium keluar sel
dan ion kalium ke dalam (tiga ion Na+ ke luar untuk setiap dua ion K + ke
dalam), meninggalkan defisit ion positif di dalam dan menyebabkan potensial
negatif di dalam membran sel.

Pompa Na+ - K+ juga menimbulkan beda konsentrasi yang besar untuk


natrium dan kalium di kedua sisi membran saraf istirahat.

Kanal-kanal bocor K+ ini juga dapat dilewati sedikit ion natrium, tetapi
jauh lebih permeabel terhadap kalium daripada natrium, normalnya sekitar
100 kali lebih permeabel.

Gambar Yang kiri yaitu pompa elektrogenik dan yang kanan yaitu protein
kanal, (kadang disebut “daerah pori berdua", kanal kalium, atau kanal
"bocor” kalium (K+))

Asal Potensial Membran Istirahat Normal

Faktor-faktor penting pada pembentukan potensial membran istirahat


normal sebesar -90 milivolt. Faktor faktor tersebut adalah sebagai berikut:

Kontribusi Potensial Difusi Kalium. Pergerakan ion menembus


membran hanyalah difusi ion kalium, seperti yang digambarkan oleh kanal
terbuka antara simbol kalium (K+) di dalam dan di luar membran. Oleh
karena tingginya perbandingan antara ion kalium di dalam dan di foar, yakni
35:1. potensial Nernst yang sesuai dengan perbandingan ini adalah - 94
milivolt karena logaritma 35 adalah 1.54, dan hasil ini dikali dengan -61
milivolt sama dengan -94 milivolt. Oleh karena itu, jika ion kalium adalah
satu-satunya faktor yang menyebabkan potensial istirahat, potensial istirahat
dalam serat ini akan setara dengan -94 milivolt.

Kontribusi Difusi Natrium melalui Membran Saraf. Penambahan


permeabilitas membran saraf bagi ion natrium, yang disebabkan oleh sedikit
difusi ion natrium melalui kanal "bocor" K+ - Na+. Perbandingan ion natrium
dari dalam ke luar membran adalah 0.1. yang menghasilkan perhitungan
potensial Nernst untuk sisi dalam membran sebesar + 61 milivolt. Potensial
Nernst untuk difusi kalium sebesar -94 milivolt. Bagaimana hal ini dapat
saling memengaruhi, dan apa yang akan menjadi potensial akhir? Pertanyaan
ini dapat dijawab dengan persamaan Goldman. Secara intuisi, kita dapat
mengetahui bahwa bila membrane sangat permeabel terhadap kalium tetapi
hanya sedikit permeabel terhadap natrium, adalah logis bahwa difusi kalium
akan berperan jauh lebih besar bagi potensial membran daripada difusi
natrium. Pada serat saraf normal, permeabilitas membran terhadap kalium
kira-kira 100 kali lebih besar daripada permeabilitasnya terhadap natrium.
Dengan menggunakan nilai ini pada persamaan Goldman, akan kita dapatkan
potensial di dalam membran sebesar -86 milivolt, yang mendekati potensial
kalium.

Kontribusi Pompa Na+ - K+. Pemompaan terus menerus tiga ion


natrium ke luar terjadi untuk setiap dua ion kalium yang dipompa ke sisi
dalam membrane. Pemompaan lebih banyak ion natrium keluar daripada
kalium yang dipompa ke dalam menyebabkan hilangnya muatan positif yang
terus-menerus dari sisi dalam membran, menciptakan penambahan derajat
kenegatifan (penambahan sekitar -4 milivolt) di sisi dalam melampaui yang
diperoleh dari difusi saja. Oleh karena itu, potensial membran neto bila
semua ini bekerja pada waktu yang bersamaan adalah sekitar -90 milivolt.

Singkatnya, potensial difusi sendiri yang disebabkan oleh difusi


kalium dan natrium akan menghasilkan potensial membran sekitar - 86
milivolt, dengan hampir seluruhnya ditentukan oleh difusi kalium.

Penambahan sebesar -4 milivolt pada potensial membran diperoleh


dari pompa elektrogenik Na+ - K+ menghasilkan potensial membran istirahat
neto sebesar-90 milivolt.

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut.


1. Tahap Istirahat. Ini adalah potensial membran istirahat sebelum
terjadinya potensial aksi. Membran dikatakan menjadi "terpolarisasi"
selama tahap ini karena adanya potensial membrane negatif sebesar –90
milivolt.
2. Tahap Depolarisasi. Pada saat ini, membran tiba-tiba menjadi
permeabel terhadap ion natrium, sehingga sejumlah besar ion natrium
bermuatan positif berdifusi ke dalam akson. Keadaan "terpolarisasi"
normal sebesar –90 milivolt segera dinetralisasi oleh ion natrium
bermuatan positif yang mengalir masuk, dan potensial meningkat
dengan cepat ke arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi. Pada
serabut saraf besar, sejumlah besar ion natrium bermuatan positif yang
bergerak ke dalam menyebabkan potensial membran secara nyata
melampaui" nilai nol dan menjadi sedikit positif. Pada beberapa serabut
yang lebih kecil, dan pada banyak neuron sistem saraf pusat, potensial
hanya mendekati nilai nol dan tidak melampaui sampai keadaan positif.
3. Tahap Repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik
sesudah membran menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, kanal
natrium mulai tertutup dan kanal kalium terbuka lebih dari biasanya.
Selanjutnya, difusi ion kalium yang
berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali
potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini
disebut repolarisasi membrane

Sifat-sifat khusus dari kedua jenis kanal transport lain yang melalui
membran saraf: kanal natrium dan kalium bergerbang voltase.

Pelaku utama yang menyebabkan peristiwa depolarisasi dan repolarisasi


membran saraf selama potensial aksi adalah kanal natrium berpintu listrik.
Kanal kalium berpintu listrik juga berperan penting dalam meningkatkan
kecepatan repolarisasi membran. Kedua kanal dengan pintu listrik ini akan
menunjang pompa Na+ - K+ dan kanal bocor Na+ - K+.

Gambar Pembentukan potensial membran


istirahat di serat saraf dalam tiga kondisi
Gambar Potensial aksi khas yang direkam dengan
metode yang

 Hubungan kontraksi otot dengan struktur protein dalam otot


Sebelum terjadinya kontraksi. efek penghambatan kompleks troponin-
tropomiosin itu sendiri harus dihambat. Sebuah filamen aktin murni tanpa
adanya kompleks troponin-tropomiosin (tapi dengan kehadiran ion
magnesium dan ATP) akan berikatan secara cepat dan kuat dengan kepala
molekul miosin. Lalu, jika kompleks troponin-tropomiosin ditambahkan pada
filamen aktin, ikatan antara aktin dan miosin ini tidak akan terbentuk. Oleh
karena itu, bagian aktif pada filamen aktin normal dari otot yang sedang
relaksasi akan dihambat atau secara fisik ditutupi oleh kompleks troponin-
tropomiosin. Akibatnya, tempat ini tidak dapat melekat pada kepala filamen
miosin untuk menimbulkan kontraksi.
Dengan adanya ion kalsium dalam jumlah besar, efek penghambatan
troponin-tropomiosin terhadap filament aktin dihambat. Salah satu dugan
mekanisme penghambatan ini sebagai berikut: Bila ion kalsium bergabung
dengan troponin C, setiap molekul troponin C nya dapat berikatan secara kuat
dengan hingga empat ion kalsium, kompleks troponin ini diduga akan
mengalami perubahan bentuk yang dengan cara tertentu menarik molekul
tropomiosin dan memindahkannya lebih dalam ke lekukan di antara dua untai
aktin. Peristiwa ini membuka bagian aktif aktin, sehingga memungkinkan
bagian aktif ini menarik kepala jembatan silang miosin dan menyebabkan
terjadinya kontraksi. Mekanisme ini menekankan bahwa hubungan normal
antara kompleks troponin-tropomiosin dan aktin diubah oleh ion kalsium, dan
membentuk kondisi baru yang menimbulkan kontraksi.
Segera sesudah filamen aktin menjadi teraktivasi oleh ion kalsium,
kepala jembatan silang dari filamen miosin menjadi tertarik ke bagian aktif
filamen aktin, yang akan menyebabkan terjadinya kontraksi. Salah satu teori
yang beberapa buktinya telah ada, yaitu teori kontraksi "berjalan-bersama"
("walk-along" atau "ratchet).

Gambar Mekanisme "berjalan-bersama" ("walk-along" atau "ratchet) untuk


kontraksi otot
Ketika sebuah kepala melakat pada bagian aktif, perlekatan ini secara
serentak menyebabkan perubahan besar pada kekuatan intramolekuler antara
jembatan silang kepala dan lengan. Kelompok kekuatan yang baru ini
menyebabkan kepala menekuk kea rah lengan dan menarik filament aktin.
Penekukan kepala ini disebut power stroke. Setelah menekuk, kepala
kemudian secara otomatis terlepas dari bagian aktif. Selanjutnya, kepala
kembali ke arah memanjangnya. Pada posisi ini, kepala bergabung dengan
bagian aktif yang baru berikutnya di sepanjang filamen aktin; kepala
kemudian menekuk lagi untuk menimbulkan power stroke yang baru, dan
filamen aktin bergerak lebih jauh lagi. Jadi, kepala jembatan silang menekuk
ke depan dan ke belakang dan setapak demi setapak berjalan di sepanjang
filamen aktin, serta menarik ujung dua filamen aktin yang berurutan menuju
ke bagian tengah filamen miosin.
Setiap satu jembatan silang diduga bekerja secara mandiri tidak
bergantung satu dengan lainnya, dan masing-masing melekat dan menarik
dalam suatu siklus berulang yang berkesinambungan. Oleh karena itu.
semakin banyak jumlah jembatan silang yang berhubungan dengan filamen
aktin pada suatu waktu, semakin besar kekuatan kontraksinya.
Ketika sebuah otot berkontraksi, timbul suatu kerja dan membutuhkan
energi. Sejumlah besar ATP dipecah untuk membentuk ADP selama proses
kontraksi, dan semakin besar jumlah kerja yang dilakukan oleh otot, semakin
besar jumlah ATP yang dipecahkan; fenomena ini disebut efek Fenn.

C. Mekanisme pemenuhan kebutuhan energi pada otot rangka


Gambar Pembentukan ATP untuk otot rangka

1. Keratin Fosfat
Kreatin fosfat sumber pertama untuk memasok tambahan ATP ketika
olahraga dimulai. Mengandung satu gugus fosfat berenergi tinggi, yang
dapat diberikan langsung ke ADP untuk membentuk ATP.
Ketika ikatan fosfat terminal di ATP terputus, pemutusan ikatan antara
fosfat dan kreatin juga membebaskan energi. Energi yang dibebaskan dari
hidrolisis kreatin fosfat, bersama dengan fosfat, dapat diberikan langsung ke
ADP untuk membentuk ATP. Reaksi ini, yang dikatalisis oleh enzim sel otot
kreatin kinase, bersifat reversibel; energi dan fosfat dari ATP dapat
dipindahkan ke kreatin untuk membentuk kreatin fosfat:

Keratin fosfat + ADPkreatin kinase


keratin ATP

Sewaktu cadangan energi bertambah di otot yang beristirahat,


peningkatan konsentrasi ATP mendorong pemindahan gugus fosfat
berenergi tinggi dari ATP untuk membentuk kreatin fosfat. Sebaliknya, pada
awitan2 kontraksi ketika miosin ATPase menguraikan cadangan ATP yang
sangat sedikit, penurunan ATP yang kemudian terjadi mendorong
pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat simpanan untuk
membentuk lebih banyak ATP. Otot yang beristirahat mengandung kreatin
2
Sebelum
fosfat lima kali lebih banyak daripada ATP. Karena itu, sebagian besar
energi disimpan di otot dalam kumpulan kreatin fosfat. Karena hanya satu
reaksi enzimatik yang berperan dalam pemindahan energi ini, ATP dapat
dibentuk dengan cepat (dalam sepersekian detik) dengan menggunakan
kreatin fosfat.
Kadar ATP otot sebenarnya relatif konstan pada awal kontraksi, tetapi
simpanan kreatin fosfat berkurang. Upaya kontraktil intensitas tinggi yang
berlangsung singkat, misalnya lompat tinggi, lari jarak dekat, atau
mengangkat beban, terutama ditopang oleh ATP yang berasal dari kreatin
fosfat. Kreatin fosfat biasanya menyimpan daya selama 5 sampai 10 detik
olahraga sebelum simpanan habis.
2. Glikolisis
Pada kontraksi hampir maksimal, kontraksi yang kuat menekan
pembuluh darah yang berjalan melintasi otot hingga hampir tertutup sehingga
ketersediaan O2, menjadi sangat terbatas di serat otot. Jika penyaluran O2,
atau fosforilasi oksidatif tidak dapat mengimbangi kebutuhan akan
pembentukan ATP seiring dengan meningkatnya intensitas olahraga, serat-
serat otot akan semakin mengandalkan glikolisis untuk menghasilkan ATP.
Selama glikolisis, satu molekul glukosa diuraikan menjadi dua molekul
piruvat, menghasilkan dua molekul ATP dalam prosesnya. Piruvat dapat
diuraikan lebih lanjut oleh fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan lebih
banyak energi.
Glikolisis memiliki dua keunggulan dibandingkan jalur fosforilasi
oksidatif.
(1) Glikolisis dapat membentuk ATP tanpa keberadaan O2 (bekerja secara
anaerob yaitu “tanpa O2”).
(2) Dapat berlangsung lebihcepat dibandingkan fosforilasi oksidatif.
Aktivitas yang dapat ditunjang dengan cara ini adalah olahraga
intensitas tinggi atau anaerobic.
3. Fosforilasi Oksidatif
Fosforilasi oksidatif menghasilkan ATP dengan laju yang relatif
lambat dibandingkan dengan keratin fosfat dan glikolisis serta berlangsung di
dalam mitokondria otot jika tersedia cukup O2. Jalur ini diasup oleh glukosa
atau asam lemak, bergantung pada intensitas dan durasi aktivitas.
Menghasilkan 32 molekul ATP setiap molekul glukosa yang diproses,
fosforilasi oksidatif berlangsung relatif lambat karena banyaknya tahap
enzimatik yang terlibat.
Selama olahraga ringan (misalnya jalan kaki) hingga sedang (misalnya
jogging atau berenang), sel-sel otot dapat membentuk cukup ATP melalui
fosforilasi oksidatif untuk mengimbangi kebutuhan energi perangkat
kontraktil dalam jumlah sedang untuk waktu yang cukup lama. Aktivitas
yang ditunjang dengan cara ini adalah olahraga aerobik ("dengan O2,") atau
olahraga jenis daya tahan
Sebagian besar yang dibutuhkan untuk fosforilasi oksidatif terutama
disalurkan oleh darah. Peningkatan yang disalurkan ke otot sewaktu olahraga
berlangsung melalui beberapa cara: Pernapasan yang lebih cepat dan dalam
membawa lebih banyak ke dalam darah; jantung berkontraksi lebih cepat dan
lebih kuat untuk memompa lebih banyak darah beroksigen ke jaringan lebih
banyak darah yang dialihkan ke otot yang sedang beraktivitas melalui dilatasi
pembuluh darah yang mendarahinya; dan molekul hemoglobin yang
membawa O2, dalam darah mengeluarkan lebih banyak O2 di otot yang
sedang beraktivitas. Beberapa jenis serat otot memiliki banyak myoglobin
yang serupa dengan Hb. Myoglobin dapat menyimpan sejumlah kecil O2 dan
dapat mempercepat laju pemindahan O2 dari darah ke dalam serat otot.

D. Mekanisme karbohidrat: macam jalur metabolisme karbohidrat,


mekanisme regulasi, dan arti klinisnya
Tiga mekanisme berperan mengatur aktivitas enzim-enzim yang berkaitan
dengan metabolisme karbohidrat:
(1) Perubahan laju sintesis enzim,
(2) Modifikasi kovalen oleh fosforilasi reversibel,
(3) Efek alosterik.

Tabel Enzim Regulatorik dan Enzim Adaptif yang Berkaitan dengan


Metabolisme Karbohidrat

 Jalur Metabolisme Karbohidrat


1. Glikolisis

Persamaan glikolisis dari glukosa:


C6H12O6 + 2 ADP + 2 Pi → 2 Laktat + 2 ATP + 2 H2O
Glikolisis adalah jalur metabolisme glukosa (atau glikogen)
menjadi piruvat dan laktat di sitosol semua sel mamalia. Berfungsi
dalam keadaan anaerob dengan membentuk kembali NAD+
teroksidasi (diperlukan dalam reaksi gliseraldehida-3-fosfat
dehidrogenase), dengan mereduksi piruvat menjadi laktat (produk
akhir glikolisis pada keadaan anaerob (misalnya otot yang sedang
bekerja) atau jika mitokondria untuk oksidasi piruvat lebih lanjut
tidak tersedia (misalnya di eritrosit)).
Glikolisis diatur oleh tiga enzim yang mengatalisis reaksi yang
tak-setimbang: heksokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase.
Di eritrosit, tempat pertama dalam glikolisis untuk menghasilkan
ATP dapat dipintas sehingga terbentuk 2,3- bisfosfogliserat, yang
penting untuk menurunkan afinitas hemoglobin terhadap O2.
2. Siklus Krebs (Siklus As. Sitrat)

Siklus asam sitrat adalah jalur untuk oksidasi karbohidrat,


lipid, dan protein. Piruvat yang dihasilkan glikolisis diangkut secara
selektif ke dalam matriks mitokondria. Di sini, salah satu atom
carbon dibebaskan secara enzimatik dalam bentuk CO2. Selain itu,
satu atom H dibebaskan dan dipindahkan ke NADH.
Empat vitamin B merupakan faktor esensial dalam
siklus asam sitrat:
(1) riboflavin, dalam bentuk flavin adenine dinukleotida (FAD),
suatu kofaktor untuk suksinat dehidrogenase;
(2) niasin, dalam bentuk nikotinamid adenine dinukleotida (NAD),
akseptor elektron untuk isositrat dehidrogenase, α-ketoglutarat
dehidrogenase, dan malat dehidrogenase;
(3) tiamin (vitamin B1), sebagai tiamin difosfat, koenzim untuk
dekarboksilasi dalam reaksi α-ketoglutarat dehidrogenase;
(4) asam pantotenat, sebagai bagian dari koenzim A, kofaktor yang
melekat pada residu asam karboksilat "aktif", misalnya asetil-KoA
dan suksinil-KoA.
Siklus asam sitrat bersifat amfibolik karena selain oksidasi
siklus ini penting dalam penyediaan rangka karbon untuk
glukoneogenesis, asetil CoA untuk sintesis asam lemak, dan
interkonversi asam-asam amino.
3. Fosforilasi Oksidatif (Transfer Elektron)
Gambar Fosforilasi Oksidatif

Fosforilasi oksidatif merujuk pada proses sintesis ATP dengan


menggunakan energy yang dibebaskan elektron ketika elektron
dipindahkan ke O2. Proses ini melibatkan dua kelompok protein yang
terletak di membran dalam mitokondria: sistem transpor elektron dan
ATP sintase.
"Keuntungan besar" dalam penangkapan energi dimulai saat
NADH dan FADH, membawa hidrogen masuk ke sistem transpor
elektron. Sistem transpor elektron terdiri atas molekul-molekul
pengangkut elektron yang terdapat pada empat kompleks protein
besar yang stasioner dengan nomor I, II, III, dan IV.
 Mekanisme regulasi, dan arti klinisnya
1. Katabolisme

Gambar Hubungan kabolisme karbohidrat, protein, dan


lemak
 Yaitu menguraikan senyawa kompleks menjadi sederhana.
 Persamaan reaksi :
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 36ATP
 Tempat : Sitoplasma dan mitokondria
 Tahapan : a. Glikololisis
b. Dekarboksilasi oksidatif
c. Siklus krebs
d. Transfer elektron
a. Glikolisis
Hasil : 1). 2 ATP
2). 2 NADH
3). 2 Asam piruvat
Tempat : Sitoplasma
Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis.
Jaringan aerob memetabolisme piruvat menjadi asetil-KoA yang dapat
memasuki siklus asam sitrat untuk dioksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O, yang berkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses
fosforilasi oksidatif. Glikolisis juga dapat berlangsung secara anaerob
(tanpa oksigen), dengan produk akhir berupa laktat.
Glikolisis diatur di tiga tahap dan melibatkan reaksi tidak
seimbang. Ketiga reaksi tersebut, yang dikatalisis oleh heksokinase
(dan glukokinase), fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, adalah
tempat-tempat utama pengendalian glikolisis. Fosfofruktokinase
secara signifikan dihambat oleh ATP dalam konsentrasi intrasel
normal, hambatan ini dapat cepat dihilangkan oleh 5'AMP yang
terbentuk sewaktu ADP mulai menumpuk, yang memberi sinyal akan
perlunya peningkatan laju glikolisis. Sel-sel yang mampu melakukan
glukoneogenesis memiliki enzim-enzim berbeda yang mengatalisis
reaksi untuk membalikkan tahap-tahap ireversibel ini; glukosa 6-
fosfatase, fruktosa 1,6-bisfosfatase, dan untuk membalikkan
reaksi piruvat kinase, piruvat karboksilase dan fosfoenolpiruvat
karboksikinase.
b. Dekarboksilasi oksidatif

Gambar Jalur dekarboksilase


Hasil : 1). 2 CO2
2). 2 NADH
3). 2 Asetil ko-A
Tempat : Matriks mitokondria
c. Siklus Krebs
Gambar Jalur siklus krebs

Hasil : 1). 2 CO2


2). 3 NADH
3). 1 FADH
4). 1 ATP
Tempat : Matriks
Siklus asam sitrat adalah jalur untuk oksidasi karbohidrat,
lipid, dan protein. Piruvat yang dihasilkan glikolisis diangkut secara
selektif ke dalam matriks mitokondria. Di sini, salah satu atom
carbon dibebaskan secara enzimatik dalam bentuk CO2. Selain itu,
satu atom H dibebaskan dan dipindahkan ke NADH.
Siklus asam sitrat bersifat amfibolik karena selain oksidasi
siklus ini penting dalam penyediaan rangka karbon untuk
glukoneogenesis, asetil CoA untuk sintesis asam lemak, dan
interkonversi asam-asam amino.
d. Transport electron
Hasil : : 1). 6 H2O
2). 32 ATP
Tempat : Membran dalam mitokondria
Fosforilasi oksidatif merujuk pada proses sintesis ATP dengan
menggunakan energy yang dibebaskan elektron ketika elektron
dipindahkan ke O2. Proses ini melibatkan dua kelompok protein yang
terletak di membran dalam mitokondria: sistem transpor elektron dan
ATP sintase.
"Keuntungan besar" dalam penangkapan energi dimulai saat
NADH dan FADH, membawa hidrogen masuk ke sistem transpor
elektron. Sistem transpor elektron terdiri atas molekul-molekul
pengangkut elektron yang terdapat pada empat kompleks protein
besar yang stasioner dengan nomor I, II, III, dan IV.
2. Anabolisme
Yaitu membentuk senyawa kompleks dari senyawa sederhana.
a. Gluconeogenesis

Gambar Jalur utama dan pengaturan glukoneogenesis dan glikolisis di hati.


Glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari
prekursor nonkarbohidrat, misalnya laktat, asam amino, dan gliserol.
Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat,
gliserol, dan propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik
utama.
Glukoneogenesis melibatkan glikolisis, siklus asam sitrat,
serta beberapa reaksi khusus. Jalur glukoneogenesis di hati dan ginjal
menggunakan reaksireaksi glikolisis yang reversibel ditambah empat
reaksi tambahan untuk menghindari terjadinya reaksi-reaksi
tidaksetimbang yang ireversibel. Karena glikolisis dan
glukoneogenesis memiliki jalur yang sama, tetapi bekerja berlawanan
arah, aktivitas keduanya harus diatur secara timbal-balik.
Hati mengatur kadar glukosa darah setelah makan karena
mengandung glukokinase dengan Km, tinggi yang mendorong
pemakaian glukosa oleh hati.
Insulin disekresikan sebagai respons langsung terhadap
hiperglikemia; hormon ini merangsang hati untuk menyimpan
gglukosalukosa sebagai glikogen dan mempermudah penyerapan
glukosa ke dalam jaringan ekstrahepatik.
Glukagon disekresikan sebagai respons terhadap hipoglikemia
dan mengaktifkan baik glikogenolisis maupun gluconeogenesis di hati,
dan menyebabkan pembebasan glukosa ke dalam darah.
Enzim-enzim yang Potensial aksi khas yang direkam dengan
metode yang Potensial aksi khas yang direkam dengan metode yang
diperlihatkan pada paneliperlihatkan pada panelberperan dalam
pemakaian glukosa (yaitu, enzim glikolisis dan lipogenesis) menjadi
lebih aktif jika terjadi kelebihan glukosa, dan pada keadaan ini enzim-
enzim glukoneogenesis memperlihatkan penurunan aktivitas.
Pada glukoneogenesis, piruvat karboksilase yang mengatalisis
sintesis oksaloasetat dari piruvat memerlukan asetil-KoA sebagai
aktivator alosterik. Peran utama oksidasi asam lemak dalam
mendorong glukoneogenesis adalah memasok ATP yang diperlukan.
b. Glikogenesis

Gambar Jalur glikogenesis dan glikogenolisis di hati


Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan,
setara dengan pati/kanji pada tumbuhan; glikogen adalah polimer
bercabang α-d-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di hati dan otot,
dan dalam jumlah kecil di otak. Meskipun kandungan glikogen hati
lebih besar daripada kandungan glikogen otot, sekitar tiga-perempat
glikogen tubuh total berada di otot karena massa otot tubuh jauh lebih
banyak daripada massa hati.
Glikogen otot merupakan sumber glukosa 1-fosfat yang dapat
cepat digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen
hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa serta untuk
mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan.
Seperti pada glikolisis, glukosa mengalami fosforilasi menjadi
glukosa 6-fosfat yang dikatalisis oleh heksokinase di otot dan
glukokinase di hati.
c. Glikogenolisis

Gambar Tahap-tahap dalam glikogenolisis


Glikogen disintesis dari glukosa melalui jalur glikogenesis.
Senyawa ini diuraikan melalui jalur tersendiri, yaitu glikogenolisis.
Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan
glikogenolisis dengan mengatalisis pemecahan fosforolitik
(fosforolisis; cf hidrolisis) ikatan 1→4 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat.
Debranching enzyme memiliki dua tempat katalitik yang
berbeda pada satu rantai polipeptida. Satu tempat katalitik adalah
glukan transferase yang memindahkan unit trisakarida dari satu cabang
ke cabang lain sehingga menyebabkan terpajannya titik
percabangan1→6. Tempat katalitik yang lain adalah 1,6-glikosidase
yang mengatalisis hidrolisis ikatan glikosida 1 → 6 untuk
membebaskan glukosa bebas. Kerja fosforilase selanjutnya dapat
berlangsung. Kombinasi kerja fosforilase dan enzim-enzim lain
menyebabkan terurainya glikogen secara sempurna.
Reaksi yang dikatalisis oleh fosfoglukomutase bersifat
reversibel sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-
fosfat. Di hati, tetapi tidak di otot, glukosa 6-fosfatase mengatalisis
hidrolisis glukosa 6-fosfat yang menghasilkan glukosa yang diekspor
sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukosa 6-fosfatase berada
dalam lumen retikulum endoplasmik halus, dan defek genetic
transporter glukosa-6-fosfat dapat menyebabkan varian penyakit
penyimpanan glikogen type I.
Granul glikogen juga dapat ditelan oleh lisosom, tempat
maltase asam mengatalisis hidrolisis glikogen menjadi glukosa.
Enzim-enzim utama yang mengendalikan metabolisme
glikogen—glikogen fosforilase dan glikogen sintase—diatur dalam
arah berlawanan oleh mekanisme alosterik dan modifikasi kovalen
karena terjadinya fosforilasi dan defosforilasi reversibel protein enzim
sebagai respons terhadap kerja hormone.
AMP siklik mengintegrasikan regulasi glikogenolisis dan
glikogenesis dengan memacu pengaktifan fosforilase dan
penghambatan glikogen sintase secara bersamaan. Insulin bekerja
secara timbal-balik dengan menghambat glikogenolisis dan
merangsang glikogenesis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 9. Jakarta: EGC;
2018
2. Tortora, J.G. Dasar Anatomi & Fisiologi. Indonesia: EGC; 2020
3. Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 13. Singapura:
Elseiver; 2019
4. Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 24. Amerika Serikat:
McGraw-Hil; 2012
5. Harper’s. Ilustrated Biochemistry: Amerika Serikat: McGraw-Hil; 2015
6. Syauqy, A. Ekspresi Enzim Metabolisme Vitamin D Pada Sistem
Reproduksi Pria. Bagian Ilmu Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi: Volume 3, Nomor 1, Mei 2015,
Hal:1 – 12

Anda mungkin juga menyukai